6
Review Seminar PGE Kelompok 1 (KADARZI)

Review Seminar PGE

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Review Seminar PGE. Kelompok 1 (KADARZI). Presenter : Ulil Nur Faris Aziz (101011108) Sekretaris : Tika Noor P ( 101011238 ). Pertanyaan. Hikmah Ridho ( 101011271) IMCI dr WHO, apa dijalankan di indonesia atau hanya mengkombinasi ? Jawab : [ oleh Dwika Sari (101011103)] - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: Review Seminar PGE

Review Seminar PGE

Kelompok 1(KADARZI)

Page 2: Review Seminar PGE

Presenter : Ulil Nur Faris Aziz (101011108)

Sekretaris : Tika Noor P (101011238)

Page 3: Review Seminar PGE

Pertanyaan

• Hikmah Ridho (101011271)IMCI dr WHO, apa dijalankan di indonesia atau hanya

mengkombinasi?Jawab: [oleh Dwika Sari (101011103)]

Program IMCI dari WHO dan UNICEF merupakan salah contoh program internasional serupa dengan program Kadarzi di Indonesia. Jika program Kadarzi hanya menekankan pada aspek pemenuhan gizi anak, maka program IMCI meliputi semua aspek yang mempengaruhi kesehatan anak baik dari pemenuhan gizi, kondisi lingkungan fisik dan psikis, serta pelayanan kesehatan. Jadi program Kadarzi di Indonesia merupakan salah satu usaha yang dilakukan dalam mendukung program IMCI secara global. Usaha yang dilakukan tentunya berbeda – beda di setiap negara. Begitu juga di Indonesia program disesuaikan dengan karakteristik masyarakat.

Page 4: Review Seminar PGE

• Lukman Hakim (101011037)Program kadarzi melibatkan kader, bagaimana pelaksana program

menjalin hubungan dgn kader? Apa indikatornya?Jawab: [oleh: Samir Husein (101011262)]

Pelatihan yang tepat terhadap kader mengenai program Kadarzi ini sangat dibutuhkan. Kader kadarzi biasanya ibu-ibu posyandu atau PKK, petugas kesehatan (pelatih) dapat melakukan pendekatan kekeluargaan, yakinkan bahwa masalah gizi (makanan bergizi dikeluarga) merupakan masalah yang penting untuk masa depan yang cerah dan kehidupan yang baik. Dgn pemberian persepsi seperti itu kader tentunya tertarik mengimplementasikan elemen kadarzi dlm kehidupan sehari2 shg kader bisa menyampaikan ke masyarakat yg lebih luas lagi. Tenaga kesehatan seperti bidan juga berperan cuku besar dlm memberikan persepsi tsb. Indikator keberhasilan adalah 1) Menimbang berat badan secara teratur, 2) memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eklusif), 3) Makan beraneka ragam, 4) menggunakan garam beryodium dan 5) Minum suplemen gizi (Tablet tambahdarah, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran.

Page 5: Review Seminar PGE

• Putri Anggita Sari (101011258) dan Romi D (101011265)Program kadarzi di Indonesia mencakup sasaran yang luas, bagaimana memonitoring dan memasarkan programnya?

Jawab : [oleh: Adelia Perwita Sari (101011056)]

Program Kadarzi tidak hanya melibatkan peran keluarga dan kader, tetapi juga pihak pemerintah dari tingkat desa, kecamatan, kota atau kabupaten, provinsi, sampai tingkat pusat. Dimana setiap level mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri – sendiri namun saling terkait. Misalnya di level keluarga menerapkan pembinaan untuk menerapkan perilaku kadarzi dan segera merujuk anggota keluarga yang mengalami masalah gizi. Di tiingkat desa dan kecamatan melakukan pemetaan wilayah mana yang rawan masalah gizi untuk dilaporkan ke level kota atau kabupaten. Level atas bertugas untuk melakukan advokasi dan sosialisasi masalah gizi dan menjalin kerjasama lintas sektor. Dengan adanya peran serta dari berbagai level ini maka kegiatan monitoring dan pemasaran dapat dilakukan walaupun mencakup wilayah sasaran yang luas.

Page 6: Review Seminar PGE

• Kartika Mega (101011239)sasaran Kadarzi ada kelompok UPGK, apa UPGK yg

mendukung kadarzi atau kadarzi yg mendukung UPGK?

Jawab: [oleh: Rekha Finazis (101011113)]

Kadarzi dan UPGK saling mendukung, karena kegiatan UPGK juga termasuk dalam Program KADARZI. UPGK merupakan salah satu perwujudan nyata dari program KADARZI. UPGK dititik beratkan pada penyuluhan di masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pemenuhan atau perbaikan gizi langsung intervensi pada masyarakatnya. Sedangakna Kadarzi meliputi hal yang lebih luas, tidak hanya pada pemberdayaan keluarga namun juga advokasi terhadap pengambil keputusan, sosialisasi dan kemitraan di berbagai sektor.