120
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 i

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 i

Page 2: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 ii

KATA PENGANTAR

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-

DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan yang

ditetapkan pada 5 Februari 2016, maka terdapat perubahan nomenklatur pada unit kerja di

lingkungan Kementerian Perdagangan. Salah satu perubahan tersebut terdapat pada BPPP

yang semula Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BP2KP)

menjadi Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP). Walaupun terjadi

perubahan, peran BPPP terhadap penyusunan kebijakan perdagangan nasional masih tetap

konsisten, yaitu menghasilkan rekomendasi kebijakan yang dapat langsung dimanfaatkan

oleh para stakeholders.

Agar dapat menjalankan peran tersebut dengan optimal, maka BPPP perlu

menyelaraskan kembali tugas pokok dan fungsi setiap unit di lingkungan BPPP serta

penyesuaian target kinerja dan rumusan indikator kinerja yang telah disusun sesuai dengan

nomenklatur baru pada Rencana Strategis (Renstra) BPPP 2015-2019. Diharapkan

sinkronisasi dan penyesuaian yang dituangkan dalam Review Rencana Strategis BPPP 2015-

2019 Tahun 2017 ini dapat semakin meningkatkan kualitas proses dan hasil pengkajian dan

pengembangan yang dihasilkan oleh BPPP.

Namun demikian, dokumen ini masih jauh dari sempurna dan oleh karena itu akan

terus disempurnakan ke depan. Semoga hasil review ini dapat bermanfaat bagi yang

berkepentingan, khususnya untuk menciptakan kebijakan perdagangan yang berkualitas

bagi pembangunan perdagangan nasional.

Jakarta, Desember 2017

Kepala Badan Pengkajian dan

Pengembangan Perdagangan

Kasan

Page 3: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 iii

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…… ......................................................................................................... 1

1.1 Kondisi Umum ......................................................................................................................... 1

1.2 Potensi dan Permasalahan .............................................................................................. 70

1.2.1. Potensi ....................................................................................................................... 70

1.2.2. Permasalahan .......................................................................................................... 74

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BPPP .................................................................................... 86

2.1 Visi ............................................................................................................................................. 87

2.2 Misi ............................................................................................................................................ 88

2.3 Tujuan ...................................................................................................................................... 88

2.4 Sasaran Stategis Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan ........ 88

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA

KELEMBAGAAN ............................................................................................................. 91

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan ................................... 93

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi BPPP ............................................................................... 94

3.3 Kerangka Regulasi ............................................................................................................... 98

3.4 Kerangka Kelembagaan .................................................................................................... 99

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ........................................... 110

4.1. Target Kinerja ................................................................................................................... 110

4.2. Kerangka Pendanaan ..................................................................................................... 112

BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 114

Page 4: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Keterkaitan Misi, Tujuan dan Sasaran Kementerian Perdagangan Tahun

2015 - 2019

Gambar 2 : Keterkaitan antara Sasaran Strategis Kementerian Perdagangan, Misi,

Tujuan dan Sasaran BPPP Tahun 2015 - 2019

Gambar 3 : Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator BPPP Tahun 2015 –

2019

Page 5: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Matrik Kinerja Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

2015 - 2019

Lampiran 2 : Matriks Rencana Pendanaan Badan Pengkajian dan Pengembangan

Perdagangan 2015 - 2019

Lampiran 3 : Matriks Indikator Kinerja Badan Pengkajian dan Pengembangan

Perdagangan 2015-2019

Lampiran 4 : Daftar Kajian Bidang Perdagangan Tahun 2010 - 2014

Lampiran 5 : Daftar Kajian Bidang Perdagangan Tahun 2015 - 2016

Page 6: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kondisi Umum

Selama kurun waktu Pemerintahan Presiden Joko Widodo, sektor perdagangan

semakin menunjukkan perannya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Sebagaimana ditunjukkan oleh peran ekspor yang semakin meningkat terhadap

pertumbuhan PDB Nasional. Pada bulan Desember tahun 2016 neraca perdagangan

Indonesia mencetak rekor terbesar sepanjang dua tahun terakhir, yaitu mengalami

surplus USD 9,53 miliar, terdiri dari surplus non-migas sebesar USD 15,16 miliar,

sedangkan neraca migas masih mengalami defisit sebesar USD -5,6 miliar. Bahkan,

selama periode Januari – September 2017, BPS mencatat nilai ekspor nasional sebesar

US$ 123,357 miliar atau lebih tinggi dari impor yang mencapai US$ 112,486 miliar.

Sehingga pada periode tersebut, neraca perdagangan telah mengalami surplus sebesar

10,87 muliar USD atau mengalami peningkatan hampir 70 persen dibandingkan periode

yang sama tahun 2016.

Tahun 2017, kondisi ekonomi makro relatif stabil dengan belanja pemerintah yang

juga menunjukkan kinerja cukup baik. Kementerian Keuangan mencatat pertumbuhan

ekonomi hingga akhir semester pertama 2017 mencapai 5,01 persen dan berpotensi

meningkat apabila sektor manufaktur mampu tumbuh di atas 5 persen. Tingkat inflasi

cenderung terus membaik. Tercatat dalam tiga tahun ini, laju inflasi menurun dari 4,49

persen secara year-on-year (yoy) pada September 2014 menjadi 3,72 persen pada

September tahun 2017 ini. Secara konsisten, pemerintah berhasil menjaga angka inflasi

di angka 4 persen.

Realisasi pendapatan per kapita per tahun juga menujukan tren yang konsisten

membaik. Dari data pemerintah, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia pada

2014 sebesar Rp 41,92 juta per kapita per tahun kemudian naik menjadi Rp 47,96 juta

per kapita per tahun pada 2016. Angka kemiskinan, juga secara konsisten bergerak

turun hingga saat ini dari 10,96 persen menjadi 10,64 persen pada Maret 2017. Namun,

indikator tingkat pengangguran belum stabil. Namun demikian, tingkat pengangguran

turun terus sampai dengan Februari 2017 yang sudah berada di angka 5,33 persen.

Page 7: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 2

Gini ratio juga konsisten turun terus dari September 2014 masih 0,408 menjadi

0,393 pada periode Maret 2017. Disisi lain selama masa kepemimpinan Presiden Jokowi,

realisasi pertumbuhan investasi mencapai 46 persen. Dalam kurun waktu tersebut,

pemerintah telah berhasil merealisasikan investasi dari penanaman modal asing (PMA)

dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) periode 2015 hingga semester pertama

tahun ini sejumlah Rp 1.494,9 triliun. Total realisasi investasi tersebut telah menyerap

3,37 juta tenaga kerja dengan jumlah proyek mencapai 75.801 proyek.

Dengan memperhatikan kondisi ekonomi makro tersebut, maka pada tahun-tahun

mendatang diperlukan kebijakan perekonomian yang komprehensif dan mendukung

pertumbuhan berbagai sektor, khususnya sektor penghasil devisa negara, termasuk

sektor perdagangan.

Di sisi perdagangan dalam negeri, Kementerian Perdagangan berperan penting

dalam menjaga stabilisasi harga bahan pangan dan barang penting lainnya. Untuk

menjaga masyarakat dari serbuan barang-barang lokal maupun impor yang dapat

mengancam kesehatan dan keselamatan konsumen, Kementerian Perdagangan secara

simultan mengadakan kegiatan pengawasan barang beredar dan pendidikan konsumen

hingga tingkat nasional.

Sebagai salah satu regulator pada sektor perdagangan, Kementerian Perdagangan

sangat memahami bahwa sarana distribusi memegang peran vital dalam menstabilkan

harga-harga barang kebutuhan masyarakat. Untuk mendukung stabilisasi harga

tersebut, Kementerian Perdagangan mencanangkan kebijakan revitalisasi pasar

tradisional dan pusat distribusi. Lebih dari 1000 pasar telah dibangun melalui dana

dekonsentrasi yang selama ini digelontorkan ke seluruh provinsi di Indonesia,

disamping gudang-gudang pendukung implementasi sistem resi gudang.

Dinamika perdagangan internasional yang diwarnai dengan munculnya berbagai

kesepakatan perdagangan baik di tingkat bilateral, regional, maupun multilateral

direspon oleh Kementerian Perdagangan maupun pemerintah Indonesia secara umum

secara cukup baik. Sebagai contoh, Kementerian Perdagangan mengambil bagian

penting dari Paket Bali yang disetujui pada Konferensi Tingkat Menteri WTO pada bulan

Desember 2013 lalu yang dinilai oleh dunia internasional telah membawa kerja sama

multilateral ke tingkatan baru.

Di tingkat regional seperti telah diketahui bersama implementasi Masyarakat

Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 telah berada

Page 8: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 3

di ambang pintu. Untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia, baik umum maupun

pelaku usaha, Kementerian Perdagangan dengan aktif melakukan edukasi dan sosialisasi

terhadap dampak pelaksanaan AEC dan potensi manfaat yang didapat oleh bangsa

Indonesia apabila mampu memanfaatkan kerja sama tersebut.

Sedangkan di tingkat bilateral, Indonesia juga menghadapi persaingan dari

negara-negara lain untuk menghasilkan kerjasama perdagangan yang menguntungkan

demi meningkatkan kinerja perdagangan dan menggerakkan ekonomi nasional. Agar

setiap perjanjian internasional yang dimasuki oleh Indonesia dapat membawa hasil yang

positif, Kementerian Perdagangan berupaya untuk selalu melakukan feasibility study

dengan hati-hati terkait posisi runding Indonesia dengan negara calon mitra dagang.

Berbagai dialog melibatkan unsur-unsur pemerintah, kalangan akademisi, maupun

pelaku usaha di berbagai sektor gencar dilakukan oleh Kementerian Perdagangan.

Berbagai kerja sama yang tengah berjalan juga di evaluasi untuk memastikan bahwa

Indonesia tidak dirugikan akibat kesepakatan yang ada, disamping memaksimalkan

potensi yang ada. Bahkan terkait hal ini, target Presiden untuk segera merampungkan

proses perundingan bilateral dengan setidaknya 22 negara prioritas harus segera di

tindaklanjuti. Di dalam Kementerian Perdagangan, BPPP bertindak sebagai Dewan Pakar

dalam tim percepatan perundingan internasional. Berbagai forum diskusi yang

melibatkan beragam akademisi dilakukan dalam rangka melaksanakan peran tersebut.

Penghujung periode rencana pembangunan jangka menengah ke-2 ini juga

menjadi tonggak bersejarah bagi Kementerian Perdagangan dengan disahkannya

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Terbitnya kebijakan ini

semakin membuka jalan bagi Kementerian Perdagangan untuk lebih jauh berperan

dalam pembangunan ekonomi bangsa melalui sektor perdagangan. Kebijakan yang

ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 7 Desember 2014 ini

mengatur secara menyeluruh peran Kementerian Perdagangan dan instansi pemerintah

terkait lainnya dalam mengelola sektor perdagangan.

Namun demikian, masih banyak ‘pekerjaan rumah’ yang menanti Kementerian

Perdagangan dalam mewujudkan sektor perdagangan sebagai penggerak utama daya

saing dan kemakmuran bangsa. Berbagai evaluasi capaian kinerja telah dilakukan oleh

Kementerian Perdagangan dengan tujuan menginventarisasi kembali berbagai target

periode 2010-2014 yang belum terpenuhi atau pun yang belum dicapai secara maksimal

untuk dapat disempurnakan atau diwujudkan pada periode berikutnya. Hasil evaluasi

Page 9: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 4

tersebut kemudian digunakan sebagai dasar penyusunan Renstra Kementerian

Perdagangan periode 2015-2019. Dokumen tersebut selanjutnya juga menjadi acuan

bagi Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan dalam menyusun

Rencana Strategis di tingkat eselon I.

Sejalan dengan proses reformasi birokrasi yang berjalan dan tuntutan terhadap

kebijakan publik di sektor perdagangan yang berkualitas (sound trade policy),

diperlukan lembaga litbang/think tank di lingkungan Kementerian Perdagangan yang

kompeten. Untuk itu, pada tahun 2010 Badan Litbang Perdagangan berubah menjadi

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan atau disingkat BP2KP.

Perubahan nomenklatur ini sekaligus mengamanatkan peran yang lebih strategis dan

mendalam bagi BP2KP untuk mendukung Kementerian Perdagangan dalam

mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang holistik, antisipatif, responsif, artikulatif, dan

solutif. Pada tahun 2016 sejalan dengan berlanjutnya penataan kembali organisasi dan

tata kerja Kementerian Perdagangan, BP2KP berubah menjadi Badan Pengkajian dan

Pengembangan Perdagangan atau disingkat BPPP sesuai dengan Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016. Perubahan ini bertujuan agar BPPP

dapat lebih fokus untuk menghasilkan outcome berupa rekomendasi kebijakan.

Sebagai satu-satunya unit kelitbangan internal (internal think tank), dukungan

BPPP terhadap Kementerian Perdagangan diwujudkan lewat berbagai rekomendasi

kebijakan yang disusun melalui kajian maupun policy discussion baik di subsektor

perdagangan dalam negeri, luar negeri, dan kerja sama perdagangan internasional.

Disamping dukungan kajian, dalam rangka meningkatkan pemanfaatan hasil-hasil

pengkajian BPPP juga mengadakan berbagai kegiatan public outreach diantaranya yaitu

diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional dan call

for paper, berbagai Policy Dialogue Series serta penerbitan publikasi ilmiah dan populer

BPPP. Diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan dilaksanakan di Jakarta

dan beberapa kota besar di daerah. Kegiatan ini diikuti oleh para pemangku kebijakan,

pelaku usaha serta akademisi dan masyarakat umum lainnya.

Adapun capaian utama BPPP selama periode 2010-2016 adalah sebagai berikut:

a. Hasil pengkajian kebijakan perdagangan

Kegiatan pengkajian kebijakan perdagangan yang dilakukan oleh BPPP utamanya

bertujuan untuk memberikan rekomendasi bagi unit-unit teknis di lingkungan

Kementerian Perdagangan dalam penyusunan kebijakan. Oleh karena itu, seiring

Page 10: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 5

dengan permintaan dan kebutuhan akan kajian untuk mendukung penyusunan

kebijakan perdagangan selama periode 2010-2017 terdapat tren kenaikan jumlah

kajian yang dihasilkan oleh BPPP, terlepas dari dinamika pagu yang didapat BPPP

setiap tahunnya yang cenderung mengalami penurunan dibandingkan dengan tren

kenaikan target otuputnya. Sebagai contoh, pada tahun 2010 terdapat total 12 kajian

jangka panjang yang dihasilkan oleh BPPP. Kondisi ini dapat dijelaskan mengingat

pada tahun 2010, BPPP masih menggunakan sistem lama, yaitu hanya melakukan

kajian jangka panjang yang berdurasi 10-12 bulan sehingga output yang dihasilkan

biasanya banyak digunakan sebagai referensi bagi kebijakan strategis dan berdurasi

jangka panjang.

Namun berdasarkan permintaan dan tuntutan para stakeholder agar kajian yang

dihasilkan BPPP dapat dimanfaatkan secara cepat, khususnya untuk menangani isu-

isu kebijakan terkini (current issues), maka mulai tahun 2011 BPPP mulai

menerapkan sistem baru. Pada sistem ini, kajian di BPPP digolongkan menjadi 2 jenis,

yaitu kajian jangka panjang dan kajian jangka pendek dengan penekanan output pada

kajian jangka pendek atau yang lebih dikenal sebagai analisis. Pemberlakuan sistem

ini membuat output hasil kajian BPPP melonjak menjadi 46 buah kajian, baik panjang

maupun pendek pada tahun 2011 melebihi target rencana kinerja sebesar 30 laporan

kajian. Tahun berikutnya yaitu 2012 output kajian BPPP kembali mengalami

peningkatan yang cukup signifikan dengan 67 laporan kajian, melampaui target

sebesar 37 kajian. Disamping itu pada tahun yang sama BPPP mengeluarkan 41

rekomendasi kebijakan bagi Kementerian Perdagangan. Jumlah kajian terus

bertambah dimana pada tahun 2013 dihasilkan kajian 110 hasil kajian dengan 41

diantaranya digunakan sebagai rekomendasi kebijakan. Sedangkan pada tahun 2014,

BPPP menghasilkan 62 kajian dan 12 rekomendasi kebijakan. Pada tahun 2015, BPPP

menghasilkan 62 kajian yang terdiri dari 9 kajian jangka panjang dan 53 analisis

jangka pendek yang keseluruhan hasil rekomendasi kebijakannya telah disampaikan

ke para stakeholder terkait.

Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa peran kajian semakin penting

dalam penyusunan kebijakan di Kementerian Perdagangan (research-based policy).

Pada tahun 2017, setidaknya 63 kajian dan analisis ditargetkan untuk dapat seselai

pada akhir tahun 2017. Sementara itu, untuk 2018 direncanakan BPPP akan

menghasilkan setidaknya 67 kajian dan analisis. Selama tahun 2016, setidaknya BPPP

Page 11: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 6

berhasil menghasilkan 88 (delapan puluh delapan) laporan kajian dan analisis,

sebagai berikut:

1. Kebijakan Peranan Indirect Ekspor di Indonesia

2. Perbaikan Mekanisme Pengkajian Non-Tariff Measures (NTM)

3. Upaya Peningkatan Hubungan Bilateral Indonesia dengan Bahrain dan Oman

4. Analisis Penentuan Produk Impor Indonesia dari Perancis yang dapat dikenakan

Retaliasi

5. Analisis Rencana Tindakan Reciprocal Terhadap Produk Impor dari Korea

Selatan,

6. Penerapan Skema Imbal Dagang dalam Rangka Pengadaan Alat Pertanahan dan

Keamanan (alpahankam)

7. Analisis Izin Ekspor Khusus Produk Samping yang Dihasilkan dari Aktivitas

Pendalaman Alur Pelayaran,

8. Analisis Usulan Penambahan Pelabuhan Merak, Ciwandan, dan Cigading sebagai

Pintu Masuk Impor Produk Tertentu

9. Analisis Impor Produk Minuman Beralkohol Melalui Pelabuhan Tertentu,

10. Analisis Kebijakan Peningkatan dan Penyerapan Karet Alam dan Pengembangan

Ekspor Produk Karet,

11. Analisis Keunggulan Komparatif Produk Ekspor Indonesia ke Belanda,

12. Kajian Strategis Pengembangan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan Ekspor dan

Produk yang Memiliki Potensi Ekspor,

13. Analisis Usulan Pemberian Izin Khusus Impor Jeruk Kino Asal Pakistan Diluar

Masa yang Ditentukan,

14. Analisis Permintaan Peningkatan Tarif Bea Masuk MFN atas Impor Alumunium

Steel & Foil serta Cold Rolled Stainless Steel,

15. Analisis Pemetaan Produk Ekspor Indonesia ke RRT,

16. Kajian Peran Kebijakan Impor dalam Rangka Mendukung Industri Manufaktur,

17. Usulan Pengeluaran Biji Kakao dari Daftar Komoditi yang Diawasi

Impor/Pemasukkannya dalam Permentan No.04/Permentan/PP.340/2/2015,

18. Kajian Pengembangan Trading House Dalam Rangka Peningkatan Ekspor Non

Migas,

19. Potensi Perdagangan Indonesia-Slovenia,

20. Analisis Pengembangan Pasar Ekspor Alat Kesehatan,

Page 12: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 7

21. Analisis Rencana Delisting Karaginan dari Daftar Bahan Pangan Organik Oleh

Amerika Serikat,

22. Analisis Ekspor Produk Susu dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ke Indonesia,

23. Kajian Potensi Kerugian Indonesia dalam Praktek Circumvention oleh Negara

Mitra Dagang,

24. Pengaruh Pemberlakuan Aturan Positive List System (PLS) Kandungan Peptisida

oleh Korea Selatan terhadap Potensi Ekspor Buah Tropis dan Kacang-kacangan

Indonesia,

25. Analisis Evaluasi Permendag No.35/M-Dag/Per/11/2011 tentang Ketentuan

Ekspor Rotan dan Produk Rotan,

26. Analisis Perkembangan Kinerja Industri dan Perdagangan Lada Indonesia,

27. Analisis Pengembangan Industri Perikanan di Bitung, Sulawesi Utara,

28. Analisis Potensi Perdagangan Indonesia-Fiji,

29. Analisis Potensi Perdagangan Indonesia-Spanyol,

30. Analisis Tuduhan Tindakan Anti Dumping/Countervailing Duties (AD/CVD) di

Pasar Amerika Serikat Terhadap Beberapa Produk Ekspor Indonesia,

31. Perkembangan Kinerja Produksi dan Perdagangan Semen,

32. Pengaruh Diakuinya Mata Uang Renmimbi (Yuan) dalam SDR IMF Terhadap

Kinerja Perdagangan Nonmigas Indonesia –RRT,

33. Analisis Potensi dan Posisi Ekspor TPT Indonesia ke Pasar Utama Indonesia,

34. Peranan Otorisasi Jasa Keuangan (OJK) dalam Implementasi Sistem resi Gudang

(SRG),

35. Analisis Harga Pangan Pokok Pasca Penurunan Harga Bensin Premium dan Solar

Bersubsidi,

36. Forum Diskusi Peran Jasa Perantara dalam Meningkatkan Ekspor Produk UMKM,

37. Pemetaan Kebutuhan Konsumen Dalam Rangka Perlindungan Konsumen,

38. Forum Diskusi Deregulasi dan Debirokraisasi Kebijakan Perdagangan,

39. Analisis Harga Pangan Pokok Menjelang Puasa dan Lebaran,

40. Analisis Rantai Pasok Jagung Sebagai Bahan Baku Pangan Ternak,

41. Harga Patokan Petani (HPP) Gula Tahun 2016,

42. Analisis Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan

(LKTP) oleh Pelaku Usaha Kepada Kementerian Perdagangan,

43. Potensi Kenaikan Harga Kedelai,

Page 13: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 8

44. Tanggapan Usulan Pelaku Usaha Terhadap Permendag No. 22/M-

DAG/PER/3/2016 Tentang Ketentuan Umum Distribusi Barang,

45. Analisis Optimalisasi Pelaksanaan Perlindungan Konsumen di Indonesia,

46. Efektivitas Operasi Pasar Bawang Merah,

47. Analisis Tata Niaga Beras,

48. Efektivitas Operasi Pasar Beras di DKI Jakarta,

49. Konsep Upaya Stabilisasi Harga Bahan Pangan Pokok,

50. Policy Dialogue Series Pengembangan Consumer Group Sebagai Upaya

Peningkatan Keberdayaan Konsumen,

51. Upaya Stabilisasi Harga dan Ketersediaan Pasokan Gula Kristal Putih (GKP),

52. Pengembangan Consumer Group Sebagai Upaya Peningkatan Keberdayaan

Konsumen,

53. Analisis Penerapan Harga Dasar (Floor Price) dan Harga Atap (Ceiling Price),

54. Kemungkinan Penerapan Sistem Beli Putus Dalam Tataniaga Gula Kristal Putih,

55. Perhitungan Neraca Daging Sapi Tahun 2016,

56. Perhitungan Neraca Sapi Semester Daging 1 Tahun 2017,

57. Penurunan Ekspor Beras Vietnam Tahun 2016,

58. Laporan Kunjungan ke PT Gunung Madu Plantation, Provinsi Lampung,

59. Harga Susu Sapi Segar di Tingkat Peternak,

60. Masukan Atas Permohonan Gubernur Lampung,

61. Rapat Antara Bupati Fak-Fak Dengan BPPP Mengenai Komoditi Pala,

62. Policy Dialogue Series Peran Pusat Logistik Berikat (PLB) Dalam Mendukung

Daya Saing Industri Kecil Menengah (IKM) Nasional,

63. Usulan Posisi Runding Dalam Perdagangan Barang Pada Perundingan Indonesia

– Australia CEPA,

64. Pemanfaatan AANZ FTA dan IA CEPA Untuk Meningkatkan Ekspor Produk

Otomotif Indonesia ke Australia,

65. Manfaat Implementasi Preferential Trade Agreement the Developing Eigth (PTA

D8) Bagi Indonesia,

66. Manfaat Implementasi Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)

dan ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) Bagi Ekonomi

Makro dan Sektoral Indonesia,

Page 14: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 9

67. Pemanfaatan Kerjasama Strategis Maritime Silk Road Tiongkok Untuk

Mengurangi Biaya Angkutan Laut Ekspor Indonesia ke Dunia,

68. Kebijakan Kesenjangan (Gap) Aturan E-Commerce Indonesia dengan Trans

Pacific Partnership (TPP),

69. Manfaat dan Biaya Kerjasama Perdagangan Barang Indonesia-Turki,

70. Evaluasi Indonesia Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA) dan Potensi

Perluasan Cakupan Produk,

71. Pemanfaatan Suez Canal Special Economic Zone (SCZone) Untuk Peningkatan

Ekspor Indonesia ke Afrika, Timur Tengah dan Eropa,

72. Posisi Runding Perdagangan Jasa dalam Rangka Indonesia – European Union

Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA),

73. Kebijakan Manfaat dan Biaya Kerjasama Perdagangan Barang dalam Skema

ASEAN-European Union (EU) FTA,

74. Peningkatan Liberalisasi Sektor Jasa Indonesia dalm Rangka Memenuhi ASEAN

Framework Agreement on Service (AFAS),

75. Dampak Canada-Ukraina Free Trade Agreement (CUFTA),

76. Usulan Posisi Runding Perdagangan Barang Dalam Rangka Indonesia-European

Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA),

77. Analisis Kinerja Perdagangan Luar Negeri sebanyak 12 Laporan yang dihasilkan

setiap bulan selama 12 bulan.

Sejalan dengan hal tersebut, beberapa rekomendasi yang disampaikan ke

stakeholders selama kurun waktu tahun anggaran 2016 yang diproduksi oleh BPPP

sebagai berikut:

1. Kebijakan Peranan Indirect Ekspor di Indonesia, disampaikan kepada jajaran

pimpinan Kementerian Perdagangan melalui Nota Dinas

No.03/BPPP/ND/01/2016 tanggal 8 Januari 2016 dengan rekomendasi sebagai

berikut: (1) Pemerintah perlu memberi informasi jelas kepada pelaku ekspor

mengenai mekanisme ekspor langsung atau ekspor tidak langsung; (2)

Pemerintah tidak perlu mendorong pelaku ekspor yang sudah selama ini

membina kegiatan ekspor secara indirect untuk menjadi secara direct, karena

banyak pertimbangan yang kemungkinan sulit untuk diubah dalam prosesnya;

(3) Perubahan kegiatan ekspor tidak langsung menjadi langsung memerlukan

Page 15: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 10

waktu dan biaya yang cukup banyak, sehingga peran pemerintah lebih kepada

mendorong peningkatan nilai tambah dari ekspor bagi perekonomian; (4)

Desiminasi informasi mengenai pilihan-pilihan negara singgah dan untung-

ruginya dapat membantu pelaku ekspor untuk meningkatkan daya saing di

negara tujuan akhir; (5) Peningkatan efektifitas peranan atase dan ITPC dalam

memberikan informasi pasar ekspor.

2. Perbaikan Mekanisme Pengkajian Non-Tariff Measures (NTM), disampaikan

kepada jajaran pimpinan Kementerian Perdagangan melalui Nota Dinas

No.11/BPPP/ND/02/2016 tanggal 15 Februari 2016. Berdasarkan data ERIA

dan UNCTAD, selama 2000-2015 jumlah NTM di ASEAN meningkat dari 1576

NTM menjadi 5738 NTM di tahun 2015. Penerapan NTM sangat berpengaruh

terhadap volume perdagangan. NTM mempengaruhi daya saing dan diversifikasi

perdagangan terutama pada biaya pemenuhan prosedur birokrasi, dan

mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan meningkatnya harga pangan pokok.

Untuk itu, perlu menjaga konsistensi NTM sebagai instrumen pengamanan

perdagangan dengan cara fokus pada rasionalisasi NTM di 3 area : 1. Before the

border (peningkatan akses pasar, reformasi kebijakan perdagangan, dan

liberalisasi tarif); 2. At the border (harmonisasi dan penyederhanaan prosedur

dan peraturan, serta reformasi institusi); dan 3.Behind the border (iklim

investasi, peningkatan perdagangan dan pembangunan infrastruktur,serta

penanganan hambatan dari sisi supply).

3. Upaya Peningkatan Hubungan Bilateral Indonesia dengan Bahrain dan

Oman, disampaikan kepada Direktur Kerjasama Bilateral melalui Nota Dinas

No.116/BPPP.3/ND/3/2016 tanggal 3 Maret 2016. Beberapa strategi yang dapat

dilakukan untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia- Bahrain dan

Oman antara lain: (1) meningkatkan diplomasi dagang agar pembelian migas

dari Bahrain dan Oman dapat menggunakan skema imbal beli; (2)

Mengoptimalkan diplomasi dalam rangka meningkatkan akses pasar baru bagi

produk ekspor Indonesia; (3) Meningkatkan kerjasama investasi Indonesia –

Bahrain & Oman; dan (4) Mengembangkan kerjasama sektor jasa terutama

bidang pariwisata.

4. Analisis Penentuan Produk Impor Indonesia dari Perancis yang dapat

dikenakan Retaliasi, disampaikan kepada Direktur Pengamanan Perdagangan

Page 16: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 11

melalui Nota Dinas No.169/BPPP.3/ND/3/2016 tanggal 28 Maret 2016.

Tindakan retaliasi Indonesia terhadap Perancis sebagai respon atas penerapan

kenaikan pajak atas minyak sawit di negara tersebut. Hasil analisis penentuan

produk impor yang diusulkan untuk dikenakan retaliasi: (1) Besarnya nilai

impor Indonesia dari Perancis yang diretaliasi harus sepadan (ekuivalen) dengan

nilai ekspor produk Indonesia yang terkena tindakan diskriminatif oleh Perancis,

yaitu palm oil, palm kernel oil, dan coconut oil; (2) Produk impor yang akan

dikenakan retaliasi dipilih berdasarkan ranking tertinggi atas hasil perhitungan

indeks komposit; (3) Berdasarkan hasil perhitungan, yang memiliki ranking

tertinggi yaitu: Preparat kecantikan atau rias dan preparat untuk perawatan kulit

(HS 3304.99); Makanan anjing atau kucing, disiapkan untuk penjualan eceran

(HS 2309.10); Tas tangan, dengan tali bahu maupun tidak (HS 4202.21); Olahan

dari jenis yang digunakan untuk makanan hewan (HS 2309.90); Glukosa dan

sirop glukosa (HS 1702.30); serta Susu dan kepala susu tidak mengandung gula

tambahan (HS 0402.21 dan 0402.10).

5. Analisis Rencana Tindakan Reciprocal Terhadap Produk Impor dari Korea

Selatan, disampaikan kepada Direktur Pengamanan Perdagangan melalui Nota

Dinas N0.179/BPPP.3/ND/3/2016 tanggal 30 Maret 2016 dengan rekomendasi:

(1) Tindakan reciprocal sebaiknya tidak dikenakan kepada importir, namun

dikenakan kepada eksportir/supplier asal Korsel sehingga tidak

mendiskriminasi pembeli domestik (importir). Apabila tetap terpilih importir

sebagai objek yang dikenakan tindakan reciprocal, maka harus dipastikan bahwa

importir tersebut merupakan perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh

pengusaha/perusahaan Korsel; (2) Perlu dipertimbangkan jenis barang yang

dipilih untuk tindakan reciprocal, diantaranya diutamakan barang konsumsi

rumah tangga dibandingkan bahan baku/penolong dan barang modal, apabila

tindakan reciprocal diberlakukan untuk bahan baku/penolong industri

sebaiknya produk tersebut memiliki substitusi dari sumber negara lain, dan

barang tersebut mampu diproduksi oleh perusahaan domestik.

6. Penerapan Skema Imbal Dagang dalam Rangka Pengadaan Alat Pertanahan

dan Keamanan (alpahankam), disampaikan kepada Direktur Fasilitasi Ekspor

dan Impor melalui Nota Dinas No.257/BPPP.3/ND/05/2015 tanggal 12 Mei

2016, sebagai tindak lanjut hasil rapat koordinasi dengan Komite Kebijakan

Page 17: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 12

Industri Pertahanan (KKIP). Terkait dengan rencana penerapan skema imbal

dagang dalam rangka pengadaan Alpahankam dari Rusia, produk yang dapat

diprioritaskan untuk diimbaldagangkan adalah: Perhiasan, Produk kimia,

Batubara, Mesin-mesin, Elektronik, Otomotif, TPT, Makanan olahan, dan Udang.

7. Analisis Izin Ekspor Khusus Produk Samping yang Dihasilkan dari Aktivitas

Pendalaman Alur Pelayaran, disampaikan kepada Mendag melalui Nota Dinas

No. 61/BPPP/ND/06/2016 tanggal 24 Juni 2016, sebagai tindak lanjut Surat

PT.Usaha Griya Sejahtera perihal permohonan pertimbangan terkait tata cara

pemanfaatan produk samping yang dihasilkan dari aktivitas pendalaman alur

pelayaran. Rekomendasi yang disampaikan bahwa belum ada ruang untuk

memberikan ijin ekspor khusus atas produk samping (by product) sebagai hasil

dari kegiatan pendalaman alur pelayaran yang sebagian besar berupa pasir laut.

8. Analisis Usulan Penambahan Pelabuhan Merak, Ciwandan, dan Cigading

sebagai Pintu Masuk Impor Produk Tertentu, disampaikan kepada Direktur

Impor melalui Nota Dinas No. 340/BPPP.3/ND/06/2016 tanggal 27 Juni

2016. Berdasarkan hasil analisis, BPPP merekomendasikan untuk hanya

membuka Pelabuhan Cigading sebagai pintu masuk impor Produk Tertentu

dengan produk yang diizinkan adalah Pakaian Jadi dan Alas Kaki.

9. Analisis Impor Produk Minuman Beralkohol Melalui Pelabuhan Tertentu,

disampaikan kepada Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri melalui

Nota Dinas No. 69/BPPP/ND/07/2016 tanggal 18 Juli 2016 dengan rekomendasi

untuk melakukan peninjauan kembali atas Permendag No.20/M-

DAG/PER/4/2014 yang menetapkan pelabuhan Belawan di Medan, pelabuhan

Tanjung Emas di Semarang, pelabuhan Bitung di Manado dan pelabuhan

Soekarno Hatta di Makasar sebagai pintu masuk impor produk minuman

beralkohol di Indonesia serta perlu dilakukan evaluasi pengawasan

implementasi kebijakan impor produk minuman beralkohol karena ditemukan

importasi produk tersebut melalui pelabuhan Jakarta/Pasar Ikan.

10. Analisis Kebijakan Peningkatan dan Penyerapan Karet Alam dan

Pengembangan Ekspor Produk Karet, disampaikan kepada Direktur Jenderal

Perdagangan Luar Negeri melalui Nota Dinas No. 77/BPPP/ND/07/2016 tanggal

28 Juli 2016 bahwa untuk meningkatkan penyerapan karet alam dalam negeri

Page 18: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 13

dan pengembangan ekspor produk karet, maka direkomendasikan: menurunkan

Bea Masuk (BM) untuk bahan baku penolong bagi industri barang jadi karet

khususnya barang-barang kimia seperti sulfur, peroksida, silica, carbon black

dan kaolin; pengawasan negara-negara produsen karet yang tergabung dalam

International Tripartite Rubber Council (ITRC) untuk pembatasan kuota ekspor

melalui Agreed export tonnage scheme (AETS) dan kebijakan lainnya untuk

peningkatan harga karet internasional; dalam rangka percepatan penyerapan

karet alam dalam negeri melalui proyek infrastruktur pemerintah, perlu segera

dikeluarkan regulasi sebagai payung hukum; mengusulkan penghapusan PPN

bagi produk pertanian termasuk karet; pengembangan kawasan industry di luar

jawa dan di sentra-sentra produksi karet sehingga biaya produksi lebih efisien;

mewajibkan SNI untuk produk barang jadi karet lainnya bukan hanya ban

misalnya dock fender dan conveyor belt.

11. Analisis Keunggulan Komparatif Produk Ekspor Indonesia ke Belanda,

disampaikan kepada Dirjen Daglu dan Dirjen PEN melalui Nota Dinas No.

90/BPPP/ND/08/2016 tanggal 24 Agustus 2016. Berdasarkan hasil analisis,

BPPP merekomendasikan yaitu (1) Produk prioritas ekspor ke Belanda adalah

Rempah-Rempah, Furniture, Produk Kayu, Kerajinan, Udang dan Kulit & Produk

Kulit; (2) Minyak Atsiri, Alas Kaki dan Produk Tekstil perlu untuk ditingkatkan

baik kuantitas maupun kualitas ekspornya; (3) Untuk produk yang memiliki nilai

ekspor besar namun berada di posisi pasar tidak dinamis (menurun) sebaiknya

melakukan diversifikasi ke pasar yang lebih dinamis; (4) Perlunya kerja sama

bilateral dengan Belanda maupun Uni Eropa terkait penurunan tarif bea masuk,

standar, maupun hambatan perdagangan lainnya untuk mempermudah akses

masuk pasar; dan (5) Perlu diselenggarakannya promosi dan misi dagang untuk

memperkenalkan produk ekspor potensial agar dapat meningkatkan daya saing

produk di Belanda.

12. Kajian Strategis Pengembangan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan

Ekspor dan Produk yang Memiliki Potensi Ekspor, disampaikan kepada

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional melalui Nota Dinas No.

93/BPPP/ND/08/2016 tanggal 29 Agustus 2016. Berdasarkan hasil analisis,

BPPP merekomendasikan yaitu, strategi utama jangka pendek dapat ditempuh

dengan memprioritaskan peningkatan dan pengembangan ekspor pada produk-

Page 19: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 14

produk ekspor Indonesia yang permintaan dunianya masih tumbuh

sebagaimana telah dipetakan dalam kuadran STAR dan QUESTION MARK (QM).

Adapun pemetaan tersebut: a) Dalam kuadran STAR,produk-produk ekspor

Indonesia mengalami trend peningkatan selama periode 2011-2015 seiring

dengan peningkatan permintaan produk tersebut di pasar dunia. Produk-produk

yang masuk kategori ini, antara lain: otomotif, alas kaki, produk perhiasan,

produk kayu, dan furniture; b) Dalam kuadran QM, produk-produk ekspor

Indonesia mengalami trend penurunan selama periode 2011-2015 meskipun

permintaan produk tersebut di pasar dunia meningkat. Produk-produk yang

masuk kuadran ini, antara lain: produk tekstil, elektronik, plastik dan produk

plastik, produk perlengkapan rumah tangga, dan sepeda; c) Dengan fokus pada

peningkatan ekspor pada produk-produk kuadran STAR dan QM, pangsa

ekspornya (coverage) telah mencapai 43,2% dari total ekspor non migas

Indonesia ke dunia, yang terdiri dari pangsa STAR 22,9% dan pangsa QM 20,3%.

13. Analisis Usulan Pemberian Izin Khusus Impor Jeruk Kino Asal Pakistan

Diluar Masa yang Ditentukan, disampaikan kepada Direktur Jenderal

Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan

Internasional dan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional melalui

surat Nota Dinas No. 98/BPPP/ND/08/2016 tanggal 06 September 2016 dan

merekomendasikan untuk: a) Memasukkan isu Jeruk Kino ke dalam review IP-

PTA dan melakukan pertukaran dengan produk ekspor Indonesia lainnya

(Batubara dan Motor Cars) ke Pakistan melalui TIGA, atau membuat MRA khusus

Indonesia-Pakistan untuk produk Jeruk Kino; b) Memperhatikan kepentingan

nasional dalam melindungi petani dalam negeri dan membicarakan lebih lanjut

terkait isu tersebut dengan Kementerian Pertanian selaku pembina sektor petani

sekaligus penerbit kebijakan RIPH.

14. Analisis Permintaan Peningkatan Tarif Bea Masuk MFN atas Impor

Alumunium Steel & Foil serta Cold Rolled Stainless Steel, disampaikan kepada

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri melalui Nota Dinas No.

102/BPPP/ND/09/2016 tanggal 14 September 2016 dan merekomendasikan

untuk 1) tidak menaikan tarif bea masuk MFN baik untuk produk Alumunium

Sheet, Alumunium Foil, maupun produk CRS karena dianggap tidak efektif; 2)

Perlu dilakukannya negosiasi dengan RRT agar dapat memberikan insentif yang

Page 20: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 15

merugikan negara lain seperti Indonesia karena pemberian rabat pajak; dan 3)

Mendorong KADI untuk melakukan penyelidikan terhadap kemungkinan adanya

dumping Alumunium foil asal RRT.

15. Analisis Pemetaan Produk Ekspor Indonesia ke RRT, disampaikan kepada

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Direktur Jenderal

Pengembangan Ekspor Nasional melalui Nota Dinas No.

113/BPPP.3/ND/09/2016 tanggal 26 September 2016 dan merekomendasikan

perlu dilakukan strategi peningkatan yaitu dengan memprioritaskan produk-

produk yang masih memiliki permintaan yang tinggi di dunia antara lain produk

kayu; kacamata; alas kaki; furniture; buku dan alat percetakan ; peralatan

olahraga; perhiasan dan lain-lain.

16. Kajian Peran Kebijakan Impor dalam Rangka Mendukung Industri

Manufaktur, disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri

melalui Nota Dinas No. 155/BPPP/ND/11/2016 tanggal 23 November 2016.

Berdasarkan hasil kajian maka direkomendasikan pemerintah untuk mendorong

kinerja industri manufaktur di Indonesia antara lain dengan (i) menurunkan tarif

bea masuk MFN atas impor bahan baku dan penolong industri kimia melalui

program Tahap III Peninjauan Tarif Bea Masuk MFN; (ii) Meningkatkan peranan

kebijakan hambatan non tarif atas impor bahan baku dan penolong industri TPT

dengan pembenahan tata niaga impor TPT melalui revisi Permendag No. 85/M-

DAG/PER/10/2015 dengan perizinan impor TPT hanya diberikan kepada

produsen sebagai bahan baku produksi untuk produk yang belum di produksi di

dalam negeri dan pelarangan impor dalam memperdagangkan dan/atau

memindahtangankan impor TPT serta penerapan Verifikasi atau Penelusuran

Teknis Impor (VPTI); serta dengan (iii) menurunkan pengenaan hambatan non

tarif atas impor bahan baku dan penolong industri elektronika dalam rangka

mendorong peningkatan kinerja industri elektronika.

17. Usulan Pengeluaran Biji Kakao dari Daftar Komoditi yang Diawasi

Impor/Pemasukkannya dalam Permentan

No.04/Permentan/PP.340/2/2015, disampaikan kepada Direktur Jenderal

Perdagangan Luar Negeri melalui Nota Dinas No.120/BPPP/ND/10/2016

tanggal 07 Oktober 2016. Berdasakan hasil analisis diketahui bahwa nilai ekspor

kakao olahan pada tahun 2016 diperkirakan akan turun sebesar 11,45% dari

Page 21: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 16

tahun 2015. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri,

mempertahankan kinerja industri Kakao Olahan dalam negeri dan meningkatkan

ekspor non migas Indonesia, maka kami merekomendasikan pengeluaran Biji

Kakao dari daftar komoditi yang diawasi impornya dalam Permentan

No.04/Permentan/PP.340/2/2015 yang diubah dengan Permentan

No.13/Permentan/KR.040/4/2016.

18. Kajian Pengembangan Trading House Dalam Rangka Peningkatan Ekspor

Non Migas, disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri

melalui Nota Dinas No.121/BPPP/ND/10/2016 tanggal 10 Oktober 2016. Kajian

ini menghasilkan memo kebijakan yang merekomendasikan pemerintah untuk

memfasilitasi pembangunanTrading House dengan (a) Memperkuat lembaga

yang sudah melakukan sebagian fungsi Trading House seperti SMESCO dan

PT.Sarinah; dan (b) Membangun dari awal sebuah Trading House yang baru

dalam bentuk pilot proyek dengan model operasional yang komprehensif.

19. Potensi Perdagangan Indonesia-Slovenia, disampaikan kepada Direktur

Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional melalui surat Nota Dinas No.

124/BPPP.3/ND/10/2016 tanggal 13 Oktober 2016. Analisis ini menjelaskan

Pangsa pasar Slovenia terhadap total ekspor nonmigas Indonesia masih

cenderung rendah yakni sebesar 0,07%, sehingga peluang ekspor Indonesia ke

pasar Slovenia masih terbuka lebar. Beberapa komoditas primer potensial di

pasar Slovenia adalah ikan olahan dan udang. Sementara produk manufaktur

yang potensial antara lain alat musik; lonceng, arloji dan bagiannya; alas kaki;

kerajinan; produk dari batu, gips dan semen; helm pengaman dan penutup

kepala; serta produk kayu. Aktivitas perdagangan di Slovenia diperkirakan akan

meningkat seiring dengan rencana pembangunan infrastruktur pelabuhan oleh

pemerintah Slovenia. Untuk menangkap potensi perdagangan dengan Slovenia,

Indonesia diharapkan aktif mengikuti berbagai kegiatan pameran untuk

mempromosikan dan memperkenalkan produk Indonesia, seperti pada pameran

dagang terbesar di Slovenia, MOS International Trade & Business Fair, serta

melakukan misi dagang khususnya untuk sembilan komoditas/produk potensial.

20. Analisis Pengembangan Pasar Ekspor Alat Kesehatan, disampaikan kepada

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional melalui surat Nota Dinas

No.127/BPPP/ND/10/2016 tanggal 14 Oktober 2016. Analisis ini

Page 22: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 17

merekomendasikan untuk (a) Pengembangan ekspor produk alat kesehatan

hendaknya difokuskan pada produk yang telah memiliki daya saing baik sebagai

produk prioritas ekspor terpilih antara lain: Produk Pembalut wanita (pads);

Contraceptive preparations; Needles & catheters, Jarum suntik (Syringes) dan

Oxygen therapy; (b) Selain fokus pada produk, target promosi juga harus

difokuskan pada negara-negara prospektif terpilih tujuan ekspor alat kesehatan

Indonesia yang terdapat di beberapa kawasan; (c) Menjajaki pembukaan hub

bisnis serta kerjasama perdagangan dengan negara-negara di kawasan Amerika

dan Afrika untuk memberikan akses pasar bagi produk alat kesehatan Indonesia;

(d) Bekerjasama dengan K/L terkait (BKPM, Kementerian Kesehatan,

Kementerian Perindustrian) untuk merumuskan strategi promosi untuk

meningkatkan minat investasi asing di sektor alat kesehatan Indonesia.

21. Analisis Rencana Delisting Karaginan dari Daftar Bahan Pangan Organik

Oleh Amerika Serikat, disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan

Luar Negeri melalui surat Nota Dinas No. 128/BPPP/ND/10/2016 pada tanggal

17 Oktober 2016. Analisis ini merekomendasikan (a). Bekerja sama dengan K/L

terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian

Perindustrian untuk segera menyusun strategi diplomasi bersama untuk

merespon rencana delisting produk karaginan dari bahan pangan organik yang

akan disampaikan pada pertemuan NSOB November 2016 mendatang di

Amerika Serikat; (b). Sebagai langkah dalam pelaksanaan strategi diplomasi,

perlu juga segera disusun matrik rencana aksi diplomasi (terlampir) dengan

beberapa poin tindak lanjut yang dapat dijadikan “senjata” diplomasi antara lain:

Bukti atau publikasi ilmiah yang menyatakan bahwa karaginan yang dibuat dari

rumput laut tidak berbahaya bagi kesehatan;

Bukti atau publikasi ilmiah bahwa proses pengolahan dari rumput laut menjadi

karaginan masih memenuhi kriteria pangan organik;

Sertifikasi yang menjamin bahwa industri pengolahan karaginan di Indonesia

telah memenuhi standar pengolahan yang telah ditetapkan oleh lembaga

nasional/internasional;

Bukti bahwa Indonesia telah serius mengembangkan cara budidaya yang baik

untuk rumput laut;

Page 23: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 18

Menunjukkan potensi kehilangan ekspor rumput laut Indonesia serta peran

krusial rumput laut dan produk olahannya bagi kesehjahteraan masyarakat

Indonesia khususnya masyarakat pesisir.

22. Analisis Ekspor Produk Susu dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ke

Indonesia, disampaikan kepada Menteri Perdagangan dan seluruh pejabat

eselon 1 melalui surat Nota Dinas No. 131/BPPP/ND/10/2016 pada tanggal 24

Oktober 2016. Analisis ini merekomendasikan Importasi produk susu ke

wilayah Indonesia hanya dapat dilakukan apabila mendapatkan Persetujuan

Impor dari Kementerian Perdagangan dengan persyaratan terlebih dahulu

mendapatkan Surat Keterangan Impor (SKI) dari BPOM. Adapun untuk

mendapatkan SKI perlu melampirkan Surat Rekomendasi Pemasukan (RP) dari

Kementerian Pertanian.

23. Kajian Potensi Kerugian Indonesia dalam Praktek Circumvention oleh

Negara Mitra Dagang, disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan

Luar Negeri melalui surat Nota Dinas No. 133/BPPP/ND/10/2016 pada tanggal

28 Oktober 2016. Praktek pengalihan ekspor melalui negara ketiga (third-

country circumvention) terindikasi dilakukan oleh RRT untuk kasus pengenaan

Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) produkbaja H & I Section dengan melakukan

ekspor melalui Singapura. Indikasi praktek third-country circumvention juga

terlihat pada kasus BMAD Cold Rolled Coil/Sheet (CRC) oleh RRT, Taiwan, dan

Jepang dengan melibatkan Malaysia sebagai negara ketiga. Kajian ini

merekomendasikan untuk (a) Melakukan penyempurnaan terhadap PP No.

34/2011 tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, danTindakan

Pengamanan Perdagangan dengan memasukkan klausul tindakan anti-

circumventionyang setidaknya mencakup bentuk-bentuk circumvention dan

prosedur tindakan sebagaimana yang telah dilakukan beberapa negara seperti:

AS, EU, Australia, dan India; (b) Memperpanjang pemberlakuan Permendag No.

28/M-DAG/PER/6/2014 tentang Ketentuan Impor Baja Paduan yang akan

berakhir pada 31 Desember 2016; (c) Apabila ketentuan anti-circumvention

sudah diberlakukan, otoritas yang berwenang dapat menggunakan hak

inisiatifnya untuk memulai penyelidikan terhadap upaya penghindaran atas

pengenaan tindakan anti-dumping, khususnya pada importasi produk baja.

Page 24: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 19

24. Pengaruh Pemberlakuan Aturan Positive List System (PLS) Kandungan

Peptisida oleh Korea Selatan terhadap Potensi Ekspor Buah Tropis dan

Kacang-kacangan Indonesia, disampaikan kepada Direktur Jenderal

Perdagangan Luar Negeri melalui surat Nota Dinas No. 134/BPPP/ND/10/2016

pada tanggal 28 Oktober 2016. Analisis ini dilaksanakan berdasarkan surat

beritadari Wakil Tetap RI Jenewa No.R-00268/JENEWA/160504 tanggal 4 Mei

2016 perihal Rencana Pemberlakuan Positive List Pestisida oleh Pemerintah

Korea Selatan. Diketahui bahwa masih banyak pestisida yang digunakan

Indonesia isinya belum sesuai dengan standar kandungan pestisida yang

diizinkan oleh Pemerintah Korea Selatan. Selain itu, jika rencana pemberlakuan

PLS ini tetap diimplementasikan pada bulan Desember 2016, maka potensi

kehilangan ekspor dari komoditas buah tropis dan kacang-kacangan

diproyeksikan akan mencapai USD 16,3 juta mulai tahun 2017. Adapun potensi

kehilangan ekspor akan kian membesar seiring rencana perluasan cakupan

produk dalam aturan PLS ke produk makanan berbasis pertanian mulai

Desember 2018. Melalui aturan ini, akan terjadi hambatan akses pasar terhadap

komoditas buah tropis dan kacang-kacangan Indonesia di pasar Korea Selatan

dan potensi ekspor yang hilang pun cukup tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut,

maka Pemerintah Indonesia diharapkan secara aktif mengangkat isu ini dalam

negosiasi dan perundingan perdagangan dengan Pemerintah Korea Selatan.

Selain itu, diharapkan adanya langkah strategis dari Kementerian teknis di

Indonesia dalam menangani isu ini.

25. Analisis Evaluasi Permendag No.35/M-Dag/Per/11/2011 tentang

Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan, disampaikan kepada Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri melalui surat Nota Dinas No.

136/BPPP/ND/10/2016 pada tanggal 31 Oktober 2016. Berdasarkan hasil

analisis yang dilakukan, maka rekomendasi yang disampaikan sebagai berikut:

1. Ekspor produk jadi rotan pasca implementasi Permendag No. 35 tahun 2011

(2012-2015), mengalami penurunan sebesar 19,3%, jauh lebih dalam jika

dibandingkan dengan periode sebelum implementasi (2004-2011) yang hanya

turun sebesar 2,9%. Penurunan ekspor produk jadi rotan tidak terlepas dari

menurunnya jumlah industri pengolahan rotan dalam negeri. Jumlah perusahaan

kecil untuk Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 16 (anyaman

Page 25: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 20

rotan) dan KBLI 31 (furnitur) turun sebesar 15,9% dan 9,6% per tahun selama

2011-2015 (BPS, 2016). Terdapat indikasi bahwa implementasi Permendag No.

35 tahun 2011 tentang larangan ekspor rotan mentah memberikan dampak

kontraproduktif. Oleh karena itu, pemerintah perlu mempertimbangkan

alternatif instrumen perdagangan lainnya, antara lain (a) Mendirikan Pusat

Penyangga Rotan; (b) Ekspor dengan Menerapkan Bea Keluar Optimum; (c)

Ekspor dengan Menerapkan Pembatasan Ekspor (Kuota) dan Wajib Pasok

Industri Dalam Negeri; dan (d) Ekspor Melalui Pelabuhan Tertentu Penghasil

Rotan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penyempurnaan

terhadap Permendag No. 35/M-Dag/Per/11/2011 dengan mempertimbangkan

alternatif kebijakan melalui instrumen Bea Keluar (BK) ekspor rotan mentah.

Oleh sebab itu, dalam rangka penyempurnaan tersebut, Pusat Pengkajian

Perdagangan Luar Negeri, BPPP akan melakukan kajian yang lebih komprehensif

dan mendalam pada tahun anggaran 2017.

26. Analisis Perkembangan Kinerja Industri dan Perdagangan Lada Indonesia,

disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur

Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Direktur Jenderal Pengembangan

Ekspor melalui ND 138/BPPP/ND/11/2016 tanggal 01 November 2016.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa posisi daya saing

lada Indonesia di pasar dunia masih cukup tinggi, oleh karena itu Indonesia perlu

mendorong kapasitas produksi lada domestik melalui implementasi program-

program yang telah dicanangkan Kementerian Pertanian. Kementerian

Pertanian pun diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan IPC terkait upaya

untuk mendorong produksi yang berkelanjutan dan meningkatkan mutu lada.

Selain itu, untuk mendorong ekspor, perlu dilakukan promosi lada Indonesia

terutama ke pasar potensial yakni berupa pengiriman produk sampling, iklan

media audiovisual tentang perkebunan lada di Indonesia serta mengikuti

pameran-pameran dagang dalam rangka memperkenalkan lada Indonesia.

27. Analisis Pengembangan Industri Perikanan di Bitung, Sulawesi Utara,

dilakukan berdasarkan Surat dari Deputi Menko Perekonomian Bidang

Koordinasi Perniagaan dan Industri Nomor S-152/D.V.M.EKON/10/2016

tanggal 10 Oktober 2016 perihal Revitalisasi Ekspor Produk Perikanan dari

Industri Pengolahan Ikan (IPI) di Bitung dan Permintaan Penurunan Tarif Bea

Page 26: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 21

Masuk Terhadap Produk Perikanan Indonesia. Hasil analisis telah disampaikan

kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri melalui ND

139/BPPP/ND/11/2016 pada tanggal 02 November 2016 dengan hasil

rekomendasi sebagai berikut (a). Melakukan peninjauan langsung ke lapang

untuk memastikan kesiapan fasilitas Pelabuhan Bitung dan manfaat yang dapat

diperoleh dengan dibukanya Pelabuhan Bitung sebagai pintu masuk hasil

perikanan melalui revisi Permen KKP Nomor 46/PERMEN-KP/2014 tentang

Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam

Wilayah Negara Republik Indonesia, (b). Menjadikan Bitung sebagai Kawasan

Berikat yang memberikan fasilitas pembebasan atau keringanan dibidang

perpajakan, salah satunya adalah pembebasan terhadap PPh 22; (c). Mengambil

langkah tindak lanjut dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait, agar

Indonesia dapat memperoleh GSP Plus di Uni Eropa sebagimana yang telah

dilakukan Filipina, terutama dalam hal kesiapan berbagai pihak untuk

meratifikasi aturan yang ada dan langkah kebijakan atas dampak ratifikasi

tersebut. Selain itu, dipandang perlu untuk memasukkan permintaan preferensi

ekspor produk ikan ke Uni Eropa sebagai salah satu bahan negosiasi

perundingan kerjaama bilateral Indonesia – EU CEPA.

28. Analisis Potensi Perdagangan Indonesia-Fiji, disampaikan kepada Direktur

Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional dan Direktur Jenderal

Pengembangan Ekspor Nasional melalui ND 141/BPPP/ND/11/2016 pada

tanggal 04 November 2016. Berdasarkan analisis yang ada diketahui

bahwaIndonesia masih memungkinkan untuk melakukan penetrasi dan

pengembangan pasar ke Fiji. Namun demikian, dengan perbandingan aspek

makroekonomi dan peran Fiji dalam perdagangan Indonesia yang masih relatif

kecil serta kecilnya dampak liberalisasi tarif, disarankan Indonesia memperluas

market access melalui perjanjian perdagangan dengan Fiji.

29. Analisis Potensi Perdagangan Indonesia-Spanyol, dilakukan atas berita fax

dari Kedutaan Besar RI di Madrid No. B-00162/MADRID/160825 tanggal 25

Agustus 2016. Analisis ini telah disampaikan kepada Direktur Jenderal

Perdagangan Luar Negeri dan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional

melalui ND 142/BPPP/ND/11/2016 tanggal 4 November 2016. Berdasarkan

analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa terjadi peningkatan posisi di pasar

Page 27: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 22

Spanyol. Maka Indonesia perlu melakukan upaya perbaikan baik yang berasal

dari internal seperti memberikan kemudahan ekspor (Kawasan Berikat,

Kawasan Ekonomi Khusus, Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE),

Penyempurnaan sistem perpajakan) dan aktif melakukan kegiatan promosi,

seperti pameran dan misi dagang.

30. Analisis Tuduhan Tindakan Anti Dumping/Countervailing Duties

(AD/CVD) di Pasar Amerika Serikat Terhadap Beberapa Produk Ekspor

Indonesia, dilakukan atas dasar surat dari KBRI Washington DC No. R-

00214/WASHINGTON/160713, tanggal 18 Juli 2016 perihal Informasi Sunset

Review Anti Dumping/Countervailing Duties terhadap Produk Indonesia di

Amerika Serikta (AS). Analisis tersebut disampaikan kepada Direktur Jenderal

Perdagangan Luar Negeri dan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor melalui

ND 144/BPPP/ND/11/2016 tanggal 4November 2016. Dalam analisis dijelaskan

bahwa tindakan AD dan CD yang dikenakan AS tidak mempengaruhi kinerja

ekspor Indonesia untuk produk-produk tersebut ke dunia, kecuali untuk produk

preserved mushrooms. Hal ini karena lebih dari 70% ekspor preserved

mushrooms Indonesia ditujukan ke negara AS. Oleh sebab itu, untuk

mempertahankan pangsa pasar produk-produk tersebut di AS, Ditjen Daglu

perlu mengoptimalkan perannya dalam mengamankan pasar ekspor di AS

terutama bagi produk preserved mushroom. Sementara itu, untuk

mengkompensasi market loss di AS, Ditjen PEN perlu mendorong ekspor produk-

produk tersebut ke pasar selain AS yang potensial. Berdasarkan hasil analisis,

peta pasar potensial untuk produk-produk tersebut adalah sebagai berikut:

a. Steel concrete reinforcing bar: Singapura, Malaysia, Korea Selatan,

Hongkong, Ethiopia;

b. Preserved Mushrooms: Arab Saudi, Qatar, Vietnam, Italia, Portugal;

c. Polyethylene retail carrier bags: Jepang, Thailand, Jerman, UEA, Australia,

Belanda;

d. MSG: AS, Korea Selatan, Taipei, Australia, Pilipina, Hongkong, Belanda,

Singapura, Arab Saudi, Malaysia, Nigeria, UEA, Vietnam, Maroko;

e. Hot-rolled carbon steel flat products: Malaysia, AS, RRT, Arab Saudi, Mesir,

Argentina, Thailand, India, Belgia, Iran, Pakistan, Vietnam, Taiwan,

Meksiko, Korea Selatan, Turki;

Page 28: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 23

f. Coated paper suitable for high-quality print graphics: Thailand, Argentina,

Arab Saudi, India, Vietnam, Mesir, UEA, Pilipina, Nigeria, Pakistan, Korea

Selatan, Iran, Nigeria, Myanmar, Bangladesh, Kamboja, Peru, Singapura,

Spanyol, UEA, Sri Langka, AS;

g. Carbon steel wire rod: Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, Romania, Papua

Nugini, Kuwait, Taiwan;

h. Carbon steel plate: Thailand, Qatar, Vietnam, Sri Langka, Pilipina, Kuwait,

India, Korea Selatan, AS, Taipei, Singapura, Jepang

31. Perkembangan Kinerja Produksi dan Perdagangan Semen, disampaikan

kepada Menteri Perdagangan dan seluruh eselon I melalui Nota Dinas Nomor

148/BPPP/ND/11/2016 tanggal 14 November 2016. Berdasarkan analisis

diketahui bahwa mendukung usulan Kemenperin mengingat pasar produksi

semen masih bersifat oligopoly dengan hanya tiga pemain besar utama (PT.

Semen Indonesia Tbk, PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk, dan PT. Holcim

Indonesia Tbk). Penambahan pemain baru diharapkan dapat meningkatkan

kompetisi yang berdampak pada penurunan harga semen untukkonsumen serta

masih terdapat disparitas harga yang cukup tinggi di beberapa wilayah di

Indonesia, program tol laut yang dicanangkan pemerintah terindikasi mampu

menurunkan harga terutama di wilayah timur Indonesia. Untuk itu, perlu juga

mengusulkan semen sebagai salah satu komoditas yang dapat dipasarkan

melalui program gerai maritim.

32. Pengaruh Diakuinya Mata Uang Renmimbi (Yuan) dalam SDR IMF

Terhadap Kinerja Perdagangan Nonmigas Indonesia –RRT, disusun

berdasarkan berita fax dari Kedutaan Besar RI di Beijing No.B-

00577/BEIJING/161007 tanggal 7Oktober 2016 perihal Renmimbi (RMB)

masuk ke dalam keranjang SDR IMF mulai 1 Oktober 2016. Analisis ini

disampaikan kepada Menteri Perdagangan dan seluruh pejabat eselon 1 melalui

ND Nomor 151/BPPP/ND/11/2016 tanggal 17 November 2016. Adapun analisis

yang disampaikan Indonesia diharapkandapatmemanfaatkan momentum

tersebut dengan mendorong ekspor komoditas/produk potensial yang

dibutuhkan di pasar RRT. Adapunkomoditas primer potensial di pasar RRT yakni

udang; makananolahan; ampas/sisa industri makanan; produk industri primer

lainnya, seperti logam mulia dan kulit hewan; buah segar; hasil penggilingan

(pati atau amilum); sayuran kering; dan kayu olahan. Sementara produk

Page 29: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 24

manufaktur potensial antara lain: kacamata; produk perhiasan; peralatan

olahraga; peralatan medis; buku dan barang cetakan; peralatan optik; produk

dari batu, gips dan semen; kulit dan produkkulit; perkakas atau peralatan

potong; kapal terbang dan bagiannya; produk manufaktur lainnya (lampu,

payung dan barang pabrik lainnya); produk perlengkapan rumah; otomotif;

elektronik; serta kaca dan produk kaca. Indonesia diharapkan dapat

mengoptimalkan perdagangan dengan RRT baik dari sisi impor maupun ekspor.

Dari sisiimpor, diharapkan Indonesia dapat melakukan strategi substitusi impor

melalui penguatan industri domestik sehingga dapat mengurangi

ketergantungan terhadap impor non migas dari RRT. Selain itu, Indonesia juga

harus meningkatkan kinerja ekspor non migas dengan memasok produk

potensial di pasar RRT. Upaya peningkatan ekspor non migas dapat dilakukan

melalui penguatan kerjasama perdagangan, mengikuti kegiatan promosi berupa

pameran dan melakukan misi dagang. Upaya-upaya ini dilakukan untukmenahan

agar sistem SDR baru tidak memperbesar nilai defisit neraca perdagangan non

migas Indonesia-RRT.

33. Analisis Potensi dan Posisi Ekspor TPT Indonesia ke Pasar Utama

Indonesia, yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar

Negeri dan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor melalui nota dinas No.

173/BPPP/ND/12/2016 tanggal 20 Desember 2016. Dalam analisis ini

disampaikan Pasar utama TPT dunia yang masih menunjukkan tren permintaan

impor yang positif tiap tahunnya antara lain Amerika Serikat, Inggris, Vietnam,

Spanyol, Uni Emirat Arab, Belanda, Korea Selatan, Kanada, Meksiko, Bangladesh,

Polandia dan Australia. Adapun beradasarkan pemetaan menggunakan matriks

BCG, pasar potensial ekspor TPT Indonesia antara lain Meksiko, Spanyol,

Amerika Serikat, Belanda dan Inggris. Kelima negara tersebut menunjukan tren

impor yang masih tinggi, namun impor dari Indonesia justru mengalami

penurunan setiap tahunnya. Indonesia masih akan menghadapi tantangan dalam

menembus pasar potensial mengingat posisi Indonesia di masing-masing pasar

utama TPT Dunia masih kalah dibandingkan Vietnam. Untuk itu, partisipasi

Indonesia dalam pameran dagang TPT seperti Hanoitex, The London Textile Fair,

Premiere Vision New York, IM Intermoda Mexico, GAPEXPO Bangladesh, dan

lain-lain perlu lebih ditingkatkan. Selain itu, pemerintah Indonesia juga

Page 30: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 25

diharapkan dapat mendorong perancang Indonesia agar aktif mengikuti Fashion

Week di beberapa kota besar Dunia, seperti Hongkong Fashion Week, New York

Fashion Week, London Fashion Week, dan Milan Fashion Week dengan

mengangkat produk tekstil indentitas Indonesia, seperti Batik, Kain Songket,

Kain Ulos, Kain Lurik dan sebagainya.

34. Peranan Otorisasi Jasa Keuangan (OJK) dalam Implementasi Sistem resi

Gudang (SRG), Rekomendasi disampaikan kepada Kepala Badan Pengawas

Perdagangan Berjangka Komoditi melalui Nota Dinas No.07/BPPP/ND/1/2016

tanggal 22 Januari 2016 dengan rekomendasi sebagai berikut: (1) Memberikan

pemahaman mengenai pemberian kredit SRG kepada perbankan, pengelola

gudang, pemilik barang dan Pemerintah Daerah oleh Pemerintah (Bappebti), BI

dan OJK sesuai kewenangan masing-masing untuk meningkatkan realisasi

pemberian kredit SRG; (2) Memberikan pelatihan kepada Account Officer Bank

mengenai pembiayaan SRG agar bank terdorong aktif menfasilitasi pemberian

kredit dengan SRG; (3) Menfasilitasi perjanjian kerjasama antara pelaku usaha,

bank, serta pengelola gudang dalam rangka lebih meyakini penyaluran

kredit/pembiayaan melalui SRG; (4) Membentuk pembiayaan yang bersifat close

system, sehingga terdapat jaminan tidak akan terjadi kredit macet karena adanya

kepastian pasar dan bank akan merasa aman dalam pemberian kredit SRG.

35. Analisis Harga Pangan Pokok Pasca Penurunan Harga Bensin Premium dan

Solar Bersubsidi, Rekomendasi disampaikan kepada Menteri Perdagangan

melalui Nota Dinas No. 33/BPPP/ND/04/2016 tanggal 14 April 2016. Setelah

penurunan harga bensin premium dan solar bersubsidi, harga beberapa

komoditi mengalami penurunan kecuali gula, minyak goreng, dan bawang

merah. Dinamika perubahan harga BBM tidak signifikan terhadap harga

komoditas industri seperti minyak goreng dan gula. Sedangkan harga bawang

merah lebih dipengaruhi oleh mundurnya musim panen. Rendahnya dampak

penurunan harga BBM terhadap harga barang pangan pokok karena (i) porsi

biaya transportasi darat dalam produksi dan distribusi pangan relatif kecil; (ii)

pola panen yang mempengaruhi pola produksi mempunyai dampak lebih besar;

dan (iii) adanya kekakuan harga yang salah satunya disebabkan oleh struktur

pasar yang tidak sehat.

Page 31: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 26

36. Forum Diskusi Peran Jasa Perantara dalam Meningkatkan Ekspor Produk

UMKM, Rekomendasi disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota

Dinas No. 36/BPPP/ND/04/2016 tanggal 22 April 2016 dengan rekomendasi

sebagai berikut: (1) Mendorong peran jasa perantara swasta melalui skema

kemitraan dengan UMKM dalam mendorong ekspor produk UMKM; (2)

Mendorong perwakilan dagang di luar negeri untuk bekerjasama dengan

Indonesia Diaspora dalam melakukan market intelligence sebagai informasi

pasar negara tujuan ekspor; (3) Mendukung BUMN aggregator/konsolidator

sebagai penyedia fasilitas penunjang perdagangan dan logistik yang meliputi

pergudangan, distribusi, dan transportasi serta mendorong konsorsium BUMN

dalam memfasilitasi pameran produk UMKM; (4) Melakukan efisiensi kebijakan

perizinan bagi UMKM serta melakukan pembinaan UMKM dalam memanfaatkan

teknologi informasi.

37. Pemetaan Kebutuhan Konsumen Dalam Rangka Perlindungan Konsumen,

disampaikan kepada Menteri Perdgangan melalui Nota Dinas

No.37/BPPP/ND/04/2016 tanggal 25 April 2016. Survei dilakukan terhadap

4829 responden di 16 lokasi untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan

konsumen, permasalahan konsumen dengan pelaku usaha dan pengaduan

konsumen, serta persepsi konsumen terhadap lembaga perlindungan konsumen.

Rekomendasi yang disampaikan (1) peningkatan pengetahuan masyarakat

tentang hak dan kewajibannya sebagai konsumen melalui public campaign,

edukasi murid sekolah, dan bekerjasama dengan institusi masyarakat untuk

sosialisasi bersama; (2) meningkatkan peran aktif dan kepedulian pelaku usaha

melalui pembinaan; (3) menguatkan kapasitas lembaga perlindungan konsumen

melalui training of trainer, pendampingan dan koordinasi melalu pertemuan

aktif dengan lembaga pemerhati konsumen.

38. Forum Diskusi Deregulasi dan Debirokraisasi Kebijakan Perdagangan,

Rekomendasi disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas No.

38/BPPP/ND/04/2016 tanggal 29 April 2016 dengan rekomendasi sebagai

berikut: (1) perlu melakukan kegiatan sosialisasi hasil deregulasi dan

debirokratisasi kebijakan perdagangan untuk mendukung efektivitas program

kepada Pemerintah, perguruan Tinggi, dan pelaku usaha di daerah; (2)

Menyediakan informasi yang akurat mengenai peluang pasar UKM dalam negeri

Page 32: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 27

dengan memanfaatkan perwakilan perdagangan di luar negeri khususnya untuk

market intelligence; (3) Memberikan bimbingan dan pembinaan bagi para pelaku

usaha UKM dalam rangka menghasilkan produk yang memenuhi standard untuk

ekspor; (4) Melakukan sosialisasi MEA melalui ASEAN Economic Community

(AEC) Center kepada seluruh elemen masyarakat, khususnya dunia usaha dan

akademisi.

39. Analisis Harga Pangan Pokok Menjelang Puasa dan Lebaran, disampaikan

kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas

No.41/BPPP/ND/05/2016 tanggal 18 Mei 2016. Data historis menunjukkan

bahwa secara umum harga barang pangan pokok mengalami kenaikan pada 1

minggu sebelum bulan puasa (M-1 bulan puasa). Kenaikan paling tinggi terjadi

pada daging ayam, telur ayam dan daging sapi. Sedangkan kenaikan harga yang

terjadi 1 minggu sebelum lebaran (M-1 lebaran) terjadi pada komoditi cabe.

Harga komoditi lain relatif stabil. Hasil proyeksi harga menunjukkan bahwa

komoditi yang diperkirakan mengalami kenaikan harga adalah daging ayam,

telur ayam, dan daging sapi dengan kisaran 4-6%. Rekomendasi yang diberikan

adalah perlu mewaspadai kenaikan harga komoditi daging ayam, telur ayam,

daging sapi, dan cabe merah yang diperkirakan terjadi menjelang bulan puasa

dan lebaran tahun 2016.

40. Analisis Rantai Pasok Jagung Sebagai Bahan Baku Pangan Ternak,

disampaikan kepada Menteri perdagangan melalui Nota Dinas

No.42/BPPP/ND/05/2016 tanggal 24 Mei 2016 dengan rekomendasi sebagai

berikut: (1) Perlu dukungan pemerintah di sisi penanganan pasca panen jagung

melalui pemberian fasilitas silo dan pengering; (2) Perlu upaya penguatan

infrastruktur Perum BULOG yaitu silo dan pengering baik yang dibangun sendiri

maupun melalui kerjasama dengan pihak lain untuk mendukung Perum BULOG

yang ditunjuk pemerintah sebagai importir jagung dan penyerap jagung

produsen; (3) Harga acuan pembelian jagung sebagaimana diatur dalm

Permendag No. 21/M-DAG/PER/3/2016 tentang Penetapan Harga Acuan

Pembelian Jagung di Tingkat Petani sebaiknya mempertimbangkan harga di

tingkat regional dan biaya penurunan kadar air dan susut.

41. Harga Patokan Petani (HPP) Gula Tahun 2016, Rekomendasi disampaikan

kepada Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas No.

Page 33: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 28

43/BPPP/ND/05/2016 tanggal 24 Mei 2016. Pendekatan harga paritas impor

menghasilkan HPP sebesar Rp 8.069/ Kg yang akan berdampak terhadap deflasi

sebesar 0,03% dan penurunan jumlah penduduk miskin sekitar 139.790 jiwa.

Pendekatan target inflasi tahun 2016 menghasilkan HPP sebesar Rp 9.500/Kg

yang akan berdampak terhadap inflasi sebesar 0,02% dan penambahan jumlah

penduduk miskin sekitar 102.010 jiwa. Berdasarkan beberapa hal tersebut

diusulkan HPP gula tahun 2016 tetap sebesar Rp 8.900/Kg.

42. Analisis Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan

(LKTP) oleh Pelaku Usaha Kepada Kementerian Perdagangan, Rekomendasi

disampaikan kepada Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui

Nota Dinas No. 45/BPPP/ND/05/2016 tanggal 25 Mei 2016 dengan

rekomendasi sebagai berikut: (1) Menjalin kerjasama dengan kantor Akuntan

Publik terkait sosialisasi kewajiban penyampaian LKTP oleh pelaku usaha; (2)

Melakukan pengolahan terhadap data LKTP oleh Kemendag sehingga dapat

dijadikan informasi yang bermanfaat bagi pelaku usaha; (3) Menerapkan system

penyampaian LKTP di Kemendag secara online untuk penyederhanaan teknis

pelaporan.

43. Potensi Kenaikan Harga Kedelai, Rekomendasi disampaikan kepada Plt.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas No.

50/BPPP/ND/06/2016 tanggal 13 Juni 2016 dengan rekomendasi sebagai

berikut: (1) Perlu melakukan monitoring harga kedelai di tingkat distributor

atau pengrajin tempe/tahu secara periodik; (2) Perlu melakukan advokasi

kepada media dan pelaku usaha kedelai bahwa kenaikan harga kedelai

internasional sebesar 10,51%tidak secara linier ditransmisikan kepada harga

kedelai dalam negeri dan harga tahu/tempe untuk menjaga ekspektasi harga

kedelai dalam negeri pada tingkat yang wajar.

44. Tanggapan Usulan Pelaku Usaha Terhadap Permendag No. 22/M-

DAG/PER/3/2016 Tentang Ketentuan Umum Distribusi Barang.

Rekomendasi disampaikan kepada Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam

Negeri melalui Nota Dinas No. 54/BPPP/ND/06/2016 tanggal 16 Juni 2016

dengan rekomendasi sebagai berikut: (1) Usulan pelaku usaha yang perlu

dipertimbangkan adalah Pasal 8 ayat 1 mengingat PTSP/BPMPTSP dibentuk

dalam rangka mempermudah penyelenggaraan berbagai bentuk pelayanan

Page 34: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 29

publik; (2) Pasal 20 mengingat perlu perlakuan yang setara antara distributor

yang mendistribusikan produk impor maupun produk local sehingga importir

juga harus menjual produknya melalui distributor.

45. Analisis Optimalisasi Pelaksanaan Perlindungan Konsumen di Indonesia,

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen

dan Tertib Niaga melalui Nota Dinas No. 56/BPPP/ND/06/2016 tanggal 20 Juni

2016 dengan rekomendasi sebagai berikut: (1) Membentuk tim satgas

perlindungan konsumen; (2) Meningkatkan komunikasi antar pemangku

kepentingan perlindungan konsumen; (3) Mempercepat adaptasi pelaksanaan

UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah melalui penyusunan peta

kelembagaan perlindungan konsumen, evaluasi pelaksanaan urusan

perlindungan konsumen, dan memfasilitasi bimbingan teknis kepada daerah; (4)

Meningkatkan perhatian Pemda terhadap urusan perlindungan konsumen; (5)

Menjaga dan meningkatkan jumlah SDM pelaksana perlindungan konsumen

yang dibutuhkan daerah melalui pendidikan dan pelatihan serta mengusulkan

pedoman mutasi yang lebih terarah.

46. Efektivitas Operasi Pasar Bawang Merah, Rekomendasi disampaikan kepada

Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas No.

58/BPPP/ND/06/2016 tanggal 21 Juni 2016 dengan rekomendasi sebagai

berikut: (1) Agar pelaksanaan operasi pasar efektif sebaiknya dilaksanakan

dalam volume yang besar dan tidak hanya di pasar induk tetapi juga tersebar ke

pasar-pasar lainnya sehingga perbedaan harga di pasar selain pasar induk tidak

terlalu signifikan; (2) Dalam mengantisipasi ketergantungan produk bawang

merah di Brebes, diperlukan alternative sumber pasokan ke pasar Kramat jati

seperti dari Jawa Timur; (3) Mengefektifkan implementasi Perpres No. 71 tahun

2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Kebutuhan Pokok dan Barang

Penting dengan merevisi agar mengatur sanksi yang bisa diterapkan kepada

pelaku usaha yang melanggar.

47. Analisis Tata Niaga Beras, disampaikan kepada Plt. Direktur Jenderal

Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas No. 63/BPPP/ND/06/2016

tanggal 29 Juni 2016 dengan rekomendasi sebagai berikut: (1) Kualitas beras

yang disalurkan dalam OP harus ditingkatkan. Bulog harus meningkatkan kinerja

dalam pengelolaan stok sehingga kualitas beras tetap terjaga; (2) Operasi pasar

Page 35: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 30

seyogyanya dilaksanakan dalam volume yang tepat. Penelitian BPPP

merekomendasikan untuk menurunkan harga beras eceran sebesar 5% di DKI

Jakarta diperlukan volume beras dalam OP sebesar 142.800 ton; (3) Operasi

pasar sebaiknya tidak hanya di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) tetapi juga

disebar di pemukiman msyarakat dan pasar-pasar lainnya.

48. Efektivitas Operasi Pasar Beras di DKI Jakarta, disampaikan kepada Dirjen

Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas No. 64/BPPP/ND/06/2016

tanggal 29 Juni 2016 dengan rekomendasi: (1) Kebijakan Tanda Daftar Gudang

(TDG) dan Sistem Resi Gudang (SRG) perlu dioptimalkan yang salah satu

fungsinya dapat menyediakan informasi stok beras dan memotong jalur

distribusi; (2) Cadangan beras pemerintah perlu diperkuat setidaknya 2 juta ton

per tahun sebagai iron stock selain itu juga perlu disimpat dalam bentuk buffer

stock untuk pengendalian gejolak harga; (3) Pemerintah pusat, pemerintah

daerah, BUMN, BUMD termasuk masyarakat perlu menggiatkan berbagi

informasi harga beras melalui berbagai media seperti sms, internet, surat kabar

dan aplikasi lain untuk mengurangi assymatric information.

49. Konsep Upaya Stabilisasi Harga Bahan Pangan Pokok, disampaikan kepada

Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen

dan Tertib Niaga melalui Nota Dinas Nomor 82/BPPP/ND/08/2016 tanggal 10

Agustus 2016. Secara umum upaya yang harus dilakukan dalam rangka

stabilisasi harga gula, daging sapi, beras dan bawang merah tahun 2016 – awal

tahun 2017 adalah : (a) Mengoptimalkan instrument kebijakan yang sudah ada

seperti operasi pasar dengan memperhatikan waktu yang tepat dan kuantitas

yang memadai; (b) Mengoptimalkan pengadaan dalam negeri untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat dan cadangan yang memadai (untuk beras) melalui

pembelian hasil panen di sentra-sentra produksi oleh Bulog; (c) Dalam hal

pengadaan dalam negeri sudah optimal, maka pengadaan luar negeri (impor)

perlu segera dilakukan sebelum terjadi kondisi deficit pasokan.

50. Policy Dialogue Series Pengembangan Consumer Group Sebagai Upaya

Peningkatan Keberdayaan Konsumen, disampaikan kepada Menteri

Perdagangan melalui Nota Dinas nomor 83/BPPP/ND/08/2016 tanggal 18

Agustus 2016. Rekomendasi yang disampaikan adalah: (a) Menyusun skema

Page 36: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 31

pendanaan yang berkelanjutan bagi LPKSM; (b) Mengalokasikan dana yang

memadai untuk pendidikan dan pelatihan bagi LPKSM terkait pelaksanaan fungsi

edukasi konsumen; (c) Menyusun program kampanye edukasi yang bersifat

menyeluruah dan berkelanjutan; (d) Mendorong pembentukan organisasi

konsumen yang berfungsi sebagai coordinator dari seluruh LPKSM dan

pengawas kode etik pelaksanaan fungsi LPKSM.

51. Upaya Stabilisasi Harga dan Ketersediaan Pasokan Gula Kristal Putih

(GKP), disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas nomor

84/BPPP/ND/08/2016 tanggal 18 Agustus 2016. Dalam mendukung mekanisme

stbailisasi harga gula, diperlukan antara lain: (a) Penetapan besaran neraca GKP;

(b) Audit dan verifikasi neraca gula oleh surveyor independen; (c) Payung

hokum berupa Instruksi Presiden dalam hal pengelolaan Cadangan Gula

Pemerintah (CGP) oleh BUMN; (d) Penentuan Harga Eceran Tertinggi pada awal

musim giling tebu.

52. Pengembangan Consumer Group Sebagai Upaya Peningkatan Keberdayaan

Konsumen, disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas No.

83/BPPP/ND/08/2016 tanggal 18 Agustus 2016 dengan rekomendasi:

menyusun skema pendanaan yang berkelanjutan bagi LPKSM; mengalokasikan

dana yang memadai untuk diklat bagi LPKSM terkait pelaksanaan fungsi edukasi

konsumen khususnya untuk sektor strategis; menyusun program kampanye

edukasi yang bersifat menyeluruh dan berkelanjutan secara nasional dengan

menggunakan media televisi dan radio; mendorong pembentukan organisasi

konsumen yang berfungsi sebagai koordinator dari seluruh LPKSM dan

pengawas kode etik pelaksanaan fungsi LPKSM.

53. Analisis Penerapan Harga Dasar (Floor Price) dan Harga Atap (Ceiling

Price), disampaikan kepada Sekretaris Jenderal dan Direktur Jenderal

Perdagangan Luar Negeri melalui Nota Dinas No. 89/BPPP/ND/08/2016 tanggal

22 Agustus 2016 dengan rekomendasi bahwa besaran harga dasar beberapa

bahan pangan pokok perlu mempertimbangkan biaya pokok produksi dan

keuntungan yang wajar bagi petani/peternak. Sedangkan harga atap perlu

mempertimbangkan harga dasar (harga di tingkat petani/produsen), biaya

distribusi dan keuntungan pedagang yang wajar; Khusus untuk beras, perlu

membuat acuan (trigger) untuk pelaksanaan impor dengan menggunakan secara

Page 37: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 32

simultan indikator-indikator antara lain angka ramalan produksi lebih rendah

dari target/sasaran, prediksi stok Bulog di bawah 2 juta ton, GAP antara harga

pasar di tingkat petani dengan HPP.

54. Kemungkinan Penerapan Sistem Beli Putus Dalam Tataniaga Gula Kristal

Putih, disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas No.

103/BPPP/ND/09/2016 tanggal 15 September 2016 yang merekomendasikan:

Sistem Beli Putus merupakan alternatif lain dalam tataniaga gula karena dalam

sistem ini PG membeli tebu petani secara transparan sesuai kualitas (rendemen)

tebunya dengan menggunakan instrumen Harga Tebu (Rp/Kg) dengan

formula “Pendekatan Biaya Produksi Gula” : Harga Tebu = [Konstanta x

Rendemen x Harga Gula] + [%Tetes x Harga Tetes]; Memerlukan koordinasi

kebijakan peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi tebu dalam hal:

persiapan sarana dan prasarana (alat penilaia rendemen tebu), SDM yang handal,

pembinaan terhadap petani, revitalisasi dan modernisasi PG dalam rangka

mendukung pelaksanaan SBP; Menciptakan proses lelang/tender gula di PG yang

lebih kompetitif (swasta, BUMN, dan koperasi) dalam rangka mencapai efisiensi

tataniaga gula nasional dan menyediakan Cadangan Gula Pemerintah (CGP). Ke

depan, penjualan gula berbasis tebu petani dapat dilakukan di bursa komoditas

dengan syarat kualitas gula sesuai SNI GKP.

55. Perhitungan Neraca Daging Sapi Tahun 2016, disampaikan kepada Direktur

Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri

melalui Nota Dinas nomor 112/BPPP/ND/09/2016 tanggal 26 September 2016.

Berdasarkan surat Menteri Perindustrian No. 556/M-IND/9/2016 , untuk

memenuhi kebutuhan industry dibutuhkan tambahan impor daging beku

sebanyak 70.000 ton yang dilaksanakan pada tahap II pelaksanaan impor dari

India. Jika mengacu pada neraca daging sapi kwartal III tahun 2016 maka

kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dari surplus sebanyak 74.064 ton. Terdapat

sisa sapi bakalan kwartal III tahun 2016 sebanyak 105.000 ekor (70% alokasi

impor sapi bakalan kwaratal III tahun 2016) atau setara daging sapi sebanyak

18.900 ton yang dapat digunakna di awal tahun 2017. Dengan asumsi pasokan

sapi local sebanyak 215.364 ekor atau setara daging sapi sebanyak 36.642 ton

dan tambahan sapi impor siap potong setara daging sapi sebanyak 18.000 ton,

Page 38: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 33

maka kebutuhan daging sapi sebesar 54.023 ton selama bulan Januari 2017

dapat tercukupi.

56. Perhitungan Neraca Sapi Semester Daging 1 Tahun 2017, rekomendasi

disampaikan kepada Dirjen Perdagangan Luar Negeri dan Dirjen Perdagangan

Dalam Negeri melalui Nota Dinas No 119/BPPP/ND/10/2016 tanggal 07

Oktober 2016. Sesuai dengan hasil perhitungan neraca daging sapi tahun 2016

sebagaimana Nota Dinas Kepala BPPP No.112/BPPP/ND/09/2016 tanggal 26

september 2016, menginformasikan pada ahir tahun 2016 terdapat stok sapi

bakalan siap potong sebanyak 105.000 ekor atau setara daging sapi sebesar

18.900 ton dan daging sapi sebesar 74.064 ton.

57. Penurunan Ekspor Beras Vietnam Tahun 2016, rekomendasi disampaikan

kepada Dirjen Perdagangan Luar Negeri dan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri

melalui Nota Dinas No 129/BPPP/ND/10/2016 tanggal 20 Oktober 2016.

Diversifikasi sumber pasokan beras impor dapat dilakukan ke wilayah-wilayah

Great Mekong seperti Kamboja, Laos dan Myanmar serta Pakistan. Keunggulan

komparatif yang dimiliki keempat negara tersebut dapat menjadi pertimbangan

dan memungkinkan mendapatkan harga yang lebih rendah. Di samping itu,

kesamaan varietas beras yang diproduksi oleh keempat negara tersebut dengan

beras Vietnam atau Thailand akan mempermudah terjadinya perdagangan beras

antara Kamboja/Laos/Myanmar/Pakistan dengan Indonesia.

58. Laporan Kunjungan ke PT Gunung Madu Plantation, Provinsi Lampung,

rekomendasi diberikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas No

146/BPPP/ND/11/2016 tanggal 09 November 2016. Dengan Penetapan harga

jual di tingkat eceran, perlu mempertimbangkan harga kisaran (range price),

bukan dengan harga tetap (fixed price) sbesar Rp 12.500/kg. Hal ini disebabkan

pelaku usaha perlu menyesuaikan biaya distribusi sesuai dengan lokasi.

Penerapan kebijakan penyatuan pasar gula dilakukan dalam jangka panjang

dengan mempertimbangkan (1) penyedia lahan tebu (diutamakan di luar pulau

jawa) untuk mendukung peningkatan investasi pabrik gula baru dan (2)

penyesuaian mutu GKP yang juga dapat digunakan oleh industry dicerminkan

dalam perubahan SNI GKP saat ini.

59. Harga Susu Sapi Segar di Tingkat Peternak, rekomendasi diberikan kepada

Dirjen Perdagangan Luar Negeri dan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri melalui

Page 39: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 34

surat No 165/ BPPP/ ND/ 12/2016 tanggal 06 Desember 2016.

Berdasarkan dua pendekatan, maka usulan harga susu sapi segar yang sesuai di

tingkat peternak yaitu berkisar antara Rp 6.400 s.d Rp 6.900/liter. Harga susu

sapi segar di tingkat peternak yang diusulkan oleh Koperasi Peternak Sapi Perah

“Setia Kawan” Nongkojajar Pasuruan sebesar RRRp 6.500/liter dinilai sudah

sesuai/wajar.

60. Masukan Atas Permohonan Gubernur Lampung, rekomendasi disampaikan

kepada Sekretaris Jendral Kementerian Perdagangan melalui surat No

167/BPPP/ND/12/2016 tanggal 15 Desember 2016. Denga rekomendasi

keringanan suku bunga usaha budidaya peternakan tidak bertentangan dengan

ketentuan yang ada di WTO sebagaimana tertuang dalam Agreement on

Agriculture (AoA) artikel VI mengenai Domestic Support Commitments sepanjang

produk yang dihasilkan tidak diekspor. Namun apabila produk tersebut

diekspor, maka kebijakan ini masuk dalam artikel IX mengenai Export subsidy

Commitments dan kondisi ini tidak menjadi maalah sepanjang kebijakan tersebut

dinontifikasi ke WTO.

61. Rapat Antara Bupati Fak-Fak Dengan BPPP Mengenai Komoditi Pala, dari

hasil pertemuan ini BPPP memberikan rekomendasi kepada Menteri

Perdagangan melalui surat 170/BPPP/ND/12/2016 tanggal 19 Desember 2016.

Merekomendasikan perlu adanya strategi khusus agar ekspor pala dapat

langsung dilakukan ke negara-negara Amerika Serikat, Belanda, Jepang dan

Jerman dan yang tidak kalah pentingnya adalah perlu adanya kajian tentang

kemungkinan pala menjadi komoditi yang dapat diresigudangkan.

62. Policy Dialogue Series Peran Pusat Logistik Berikat (PLB) Dalam

Mendukung Daya Saing Industri Kecil Menengah (IKM) Nasional,

rekomendasi diberikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas No

174/BPPP/ND/12/2016 tanggal 21 Desember 2016. Rekomendsi perlu

sosialisasi yang lebih intensif agar kebijakan yang diluncurkan dalam rangka

meningkatkan daya saing dan ekspor IKM melalui PLB dapat dipahami secara

benar oleh para pelaku usaha. Dan apabila hasil evaluasi dinilai baik, maka model

bisnis seperti PLB IKM Khrisna Bali Internasional Cargo ini dapat dicontoh dan

diterapkan di wilayah sentra industri IKM lain di Indonesia

Page 40: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 35

63. Usulan Posisi Runding Dalam Perdagangan Barang Pada Perundingan

Indonesia – Australia CEPA, disampaikan kepada Dirjen Perundingan

Perdagangan Internasioanl melalui Nota Dinas No.49/BPPP/ND/06/2016

tanggal 10 Juni 2016. Usulan modalitas penurunan tariff: (1) modalitas offer list

dapat disusun berdasar skema AANZFTA dengan mengambil dua opsi, yaitu

mempercepat skema penurunan tariff untuk 174 pos tariff yang akan menjadi

0% tahun 2015, atau menegosiasikan 575 pos tariff yang belum 0% pada tahun

2015; (2) Modalitas request list disusun berdasarkan komitmen Australia yang

telah diberikan pada Malaysia yaitu 100% pos tariff pada saat entry into force.

Rekomendasi untuk Early Outcome adalah Mutual Recognition on Food Standard

yang dapat mendorong produk Indonesia memenuhi standar Australia dan

kriteria dalam Import Risk Analysis (IRA).

64. Pemanfaatan AANZ FTA dan IA CEPA Untuk Meningkatkan Ekspor Produk

Otomotif Indonesia ke Australia, disampaikan kepada Dirjen Perundingan

Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas No.51/BPPP/ND/6/2016 tanggal

14 Juni 2016. Agar potensi pasar otomotif di Australia dapat dimanfaatkan

dengan baik di Indonesia, yang perlu dilakukan: (1) meningkatkan sosialisasi

pemanfataan AANZ FTA; (2) melaksanakan efisiensi jalur distribusi melalui e-

commerce; (3) menyesuaikan produk otomotif Indonesia dengan standar mesin

dan keamanan di Australia; dan (4) memanfaatkan jejaring kerja dengan

distributor lokal Australia.

65. Manfaat Implementasi Preferential Trade Agreement the Developing Eigth

(PTA D8) Bagi Indonesia, disampaikan kepada Dirjen Perundingan

Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas No.52/BPPP/ND/6/2016 tanggal

14 Juni 2016. Keikutsertaan Indonesia berpotensi meningkatkan nilai impor dari

D8 sebesar USD 39,95 juta, namun surplus perdagangan Indonesia dengan D8

akan meningkat sebesar 751,24 juta. Hal yang perlu dilakukan: (1) aktif dalam

penurunan tariff PTA D8 & segera meratifikasi; (2) sosialisasi pemanfatan PTA

D8 kepada pengusaha; (3) meningkatkan akses pasar ke negara D8 atau anggota

OKI melalui kerjasama bilateral/regional.

66. Manfaat Implementasi Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement

(IJEPA) dan ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)

Bagi Ekonomi Makro dan Sektoral Indonesia, disampaikan kepada Dirjen

Page 41: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 36

Perundingan Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas No.

62/BPPP/ND/6/2016 tanggal 28 Juni 2016 dengan rekomendasi bahwa

sebaiknya Indonesia meningkatkan produktivitas sebesar 5% untuk sektor yang

termasuk di dalam prioritas kerjasama Manufacturing Industrial Development

Center (MIDEC) yaitu; petroleum, electronic dan metal products, serta

memanfaatkan transfer teknologi dari Jepang termasuk pertukaran engineers

yang akan menstimulasi upgrading dari perusahaan dan industri melalui

komunikasi face to face pada berbagai tingkat produk dan inovasi proses.

67. Pemanfaatan Kerjasama Strategis Maritime Silk Road Tiongkok Untuk

Mengurangi Biaya Angkutan Laut Ekspor Indonesia ke Dunia, disampaikan

ke Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas

No.66/BPPP/ND/6/2016 tanggal 30 Juni 2016 dengan rekomendasi (1)

Indonesia dapat menerima usulan strategic planning MSR, namun agar

pelaksanaannya berjalan efektif untuk mengurangi biaya angkutan laut ekspor,

harus mencontoh kasus Pelabuhan di Sulawesi Selatan, dimana mereka

mengundang investor dari armada angkutan laut Tiongkok membangun kantor

perwakilan di Makassar dengan tujuan mendatangkan kapal kontainer

berukuran kecil untuk melakukan ekspor langsung, (2) Indonesia sebaiknya

menegosiasikan usulan strategic planning MSR Tiongkok yang hanya

memanfaatkan pelabuhan Jakarta, menggantinya dengan pelabuhan ekspor di

Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Papua.

68. Kebijakan Kesenjangan (Gap) Aturan E-Commerce Indonesia dengan Trans

Pacific Partnership (TPP), disampaikan kepada Direktur Jenderal Perdagangan

Dalam Negeri melalui Nota Dinas No. 73/BPPP/ND/07/2016 tanggal 27 Juli

2016. Rekomendasi yang disampaikan adalah: (1) Melakukan penyesuaian UU

ITE khususnya Pasal 2 mengenai pemanfaatan teknologi informasi bersifat

territorial dan Pasal 10 mengenal lembaga sertifikasi keandalan; (2) melakukan

penyeseuaian UU Perdagangan khususnya 65mengenai sanksi administrasi

berupa pencabutan ijin; (3) Melakukan penyesuaian PP PSTE khususnya Pasal

48 mengenai kontrak elektronik dan Pasal 54 mengenai pemisahan tanda tangan

elektronik; (4) Melakukan penyesuaian RPP TPMSE khususnya Pasal 4 dan 5

mengenai penyelesaian transaksi, Pasal 8, 12, 13, 14, 18, 19, 20, 25 mengenai

Page 42: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 37

kewajiban pelaku usaha memiliki identitas, pendaftaran, dan domain, dan Pasal

67 mengenai perpajakna transaksi.

69. Manfaat dan Biaya Kerjasama Perdagangan Barang Indonesia-Turki,

disampaikan kepada Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional melalui

Nota Dinas No. 74/BPPP/ND/07/2016 tanggal 27 Juli 2016. Kinerja

perdagangan Indonesia dengan Turki selama periode 2011-2015 baik ekspor

maupun impor mengalami penurunan rata-rata -3,64% dan -3,71% per tahun.

Analisis manfaat dan biaya menggunakan dua skema yakni: (1) skema Free Trade

Agreement (FTA) dengan skenario pemotongan tarif: 50%, 75%, 100% dari level

tarif berlaku; dan (2) skema Preferential Trade Agreement (PTA) dengan 3

skenario simulasi pemotongan tarif untuk: 100 produk potential request

Indonesia, 100 produk potential request Turki dan 195 produk potential request

Indonesia dan Turki secara bersama. Mempertimbangkan cakupan FTA yang

cukup luas dan diperlukannya analisis aspek lain di luar perdagangan barang,

maka kami merekomendasikan bentuk kerjasama PTA dengan menggunakan

skenario 3 yaitu pemotongan tarif terhadap 195 produk potential request

Indonesia dan Turki.

70. Evaluasi Indonesia Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA) dan

Potensi Perluasan Cakupan Produk, disampaikan kepada Dirjen Perundingan

Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas No. 81/BPPP/ND/08/2016

tanggal 10 Agustus 2016 dengan rekomendasi bahwa Indonesia dapat

menyetujui keinginan Pakistan untuk memperluas cakupan produk IP-PTA

dengan melakukan liberalisasi tarif sampai dengan 100 dan untuk

memaksimalkan pemanfaatan SKA IP-PTA, sebaiknya dilakukan kegiatan

sosialisasi kepada para pelaku usaha di seluruh Indonesia.

71. Pemanfaatan Suez Canal Special Economic Zone (SCZone) Untuk

Peningkatan Ekspor Indonesia ke Afrika, Timur Tengah dan Eropa,

disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas No.

85/BPPP/ND/08/2016 tanggal 19 Agustus 2016 dimana merekomendasikan

bahwa Indonesia dapat mempertimbangkan investasi di SCZone dikarenakan

adanya kemudahan akses ke pasar Timur Tengah termasuk pasar domestik

Mesir, dengan memanfaatkan insentif perpajakan dan memanfatkan FTA yang

telah dilakukan Mesir dengan negara lain; informasi mengenai manfaat SCZone

Page 43: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 38

perlu disosialisasikan kepada pelaku usaha, salah satunya melalui forum ekspor

yang diselenggarakan oleh Ditjen Perdagangan Luar Negeri.

72. Posisi Runding Perdagangan Jasa dalam Rangka Indonesia – European

Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA),

disampaikan kepada Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional

melalui Nota Dinas No. 87/BPPP/ND/08/2016 tanggal 22 Agustus 2016 dengan

merekomendasikan Indonesia menggunakan STRI Vietnam sebagai dasar dalam

menawarkan (offer) komitmen perdagangan jasa Indonesia dalam IEU-CEPA

(menggunakan STRI Vietnam pada EUV-FT A sebagai benchmark); mendorong

ekspansi jasa transportasi udara, khususnya pada moda 4 untuk tenaga reparasi

dan pemeliharaan pesawat. Namun dikarenakan EU masih menutup moda 4,

maka diperlukan upaya agar EU mau membuka komitmennya bagi Indonesia.

73. Kebijakan Manfaat dan Biaya Kerjasama Perdagangan Barang dalam

Skema ASEAN-European Union (EU) FTA, disampaikan kepada Direktur

Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas No.

94/BPPP/ND/08/2016 tanggal 29 Agustus 2016 dengan merekomendasikan

bahwa manfaat terbaik akan diperoleh Indonesia dalam ASEAN-EU FTA apabila

melakukan penurunan tarif sampai dengan 100% (liberalisasi penuh) yang

berpotensi memberikan peningkatan kesejahteraan sebesar USD 2.085,33 ribu,

peningkatan GDP riil sebesar 0,051%, dan peningkatan investasi sebesar

1,164%. Namun, implementasinya dapat mengikuti target penurunan tarif dalam

Indonesia-EU CEPA yaitu penurunan tarif sebesar 95%. Biaya yang harus

ditanggung adalah deficit neraca perdagangan sebesar USD -2.145,47 ribu. Upaya

mengatasi hambatan non tarif dalam ekspor ke Eropa dengan cara peningkatan

standar dan mutu melalui capacity building dan mutual recognition agreement.

74. Peningkatan Liberalisasi Sektor Jasa Indonesia dalm Rangka Memenuhi

ASEAN Framework Agreement on Service (AFAS), disampaikan kepada

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas

No. 99/BPPP/ND/09/2016 tanggal 8 September 2016 merekomendasikan:

untuk meningkatkan FEP sektor jasa komunikasi menjadi 70% pada paket AFAS

10 karena sektor ini telah berdaya saing; meningkatkan FEP sektor jasa

distribusi (khusus grosir) dari 51% menjadi 67% atau disesuaikan dengan

Daftar Negatif Investasi; serta meningkatkan FEP sektor jasa konstruksi menjadi

Page 44: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 39

70% karena Perpres No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Negatif Investasi telah

mengijinkan FEP 70% pada sektor tersebut.

75. Dampak Canada-Ukraina Free Trade Agreement (CUFTA), disampaikan

kepada Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional melalui Nota

Dinas No. 100/BPPP/ND/09/2016 tanggal 9 September 2016 dimana

rekomendasinya adalah analisis potensi kerugian akibat adanya CUFTA tidak

signifikan untuk Indonesia. Disamping itu, CUFTA baru ditandatangani tahun

2015 sehingga data untuk melihat dampak riil dari kerjasama tersebut masih

terbatas. Sehingga yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah dapat

mengoptimalkan hubungan bilateral yang telah ada baik dengan Ukraina

maupun Kanada untuk mempertahankan potensi pasar di negara tersebut.

76. Usulan Posisi Runding Perdagangan Barang Dalam Rangka Indonesia-

European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-

CEPA), disampaikan kepada Direktur Jenderal Perundingan Perdagngan

Internasional melalui Nota Dinas No. 114/BPPP/ND/09/2016 tanggal 29

September 2016 dengan merekomendasikan: (a) menyandingkan request dan

offer Indonesia dan Uni Eropa, terdapat 235 pos tarif dari request Indonesia

yang dipandang sensitif oleh Uni Eropa sehingga berpotensi ditolak oleh Uni

Eropa. Sebaliknya, terdapat 260 pos tarif dari request Uni Eropa yang dipandang

sensitif oleh Indonesia sehingga berpotensi ditolak oleh Indonesia. Ruang

negoisasi untuk menerapkan fleksibilitas seperti dalam Vietnam EU Partnership

Agreement (VEU PCA) menjadi salah satu alternatif untuk menjembatani

perbedaan negoisasi ini; (b) Selain perundingan penurunan tarif, Indonesia juga

perlu mengatasi hambatan non tarif Uni Eropa terutama untuk produk pertanian

dan manufaktur sehingga perundingan mengatasi hambatan non tarif Uni Eropa

perlu diprioritaskan juga terutama untuk produk CPO untuk mengatasi (1) isu

deforestasi, (2) tingginya kandungan “dioxin” pada produk palm fatty acid yang

melebihi batas toleransi, (3) tingginya kandungan “salmonella ruiru” dalam Palm

Kernel Expeller dari Indonesia, dan (4) Kriteria sustainability dalam

memproduksi sawit khususnya untuk biofuel.

Beberapa contoh (tidak semua) hasil kajian BPPP selama kurun waktu 2010-2017

yang digunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan tersaji pada tabel berikut ini:

Page 45: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 40

Tabel 1. Beberapa contoh hasil kajian BPPP yang digunakan sebagai bahan rekomendasi kebijakan tahun 2009-2017

No. Judul Kajian Rekomendasi

1. Kajian Dampak Masuknya

Penyedia Jasa Telekomunikasi

Asing Terhadap Kinerja Penyedia

Jasa Telekomunikasi dan Tenaga

Kerja Indonesia

Direkomendasikan untuk meningkatkan Foreign

Equity Participation (FEP) sektor jasa

telekomunikasi dari 49 persen menjadi 70

persen karena dampak masuknya penyedia jasa

telekomunikasi asing yang signifikan posistif

bagi penyerapan tenaga kerja dan kinerja sektor

ini.

2. Kajian manfaat dan biaya

kerjasama ASEAN Canada Free

Trade Agreements (FTA) bagi

Indonesia

Direkomendasikan untuk tetap berperan serta

dalam skema kerjasama ASEAN-Canada FTA

karena meskipun terdapat biaya yang mesti

ditannggung tetapi potensi manfaatnya juga

cukup menjanjikan.

3 HPP gula Direkomendasikan sebagai bahan rapim

kementerian perdagangan dimana perlu ada

pemahaman bahwa HPP bukan merupakan satu-

satunya instrumen yang dapat mendukung

perbaikan sistem pergulaan nasional, termasuk

kesejahteraan petani gula. HPP yang tinggi hanya

akan menguntungkan pabrik swasta yang tidak

menerapkan KSO karena business operation-nya

yang jauh lebih efisien. Penggunaan bibit unggul

dan efisiensi pabrik gula milik BUMN justru

merupakan hal yang paling utama dalam

pengembangan sistem pergulaan nasional agar

lebih efisien

4 HPP beras Direkomendasikan sebagai bahan rapim

kementerian perdagangan dimana Besaran HPP

beras tahun 2013 tidak berubah dan masih

mengacu besaran HPP tahun 2012 mengingat

dinamika harga baik di tingkat nasional maupun

internasional relatif stabil

5 Upaya Peningkatan Implementasi

UU WDP di Daerah Direkomendasikan agar Ditjen Dagri

memaksimalkan jaringan komputerisasi dan

program aplikasi WDP yang ada. Cara tersebut

merupakan opsi unggulan dibandingkan opsi

lainnya dalam menyelesaikan permasalahan

implementasi pendataan WDP. Masih terus

meningkatkan sosialisasi terhadap pelaku usaha

tentang pentingnya pendaftaran perusahaan

yang selama ini telah dilakukan

6 Peningkatan Peran Lembaga

Pembiayaan Dalam - Direkomendasikan kepada lembaga

perbankan agar meningkatkan sosialisasi

kepada UMKM tentang eksistensi lembaga

Page 46: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 41

Pengembangan UMKM Sektor

Perdagangan pembiayaan baik bank maupun non bank

khususnya koperasi. Bagi lembaga

pembiayan perbankan yang tidak memiliki

core usaha pada usaha mikro dapat

menggunakan model pembiayaan linkage

dan channeling dengan lembaga pembiayaan

lainnya. Selain itu juga perlu sistem informasi

debitur terintegrasi antar lembaga

pembiayaan bank dan non bank untuk

mencegah terjadinya pembiayaan berulang

pada UMKM yang sama

- Direkomendasikan kepada Kemendag agar

dilakukan kemitraan antara pemerintah

pusat, daerah dan lembaga pembiayaan

dalam hal memberikan bantuan teknis

kepada UMKM, sehingga pembinaan yang

dilakukan dapat lebih terintegrasi. Perlunya

kebijakan yang mewajibkan UMKM untuk

mengikuti pembinaan dari lembaga

pembiayaan dan menyerahkan laporan

keuangan usaha secara periodik kepada

lembaga pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi terjadi penyimpangan

pemanfaatan kredit yang diberikan oleh

lembaga pembiayaan

7

Peran Kebijakan Perdagangan

Dalam Rangka Percepatan

Pencapaian Swasembada Pangan

(Beras, Jagung, Kedelai, Gula Dan

Daging Sapi)

- Direkomendaikan kepada Kemendag agar

kebijakan perdagangan dalam bentuk Tarif

Bea Masuk (TBM), baik tarif spesifik untuk

beras dan gula, maupun tarif ad-valorem

untuk jagung, kedelai dan daging sapi,

sebagai salah satu bentuk perlindungan

kuantitatif bagi pertanian di Indonesia, masih

tetap diperlukan. Tujuan kebijakan

perdagangan dalam bentuk Tarif Bea Masuk

(TBM) ini adalah untuk menghambat laju

pertumbuhan konsumsi per kapita yang

berlebihan, utamanya beras, sekaligus untuk

mendorong pertumbuhan produksi beras,

jagung, kedelai, gula dan daging sapi,

sehingga swasembada dapat lebih cepat

tercapai

- Direkomendasikan kepada kementerian

pertanian untuk mendorong produksi

pangan dan pertanian yang juga diperlukan,

antara lain: (1) Pengembangan teknologi

secara terus menerus; (2) Penetapan Harga

Pembelian Pemerintah untuk beras dan

Harga Patokan untuk gula; (3) Pemberian

Page 47: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 42

subsidi harga input (benih dan pupuk); (4)

Perbaikan prasarana pertanian (jaringan

irigasi, jalan pertanian, dan lain-lain); (5)

Pencetakan sawah untuk padi, dan

pengadaan lahan untuk kedelai dan gula; dan

(6) Pengendalian/pencegahan pemotongan

sapi potong betina produk

8 Upaya Meningkatkan Efektifitas

Implementasi Sistem Resi Gudang

(SRG) Komoditi Jagung

Dinas Perindag bekerasama dengan Bappebti

perlu meningkatkan sosialisasi secara rutin dan

intensif untuk mendorong petani menerapkan

SRG dengan melibatkan dinas terkait dan

stakeholders lainnya (penyuluh dan petani yang

telah sukses menerapkan SRG). Selin itu dinas

perindag untuk memfasilitas kerjasama antar

pengelola gudang, seperti PT. Pertani dan PT.

Bhanda Ghara Reksa (sebagai BUMN Pengelola

Gudang)

9 Kinerja Logistik Perdagangan

Studi Kasus: Beras Dan Semen Direkomendasikan kepada kementerian PU

untuk melaksanakan pembangunan dan

perbaikan sarana dan prasarana infrastruktur

terutama akses jalan ke pelabuhan, perencanaan

jalur transportasi baik barang dan manusia

dengan mempertimbangan pertumbuhan

penduduk dan ekonomi, peningkatan ketertiban

dan kesadaran pengguna sarana transportasi dan

infrastruktur terhadap aturan-aturan

transportasi dan aturan lain seperti beban

muatan

10 Pusat Distribusi Regional (PDR) Merekomendasikan kepada Dinas Perindustrian

dan Perdagangan Provinsi perlu menyiapkan

proses bisnis, manajemen, teknologi, dan

kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang

memadai agar PDR dapat berfungsi secara

optimal selain itu Pembangunan PDR di wilayah-

wilayah lain hendaknya lebih memperhatikan

ketersediaan infrastruktur transportasi laut dan

transportasi darat, termasuk jalan raya sebagai

penghubung ke/dari PDR

11 Antisipasi Perubahan Pola

Konsumsi Pangan Direkomendasikan agar promosi produk

makanan dilakukan dengan benar dan tidak

menyesatkan konsumen dan pemerintah harus

berperan dalam upaya diversifikasi konsumsi

pangan pokok berbasis sumber daya lokal

12 Penentuan Kriteria Dan

Komoditas Bapok Direkomendasi kan pemerintah perlu membatasi

jumlah bapok dengan mempertimbangkan

kebijakan pembangunan pertanian, tingkat

kesulitan dan biaya dalam kebijakan pangan,

Page 48: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 43

dinamika konsumsi dan dinamikan pasar

internasional dengan pertimbangan jumlah

bapok seyogyanya tidak lebih dari 10 komoditas

13 Faktor Yang Mempengaruhi

Harga Daging Sapi Di Dalam

Negeri

Merekomendasikan kepada kementrian

perdagangan upaya stabilisasi harga dilakukan

melalui monitoring harga secara berkala pada

setiap jenis daging sapi serta jenis pasar juga

perlu memperhatikan perubahan terhadap

mekanisme waktu importasi antara daging sapi,

sapi bakalan serta sapi siap potong sangat

penting serta penataan kembali jalur tata niaga

sapi maupun dagng sapi antar provinsi melalui

kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah

14 Peningkatan Daya Saing Dan

Perlindungan Konsumen Melalui

Standar Nasional Indonesia (SNI)

- Merekomendasikan kepada Badan

Standardisasi Nasional (BSN) untuk melakukan

peninjauan, perubahan (amandemen) SNI

khususnya produk eskpor ke negara tujuan

sesuai perkembangan dan perubahan selera

konsumen dan teknologi - Merkomendasikan kepada perwakilan dagang

RI di luar negeri, untuk menjadi bagian solusi

dari kasus-kasus penolakan produk ekspor

Indonesia antara lain melakukan mediasi,

konsultasi, dan menyediakan informasi terkait

perkembangan standar dan selera pasar mitra

dagang kepada para eksportir di Indonesia

15 Upaya Peningkatan Pelayanan

Tera/Tera Ulang Alat Ukur, Takar,

Timbang Dan Perlengkapannya

(UTTP) Di Pasar Tradisional

Direkomendasikan agar pemerintah Provinsi

dan Kabupaten /kota meningkatkan pelayanan

tera/tera ulang UTTP bersifat mandatory dalam

upaya perlindungan konsumen. Dalam upaya

meningkatkan pelayanan tera/tera ulang UTTP

khususnya timbangan antara lain : membentuk

UPT dan UPTD-UPTD yang dilengkapi jumlah dan

kompetensi SDM (penera dan pegawai yang

berhak) yang memadai; ketersediaan sarana dan

prasarana (gedung, peralatan standar, alat

transportasi, dll), kegiatan pengawasan dan

penyuluhan tera/tera ulang. Perlu juga

koordinasi dengan pengelola pasar dibutuhkan

dalam meningkatkan akses pelayanan tera/tera

ulang adalah kelengkapan data UTTP yang valid

di pasar tradisional

Page 49: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 44

16 Upaya Peningkatan Pengawasan

Terhadap Pemberlakuan SNI

Wajib Produk Elektronik

Direkomendasikan kepada lembaga penguji dan

LSpro agar harmonisasi biaya pengujian produk

maupun pemprosesan SPPT-SNI. Perlu

penyeragaman waktu pengujian hingga

penerbitan SPPT – SNI

17 Upaya Peningkatan Pengawasan

Distribusi Bahan Berbahaya Direkomendasikan agar Kemendag merevisi

Permendag terutama pada pasal-pasal yang

tertuang pada Permendag Nomor : 44/M-

DAG/PER/9/2009 tentang Pengadaan, Distribusi

Dan Pengawasan B2 yang menyangkut aspek

pengadaan, distribusi dan pengawasan serta

penerapan sanksi, perlu ada penyempurnaan.

Selain itu perlu juga diatur ketentuan mengenai

sanksi yang lebih jelas dan menimbulkan efek

jera sesuai dengan pelanggarannya dalam upaya

meningkatkan kepatuhan pelaku usaha dalam

memenuhi segala kewajiban, antara lain

pelaporan. Penerapan sanksi terhadap

pelanggaran perlu ditegakkan dan mengacu pada

peraturan perundangan yang berlaku yaitu

Undang-undang Perlindungan Konsumen

18 Analisis Mengatasi Defisit

Perdagangan Hasil analisa ini sebagai bahan rekomendasi

terkait langkah-langkah mengatasi defisit

perdagangan dengan cara: menaikkan harga BBM

dengan cara mengurangi subsidi sehingga dapat

menghemat APBN dan mengurangi impor;

(b).Meningkatkan penggunaan biodiesel; (c).

Melonggarkan aturan maksimum titik kabut

menjadi 19-20o C

19

Analisis Impor Produk Tertentu

Melalui Pelabuhan Krueng

Geukeuh-Aceh Utara dan

Pelabuhan Kuala Langsa-Kota

Langsa

Hasil analisa ini menjadi rekomendasi Direkturat

Impor bahwa dimungkinkan Pelabuhan Krueng

Geukueh dibuka sebagai pelabuhan impor

produk tertentu di Aceh. Hasil outcome dari

rekomendasi ini adalah telah diterbitkannya

Permendag Nomor 61/M/DAG/PER/9/2013,

yang menetapkan Pelabuhan Krueng

Geukueh, Aceh Utara sebagai pintu masuk

Impor Produk Tertentu

20 Analisis terhadap Impor Sakarin,

Natrium Siklamat, Perkakas

Tangan serta Preparat Bau-bauan

dan Campuran Mengandung

Alkohol

Hasil analisis ini direkomendasikan kepada

Direkturat Impor bahwa perlu dilakuan revisi

atas Kepmenperindag No.230/MPP/Kep/

7/1997

21 Analisis Impor Kepolimer dari

Propilen Hasil analisis ini, BP2KP memberikan

rekomendasi ke Direktorat Impor terkait

lampiran Kepmenperindag No.230/MPP/Kep/7/

1997 yang menggunakan HS 1996 dan jumlah HS

Page 50: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 45

yang berjumlah 9 digit, maka perlu dilakukan

penyesuaian lampiran SK tersebut sesuai dengan

BTKI 2012. Rekomendasi yang diberikan telah

ditindak lanjuti oleh pimpinan dengan hasil telah

disusunnya Rancangan Permendag mengenai

Ketentuan Impor Plastik

22 Analisis Kebijakan Impor Klinker

dan Semen Hasil analisa ini merekomendasikan kepada

Direktorat Impor bahwa pentingnya melindungi

investasi di sektor industri semen. Tindak lanjut

dari Pimpinan adalah telah disusunnya

Rancangan Permendag mengenai Ketentuan

Impor Semen

23 Analisis Dampak Kebijakan Bea

keluar (BK) CPO: Statistical Desk

Research

Hasil analisis ini merekomendasikan pada

Direktur Ekspor, bahwa upaya untuk merevisi BK

CPO yang berlaku saat ini harus

mempertimbangkan adanya investasi di industri

pengolahan CPO yang sudah masuk dan

konsistensi kebijakan tersebut pada investor

dalam negeri maupun asing; dan Kementerian

Perdagangan tidak merekomendasikan adanya

revisi berupa penurunan BK CPO

24 Hasil Analisis Harga Referensi

CPO dengan Menggunakan

Metode Tertimbang BKDI 60%:

MDX 20%: Rotterdam 20%:

Statistical Desk Research

Hasil rekomendasi dari analisis ini telah

diterbitkan PMK No. 128/PMK.011/2013

tentang Perubahan atas PMK No.

75/PMK.011/2012 tentang Penetapan

Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar

dan Tarif Bea Keluar tanggal 9 September

2013

25 Tanggapan atas Implementasi

Pemerintah AS untuk kasus Clove

Cigarrettes (DS 406) setelah

berakhirnya Reasonable Period of

Time tanggal 24 Juli 2013

Hasil analisis ini sebagai bahan rapat pimpinan

dalam menanggagapi implementasi Pemerintah

AS untuk kasus clove cigarettes (ds 406) setelah

berakhirnya reasonable period of time tanggal

24 Juli 2013

26 Hasil penelusuran Definisi Pasar

Tradisional Tujuan Ekspor Non

Migas

Hasil analisis ini sebagai bahan rapat pimpinan

dalam menelusuri definisi pasar tradisional

tujuan ekspor non migas

27 Penyesuaian Tarif Bea Masuk atas

Impor Kedelai Hasil rekomendasi analisis ini diterbitkannya

PMK No. 133/PMK.011/2013 tanggal 3

Oktober 2013, tentang Perubahan atas PMK

no 213/PMK.011/2011 tentang Penetapan

Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif

Page 51: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 46

Bea Masuk Atas Barang Impor. Tarif Bea masuk

untuk impor kedelai diturunkan menjadi 0%

28 Analisis Dampak Kebijakan

Pelarangan Ekspor Raw Mineral

dan Tambang

Analisis ini memberikan rekomendasi terkait

penerapan kebijakan pelarangan ekspor raw

mineral tambang di tahun 2014

29 Tanggapan atas surat Asosiasi

Niaga Pupuk Indonesia mengenai

Pengadaan, Distribusi, dan

Pengawasan Bahan Berbahaya

Hasil analisis ini sebagai bahan rapat pimpinan

dalam menanggagapi surat Asosiasi Niaga Pupuk

Indonesia mengenai Pengadaan, Distribusi, dan

Pengawasan Bahan Berbahaya

30 Masukan atas surat Ditjen. Basis

Industri Manufaktur, Kemenperin

atas usulan pengecualian 6 pos

tarif/HS dari Pengenaan BMAD

CRC/S

Hasil analisis ini merekomendasikan kepada

Direktur Kerjasama Bilateral, dengan isi

menyatakan bahwa usulan pengecualian

terhadap 6 pos tariff/HS untuk dikecualikan dari

pengenaan BMAD melalui interim review untuk

saat ini belum dapat dilakukan karena tidak

memenuhi persyaratan sebagaimana diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun

2011 tentang Tindakan Antidumping, Tindakan

Imbalan, dan Tindakan Pengamanan

Perdagangan

31 Analisis Importasi Teh dan

Tepung Terigu Pakan Ternak Rekomendasi dari hasil analisa ini sebagai bahan

masukan dalam rapat Pleno Tim Tarif terkait

kebijakan importasi teh

32 Bahan Masukan Konsultasi

Bilateral Indonesia-Thailand

terkait Kasus Safeguard

Hasil analisa ini memberikan masukan kepada

Direktur Pengamanan Perdagangan, Ditjen Daglu

pada konsultasi bilateral Indonesia-Thailand

terkait pengenaan tindakan pengamanan

perdagangan oleh Thailand terhadap produk

glass block Indonesia (HS 701690)

33 Analisis Lonjakan Impor Produk

Plastik Analisa ini sebagai tindak lanjut surat dari

Direktur Impor, nomor 2759/DAGLU.4-

3/ND/10/2013 perihal Permintaan Kajian

terkait Usulan Kementerian Perindustrian

mengenai Pengendalian Impor Produk Plastik

34 Analisis Persiapan Regional

Comprehensive Economic

Partnership (RCEP) Dalam

Working Group On Trade In Goods

Hasil analisa ini digunakan oleh Direktorat

Kerjasama ASEAN untuk menyusun modalitas

dan strategi negosiasi yang tercermin dalam

posisi runding Indonesia di forum RCEP

35 Kajian Kesiapan Indonesia dalam

Menghadapi ASEAN-Hongkong

FTA

Hasil analisa ini digunakan oleh Direktorat

Kerjasama ASEAN untuk menyusun posisi

runding dalam ASEAN-HongKong FTA

Page 52: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 47

36 Analisis Peluang Kerjasama

Bilateral Indonesia-Nigeria

melalui Skema Preferential Trade

Agreement

Hasil analisa ini digunakan oleh Kementerian

Luar Negeri dalam menyusun Joint Trade

Commission dengan Nigeria

37 Kajian Dampak Implementasi

Penggunaan Terms of Delivery

FOB menjadi CIF untuk Kegiatan

Ekspor yang sesuai dengan

Komitmen Kerjasama Multilateral

Hasil analisa digunakan oleh Direktorat Jenderal

Pengembangan Ekspor Nasional untuk

menyusun Roadmap pengubahan term of trade

dari FOB menjadi CIF

38 Kajian Posisi Runding

Perdagangan Jasa dalam rangka

Indonesia-Korea CEPA

Hasil analisa digunakan oleh Direktorat

Perundingan Perdagangan Jasa untuk

perundingan Jasa untuk forum Indonesia-Korea

CEPA

39 Kajian Perundingan Regional

Comprehensive Economic

Partnership (RCEP) di bidang Jasa

Hasil analisa digunakan oleh Direktorat

Perundingan Perdagangan Jasa untuk

perundingan Jasa untuk forum RCEP

40 Kajian Dampak Aksesi Sudan dan

Ethiopia Sebagai Anggota WTO

Bagi Kinerja Perdagangan

Indonesia

Hasil analisa digunakan oleh Direktorat

Kerjasama Multilateral untuk menyusun posisi

runding Indonesia

41 Kajian Pendampingan

Stakeholder dalam Rangka

Menunjang Kerjasama APEC

Hasil analisa digunakan oleh Direktorat

Kerjasama APEC dan Organisasi Lainnya dalam

penyusunan posisi memasukkan CPO ke dalam

Environmental Goods List di KTT APEC tahun

2013 di Bali

42 Analisis Peningkatan Hubungan

Kerjasama Ekonomi Indonesia

Tunisia

Hasil analisa digunakan menjadi basis updating

Joint Study Group Indonesia-Tunisia oleh

Direktorat Kerjasama Bilateral yang akan

diadakan dalam bulan Maret 2014

43 Kajian Strategi Kerjasama

Indonesia dalam Pembukaan

Akses Pasar di Pasar Non

Tradisional

Hasil ini digunakan oleh Direktorat Kerjasama

Bilateral dan Direktorat Jenderal Pengembangan

Ekspor dalam rangka pengembangan akses ke

negara tujuan ekspor non tradisional. Direktorat

Kerjasama Bilateral telah menggunakan kajian

untuk menganalisis Trade Agreement antara

Indonesia dengan Uzbekistan

44 Analisis Target Ekspor Indonesia

2014 – 2015 Rekomendasi kebijakan digunakan untuk:

• Menetapkan perubahan target ekspor 2014

sebesar USD 190,0 miliar, naik 4,1% (YoY).

Page 53: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 48

• Ditetapkannya 33 negara (14 negara utama

dan 19 negara prospektif tujuan ekspor) dan

10 produk utama dan 10 produk prospektif

ekspor.

45 Analisis Kinerja Perdagangan

Luar Negeri Hasil analisis dijadikan bahan masukan Menteri

Perdagangan dalam melakukan siaran pers

mengenai kinerja perdagangan setiap bulan.

46 Analisis Kebijakan Bea Keluar

(BK) CPO Dan Produk

Turunannya

Analisis menyarankan kepada Pemerintah agar

tidak merevisi kebijakan penurunan tarif BK CPO

dan produk turunannya dengan pertimbangan

akan menyurutkan semangat hilirisasi yang

sudah berjalan sampai saat ini.

47 Analisis Usulan Pembebasan Bea

Masuk Impor Biji Kakao Hasil analisis merekomendasi agar Pemerintah

tidak perlu melakukan perubahan kebijakan (do

nothing) dan menyerahkan kondisi yang ada

kepada para pelaku usaha untuk melakukan

adaptasi dan menemukan keseimbangan

48 Analisis Usulan Pelabuhan

Bitung-Sulawesi Utara sebagai

Pelabuhan Tujuan Impor Produk

Tertentu

Hasil analisis digunakan untuk kebijakan:

Permendag Nomor 36/M/DAG/PER/7/2014

Pelabuhan Bitung Sulawesi Utara dapat dibuka

dan ditetapkan sebagai pelabuhan impor Produk

tertentu untuk produk produk Makanan dan

Minuman, Pakaian Jadi, dan Elektronika.

49 Evaluasi Perdagangan Lintas

Batas Hasil evaluasi digunakan untuk mengusulkan

perubahan besaran nilai transaksi perdagangan

lintas batas sesuai perkembangan dan

merekomendasikan komoditi gula agar

dimasukkan ke dalam negative list perjanjian

perdagangan lintas batas (Border Trade

Agreement/BTA).

50 JSG Indonesia-Peru PTA Hasil analisis digunakan sebagai pertimbangan

bagi Ditjen KPI bahwa PTA Indonesia-Peru dapat

dilakukan dengan tujuan untuk menyamakan

tingkat daya saing dengan pesaing

51 JSG Indonesia-Tunisia PTA Hasil analisis digunakan sebagai pertimbangan

Kerjasama yang direkomendasikan adalah dalam

bentuk kerjasama Preferential Trade Agreement

(PTA) yang berupa penurunan tarif

52 Sektor Jasa Dalam IJ EPA Sosialisasi yang efektif terkait program IJEPA;

Penguatan lisensi dan legitimasi terhadap

kompetensi tenaga kerja; Peningkatan program

pelatihan/kursus bahasa; Peningkatan Fasilitasi

kerjasama

Page 54: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 49

53 Strategi Menghadapi ASEAN

Economic Community (AEC) 2015 Hasil kajian digunakan bagi penentuan posisi

pemerintah dalam mendorong terciptanya

Mutual Recognition Agreement (MRA) dan

harmonisasi kebijakan non tarif untuk food

product dan chemical, rubber, and plastic product;

perlu adanya peninjauan kembali kebijakan non

tarif terhadap bahan baku/penolong untuk

produk-produk utama Indonesia (textile, food

product dan chemical, rubber, dan plastic

product).

54 Analisis Kerjasama Ekonomi dan

Perdagangan Indonesia dan

Yordania dalam kerangka ASEAN

- Jordan FTA

Dapat dilakukan dengan memanfaatkan FTA yang

telah dilakukan oleh Yordania dan membangun

gudang perdagangan (wholesale) di Aqoba

sebagai sevice hub untuk memasuki pasar negara

Arab lainnya

55 Posisi Runding Indonesia dalam

Kejasama RCEP Kebijakan RCEP harus diikuti dengan capacity

building dan economic cooperation; perlu

peningkatan infrastruktur yang signifikan dalam

upaya mendapatkan manfaat dari RCEP.

56 Posisi Runding Indonesia dalam

isu Environment Goods List (EGs

List) di Forum APEC

Perlu memasukkan produk unggulan ekspor

Indonesia seperti CPO, sedangkan untuk

melindungi pasar dalam negeri, Indonesia hanya

dapat menerima produk pertanian dengan

kisaran tarif 7,8% - 9,6%

57 Review pemanfaatan peluang

Sektor Jasa Dalam ASEAN

Framework Agreement on Services

(AFAS) - studi banding: jasa

konstruksi

Sosialisasi mengenai peta posisi komitmen

Indonesia di AFAS serta upaya-upaya

peningkatan produktivitas ; harmonisasi

mengenai regulasi dan persyaratan untuk

menembus pasar jasa ASEAN untuk memperkuat

daya saing

58 Roadmap Pelaksanaan TOD CIF segera menyusun rencana strategis untuk

pengadaan 35 kapal handymax sampai tahun

2020 atau setara dengan 6 kapal per tahun, serta

memberikan insentif agar pengusaha dapat

menyisihkan 20 persen dari total volume ekspor

mereka untuk diangkut dengan kapal nasional.

59 Peta Diplomasi CPO di Italia

Indonesia perlu melakukan berbagai lobby

melalui fora bilateral, regional dan multilateral

untuk menjamin akses pasar minyak sawit dan

produk turunannya di Italia dan Uni Eropa; serta

meningkatkan minat pengusaha untuk

berinvestasi di Italia.

60 Peta Diplomasi CPO di Turki

Indonesia perlu melakukan perjanjian liberalisasi

PTA untuk produk minyak sawit dan turunannya

dari Turki dan produk Articles of jewelery dari

Page 55: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 50

Indonesia; serta meningkatkan minat pengusaha

Indonesia untuk berinvestasi di Turki.

Tabel 2. Beberapa contoh hasil kajian BPPP yang digunakan sebagai bahan rekomendasi kebijakan tahun 2015-2016

No. Memo Kebijakan Rekomendasi

Rekomendasi Kebijakan Bidang Perdagangan Dalam Negeri

1

Upaya peningkatan Ekspor UKM

Melalui Trading House

disampaikan kepada Direktur Jenderal

Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota

Dinas No.22/BPPKP/ND/2/2015 tanggal 27

Februari 2015 sebagai bahan pertimbangan

dalam rangka upaya peningkatan ekspor

sebesar 300% pada tahun 2019 dimana salah

satu upayanya adalah pemberdayaan PT.

Sarinah dan PT. PPI sebagai Trading House

2 Analisis Pola Harga Tahunan Daging

Ayam

Sehubungan dengan adanya isu penurunan

harga unggas (ayam potong), analisis singkat

mengenai pola harga tahunan daging ayam

disampaikan kepada Direktur Jenderal

Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota

Dinas No.24/BPPKP/ND/03/2015 tanggal 9

Maret 2015

3 Upaya Peningkatan Pelaksanaan

Perlindungan Konsumen di Indonesia

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Jenderal Standardisasi dan Perlindungan

Konsumen melalui Nota Dinas

No.77/BPPKP/ND/05/2015 tanggal 29 Mei

2015. Beberapa langkah yang perlu dilakukan

untuk mengatasi hambatan pelaksanaan

perlindungan konsumen, sehubungan

dengan indikator kinerja menunjukkan

bahwa upaya perlindungan konsumen belum

terlaksana secara optimal

4 Penetapan Harga Khusus Barang

Kebutuhan Pokok (Permendag)

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui

Nota Dinas No.78/BPPKP/ND/05/2015

tanggal 29 Mei 2015. Hal ini sejalan dengan

Rancangan Perpres tentang penetapan dan

penyimpanan barang kebutuhan pokok dan

barang penting dinyatakan bahwa salah satu

penetapan kebijakan harga adalah penetapan

harga khusus menjelang, saat dan setelah hari

besar keagamaan nasional serta pada saat

terjadi gejolak harga

Page 56: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 51

5 Kemungkinan Penjualan Gula Petani

dan/atau Gula PTPN Tanpa

Mekanisme Lelang

Hasil analisis telah disampaikan kepada

Menteri Perdagangan melalui nota dinas

nomor 103/BPPKP/ND/07/2015 tanggal 23

Juli 2015

6 Kriteria PG untuk Memperoleh

Fasilitas Raw Sugar Guna Memenuhi

Idle Capacity

Memo kebijakan disampaikan kepada

Menteri Perdagangan melalui nota dinas

nomor 102/BPPKP/ND/07/2015 tanggal 23

Juli 2015

7 Harga Patokan Petani (HPP) Gula

Tahun 2015

Hasil analisis disampaikan disampaikan

kepada saekretaris Jenderal melalui nota

dinas nomor 65/BPPKP/ND/05/2015

tanggal 12 Mei 2015 sebagai tindak lanjut

dari Surat Menteri Pertanian nomor

105/KB.330/M/4/2015 perihal Penetapan

Awal dan Akhir Giling MT 2014/2015 tanggal

29 April 2015

8 Besaran Harga Beli Petani (HBP)

Kedelai

dilakukan sebagai tindak lanjut merebaknya

isu tentang rencana penetapan Harga

Pembelian Pemerintah (HPP) kedelai sebesar

Rp.10.000/kg. Rekomendasi disampaikan

kepada Direktur Jenderal Perdagangan

Dalam Negeri melalui nota dinas nomor

57/BPPKP/ND/04/2015 tanggal 22 April

2015

9 Masukan Terhadap Usulan

Deregulasi Kementerian

Perdagangan Terkait Gula

Sehubungan dengan adanya pelaksanaan

deregulasi kebijakan Kementerian

Perdagangan, BP2KP telah menyampaikan

usulan deregulasi terkait gula yang

disampaikan kepada Staf Ahli Bidang

Kebijakan Perdagangan Luar Negeri dan

Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus

melalui nota dinas nomor

123/BPPKP/ND/9/2015 tanggal 9

September 2015

10 Usulan Harga Pembelian Pemerintah

(HPP) Beras Tahun 2015

Usulan disampaikan kepada Direktur

Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui

nota dinas nomor 28/BPPKP/ND/03/2015

tanggal 11 Maret 2015 sebagai tanggapan

atas surat Perum Bulog nomor B-

121/II/DO100/03/2015 tentang usulan HPP

Gabah dan Beras tanggal 6 Maret 2015

11 Perkiraan Harga Bahan Pangan

Pokok Pada Bulan Mei-Juli 2015

Dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga

di bulan Puasa dan Idul Fitri, telah

disampaikan analisis perkiraan harga kepada

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

Page 57: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 52

melalui nota dinas nomor

70/BPPKP/ND/05/2015 tanggal 18 Mei

2015

12 Arah Pengembangan Pasar Rakyat Analisis dilakukan untuk mendapat

pemahaman awal yang komprehensif

terhadap produk hukum terkait

pengembangan pasar rakyat dan dan

informasi terkait implementasi kebijakan

revitalisasi di Kementeriaan Perdagangan

dan kementerian lainnya. Hasil analisis telah

disampaikan kepada Direktur Jenderal

Perdagangan Dalam Negeri melalui nota

dinas nomor 79.1/BPPKP/ND/05/2015

tanggal 29 Mei 2015

13 Gambaran Perdagangan di Kawasan

Perbatasan Entikong

Hasil analisis disampaikan kepada Menteri

Perdagangan melalui nota dinas nomor

79/BPPKP/ND/5/2015 tanggal 29 Mei 2015

sebagai tanggapan atas suart Deputi Bidang

Politik, Hukum dan Keamanan nomor

B.467/Polhukam/04/2015 tentang

penyampaian salinan Instruksi Persiden No.6

tahun 2015 tentang Percepatan

pembangunan Tujuh Pos Lintas Batas Negara

Terpadu dan Penunjang di Kawasan

Perbatasan

14 Dampak Harga Pembelian

Pemerintah Beras, Harga Patokan

Petani Gula, dan Harga Energi

Terhadap Inflasi dan Kemiskinan

Rekomendasinya adalah template yang sudah

dibangun dapat digunakan sebagai instrumen

untuk mengestimasi dampak kenaikan HPP

beras dan gula serta harga energi kepada

inflasi dan kemiskinan, kemudian hasilnya

dapat dijadikan pertimbangan dalam

merumuskan policy mix. Rekomendasi ini

disampaikan Direktur Jenderal Perdagangan

Dalam Negeri melalui Nota Dinas No.

86.1/BPPKP/ND/06/2015 tanggal 25 Juni

2015

15 Analisis Efektifitas Operasi Pasar

Beras

Hasil analisis ini direkomendasikan kepada

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

melalui Nota Dinas No.

152/BPPKP/ND/10/2015 tanggal 30

Oktober 2015. Merekomendasikan bahwa

setiap daerah perlu memiliki referensi

volume beras OP yang akan efektif

menurunkan harga, OP dapat

mempertahankan pola yang sudah dijalankan

saat ini dan HBKN oleh Bulog sebagai

Page 58: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 53

pelaksana, serta kualitas beras yang

disalurkan dalam OP harus ditingkatkan.

16 Hasil Policy Dialogue Series

Revitalisasi Pasar Rakyat

PDS dilaksanakan oleh BP2KP bekerjasama

dengan AIPEG. Menindaklanjuti arahan

Menteri Perdagangan untuk mengadakan

diskusi tentang peran pasar sebagai sarana

distribusi, pengendalian supply dan arah

salah satu instrumen harga, telah

dilaksanakan PDS yang hasilnya telah

disampaikan kepada Menteri Perdagangan

melalui nota dinas nomor

85/BPPKP/ND/06/2015 tanggal 24 Juni

2015

17 Hasil Policy Dialogue Series

Pengembangan Jasa Pergudangan

Dalam Meningkatkan Daya Saing

Sistem Logistik di Indonesia

Hasil diskusi telah disampaikan kepada

Menteri Perdagangan melalui nota dinas

nomor 138/BPPKP/ND/09/2015 tanggal 30

September 2015

Rekomendasi Kebijakan Bidang Perdagangan Luar Negeri

18 Analisis kondisi sektor industri Serat

Polyester (PSF), Benang Filament

(PFY), dan Purified Terepthalat Acid

(PTA)

Rekomendasi disampaikan kepada Pimpinan

di Lingkungan Kementerian Perdagangan

melalui Nota Dinas

No.13/BPPKP.3/ND/01/2015 tanggal 9

Januari 2015 sebagai tanggapan atas surat

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen

Synthetic Fiber Indonesia (APSyFI) kepada

Mendag melalui surat

No.057/APSyFI/XII/2014 tanggal 30

Desember 2014

19 Analisis Revitalisasi Angkutan

Khusus Pelabuhan Tanjung Priok

Rekomendasi disampaikan ke Direktur

Fasilitasi Ekspor dan Impor, Direktorat

Jenderal Perdagangan Luar Negeri, melalui

Nota Dinas No.33/BPPKP.3/ND/01/2015

tanggal 21 Januari 2015 sebagai tanggapan

atas permintaan analisis revitalisasi

angkutan khusus pelabuhan Tanjung Priok

melalui surat

No.171/DAGLU.5.4/ND/X/2014

20 Analisis Kebijakan Impor Ban didasari oleh usulan dari Kementerian

Perindustrian mengenai pengaturan tata

niaga impor Ban. Rekomendasi disampaikan

ke Direktur Impor melalui Nota Dinas

No.102/BPPKP.3/ND/3/2015 tanggal 3

Maret 2015

21 Analisis Ekspor Sarang Burung Walet

dan Susu

Rekomendasi disampaikan kepada pimpinan

unit Kementerian Perdagangan melalui Nota

Dinas No 114/BPPKP.3/ND/03/2015 tanggal

Page 59: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 54

16 Maret 2015 sebagai tanggapan atas surat

dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di

Beijing No.B.0101/Beijing/150214 tanggal

13 Februari 2015

22 Analisis Kinerja Perdagangan

Indonesia-Brunei Darussalam

Rekomendasi disampaikan kepada pimpinan

unit Kementerian Perdagangan melalui Nota

Dinas No.149/BPPKP.3/ND/03/2015

tanggal 20 Maret 2015 sebagai tanggapan

atas surat dari Kedutaan Besar Republik

Indonesia di Bandar Seri Begawan No.R-

00049/BSBegawan/150214 tanggal 27

Februari 2015

23 Analisis Impor Pakaian Bekas Rekomendasi disampaikan ke Direktorat

Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan

Direktorat Jenderal Standardisasi dan

Perlindungan Konsumen melalui Nota Dinas

No.41/BPPKP/ND/03/2015 tanggal 30

Maret 2015 sebagai tindak lanjut

pembahasan perlindungan terhadap

konsumen atas dampak buruk penggunaan

pakaian bekas impor

24 Analisis Upaya Penerapan Skema

Imbal Dagang dalam Rangka

Meningkatkan Ekspor ke Rusia untuk

Mendukung Pencapaian Target

Ekspor

Rekomendasi disampaikan ke Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri melalui

Nota Dinas No.42/BPPKP/ND/03/2015

tanggal 30 Maret 2015 sebagai tindak lanjut

hasil rapat forum diskusi Policy Position ke-2

tahun 2015

25 Strategi Melipat-tigakan Ekspor

dalam Lima Tahun Ke depan

Rekomendasi diberikan kepada pimpinan

unit Kementerian Perdagangan terkait

peningkatan ekspor non migas 300% di

tahun 2019 melalui Nota Dinas

No.219/BPPKP/ND/12/2014 tanggal 31

Desember 2014, yang ditindaklanjuti dengan

sosialisasi ke beberapa pelaku usaha di

Semarang pada tanggal 13 Januari 2015 dan

di Surabaya pada tanggal 20 Januari 2015,

bekerjasama dengan Direktorat Jenderal

Perdagangan Luar Negeri dan Direktorat

Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional.

Rekomendasi ini juga dimuat dalam harian

Bisnis Indonesia tertanggal 8 Juni 2015,

dengan judul Strategi Melipatigakan Ekspor

Non Migas

26 Analisis Penguatan Industri dan

Perdagangan Elektronik

Rekomendasi disampaikan kepada Kepala

Pusat Kerjasama Standardisasi, Badan

Standardisasi Nasional (BSN) melalui surat

No.228/BPPKP.3/SD/4/2015 tanggal 24

Page 60: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 55

April 2015, sebagai tanggapan atas surat dari

Kepala Pusat Kerjasama Standardisasi, BSN

perihal permohonan Kajian Penguatan

Perdagangan untuk sektor Elektronika

27 Analisis Implikasi pemberlakuakn

PPN untuk produk Pertanian dan

Kehutanan

Rekomendasi disampaikan ke pimpinan

Kementerian Perdagangan, Sekretaris

Jenderal Kementerian Perdagangan, dan

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri,

Ditjen Daglu, melalui surat

No.59/BPPKP/ND/04/2015 tanggal 28 April

2015. Rekomendasi diberikan sebagai

tanggapan atas surat Ketua Umum Dewan

Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO) No.

058.A1/DPP-ASKINDO/XI-2014 tanggal 20

Nopember 2014

28 Analisis Kinerja Perdagangan LN

Komprehensif Dalam Menyikapi

Kondisi Perdagangan Global Dan

Nasional

Rekomendasi disampaikan kepada pimpinan,

para Unit Eselon I dan para Staf Ahli di

lingkungan Kementerian Perdagangan

melalui surat nomor

63/BPPKP/ND/05/2015, tanggal 11 Mei

2015 dan surat nomor

72/BPPKP/ND/05/2015, tanggal 19 Mei

2015. Analisis ini merupakan tanggapan atas

arahan Menteri Perdagangan terkait Analisis

Kinerja Perdagangan Luar Negeri secara

komprehensif dalam menyikapi

perkembangan ekonomi global dan nasional

29 Analisis Kebijakan Pengamanan

Perdagangan Produk Besi Baja

Nasional

Dalam rangka pengembangan industri besi

baja nasional, BP2KP telah menyampaikan

hasil analisis kepada Direktur Jenderal

Perdagangan Luar Negeri melalui nota dinas

nomor 94/ BPPKP/ND/07/2015 pada

tanggal 7 Juli 2015

30 Analisis Evaluasi Kebijakan Impor

Produk Tertentu;

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Impor melalui surat dinas nomor

540/BPPKP.3/ND/09/2015 pada tanggal 21

September 2015, sebagai tanggapan surat

dinas Direktur Impor nomor

2179/Daglu.4.4/ND/6/2015 tentang

permohonan kajian revisi Permendag

tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu

sebagai dasar penyusunan deregulasi

kebijakan perdagangan

31 Analisis Tata Niaga Impor Nitro

Cellulose (NC)

Rekomendasi disampaikan kepada Menteri

Perdagangan melalui nota dinas nomor

83/BPPKP/ND/06/2015 tanggal 25 Juni

2015 sebagai tindak lanjut surat Menteri

Page 61: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 56

Perindustrian nomor 204/M-IND/4/2015

perihal Tata Niaga Impor NC

32 Analisis Membaiknya Perekonomian

Italia Terhadap Kinerja Ekspor Non

Migas Indonesia Ke Italia

Hasil analisis disampaikan kepada Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor

Nasional melalui nota dinas nomor

89/BPPKP/ND/06/2015 tanggal 30 Juni

2015. Analisis dilakukan sehuhbungan

dengan laporan Kedutaan Besar RI di Roma

No.R-00145/ROMA/150520 perihal laporan

membaiknya kondisi perekonomian Italia

33 Analisis Penurunan Kinerja Industri

Manufaktur Indonesia

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

melalui nota dinas nomor

100/BPPKP/ND/07/2015 tanggal 13 Juli

2015 sebagai tindak lanjut adanya isu

penurunan kinerja industri manufaktur di

Indonesia

34 Analisis Barang Yang Dibatasi dan

Dilarang Impornya

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Jenderal Standardisasi dan Perlindungan

Konsumen serta Direktur Jenderal

Perdagangan Luar Negeri melalui nota dinas

nomor 99/BPPKP/ND/07/2015 tgl 13 Juli

2015 sebagai tindak lanjut dari pembahasan

Rancangan Peraturan Presiden tentang

Penetapan Barang yang Dilarang, Dibatasi

dan Diawasi Perdagangannya

35 Analisis Kebijakan Larangan Rokok

Elektrik

Hasil analisis disampaikan kepada Direktur

Impor melalui nota dinas nomor

456/BPPKP.3/ND/08/2015 tanggal 10

Agustus 2015 sebagai tindak lanjut surat

Bentoel Group nomor 06/BINI-

Kemendag/Reg/07/2015 tentang tanggapan

dan saran atas draft peraturan mengenai

pelarangan impor dan peredaran rokok

elektrik

36 Analisis Potensi Ekspor Indonesia ke

Kawasan Timur Tengah

Hasil analisis singkat dalam rangka

peningkatan ekspor non migas ke pasar

tradisional ini telah disampaikan kepada

Menteri Perdagangan melalui nota dinas

nomor 125/BPPKP/ND/09/2015 tanggal 9

September 2015

Page 62: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 57

37 Analisis Potensi Ekspor Indonesia ke

Kawasan Afrika

Analisis dilakukan untuk menindaklanjuti

arahan menteri Perdagangan perihal analisis

potensi ekspor non migas Indonesia di

kawasan Afrika dalam rangka peningkatan

ekspor ke pasar baru (non tradisional).

Hasilnya telah disampaikan kepada Menteri

Perdagangan melalui nota dinas nomor

124/BPPKP/ND/09/2015 tanggal 9

September 2015

38 Proyeksi Ekspor Non Migas Hingga

Akhir 2015

Sehubungan dengan perkembangan kinerja

ekspor selama Januari – Agustus 2015 dan

revisi target ekspor 2015, hasil analisis

singkat telah disampaikan kepada Menteri

Perdagangan melalui nota dinas nomor

135/BPPKP/ND/09/2015 tanggal 23

September 2015

39 Role of Goverment in Trade Financing

to Enhance Export of non Oil and Gas

Kesimpulan dari hasil Policy Dialogue Series

ini disampaikan kepada Menteri

Perdagangan melalui nota dinas nomor

73/BPPKP/ND/05/2015 tanggal 22 Mei

2015

40 Effective Rate of Protection (ERP)

Analysis for Indonesia

Laporan hasil diskusi dan rekomendasi telah

disampaikan kepada Menteri Perdagangan

melalui nota dinas nomor

117/BPPKP/ND/08/2015 tanggal 20

Agustus 2015

41 Peran Trading House dalam

Mendorong Kinerja Ekspor Indonesia

Laporan hasil diskusi dan rekomendasi telah

disampaikan kepada Menteri Perdagangan

melalui nota dinas nomor

113/BPPKP/ND/08/2015 tanggal 14

Agustus 2015

42 Analisis Penentuan Produk Impor

Yang Akan Dikenakan Retalisasi :

Studi Kasus Safeguards India

Terhadap Produk Impor Saturated

Fatty Alcohol Asal Indonesia

Rekomendasi disampaikan ke Direktorat

Jenderal Perdagangan Luar Negeri melalui

Nota Dinas Nomor 140/BPPKP/ND/10/2015

tgl 8 Oktober 2015. Analisis merupakan

permintaan dari Direktorat Pengamanan

Perdagangan yang disampaikan dalam rapat,

melalui surat 169/DAGLU.6.4/UND/04/2015

tgl 20 April 2015 dan

200/DAGLU.6.4/UND/05/2015 tgl 11 Mei

2015.

43 Analisis Pemetaan Produk Ekspor Rekomendasi merupakan tindak lanjut dari

rapat koordinasi terbatas di Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian terkait

"Upaya Mendorong Industri Nasional" tgl 19

Oktober 2015 dan telah disampaian ke

Menteri Perindustrian, Menteri Koordinator

Page 63: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 58

Bidang Perekonomian, Menteri Perdagangan,

Para Eselon I di lingkungan Kementerian

Perdagangan melalui Surat Dinas Nomor

909/M-DAG/SD/11/2015 tgl 6 Nopember

2015 dan 150/BPPKP/ND/10/2015 tgl 21

Oktober 2015.

44 Analisis Perubahan Bea Keluar Biji

Kakao Menjadi Fixed 15%

Rekomendasi merupakan tanggapan atas

surat Asosiasi Petani Kakao Indonesia

(APKAI) dan telah disampaikan ke Menteri

Perdagangan, Sekretaris Jenderal, dan

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri

melalui Nota Dinas Nomor

162/BPPKP/Nd/11/2015 tanggal 17

November 2015.

45 Analisis Usulan Penurunan Tarif Bea

Masuk Impor Komponen Pesawat

Terbang

Rekomendasi merupakan tindaklanjut dari

risalah rapat pimpinan perdagangan pada

tanggal 3 November 2015 mengenai usulan

paket kebijakan ekonomi tahap VII untuk

importasi produk komponen pesawat

terbang dan telah disampaikan ke Menteri

Perdagangan, Sekretaris Jenderal, Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri, dan Ketua

Tim Deregulasi Kemendag melalui Nota Dinas

Nomor 166/BPPKP/ ND/11/2015 tanggal 20

November 2015.

46 Analisis Usulan Larangan Ekspor

Tepung Ikan

Rekomendasi merupakan tanggapan atas

surat Menteri Kelautan dan Perikanan No.

B88/MEN-KP/II/2015 perihal usulan

pelarangan ekspor tepung ikan dan telah

disampaikan ke Plt. Direktur Jenderal

Perdagangan Luar Negeri dan Para eselon I

dan Staf Khusus di lingkungan Kementerian

Perdagangan melalui Nota Dinas Nomor

171/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 23

November 2015.

47 Hasil Pengkajian terhadap usulan

penghapusan pos tarif

ex1207.99.40.00 pada Permendag

No. 44/M-DAG/PER/7/2012

Rekomendasi merupakan tanggapan atas

surat Dirjen Daglu No.

217/DAGLU/ND/10/2015 mengenai

permohonan pengkajian terhadap usulan

penghapusan Pos Tarif ex 1207.99.40.00

pada Permendag No.

44/m_DAG/PER/7/2012, dan telah

disampaikan ke Plt. Direktur Jenderal

Perdagangan Luar Negeri dan Para eselon I

dan Staf Khusus di lingkungan Kementerian

Perdagangan melalui Nota Dinas Nomor

Page 64: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 59

172/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 23

November 2015.

48 Analisis Usulan Pengenaan Bea

Keluar Atas Ekspor Mete Gelondong

Rekomendasi merupakan tanggapan atas

surat PT Comextra Majora No.

3094/SRK/PTCM/VIII/2015 perihal usulan

pengenaan Bea Keluar Mete Gelondong, dan

telah disampaikan ke Plt. Direktur Jenderal

Perdagangan Luar Negeri dan Para eselon I

dan Staf Khusus di lingkungan Kementerian

Perdagangan, melalui Nota Dinas Nomor

175/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 23

November 2015.

49 Review of Deregulation Policy to

Enhance Industry Competitiveness:

Sosialisasi Permendag Terkait

Kebijakan Ekonomi Tahap I

Laporan hasil forum diskusi dan

rekomendasi telah disampaikan kepada

Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas

Nomor ND 157/BPPKP/ND/11/2015 tanggal

10 Nopember 2015.

50 Outlook Perdagangan Indonesia

Tahun 2016

Laporan hasil forum diskusi dan

rekomendasi telah disampaikan kepada

Menteri Perdagangan melalui Nota Dinas

Nomor 178/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 26

November 2015

51 Analisis Hubungan Perdagangan

Indonesia dengan Selatan Selatan

Hasil analisis ini Negara Selatan Selatan yang

akan dijadikan sasaran ekspor, harus yang

memiliki PDB dan populasi penduduk yang

relatif tinggi.

Comprehensive regional integration sangat

diperlukan karena negara anggota Selatan

Selatan, adalah negara berkembang yang

menerapkan tariff barrier dan policy barrier

yang relatif tinggi.

Pameran misi dagang ke Selatan Selatan perlu

diintensifkan.

Pembentukan Kelompok kerja (Pokja)

terutama untuk membuka pasar ke Afrika

juga dibutuhkan karena dengan

pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di

dunia, Afrika merupakan potensi pasar baru

(Afrika rising, benua masa depan). Pokja

tersebut untuk menangani hambatan

perdagangan Indonesia ke negara Selatan

Selatan di kawasan Afrika.

Rekomendasi telah disampaikan ke Plt.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri

dan Para eselon I di lingkungan Kementerian

Page 65: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 60

Perdagangan, melalui Nota Dinas Nomor

182/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 30

Nopember 2015.

52 Kajian Efektivitas Kebijakan Impor

Produk Pangan Dalam Rangka

Stabilitas Harga

Untuk mendukung efektivitas kebijakan

impor dalam menjaga stabilitas harga,

pemerintah perlu mengidentifikasi kapan

dan berapa jumlah sapi yang harus diimpor

(terkait alokasi impor/kuota yang diberikan),

izin impor diberikan minimal 3 bulan

sebelum terjadinya musim paceklik yang

berpotensi menaikkan harga.

Identifikasi kapan dan jumlah produk pangan

yang akan diimpor dapat dilakukan apabila

produk pangan memiliki Early Warning

System (EWS).

Untuk memperbaiki bottleneck dalam

mekanisme impor pangan, program paket

kebijakan ekonomi Kementrian Perdagangan

berupa kebijakan deregulasi perlu

dioptimalkan dalam prakteknya.

Rekomendasi disampaikan ke Menteri

Perdagangan, Para eselon I dan Staf Khusus

Mendag, melalui Nota Dinas Nomor

191/BPPKP/ND /12/2015 tanggal 7

Desember 2015

53 Kajian Pengembangan Pembukaan

Perwakilan Perdagangan Luar Negeri

Dalam upaya pengembangan Atdag/ITPC

maka direkomendasikan untuk: (i)

Pengembangan input pada aspek

peningkatan anggaran operasional,

kompetensi SDM dan koordinasi dengan para

pemangku kepentingan; (ii) pengembangan

output pada aspek informasi pasar/market

intelligent, pengembangan jejaring

perdagangan, dan penanganan hambatan

peraturan di negara setempat; Hasil studi

berhasil mengidentifikasi 16 negara prioritas

dengan Atdag atau ITPC yang perlu

dikembangkan input dan outputnya, yaitu

Singapura, Jepang, Korsel, Amerika Serikat,

Belgia, Australia, Belanda, Perancis, Kanada,

RRT, Spanyol, Thailand, Malaysia, UEA,

Jerman dan Inggris. Selain itu, pemerintah

juga perlu membentuk Atdag atau ITPC baru

di 3 negara prioritas yang saat ini belum

memiliki Atdag dan ITPC, yaitu Myanmar,

Swedia dan Austria.

Page 66: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 61

Rekomendasi disampaikan ke Menteri

Perdagangan, Para eselon I dan Staf Khusus

Mendag, melalui Nota Dinas Nomor

194/BPPKP/ND/12/2015 tanggal 14

Desember 2015.

Rekomendasi Kebijakan Bidang Kerjasama Perdagangan Internasional

53 Optimalisasi Kerjasama ASEAN-

China Free Trade Agreement

(ACFTA)dan ASEAN-Korea Free

Trade Agreement (AKFTA)

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Jeneral Kerjasama Perdagangan

Internasional melalui Nota Dinas No.

189/BPPKP/ND/12/2015 tanggal 3

Desember 2015, dimana rekomendasinya

adalah:

Indonesia perlu merundingkan kembali

agar RRT membuka sektor hilirnya yang

masih ditutup dalam CAFTA melalui forum

perundingan lain, misalnya RCEP atau

forum bilateral Indonesia – RRT;

Indonesia perlu membuka sektor jasa dan

investasi di dalam perjanjian perdagangan

bebas seperti ACFTA dan AKTA agar

partisipasi Indonesia meningkat dan

tercipta upgrading posisi Indonesia dalam

GVC

54 Usulan Penentuan Negara Mitra

Prioritas, Produk Prioritas dan

Strategi Kerjasama Perdagangan

Internasional

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Jeneral Kerjasama Perdagangan

Internasional melalui Nota Dinas No.

184/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 30

November 2015, dimana rekomendasinya

adalah:

Untuk meningkatkan akses pasar ekspor,

disarankan agar Indonesia dapat

memprioritaskan negosiasi kerjasama

dengan Amerika Serikat, Brasil, dan Rusia;

Untuk meningkatkan akses pasar ke USA dan

Brasil disarankan menegosiasikan NTM

untuk produk pertanian, sedangkan jika ke

Rusia menegosiasikan NTM untuk TBT

55 Peningkatan Ekspor Melalui

Preferential Trade Agreement (PTA)

Indonesia-Tunisia

Disampaikan kepada Direktur Kerjasama

Perdagangan Internasional melalui nota

dinas nomor 30/BPPKP/ND/3/2015 tanggal

17 Maret 2015 sebagai tindak lanjut nota

dinas Dirjen KPI nomor

201/KPI/ND/03/2015 tanggal 2 Maret 2015

Page 67: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 62

56 Posisi dan Potensi Indonesia dalam

Global Value Chain (GVC) di Kawasan

RCEP

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Jeneral Kerjasama Perdagangan

Internasional melalui Nota Dinas No.

92BPPKP/ND/07/2015 tanggal 3 Juli 2015,

dimana rekomendasinya adalah: bahwa 75

produk Indonesia yang memiliki potensi dan

akan memperoleh manfaat dari rantai nilai

global di kawasan RCEP adalah mineral

product (HS 25-27), chemical and allied

industries (HS 28-38), plastics/rubber (HS 39-

40), wood and wood product (HS 44-49), dan

metals (HS 72-83)

57 Potensi Perdagangan Indonesia di

Kawasan Afrika

Rekomendasi disampaikan kepada Menteri

Perdagangan Internasional melalui Nota

Dinas No. 145/BPPKP/ND/10/2015 tanggal

19 Oktober 2015, beberapa sektor yang

belum memiliki daya saing di kawasan Afrika

seyogyanya difasilitasi untuk ditingkatkan

daya saingnya.Liberalisasi perdagangan

terhadap sektor yang rendah daya saingnya

dilakukan secara bertahap, sedangkan yang

sudah berdaya saing tinggi dibuka selebar-

lebarnya

58 Potensi Perdagangan Indonesia di

Kawasan Timur Tengah

Perdagangan Internasional melalui Nota

Dinas No. 146/BPPKP/ND/10/2015 tanggal

19 Oktober 2015, beberapa sektor yang

belum memiliki daya saing di kawasan Afrika

seyogyanya difasilitasi untuk ditingkatkan

daya saingnya.Liberalisasi perdagangan

terhadap sektor yang rendah daya saingnya

dilakukan secara bertahap, sedangkan yang

sudah berdaya saing tinggi dibuka selebar-

lebarnya

59 Biaya dan Manfaat Keikutsertaan

Indonesia Dalam Asia Pacific Free

Trade Agreement (FTA-AP)

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Jeneral Kerjasama Perdagangan

Internasional melalui Nota Dinas No.

176/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 25

November 2015, dimana rekomendasinya

adalah: Indonesia dapat bergabung dalam

FTA-AP dengan cara melakukan liberalisasi

secara bertahap, mulai dari pemotongan

tariff 50% kemudian mengarahkan pada

liberalisasi secara penuh. Agar sektor-sektor

dalam Negeri dapat mempersiapkan diri dan

menyusun NTM sehingga Indonesia tidak

semata-mata menjadi pasar bagi negara

negara Asia Pasifik.

Page 68: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 63

60 Usulan Posisi Runding Perdagangan

Jasa Indonesia pada Perundingan

ACFTA

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Perundingan Jasa melalui Nota Dinas

No.636/BPPKP.4/ND/12/2015 tanggal 2

Desember 2015, bahwa komitmen Indonesia

masih rendah khususnya dalam Kerjasama

ACFTA, direkomendasikan untuk membuka

sektor jasa bisnis, pendidikan dan keuangan

sesuai dengan komitmen Indonesia pada

AFAS 5.

61 Liberalisasi Jasa Pariwisata Indonesia

dan Dampaknya Pada FDI (Foreign

Direct Investment)

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Perundingan Jasa melalui Nota Dinas

No.638/BPPKP.4/ND/12/2015 tanggal 2

Desember 2015, dimana rekomendasinya

adalah:

Untuk mendorong peningkatan investasi

asing di jasa pariwisata tidak cukup dengan

hanya meliberalisasikan Moda 3, tetapi harus

diiringi dengan promosi investasi dan

pembangunan infrastruktur pendukung

seperti akses jalan, bandara, dan sebagainya

serta menciptakan iklim investasi yang

kondusif.

62 Analisis Kesiapan Indonesia dalam

Penerapan Safeguard Measures

dalam Perdagangan Jasa

Internasional

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Perundingan Perdagangan Jasa melalui Nota

Dinas No.639/BPPKP.4/ND/12/2015

tanggal 2 Desember 2015, meskipun

Indonesia salah satu inisiator proposal

safeguard ASEAN tetapi secara teknis

Indonesia belum siap untuk menerapkan

mekanisme safeguard perdagangan jasa

63 Usulan Posisi Runding Indonesia

Untuk Negosiasi Sensitive Product di

Konferensi Tingkat Menteri X

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Kerjasama Multilateral melalui Nota Dinas

No.635/BPPKP.4/ND/12/2015 tanggal 2

Desember 2015, bahwa Indonesia belum siap

untuk memberlakukan kebijakan SePS dan

tidak akan efektif jika tetap di laksanakan.

Sehingga Indonesia sebaiknya dalam posisi

stand still (wait and see) dalam KTM WTO ke-

10, mengingat kondisi Indonesia saat ini

belum dapat memeberlakukan kuota impor

sebagai instrument utama pelaksanaan

kebijakan SePS.

64 Usulan Untuk Meningkatkan Akses

Pasar Ekspor Produk CPO Indonesia

ke Amerika Serikat

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Kerjasama Multilateral melalui Nota Dinas

No.03/BPPKP.4/ND/1/2015 tanggal 5

Januari 2015

Page 69: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 64

65 Usulan Posisi Runding Indonesia

Mengenai Post Bali Work Program

WTO

Rekomendasi disampaikan kepada Direktur

Kerjasama APEC dan Organisasi

Internasional Lainnya melalui Nota Dinas

No.633/BPPKP.4/ND/12/2015 tanggal 02

Desember 2015, dimana Indonesia bersama

Malaysia memiliki standar RSPO bagi

perusahaan sawit sebagai bukti bahwa

perkebunan di Indonesia telah

memberlakukan sistem berkebunan lestari.

Perlu dilakukan upaya agar sertifikasi RSPO

dapat diterima konsumen di USA melalui

mutual recognition agreement antara

kebijakan RSPO dan NODA (Notice of Data

Availability)

66 Joint Study Group (JSG) Indonesia –

Nigeria

Hasil studi kelayakan ini disampaikan kepada

Direktur Kerjasama Perdagangan

Internasional melalui nota dinas nomor

30/BPPKP/ND/3/2015 tanggal 17 Maret

2015

67 Hasil Policy Dialogue Series ASEAN

Sevices Integration Post -2015:

Opportunities and Challenges for

Indonesia

Kesimpulan dan rekomendasi dari hasil

diskusi telah disampaikan kepada Menteri

Perdagangan melalui nota dinas nomor

80/BPPKP/ND/06/2015 tanggal 8 Juni 2015

b. Publikasi pengkajian kebijakan perdagangan

Setiap tahunnya BPPP menerbitkan beberapa jenis publikasi, yaitu Bulletin Ilmiah

Litbang Perdagangan (BILP), Bunga Rampai Info Komoditi Prioritas (BRIK) yang

sebelumnya merupakan Buletin Info Komoditi Prioritas, Leaflet Artikel di Bidang

Perdagangan, Warta Pengkajian Perdagangan, dan yang terbaru adalah kegiatan Call

for Paper. Secara singkat, BILP berisi artikel ilmiah yang ditulis oleh para peneliti dan

pakar baik di BPPP maupun eksternal. Bunga Rampai Info Komoditi Prioritas, yang

sebelumnya bernama Buletin Info Komoditi Prioritas, ditulis oleh peneliti BPPP yang

isinya mencakup informasi mengenai potensi komoditi unggulan di Indonesia. Kedua

publikasi ini terbit setiap semester dalam setahun. Adapun Leaflet Artikel di Bidang

Perdagangan memaparkan beberapa rangkuman hasil kajian BPPP dan isu-isu

faktual seputar perdagangan yang dikemas secara singkat namun tetap informatif

dan akurat. Leaflet terbit hanya 1 kali dalam setahun dan biasanya terdiri dari 12

judul kajian. Warta Pengkajian Perdagangan menyajikan berbagai liputan dan artikel

terkait kegiatan BPPP terbit 3 kali dalam setahun. Mulai tahun 2016, BPPP akan

melaksanakan kegiatan Seminar Nasional (bahkan internasional) dan Call for Paper.

Page 70: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 65

Kegiatan ini merupakan kompetisi atas tulisan ilmiah di bidang perdagangan untuk

para penulis internal BPPP maupun masyarakat umum dan tulisan terpilih akan

diterbitkan dalam bentuk prosiding. Tulisan-tulisan terpilih ini selanjutnya

diseminarkan dalam kegiatan Seminar Nasional (dan Internasional). Adapun

kegiatan Call for Paper dan Seminar Nasional akan diadakan satu kali dalam setahun.

c. Diseminasi hasil pengkajian kebijakan perdagangan

Untuk menyebarluaskan hasil-hasil kajian kepada stakeholders BP2KP maupun

masyarakat umum, secara rutin BP2KP mengadakan seminar diseminasi hasil

pengkajian kebijakan perdagangan. Kegiatan ini diselenggarakan rata-rata sebanyak

5-6 kali setiap tahunnya yang mengambil tempat di Jakarta dan beberapa kota besar

di Indonesia yang bertujuan untuk menjangkau kalangan dunia usaha dan akademisi

di seluruh Indonesia. Beberapa kota besar yang menjadi target penyelenggaraan

diseminasi selama periode 2010-2014 diantaranya adalah Pekanbaru, Medan,

Palembang, Banjarmasin, Makassar, Yogyakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan

Bali. Sementara pada tahun 2015 dilaksanakan di Makassar dan Medan serta pada

tahun 2016 di Surabaya, Bandung, dan Padang. Peserta kegiatan ini terdiri dari unit

teknis di lingkungan Kementerian Perdagangan, dan dari kalangan stakeholders

eksternal berasal dari kalangan akademisi serta pelaku usaha.

d. Penyediaan dukungan terhadap operasional Tim Pertimbangan Kepentingan

Nasional

Dalam rangka melaksanakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011

tentang Tindakan Antidumping, Tindakan imbalan, dan Tindakan Pengamanan

Perdagangan, pada tahun 2012 dibentuk Tim Pertimbangan Kepentingan Nasional

dimana Kepala BP2KP duduk sebagai Ketua. Tim Pertimbangan Kepentingan

Nasional bertugas memberikan rekomendasi tindak lanjut atas hasil investigasi yang

dilakukan KADI/KPPI terhadap tuduhan adanya praktek perdagangan yang

merugikan seperti dumping, lonjakan impor, subsidi dan sebagainya. Tim yang terdiri

dari perwakilan beberapa Kementerian/Lembaga Pemerintah selanjutnya

memberikan rekomendasi kepada Menteri Perdagangan untuk menerima/menolak

hasil investigasi dari KADI/KPPI dan selanjutnya memberitahukan kepada

Kementerian Keuangan untuk ditindaklanjuti secara legal dan formal.

Memperhatikan capaian-capaian BPPP pada periode 5 tahun terakhir tersebut, maka

BPPP melakukan evaluasi dan merancang kembali kebijakan-kebijakan strategis yang

Page 71: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 66

akan dilaksanakan pada periode 5 tahun berikutnya. Terkait dengan hal tersebut, dalam

penyusunan awal Renstra tersebut selalu dilakukan analisis dan evaluasi kondisi umum

kinerja sektor perdagangan saat ini, potensi dan permasalahan yang akan dihadapi

dalam pembangunan perdagangan lima tahun ke depan untuk menentukan Rencana

Strategis pembangunan perdagangan 2015−2019 yang dijabarkan dalam visi, misi,

tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan serta program dan kegiatan pembangunan

perdagangan yang akan dilaksanakan selama periode tersebut. Namun demikian,

selama kurun waktu berlakunya Renstra tersebut terdapat kemungkinan terjadinya

perubahan-perubahan yang belum diantisipasi pada awal penyusunan, sehingga perlu

dilakukan review untuk menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi ke depan.

Sebagai salah satu unit pendukung di lingkungan Kementerian Perdagangan,

Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan mempunyai peran yang strategis

dalam memberikan bahan masukan melalui pengkajian kebijakan kepada pimpinan

dalam menyikapi isu-isu perdagangan yang berkembang di masyarakat maupun sebagai

rekomendasi kebijakan untuk pengembangan kegiatan perdagangan secara nasional.

Selama periode 2015-2019, walaupun terdapat perubahan nomenklatur pada 2016,

namun tidak merubah peran strategis BPPP dalam menghasilkan rekomendasi

kebijakan.

Secara garis besar, kegiatan pengkajian maupun pendukung lainnya pada BPPP

digambarkan sebagai berikut:

1. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan terdiri dari Pusat Pengkajian

Perdagangan Dalam Negeri, Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri, Pusat

Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional, dan Sekretariat Badan Pengkajian

dan Pengembangan Perdagangan, dengan tugas pokok sebagai berikut:

a. Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi serta

pelaporan pengkajian dan pengembangan perdagangan dalam negeri.

b. Pusat Pengkajian Kerjasama Perdagangan Luar Negeri mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi

serta pelaporan pengkajian dan pengembangan perdagangan luar negeri.

c. Pusat Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi

Page 72: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 67

serta pelaporan pengkajian dan pengembangan kerja sama perdagangan

internasional.

d. Sekretariat Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan mempunyai

tugas melaksanakan koordinasi, pelaksanaan tugas dan pemberian pelayanan

dukungan teknis dan administrasi kepada seluruh satuan organisasi di

lingkungan BPPP.

2. Penyusunan kajian untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan dilakukan dengan

melibatkan stakeholders dalam setiap tahapannya. Selain itu, untuk memperoleh hasil

kajian yang berkualitas, dalam setiap tahapan penyusunan kajian, BPPP berupaya

untuk mengikutsertakan tenaga ahli dan nara sumber yang berkompeten pada topik

dan materi kajian yang diusung. Lebih jauh, keterlibatan tenaga ahli dan nara sumber

dari kalangan akademisi diharapkan mampu memperkaya referensi dan

mempertajam analisis yang dipaparkan. Sedangkan stakeholders lainnya baik pelaku

usaha dan masyarakat, serta instansi terkait lainnya memberikan masukan tentang

permasalahan riil di lapangan dan upaya pemecahan masalah dilihat dari berbagai

aspek kebutuhan.

3. Hasil akhir kajian berupa rekomendasi kebijakan disampaikan kepada pimpinan

Kementerian Perdagangan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan.

Sebagai bentuk akuntabilitas lembaga litbang, hasil-hasil kajian setiap tahunnya juga

disebarluaskan kepada para stakeholders lainnya untuk dimanfaatkan melalui forum

diseminasi maupun publikasi ilmiah. Kegiatan diseminasi hasil kajian dilaksanakan

di pusat dan daerah dengan mengundang pihak-pihak yang terkait seperti instansi

pemerintah pusat dan daerah, asosiasi, dunia usaha, perguruan tinggi, perbankan,

dan masyarakat umum. Sedangkan publikasi ilmiah dilakukan dengan cara

menerbitkan berbagai terbitan seperti Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Bunga

Rampai Info Komoditi (dahulu Buletin Info Komoditi), dan Warta BPPP.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyebarluaskan hasil-hasil kajian yang telah

dilaksanakan oleh BPPP kepada stakeholders perdagangan. Dengan demikian,

diharapkan para stakeholders yang mengikuti diseminasi tertarik untuk

memanfaatkan hasil kajian. Disamping itu diseminasi juga mempunyai beberapa

tujuan penting lainnya, yaitu untuk memberikan apresiasi atau penghargaan

terhadap para peneliti dan hasil karyanya sehingga mendorong tumbuhnya minat

menjadi peneliti di lingkungan BPPP, memperluas jejaring kerja dan komunikasi

Page 73: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 68

antara BPPP dengan para stakeholders dan menjalin kerjasama dengan pemerintah

daerah, khususnya yang menangani bidang perdagangan. Penyebarluasan hasil

kajian juga dilakukan melalui penerbitan hasil kajian dalam Buletin Ilmiah Litbang

Perdagangan. Buletin tersebut didistribusikan kepada unit-unit di lingkungan

Kementerian Perdagangan, pemerintah daerah, asosiasi, dunia usaha, perguruan

tinggi dan instansi terkait lainnya. Pada beberapa kesempatan, hasil-hasil kajian

terpilih juga diterbitkan di beberapa jurnal ilmiah baik dalam dan luar negeri.

4. Untuk memperluas jejaring kerja pengkajian kebijakan, BPPP menjalin kerja sama

dengan berbagai lembaga kelitbangan dan lembaga lainnya baik pemerintah maupun

swasta di dalam dan luar negeri. Sebagai contoh, di dalam negeri BPPP. Selain itu, BPPP

secara rutin berpartisipasi dalam Forum Komunikasi Kelitbangan (FKK) yang

merupakan forum lembaga litbang pemerintah. Untuk memperlancar pelaksanaan

kajian yang seringkali melibatkan pemerintah daerah, BPPP juga mengadakan Forum

Peningkatan Kerja Sama Kelitbangan dengan Daerah yang terdiri dari lembaga

litbang daerah dan Dinas Perindag seluruh provinsi di Indonesia yang berlangsung

dari tahun 2011 - 2013.

Sedangkan bentuk kerjasama dengan lembaga asing, BPPP menjalin kerja sama

dengan lembaga donor seperti World Bank, Netherlands Education Support Office

(NESO), Overseas Development Institute (ODI) UK, Asian Competitiveness Institute of

Lee Kwan Yeuw Public Policy School, National University of Singapore, AIPEG, TPSA-

Canada, IDEAS-JETRO dan terus meningkatkan penjajakan dengan lembaga lain.

Beberapa bentuk kerja sama yang rencananya masih akan dilaksanakan pada periode

2015-2019 adalah sebagai berikut:

No Partner Kerja Sama

Bentuk Kerja Sama Kontrak Waktu Pelaksanaan

01 World Bank - MPFTIC

Training, analisis, dan workshop.

2013 - 2017

02 TPSA- Canada Training dan internship. 2015 - 2019 03 Nuffic NESO Training 2015 - 2017 04 AIPEG Training, analisis, dan policy

dialogue series di Jakarta dan di daerah.

2015 - 2017

05 EU-TCF Training, internship, dan analisis. 2016 01 JICA Riset dan pendampingan tenaga

ahli; training dan internship; serta seminar.

Berakhir 2020

Page 74: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 69

Dukungan hasil pengkajian kebijakan perdagangan berupa rekomendasi untuk

bahan perumusan kebijakan sektor perdagangan selama kurun 2015-2019 akan

meliputi isu-isu sebagai berikut :

a. Isu Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri

1. Peningkatan efisiensi dan efektifitas distribusi

2. Peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha

3. Pengintegrasian dan perluasan pasar dalam negeri

4. Peningkatan akses pasar bagi produk dalam negeri

5. Perlindungan konsumen

b. Isu Pengkajian Perdagangan Luar Negeri

1. Review Kebijakan Perdagangan Luar Negeri

2. Fasilitasi Perdagangan

3. Tindakan Pengamanan Perdagangan

4. Menjaga dan Meningkatkan Akses Pasar Ekspor

5. Promosi dan Perluasan Pasar di Negara Tujuan

6. Peningkatan Nilai Tambah Produk Melalui Hilirisasi

7. Peningkatan Mutu Produk Ekspor

8. Evaluasi Kebijakan Preshipment Inspection

9. Kebijakan Tarif Bea Masuk

10. Substitusi Impor

11. Struktur Manufaktur

12. Strategi Pengembangan Ekspor

13. Strategi Pengendalian Impor

14. Target Ekspor-Impor 2015-2019

c. Isu Pengkajian Kebijakan Kerja Sama Perdagangan Internasional

1. Isu-isu kebijakan terkait perundingan pada forum bilateral, seperti Indonesia-

EFTA, Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

2. Isu-isu kebijakan terkait perundingan pada forum multilateral, seperti WTO.

3. Isu-isu kebijakan terkait perundingan pada forum regional, seperti ASEAN, APEC.

Page 75: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 70

1.2 Potensi dan Permasalahan

1.2.1. Potensi

Untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan perdagangan dalam jangka

waktu lima tahun ke depan juga terdapat sejumlah potensi substansial, baik di internal

maupun di lingkungan eksternal Kementerian Perdagangan yang dapat mempengaruhi

kinerja perdagangan, sebagai berikut :

Kegiatan usaha perdagangan dan investasi akan dapat berkembang dengan baik

apabila tercipta suasana yang kondusif. Hingga saat ini, Kementerian Perdagangan

berkomitmen dan konsisten untuk terus melakukan perbaikan iklim usaha, khususnya

di sektor Perdagangan. Komitmen dan konsistensi untuk terus memperbaiki iklim usaha

di Indonesia tidak saja merupakan potensi untuk mendukung kinerja investasi dan

ekspor, tetapi juga akan senantiasa mempertahankan ekspektasi positif pelaku usaha

untuk melakukan dan meningkatkan aktivitas-aktivitas bisnisnya di Indonesia.

Perbaikan iklim investasi telah diupayakan pemerintah melalui berbagai cara,

seperti: penciptaan pelayanan publik, misalnya: National Single Window melalui

INATRADE; kemudahan prosedur; penyederhanaan prosedur dan modernisasi sistem

Bea Cukai; harmonisasi standards and conformance yang dapat memudahkan akses ke

pasar regional; pengembangan e-commerce; peningkatan prosedur pelayanan SKA; dan

kredit sindikasi untuk ekspor melalui LPEI.

Dalam forum internasional, Indonesia mempunyai peran semakin penting di

dunia internasional. Selain karena fakta bahwa Indonesia merupakan pasar dengan

ukuran besar yang tetap tumbuh positif di tengah krisis global, kinerja diplomasi

internasional Indonesia juga telah mampu menempatkan Indonesia menjadi pemeran

sentral dalam berbagai forum multilateral maupun regional. Seperti peran Indonesia

sebagai ketua di ASEAN pada tahun 2011, ketua di APEC tahun 2013 dan Indonesia

sebagai tuan rumah penyelenggaraan KTM ke-9 WTO di Bali pada bulan Desember 2013.

KTM ke-9 WTO menghasilkan kesepakatan yang cukup penting yang dikenal dengan

paket Bali yang terdiri dari Fasilitasi Perdagangan, Pertanian dan Least Developed

Countries. Peran sentral ini merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya melalui perdagangan internasional

(ekspor dan impor) dan kerjasama investasi.

Page 76: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 71

Perkembangan perekonomian nasional telah membuka peluang bagi usaha ritel

modern di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun di era krisis ekonomi global,

perkembangan bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan yang

signifikan. Hal tersebut dikarenakan potensi pasar di Indonesia masih cukup besar dan

menguatnya usaha kelas menengah dan kecil sehingga menambah banyaknya kelompok

masyarakat berpenghasilan menengah-atas untuk berbelanja di ritel modern.

Perkembangan positif ritel modern dan ritel tradisional merupakan kekuatan

tersendiri yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kelancaran arus barang,

dimana ritel modern dan ritel tradisional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem distribusi dan logistik nasional. Pada akhirnya, keberadaan ritel ini akan dapat

membantu stabilitas harga dan mengurangi disparitas harga.

Selain aspek tesebut pasar tradisional Indonesia memiliki posisi khusus dalam

perekonomian Indonesia, karena sangat berkaitan erat dengan aspek kultural, geografis,

dan tradisi masyarakat Indonesia. Pasar tradisional mampu meningkatkan penyerapan

tenaga kerja; menjaga stabilitas harga bahan pokok; memberdayakan usaha mikro, kecil,

dan menengah; meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan meningkatkan

pendapatan asli daerah.

Pengembangan pasar dalam negeri juga dilakukan lewat kebijakan

pemberdayaan para pelaku usaha lewat pasar komoditi yang dapat dikembangkan

menjadi Pasar Berjangka Komoditi, Pasar Lelang, dan Sistem Resi Gudang. Lebih lanjut,

ketiga kebijakan tersebut memiliki potensi untuk mendukung stabilisasi harga dan

pemberdayaan produsen komoditi.

Perdagangan berjangka merupakan salah satu sarana untuk menciptakan

transparansi dan kestabilan harga komoditi. Melihat potensi pasar berjangka ini,

Kementerian Perdagangan terus berupaya membenahi perdagangan berjangka yang

saat ini semakin berkembang. Pasar lelang mampu membentuk harga yang transparan

dan menjaga kualitas barang yang diperdagangkan. Potensi pasar lelang ini

dikembangkan Kementerian Perdagangan melalui fasilitas pasar lelang di beberapa

daerah. Selain mampu menjaga stabilitas harga, Sistem Resi Gudang (SRG) juga memberi

peluang bagi pembiayaan produsen, dimana komoditi-komoditi yang disimpan di dalam

gudang dapat dijadikan agunan bank.

Page 77: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 72

Indonesia memiliki beragam jenis komoditi unggulan dan sumber daya alam

yang berlimpah dengan potensi untuk dikembangkan. Komoditi-komoditi unggulan

tersebar di seluruh daerah di Indonesia, baik komoditi yang sudah memiliki potensi daya

saing di pasar internasional (kondisi permintaan), maupun komoditi unggul

berdasarkan kompetensi daerah-daerah (kondisi penawaran).

Keragaman komoditi unggul ini merupakan salah satu alternatif solusi

diversifikasi produk ekspor nasional, dimana ekspor nonmigas nasional masih

didominasi oleh sepuluh produk ekspor utama (TPT, elektronika, karet dan produk

karet, minyak kelapa sawit, hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao, dan kopi)

Disamping potensi tersebut diatas, juga terdapat potensi dan lingkungan

stratejik yang mempengaruhi kinerja untuk pencapaian sasaran dan tujuan Badan

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. Adapun beberapa potensi

tersebut meliputi :

a. Sumber Daya Manusia yang semakin berkualitas.

Kualitas sumber daya manusia Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

setiap tahunnya semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya pegawai BPPP

yang meraih gelar S2 dan S3 serta komposisi pejabat fungsional, khususnya peneliti.

Untuk menunjang peningkatan kualitas SDM BPPP tersebut, selain mengikuti

pendidikan formal, BPPP juga mengadakan berbagai pendidikan dan pelatihan,

seminar, workshop, pemagangan dan joint research baik di dalam maupun luar

negeri. Berikut disajikan komposisi SDM BPPP berdasarkan tingkat pendidikan dan

jenis jabatan.

1) Jumlah SDM Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan per bulan

November 2017 seluruhnya berjumlah 112 (seratus dua belas). Jumlah ini telah

menyesuaikan dengan berkurangnya 1 unit eselon 2 dari BPPP pada tahun 2016

yang lalu, yaitu Pusdatin yang telah berpindah ke Setjen. Adapun komposisi

pegawai BPPP sebagai berikut :

- S3 sebanyak 4 orang,

- S2 sebanyak 54 orang,

- S1 sebanyak 31 orang,

- D3 sebanyak 7 orang,

- SLTA sebanyak 12 orang,

Page 78: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 73

- SLTP sebanyak 2 orang, dan

- SD sebanyak 2 orang

Sedangkan untuk jumlah pejabat fungsional di lingkungan Badan Pengkajian dan

Pengembangan Perdagangan per Agustus 2017 seluruhnya berjumlah 33

pegawai, dengan komposisi sebagai berikut:

- Peneliti sebanyak 33 orang;

- Statistisi sebanyak 1 orang;

- Pranata Komputer sebanyak 1 orang;

- Analis Kepegawaian sebanyak 1 orang.

2) Untuk meningkatkan kompetensi SDM yang ada, secara rutin diadakan berbagai

pelatihan dan workshop untuk memperluas wawasan dan menambah keahlian

pegawai di BPPP, baik yang berasal dari pembiayaan APBN maupun hasil

kerjasama dengan lembaga lain utamanya lembaga asing. Beberapa pelatihan

tersebut misalnya diklat peningkatan kemampuan bahasa berupa kursus

TOELF/IELTS; Tailor-Mate Training dengan topik yang spesifik; pelatihan

tools/metodologi pengkajian, dan lainnya. Workshop/seminar peningkatan

pengetahuan seperti Workshop Knowledge Sharing dan Workshop Lecture Series

secara berkala diadakan dengan mengundang narasumber yang kompeten dan

ahli di bidangnya untuk berbagi ilmu dan pandangan terhadap isu-isu

perdagangan dan terkait perdagangan yang sedang hangat. Total rata-rata

peserta setiap tahunnya dari berbagai kegiatan tersebut sebanyak lebih dari 500

orang, baik dari kalangan BPPP maupun Kementerian Perdagangan pada

umumnya.

b. Pemanfaatan Hasil Kajian

Perhatian yang tinggi dari Pimpinan Kementerian Perdagangan terhadap

pemanfaatan hasil kajian menjadi faktor utama bagi berkembangnya kegiatan kajian

di Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan. Perhatian pimpinan ini harus

diiimbangi dengan peningkatan mutu dan kualitas hasil kajian sehingga dapat

dimanfaatkan secara optimal. Di samping pemanfaatan hasil kajian dalam perumusan

kebijakan oleh unit-unit di lingkungan Kementerian Perdagangan, hasil kajian BPPP

diharapkan dapat dimanfaatkan lebih luas misalnya oleh para pelaku usaha,

akademisi, serta instansi pemerintah lainnya sehingga akan memacu kinerja Badan

Page 79: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 74

Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan dalam menghasilkan kajian yang

berkualitas.

c. Berkembangnya lembaga pengkajian di Indonesia

Peningkatan kebutuhan akan studi/kajian serta produk-produk akademis lainnya

yang handal dan terpercaya (credible) telah mendorong tumbuhnya

institusi/lembaga penelitian/pengkajian untuk memenuhi tuntutan kebutuhan

tersebut. Kondisi tersebut mendorong munculnya berbagai institusi pengkajian yang

berkualitas dan diharapkan dapat menciptakan sinergi kegiatan serta terbukanya

kerjasama kajian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil kajian. Selain itu,

saat ini telah banyak berkembang lembaga litbang swasta dan perguruan tinggi yang

telah diakui kredibilitasnya oleh masyarakat, misalnya CSIS, LM-UI, Lemlit UGM,

LPEM-UI, CORE Indonesia dan sebagainya.

d. Meningkatnya perhatian pemerintah terhadap penelitian

Pemerintah saat ini terus mendorong agar para peneliti yang ada di berbagai institusi,

baik pemerintah, perguruan tinggi, maupun litbang swasta untuk membantu

pemerintah merumuskan kebijakan publik melalui penelitian yang dilakukannya.

Peneliti diharapkan dapat menyumbangkan konsep, pemikiran, penemuan, teori dan

pendekatan baru yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam mencapai sasaran

yang ditetapkan dalam rencana pembangunan serta melaksanakan agenda prioritas

yang tertuang dalam Nawa Cita.

Untuk mendukung kebijakan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Ristek dan

Dikti dan Kementerian Keuangan mengeluarkan pedoman penyusunan kegiatan

penelitian, khususnya bagi kementerian/lembaga pemerintah, misalnya PMK

106/2016 tentang Standar Biaya Masukan Khusus dan Permenristekdikti No 69

Tahun 2016 tentang Pembentukan Komite Penilai Danatau Reviewer Dan Tata Cara

Penilaian Pelaksanaan Penelitian.

1.2.2. Permasalahan

Dinamika sektor perdagangan sangat dipengaruhi oleh berbagai lingkungan

strategis yang dapat menciptakan peluang dan permasalahan. Selain berbagai potensi

yang dimiliki, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan juga

menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan dibidang perdagangan untuk dapat

Page 80: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 75

dilakukan pengkajian dan selanjutnya dapat memberikan rekomendasi kebijakan

pemecahannya.

a. Akses dan Pengamanan Pasar Luar Negeri

Akses dan pengamanan pasar luar negeri masih terkendala oleh beberapa aspek

seperti stagnannya putaran negosiasi Doha WTO, kapasitas kelembagaan

pengamanan perdagangan luar negeri yang harus ditingkatkan, dan kecenderungan

negara-negara menerapkan tindakan non-tarif.

1) Stagnasi Negosiasi Putaran Doha WTO

Stagnasi negosiasi putaran Doha WTO terutama ditandai adanya perbedaan

mendasar pada Doha Development Agenda (DDA), pada tiga isu (Triangle Issues)

yaitu: (1) Pertanian ; (2) Non Pertanian (Non-Agricultural Market Access); dan (3)

Jasa (Services). Selain itu terdapat beberapa isu lainnya seperti: regulasi (rules),

fasilitasi perdagangan (trade facilitation), lingkungan perdagangan yang

kondusif (trade and environment), dan lain-lain.

Indonesia berkepentingan di semua isu. Secara khusus untuk bidang pertanian

di dalam WTO selain mengatur mengenai dukungan domestik dalam bentuk

subsidi, juga diatur hal lainnya yakni Special Product (SP) dan Special Safeguard

Measure (SSM). Special Product (SP) merupakan instrumen bagi suatu negara

untuk dapat melindungi beberapa produk pertaniannya yang dianggap sensitif

sehingga memiliki fleksibilitas proteksi terutama dalam hal penurunan tarifnya.

Perjuangan Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya dalam

memperjuangkan proposal SP sebagai bagian dari special and different

treatment terus berlanjut. SP dan SSM adalah dua hal yang berbeda. SSM hanya

digunakan manakala terjadi lonjakan impor sehingga berdampak pada

produksi/suplai domestik. Sementara SP memiliki konsep dasar untuk

memberikan perlindungan terhadap beberapa produk pertanian sensitif dalam

negeri yang memiliki bound tarif rendah (rata-rata 45-50%). Sementara, hasil

KTM IX pada Desember 2013, yang dikenal dengan Paket Bali, cukup

membuahkan hasil positif dimana negara berkembang dan negara kurang

berkembang diperbolehkan untuk mengadakan program pengamanan stok

cadangan pangan dan subsidi untuk sementara waktu, sampai solusi permanen

diperoleh dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Namun demikian, sampai

Page 81: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 76

sekarang belum disepakati solusi permanen dalam hal pengamanan pangan

negara berkembang ini. Koalisi negara G-33 yang diketuai oleh India

mengajukan Proposal Program Pengamanan Pangan untuk solusi permanen,

namun proposal ini ditolak oleh WTO di Jenewa terutama pihak Amerika Serikat

dan Uni Eropa.

2) Kecenderungan Peningkatan Hambatan Non tarif

Permasalahan yang masih dan akan dihadapi oleh produk Indonesia di pasar

global adalah kecenderungan negara-negara meningkatkan hambatan non-tarif

seiring dengan menurunnya hambatan tarif. Daya saing produk Indonesia terkait

aspek kualitas dan standar produk merupakan hal terpenting dalam

meningkatkan akses pasar ekspor. Disamping itu, kebijakan non-tarif terutama

yang terkait dengan isu lingkungan dan kesehatan, merupakan hambatan non-

tarif yang sering dihadapi terutama untuk produk pertanian dan perikanan.

Terkait upaya penetrasi ekspor terutama pada pasar non-tradisional, maka

peningkatan diplomasi perdagangan menjadi salah satu upaya yang perlu

dioptimalkan. Selain mengusahakan penetrasi pasar, peningkatan terhadap

pengamanan pangsa pasar juga dilakukan. Sebagai contoh, tercatat bahwa

jumlah kasus hambatan perdagangan yang ditangani oleh Kementerian

Perdagangan pada tahun 2017 sampai dengan bulan November terdiri dari 2

kasus dumping dan 1 kasus safeguards.

b. Fasilitasi Perdagangan

Fasilitasi perdagangan bukan saja dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi

aktivitas ekspor dan impor, tetapi juga berperan untuk mendorong daya saing

ekonomi dalam negeri. Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya diplomasi dan

fasilitasi perdagangan baik yang didorong atas keinginan sendiri maupun dalam

kerangka kerjasama multilateral, regional dan bilateral. Pemerintah akan terus

melakukan upaya-upaya agar berbagai prosedur dan ketentuan di bidang fasilitasi

perdagangan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-9 di Bali, Agreement on Trade Facilitation

(ATF) berhasil disepakati. Komitmen Indonesia atas implementasi TFA menjadi

sangat penting bagi negara eksportir anggota WTO lainnya. Kondisi ini menyebabkan

Indonesia kemungkinan akan mendapat tekanan yang sangat kuat untuk

Page 82: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 77

memberikan komitmennya agar langsung mengimplementasi aturan TFA yang lebih

banyak (kategori A). Tekanan tersebut khususnya datang dari negara maju dan

negara berkembang yang menjadikan Indonesia sebagai pasar produknya.

c. Diversifikasi Ekspor

Saat ini, produk ekspor Indonesia masih didominasi oleh 10 produk utama yang

terdiri dari TPT, elektronika, karet dan produk karet, minyak kelapa sawit, hasil

hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao, dan kopi. Konsentrasi ekspor produk utama

terhadap total ekspor pada tahun 2010 mencapai 58.26% dan konsentrasi ini tidak

berubah pada tahun 2014 yaitu sebesar 58.29%. Pada periode 2016 pun kondisi ini

tidak banyak berubah. Indikasi ini memang menunjukkan pertumbuhan ekspor pada

10 produk utama cenderung stagnan dan diversifikasi produk masih kurang. Dari

nilai tersebut, tercermin juga bahwa pangsa ekspor produk utama sebesar hampir 60

persen dinilai relatif tinggi. Kinerja total ekspor nasional akan sangat rentan jika

terjadi gejolak ekonomi maupun fluktuasi harga, baik di sisi permintaan maupun

penawaran dari 10 produk utama tersebut.

Ketergantungan ekspor pada pasar tradisional dirasakan masih cukup tinggi

walaupun terdapat penurunan. Pangsa ekspor di pasar tradisional Amerika Serikat,

RRT, Jepang, India dan Singapura cenderung turun, yaitu sebesar 50.31 persen di

tahun 2010 menjadi 48.99 persen di tahun 2014. Rata-rata pertumbuhan ekspor ke

negara non tradisional lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor ke negara non

tradisional. Rata-rata pertumbuhan ekspor per tahun ke negara tradisional pada

periode tahun 2010 – 2016 sebesar 3.4 persen, namun pertumbuhan ekspor ke pasar

non tradisional hanya sebesar 4.24% persen pada periode tahun yang sama.

Berdasarkan hal di atas, upaya diversifikasi ekspor telah cukup mampu menurunkan

ketergantungan ekspor pada negara-negara tradisional dan upaya tersebut perlu

terus ditingkatkan sehingga konsentrasi produk ekspor maupun pasar tujuan ekspor

dapat terus menurun.

d. Daya Saing Indonesia

Daya saing suatu Negara yang direpresentasikan oleh berbagai survei seperti Index

Ease of Doing Business, Logistic Performance Index, Index of Economic Freedom

(kebebasan berusaha), dan Global Competitiveness Index masih menempatkan

Indonesia pada peringkat yang lebih rendah dibanding negara-negara pesaing

Page 83: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 78

utamanya, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, India, dan RRT dalam ekspor dan

investasi.

Peringkat Indonesia meningkat dari posisi 41 dari 138 negara yang disurvei dalam

Global Competitiveness Index (GCI) tahun 2016 yang dilakukan oleh World Economic

Forum menjadi peringkat 36 pada survey tahun 2017. Dalam hal kebebasan berusaha

yang ditentukan dalam Index of Economic Freedom tahun 2017, Indonesia

menduduki peringkat ke-79 dari 178 negara yang disurvei. Peringkat ini jauh

melompat dari peringkat tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu, Index Ease of Doing

Business yang dipublikasikan oleh IFC-Bank Dunia menempatkan Indonesia pada

peringkat 91 dari 190 negara yang disurvei di tahun 2017. Sedangkan Logistic

Performance Index 2016 yang diterbitkan oleh Bank Dunia menempatkan Indonesia

pada peringkat 63 dari 160 negara yang disurvei, yang merosot dari peringkat tahun

sebelumnya.

e. Ekonomi Biaya Tinggi

Indonesia masih menempati peringkat lebih rendah dibanding negara-negara

pesaing ekspor dan investasi utama dalam hal daya saing yang disebabkan oleh

ekonomi biaya tinggi di Indonesia. Ekonomi biaya tinggi ini terutama disebabkan oleh

aspek institusional, aspek infrastruktur, dan aspek logistik.

Pada aspek institusional, Indonesia dihadapkan pada permasalahan-permasalahan

seperti adanya indikasi: korupsi dan penyalahgunaan wewenang; belum terjaminnya

keamanan berusaha (belum berjalannya penegakan hukum dengan baik); dan kurang

efektifnya peraturan perundang-undangan (belum konsisten antara peraturan yang

ditetapkan dengan pelaksanaan di lapangan).

Dalam hal infrastruktur utama, seperti jalan raya, sarana telekomunikasi, dan listrik,

Indonesia masih perlu berbenah menuju arah yang lebih baik lagi untuk mengejar

ketertinggalannya. Biaya logistik yang cukup tinggi merupakan salah satu faktor

utama penyebab ekonomi biaya tinggi. Berdasarkan survei Logistic Performance

Index yang dilakukan oleh Bank Dunia (2014), Indonesia menduduki peringkat ke-53,

lebih rendah dibandingkan Singapura, Malaysia, RRT, Thailand, dan Vietnam; yang

masing-masing menduduki peringkat 5, 25, 28, 35, dan 48. Kondisi logistik turut

mempengaruhi waktu dan biaya melakukan ekspor. Waktu yang diperlukan di

Indonesia untuk melakukan ekspor termasuk lebih lama dibandingkan dengan

Page 84: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 79

negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia. Disamping itu,

biaya ekspor per kontainer juga masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara

tetangga sebagai akibat dari sistem logistik yang belum efisien. Penyebab utama

tingginya biaya ekspor per kontainer adalah biaya transportasi kargo, belum

efisiennya manajemen di pelabuhan serta rendahnya kualitas dan kuantitas

infrastruktur. Selain itu, adanya pungutan-pungutan tidak resmi mengakibatkan

semakin tingginya biaya logistik di Indonesia.

Berdasarkan hasil Kajian Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri mengenai

Kinerja Logistik Antar Pulau (2013) dalam perdagangan antar pulau biaya sea freight

merupakan komponen terbesar. Salah satu yang menjadi faktor tingginya biaya sea

freight adalah kecilnya volume barang yang diangkut. Untuk kasus Sorong,

ketidakseimbangan volume barang antara inbound turut memperbesar biaya sea

freight. Selain itu infrastruktur pelabuhan dapat mempengaruhi produktivitas

bongkar muat di pelabuhan yang berdampak pada lamanya waktu tunggu di

pelabuhan dan biayanya. Faktor kepadatan lalu lintas juga menjadi masalah utama

hampir disemua lokasi. Hal ini disebabkan lebar badan jalan kurang memadai yang

juga banyak digunakan untuk transportasi manuasia.

f. Stabilisasi Bahan Pangan

Pentingnya ketahanan pangan dalam pembangunan telah menjadi komitmen

nasional dan harus menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan. Untuk

mencapai kondisi ketahanan pangan harus dipenuhi empat aspek yaitu : kecukupan

ketersediaan pangan (food availability), stabilisasi ketersediaan pangan (stability of

supplies), kemudahan akses terhadap pangan (access to supplies), dan kualitas atau

keamanan pangan (food utilization).

Aspek-aspek yang berkaitan dengan ketahanan pangan tersebut diatas perlu

diantisipasi dan pada akhirnya akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan di

sektor perdagangan, khususnya perdagangan dalam negeri. Kebijakan perdagangan

dalam negeri pada dasarnya diharapkan untuk dapat menjaga stabilitas harga,

distribusi, dan kemudahan akses pangan. Kebijakan menjaga stabilitas harga

diharapkan dapat mendukung kebijakan ketahanan pangan melalui kecukupan

ketersediaan pangan (food availability) serta stabilisasi ketersediaan pangan tanpa

fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun (stability supplies).

Page 85: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 80

Sementara itu distribusi nasional yang efisien dan efektif sebagai instrumen penting

untuk menjaga kemudahan akses terhadap pangan (access to supplies).

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, Pemerintah menjamin

ketersediaan barang, stabilitas harga dan menurunkan disparitas harga di seluruh

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu menetapkan Barang Kebutuhan

Pokok dan Barang Penting. Bahan pangan pokok memegang peranan penting dalam

aspek ekonomi, sosial, bahkan politik, namun sampai saat ini pemerintah masih

belum memiliki daftar komoditi yang dapat dikategorikan sebagai bahan pangan

pokok (bapok) secara konsisten.

Selama tahun 2017, berbagai kebijakan pemerintah-khusunya Kementerian

Perdagangan- telah diterbitkan dalam rangka pengendalian harga komoditas barang

pokok dan barang penting utamanya pada moment-moment tertentu. Dan terbutkti

kebijakan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik sehingga mampu meredam

gejolak harga pada tahun 2017 ini. Kedapan, berbagai kebijakan serupa akan terus

diterbitkan demi tercapainya stabilitas harga bahan pangan secara merata dan adil.

g. Sistem Distribusi Nasional

Salah satu permasalahan dan tantangan utama terkait dengan perdagangan dalam

negeri adalah kualitas sistem logistik nasional yang memberikan dampak yang

signifikan pada terjadinya ekonomi biaya tinggi.

Sistem distribusi barang dan belum optimalnya sistem distribusi komoditas strategis,

bahan pokok kebutuhan masyarakat banyak masih belum memadai, ditandai dengan

masih panjangnya rantai distribusi, terjadinya disparitas harga antarwilayah, dan

fluktuasi harga di tingkat konsumen dalam kondisi tertentu seperti pada saat hari

besar keagamaan.

Belum optimalnya sistem distribusi ini merupakan dampak dari jaringan distribusi

yang belum tertata baik, belum tersedianya data yang akurat tentang harga dan

permintaan barang di tingkat konsumen, belum transparannya ketersediaan pasokan

di tingkat produsen serta terbatasnya sarana penyimpanan (pergudangan, silo,

pendingin) di tingkat produksi. Hal tersebut pada satu sisi mengakibatkan pengambil

kebijakan di bidang Perdagangan, Pertanian, dan Industri kesulitan menyesuaikan

kebijakan yang perlu diambil. Sementara di sisi lain, petani, peternak, dan produsen

tidak dapat menyesuaikan tingkat produksinya sesuai kondisi yang terjadi. Hal ini

Page 86: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 81

turut memicu munculnya masalah lain yaitu belum optimalnya sinergi kebijakan

perdagangan antarpulau untuk mendukung peningkatan transaksi perdagangan

antarpulau dan masih belum optimalnya peran UMKM dalam perdagangan domestik.

Tidak meratanya sistem distribusi nasional juga disebabkan oleh aktivitas

perdagangan yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa sehingga perlu daya dorong

pengembangan perdagangan ke luar Pulau Jawa. Konsep Tol Laut dan Pusat

Distribusi Nasional/ Regional menjadi sangat penting untuk terus di sukseskan

pelaksanaannya.

h. Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Pasar Dalam Negeri

Lingkup kegiatan perlindungan konsumen sangatlah luas. Besarnya lingkup kegiatan

perlindungan konsumen terkait dengan jumlah konsumen di Indonesia yang harus

dilindungi dan luasnya jenis kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen

serta banyaknya jenis produk yang harus diawasi. Hal ini masih dianggap

permasalahan karena upaya perlindungan konsumen dan pengamanan pasar dalam

negeri belum dilaksanakan secara optimal.

Jumlah konsumen yang harus dilindungi sebanyak jumlah penduduk Indonesia, yaitu

berkisar 250 juta jiwa. Sementara, jenis kegiatan yang berkaitan dengan

perlindungan konsumen meliputi aspek metrologi, pengamanan pasar dalam negeri,

standardisasi, pengawasan barang beredar, pengujian mutu, sampai kepada

penanganan kasus dan pengaduan konsumen. Semakin terbukanya Indonesia dalam

globalisasi mengakibatkan semakin beragamnya produk yang ditawarkan kepada

konsumen, sehingga permasalahan pengawasan barang pun menjadi semakin

kompleks. Sebagai antisipasi semakin terintegrasinya pasar dalam negeri ke dalam

pasar global, maka perlu optimasi tindakan pengamanan bagi produsen domestik.

Pengawasan barang beredar di satu sisi sangat penting bagi produsen agar dapat

terlindungi dari persaingan yang tidak sehat baik untuk produksi dalam negeri

maupun luar negeri dan disisi lain konsumen juga mendapat haknya memperoleh

barang yang terjamin mutu dan keamanannya. Barang yang beredar di masyarakat

diawasi dalam pemenuhannya terhadap standar mutu, pencantuman label, pelayanan

purna jual, klausula baku, cara menjual (penawaran, promosi, pemberian hadiah,

obral atau lelang, pemaksaan, pesanan dan pengiklanan).

Page 87: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 82

Penetapan standar mutu bertujuan sebagai jaminan pemenuhan kualitas produk bagi

konsumen, sebagai nilai tambah suatu produk (bagian dari marketing) label halal,

kesamaan standar terhadap mutu. Di sisi lain pencantuman label bertujuan untuk

menjamin kualitas dan keamanan guna memberikan informasi dan melindungi

konsumen. Pelayanan purna jugal bertujuan agar konsumen mendapat perlindungan

purna jual.

Penetapan standar di samping untuk tujuan melindungi konsumen juga merupakan

filter bagi masuknya produk impor yang kualitasnya tidak sesuai standar. Salah satu

prinsip yang dianut dalam penetapan standar, harus berlaku untuk semua barang

baik yang asal produksi dalam negeri maupun asal luar negeri. Persoalan yang

dihadapi saat ini adalah masih sedikitnya produk Indonesia yang telah distandar,

sehingga tidak efektif untuk dijadikan pembatas impor produk sejenis. Di lain pihak

kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk dalam negeri masih rendah.

Dinamika pengamanan pasar pada masa mendatang diperkirakan akan masih terus

berkembang. Hal ini akan mempengaruhi baik pasar dan industri dalam negeri serta

produk impor. Oleh karena itu permasalahan yang berkaitan dengan pengamanan

pasar perlu dikaji sehingga dapat dirumuskan kebijakan pengamanan pasar yang

memberi manfaat secara optimal pada konsumen sekaligus pengembangan pasar dan

industri dalam negeri.

Selain permasalahan tersebut diatas, Badan Pengkajian dan Pengembangan

Perdagangan juga menghadapi permasalahan internal dalam melaksanakan kegiatan

kajian dan pengembangan kebijakan. Adapun permasalahan tersebut yaitu :

a. Terbatasnya kuantitas dan kualitas peneliti

Salah satu kunci sukses untuk memenuhi meningkatnya permintaan akan kajian

dan rekomendasi kebijakan yang berkualitas BPPP adalah memiliki sumber daya

manusia khususnya peneliti yang jumlahnya proporsional, profesional dan

kompeten di bidangnya. Walaupun setiap tahunnya diusahakan terdapat

penambahan jumlah peneliti, namun pertumbuhannya tidak secepat naiknya

permintaan akan kajian kebijakan maupun isu-isu perdagangan yang memerlukan

kajian dalam penyusunan kebijakannya. Kondisi ini terjadi karena terbatasnya

alokasi formasi peneliti yang dialokasikan kepada BPPP setiap tahunnya.

Terbatasnya jumlah peneliti ini terlihat dari rasio pejabat fungsional peneliti yang

ada saat ini. Dari total 112 pegawai BPPP pada bulan November 2017, SDM peneliti

Page 88: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 83

yang dimiliki oleh BPPP hanya sebanyak 33 orang, dengan rincian Peneliti

Pratama berjumlah 13 orang, dan Peneliti Muda berjumlah 13 orang, dan Peneliti

Madya sejumlah 1 orang (6 orang peneliti bebas sementara karena sedang

melanksanakan penugsan yang lain). Jumlah peneliti tersebut dirasakan masih

sangat kurang dibanding beban tugas yang diemban Badan Pengkajian dan

Pengembangan Perdagangan mengingat tupoksi baru dan peran yang semakin

strategis.

Selain terbatasnya jumlah peneliti, kemampuan peneliti dalam menghasilkan

kajian dan output lainnya, seperti karya tulis ilmiah yang siap diterbitkan pada

jurnal-jurnal ilmiah juga dirasakan masih kurang. Hal ini disebabkan karena

hampir seluruh peneliti BPPP merupakan peneliti muda yang masih memerlukan

banyak bimbingan dan peningkatan kemampuan. Rata-rata peneliti baru menjabat

sebagai fungsional peneliti selama kurang lebih 1 hingga 2 tahun saja. Dengan

demikian sebenarnya masih terbuka luas kesempatan pembinaan yang lebih

intensif bagi mereka.

Isu tingkat pendidikan para peneliti juga berpengaruh terhadap kemampuan

mereka dalam menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas. Walaupun rata-rata

peneliti telah meraih gelar S2, namun kualitasnya masih dapat ditingkatkan

dengan menaikkan tingkat pendidikan peneliti menjadi S3 dan mengadakan

kegiatan pembangunan kapasitas lainnya yang diperlukan bagi mereka. Kondisi

ini perlu direspon oleh manajemen BPPP mengingat berdasarkan pengamatan,

lembaga-lembaga litbang dalam dan luar negeri kini tengah berlomba untuk

memperbaiki tingkat kompetensi mereka, dimana salah satunya melalui

perbaikan tingkat pendidikan para peneliti. Bahkan ditemukan ada lembaga

litbang yang hanya menerima lulusan S3 sebagai peneliti mereka. Kerjasama

dengan berbagai lembaga think thank dan donor sebagai salah satu upaya capacity

building –pun terus dilakukan, salah satunya dengan AIPEG, TPSA, NESO dan

sebagainya.

b. Rendahnya Minat Pegawai menjadi Peneliti

Rendahnya jumlah peneliti terutama disebabkan karena kurangnya minat

pegawai Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan untuk menjadi

peneliti pengkaji di sektor perdagangan. Hal ini perlu disikapi secara serius dan

perlu dicarikan jalan pemecahannya. Sistem kompensasi bagi peneliti yang telah

Page 89: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 84

diatur oleh pemerintah pusat dirasakan masih kurang menarik, sehingga belum

dapat memberikan motivasi atau rangsangan positif bagi para calon peneliti.

Sistem penghargaan serta fasilitas-fasilitas seperti sarana publikasi atas karya-

karya ilmiah yang telah diberikan oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan

Perdagangan juga ternyata belum berjalan maksimal sehingga belum dapat

menjadi motivasi yang efektif untuk menjadi peneliti.

c. Masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang pengkajian

Ruang kerja peneliti pada Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

yang representative perlu didukung oleh tersedianya sarana kerja pegawai yang

berupa antara lain alat pengolah data yang fungsional. Secara ideal setiap pejabat

peneliti seharusnya mempunyai fasilitas alat pengolah data (personal computer)

masing-masing sehingga tidak tergantung pada pejabat peneliti lainnya. Selain itu,

dukungan pengadaan sumber informasi dan referensi baik berupa software

maupun hardware pengolah data, literatur baik berupa buku, jurnal, dan majalah

ilmiah dapat dikatakan tidak banyak, sehingga sangat berpengaruh terhadap

kualitas hasil kajian secara akademis. Bahkan BPPP tidak memiliki perpustakaan

yang memadai.

d. Monitoring Pemanfaatan Hasil Kajian

Sistem monitoring terhadap hasil kajian yang sudah dimanfaatkan oleh para

stakeholders diluar Kementerian Perdagangan untuk memperoleh umpan balik

terhadap hasil kajian sulit dilakukan sehingga tidak dapat diketahui secara pasti.

Hal ini menjadi kendala dalam penyusunan program kajian berikutnya karena

bagaimanapun hasil kajian dari Badan Pengkajian dan Pengembangan

Perdagangan disamping dimanfaatkan oleh kalangan internal Kementerian

Perdagangan juga dimaksudkan untuk dimanfaatkan oleh stakeholders.

e. Masih terbatasnya pemanfaatan hasil kajian

Hasil kajian yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para

stakeholders, termasuk dunia usaha dan masyarakat umum belum terlaksana

dengan baik pada BPPP. Hal ini disebabkan oleh masih terbatasnya akses

stakeholders, terutama yang berada di luar Kementerian Perdagangan untuk

mendapatkan dan memanfaatkan hasil-hasil kajian tersebut, baik sebagai

referensi yang akan digunakan dalam karya ilmiah lainnya maupun sebagai tindak

lanjut rekomendasi yang ada dalam hasil kajian tersebut. Oleh karena itu, BPPP

Page 90: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 85

harus menyediakan berbagai kemudahan dan sarana akses bagi para pengguna

hasil kajian tersebut, salah satunya dengan mengoptimalkan website BPPP yang

merupakan bagian dari website Kementerian Perdagangan.

f. Kualitas hasil yang belum optimal secara akademis

Minimnya pemanfaatan hasil kajian juga disebabkan oleh masih belum

tercapainya kualitas maksimal dari kajian yang dilaksanakan oleh BPPP akibat

masih banyaknya kelemahan dari segi akademis. Walaupun telah dilakukan

berbagai tahap perencanaan, monitoring hingga evaluasi kegiatan kajian, namun

tahapan tersebut masih belum dapat optimal meningkatkan kualitas hasil kajian.

Hal ini disebabkan belum matangnya budaya penelitian yang kritis, tidak mudah

puas terhadap hasil, dan bertanggungjawab pada para peneliti BPPP serta tidak

adanya semacam dewan penasehat atau pengawas yang dapat memantau kualitas

kajian yang dihasilkan, baik dari proses maupun hasil sebagaimana dimiliki oleh

lembaga litbang yang telah dikenal reputasinya. Selama ini, review hasil kajian

sementara dan akhir hanya dilakukan secara internal sehingga tidak memberikan

dorongan yang cukup untuk menghasilkan kajian yang lebih berkualitas.

Akibatnya, masih sering ditemui keengganan tim peneliti untuk mengadopsi

masukan-masukan yang diberikan oleh stakeholders/reviewer yang sebenarnya

berguna bagi perbaikan hasil kajian mereka.

Pada lembaga litbang yang telah well-established, permasalahan ini dapat diatasi

apabila terdapat dewan pengawas/penasehat maupun keterlibatan stakeholders

yang melakukan peer review terhadap hasil kajian BPPP.

Page 91: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 86

BAB II

VISI, MISI DAN TUJUAN BPPP

Dinamika lingkungan strategis sektor perekonomian secara umum dan sektor

perdagangan khususnya sedikit banyak telah memunculkan berbagai persoalan yang luas

dan komplikatif. Untuk merespon berbagai kondisi dan persoalan tersebut dibutuhkan

kebijakan yang artikulatif, responsif, antisipatif, dengan dampak implementasi yang terukur.

Dengan demikian kebijakan yang dikeluarkan nantinya dapat efektif memberikan solusi

terhadap permasalahan yang dihadapi.

Untuk menghasilkan kebijakan semacam itu dibutuhkan peran analisis/kajian yang

komprehensif. BPPP sebagai internal think tank di lingkungan Kementerian Perdagangan

diamanatkan untuk melakukan kajian/analisis atas isu-isu kebijakan yang dihadapi oleh

Kementerian Perdagangan secara keseluruhan. Lebih jauh, diharapkan melalui rekomendasi

kebijakan yang dihasilkannya, BPPP mampu memberikan peran yang berarti dalam

menentukan arah kebijakan Kementerian Perdagangan jauh ke depan, baik bagi isu-isu

terkini (current issue) maupun untuk isu-isu perdagangan jangka panjang dan strategis.

Agar BPPP dapat lebih optimal mendukung proses penyusunan kebijakan di

Kementerian Perdagangan, maka untuk mengarahkan kebijakan dan strateginya BPPP

menyusun Rencana Strategis BPPP 2015-2019. Renstra tersebut disusun dengan

mempertimbangkan isu-isu kebijakan dan perkembangan sektor perdagangan yang akan

dihadapi oleh Kementerian Perdagangan 5 tahun mendatang.

Visi dan misi pembangunan Pemerintahan Presiden Joko Widodo dijabarkan dalam 9

agenda prioritas “Nawa Cita” yang berisi cita-cita pembangunan Indonesia di segala bidang.

Nawa Cita disusun berdasarkan ideologi “Trisakti”, yang pertama kali dicetuskan oleh

Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, dalam menyelesaikan berbagai

permasalahan pembangunan bangsa dan negara. Konsep Trisakti sendiri terdiri dari 3 pilar:

1) Kedaulatan dalam politik, 2) Berdikari dalam ekonomi, dan 3) Kepribadian dalam

kebudayaan. Berdasarkan konsep asli Trisakti, pemerintah baru kemudian menjabarkan

lebih rinci ketiga pilar tersebut ke dalam 31 agenda strategis, dengan rincian 12 agenda

strategis untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat dalam bidang politik, 16 agenda

strategis untuk menuju Indonesia yang berdikari dalam bidang ekonomi, dan 3 agenda

strategis untuk Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Page 92: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 87

Dari 9 agenda prioritas Nawacita, 3 pilar Trisakti dan 31 agenda strategis kemudian

Kementerian Perdagangan mengidentifikasikan tujuan-tujuan/sasaran strategis

pembangunan yang sekiranya terkait dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian

Perdagangan. Hasil identifikasi ini kemudian menjadi dasar bagi penetapan operasional

kegiatan di Kementerian Perdagangan selama 5 tahun ke depan, termasuk di BPPP.

2.1 Visi

Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan sebagai salah satu unit pendukung

Kementerian Perdagangan yang melakukan pengkajian kebijakan di bidang perdagangan

memiliki pandangan jauh ke depan untuk mendukung pembangunan sektor perdagangan

sesuai dengan amanat dari Nawa Cita.

Pandangan ini kemudian dinyatakan dalam Rencana Strategis BPPP yang merupakan

bagian integral dari Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2015-2019. Oleh karena itu

visi BPPP juga merupakan bagian integral dari visi pembangunan perdagangan 2015 – 2019

yang dirumuskan untuk menggali dan menyampaikan persepsi yang sama mengenai

pembangunan perdagangan. Persepsi tersebut diwujudkan dalam bentuk komitmen jajaran

BPPP untuk merealisasikan visi dan misi pembangunan nasional di bidang perdagangan.

Sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia dalam rapat kabinet pertama, maka

ditetapkan hanya ada visi dan misi Presiden dan seluruh Kementerian/Lembaga diminta

untuk menjabarkan operasionalisasi visi dan misi presiden tersebut dalam kegiatan masing-

masing organisasi. Oleh karena itu dalam rangka menentukan cita-cita yang ingin dicapai

dalam jangka menengah dan panjang dan dengan mempertimbangkan perkembangan,

masalah dan berbagai upaya pembangunan perdagangan ke depan maka visi BPPP 2015-

2019 adalah :

“Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan

gotong royong”.

Dengan visi ini Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan berkomitmen

mendukung visi Kementerian Perdagangan dalam mewujudkan visi pemerintahan baru

melalui pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya menjadi unit pengkaji (think tank) yang

dapat dipercaya (credible) dan secara aktif serta responsif terlibat langsung dalam

penyusunan kebijakan perdagangan.

Page 93: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 88

2.2 Misi

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka harus ditentukan cara-cara yang

harus ditempuh oleh setiap unit eselon II yang ada di lingkungan BPPP yang tertuang sebagai

misi. Misi tersebut merupakan sesuatu yang harus diemban dan dilaksanakan oleh unit kerja

terkait untuk mendukung pencapaian visi. Dengan pernyataan misi ini, diharapkan seluruh

pegawai BPPP dapat memahami peran unit kerja secara lebih baik, dan dapat berpartisipasi

dalam mendorong keberhasilannya dengan melaksanakan perannya masing-masing dengan

baik. Oleh karena itu, untuk mewujudkan visi tersebut maka misi Badan Pengkajian dan

Pengembangan Perdagangan adalah:

“Menghasilkan rekomendasi kebijakan perdagangan yang berdaya guna berdasarkan hasil

kajian”.

2.3 Tujuan

Peran Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan sangat strategis, terutama

dalam mewujudkan kebijakan perdagangan yang artikulatif, responsif dan antisipatif. Oleh

karena itu sebagai penjabaran dari visi dan misi Badan Pengkajian dan Pengembangan

Perdagangan, maka tujuan yang ingin dicapai pada periode 2015 – 2019 yaitu: ”Penyediaan

rekomendasi kebijakan perdagangan yang artikulatif, tepat waktu, dan sesuai kebutuhan

pemangku kepentingan”.

2.4 Sasaran Stategis Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

Sasaran strategis selama kurun waktu 2015 - 2019 menjadi indikator kinerja Badan

Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Sasaran merupakan dampak yang ingin dicapai oleh BPPP dalam mendukung kinerja

Kementerian Perdagangan. Untuk itu, BPPP merumuskan 2 sasaran strategisnya

berdasarkan dampaknya terhadap Kementerian Perdagangan maupun bagi BPPP sendiri.

Rumusan sasaran strategis tersebut sebagai berikut:

1. Sasaran strategis untuk Kementerian Perdagangan:

“Meningkatnya kualitas kebijakan dan regulasi berbasis kajian”

2. Sasaran strategis tingkat eselon 1:

”Tersedianya rekomendasi kebijakan sebagai bahan perumusan kebijakan”.

Adapun diagram keterkaitan misi-tujuan-sasaran strategis-indikator BPPP dengan

Page 94: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 89

Kementerian Perdagangan dapat dilihat pada beberapa diagram berikut:

Gambar 1 : Keterkaitan Misi dan Sasaran Kementerian Perdagangan

Tahun 2015 - 2019

Gambar 2: Keterkaitan antara Sasaran Strategis Kementerian

Perdagangan, Misi, Tujuan dan Sasaran BPPP Tahun 2015 - 2019

Page 95: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 90

Sebagaimana terlihat pada gambar 2 diatas, BPPP mendukung Kementerian

Perdagangan melalui peran BPPP terhadap seluruh pencapaian Sasaran Strategis

Kementerian Perdagangan. Dari situ, BPPP kemudian menetapkan misi, tujuan, dan sasaran

strategis sebagaimana telah dijelaskan diatas hingga indikator sasaran yang akan dicapai

oleh BPPP pada tahun 2015-2019, yang terangkum pada diagram berikut:

Adapun target capaian indikator kinerja sasaran BPPP pada tahun 2015-2019 dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Indikator kinerja sasaran strategis BPPP di atas selanjutnya akan dijabarkan menjadi sasaran

dan indikator kinerja kegiatan pada tingkat eselon II yang akan diuraikan lebih detail pada

bagian selanjutnya review ini. Sebagai catatan, dalam perumusan sasaran dan indikator

kinerja kegiatan BPPP, sesuai PMK 106/2016 tentang Standar Biaya Masukan TA 2017,

disusun berdasarkan metode ADIK (Arsitektur Data dan Informasi Kinerja) yang kemudian

diteruskan mengikuti platform KRISNA (Kolaborasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran)

pada tahun 2018 dan selanjutnya. Oleh karena ini, beberapa indikator harus disesuaikan.

Gambar 3 : Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator BPPP

Tahun 2015 – 2019

Page 96: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 91

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

Pembangunan nasional pada periode 2015-2019 ke depan diarahkan untuk memantapkan

pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya

saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya

manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Perdagangan sebagai

salah satu penggerak perekonomian bangsa juga sangat bergantung kepada daya saing

kompetitif tersebut. Mengikuti arah pembangunan dalam RPJMN, pembangunan sektor

perdagangan yang terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perdagangan

diprioritaskan pada pembangunan perdagangan luar negeri dan perdagangan dalam negeri.

Sesuai RPJMN 2015-2019, fokus prioritas nasional Kementerian Perdagangan meliputi: (1)

Pengelolaan fasilitas ekspor dan impor; (2) Pengelolaan impor; (3) Peningkatan kerjasama di

bidang perdagangan jasa; (4) Peningkatan kerjasama dan perundingan ASEAN; (5)

Peningkatan kelancaran distribusi bahan pokok; dan (6) Pengembangan sarana distribusi

perdagangan. Selain 6 prioritas tersebut selain enam prioritas nasional tersebut di atas,

terdapat Prioritas Nasional Lainnya, yaitu Prioritas Bidang Sosial, Budaya dan Kehidupan

Beragama, Ekonomi, Iptek, Sarana dan Prasarana, Politik, Hankam, Hukum dan Aparatur,

Wilayah dan Tata Ruang serta Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup sesuai dengan RPJPN

2005 – 2025. Kementerian Perdagangan akan berperan dalam bidang ekonomi, sarana dan

prasarana, Hukum dan Aparatur serta Wilayah dan Tata Ruang.

Sebagai pelaksanaan dari tugas pokok dan fungsi serta wewenang Kementerian

Perdagangan ke depan sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2015-2019, kebijakan

perdagangan luar negeri dalam lima tahun ke depan diarahkan untuk “memperkuat daya

saing ekspor produk nonmigas dan jasa bernilai tambah tinggi untuk meningkatkan

konstribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi secara inklusif dan berkelanjutan”.

Untuk itu, terdapat 4 pilar strategi yang perlu dilakukan dalam pembangunan perdagangan luar

negeri selama periode 20152019 yaitu:

1. Menjaga dan meningkatkan pangsa pasar produk Indonesia di pasar ekspor utama (market

maintenance);

2. Meningkatkan pangsa pasar ekspor di pasar prospektif (market Creation);

3. Mengidentifikasi peluang pasar ekspor produk dan jasa potensial (product creation); dan

Page 97: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 92

4. Meningkatkan fasilitasi ekspor dan impor untuk mendukung daya saing produk nasional

(export facilitation and import management).

Sedangkan arah kebijakan pembangunan perdagangan dalam negeri yang telah

ditetapkan dalam Renstra Kementerian Perdagangan 2015-2019 adalah: “meningkatnya

aktivitas perdagangan dalam negeri yang lebih efisien dan berkeadilan”. Untuk itu,

strategi yang perlu dilakukan dalam pembangunan perdagangan dalam negeri selama periode

2015-2019 adalah:

1. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana perdagangan untuk mengatasi

kelangkaan stok serta disparitas dan fluktuasi harga.

2. Meningkatkan kualitas sarana perdagangan terutama pasar rakyat melalui pelaksanaan

pemberdayaan terpadu nasional pasar rakyat.

3. Meningkatkan aktivitas perdagangan antar wilayah di Indonesia melalui promosi produk

unggulan daerah antar wilayah di Indonesia serta fasilitasi kerjasama dan penurunan

hambatan perdagangan antar wilayah Indonesia.

4. Meningkatkan kapasitas pelaku usaha mikro kecil menengah

5. Meningkatkan iklim usaha perdagangan konvensional dan non kovensional yang lebih

kondusif.

6. Mendorong penggunaan produk domestik

7. Meningkatkan perlindungan konsumen

8. Menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara konsisten

9. Meningkatkan efektivitas pengelolaan impor untuk menjaga stabilitasi pasar domestik.

10. Mendorong perdagangan berjangka komoditi

11. Mendorong pengemabngan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang.

12. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang perdagangan.

Setelah menganalisis perkembangan lingkungan strategis dan dengan memperhatikan

kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan serta dengan menetapkan faktor-faktor kunci

keberhasilan, tujuan dan sasaran sebagai penjabaran visi dan misi, maka dapat ditentukan

strategi operasional. Strategi tersebut ditetapkan sebagai cara untuk mencapai tujuan dengan

perencanaan kebijakan dan program yang akan dipergunakan sebagai pedoman operasional.

Page 98: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 93

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015−2019 telah menetapkan misi

pembangunan nasional yang terkait langsung dengan sektor perdagangan antara lain, yaitu

perdagangan sebagai sektor penggerak pertumbuhan dan daya saing ekonomi untuk

kemakmuran rakyat yang berkeadilan.

Arah kebijakan pembangunan Perdagangan Nasional ke depan secara konsisten akan

mengacu kepada arah pembangunan dalam RPJMN 20152019. Arah ini merupakan pedoman

dalam menyusun langkah-langkah strategis ke depan untuk mencapai sasaran yang diinginkan.

Berdasarkan hal tersebut, maka Kementerian Perdagangan merevisi Renstra Kementerian

Perdagangan 2015-2019 berdasarkan Permendag Nomor: 81/M-DAG/PER/11/2016 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/4/2015 tentang

Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2015-2019. Merujuk kepada dokumen tersebut,

arah kebijakan perdagangan dapat dijabarkan menjadi 8 (delapan) pokok pikiran, yaitu:

1. Mengamankan pangsa ekspor di pasar utama;

2. Memperluas pangsa pasar ekspor di pasar prospektif dan hub perdagangan internasional;

3. Meningkatkan diversifikasi produk ekspor;

4. Mengamankan pasar domestik untuk meningkatkan daya saing produk nasional;

5. Meningkatkan aksesibilitas UMKM;

6. Meningkatkan perlindungan konsumen;

7. Meningkatkan efisiensi sistem distribusi dan logistik;

8. Meningkatkan fasilitas dan iklim usaha perdagangan

Dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis Kementerian

Perdagangan, dengan mempertimbangkan arah kebijakan dan strategi nasional serta arah

kebijakan dan strategi Kementerian Perdagangan, maka dilakukan program-program

kementerian yang terdiri dari sepuluh program utama, yaitu:

(1) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian

Perdagangan;

(2) Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan;

(3) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian

Perdagangan;

(4) Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan;

(5) Pengembangan Ekspor Nasional

(6) Peningkatan Perdagangan Luar Dalam Negeri;

Page 99: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 94

(7) Perundingan Perdagangan Internasional;

(8) Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri;

(9) Peningkatan Perdagangan Berjangka Komoditi; dan

(10) Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga;

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi BPPP

Dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan yaitu (1) Penyediaan rekomendasi

perdagangan yang artikulatif, tepat waktu, dan sesuai kebutuhan pemangku kepentingan, maka

kebijakan BPPP pada hakekatnya diarahkan untuk :

1. Peningkatan kualitas dan kuantitas pengkajian dan pengembangan di sektor perdagangan

kearah rekomendasi kebijakan yang bersifat demand-driven dan evidence-based.

2. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM dalam mendukung tugas pokok dan fungsi BPPP,

khususnya peneliti.

3. Peningkatan jejaring kerja dengan instansi pemerintah baik pusat maupun daerah

(Disperindag, Balitbangda, TPID BI), lembaga kelitbangan lainnya di dalam dan luar negeri,

serta lembaga terkait lainnya dalam rangka pengkajian dan pengembangan perdagangan.

4. Pelaksanaan disemnasi dan publikasi hasil pengkajian dan pengembangan perdagangan,

serta penyelenggaraan diskusi isu-isu pada sektor perdagangan dengan triple helix dalam

rangka menyebarluaskan hasil kajian dan melakukan konsultasi publik, baik di pusat dan

daerah.

Sedangkan langkah/strategi yang akan ditempuh oleh BPPP yaitu :

1. Melibatkan pakar/narasumber/tenaga ahli yang kompeten dan berpengalaman sesuai

bidangnya serta stakeholders terkait lainnya dalam kegiatan pengkajian dan

pengembangan perdagangan.

2. Mengikutsertakan pegawai BPPP dalam berbagai kegiatan pembangunan kapasitas

misalnya diklat teknis dan fungsional, in-house training, pemagangan pada lembaga riset

di dalam dan luar negeri, seminar, workshop, dan forum ilmiah lainnya.

3. Menjalin jejaring kerja dengan berbagai instansi, baik pemerintah, akademisi, maupun

kalangan pengusaha.

4. Menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan pengkajian.

Sesuai dengan restrukturisasi program Kementerian Perdagangan, Badan Pengkajian

dan Pengembangan Perdagangan mempunyai 1 (satu) program, yaitu “Program Pengkajian

Page 100: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 95

dan Pengembangan Perdagangan”. Arah pelaksanaan program tersebut adalah:

1. Pengkajian dan pengembangan perdagangan dalam negeri melalui pengkajian dengan

fokus kajian bidang sarana dan lembaga perdagangan, Bidang logistik, investasi dan

fasilitasi usaha, standardisasi dan perlindungan konsumen;

2. Pengkajian dan pengembangan perdagangan luar negeri melalui pengkajian dengan

fokus kajian bidang ekspor impor, pengamanan dan fasilitasi perdagangan;

3. Pengkajian dan pengembangan kerjasama perdagangan internasional melalui

pengkajian dengan fokus kajian bidang kerjasama multilateral, regional dan bilateral;

4. Peningkatan tatakelola administrasi yang baik, melalui peningkatan dukungan

manajemen dan dukungan teknis lainnya dengan fokus peningkatan urusan rencana,

pemantauan program dan kerjasama, urusan administrasi keuangan, kepegawaian dan

umum, urusan evaluasi, pelaporan dan dokumentasi dalam rangka meningkatkan kualitas

kajian dan pengembangan kebijakan perdagangan.

Adapun indikator kinerja program (outcome) dan indikator kinerja kegiatan (output)

yang akan digunakan untuk mengukur pelaksanaan kegiatan Badan Pengkajian dan

Pengembangan Perdagangan akan disajikan dibawah ini, sedangkan cara penghitungan

capaian target serta salinan perjanjian kinerja Pimpinan BPPP tahun anggaran 2017 akan

disajikan dalam lampiran.

Memasuki tahapan perencanaan kegaitan dan anggaran tahun anggaran 2018, metode

perencanaan menggunakan platform bernama KRISNA yang merupakan implementasi dari

kolaborasi antara sistem perencanaan dan anggaran. Oleh karena itu, beberapa indikator

mengalami sedikit perubahan namun tetap mengacu pada konsep yang telah disusun tahun

sebelumnya melalui metode ADIK.

Page 101: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 96

MATRIKS INDIKATOR KINERJA PROGRAM (OUTCOME)

BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN 2015-2019

(review tahun 2017)

NO. PROGRAM

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

Renstra RKA-KL

(1) (2) (3) (4)

1. Pengkajian dan

Pengembangan

Perdagangan

Sasaran outcome (Kemendag):

Meningkatnya kualitas kebijakan

dan regulasi berbasis kajian

Sasaran outcome (eselon 1):

Tersedianya rekomendasi

kebijakan sebagai bahan

perumusan kebijakan

Indikator :

a. Persentase rekomendasi yang

digunakan untuk perumusan

kebijakan di sektor perdagangan

b. Persentase

rekomendasi/masukan kebijakan

yang disampaikan ke K/L/D/I

Sasaran outcome (Kemendag):

Meningkatnya kualitas kebijakan

dan regulasi berbasis kajian

Sasaran outcome (eselon 1):

Tersedianya rekomendasi

kebijakan sebagai bahan

perumusan kebijakan

Indikator :

a. Persentase rekomendasi yang

digunakan untuk perumusan

kebijakan di sektor perdagangan

b. Persentase

rekomendasi/masukan kebijakan

yang disampaikan ke K/L/D/I

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (OUTPUT)

BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN

NO. KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN

(OUTPUT)

Renstra KRISNA (RKA-KL)

(1) (2) (3) (4)

1. Dukungan

Manajemen Dan

Dukungan Teknis

lainnya Badan

Pengkajian dan

Pengembangan

Perdagangan

Sasaran kegiatan:

1. Terlaksananya pelayanan teknis dan

administratif kepada seluruh satuan

organisasi dilingkungan Badan Pengkajian

dan Pengembangan Perdagangan

Indikator :

1) Jumlah rencana/program kegiatan yang

disusun dengan tepat waktu dan sesuai

aturan yang berlaku. (Satuan output:

Dokumen)

2) Jumlah pemantauan dan evaluasi yang

disusun dengan tepat waktu dan sesuai

aturan yang berlaku. (Satuan output:

Laporan monev)

Sasaran kegiatan:

1. Layanan dukungan manajemen Eselon I

Indikator :

1) Layanan perencanaan (Satuan

output: Layanan)

2) Layanan pemantauan dan evaluasi

(satuan output: layanan)

3) Layanan administrasi keuangan

(satuan output: layanan)

4) Layanan kepegawaian (satuan

output: layanan)

5) Jumlah hasil kajian yang

disebarluaskan. (satuan output:

layanan)

Page 102: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 97

NO. KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN

(OUTPUT)

Renstra KRISNA (RKA-KL)

(1) (2) (3) (4)

3) Bulan layanan administrasi keuangan

(Satuan output: Bulan layanan)

4) Bulan layanan kepegawaian BPPP.

(Satuan Output: Bulan layanan)

5) Jumlah hasil kajian yang

disebarluaskan. (Satuan output: Judul)

6) Jumlah kerja sama kelitbangan. (Satuan

output: Kerjasama)

7) Bulan layanan dukungan Tim

Pertimbangan Kepentingan Nasional

(Satuan output: bulan layanan)

6) Jumlah kerjasama kelitbangan

(satuan output: kerjasama)

7) Layanan keskretariatan Tim

Pertimbangan Kepentingan Nasional)

8) Layanan Informasi Publik

2. Layanan internal (1 Layanan)

Indikator:

1) Layanan Internal Perkantoran (1

layanan)

3. Layanan perkantoran (1 Layanan)

Indikator:

1) Layanan Operasional dan

pemeliharaan kantor (1 layanan)

2. Pengkajian dan

Pengembangan

Perdagangan

Dalam Negeri

Sasaran kegiatan:

1. Tersusunnya bahan perumusan

rekomendasi kebijakan di bidang

perdagangan dalam negeri

Indikator:

1) Jumlah kajian di bidang perdagangan

dalam negeri (Satuan output: Kajian)

2) Jumlah rekomendasi hasil forum

diskusi perdagangan dalam negeri

(Satuan output: Rekomendasi)

Sasaran kegiatan:

1. Layanan penelitian dan pengembangan

Indikator:

1) Kajian perdagangan dalam negeri

(satuan output: Kajian)

2) Rekomendasi kebijakan hasil forum

diskusi perdagangan dalam negeri

(satuan output: Rekomendasi)

2. Layanan internal

Indikator:

1) Layanan internal (1 layanan)

3. Layanan perkantoran

Indikator:

1) Layanan operasional dan

pemeliharaan perkantoran (1

layanan)

3. Pengkajian dan

Pengembangan

Perdagangan

Luar Negeri

Sasaran kegiatan:

1. Tersusunnya bahan perumusan

rekomendasi kebijakan di bidang

perdagangan dalam negeri

Indikator:

1) Jumlah kajian di bidang perdagangan

luar negeri (Satuan output: Kajian)

2) Jumlah rekomendasi hasil forum

diskusi perdagangan luar negeri

(Satuan output: Rekomendasi)

Sasaran kegiatan:

1. Layanan penelitian dan pengembangan

Indikator:

1) Kajian perdagangan luar negeri

(satuan output: Kajian)

2) Rekomendasi kebijakan hasil forum

diskusi perdagangan luar negeri

(satuan output: Rekomendasi)

2. Layanan internal

Indikator:

1) Layanan internal (1 layanan)

3. Layanan perkantoran

Indikator:

1) Layanan operasional dan

pemeliharaan perkantoran (1

layanan)

Page 103: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 98

NO. KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN

(OUTPUT)

Renstra KRISNA (RKA-KL)

(1) (2) (3) (4)

4. Pengkajian dan

Pengembangan

Kerjasama

Perdagangan

Internasional

Sasaran kegiatan:

1. Tersusunnya bahan perumusan

rekomendasi kebijakan di bidang

kerjasama perdagangan internasional

Indikator:

1) Jumlah kajian di bidang kerjasama

perdagangan internasional (Satuan

output: Kajian)

2) Jumlah rekomendasi hasil forum

diskusi kerjasama perdagangan

internasional (Satuan output:

Rekomendasi)

Sasaran kegiatan:

1. Layanan penelitian dan pengembangan

Indikator:

1) Kajian kerjasama perdagangan

internasional (satuan output:

Kajian)

2) Rekomendasi kebijakan hasil forum

diskusi kerjasama perdagangan

internasional (satuan output: Re)

2. Layanan internal

Indikator:

1) Layanan internal (1 layanan)

3. Layanan perkantoran

Indikator:

1) Layanan operasional dan

pemeliharaan perkantoran (1

layanan)

3.3 Kerangka Regulasi

Kerangka regulasi sebagaimana dijelaskan dalam Permen PPN/Kepala Bappenas

No.1/2014 tentang Pedoman Penyusunan RPJMN 2015-2019 Pasal 1 angka 14 dan Peraturan

Sesmen PPN/Bappenas tentang Juklak Nomor 2/Juklak/Sesmen/03/2014 tentang Petunjuk

Pelaksanaan tentang Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam RPJMN didefinisikan

sebagai: “Perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong, dan

mengatur perilaku masyarakat dan penyelenggara Negara dalam rangka mencapai tujuan

bernegara”. Lebih lanjut dijelaskan tujuan disusunnya kerangka regulasi yaitu: (1)

Mengarahkan proses perencanaan pembentukan regulasi sesuai kebutuhan pembangunan; (2)

Meningkatkan kualitas regulasi dalam rangka mendukung pencapaian prioritas pembangunan;

dan (3) Meningkatkan efeisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan pembentukan

regulasi.

Dalam penyusunannya terdapat prinsip-prinsip yang harus ditaati sehingga kerangka

regulasi dapat disusun sesuai dan berfungsi sebagaimana mestinya. Prinsip-prinsip tersebut

didasarkan pada kaidah perumusan kebijakan yang baik (sound policy formulation), yaitu

sebagai berikut:

1. Penyusunan kerangka regulasi dimaksudkan untuk memfasilitasi, mendorong dan

mengatur perilaku masyarakat, termasuk swasta dan penyelenggara negara dalam rangka

Page 104: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 99

mewujudkan tujuan bernegara.

2. Penyusunan kerangka regulasi perlu mempertimbangkan dampak, biaya, manfaat dan

kerugiannya untuk masyarakat.

3. Penyusunan kerangka regulasi perlu mempertimbangkan asas pembentukan dan asas

materi peraturan perundang-undangan yang baik.

4. Penyusunan kerangka regulasi dalam prosesnya melibatkan stakeholders terkait.

5. Kerangka regulasi merupakan hasil review atau evaluasi terhadap peraturan yang ada,

yang kemudian dilanjutkan melalui proses kajian dan penelitian (analisis dampak, biaya,

dan manfaat).

6. Kerangka regulasi jangka menengah dan tahunan dapat berisi angka kerangka regulasi

dan/atau kebutuhan regulasi yang diperlukan sejalan dengan kebijakan pembangunan

nasional yang tertuang dalam RPJMN dan RKP.

7. Kerangka regulasi yang dicantumkan dalam Renstra K/L berupa arah kerangka regulasi

dan/atau kebutuhan regulasi (RUU, Rancangan Peraturan Pemerintah, Rencangan

Perpres, Rancangan Inpres atau Rancangan Peraturan pimpinan lembaga).

Meninjau dan memperhatikan seluruh ketentuan penyusunan Kerangka Regulasi di atas,

maka BPPP dengan tugas utama sebagai internal think tank dan pengelola sistem informasi

perdagangan yang menjadi bagian dari amanat UU No.7/2014 tentang Perdagangan juga turut

menyusun kerangka regulasi yang dibutuhkan bagi pembangunan perdagangan selama 5 tahun

ke depan.

Walaupun demikian, BPPP bukan unit organisasi pembuat kebijakan (policy conceptor)

maupun pelaksana kebijakan (policy executor). Dengan demikian, BPPP untuk saat ini belum

merancang usulan kerangka regulasi. Jikalau ada, usulan kerangka regulasi yang dirancang oleh

BPPP lebih bersifat usulan kepada unit eselon I lainnya di lingkungan Kementerian

Perdagangan yang mempunyai wewenang sebagai policy conceptor dan policy executor.

3.4 Kerangka Kelembagaan

Secara garis besar program dan kegiatan masing-masing unit Eselon 2 di lingkungan BPPP

tahun 2015 – 2019 diarahkan untuk mendukung visi pemerintah di sektor perdagangan.

Di tingkat Eselon II kegiatan Dukungan Manajemen Badan Pengkajian dan Pengembangan

Perdagangan dilakukan oleh Sekretariat Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Page 105: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 100

Perdagangan. Sekretariat Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

memiliki kegiatan yang bersifat koordinatif dan kegiatan penunjang lainnya yang dilakukan

guna mendukung kegiatan masing-masing unit eselon 2. Setiap tahun anggaran berjalan,

kegiatan Sekretariat BPPP secara umum tidak mengalami perubahan yang signifikan, namun

setiap tahunnya diupayakan terus mengalami perkembangan dan peningkatan mutu kegiatan.

Sedangkan bagi pusat Pengkajian (Puska) memiliki kegiatan pengkajian sesuai bidang

masing-masing yaitu :

a. Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri

b. Pengkajian Perdagangan Luar Negeri

c. Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional

Adapun secara umum program kajian prioritas BPPP pada tahun 2015-2019 secara

ringkas dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Penguatan Ketahanan Pangan Berbasis Agribisnis Kerakyatan

Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dalam pemenuhan hak atas pangan.

Pentingnya ketahanan pangan dalam pembangunan telah menjadi komitmen nasional

secara konsisten dari waktu ke waktu. Ketahanan pangan berbasis agribisnis kerakyatan

dimaksudkan agar pelaksanaan ketahanan pangan dapat dibangun berdasarkkan kearifan

lokal dan sumber daya lokal sehingga tercipta kedaulatan pangan nasional, tanpa

tergantung dengan produk pangan impor. Topik ini sangat erat kaitannya dengan berbagai

isu strategis lingkungan perdagangan sebagai berikut:

a. Kedaulatan pangan;

b. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi;

c. Permasalahan perdagangan perbatasan;

d. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel, dan finance;

e. Akses pasar, fasilitasi, dan ketahanan perdagangan;

f. Pengamanan perdagangan:

g. Integrasi ekonomi;

h. Keterbatasan alat analisa

Oleh karena itu topik ini layak dan masih sangat relevan menjadi salah satu prioritas

pengkajian di BPPP Kementerian Perdagangan periode 2015-2019. Hal ini sangat sejalan

dengan peran BPPP untuk senantiasa mampu memberikan rekomendasi yang tepat terkait

Page 106: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 101

ketahanan pangan berbasis agribisnis kerakyatan, utamanya yang bersinggungan

langsung dengan sektor perdagangan. Mengingat ketahanan pangan ini merupakan

pekerjaan yang sangat terkait dengan instansi maupun Kementerian lain, seperti

Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta pemerintah daerah

di seluruh Indonesia, maka rekomendasi kebijakan yang dihasilkan dari kajian BPPP

nantinya juga dapat disampaikan dan dikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait.

2. Peningkatan Efisiensi Sistem Rantai Pasok (Logistik dan Distribusi)

Upaya penguatan jaringan distribusi nasional masih menjadi salah satu isu perdagangan

yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah Indonesia pada 2015-2019. Oleh

karena itu, isu ini dituanngkan menjadi salah satu sasaran strategis Kementerian

Perdagangan 2015-2019. Sasaran strategis ini diterjemahkan oleh Kementerian

Perdagangan yang senantiasa berusaha menciptakan jaringan distribusi yang efisien

melalui penciptaan sarana dan kebijakan distribusi serta layanan logistik yang mendukung

dan sinergis.

Program pengkajian prioritas ini berusaha mengakomodasi tuntutan berbagai

stakeholders BPPP untuk memberikan masukan dan rekomendasi terkait dengan upaya

untuk mewujudkan sistem distribusi dan logistik yang efisien serta bagaimana upaya

memperbaiki sistem yang sudah ada saat ini. Mengingat logistik dan distribusi merupakan

sektor pendukung, maka program pengkajian ini juga sangat erat kaitannya dengan isu-isu

strategis:

a. Kedaulatan pangan;

b. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional);

c. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi;

d. Permasalahan pedagangan perbatasan;

e. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi;

f. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;

g. Akses pasar, fasilitasi, dan ketahanan perdagangan;

h. Percepatan peningkatan ekspor migas;

i. Integrasi ekonomi;

j. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan;

Berawal dari alasan inilah maka program ini masih sangat relevan dan tepat untuk

Page 107: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 102

dilaksanakan pada periode 2015-2019, utamanya terkait dengan peran BPPP untuk

senantiasa proaktif memberikan masukan kebijakan dalam rangka mewujudkan sistem

distribusi dan logistik yang efisien.

3. Penguatan Pasar Dalam Negeri dan Perdagangan Perbatasan

Program kajian prioritas penguatan pasar dalam negeri dan perdagangan perbatasan

diharapkan dapat memberikan masukan rekomendasi kebijakan untuk mengatasi dan

mengantisipasi berbagai isu yang berkembang dalam rangka menciptakan iklim usaha

nasional yang kondusif. Topik penguatan pasar dalam negeri dan perdagangan perbatasan

sangat relevan dengan isu-isu dalam lingkungan perdagangan yang berkaitan dengan:

a. Kedaulatan pangan

b. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri

c. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)

d. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi

e. Permasalahan perdagangan perbatasan

f. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan

g. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas

h. Pengamanan perdagangan

i. Integrasi ekonomi

j. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan

Isu-isu tersebut seringkali menjadi penyebab ketidakstabilan kebutuhan bahan pokok dan

barang strategis yang berujung pada ketidakstabilan harga, inflasi dan kemiskinan. Alasan

inilah yang membuat potensi permasalahan ini menjadi sangat penting untuk di antisipasi

oleh BPPP sebagai salah satu unit kerja dari lembaga yang mempunyai mandat untuk

mendukung menjaga stabilisas kebutuhan bahan pokok dan barang strategis. Dalam

keterkaitannya dengan hal tersebut, kajian mengenai hal ini masih relevan untuk dibahas

selama lima tahun ke depan. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan salah salah satu tujuan

dari Kementerian Perdagangan yang tersirat dalam dokumen Rencana Strategis 2015-

2019 dan Program Prioritas Pemerintah 2015-2019.

4. Peningkatan Perlindungan dan Pemberdayaan Konsumen

Program prioritas kajian peningkatan perlindungan konsumen merupakan prioritas

program yang sangat relevan mengingat isu-isu perlindungan konsumen berkembang

Page 108: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 103

sangat dinamis dan sangat dipengaruhi oleh isu perlindungan terhadap produsen dan

konsumen dalam negeri itu sendiri yaitu:

a. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri

b. Permasalahan perdagangan perbatasan

c. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan

d. Pengamanan perdagangan

e. Integrasi ekonomi

Upaya perlindungan konsumen selalu memerlukan saran-saran rekomendasi yang akurat

sehingga setiap kebijakan maupun terobosan yang dikeluarkan menjadi tepat sasaran dan

efektif. Disinilah peran BPPP yang menjadikan program ini menjadi salah satu program

pengkajian prioritas yang masih relevan untuk dilaksanakan pada 2015-2019.

5. Peningkatan Daya Saing Produk Indonesia

Program pengkajian prioritas peningkatan daya saing produk indonesia tidak hanya

terkait dengan peningkatan produk ekspor dan peningkatan citra produk ekspor dengan

diversifikasi produk ekspor dan diversifikasi pasar tujuan ekspor. Hal ini juga terkait

dengan isu perlindungan terhadap produsen dan konsumen dalam negeri yaitu :

a. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen DN

b. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)

c. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi

d. Permasalahan perdagangan perbatasan

e. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi

f. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;

g. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan

h. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas

i. Pengamanan perdagangan

j. Integrasi ekonomi

k. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan

l. Keterbatasan alat analisa

Selain itu, program ini juga menjadi salah satu agenda prioritas Presiden Joko Widodo

selama 2015-2019 yang juga menjadikannya masih sangat relevan untuk dilaksanakan

pada tahun 2015-2019 mendatang.

Page 109: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 104

6. Kebijakan Perdagangan Untuk Percepatan Investasi dan Hilirisasi

Kementerian Perdagangan menetapkan Kebijakan Perdagangan untuk percepatan

hilirisasi merupakan program prioritas yang menjadi jawaban atas kondisi kurang

optimalnya perkembangan industri hilir di Indonesia. Meskipun demikian, hal ini sangat

berhubungan erat dengan isu-isu lain yaitu:

a. Kedaulatan pangan

b. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi

c. Permasalahan perdagangan perbatasan

d. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi

e. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;

f. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan

g. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas

h. Pengamanan perdagangan

i. Integrasi ekonomi

j. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan

Oleh karena itulah program ini, dinyatakan masih sangat relevan dan layakuntuk

dilaksanakan dan dijadikan salah satu program prioritas kebijakan pada periode 2015-

2019 mendatang.

7. Percepatan Peningkatan Kinerja Ekspor

Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional yang berlandaskan Trisakti dan

Nawacita, sektor perdagangan berperan penting dalam mewujudkan kemandirian

ekonomi bangsa. Salah satu program prioritas pemerintah 2015-2019 dalam rangka

mewujudkan kemandirian ekonomi adalah meningkatkan daya saing produk-produk

Indonesia di pasar internasional.

Sejalan dengan misi tersebut, maka pada tahun 2015-2019 BPPP mengagendakan program

ini menjadi salah satu program prioritas untuk dilaksanakan. Selain karena merupakan

bagian terpenting dari misi Kementerian Perdagangan, program ini juga sangat terkait erat

dengan berbagai isu-isu lingkungan strategis perdagangan, yaitu antara lain :

a. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri

b. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)

c. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi

Page 110: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 105

d. Permasalahan perdagangan perbatasan

e. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi

f. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance

g. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan

h. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas

i. Pengamanan perdagangan

j. Integrasi ekonomi

k. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan

l. Keterbatasan alat analisa

8. Evaluasi dan Identifikasi Kerjasama Perdagangan Internasional

Integrasi ekonomi mempunyai dampak terhadap peningkatan jumlah kerjasama

multilateral, regional dan bilateral. Lambatnya proses perundingan dalam kerjasama

multilateral mengakibatkan banyak negara mencari alternatif kerjasama perdagangan

baik di tingkat regional maupun bilateral. Evaluasi dan Identifikasi terhadap kemungkinan

dibukanya hubungan kerjasama baik ditingkat regional maupun bilateral perlu

dilaksanakan agar manfaat dari pelaksanaan perjanjian kerjasama tersebut dapat

dirasakan bagi Indonesia termasuk didalamnya peningkatan peran dan kemampuan

diplomasi perdagangan internasional merupakan salah satu upaya untuk

memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia dalam forum multilateral, regional,

maupun bilateral.

Pada masa-masa mendatang, program ini akan semakin penting untuk dieksplorasi karena

hal ini sangat terkait erat dengan berbagai isu yaitu :

a. Kedaulatan pangan

b. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri

c. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)

d. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi

e. Permasalahan perdagangan perbatasan

f. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi

g. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;

h. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan

Page 111: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 106

i. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas

j. Pengamanan perdagangan

k. Integrasi ekonomi

l. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan

m. Keterbatasan alat analisa

Dalam keterkaitan dengan hal tersebut diataslah maka program ini masih sangat relevan

untuk dijadikan program pengkajian prioritas pada periode 2015-2019.

9. Analisis Kebijakan Kesiapan Indonesia dalam Perdagangan Jasa

Sektor jasa merupakan salah satu sektor yang sangat prospektif bagi Indonesia. Namun

demikian, Indonesia belum mempunyai kemampuan yang cukup dalam menghadapi

persaingan perdagangan jasa yang semakin terintegrasi. Program prioritas ini berusaha

menjawab tingkat tingkat kesiapan Indonesia dalam perdagangan jasa internasional.

Program ini juga sangat erat kaitannya dengan beberapa isu strategis perdagangan antara

lain:

a. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri

b. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)

c. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi

d. Permasalahan perdagangan perbatasan

e. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi

f. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance

g. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan

h. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas

i. Pengamanan perdagangan

j. Integrasi ekonomi

k. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan

l. Keterbatasan alat analisa

Hal tersebut di atas menjadi latar belakang yang menjadikan program prioritas pengkajian

ini masih relevan untuk dilaksanakan BPPP pada periode 2013-2015 mendatang sebagai

upaya memberikan analisis dan rekomendasi terkait peningkatan kesiapan Indonesia

dalam perdagangan jasa ini.

Page 112: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 107

10. Pengembangan Model / Alat Analisis Perdagangan Indonesia (MAP-INA)

Dalam rangka mengantisipasi dan merespon perkembangan di sektor perdagangan

diperlukan model/alat analisis yang sudah teruji dan user friendly yang dapat digunakan

dalam menganalisis kebijakan perdagangan baik yang bersifat komoditi, regional, nasional

maupun global. Untuk itulah pengembangan model/alat analisis menjadi suatu

keniscayaan dalam upaya menjawab berbagai tantangan dan permasalahan dalam

perdagangan Indonesia.

Program ini sangat relevan dan tepat untuk dijadikan salah satu program prioritas BPPP

2015-2019 sebagai unit yang senantisa dituntut proaktif dalam memberikan analisis dan

rekomendasi kebijakan terkait perdagangan Indonesia kepada pimpinan Kementerian

Perdagangan karena selain alasan tersebut di atas, hal ini juga sangat erat kaitannya

dengan isu :

a. Kedaulatan pangan

b. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri

c. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)

d. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi

e. Permasalahan perdagangan perbatasan

f. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi

g. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;

h. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan

i. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas

j. Pengamanan perdagangan

k. Integrasi ekonomi

l. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan

m. Keterbatasan alat analisa

Kerangka kelembagaan berdasarkan Permen PPN/Kepala Bappenas No.1/2014

didefinisikan sebagai “perangkat kementerian/lembaga -struktur organisasi, ketatalaksanaan,

dan pengelolaan aparatur sipil negara- yang digunakan untuk mencapai visi, misi, tujuan,

strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi

Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman kepada RPJM Nasional”. Kerangka

kelembagaan disusun dengan memperhatikan: Pertama, ketepatan fungsi dan juga ketepatan

Page 113: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 108

ukuran dari fungsi dan struktur organisasi. Kedua, kerangka kelembagaan juga harus

menciptakan sistem tata kelola pemerintahan (governance) yang terhubung dengan baik (well-

connected). Terakhir, organisasi yang telah dibentuk harus diisi dengan sumber daya manusia

aparatur/Aparatur Sipil Negara (ASN) yang profesional dan berintegritas. Apabila ketiga unsur

ini dapat terpenuhi maka diharapkan akan terjadi penguatan kapasitas kelembagaan.

Dengan memperhatikan arahan permen PPN tersebut, maka BPPP berusaha menyusun

kerangka kelembagaannya dengan lebih baik. Sebagai sebuah unit pendukung di lingkungan

Kementerian Perdagangan, BPPP berusaha menciptakan korelasi langsung antara unit-unit

kerja mulai dari level eselon II hingga IV dengan unit-unit teknis di lingkungan Kementerian

Perdagangan yang membutuhkan rekomendasi kebijakan. Oleh karena itu BPPP membagi unit

eselon II berdasarkan tugas dan fungsi Kementerian Perdagangan dalam mengelola sektor

perdagangan, yaitu sub-sektor perdagangan dalam negeri, sub-sektor perdagangan luar negeri,

dan sub-sektor kerjasama perdagangan internasional. Untuk mendukung pengelolaan

administrasi dan penyediaan dukungan teknis lainnya, maka BPPP juga dilengkapi dengan 1

unit sekretariat.

Secara umum, struktur organisasi BPPP mengalami perubahan yang cukup signifikan

mengingat tugas dan fungsinya yang juga berbeda. Berdasarkan Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor: 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perdagangan BPPP terdiri dari 5 unit Eselon II dan dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang

membawahi 4 (empat) Kepala Pusat dan 1 (satu) Sekretaris Badan. Namun, dengan keluarnya

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Perdagangan, Pusat Data dan Informasi Perdagangan yang sebelumnya

berada di dalam BPPP pindah ke Sekretariat Jenderal. Dengan demikian, BPPP terdiri dari 3

Pusat dan 1 Sekretariat Badan setingkat eselon II. Dalam menunjang pencapaian kinerja BPPP,

maka setiap unit eselon II telah memiliki tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Dalam

melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, setiap unit tersebut selalu berkoordinasi untuk

menciptakan sinergitas dalam rangka mencapai visi BPPP. Adapun perubahan nomenklatur

dalam struktur organisasi BPPP terdapat pada hal-hal sebagai berikut:

1. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan menjadi Badan Pengkajian

dan Pengembangan Perdagangan (BPPP);

2. Sekretariat Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan menjadi

Sekretariat Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (Set. BPPP);

Page 114: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 109

3. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri menjadi Pusat

Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri (Puska Dagri);

4. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Luar Negeri menjadi Pusat

Pengkajian Perdagangan Luar Negeri (Puska Daglu);

5. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional

menjadi Pusat Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional (Puska KPI);

6. Berkurangnya 1 unit eselon 2 di lingkungan BPPP yang semula terdiri dari 5 unit eselon 2

menjadi 4 unit eselon 2 dengan berpindahnya Pusat Data dan Sistem Informasi

Perdagangan (d/h Pusat Data dan Informasi) ke Sekretariat Jenderal.

7. Perubahan nomenklatur pada masing-masing unit eselon 3 dan 4 di setiap unit eselon 2 di

BPPP serta penambahan satu unit eselon 4 yang dibawahi langsung oleh Kepala Pusat yaitu

Subbagian Tata Usaha sesuai dengan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016

Secara umum, tugas yang dilaksanakan oleh unit Sekretariat dan unit Eselon II lainnya di

lingkungan BPPP merupakan penyediaan dukungan penyediaan kajian yang akan digunakan

sebagai bahan masukan penyusunan kebijakan perdagangan, baik di bidang perdagangan

dalam negeri, luar negeri, serta kerjasama perdagangan internasional. Pengaturan struktur

organisasi yang ada saat ini juga dimaksudkan agar segenap unit di lingkungan BPPP dapat

lebih responsif dalam menanggapi meningkatnya kebutuhan rekomendasi kebijakan

berdasarkan hasil kajian guna menyusun policy options dari setiap unit eselon I yang ada pada

Kementerian Perdagangan, disamping kajian yang dibutuhkan langsung oleh pimpinan

kementerian dalam penyusunan kebijakan perdagangan. Lebih lanjut, output yang dihasilkan

BPPP juga dirancang agar dapat merespon berbagai kebutuhan kajian yang bersifat jangka

pendek/ aktual strategis (current issue) maupun jangka panjang (long term study), serta

prakiraan (forecasting).

Sebagai contoh, kegiatan-kegiatan analisis dan studi di Pusat Pengkajian Dalam Negeri,

Luar Negeri, dan Kerjasama Perdagangan Internasional dibutuhkan sebagai masukan dalam

rangka penyusunan perumusan kebijakan perdagangan kepada pimpinan Kementerian

Perdagangan. Selanjutnya konsep atau masukan tersebut diangkat menjadi produk kebijakan

yang bermanfaat dalam upaya pengembangan sektor perdagangan.

Page 115: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 110

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja

Sebagai bagian dari restrukturisasi Kementerian Perdagangan, tugas pokok dan fungsi

BPPP kini lebih berfokus kepada penyusunan kajian dalam rangka penyusunan kebijakan.

Untuk itu, BPPP mendukung terhadap seluruh sasaran strategis Kementerian Perdagangan

melalui rekomendasi kebijakan yang dibutuhkan oleh pimpinan maupun unit eselon 1

lainnya di lingkungan Kementerian Perdagangan.

Rekomendasi kebijakan yang dibuat oleh BPPP tetap bersifat akademis namun juga

dirancang untuk dapat diakomodir dalam penyusunan suatu kebijakan. Selain itu, agar

kebijakan tersebut nantinya efektif, maka seluruh dampak kebijakan tersebut perlu

dikomunikasikan terlebih dahulu melalui sebuah mekanisme konsultasi publik. Salah satu

bentuk konsultasi publik tersebut adalah menyebarluaskan hasil kajian kebijakan

tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka BPPP menetapkan 2 indikator kinerja utama

untuk mengukur capaian kinerja BPPP selama 2015-2019, sebagai berikut:

Indikator Sasaran (Kinerja Utama)

Target (%)

2015 2016 2017 2018 2019

1. Persentase rekomendasi yang digunakan

untuk perumusan kebijakan di sektor

perdagangan

20 25 30 35 40

2. Persentase rekomendasi/masukan kebijakan

yang disampaikan ke K/L/D/I 10 15 20 25 30

Dari sasaran dan indikator kinerja utama (IKU) tersebut kemudian diturunkan ke dalam

sasaran dan indikator kinerja kegiatan (IKK) yang ada pada eselon II di lingkungan BPPP.

Adapun indikator kinerja kegiatan yang digunakan pada sasaran ini berasal dari seluruh

unit eselon II di lingkungan BPPP. Mengingat hasil IKU bersifat outcome (hasil

lanjut/dampak dari output), maka terdapat beberapa catatan dalam menerjemahkan IKU

ke dalam IKK, khususnya terkait penghitungan targetnya, yaitu sebagai berikut:

a. Jumlah target IKU pertama yaitu persentase rekomendasi kebijakan bukan

merupakan akumulasi jumlah target output pada level IKK yaitu

pengkajian/penelitian dan forum diskusi. Penentuan target IKU didasarkan pada fakta

Page 116: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 111

bahwa selama ini tidak semua hasil kajian yang akan sepenuhnya digunakan dalam

penyusunan kebijakan. Oleh karena itu, jumlah rekomendasi kebijakan dihitung

berdasarkan rekomendasi kebijakan yang disampaikan oleh BPPP kepada unit terkait

maupun digunakan oleh stakeholders, khususnya internal Kementerian Perdagangan.

b. Satuan target IKU kedua berbeda dengan satuan target IKK pendukungnya pada level

eselon II. Perbedaan ini terjadi karena target pada IKK merupakan keluaran (output)

dari kegiatan tahunan yang dikerjakan oleh unit eselon II. Sedangkan untuk target IKU

ditetapkan dari tindak lanjut terhadap output pada level IKK sehingga menghasilkan

dampak (outcome). Rincian sasaran dan IKK serta target output pada masing-masing

unit eselon II berdasarkan yaitu sebagai berikut:

Tersusunnya bahan perumusan rekomendasi dan atau masukan kebijakan di

bidang perdagangan dalam negeri (Layanan penelitian dan pengembangan di

bidang perdagangan dalam negeri):

Indikator Kinerja Kegiatan

Target

2015 2016 2017 2018 2019

1. Jumlah kajian di bidang perdagangan dalam

negeri (laporan) 20 21 22 23 24

2. Jumlah rekomendasi hasil forum diskusi di

bidang perdagangan dalam negeri

(rekomendasi) 4 4 5 5 6

Tersusunnya bahan perumusan rekomendasi dan atau masukan kebijakan di

bidang perdagangan luar negeri (Layanan penelitian dan pengembangan di

bidang perdagangan luar negeri):

Indikator Kinerja Kegiatan

Target

2015 2016 2017 2018 2019

1. Jumlah kajian di bidang perdagangan luar

negeri (laporan) 21 22 23 24 25

2. Jumlah rekomendasi hasil forum diskusi di

bidang perdagangan luar negeri

(rekomendasi) 4 4 5 5 6

Page 117: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 112

Tersusunnya bahan perumusan rekomendasi kebijakan di bidang kerjasama

perdagangan internasional (Layanan penelitian dan pengembangan di bidang

kerjasama perdagangan internasional):

Indikator Kinerja Kegiatan

Target

2015 2016 2017 2018 2019

1. Jumlah kajian di bidang kerjasama

perdagangan internasional (laporan) 10 14 18 20 22

2. Jumlah rekomendasi hasil forum diskusi di

bidang kerjasama perdagangan

internasional (rekomendasi) 4 4 5 5 6

Tersedianya pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan

organisasi di lingkungan Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

Indikator Kinerja Kegiatan

Target

2015 2016 2017 2018 2019

1. Layanan Perencanaan 1 1 1

2. Layanan Pemantauan dan Evaluasi 1 1 1

3. Layanan administrasi keuangan 1 1 1

4. Layanan manajemen sumber daya manusia 1 1 1

5. Jumlah hasil kajian yang disebarluaskan 20 22 24

6. Jumlah kerjasama kelitbangan 3 3 3

7. Layanan kesekretariatan tim pertimbangan

kepentingan nasional 1 1 1

8. Layanan Perkantoran 1 1 1

9. Layanan Internal Oraganisasi 1 1 1

4.2. Kerangka Pendanaan

Pendanaan merupakan salah satu sumber daya terpenting dalam mencapai target

kinerja BPPP selama 5 tahun ke depan. Oleh karena itu perlu disusun kerangka pendanaan

yang memadai baik yang mencukupi untuk kegiatan operasional maupun kegiatan terkait

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPPP dalam menghasilkan kajian sebagai bahan

rekomendasi kebijakan. Kerangka pendanaan BPPP mengalami perubahan yang cukup

Page 118: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 113

signifikan mengingat adanya pengurangan unit eselon II. Berikut dipaparkan prakiraan

maju kebutuhan pendanaan BPPP selama 2015-2019 berdasarkan lampiran Renstra

Kementerian Perdagangan 2015-2019.

Matriks rencana kerangka pendanaan BPPP 2015-2019

(dalam juta rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019

Pagu BPPP 64.183,70 57.391,47 38.740,50 41,360,00 43,430,00

Sumber: Renstra Kementerian Perdagangan 2015-2019 Catatan: Pagu 2015-2016 masih termasuk pagu Pusdatin

Secara normatif, prakiraan maju pendanaan BPPP dihitung menggunakan aplikasi

Rencana Kerja (Renja) yang kemudian mulai tahun 2017 ini berganti menjadi KPJM dan

KRISNA yang dikeluarkan oleh Bappenas. Pagu yang ada pada aplikasi ini menjadi pagu

baseline yang menjadi rujukan dalam penyusunan anggaran BPPP setiap tahunnya.

Mengingat fungsinya sebagai baseline, maka pagu ini dapat berubah menyesuaikan

peraturan/regulasi dan kondisi keuangan negara pada tahun yang bersangkutan.

Page 119: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 114

BAB V

PENUTUP

Rencana Strategis Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) 2015-

2019 disusun sebagai salah satu bagian dari implementasi Renstra Kementerian Perdagangan

2015-2019 pada BPPP dan dengan mempertimbangkan kepentingan para stakeholders terkait.

Dengan adanya Renstra yang berfungsi sebagai pedoman utama dalam menyusun rencana

kerja setiap tahunnya oleh unit-unit di lingkungan Badan Pengkajian dan Pengembangan

Perdagangan maka diharapkan perencanaan pelaksanaan rencana kerja akan lebih terarah

dalam rangka mendukung proses pembangunan berkesinambungan.

Dengan berpedoman pada RPJM Nasional 2015 – 2019 dan memperhatikan pedoman

penyusunan RPJMN dan Renstra K/L sebagaimana tertuang dalam Permen PPN/Bappenas

Nomor 1 Tahun 2014, dapat dipahami bahwa penyusunan kebijakan saat ini harus disertai

dengan background study, indepth analysis, analisis biaya manfaat dan sebagainya yang

merupakan berbagai bentuk dari kajian. Ini menunjukkan peran kajian yang semakin penting

sebagai masukan (input) utama dalam penyusunan kebijakan.

Sejalan dengan kondisi tersebut, BPPP sebagai unit pendukung di Kementerian

Perdagangan yang menghasilkan rekomendasi kebijakan dari kajian menghadapi tuntutan

untuk terus-menerus menghasilkan kajian beserta rekomendasi kebijakan yang berkualitas

sehingga mampu menjawab tantangan dan permasalahan pembangunan, khususnya di sektor

perdagangan. Tantangan ini dijawab dengan penetapan arah dan kebijakan yang dituangkan ke

dalam tujuan, sasaran, dan target indikator BPPP 2015-2019 dan direviu setiap tahunnya agar

selalu terbarui (update)

Berdasarkan fokus prioritas kebijakan di sektor perdagangan, maka selama lima tahun

ke depan BPPP memfokuskan kegiatan kajian yang ada pada bidang perdagangan luar negeri

dan perdagangan dalam negeri sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Renstra

Kementerian Perdagangan Tahun 2015 – 2019. Pelaksanaan seluruh program kerja di BPPP

selalu memperhatikan dinamika lingkungan strategis sektor perdagangan dan Kementerian

Perdagangan itu sendiri sebagai organisasi dimana BPPP berada.

Dengan demikian, di samping arah kebijakan yang telah ditetapkan selama 5 tahun ke

depan dalam Renstra Strategis, BPPP tetap akan melihat perkembangan yang dinamis baik di

Page 120: Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017bppp.kemendag.go.id/assets/files/RENSTRA_BPPP_2015-2019.pdf · diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan, seminar internasional

Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2017 115

lingkungan internal maupun eksternal BPPP untuk menjaga seluruh kegiatan BPPP dapat tetap

menghasilkan outcome/output yang dibutuhkan oleh sektor perdagangan pada umumnya dan

Kementerian Perdagangan khususnya. Untuk itu, setiap tahunnya akan diadakan penyesuaian

rencana strategis BPPP melalui review.