130
Tugas Mata Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja Bahaya Kerja Fisika Disusun Oleh: Amrina Rosyadah 04101003054 Anggun Makkyana 04101003033 Ayu Kurniati Sijabat 04101003061 Dewi Ayu Puspitasari 04101003012 Dian Kusuma Putri 04101003032 Elisa Br S Depari 04101003065 Fridon Pasaribu 04101003044 Harpri Br G Munthe 04101003050 Melisa Megayanti Turnip 04101003029 Nur Oktafiani 04101003042 Oktaria Susanti 04101003018 Riska Dwi Julianti 04101003024 Ronita Sitanggang 04101003030 Wida Veronika Sianturi 04101003063

revisi bahaya fisika

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: revisi bahaya fisika

Tugas Mata Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja

Bahaya Kerja Fisika

Disusun Oleh:

Amrina Rosyadah 04101003054

Anggun Makkyana 04101003033

Ayu Kurniati Sijabat 04101003061

Dewi Ayu Puspitasari 04101003012

Dian Kusuma Putri 04101003032

Elisa Br S Depari 04101003065

Fridon Pasaribu 04101003044

Harpri Br G Munthe 04101003050

Melisa Megayanti Turnip 04101003029

Nur Oktafiani 04101003042

Oktaria Susanti 04101003018

Riska Dwi Julianti 04101003024

Ronita Sitanggang 04101003030

Wida Veronika Sianturi 04101003063

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya

Page 2: revisi bahaya fisika

2014/2015Nama : Dewi Ayu Puspitasari

NIM : 04101003012

BAHAYA KERJA FISIKA SUHU/PANAS

LATAR BELAKANG

Keselematan kerja merupakan salah satu hal utama yang harus

diperhatikan di setiap lingkungan kerja, baik lingkungan kerja formal maupun

lingkungan kerja informal. Menurut Ridwan Harianto (2009:3) ilmu keselamatan

kerja adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara atau usaha

untuk memodifikasi peralatan atau proses kerja demi menghindari kecelakaan

yang mungkin terjadi di lokasi kerja.

Keselamatan di tempat kerja tentunya tidak akan terlapas dari bahaya

kerja. Bahaya kerja merupakan setiap kondisi di lingkungan kerja yang berpotensi

menyebabkan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja (Harianto,

2009:20). Berdasarkan penyebab bahaya kerja terdiri dari bahaya kimiawi, bahaya

fisika, bahaya biologis, bahaya ergonomis, serta bahaya psikologis.

Para pekerja kontraktor jalan raya merupakan salah satu komunitas yang

rentan mengalami bahaya kerja terutama bahaya kerja fisika yang meliputi

kebisingan, vibrasi, suhu lingkungan yang ekstrem (terlalu panas/terlalu dingin),

radiasi, dan tekanan udara. Suhu lingkungan tempat kerja yang terlalu ekstrem,

terlalu panas atau terlalu dingin, berbahaya terhadap kesehatan indivudu pekerja.

Manusia seperti juga binatang berdarah panas mempunyai kemampuan yang

terbatas untuk memelihara suhu tubuh terhadap temperatur disekitarnya.

Termoregulasi dapat dicapai oleh adanya keseimbangan dua faktor utama yang

menentukan tingginya suhu tubuh yaitu, produksi panas dari hasil metabolisme

tubuh dan kecepatan pembuangan panas memalui proses fisiologi tubuh. Suhu

lingkungan yang ektrem panas akan menimbulkan rasa cepat lelah, mengantuk,

berkurangnya penampilan kerja, dan meningkatnya kemungkinan kesalahan kerja

(Harianto, 2009:157).

1

Page 3: revisi bahaya fisika

Salah satu alat yang digunakan oleh para pekerja konstruksi di lokasi jalan

raya yang dapat mengakibatkan bahaya kerja fisika suhu ekstrem/panas adalah

aspal distributor. Aspal distributor merupakan truk atau kendaraan lain yang

dilengkapi dengan tangki aspal, pompa dan batang penyemprot. Umumnya alat ini

juga dilengkapi dengan pemanas yang bertujuan menjaga temperatur aspal serta

dilengkapi juga dengan hand sprayer (penyemprot tangan) yang berfungsi untuk

menyeprot bagian-bagian yang sulit dijangkau oleh batang penyemprot. Aspal

distributor digunakan untuk pemasangan lapis resap pengikat (prime coast) dan

lapis perekat (tack coast) agar memperoleh lapisan yang rata (Manual Pekerjaan

Campuran Beraspal Panas Buku-I : Petunjuk Umum, hal. 147).

Agar memperoleh lapisan yang merata, aspal harus dipanaskan pada

temperatur yang sesuai. Adapun temperatus pemanasan aspal dijabarkan dalam

tabel berikut:

2

Page 4: revisi bahaya fisika

(dalam Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas Buku-I : Petunjuk

Umum, hal. 148)

Dari tabel tersebut rata-rata temperatur pemanasan aspal antara 20-70° C dan >

30° C sedangkan menurut WGBT (wet bulb globe temperature) index Umumnya

di sektor industri telah ada konsensus bahwa suhu inti tubuh tidak boleh lebih dari

38°C. Kebanyakan individu akan merasa nyaman pada suhu udara 20-27° C, bila

lebih tinggi dari nilai ini maka tidak terasa nyaman, penampilan kerja akan

menurun, bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Harianto, 2009:160-

161).

Saat para pekerja konstruksi jalan raya mengoperasikan aspal distributor

mereka secara otomatis akan terpajan dengan suhu yang ektrem atau suhu yang

terlalu panas yang disebut heat stress. Heat stroke adalah gangguan yang paling

serius akibat heat stress. Biasanya heat stroke bermula dari heat exhaution yang

tidak ditanggulangi lebih lanjut. heat exhaution adalah ketiadakadekuatan atau

kolaps sirkulasi perifer (Batticaca, 2008), gangguan ini diakibatkan oleh

kegagalan tubuh untuk beradaptasi karena darah mengalir ke permukaan kulit

akibat vasodilatasi pembuluh darah kulit (Harianto, 2009). Heat stroke disebakan

oleh kegagalan mekanisme pengaturan panas tubuh dn merupakan gabungan dari

hiperpireksia (40,6°C) dan gejala-gejala neurologis. Gejalanya yaitu kulit

memerah, kering karena tubuh tidak mampu lagi menghasilkan keringat, lemah,

sakit kepala, rasa berputar, nadi cepat, kadang-kadang timbul kejang, kesadaran

menurun sampai koma. Selain itu, penyakit yang biasanya muncul akibat pajanan

terhadap lingkungan panas juga berupa kelainan kulit seperti heat edema,

erythema ag igne, intertrigo rash, dan heat rash, juga bisa berupa heat cramps,

heat exhaustion, heat syncope, serta hiperkapnia.

Risiko gangguan kesehatan bahaya kerja fisik di lingkungan panas sendiri

dapat dikendalikan dengan tiga cara, yaitu pengendalian administratif,

pengendalian teknik, serta penggunaan alat perlindungan diri. Pengendalian

administratif yang dapat dilakukan perawat berupa penyuluhan mengenai periode

aklimatisasi, yaitu suatu proses penyesuaian fisiologis terhadap lingkungan kerja

panas. Proses ini dimulai dengan pengurangan jam kerja pada hari pertama, dan

3

Page 5: revisi bahaya fisika

ditingkatkan pada hari-hari berikutnya sampai dapat bekerja penuh pada akhir

masa aklimatisasi. Kemudian anjurkan para pekerja untuk memenuhi kebutuhan

istirahat dengan jadwal pendek tetapi sering dan rotasi kerja yang memadai, serta

penyediaan air untuk rehidrasi yang memadai di lokasi kerja.

Pengendalian teknik merupakan usaha pengendalian panas dengan

mengurangi produksi panas metabolik tubuh, biasanya dilakukan dengan cara

mengurangi pertambahan panas secara seperti melapisi permukaan benda-benda

yang panas dengan bahan yang memiliki emisi rendah, misalnya alumunium atau

cat. Alat perlindungan diri yang bisa dianjurkan pada para pekerja yaitu dengan

memakai baju yang tipis dan berwarna terang agar pengeluaran panas tubuh

melalui proses evavorasi keringat lebih efisien. Selain itu, sarankan juga pekerja

untuk memakai kacamata yang dapat menyerap panas radiasi bila bekerja dengan

benda-benda yang sangat panas seperti aspal distributor.

Peran perawat sangat dibutuhkan dalam memberikan penyuluhan

keselamatan kerja serta sebagai tenaga paramedis bagi pekerja dibidang

konstruksi jalan raya untuk memfasilitasi kenyamanan serta keselamatan kerja di

lingkungan kerja. Diharapkan dengan adanya perawat sebagai tenaga kesehatan di

lingkungan kontraktor jalan raya, bahaya kerja fisika akibat suhu lingkungan

ekstrem dapat dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

Harrianto, Ridwan.(2009). Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta: EGC.

Manual pekerjaan campuran beraspal panas buku-I : Petunjuk umum.Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah.

Batticaca, F. B,.(2008). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

4

Page 6: revisi bahaya fisika

Nama : Dian Kusuma Putri

NIM : 04101003032

Bahaya Kebisingan Terhadap Keselamatan Kesehatan Kerja Pada

Kontraktor Proyek Pembangunan Jalan Raya

Latar Belakang

Sejalan dengan pertumbuhan industri sekarang ini jelas memerlukan

kegiatan tenaga kerja sebagai unsur dominan yang mengelola bahan

baku/material, mesin, peralatan dan proses lainnya yang dilakukan ditempat kerja,

gunamenghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat.Oleh karena

itu, tenaga kerja mempunyai peranan yang sangatpenting sebagai penggerak roda

pembangunan nasionalkhususnya yang berkaitan dengan sektor industri.

Disampingitu tenaga kerja adalah unsur yang langsung berhadapandengan

berbagai akibat dari kegiatan industri, sehinggasudah seharusnya kepada tenaga

kerja diberikan perlindungandan pemeliharaan kesehatan (A. M. Sugeng Budiono,

2003, dikutip oleh Sukmono, 2010).Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan

hal yang penting bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja

tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Perusahaan–perusahaan pada bidang konstruksi bangunan merupakan

salah satu yang berpengaruh besar dalam mendukung perkembangan

pembangunan di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan–perusahaan

konstruksi yang bersaing ketat untuk membuat suatu proyek akan adanya

persaingan, sehingga perusahaan harus mampu untuk meningkatkan efisiensi dan

efektifitas kinerjanya termasuk meningkatkan produktivitas dengan menggunakan

alat–alat produksi yang semakin komplek. Semakin kompleknya peralatan kerja

yang digunakan, maka semakin besar pula potensi bahaya kecelakaan kerja yang

ditimbulkan apabila tidak dilakukan penanganan dan pengendalian sebaik

mungkin. (Tjakra, Langi & Walangitan, 2013).Di samping itu, pekerjaan

konstruksi merupakan salah satu penyumbang kecelakaan kerja terbesar di

Indonesia (Stefiananto, 2013).

5

Page 7: revisi bahaya fisika

Bahaya kerja adalah setiap keadaan dimana dalam lingkungan kerja yang

berpotensi untuk terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja. Salah

satu bahaya kerja adalah bahaya fisik yang mencakup kebisingan, vibrasi, suhu

lingkungan kerja yang terlalu ekstrim, radiasi dan tekanan udara. (Harrianto,

2009).

Salah satu faktor fisik di tempat kerja, dalam hal ini proyek jalan raya,

adalah kebisingan. Kebisingan di lingkungan kerja dapat menyebabkan gangguan

yang bersifatauditoridanexraauditori. Tenaga kerjadapat mengalami gangguan

konsentrasi, gangguan komunikasi, gangguan berpikir, penurunan kemampuan

kerja, emosi meningkat, otot menjadi tegang dan metabolisme tubuh menjadi

meningkat.Saat kebisingan ini melebihi ambang batas, dampaknya dapat berupa

penurunan kemampuan mendengar, pergeseran ambang pendengaran, dan

sebagainya (Suma’mur, 2009, dikutip Saputro, 2011).

Kebisingan pada proyek pembuatan jalan raya ditimbulkan oleh alat-alat

yang dipakai selama proses pembuatan jalan raya(Suma’mur, 2009, dikutip

Saputro, 2011).Alat-alat yang dipakai dalam konstruksi jalan raya yaitu alat gali,

truk, dozer, grader, alat pemadat, jackhammer, loader, dan lain sebagainya. Alat-

alat tersebut memiliki desibel level yang besar dan bersifat kontinuitas yang

melebihi nilai ambang batas pendengaran manusia sehingga dapat menimbulkan

masalah pada pendengaran dan gangguan lainnya.

Dalam bahasa K3, National Institute of Occupational Safety and Health

(NIOSH) telah mendefinisikan status suara atau kondisi kerja dimana suara

berubah menjadi polutan secara lebih jelas, yaitu :

a. suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 104 dBA

b. kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi tingkat

kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam.

Tabel tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh alat-alat dalam kontruksi jalan raya

Alat Tingkat kebisingan (dBA)

Backhoe 80

Ballast Equalizer 82

Ballast Tamper 83

Compactor 82

6

Page 8: revisi bahaya fisika

Dozer 85

Grader 85

Jackhammer 88

Loader 85

Roller 74

Truck 88

Di Indonesia, intensitas bising di tempat kerja yang diperkenankanadalah

85 dB untuk waktu kerja 8 jam per hari, seperti yang diaturdalam Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor :

KEP.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) untukkebisingan di

tempat kerja (Kepmenaker, 1999).

Tabel batasan waktu dan pajanan kebisingan :

7

Page 9: revisi bahaya fisika

Untuk pencegahan gangguankesehatan akibat dari kebisingan, perawat

sebagai tenaga kesehatan di tingkat primer memiliki peranan dalam pemberian

penkes (pendidikan kesehatan) kepada para tenaga kerja proyek pembuatan jalan

raya tentang bahaya kebisingan akibat alat-alat yang dipakai dalam proses

pembuatan jalan dan pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD) selama

proses pengerjaan.

Ada dua jenis alat pelindung pendengaran (hearing protection) yang dapat

dipakai, yaitu : (healthsafetyprotection.com)

1. Ear Plug : dimasukkan untuk memblokir saluran telinga. Ear plug

berbentuk premolded (preformed) atau moldable (busa). Ear plug

umumnya dijual sebagai produk sekali pakai (disposable) atau dapat

digunakan kembali (reusable).

2. Ear muff  : Penutup telinga yang terbuat dari bahan yang lembut yang

dapat menurunkan kebisingan dengan cara menutupi semua bagian telinga

dan ditahan/dipegang oleh head band.

REFERENSI

Anonim.2011.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26007/4/Chapter

%20II.pdfdiperoleh pada tanggal 7 Februari 2014).

Anonim. 2011. Alat pelindung pendengaran (hearing protection).

(http://healthsafetyprotection.com/alat-pelindung-pendengaran-hearing-

protection/diperoleh pada tanggal 7 Februari 2014).

Harrington, J.M. 2011. Buku sakuKesehatan kerja. Jakarta : EGC

Harrianto, Ridwan. 2009. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta : EGC.

Saputro, Prawida Galih. 2011. Pengaruh kebisingan terhadap kelelahan umum

pada tenaga kerja penggilingan padi di Desa Kagokan Sukoharjo.

Skripsi.Universitas Sebelas Maret : Fakultas Kedokteran.

(http: //eprints.uns.ac.id/7608/1/215950202201210251.pdfdiperoleh pada

tanggal 7 Februari 2014).

8

Page 10: revisi bahaya fisika

Stefiananto, Arfian. 2013. Kajian Dokumen Rencana Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Kontrak Kontraktor pada Proyek Jalan dan Evaluasi Penerapannya di

Lapangan (Studi Kasus pada Dua Proyek Konstruksi Jalan di DIY). Skripsi.

Universitas Gadjah Mada : Fakultas Teknik. http:// abstract.ft.ugm.ac.id/?

p=130 diperoleh pada tanggal 7 Februari 2014).

Sukmono, Daniel Haris.2010.Pengaruh kebisingan terhadap tingkat kelelahan

kerja di penggilingan padi desa Griyan Kelurahan Baturan Kecamatan

Colomadu Kab.Karanganyar. Skripsi. Universitas Sebelas Maret :Fakultas

Kedokteran.( http: //eprints.uns.ac.id/6551/1/139271108201008351.pdf

diperoleh pada tanggal 7 Februari 2014).

Tjakra,MariscaImaculataFiraniMentang J., J. E. Ch. Langi&D. R. O. Walangitan.

2013.

E

valuasipenerapansistemmanajemenkeselamatandankesehatankerjapadapenin

gkatanfasilitasPTTrakindoUtama Balikpapan. Jurnal Sipil Statik, 1(5) 318.

U.S Departement Of Transportation (Federal Highway Administration).

Contruction Noise Handbook.

(

https://www.fhwa.dot.gov/environment/noise/construction_noise/handbook/

handbook09.cfm diperoleh pada tanggal 7 Februari 2014).

9

Page 11: revisi bahaya fisika

Nama : Anggun Makkyana

NIM : 04101003033

Bahaya Fisika (Getaran) Terhadap Kesehatan Keselamatan Kerja pada

Operator Alat Jackhammer di Proyek Pembangunan Jalan

Latar Belakang

Bahaya kerja adalah setiap keadaan dalam lingkungan yang berpotensi

untuk terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja. Bahaya kerja ini

meliputi bahaya kerja kimiawi, fisik, biologis, ergonomis, dan psikologi

(Harianto, 2012). Bahaya ini bila tidak tidak ditanggulangi dengan baik akan

mengganggu kesehatan pekerja. Bahkan akan mengakibatkan kecelekaan kerja.

Dalam lingkungan kerja proyek jalan raya ada banyak dampak bahaya

yang ditimbulkan. Dalam hal ini saya akan menjelaskan tentang bahaya fisika.

Bahaya kerja fisika yang terjadi contohnya panas, kebisingan dan getararan.

Bahaya fisika ini bisa disebabkan oleh penggunaan alat-berat. Terutama pada

pekerja pembangunan jalan yang sering bersentuhan dengan alat ini. Salah satu

contoh alat berat yang digunakan adalah Jackhammer.

Jackhammer adalah alat yang digunakan untuk mengebor batuan keras

untuk kemudian diledakan seperti crawling drill, hanya saja jackhammer ini

dioperasikan oleh manusia langsung, maka tenaga manusianya harus kuat untuk

melawan tekanan jackhammer (Pranama, 2010). Pada proyek pembangunan

jalan, alat ini digunakan untuk mengebor jalanan yang rusak seperti berlobang

sebelum dilakukan pembangunan jalan kembali.

Jackhammer ini cukup berat yaitu 29 kg (Putra, 2011). Alat ini memiliki

kekuatan tiap pukulan sebesar 60 joule, dan kecepatan pukulan sebesar 1030/

menit menjadikan mesin bobok ini memiliki daya penghancur yang sangat baik

sebesar 2700Kg/ jam atau 21 ton/ hari. Kecepatan pukulan pada alat ini

menghasilkan getaran.

10

Page 12: revisi bahaya fisika

Efek getaran ini terhadap kesehatan menimbulkan kelaian dari

mikrosrkulasi perifer, cols-induced Raynaud phenomenon atau vobration white

finger, dan kelaian nerulogik pada sistem perifer. Efek ini terhadap kesehatan

secara kolektif disebut hand-arm vibration syndrome (HAVS) yang dapat

mengakibatkan kerusakan dan cacat. Efek getaran yang dtimbulkan tergantung

dari besarnya getaran, lama penggunaan dan frekuensinya. Semakin lama pekerja

menggunakan alat-alat tersebut dan semakin cepat getarannya maka makin tinggi

risiko terkena HAVS. Makin pendek periode laten, makin berat HAVS yang

terjadi bila pajanan pada tangan dengan alat-alat yang bergetar tetap berlanjut.

Frekuensi yang berkisar antara 2-1500 Hz berpotensi untuk menimbulkan

kerusakan jaringan meskipun frekuensinya relatif kecil berkisar antara 5-20 Hz

sudah berbahaya. Kerusakan seringkali dialami seperti tidak tahan terhadap dingin

(cold intolerance), sensibilitas berkurang, otot menjadi lemah, kehilangan

koordinasi dari tangan, ketrampilan berkurang, dan tangan menjadi kejang.

Akibatnya HAVS ini menyebabkan menurunnya kualitas hidup seseorang.

Sebagai seorang perawat kita bisa mengajarkan tentang pencegahan agar

pekerja terhindar dari HAVS. Meliputi i) modifikasi kerja untuk mengurangi

paparan getaran; ii) evaluasi kesehatan; iii) cara kerja sehari-hari; dan iv)

pendidikan bagi pekerja.

Modifikasi kerja untuk mengurangi paparan getaran dilakukan dengan

mengajarkan kepada pekerja yang bekerja dengan alat-alat tangan yang bergetar

perlu memakai sarung tangan hangat dengan multi lapisan dan sebaiknya

memakai sarung tangan anti getaran bila memungkinkan.

Perlu ditentukan lamanya terpapar getaran dan waktu istirahat untuk

menghindari pajanan getaran yang terus menurus. Pekerja yang menggunakan alat

bergetar terus menerus perlu mengambil waktu istirahat 10 menit tiap jam selama

penggunaan alat bergetar tersebut.

Perawat juga mengajarkan kepada pekerja sebaiknya tidak memegang alat

tersebut secara kuat. Memegangnya secara ringan, konsisten dengan sikap kerja

yang aman. Karena semakin kuat memegang, maka semakin banyak getaran yang

ditransmisikan ke jari-jari dan tangan. Bila memungkinkan selain memegang

dengan ringan pekerja bekerja dengan posisi tangan yang bervariasi.

11

Page 13: revisi bahaya fisika

Pekerja yang akan menggunakan alat-alat tangan bergetar perlu diberikan

pelatihan tentang bahaya getaran dan mereka perlu diajarkan bagaimana

meminimalisasikan efek getaran tersebut. Pekerja perlu diberitahukan gejala-

gejala awal HAVS sehingga mereka dengan segera mencari pengobatan dan

perawatan agar terhindar dari gejala yang semakin parah. Pekerja yang merokok

lebih rentan terkena HAVS daripada mereka yang tidak merokok. Hal ini

disebabkan karena tembakau dapat mempengaruhi aliran darah. Dan pekerja yang

terkena HAVS dengan merokok biasanya menderita lebih parah, itu sebabnya

mereka yang bekerja dengan alat-alat bergetar dilarang merokok. (Samara, 2006)

Daftar Pustaka

Harrianto, Ridwan. 2009. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta : EGC.

Harington, J.M. (2011). Buku saku kesehatan kerja. Jakarta : EGC.

Keputusan Mentri Tenaga Kerja Nomor : KEP.51/MEN/I999 Tanggal : 16 April

1999

Pranama, Sangga. (2010). Jack hammer.

http://sanggapramana.wordpress.com/2010/07/23/jackhammer/ diakses

tanggal 7 Februari 2014.

Putra, Kiagus Rachmadi Eka. (2011). Alat bongkar jack hammer.

http://kiagusrachmadi-kaem.blogspot.com/2011/10/jack-hammer.html

diakses tanggal 7 Februari 2014.

Panitia Bulan K3. (2010). Getaran.

http://k3pelakan.blogspot.com/2010/10/getaran.html diakses tanggal 7

Februari 2014.

Samara, Diana. (2006). Diagnosis dan penatalaksanaan hand-arm vibration

syndrome pada pekerja pengguna alat yang bergetar. Universa Medicina,

25 (3), 134-137.

12

Page 14: revisi bahaya fisika

Nama : Harpri Br G Munthe

Nim : 04101003050

BAHAYA FISIKA

Dampak Radiasi Sinar Ultraviolet terhadap Petugas Polantas di Indralaya

Latar belakang:

Sinar matahari merupakan sumber energi terbesar dibumi. Sinar matahari

sangat berguna bagi kesehatan manusia, sebagai contoh matahari mengandung

vitamin D. sinar matahari mengubah provitamin D menjadi vitamin D sehingga

sangat bermanfaat untuk tulang (Bambang, 2007). Sinar matahari diterima oleh

tubuh dengan cara radiasi. Radiasi merupakan energy yang dihantarkan,

dipancarkan, dan diserap dalam bentuk partikel atau gelombang (Harrington dan

Gill, 2003).

Jenis-jenis sinar radiasi UV, yaitu:

1.    Sinar UV-A

UV-A adalah sinar UV yang paling banyak menimbulkan radiasi, dengan

panjang gelombang 100-290 nm. Sinar UV-A meliputi 95% radiasi yang

mencapai permukaan bumi dan 30-50 kali lebih umum dari sinar UV-B

walaupun kurang intens. Radiasi UV-A menembus sampai dermis dan dapat

merusak serat-serat yang berada di dalamnya. Selain itu, UV-A dapat

menembus kaca. Intensitas radiasi UV-A lebih konstan daripada UV-B. Efek

yang ditimbulkan adalah pigmentasi kulit, kerusakan kulit dan kerutan.

2.    Sinar UV-B

UV-B memiliki panjang gelombang 290-320 nm. Sinar ini biasanya hanya

merusak lapisan luar kulit (epidermis). Sinar UV-B memiliki intensitas

13

Page 15: revisi bahaya fisika

tertinggi saat sinar matahari terang (antara jam 10:00-14:00). Sebagian sinar

UV-B terblokir oleh lapisan ozon di atmosfer. UV-B tidak menembus kaca.

Dalam jumlah kecil, radiasi UV-B bermanfaat untuk sintesis vitamin D

dalam tubuh, tetapi paparan berlebihan dapat menimbulkan kulit kemerahan

atau terbakar dan efek berbahaya sintesis radikal bebas yang memicu eritema

dan katarak. Sinar ini juga menyebabkan kerusakan fotokimia pada DNA sel

sehingga memicu tumbuhnya kanker kulit.

3.    Sinar UV-C

UV-C memiliki panjang gelombang 320-4 nm. UV-C menimbulkan

bahaya terbesar dan menyebabkan kerusakan terbanyak. Namun, mayoritas

sinar ini terserap di lapisan atmosfer (ozon). Dengan meluasnya kerusakan

lapisan ozon karena pelepasan bahan kimia tertentu ke lingkungan, seperti

CFC (Freon) dan lainnya, akan banyak UV-C yang lolos ke bumi dan

menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi manusia.

Namun disamping memiliki banyak manfaat terhadap manusia, radiasi

matahari bisa menyebabkan damapak negative terhadap kesehatan manusia.

Radiasi matahari dikenal dengan radiasi sinar UV. Radiasi UV dalam jumlah yang

banyak dapat menimbulkan kulit terbakar, kanker kulit, dan penuaan dini. Selain

dampak umum diatas, efek yang ditimbulkan dapat berupa efek fisiologis yaitu

Efek yang mengakibatkan gangguan pada organ-organ tubuh manusia berupa,

kanker otak dan pendengaran, tumor, perubahan pada jaringan mata termasuk

retina dan lensa mata, gangguan pada reproduksi, hilang ingatan, kepala pening.

dan psikologi yaitu timbulnya stress dan ketidaknyamanan karena penyinaran

radiasi berulang-ulang.

Banyak orang yang beresiko terkena dampak negative dari radiasi UV.

Terutama orang-orang yang bekerja di tempat-tempat yang langsung terpapar

sinar matahari. Misalnya, salah satunya yang paling sering dilihat yaitu polisi lalu

lintas. Polisi lalu lintas (Polantas) adalah orang yang bekerja di jalan raya yang

bertugas untuk mengatur ketertiban dan kelancaran lalu lintas kendaraan.

14

Page 16: revisi bahaya fisika

Polantas biasanya bekerja mulai dari pagi hingga malam hari secara

bergantian.umumnya padapagi hari hingga siang hari. Dimana pada siang hari

Polantas harus siap berdiri dan bekerja dibawah paparan sinar matahari langsung.

Sesuai pembahasan sebelumnya dilihat dari dampak negative yang ditimbulkan,

polantas sangat beresiko terhadap penyakit-penyakit diatas. Salah satu yang

menjadi keluhan Polantas ialah luka bakar matahari (sunburn) namun masih

dalam tahap ringan.

Sunburn dikategorikan pada luka bakar stadium 1. Biasanya orang yang

berkulit putih lebih rentan terkena karena mengandung lebih sedikit melanosit

yaitu pigmen daripada orang yang berkulit hitam. Ciri-ciri sunburn ialah

permukaan kulit kemerahan, terasa panas, dan nyeri bila disentuh. Namun jika

secara terus-menerus terpajan sinar matahari dalam jangka panjang akan beresiko

kanker kulit.

Sehubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja hal-hal tersebut

diatas dapat diatasi. Untuk langkah pencegahan, biasanya setiap pekerja diberikan

penyuluhan dan anjuran dalam mengatasinya. Misalnya sebagai Polantas, mereka

dianjurkan memakai topi, pakaian dinas yang berlengan panjang, kacamata

pelindung dari sinar matahari, memakai krem atau pelembab, dan mengurangi

pajanan matahari yang terlalu sering.

Untuk pengobatan akan sunburn dapat dilakukan menggunakan obat-

obatan tradisional dan medik misalnya, gel lidah buaya dioleskan pada kulit yang

terkena sunburn, Krim cukur yang mengandung menthol dan bahan kimia lainnya

yang secara alami mampu mendinginkan dan membuat kulit terasa enak, Mandi

Air Dingin, Baking soda menciptakan lingkungan basa yang bisa menenangkan

kulit serta bersifat antiseptik dan dapat membantu mengatasi rasa gatal karenanya,

Madu yang bersifat antibakteri dan beberapa studi memang telah menunjukkan

bahwa madu dapat membantu menyembuhkan luka, vitamin E, saleb atau krim

resep dari dokter, dll.

Peran perawat:

Sebagai perawat hal yang dapat dilakukan ialah mulai dari pencegahan, perawatan

juga rehabilitasi. Seorang perawat memberikan penyuluhan bisa kolaborasi

15

Page 17: revisi bahaya fisika

dengan tenaga kesehatan lainnya dalam pemberian penyuluhan mengenai K3

(keselamatan dan kesehatan kerja). Melakukan pelatihan K3 kepada para pekerja

sehubungan dengan resiko pekerjaan mereka. Selain itu peran perawat lainnya

dapat berupa:

1. Care giver : pemberi asuhan keperawatan

2. Counselor : pemberian bimbingan/konseling klien

3. Educator : sebagai pemberi pendidikan

4. Consultan : sumber informasi yang dapat membantu memecahkan masalah

klien.

5. Perawat juga bisa memberikan penyuluhan mengenai pemakaian obat-

obatan herbal (terapi komplementer) seperti, untuk menjaga kelembapan

kulit dapat menggunakan alpukat, minyak zaitun, lidah buaya, dll.

Daftar Pustaka

Harrington, dan Gill. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta: ECG.

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.

Jakarta: EGC.

Utoyo, bambang. 2007. Geografi: Membuka Cakrawala Dunia untuk Sekolah X

Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Bandung: PT. Setia Purna Inves.

16

Page 18: revisi bahaya fisika

Nama : Elisa Br S Depari NIM : 04101003065

Bahaya fisika_Panas pada Tempat Kerja POLANTAS

Latar belakangLingkungan pekerjaan yang memenuhi syarat kesehatan sangat

didambakan oleh setiap pekerja, untuk dapat merasakan kenyaman dalam

melakukan aktifitas kerja. Hal ini penting untuk meningkatkan gairah dan

semangat kerja, sehingga akhirnya dapat meningkatkan produktifitas kerja. Tetapi

kenyataannya yang kita jumpai di lapangan lebih banyak lingkungan kerja tidak

sesuai dengan apa yang didambakan oleh pekerja untuk memelihara kenyamanan

mereka selama bekerja.

Lingkungan kerja yang sehat meliputi;   penerangan tempat bekerja yang

baik, ventilasi udara yang cukup, penataan dan disain tempat kerja yang baik,

pengaturan suhu udara ruangan memenuhi standar, kamar mandi dan tempat

pembuangan tinja yang memenuhi syarat, sumber air bersih yang memenuhi

syarat, pembuangan air limbah atau mempunyai alat untuk memperoses limbah

yang dibuang, tempat pembuangan sampah khusus untuk bahan2 yang berbahaya,

kantin pekerja yang memenuhi syarat, tersedia ruang istirahat khusus dan tempat

ibadah, tersedia ruang ganti pakaian,  memiliki ruang isolasi untuk bahan-bahan

yang berbahaya atau mesin-mesin yang hiruk pikuk.

Lingkungan yang disebutkan diatas pada umumnya merupakan tempat

kerja dalam ruangan. Hal yang berbeda pada lingkungan kerja polisi lalu lintas.

Lingkungan kerjanya di jalan raya, sehingga sulit dimodifikasi untuk menciptakan

kondisi yang nyaman. Semuanya tergantung dari kondisi alam. Pada lingkungan

kerja polisi lalu lintas aspek lingkungan kerja ini penting untuk melihat kinerja

POLANTAS.

Penomena yang ada di jalan raya, mencerminkan lingkungan kerja polisi

lalu lintas jauh dari lingkungan kerja yang nyaman. Bila dilihat dari kerja Polantas

dalam mengatur lalu-lintas, maka tidak dapat dihindari bahwa sebagian besar

waktu para Polantas berada di jalan raya dengan lingkungan fisik yang buruk

17

Page 19: revisi bahaya fisika

setiap harinya, seperti suhu yang tinggi. Suhu yang tinggi disebabkan karena

paparan sinar matahari langsung. Dengan suhu lingkungan yang ekstrem

menyebabkan Polantas sewaktu bekerja akan mengalami keluhan. Keluhan

tersebut berkaitan dengan ketidaknyamanan sewaktu bekerja dan akan

mengurangi kualitas kerja Polantas.

Polantas yang bekerja di jalan raya setiap harinya akan mengalami

ketidaknyamanan tersebut terutama pada musin kemarau. Hal ini berkaitan

dengan suhu lingkungan di tempat kerja tersebut akan semakin tinggi. Tingginya

suhu di jalan raya tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti efek

rumah kaca yang meningkatkan suhu permukaan bumi, asap kendaraan bermotor,

pantulan dari panas dari jalan raya, tiang listrik, atap rumah dan kaca-kaca

gedung dan kurangnya jumlah pohon di pinggir jalan. Suhu tubuh dipelihara

dalam batas sempit oleh mekanisme homeostatic yang efisien, meskipun variasi

diurnal sekitar 0,5-1C. Aklitimasi terhadap panas dimungkinkan selama 10 hari

dan dimungkinkan dengan pengeluaran keringat yang berlipat.

Berdasarkan penjelasan diatas bahaya fisika dilingkungan kerja Polantas

terkait dengan panas sangat berisiko mengganggu kesehatan para Polantas.

Beratnya efek kesehatan karena panas lebih tinggi pada lingkungan kerja tersebut

tergantung pada suhu, kelembapan dan lamanya pemajanan. Efek panas tersebut

bagi kesehatan Polantas adalah kelesuan, mudah marah, tidak nyaman; kinerja

menurun dan kurang konsentrasi; kemerahan pada kulit; kekakuan pada otot;

kecapaian bahkan stroke panas.

Oleh karena itu perlu tindakan yang lebih serius untuk mengurangi

masalah kesehtan akibat bahaya fisika yang ada di lingkungan kerja Polantas.

Peran perawat untuk menanggulangi masalah tersebut yaitu dengan memberikan

pendidikan kepada para Polantas terkait efek panas (suhu ektrem) bagi kesehatan.

Memberikan informasi penanggulanagan masalah jika Polantas tersebut telah

mengalami masalah kesehatan. Semua efek kekakuan akibat panas diatasi dengan

pendinginan dan pemberian garam dan air. Kecapaian akibat panas dan stroke

panas menunjukkan kegagalan mekanisme pengaturan suhu dan memerlukan

tindakan cepat dengan pendinginan yang efektif dengan cairan dan elektrolit

secara intravena. Selain itu penting juga untuk menganjurkan para Polantas untuk

18

Page 20: revisi bahaya fisika

meningkatkan asupan cairan untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh

serta penggunaan APD seperti pakaian lengan panjang,celana panjang, topi,

sepatu dan lain-lain.

APD yang disediakan harus memenuhi syarat :

1. Harus memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya yang

dihadapi tenaga kerja/sesuai dengan sumber bahaya yang ada.

2. Tidak mudah rusak

3. Tidak mengganggu aktifitas pemakai.

4. Mudah diperoleh dipemasaran.

5. Memenuhi syarat spesifik lain.

6. Nyaman dipakai.

Dalam program pengadaan APD untuk melindungi POLANTAS dalam

bekerja, maka penyimpanan, pemeliharaan APD sebaiknya dibilik yang sangat

sensitif terhadap perubahan tertentu, waktu kadaluarsanya dan tidak akan

menimbulkan alergi terhadap sipemakai serta tidak menularkan penyakit.

Daftar pustaka

Anonim. (2013). Suhu di Sini Sudah Mencapai 340 C, Hutan Lindung dan Hutan Kota Perlu di Lestarikan. Dari http://green.kompasiana.com/penghijauan/2013/03/30/suhu-di-sini-sudah-mencapai-340-c-hutan-lindung-dan-hutan-kota-perlu-di-lestarikan-547011.html diperoleh 26 Februari 2014

Buchori (2007). Manajemen Kesehatan Kerja dan Alat Pelindung Diri. USU Repository. ; http://www.library.usu.ac.id diperoleh 25 Februari 2014

Harrington, J.M.(2003). Buku Saku Kesehatan Kerja Edisi 3. Jakarta : EGC.

Nurmalia.(2010). Pengaruh Persepsi tentang Lingkungan Kerja Fisik dan Tipe Kepribadian terhadap Agresivitas Polisi Lalu Lintas.Dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5326/1/NURMALA-FPS.pdf diperoleh 25 Februari 2014

19

Page 21: revisi bahaya fisika

Nama : Ronita Sitanggang

NIM : 04101003030

Tugas K3 Pada POLANTAS Tentang Kebisingan Dengan Penyakit Noise

Induced Temporary Threshold Shift (NITTS)

1. Latar Belakang

POLANTAS adalah Polisi Lalu Lintas yang bekerja untuk mengatur arus

kendaraan dijalan agar tidak terjadi kemacetan dan kendaraan berjalan dengan

tertib. Berdasarkan fungsi dan tugas POLANTAS tersebut berpotensi untuk

mengalami gangguan pendengaran dikarenakan suara-suara dari kendaraan yang

lalu lalang. Pengertian bising itu sendiri adalah suara yang sangat komplek, terdiri

dari frekuensi- frekuensi yang acak yang berhubungan satu sama lain. Sedangkan

kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau

membahayakan.Bising berpengaruh terhadap POLANTAS, sehingga dapat

menimbulkan berbagai gangguan kesehatan antara lain gangguan pendengaran.

Penyakit yang disebabkan kebisingan atau Nioce Induced Hearing Loss (NIHL)

miliki dua tipe yaitu:

1. Noise Induced Temporary Threshold Shift (NITTS) atau tuli sementara

adalah berkurangnya pendengaran sementara yang dapat pulih setelah pajanan

terhadap bising dihentikan. Waktu yang dibutuhkan untuk kembali pulih darti

TTS berfariasi. TTS muncul setelah 2 menit dari pajanan. Semakin tinggi

intensitas dan jangka waktu panjanan, semakin tinggi pula TTS. Pemulihan TTS

segera setelah pajanan dihentikan dan hampir

seluruh proses pemulihan terjadi pada waktu 16 jam.

2. Noise Induced Permanent Threshold Shift (NIPTS) atau tuli permanen.

Adalah tuli tanpa penyembuhan walaupun pajanan dihentikan. Berkurangnya

pendengaran dimulai frekuensi 4000 Hz dan meluas ke frekuensi lain dengan

pajanan yang terus menerus. Tuli permanen dapat muncul tanpa adanyaTTS.

20

Page 22: revisi bahaya fisika

Pada POLANTAS berdasarkan kajadian yang kami tanyakan mereka

sering merasakan hilangnya pendengaran yang sementara sehabis kendaraan berat

lewat yang merupakan Noise Induced Temporary Threshold Shift (NITTS) atau

tuli sementara yaitu terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara

perlahan-lahan akan kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa

menit sampai beberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan.

Kenaikan ambang pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekwensi

4000 Hz, tetapi bila pemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang

pendengaran sementara akan menyebar pada frekwensi sekitarnya hingga dapat

mengakibatkan tuli permanen.

2. Peran Perawat

Peran perawat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan gangguan

telinga temporer dapat dengan memberikan pendidikan kesehatan pada

POLANTAS mengenai dampak atau efek lanjut dari kebisingan yang

ditimbulkan oleh kendaraan dan melakukan demonstrasi serta penkes

untuk mengurangi paparan bising, seperti mengajarkan penggunaan alat

pelindung telinga. Alat yang dapat melindungi telinga dari paparan bising

ada 3 jenis yaitu :

1. Ear Plug  dimasukkan untuk memblokir saluran telinga. Ear plug

berbentuk premolded (preformed) atau moldable (busa). Ear plug

umumnya dijual sebagai produk sekali pakai (disposable) atau dapat

digunakan kembali (reusable).

2. Semi-insert ear plugs terdiri dari dua ear plug yang dipasang diujung head

band.

3. Ear muff  Penutup telinga yang terbuat dari bahan yang lembut yang dapat

menurunkan kebisingan dengan cara menutupi semua bagian telinga dan

ditahan/dipegang oleh head band.

21

Page 23: revisi bahaya fisika

Karena tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan tidak

terlalul kuat maka alat perlindungan telinga yang cocok untuk pekerja

POLANTAS adalah Earplugs selain itu earplug juga simple jadi tidak

menyusahkan POLANTAS dalam melaksanakan pekerjaannya .

DAPUS :

Jeyaratman, Koh David.2009.Buku Ajar Praktek Kedokteran Kerja. Jakarta :

EGC

Gabriel.1996.Fisika Kedokteran.Jakarta : EGC.

22

Page 24: revisi bahaya fisika

NAMA : OKTARIA SUSANTI

NIM : 04101003018

BAHAYA FISIK “SUHU/TEMPERATUR EKSTREM”

DI BENGKEL LAS SINAR JAYA

A. Latar Belakang

Keamanan dan keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus

menjadi perhatian utama semua pihak dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Kerberhasilan dalam melaksanakan pekerjaan tidak hanya diukur dari selesainya

pekerjaan tersebut. Banyak hal yang dijadikan sebagai parameter penilaian

terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Pekerjaan dinilai berhasil apabila

keamanan dan keselamatan semua sumber daya yang ada terjamin, dapat

diselesaikan tepat waktu atau bahkan bisa lebih cepat dari waktu yang ditentukan,

memberikan keuntungan bagi perusahaan, memberikan kepuasan kepada semua

pihak.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang

memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari

bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang

wajib dipenuhi oleh perusahaan. Sedangkan pengertian keselamatan dan

kesehatan kerja secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya

dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja (P2K3 Depnaker RI, 2000).

Salah satu masalah di bidang kesehatan keselamatan kerja adalah gangguan

kesehatan akibat lingkungan kerja yang merupakan beban tambahan dari

seseorang yang sedang bekerja. Perkembangan zaman pembangunan yang

semakin maju ini berdampak pada berkembangnya industri las atau bengkel las.

Pesatnya perkembangan industri las mengakibatkan semakin tingginya resiko

yang dihadapi oleh para tenaga kerja di bengkel las.

Kondisi lingkungan kerja di bengkel las berpotensi menimbulkan dampak

terhadap pekerja. Bahaya fisik yang dapat ditimbulkan dari lingkungan sekitar

23

Page 25: revisi bahaya fisika

pekerja dapat berupa kebisingan, radiasi, suhu/temperature dan getaran. Salah satu

bahaya fisik yang terlihat di bengkel Sinar Jaya adalah temperature/suhu yang

ekstrem. Dari hasil pengamatan di lapangan, pekerja sering merasakan kondisi

panas ekstrim terutama saat tengah hari dan saat sedang mengelas. Pekerjaan

mengelas sendiri dapat menghasilkan panas hingga 1500C-2500C. Hal ini dapat

menimbulkan efek stress/heat stress, heat stroke, luka serius pada mata akibat

ampas panas, kepingan logam, dan percikan elektroda panas. Panas yang tinggi

dan percikan api dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan jika di sekitarnya

terdapat bahan-bahan yang mudah dibakar. Menurut pekerja tukang las Sinar Jaya

panas yang dihasilkan dari las terkadang menimbulkan luka kecil. Efek yang

paling sering dirasakan adalah ketika suhu udara sedang panas yang berlebihan,

pekerja sering merasakan kelelahan akibat panas yang ditimbulkan. Suhu

lingkungan yang ekstrem panas akan menimbulkan rasa cepat lelah, mengantuk,

berkurangnya penampilan kerja, dan meningkatnya kemungkinan kesalahan kerja

(Harianto, 2009:157).

Peran perawat dalam mengatasi bahaya fisik ini adalah sebagai edukator,

dimana perawat berperan dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada para

pekerja “tukang las” agar sedini mungkin dapat menghindari bahaya yang

disebabkan dari alat kerja maupun lingkungan sekitar tempat kerja. Adapun hal-

hal yang perlu diberitahukan kepada para pekerja adalah menjauhkan material

yang mudah terbakar dan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti safety

glasses contohnya tameng, safety gloves/sarung tangan anti panas, dan safety

harness (Harrington, 2003:250). Diharapkan dengan adanya perawat sebagai

edukator dilingkungan bengkel las, bahaya fisik akibat suhu/temperature yang

ekstrem dapat dihindari.

Daftar Pustaka

Modul Umum Pembinaan Operasional P2K3. 2000. Pembinaan Operasional

P2K3 MODUL 1 Dasar-Dasar Keselamatan Kesehatan Kerja.

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.

Harianto, Ridwan. 2009. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta`: EGC

Harrington, J.M., Gill, F.S. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC

24

Page 26: revisi bahaya fisika

Nama : Riska Dwi Julianti

NIM : 04101003024

LATAR BELAKANG BAHAYA FISIK DI BENGKEL LAS

“SINAR JAYA” PALEMBANG

Keselamatan kerja bagi seorang tenaga kerja sangat perlu diperhatikan

karena dapat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas pekerja. Setiap tempat

kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi

kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.,

Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya

kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan

kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.

Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-

gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar

kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan

kurang memadai, getaran, radiasi. Bengkel las termasuk salah satu tempat kerja

yang banyak mempunyai bahaya fisik bagi pekerja. Salah satu bahaya fisik yang

dapat dirasakan adalah kebisingan.

Bengkel las “Sinar Jaya” di Palembang juga mempunyai resiko bahaya

fisik “kebisingan”. Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada

jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun

kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim.

Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan

konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan

akhirnya menurunkan produktivitas kerja.

Kebisingan memiliki efek terhadap kesehatan. Efek kebisingan terhadap

keshatan terbagi 2, yaitu efek terhadap pendengaraan dan efek terhadap non

pendengaran. Masing-masing efek tersebut adalah: efek terhadap pendengaran

terdiri dari pergeseran nilai ambang batas sementara dan non patologis,dan

pergeseran nilai ambang batas menetap (Permanent threshold Shift) yang bersifat

patologis dan menetap, terjadi di tempat kerja karena trauma akustik dan

kebisingan dan terjadi bukan di tempat kerja. Berbagai hasil penelitian

25

Page 27: revisi bahaya fisika

menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebsisingan dengan gangguan

kesehatan pendengaran berupa penurunan ketajaman pendengaran.

Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin

dapat dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber

getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising.

Tingkat kebisingan yang dihasilkan dalam pekerjaan pengalasan adalah

sebagai berikut :

- Pengelasan dengan GTAW 50 – 60 dB

- Pengelasan dengan SMAW 62 – 82 dB

- Pengelasan dengan FCAW 50 – 86 dB

- Pengelasan dengan GMAW 70 – 82 dB

- Pengelasan dengan Oxyfuel < 70 dB

- Air carbon arc 96 – 116 dB

Guna mengurangi pengaruh bahaya terhadap juru las atau orang yang

bekerja di dekat pekerjaan pengelasan disarankan penggunaan pelindung telinga

dan juga memperhatikan lama paparan pendengaran . Sedangkan di bengkel las

“Sinar Jaya” kurang memperhatikan bahaya kebisingan ini. Dari hasil survey

lapangan para pekerja di bengke las tersebut tidak ada yang menggunakan

pelindung telinga. Setelah diwawancari mereka mengatakan bahwa mereka risih

menggunakan pelindung telinga seperti ada benda asing dan mereka juga sudah

terbiasa mendengar suara dari pengelasan yang mereka lakukan. Kurangnya

pengetahuan akan dampak kebisingan membuat mereka tidak terlalu

meperhatikan bahaya kebisingan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Susanti, A. dkk. 2008. Gangguan pendengaran pada karyawan bengkel.

Yogayakarta: Jurdik

Biologi FMIPA UNY.

Susanto, Arif. 2006. Kebisingan serta pengaruhnya terhadap kesehatan dan

lingkungan. (Online)

http://hseclubindonesia.wordpress.com/2006/10/13/kebisingan-serta-

pengaruhnya-terhadap-kesehatan-dan-lingkungan/. Diaskes: 8 Februari 2014

26

Page 28: revisi bahaya fisika

NAMA : NUR OKTAFIANI

NIM : 04101003042

Bahaya Radiasi di Bengkel Las ‘Sinar Jaya’

A. Latar Belakang

Secara umum ada lima factor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain :

faktor bahaya biologi(s), faktor bahaya kimia, faktor bahaya

fisik/mekanik, faktor bahaya biomekanik serta faktor bahaya sosial-

psikologis.

Yang dimaksud dengan bahaya fisk.mekanik adalah potensi bahaya yang

dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja

yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu

ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran,

radiasi, Ketinggian, Konstruksi (Infrastruktur),

Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat, Ruangan Terbatas (Terkurung),

Tekanan, dan Listrik.

Setiap pekerjaan memiliki resiko ataupun bahaya (hazard) masing-masing.

Kami memilih bengkel Las sebagai tempat yang memiliki factor resiko

bahaya fisik. Radiasi merupakan salah satu bahaya yang mengancam di

bengkel Las. Jenis bahaya radiasi yang terdapat di bengkel Las adalah

radiasi non ionisasi. Radiasi yang di timbulkan oleh busur las ini

mempunyai sifat dapat dilihat, ultraviolet dan infra merah. Oleh karena itu

setiap bengkel las yang memiliki alat ini(busr las) akan terancam bahaya

radiasi. Contohnya Bengkel Las ‘Sinar Jaya’ ini. Bahaya Radiasi non

ionisasi bagi ‘tukang las’ disini antara lain:

Kerusakan pada retina akibat cahaya dengan intensitas tinggi.

Kerusakan pada kornea dan katarak akibat radiasi Infra Merah.

“Arc eye”  atau  “welders’ flash”  akibat radiasi UV. Efek tidak dapat

hilang dalam beberapa jam setelah terekspose, oleh sebab itu mata

harus dilindungi dengan kaca gelap yang sesuai. Kerato-konjungtivitis

(dikenal juga sebagai welder’s flash atau snow blindness) yaitu reaksi

27

Page 29: revisi bahaya fisika

radang akut kornea dan konjungtiva mata akibat reaksi fotokimia pada

kornea (fotokeratitis) dan konjungtiva (fotokonjungtivitis) yang timbul

beberapa jam setelah pajanan 200 – 400 nm dan umumnya

berlangsung hanya 24 – 48 jam. Gejala fotokeratitis berupa

memerahnya bola mata disertai rasa sakit yang parah dan pada

beberapa kasus terjadi blepharospasme; berlangsung selama satu atau

dua hari dan timbul kabut pada bagian kornea. Efek ini bersifat

sementara karena kerusakan yang terjadi sangat ringan (bagian

permukaannya saja) dan penggantian sel epitel permukaan kornea

berlangsung dengan cepat (satu siklus 48 jam).

Mata seperti berpasir, pandangan kabur, mata berair, mata seperti

terbakar  dan sakit kepala.

Pengelasan juga merupakan sumber bahaya bagi pekerja lain yang berada

di dekat pekerjaan las sebagaimana juru las itu sendiri. Pekerja tersebut

dapat juga terpapar sinar yang dipantulkan dari dinding atau permukaan

lain.

Pantulan atau radiasi sinar ultra violet yang besar ini biasanya dari

pengelasan dengan proses gas tungsten atau gas metal arc welding  yang

dipergunakan untuk pengelasan aluminium atau baja stainless. Agar tidak

membahayakan lingkungan setiap aktivitas pengelasan yang berada di

dekat lokasi kerja yang lain agar mempergunakan partisi yang dibuat dari

bahan tahan api dan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat

mengurangi pantulan atau refleksi ataupun melindungi spatter keluar dari

ruangan. Untuk menghindari bahaya radiasi ini, terdapat alat yang disebut

dengan google glass.

Oleh karena itu, di tempat las yang kecil sekali pun diperlukan alat

perlindungan yang lengkap untuk para pekerjanya agar terhindar dari

bahaya kerja yang mengancam.

28

Page 30: revisi bahaya fisika

Daftar pustaka

Wahyuni, Tri.(2013). Faktor risiko yang berhubungan dengan

kejadian konjungtivitis pada pekerja pengelasan dikecamatan Cilacap.

Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2 (1) .

Bahaya pengelasan secara umum dan pengendaliannya oleh club

engineering, (2012, http://engineering-display.blogspot.com), diperoleh 7

februari 2014.

Kesimpulan bahaya tukang las oleh sankerenti. (2009,

http://sankerenti.wordpress.com), diperoleh 7 februari 2014)

29

Page 31: revisi bahaya fisika

Nama : Ayu Kurniati SijabatNim : 04101003061

Bahaya fisika_Kebisingan pada petugas Parkir

Latar BelakangPengendalian parkir dilakukan untuk mendorong penggunaan sumber daya

parkir secara lebih efisien serta digunakan juga sebagai alat untuk membatasi arus

kendaraan ke suatu kawasan yang perlu dibatasi lalu lintasnya. Pengendalian

parkir merupakan alat manajemen kebutuhan lalu lintas yang biasa digunakan

untuk mengendalikan kendaraan yang akan menuju suatu kawasan ataupun

perkantoran tertentu sehingga dapat diharapkan akan terjadi peningkatan kinerja

lalu lintas di kawasan tersebut.

Menurut kamus besar, defenisi petugas parkir adalah orang yang

pekerjaanya mengatur mobil yang parkir. Profesi tukang parkir atau petugas

parkir adalah profesi yang beresiko tinggi (misalnya ketabrak mobil yang di

parkirin) dan penuh tantangan. Salah satu faktor fisik yang sering dialalami oleh

petugas parkir adalah kebisingan. Kebisingan (Noes) adalah suara yang tidak

dikehendaki. Menurut Wall (1979) , kebisingan adalah suara yang mengganggu.

Sedangkan menurut Kep-Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi

yang tidak dinginkan suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu

yang menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan,

termasuk ternak, satwa, dan sitem alam.

Petugas parkir yang sehari-harinya terpapar dengan kebisingan yaitu

bising lalu lintas dan bunyi peluit. Bising lalu lintas disini maksudnya adalah yaitu

yang ditimbulkan kendaran yang berlalu lalang untuk diparkirkan. Tingkat

gangguan bising yang berasal dari bunyi lalu lintas dipengaruhi oleh intensitas

bunyinya dan seberapa sering terjadi dalam satuan waktu serta frekuensi bunyi

yang yang dihasilkan. Peluit adalah alat kerja yang digunakan oleh petugas parkir,

selain komando dari petugas parkir untuk mengarahkan kendaraan dan gerakan

tangan untuk menunjuk arah yang dimaksud. Peluit juga memiliki fungsi

tersendiri, tergantung dari bagaimana petugas parkir menggunakan peluit tersebut.

ada yang menggunakannya untuk memberitahu pengendara supaya berhenti atau

30

Page 32: revisi bahaya fisika

sebagai pengganti suara mereka. Pengendara umumnya langsung mengerti pesan

apa yang ingin disampaikan petugas parkir.

Menurut penelitian intensitas bising kendaraan yang keluar masuk ke

tempat parkir adalah 85 Db serta bunyi peluit yang digunakan petugas parkir

berkisar 99,8-101 dB. Bunyi atau kebisingan tersebut terpapar setiap hari pada

pekerja parkir selama waktu jam kerja (9-10 jam/hari). Dengan lingkungan kerja

yang terpapar dengan kebisingan tersebut dapat menyebabkan petugas parkir

mengalami penurunan fungsi pendengaran.

Dari hasil survey didapatkan petugas parkir mengalami keluhan gangguan

pendengaran yaitu pendengarannya semakin berkurang sejak dia berkerja sebagai

petugas  parkir akibat kebisingan di lingkungan kerja. Oleh karena itu perlu

tindakan yang lebih serius pada petugas parkir untuk mengatasi berbagai masalah

kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja yang dominan

disebabkan oleh kebisingan yang didengar oleh petugas parkir setiap hari kerja,

karena setiap hari petugas parkir yang bekerja mengatur kendaraan agar tersusun

rapi disuatu lingkungan tempat bekerja akan berisiko mengalami gangguan

kesehatan yang lebih serius.

Perawat memiliki peran penting dalam menanggulangi masalah kesehatan

yang diakibatkan oleh kebisingan di lingkungan kerja khususnya bagi petugas

parkir yang berisiko lebih besar mengalami masalah kesehatan. Perawat dapat

berperan sebagai pendidik sekaligus care giver bagi petugas parkir. Pendidikan

kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan mengenai kebisingan kendaraan

dan peluit yang didengar petugas parkir setiap harinya berisiko besar menggangu

kesehatan mereka. Cara mengatasi risiko gangguan kesehatan juga sangat penting

di berikan oleh perawat kepada petugas parkir yaitu memberikan motivasi kepada

para petugas parkir untuk meningkatkan kepedulian mereka terhadap kesehatan

melalui meningkatkan kesadaran petugas parkir akan penggunaan alat pelindung

diri. Pengenalan dan penggunaan alat pelindung diri seperti seragam kerja yang

dipakai untuk menutupi seluruh tubuh serta rompi yang harus disimpan rapi dan

dicuci serta ear plug dan masker yang harus digunakan setiap hari kerja. Dengan

adanya kesadaran yang tinggi akan penggunaan alat pelindung diri yang dimiliki

petugas parkir maka kebisingan yang ditimbulkan dari kendaraan dan peluit dapat

31

Page 33: revisi bahaya fisika

diminimalisir sehingga resiko terkena penurunan fungsi pendengaran akan

berkurang ataupun terhindar dari resiko tersebut.

Referensi :

Bashiruddin, Jenny. (2009). Program Konservasi Pendengaran pada Pekerja yang

Terpajan Bising Industri. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 1. (online),

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/

618/609. diakses pada tanggal 15 Februari 2014 Pukul 17.10 Wib.

http://www.artikelkedokteran.com/1463/aspek-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-

petugas-tiket-parkir.html (online), diakses pada tanggal 15 Februari 2014

pukul 17.20 wib.

32

Page 34: revisi bahaya fisika

Nama : Peronika Sinurat

NIM : 04101003058

Bahaya fisik Fibrasi (Getaran Mekanik) pada tukang parkir

Latar belakang

Manusia memiliki beragam profesi yang merupakan aktivitas rutin setiap

harinya. Setiap profesi mempunyai efek atau resiko yang berbeda-beda, yang

dapat menimbulkan bahaya pada seseorang yang memiliki peran perofesi tersebut.

Resiko bahaya paling tinggi terjadi pada pekerja yang bekerja diluar ruangan

karena banyak faktor yang bisa menimbulkan bahaya. Beragam profesi yang

dilakukan diluar ruangan, misalnya tukang parkir. Tukang parkir merupakan

sebuah profesi yang paling banyak kita jumpai dan jenis pekerjaannya berada

diluar ruangan. Menjadi tukang parkir, mungkin tidak ada dalam benak kita.

Mungkin kita akan berpikir jika profesi tersebut bukan termasuk profesi yang

begitu penting, tapi kenyataannya berbeda, bayangkan bila tidak ada tukang parkir

pasti dijalan akan macet, dan tidak jelas, seperti apa yang kita lihat sekarang ini.

Kita ketahui bahwa profesi ini tidak boleh dianggap sepele karena apabila kita

teliti secara rinci dari segi medisnya, banyak resiko bahaya fisik yang bisa

menyebabkan berbagai jenis penyakit pada tukang parkir tersebut.

Upaya perlindungan tenaga kerja merupakan upaya untuk mencapai suatu

tingkat produktifitas yang tinggi dimana salah satu aspek adalah upaya

keselamatan kerja termasuk lingkungan kerja. Potensi bahaya yang berasal dari

lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja

adalah faktor fisik, kimia, biologi, psikologi dan fisiologi. Namun disini kita

hanya membahas faktor bahaya fisik saja.

Salah satu faktor resiko bahaya fisik yang ditimbulkan dari pekerjaan ini

yaitu: Fibrasi (Getaran Mekanik) Terdapat beberapa peralatan yang waktu

digunakan menimbulkan getaran. Vibrasi karena getaran mekanis mengakibatkan

timbulnya resonansi pada alat-alat tubuh sehingga pengaruhnya bersifat mekanis.

Biasanya disalurkan melalui lantai, tempat duduk atau melalui alat tangan yang

digunakan. Misalnya pada saat mengendarai mobil, traktor dan forklif. Efek

33

Page 35: revisi bahaya fisika

getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh,

misalnya: 3,9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.

Pengaruh getaran terhadap tubuh tukang parkir:

1) Menimbulkan gangguan kenyamanan sehingga saat bekerja merasa

tidak nyaman karena penggunaan alat yang menghasilkan getaran

2) Menimbulkan kelelahan

3) Menimbulkan bahaya kesehatan

Oleh karena itu perlu tindakan yang lebih serius pada tukang parkir untuk

mengatasi berbagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan

kerjanya. Peran perawat Untuk mengurangi resiko ataupun potensi bahaya dari

lingkungan kerja perlu adanya pengendalian lingkungan kerja yang sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku. Pekerja tukang parkir tersebut sebaiknya

menggunakan alat pelindung diri (APD) yang lengkap. Dan sebaiknya tukang

parkir tidak terlalu dekat dengan kendaraan pada saat masuk atau keluar parkir.

Daftar pustaka

Yazmir.(2013).aspek keselamatan dan kesehatan kerja petugas parkir. http://www.

artikelkedokteran.com/1463/aspek-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-

petugas-parkir.html. diakses 25 februari 2014

Primasiwi.(2013).penyakit akibat kerja. http://primasiwisekar.blogspot.com/

2013/05/pak-getaran.html. diakses 25 februari 2014

34

Page 36: revisi bahaya fisika

Nama : Wida Veronika Sianturi

Nim : 04101003063

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

PADA PETUGAS PARKIR MOBIL DARI SEGI BAHAYA FISIKA

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat perlu untuk peningkatan

produktivitas dalam bekerja atau beraktivitas. Kondisi kesehatan

tenaga kerja yang baik merupakan potensi untuk meraih

produktivitas kerja yang baikpula dalam meningkatkan

sumberdaya manusiayang berkualitas.Pekerjaan  yang

menuntut produktivitas kerjatinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga

kerja dengan kondisi kesehatan prima.

Kesehatan kerja adalah ilmu dan profesi yang mempelajari keterkaitan

antara kesehatan dan pekerjaan. Kesehatan yang kurang baik akan dapat

mengganggu produktivitas pekerjaan, dan pekerjaan dapat pula menimbulkan

terganggunya kesehatan. Permasalahan ini tidak dapat ditangani oleh satu

pihak saja.Bidang ini harus ditangani oleh berbagai disiplin ilmu, seperti :

higiene industri, kedokteran, ergonomi, sosial, hukum, psikologi dan lain-

lain.

Gangguan kesehatan dan daya kerja dikarenakan oleh berbagai

faktor yang bersifat fisik,kimiawi,biologis,fisiologis,dan atau

mental psikologis yang terdapat dalam lingkungan

kerja.Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang

sangat perlu diperhatikan untuk melindungi

pekerja,perusahaan,lingkungan hidup,dan masyarakat sekitar dari

bahaya akibat kecelakaan kerja.Perlindungan tersebut merupakan hak

asasi yang wajib dipenuhi sebagai bentuk investasi jangka panjang yang

memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.Menurut

kamus besar ,definisi parkir adalah orang yang pekerjaannya mengatur mobil

parkir.Profesi petugas parkir adalah mengatur mobil yang parkir dan itu

sangat berisiko tertabarak mobil.

35

Page 37: revisi bahaya fisika

Pengendalian parkir dilakukan untuk mendorong penggunaan sumber daya

parkir secara lebih efisien serta digunakan juga sebagai alat untuk membatasi

arus kendaraan ke suatu kawasan yang perlu dibatasi lalu lintasnya.

Pengendalian parkir merupakan alat manajemen kebutuhan lalu lintas yang

biasa digunakan untuk mengendalikan kendaraan yang akan menuju suatu

kawasan ataupun perkantoran tertentu sehingga dapat diharapkan akan terjadi

peningkatan kinerja lalu lintas di kawasan tersebut.Pengendalian parkir harus

diatur dalam Peraturan Daerah tentang Parkir agar mempunyai kekuatan

hukum dan diwujudkan rambu larangan, rambu petunjuk dan informasi.

Untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan yang

diterapkan dalam pengendalian parkir perlu diambil langkah yang tegas

dalam menindak para pelanggar kebijakan parkir.

Tarip parkir merupakan alat yang sangat bermanfaat untuk mengendalikan

jumlah kendaraan yang parkir. Beberapa kota besar didunia bahkan

menerapkan tarip yang sangat tinggi. Dengan mengikuti dasar hukum

permintaan dalam teori ekonomi dapat diterapkan kebijakan tarip, dengan

semakin tingginya tarip maka diharapkan jumlah pengguna ruang parkir

berkurang. Dasar penetapan retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

adalah Undang-undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, dimana juga diatur tentang pengenaan pajak atas

penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan

berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,

termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor . Besarnya pajak

terhadap penyelenggara parkir diluar jalan paling tinggi 30 persen yang

ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 

Besarnya pungutan tarif parkir selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan

Daerah yang harus direvisi secara reguler untuk menyesuaikan dengan

kebijakan parkir setempat serta untuk menyesuaikan tarif parkir dengan laju

inflasi yang terjadi. Idealnya revisi peraturan daerah yang berkaitan dengan

tarif parkir perlu dilakukan sekali dalam 2 tahun, seperti halnya dilakukan

pada jalan tol. Pelaksanaan pengawasan yang disertai dengan penegakan

hukum yang tegas merupakan langkah yang penting dalam pengendalian

36

Page 38: revisi bahaya fisika

parkir untuk mempertahankan kinerja lalu lintas. Langkah yang penting

dalam pengawasan parkir antara lain meliputi penilangan pelanggaran parkir

oleh Polisi Lalu Lintas, pemasangan gembok roda sehingga dapat

menimbulkan efek jera bagi pelanggar terhadap larangan parkir ataupun

penderekan terhadap kendaraan yang mogok atau melanggar larangan

parkir. Untuk keamanan parkir ini diperlukan tenaga kerja yang sehat dan

perlu diperhatikan kesehatannya dan keselamatan kerjanya karena sangat

berisiko terhadap berbagai pajanan bahaya fisik seperti kebisingan, cuaca,

cahaya/ paparan sinar UV, suhu yang terlalu panas.

B. Bahaya Fisika Paparan Sinar Matahari terhadap Petugas Parkir

Faktor fisik paparan sinar matahari di lingkungan kerja petugas

parkir berbahaya terhadap tubuh petugas terutama kulit.Kendaraan itu sendiri

di parker di luar,jadi berdasarkan hasil survei didapatkan oleh Mohd

Najmi,dkk,mahasiswa fakultas kedokteran UNHAS,Makasar tahun 2013

bahwa petugas parkir mobil tidak aman dari bahaya fisik paparan sinar

matahari karena waktu jam kerja pagi sampai sore hari terpapar

sinar matahari terik pada waktu siang hingga sore.

S e r i n g b e r a k t i v i t a s d i b a w a h s i n a r m a t a h a r i t a n p a

p e l i n d u n g k u l i t , m a k a  paparan sinar ultraviolet dari matahari akan

dapat menyebabkan kulit menjadi cepat berkerut, dan timbul bercak-

bercak hitam yang kita kenal sebagai flek hitam. Kulit jadi tidak

mulus, dan kadang-kadang mun#ul benjolan atau bintik-bintik kecil yang

ukurannya bervariasi, serta  pori-pori kulit menjadi semakin membesar dalam

jangka panjang, benjolan atau flek pada kulit bisa berkembang menjadi tumor

jinak atau bahkan kanker kulit.Bintik awal kanker kulit timbul di bagian

tubuh yang terbuka seperti wajah, kepala, tangan, dan bagian yang

sering terpapar sinar matahari.Karena itulah, sinar ultraviolet berbahaya bagi

tubuh manusia.

37

Page 39: revisi bahaya fisika

Radiasi adalah salah satu bahaya kesehatan di lingkungan tempat kerja

dan dibagi menjadi 2 golongan yaitu radiasi mengion dan radiasi tidak

mengion

1. Radiasi Mengion

Umumnya dapat ditemui di tempat kerja karena penggunaan alat yang

menggunakan bahan radiasi. Atau mempunyai inti yang tersusun dari proton

dan neutron. Proton mempunyai muatan positif dan neutron bermuatan

negatif.Radiasi mengion dibagi menjadi 5 jenis yaitu: radiasi sinar alfa, beta,

gamma, sinar X dan neutron

2. Radiasi Tidak Mengion

Sinar adalah murni energi disebut sebagai energi elektromagnetik dan

karakternya barbagai jenis sinar mengacu pada karasteristik gelombang.

Energi sinar berkaitan dengan panjang gelombang. Panjang gelombang yang

lebih pendek energinya lebih tinggi. Yang termasuk radiasi tidak mengion

adalah gelombang mikro (microwave), sinar laser, sinar inframerah dan sinar

ultraviolet.

C. Peran Perawat terhadap Bahaya Fisika Paparan Sinar Matahari

Perawat dapat berperan dalam memberi penyuluhan tentang bahaya

paparan sinar matahari yang dapat membuat bintik/flek hitam pada kulit dan

berisiko menyebabkan kanker kulit. Hal itu dapat dicegah dengan memakai

seragam lengkap yang menutupi kulit dari paparan langsung sinar matahari

seperti lengan panjang,topi, rompi petugas parker dan masker.Selain itu,

perawat berperan member informasi pemakaian krim tabir surya kepada

petugas parkir.

Daftar pustaka

Ridley J.2008Kesehatan dan keselamatan kerja.Jakarta: penerbit erlangga

artikel kedokteran, Home > Artikel Kedokteran > ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PETUGAS TIKET PARKIR ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PETUGAS TIKET PARKIR diakses tgl 9/2/2014 jam 17:29 oleh Yazmir,dkk tahun2013

38

Page 40: revisi bahaya fisika

Nama : Amrina Rasyada

NIM : 04101003054

Bahaya Fisik Kelelahan Mata pada Pekerja Bangunan Ruko

Salah satu kelompok dari potensi bahaya di tempat kerja yang dapat

menyebabkan gangguan kesehatan adalah potensi bahaya fisik, misalnya

penerangan atau pencahayaan. Pencahayaan penting untuk efisiensi kerja.

Pencahayaan yang kurang memadai atau menyilaukan akan menyebabkan

kelelahan mata. Kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk dan hal ini

berbahaya bila karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya.

Tujuan pencahayaan :

1. Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan

2. Memberi lingkungan kerja yang aman

Efek pencahayaan yang buruk, akan menyebabkan mata tidak nyaman,

mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan

kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja,

produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan

lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.

Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah

beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan

kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup

untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan

memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan

menghindarkan dari kesalahan kerja.

Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan

orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur

pekerja juga mempengaruhi. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan

kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau

pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-

pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan

kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk

mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini

39

Page 41: revisi bahaya fisika

akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau

kabur.

Pekerja bangunan ruko tidak hanya bekerja di siang hari dalam keadaan

terang saja namun terkadang juga bekerja di malam hari. Hal ini menyebabkan

pekerja bekerja dalam keadaan pencahayaan yang seadaanya karena pada malam

hari lebih gelap. Bahkan ketika siang hari pun cahaya silau. Pencahayaan yang

buruk akan menimbulkan kelelahan mata yang menyebabkan :

a)Iritasi, mata berair dan kelopak mata berwarna merah (konjunctivitis)

b)Penglihatan rangkap dan sakit kepala

c)Ketajaman penglihatan merosot, demikian pula kepekaan terhadap perbedaan

(contras sensitifity) dan kecepatan pandangan

d)Kekuatan dan konvergensi menurun.

e) mata silau

Sebagai perawat kita dapat melakukan kita sebagai edukator dengan

melakukan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya penerangan yang cukup

ketika bekerja. Kemudian kita bisa bekerja sama dengan pimpinan bangunan ruko

dengan menyarankan untuk:

1. Jarak antara gedung dan bangunan-bangunan lain tidak mengganggu

masuknya cahaya matahari ke tempat kerja.

2. Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus

cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan.

3. Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus

diganti dengan penerangan lampu yang cukup.

4. Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak

melebihi 32 derajat celsius).

5. Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang

yang mengganggu kerja.

6. Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan

menyebar serta tidak berkedip-kedip.

Selain itu beberapa cara mudah juga dapat dilakukan yaitu mengalihkan

pandangan mata ke arah jauh dan atau dedaunan yang bewarna hijau agar mata

kembali segar kembali. Dan konsumsi wortel untuk menjaga kesehatan mata.

40

Page 42: revisi bahaya fisika

Sumber :

Soekidjo Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan

Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

Harrington, J.M.,Gill, F.S.2013. Buku Saku Kesehatan kerja . Jakarta: EGC

41

Page 43: revisi bahaya fisika

Nama : Melisa Megayanti Turnip

NIM : 04101003029

Bahaya Fisik Kelelahan Mata pada Pekerja Bangunan

Latar Belakang

Konstruksi adalah salah satu pekerjaan yang paling berbahaya di dunia,

menghasilkan tingkat kematian yang paling banyak di antara sektor lainnya.

Risiko jatuh adalah penyebab kecelakaan tertinggi. Penggunaan peralatan

keselamatan yang memadai seperti guardrail dan helm, serta pelaksaan prosedur

pengamanan seperti pemeriksaan tangga non-permanen dan scaffolding mampu

mengurangi risiko kecelakaan. Tahun 2010, National Health Interview Survey

mengidentifikasi faktor organisasi kerja dan psikososial dan paparan kimiawi/fisik

pekerjaan yang mampu meningkatkan beberapa risiko dalam K3. Di antara semua

pekerja kontruksi di Amerika Serikat, 44% tidak memiliki standar pengaturan

kerja, sementara pekerja di sektor lainnya hanya 19%. Selain itu 55% pekerja

konstruksi memiliki pengalaman ketidak-amanan dalam bekerja, dibandingkan

32% pekerja di sektor lainnya. 24% pekerja konstruksi terpapar asap yang bukan

pekerjaannya, dibandingkan 10% pekerja di sektor lainnya.

Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan

gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:

terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas

penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.

Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki

yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan

seseorang maupun suatu populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara

lain : jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan

dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi,

yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja. Batas frekuensi

bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20

kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya.

Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu

42

Page 44: revisi bahaya fisika

dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli sementara

ini dapat disebabkan oleh banyak alat-alat dan mesin pada pembangunan kontuksi

yang mengeluarkan suara yang mengganggu dengan frekuensi >85dBA.

Contoh:

Gergaji mesin-110 dBA

mesin bor -100 dBA

truk- 100 dBA

peran perawat dalam mencegah terjadinya tuli sementara adalah dengan

melakukan penyuluhan terhadap penggunaan APD (Alat Pelinndung Diri).

Penggunaan alat pelindung diri harus mampu mengurangi kebisingan hingga level

kurang dari 85 DBA. Ada 3 jenis alat pelindung pendengaran, yaitu:

1. Sumbat telinga (earplug), dapat mengurangi kebisingan 8-30 DBA.

Alatnya antara lain formable type, costum-molded type, premolded type.

2. Tutup telinga (earmuff) dapat menurunkan kebisingan 25-40 DBA.

3. Helmet mengurangi kebisingan 40-50 DBA.

Pendidikan dan motivasi juga harus diberikan kepada pekerja kuli bangunan agar

selalu menggunakan APD untuk mencegah tuli sementara.

Sedangkan untuk pengobatan pada pekerja bangunan yang telah terkena

tuli sementara dapat diberikan terapi, salah satunya adalah terapi hiperbarik,yaitu

menggunakan oksigen 100 persen pada ruang udara bertekanan lebih dari 1

atmosfer. Tekanan 1 atmosfer setara dengan penyelaman pada kedalaman 10

meter. Tekanan tinggi membuat oksigen mudah terserap dalam peredaran darah.

Terlebih, molekul oksigen yang termampatkan juga mudah tersirkulasi dan

menggapai pembuluh darah terkecil.

Daftar Pustaka

buchari. 2007. Kebisingan industri dan hearing conservasion program. Sumatera

utara: repository USU

43

Page 45: revisi bahaya fisika

Nama : Fridon Pasaribu

NIM : 04101003044

BAHAYA FISIK YANG TERDAPAT PADA PEKERJA BANGUNAN

1. ALERGEN

Pada kelompok kerja bangunan yang selalu bersentuhan dengan berbagai

macam alergen. Oleh karena itu tidak jarang pekerja bangunan terkena penyakit

dermatitis. Dermatitis adalah peradangan pada kulit (epidermis dan dermis) yang

bersifat akut, subakut, atau kronis, dan dipengaruhi oleh faktor eksogen dan

endogen. Salah satu jenis dari dermatitis adalah dermatitis kontak. Dermatitis

kontak merupakan bentuk peradangan pada kulit dengan spongiosis atau edema

interselular pada epidermis karena interaksi dari bahan iritan maupun alergen

eksternal dengan kulit. Terdapat dua jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis

kontak iritan dan dermatitis kontak alergik. Dermatitis kontak akibat kerja

(DKAK) didefinisikan sebagai peradangan pada kulit karena terpapar bahan iritan

maupun alergen di lingkungan kerja. Beberapa bangunan biasanya berhubungan

dengan dermatitis kontak. Pada sebagian besar daerah industri di negara barat,

dermatitis kontak akibat kerja merupakan salah satu kejadian yang sering

dilaporkan dan insidennya diperkirakan bervariasi diantara 50-190 kasus per

100.000 pekerja per tahun. Salah satu pekerjaan yang memiliki resiko tinggi

terhadap penyakit ini adalah pekerja bangunan. Dermatitis kontak akibat kerja

merupakan bagian terbesar, 90-95%, dari penyakit kulit akibat kerja. Di Amerika

Serikat, industri bangunan merupakan salah satu dari tiga besar industri yang

memiliki angka tertinggi terhadap penyakit kulit akibat kerja. Walaupun penyakit

ini jarang membahayakan jiwa namun dapat menyebabkan morbiditas yang tinggi

dan penderitaan bagi pekerja, sehingga dapat mempengaruhi kebutuhan ekonomi

dan kualitas hidup penderita.

Tinajaun pustaka

Berdasarkan etiologinya dermatitis kontak dibagi menjadi dua yaitu

dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergik (DKA). Dermatitis

44

Page 46: revisi bahaya fisika

kontak iritan adalah reaksi inflamasi lokal pada kulit yang bersifat non

imunologik setelah terjadi pajanan bahan fisika. Reaksi DKI ini bersifat

nonspesifik yang bisa terjadi pada semua populasi manusia dan tidak

membutuhkan sensitisasi. Secara umum DKI merupakan penyakit kulit akibat

kerja yang paling banyak, persentasenya mencapai 80% dari kasus-kasus penyakit

kulit akibat kerja. Sedangkan dermatitis kontak alergik terjadi berdasarkan reaksi

imunologis berupa reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV) dengan perantara

sel limfosit T. Reaksi alergik ini bersifat spesifik yang hanya terjadi pada individu

yang telah mengalami sensitisasi terhadap antigen tertentu. Secara umum

persentasenya juga sedikit sekitar 20% dari kasus-kasus penyaki kulit akibat kerja.

Banyak bahan iritan dan alergen yang dapat menyebabkan dermatitis kontak pada

pekerja bangunan, misalnya pada tukang tembok dan tukang semen yang

mempunyai resiko tinggi terkena dermatitis kontak alergi akibat terpapar

hexavalent chromate yang larut dalam air pada semen basah. Pada penelitian di

Jerman belakangan ini menunjukkan bahwa chromate menjadi alergen utama pada

para pekerja bangunan di tempat kerjanya. Terhitung sekitar 44% uji tempel

positif pada laki-laki pekerja bangunan dibandingkan dengan 4% pada populasi

laki-laki tanpa mempunyai latar belakanag tukang bangunan. Semen basah juga

merupakan iritan yang dapat menyebabkan luka bakar derajat tiga jika dibiarkan

terus terpajan dengan kulit. Pada tukang cat, epoxy resin merupakan alergen yang

paling sering menyebabkan DKA. Epoxy resin terdapat pada cat yang berisi

materi perekat seperti resin/damar sintetik. Turpentin yang digunakan sebagai

pelarut dalam cat juga merupakan alergen pada DKA . Tukang kayu sering

terpapar oleh pengawet kayu yang mengandung potasium dichromate. Sedangkan

pada tukang ledeng/pipa yang memotong, mengukur, dan memasang pipa plastik

atau besi untuk mengalirkan cairan dan gas sering terpapar oleh bahan iritan

seperti bahan pembersih, bahan perekat, dan soldering fluxes yang mengandung

colophony.

45

Page 47: revisi bahaya fisika

PATOGENESIS

Dermatitis kontak akibat kerja tipe iritan

Kelainan timbul akibat kerusakan sel pada kulit yang disebabkan oleh

bahan iritan atau toksin melalui kerja fisis. Kebanyakan bahan iritan merusak

membrane lemak keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus membrane sel dan

merusak lisosum, mitokondria, atau komponen inti. Kerusakan membrane

mengaktifkan fosfolipase, yang melepaskan arachidonic acid (AA),

diacylglyceride (DAG), platelet activating factor (PAF), inositides (IP3). AA

diubah menjadi prostaglandins (PGs) dan leukotriens (LTs). DAG dan second

messengers lainnya menstimulasi ekspresi gen dan dihasilkannya sintesis protein

(sitokin). Sitokin-sitokin tersebut meliputi interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte-

macrophage colony-stimulating factor (GMCSF). PGs dan LTs menyebabkan

dilatasi pembuluh darah dan transudasi faktor sirkulasi dari komplemen dan

sistem kinin. PGs dan LTs juga berperan sebagai kemoatraktan terhadap neutrofil

dan limfosit. Selain itu, PGs dan LTs juga mengaktifkan sel mast untuk

melepaskan histamin, PAF, dan LTs, PGs lainnya sehingga dapat menambah

perubahan vaskular. Hal inilah yang selanjutnya menimbulkan gejala klinis pada

dermatitis kontak iritan.

GEJALA KLINIS

Sebagian besar lokasi dermatitis kontak akibat kerja terdapat pada tangan,

yaitu sekitar 80%-90% dari semua kasus DKAK, karena tangan merupakan organ

tubuh yang paling sering digunakan untuk pekerjaan sehari-hari. Dermatitis juga

dapat terjadi pada wajah (12%) dan kaki (14%) dan tukang kayu merupakan

pasien terbanyak untuk dermatitis pada wajah. Lokasi DKA pada tangan biasanya

pada telapak tangan, dorsal tangan, jari-jari tangan, dan seluruh tangan.

Sedangkan pada DKI jarang pada telapak tangan dan biasanya pada dorsal tangan,

ujung jari tangan, dan sela-sela jari tangan. Pada DKI, lesi klinisnya dibagi

menjadi lesi akut dan lesi komulatif (kronis). Pada lesi akut, kulit akan mengalami

eritema, edema, dan dapat berkembang menjadi bula yang bila pecah akan

mengeluarkan cairan. Rasa perih dan terbakar akan terasa pada lesi tersebut.

46

Page 48: revisi bahaya fisika

Nekrosis juga bisa terjadi bila tangan bagian dorsal terkena iritan kuat. Sedangkan

DKI komulatif (kronik) lebih sering terjadi pada kulit yang terpapar oleh iritan

lemah secara berulang-ulang. Pasien yang terpapar iritan secara kronik, area kulit

tersebut bisa mengalami eritema, pengelupasan, berkilat, berskuama, timbul

retakan dan bahkan ada yang mengalami penebalan (likenifikasi).

Sedangkan pada DKA lesi klinisnya dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu akut,

subakut, dan kronis. Pada tipe akut, derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi

ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa

eritema dan edema, sedangkan pada yang berat selain eritema dan edema yang

lebih berat disertai pula vesikel yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi.

Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas. Keluhan subyektif berupa

gatal. Pada tipe subakut akan terlihat eritema, edema ringan, vesikula, krusta, dan

pembentukan papul-papulsedangkan pada tipe kronis akan terlihat likenifikasi,

papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta

serta eritema ringan. Perbedaan klinis pada DKI dan DKA terdapat pada gejala

awal dari dermatitis, pada DKI lebih sering menimbulkan rasa terbakar atau perih,

sedangkan pada DKA, rasa gatal-gatal terasa lebih dominan. Vesikel lebih sering

terdapat pada DKA dari pada DKI, sedangkan bula lebih sering terjadi pada DKI.

DIAGNOSIS

Diagnosis dermatitis kontak akibat kerja terdiri dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis Pada kasus dermatitis

kontak akibat kerja, anamnesis yang bisa digali pada pasien adalah sebagai

berikut. Waktu pertama kali munculnya gejala klinis. Biasanya orang cenderung

mengingat fase eksaserbasi yang menyebabkan orang-orang pergi ke pelayanan

medis daripada awal munculnya gejala. Lokasi pertama munculnya gejala klinis.

Pada dermatitis kontak akibat kerja terutama pada pekerja bangunan biasanya

muncul pertama kali pada tangan. Pada kasus yang jarang bisa muncul pada

pergelangan tangan, lengan bawah, kaki bagian bawah, dan wajah. Penyebaran

gejala klinis. Penyebaran dari tangan sampai ke kaki atau ke muka biasanya

terjadi pada dermatitis kontak alergik, tapi kadang-kadang bisa terjadi pada

dermatitis kontak iritan yang berat. Riwayat penyakit kulit sebelumnya dan status

47

Page 49: revisi bahaya fisika

kesehatan pasien perlu ditanyakan. Adanya riwayat dermatitis atopik

mempermudah pekerja terkena dermatitis kontak iritan pada pekerjaannya yang

sering dan berulang-ulang kontak dengan bahan iritan. Selain itu, kebiasaan

kebersihan diri, terutama dalam mencuci tangan, juga patut ditanyakan. Pekerja

sering mencuci dengan menggunakan bahan pelarut atau iritan kuat untuk

menghilangkan material yang susah dibersihkan. Riwayat pekerjaan. Pertanyaan

penting yang perlu ditanyakan tentang pekerjannya, seperti apa jenis pekerjannya,

lama bekerja, bagaimana proses kerjanya, bahan apa saja dan seberapa seringkah

bahan tersebut terpajan dengan kulitnya, apakah pekerja menggunakan pelindung

dan bagaimana cara pembersihan kulit disana. Pertanyaan berguna lainnya, seperti

“apakah dermatitis membaik setelah selesai bekerja atau bertambah buruk saat

kembali bekerja?”. Pertanyaan ini berguna untuk menentukan seberapa sering

perbaikan dan perburukan gejala terjadi, dan seberapa cepatkah. Dermatitis kontak

akibat kerja biasanya lebih bagus dan lebih konsisten perbaikannya pada saat hari

libur dan memburuk saat kembali bekerja dibandingkan dengan eksema yang

bukan akibat kerja. Pertanyaan seperti “apakah pekerja yang lainnya ada yang

menderita gejala yang sama?” juga penting untuk ditanyakan. Jika ada atau

sebagian besar rekan kerjanya menderita gejala yang sama, kemungkinan hal

tersebut merupakan indikasi adanya dermatitis kontak iritan.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik seharusnya meliputi pemeriksaan seluruh permukaan

kulit.15 Pemeriksaannya harus fokus pada lokalisasi, dan morfologinya, seperti

adanya eritema, vesikel, bula, nekrosis, papul, skuama, fisura atau eksema. Selain

lesi pada tangan, bagian kulit yang lainnya juga harus diperiksa terutama pada

bagian wajah dan leher karena banyak dermatosa akibat kerja yang terjadi pada

tangan dan wajah.

PENANGANAN

Dermatitis kontak akibat kerja iritan

Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah menghindari bahan yang

dapat menyebabkan respon iritasi pada kulit baik yang bersifat kimiawi, mekanik

48

Page 50: revisi bahaya fisika

maupun fisis. Untuk menghindari bahan iritan dapat dilakukan dengan cara

mengganti material pada tempat kerja dengan material lain yang kurang

berbahaya. Selain itu, jika memungkinkan, pekerja disarankan untuk mengganti

pekerjaannya. Namun jika sudah terpapar dapat dilakukan pencucian sesegera

mungkin pada area yang terpapar iritan akan mengurangi waktu kontak agen iritan

dengan kulit. Penggunaan baju pelindung, sarung tangan, dan alat proteksi lainnya

akan mengurangi pemaparan iritan dan sebaiknya penggunaan alat proteksi

diganti secara periodik. Apabila diperlukan, untuk mengatasi peradangan dapat

diberikan terapi farmakologi. Terapi farmakologi pada DKAK iritan meliputi

terapi untuk lesi akut dan kronik. Pada lesi akut, bila lesinya basah diberi terapi

basah yaitu dengan kompres basah menggunakan salin yang dikompres selama 15

menit dua kali sehari. Sedangkan bila lesinya kering dapat diberikan hidrokortison

topikal ringan seperti hidrokortison 1-2,5%. Pada lesi kronik dibutuhkan

kortikosteroid topikal yang lebih kuat, seperti krim betamethasone valerat 0,01%

dengan oklusi selama 1 sampai 3 minggu atau kelompok kortikosteroid topikal

yang sangat kuat seperti salep betametason dipropionat 0,05% tanpa oklusi.

Dermatitis kontak akibat kerja alergik

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan DKA adalah mencegah

pajanan alergen. Mencegah pajanan agen alergen dapat dilakukan dengan

menghindari bahan alergen, yaitu dengan mengganti bahan alergen dengan bahan

yang kurang berbahaya atau mengganti pekerjaannya, mencuci bagian yang

terpapar secepat mungkin dengan sabun, jika tidak ada sabun bilas dengan air, dan

gunakan perlengkapan pelindung (sarung tangan) saat melakukan aktifitas yang

berisiko terhadap paparan alergen. Pencucian dapat dilakukan dengan

menggunakan sabun hipoalergenik dan jangan menggosok bagian yang ruam.

Lalu dapat dilakukan pembersihkan bagian yang terpapar, dengan cara

mengompres kulit yang teriritasi dengan air hangat (32,20C) atau lebih dingin.

Terapi farmakologi pada DKAK alergik hampir sama dengan terapi farmakologik

pada DKAK iritan. Pada lesi akut dengan lesi basah diberikan kompres basah

dengan menggunakan salin atau alumunium asetat untuk mempercepat

pengeringan lesi, sedangkan bila lesi kering dapat diberikan hidrokortison topikal

49

Page 51: revisi bahaya fisika

potensi ringan (hidrokortison 1-2,5% atau dexametason, krim 0,1% ). Pada lesi

kronis dibutuhkan kortikosteroid topikal potensi kuat, seperti krim betamethasone

valerat 0,01% dengan oklusi selama 1 sampai 3 minggu sampai peradangannya

hilang atau menggunakan salep betametason dipropionat 0,05% tanpa oklusi.

Selain pengobatan topikal, pengobatan sistemik juga diperlukan untuk mengontrol

rasa gatal dan pada kasus-kasus yang sedang atau berat baik akut maupun kronik.

Pengobatan sistemik dapat berupa pemberian antihistamin oral, seperti

diphenhydramine 25-50 mg atau hydroxyzine 10-25 mg 4 kali sehari untuk

menghilangkan rasa gatal dan kortikosteroid sistemik seperti prednison atau

prednisolon diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral,

intramuskular atau intravena.

PENCEGAHAN

Pencegahan merupakan strategi yang optimal dalam menangani masalah

penyakit kulit akibat kerja. Hal ini merupakan usaha multidisiplin yang

membutuhkan perencanaan oleh pemilik industri, pekerja, pemerintah, dan

petugas kesehatan untuk mengembangkan usaha pencegahan. Beberapa tindakan

yang dapat mencegah penyakit kulit akibat kerja antara lain adalah identifikasi

bahan-bahan berbahaya terlebih dahulu sebelum digunakan di tempat kerja

sehingga bahan-bahan tersebut dapat digantikan dengan bahan-bahan kimia

lainnya yang tidak berbahaya, penyaringan sebelum bekerja untuk

mengidentifikasi populasi yang berisiko tinggi, dan hazard control yang

mencakup pemilik perusahaan, pekerja, pemerintah, serta petugas kesehatan.

Sumber:

Sari, dkk. (2010). Dermatitis kontak pada pekerja bangunan. Student of Medical

School Udayana University Journal,10(1),2-6

Lestari Fatma, Utomo HS. Faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis

kontak pada pekerja di PT Inti Pantja Press industri. Makara, kesehatan.

2007;11:61-8.

50

Page 52: revisi bahaya fisika

DISKUSI KELOMPOK BAHAYA FISIKA

(Oponen Kelompok Penyakit Kerja)

Bahaya Fisika pada Proyek Pembangunan Jalan1. Oponen : Mifta Hussaadah

Penjawab : Dewi Ayu Puspitasari

Berapa minimal hari yang dibutuhkan dalam proses aklimatisasi

dan apakah ada faktor lain yang mempengaruhi aklimatisasi?

Jawaban

Aklimatisasi merupakan suatu proses penyesuaian fisiologis

terhadap lingkungan kerja panas. Proses ini dimulai dengan pengurangan

jam kerja pada hari pertama, dan ditingkatkan pada hari-hari berikutnya

sampai dapat bekerja penuh pada akhir masa aklimatisasi. Pada pekerja

baru dibutuhkan paling sedikit 5 hari kerja untuk aklimatisasi, dimulai

dengan bekerja 20% dari total jam kerja sehari, dan di tingkatkan 20%

setiap hari sampai akhir masa aklimatisasi. Alkohol dan beberapa obat

yang dikonsumsi dapat memengaruhi aklimatisasi karena mengurangi

kemampuan tubuh untuk bekerja di lingkungan panas. Obat-obatan

tersebut adalah; antihipotensi, diuretik, antispasmodik, sedatif,

tranquilizer, antidepresan, dan amfetamin (Harianto, 2009:160).

2. Oponen : Susana

Penjawab : Dian Kusuma

Dalam makalah anda dijelaskan bahwa akibat dari kebisingan ini

berupagangguan yang bersifat auditori dan extra auditori. Yang dijelaskan

pada auditori yaitu gangguan pendengaran tuli sementara yang dapat

progresif menjadi tuli yang menetap. Jadi dapat dikatakan efek jangka

pendeknya berupa tuli sementara dan efek jangka panjangnya yaitu tuli

menetap. Tolong jelaskan efek dari jangka pendek dan jangka panjang

pada yang non auditori !

Jawaban :

51

Page 53: revisi bahaya fisika

Menurut Arifiani (2004, dikutip Leksono, 2009). Efek fisiologis

kebisingan terhadap tubuh manusia yaitu :

1. Efek jangka pendek

Efek jangka pendek yang terjadi dapat berupa reflek pernapasan

berupa takipneu, dan respon system kardiovaskular berupa takikardi,

meningkatnya tekanan darah, dan sebagainya. Namun dapat pula

terjadi respon pupil mata berupa miosis, respon gastrointestinal yang

dapat berupa gangguan dismotilitas sampai timbulnya keluhan

dyspepsia, serta dapat terjadi pecahnya organ-organ tubuh selain

gendang telinga (yang paling rentana dalah paru-paru).

2. Efek jangka panjang

Efek jangka panjang terjadi akibat adanya pengaruh hormonal.

Efek ini dapat berupa gangguan homeostasis tubuh karena hilangnya

keseimbangan simpatis dan parasimpatis yang secara klinis dapat

berupa keluhan psikomatik akibat gangguan saraf otonom, serta

aktivasi hormone kelenjar adrenal seperti hipertensi, disritmia jantung,

dan sebagainya.

Sumber :Leksono, RanggaAdi. 2009. Gambaran kebisingan di area kerjashop C-D

unit pusat jembatan usaha PT bukaka teknik utama tahun 2009. Universitas

Indonesia : Fakultas Kesehatan Masyarakat.

(lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125420-S...Gambaran%20kebisingan...diperoleh

pada tanggal 26 februari 2014).

3. Oponen : Wahyuliani

Penjawab : Anggun

Sebutkan dampak kesehatan pada efek getaran yang ditransmisikan

keseeluruh tubuh?

Jawab

Efek klinis pada pajanan jangka pendek sebagai berikut :

1. Nyeri dada dan sakit perut akibat goyangan di dalam organ dada

dan perut.

52

Page 54: revisi bahaya fisika

2. Sakit kepala, mual, dan gangguan keseimbangan akibat goyangan

kepala.

3. Penglihatan kabur, otot berkontraksi spontan, sehingga tidak dapat

mengerjakan pekerjaan yang memerlukan ketelitian.

4. Napas pendek.

5. Gangguan bicara (Harrianto, 2009)

Sedangkan efek klinis pada pajanan jangka panjang adalah :

1. Gesekan tulang dan sendi, dapat mengakibatkan fraktur dan

inflamasi sendi.

2. Pada pekerjaan yang dilakukan dalam posisi duduk, efek dorongan

langsung pada sumbu tegak lurus vibrasi, yaitu pada cakram

antarruas tulang belakang, dapat mengakibatkan timbulnya

spondilolistosis, perubahan generatif medula spinalis, skoliosis

lumbalis, cedera diskus intervetebralis, dan hernia nukleus

pulposus.

3. Gangguan pada jantung, varises, varikokel, dan trombus akibat

terhambatnya darah kembali ke jantung. (Sumber :Harrianto,

Ridwan. 2009. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta : EGC)

Bahaya Fisika Pada Bengkel Las1. Oponen : Harnanda Ginting

Penjawab : Nur Oktaviani

Apa itu google glass? Mengapa harus menggunakan alat tersebut saat

pengelasan?

Jawab

Google glass adalah kacamata khusus yang digunakan untuk mengelas.

Kacamata ini melindungi pengelas dan orang-orang disekitarnya dari

bahaya radiasi non ionisasi (inframerah dan ultraviolet) yang ditimbulkan

oleh alat busur las.

Kaca mata las (google glass) harus mempunyai warna transmisi

tertentu, misalnya abu-abu, coklat, atau hijau. Lensa kacamata tidak boleh

53

Page 55: revisi bahaya fisika

terlalu gelap, karena tidak dapat melihat benda kerja dengan jelas, tetapi

juga tidak boleh terlalu terang sebab akan menyilaukan.

Bahan dari google glass dapat terbuat dari plastic dan transparan

dengan lensa yang dilapisi kobalt untuk melindungi bahaya radiasi

gelombang elektromagnetik non ionisasi dan kesilauan atau lensa yang

terbuat dari kaca yang dilapisi timah hitam untuk melindungi dari radiasi

gelombang elektromagnetik dan mengion. Lensa pada kacamata ini terbuat

dari bahan yang tidak menghantarkan panas sehingga tidak menimbulkan

buram saat pengelasan.

2. Oponen : Ulfa Novita Sari

Penjawab : Oktaria Susanti

Tolong jelaskan kembali tentang heat stroke? Dan bagaimana cara

mengatasi dan cara mencegahnya?

Jawab:

Heat stroke adalah gangguan kesehatan yang paling serius akibat heat

stress. Heatstroke adalah kondisi dimana suhu tubuh dapat mencapai lebih

dari 40°C atau lebih. Heatstroke dapat disebabkan oleh karena kenaikan

suhu lingkungan, atau aktivitas tinggi yang dapat meningkatkan suhu

tubuh. 

Gejala umum yang menandai serangan heatstroke termasuk mual,

kejang, kebingungan, disorientasi, dan kadang-kadang kehilangan

kesadaran atau koma. Sengatan panas ini dapat memicu komplikasi

mematikan atau menyebabkan kerusakan pada otak dan organ internal

lainnya. 

Efek kekakuan akibat panas dapat diatasi dengan pemberian garam

dan air. Kecapaian akibat panas dan stroke panas menunjukkan kegagalan

mekanisme pengaturan suhu dan memerlukan tindakan cepat dengan

pendinginan yang efektif dengan cairan dan elektrolit secara intravena.

Pemulihan hemostatis secara sempurna memerlukan waktu selama satu

minggu.

54

Page 56: revisi bahaya fisika

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah heatstroke

menurut Mikail (2012) adalah sebagai berikut:

1. Kenali tanda-tanda heatstroke

Heatstroke memiliki beberapa gejala seperti, kelelahan berlebihan,

sesak napas diikuti dengan sakit perut, gelisah, detak jantung cepat,

pingsan dan mungkin muntah parah. Apabila gagal mengatasi gejala-gejala

tersebut, kondisi ini dapat menyebabkan pingsan dan masalah kesehatan

serius.

2. Minum air putih

Bila tubuh mengalami reaksi panas mendadak, minumlah air tetapi

pastikan tidak meminum air yang terlalu dingin, karena hal ini akan

memicu reaksi negatif dari tubuh. dan sebagai upaya pencegahan

minumlah banyak air sepanjang hari.

3. Mencari tempat yang dingin

Ketika seseorang menunjukkan tanda-tanda gangguan yang

berhubungan dengan panas, langkah pertama yang harus dilakukan adalah 

harus bergerak ke tempat yang jauh lebih dingin dan menghindari paparan

sinar matahari langsung. Lepaskan semua atribut pakaian yang tidak perlu.

Jika situasi tidak membaik, minta bantuan dokter segera, sambil terus

mengusap keringat pada leher, ketiak dan daerah selangkangan.

4. Hindari konsumsi aspirin atau obat-obatan penghilang nyeri

Obat-obatan seperti aspirin tidak akan membantu mengurangi suhu

tubuh yang tinggi, melainkan akan menciptakan komplikasi.

5. Waspadai penyakit tertentu

Orang yang mengalami gangguan kesehatan seperti penyakit jantung,

diabetes dan obesitas harus ekstra hati-hati karena mereka sangat rentan

terhadap heatstroke. Orang dengan diabetes dapat dengan mudah

mengalami dehidrasi jika kadar gula darahnya tidak terkendali. Sementara

pada orang obesitas, dengan menggunakan logika sederhana, semakin

besar orang tersebut, maka semakin sulit untuk menghilangkan rasa panas

yang berlebih di dalam tubuhnya.

 Sumber:

55

Page 57: revisi bahaya fisika

Harianto, Ridwan. 2009. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta`: EGC

Mikali, Bramirus. 2012. "Heatstroke" atau Sengatan Panas, Ini Cara

Mencegahnya; ed: Candra, A., http://health.kompas.com/, diperoleh 25

Februari 2014 20:25 Wib

3. Oponen : Indah Septiarani

Penjawab : Riska Dwi Julianti

Berapa tingkat kebisingan di bengkel las yang membahayakan?

Dan apakah gangguan pendengaran sementara itu hanya pada saat

pengelasan dan beberapa jam setelah pengelasan atau berlangsung beberap

hari/minggu?

Jawaban

tingkat kebisingan di bengkel las yang membahayakan >85 dB.

Gangguan pendengaran tergantung tingkat kebisingan alat yang digunakan

di bengkel las. Untuk tingkat kebisingan dibawah 85dB dan terpapar

cukup lama biasanya gangguan pendengaran hanya berlangsung sesaat

hingga beberap menit/jam pasca pengelasan, tetapi jika mesin yang

digunakan >85dB dan pekerja terpapar suara bising mesin dalam waktu

lama dan tidak emnggunakan pelindung telinga, gangguan pendengaran

bisa berlangsung hingga beberapa hari.

Bahaya Fisika Pada POLANTAS1. Oponen :

Penjawab : Harpri

1) Bagaimana radiasi sinar UV membakar kulit kita?

Jawaban

Ketika kita terpapar sinar UV secara langsung, sinar ultraviolet dari

matahari yang menyerang langsung ke kulit akan membunuh sel-sel

yang biasanya bekerja membuat sel kulit baru. Sinar ultraviolet A

(UVA) sendiri dapat menembus kulit ke lapisan lebih dalam, tetapi

kombinasi sinar UVA dan UVB justru membakar lapisan kulit luar

karena energi per photon yang dikeluarkan lebih besar, yakni 8,37 eV.

56

Page 58: revisi bahaya fisika

2) Mengapa kulit yang terbakar memerah?

Jawaban

Untuk memperbaiki sel-sel yang rusak dan menyingkirkan sel-sel

mati, pembuluh darah otomatis bekerja ekstra untuk menyalurkan

darah lebih besar ke daerah yang terbakar. Aliran darah ini yang

membuat kulit kita berubah menjadi merah dan lebih hangat.

2. Oponen : Rizka Amilia

Penjawab : Elisa

Apa yang dimaksud dengan panas stroke (heat stroke) dan bagaimana

tindakan pencegahan panas stroke pada Polantas?

Jawab

Panas stroke adalah kondisi mengancam jiwa dimana suhu tubuh

mencapai lebih dari 40°C atau lebih. Panas stroke dapat disebabkan karena

kenaikan suhu lingkungan, atau aktivitas yang dapat meningkatkan suhu tubuh.

Panas stroke merupakan gabungan dari 2 kondisi serius yang berhubungan

dengan suhu. Kondisi pertama adalah heat cramp/ kram akibat kenaikan

suhu tubuh, dimana terjadi karena paparan suhu yang sangat tinggi.

Biasanya ditandai dengan keringat berlebihan, kelelahan, haus, kram otot.

Kondisi yang lain adalah heat exhaustion/ kelelahan akibat kenaikan suhu

tubuh. Heat exhaustion muncul jika anda tidak mempedulikan gejala dari

‘heat cramp’ yang muncul gejalanya termasuk sakit kepala, pusing, kepala

terasa ringan, mual, kulit dingin dan terasa lembab, kram otot.

Tindakan pencegahan terjadinya panas stroke pada Polantas yaitu

membiasakan minum air putih dalam jumlah cukup setiap hari terutama

ketika akan bertugas, tidak mengkonsumsi minuman seperti teh, kopi dan

yang minuman beralkohol, menggunakan pakaian yang ringan, longgar,

berwarna cerah dan menyerap keringat, membiasakan menggunakan topi

serta membiasakan sering minum setiap 15 sampai 20 menit.

57

Page 59: revisi bahaya fisika

3. Oponen : Adis Ferosandi

Penjawab : Ronita

1. Apakah ada jenis-jenis kebisingan? Bila ada, kebisingan pada lalu

lintas jenis apa?

Jawab :

Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat

dibagi sebagai berikut:

- Bising yang kontinyu: bising dimana fluktuasi dari intensitasnya

tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi

menjadi 2 (dua) yaitu:

Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi

yang luas. bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5

dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut, seperti suara

kipas angin, suara mesin tenun.

Norrow Spectrumadalah bising ini juga relatif tetap, akan

tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi

500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, katup gas.

- Bising terputus-putus: bising jenis ini sering disebut juga

intermittent noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus-

menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas,

kendaraan, kapal terbang, kereta api.

- Bising impulsif: bising jenis ini memiliki perubahan intensitas

suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya

mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan, suara ledakan

mercon, meriam.

2. Adakah cara mengurangi kebisingan selain menggunakan APD ?

Jawab :

Kebisingan pada lalu lintas tidak lepas dari banyaknya jumlah

kenadaraan yang berlalu lalang dijalanan. Pemerintah sendiri berusaha

untuk mengatasi berbagai kemacetan dijalan, secara tidak langsung apa

bila arus kendaraan berkurang maka kebisingan juga berkurang. Jika di

58

Page 60: revisi bahaya fisika

Jakarta sendiri pemerintah sudah mengadakan car free day untuk

mengurangi polusi udara.

Cara lain yang dapat dilakukan sebagai penanggulangan dengan

menanam pohon atau penghijauan. Tanaman diyakini dapat

mengurangi suara bising, rimbunnya dedaunan pepohonan dapat

memerangkap gelombang suara sehingga mengurangi tingkat

kebisingan.

Bahaya Fisika Pada Kontraktor Bangunan1. Oponen : Liza

Penjawab : Melisa

1) Bagaimana cara mengukuran Kebisingan?

Jawaban

Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi

kerja.

a. Pengukuran dengan titik sampling

Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi

ambang batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja.

Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk mengevalusai

kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana,

misalnya Kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber

harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain

itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang

digunakan.

b. Pengukuran dengan peta kontur

Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat

bermanfaat dalam mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat

menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan

area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet

pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat.

Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan

kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan intensitas

59

Page 61: revisi bahaya fisika

dibawah 85 dBA warna orangeuntuk tingkat kebisingan yang

tinggi diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan

intensitas antara 85 – 90 dBA.

c. Pengukuran dengan Grid

Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat

contoh data kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik

sampling harus dibuat dengan jarak interval yang sama diseluruh

lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberpa kotak

yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya : 10 x 10 m. kotak

tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk memudahkan

identitas.

2. Oponen : Nur Indah Permata Rani

Penjawab : Fridon Pasaribu

Bagaimana fase-fase pada dermatitis kontak akibat kerja tipe

alergik yang diperantarai oleh limfosit T?

Jawab:

Dermatitis kontak akibat kerja tipe alergik

Dermatitis kontak akibat kerja tipe alergik terjadi berdasarkan

reaksi imunologis berupa reaksi hipersensitivitas tipe IV, suatu reaksi

hipersensitivitas tipe lambat dengan perantara sel limfosit T. Reaksi ini

terjadi melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.

1. Fase Sensitisasi

Fase sensitisasi dimulai dengan masuknya hapten melalui

epidermis kulit melewati stratum korneum kemudian berikatan

dengan protein menjadi alergen. Setelah itu, sel Langerhans yang

terdapat di epidermis menangkap alergen tersebut melalui proses

pinositosis selanjunya akan diproses dan diikat pada human

leukocyte antigen DR (HLA-DR). Ikatan antigen dengan HLA-DR

ini diperlihatkan pada permukaan sel Langerhans. Kemudian sel

Langerhans tersebut menuju kelenjar limfa regional melalui

pembuluh limpatik. Sel Langerhans akan menyampaikan ikatan

60

Page 62: revisi bahaya fisika

antigen-HLA-DR tadi pada sel T cluster of differentiation 4 (CD4)-

positif (sel helper). Kemudian komplek antigen-HLA-DR

berinteraksi dengan T-cell reseptor (TCR) spesifik dan cluster of

differentiation 3 (CD3) komplek. Saat terjadi pengenalan antigen,

kedua sel teraktivasi. Serangkaian sitokin di sintesis oleh kedua sel

Langerhan dan sel T. Di dalam sel T pesan ini disampaikan melalui

molekul CD3. Sel Langerhans juga mensekresikan IL-1, yang

menstimulasi sel T untuk menghasilkan IL-2 dan merangsang

reseptor IL-2 pada permukaannya. Hal ini menyebabkan stimulasi

autokrin dan proliferasi koloni sel T spesifik terhadap antigen

tertentu (sel T memori) yang mengalami sirkulasi ke seluruh tubuh

dan kembali ke kulit. Pada tahap ini individu telah tersensitisasi

dan akan merespon saat sel T yang tersensitisasi tersebut terpapar

oleh antigen yang sama.

2. Fase Elisitasi

Fase elisitasi terjadi jika terdapat pajanan ulang alergen

(hapten). Seperti pada fase sensitisasi, hapten akan ditangkap oleh

sel Langerhans, diproses secara kimia menjadi antigen lalu diikat

pada HLA-DR, dan ikatan tersebut diekspresikan pada permukaan

sel Langerhans. Ikatan antigen-HLA-DR itu disampaikan pada sel

T4 spesifik di dalam kulit atau kelenjar limfa (atau keduanya) dan

tahap elisitasi dimulai. Kompleks antigen-HLA-DR berinteraksi

dengan kompleks CD3-TCR spesifik untuk mengaktifkan sel

Langerhans dan sel T. Hal ini menyebabkan sekresi IL-1 oleh sel

Langerhans, yang menstimulasi sel T untuk memproduksi IL-2 dan

merangsang reseptor IL-2. Hal ini memacu proliferasi sel T. Sel T

yang teraktivasi mensekresikan IL-2, interferon-γ (INF- γ), dan

GMCSF. Sitokin-sitokin tersebut kembali mengaktifkan sel

Langerhans dan keratinosit. Keratinosit yang teraktifasi

mengeluarkan IL-1. Kemudian IL-1 mengaktifkan fosfolipase yang

akan melepaskan AA untuk pembentukan prostaglandin (PG) dan

leukotrien (LT). Keratinosit yang teraktivasi juga mengeluarkan

61

Page 63: revisi bahaya fisika

sejumlah sitokin, meliputi IL-1, IL-6, dan GMCSF, yang semuanya

itu dapat memperluas lagi keterlibatan dan pengaktifan sel T.

Kombinasi sitokin-sitokin dengan PG dan LT ini menyebabkan

aktivasi sel mast dan makrofag. Histamin dari sel mast dan PG/LT

dari sel mast, keratinosit, dan infiltrasi leukosit menyebabkan

dilatasi vaskular dan meningkatkan permeabilitas terhadap sel-sel

dan faktor-faktor proinflamasi yang larut dalam sirkulasi. Hal ini

selanjutnya menimbulkan gejala klinik DKA sebagai respon

peradangan, kerusakan seluler, dan proses perbaikan.

Sumber:

Sari, dkk. (2010). Dermatitis kontak pada pekerja bangunan. Student of Medical

School Udayana University Journal,10(1),2-6

3. Oponen : Endang Setiawati

Penjawab : Amrina Rosyada

Apakah ada standar pencahayaannya?

Jawab :

1) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri

JENIS KEGIATAN

TINGKAT PENCAHAYAAN MINIMAL (LUX)

Keterangan

Pekerjaan kasar dantidak terus-menerus

100 Ruang penyimpanan dan ruangperalatan/instalasi yang memerlukanpekerjaan yang kontinyu

Pekerjaan kasar danterus-menerus

200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar.

Pekerjaan rutin 300 R. administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/ penyusun.

Pekerjaan agak 500 Pembuatan gambar atau berkerja dengan mesin kantor

62

Page 64: revisi bahaya fisika

halus pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin.

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan tekstil,pekerjaan mesin halus & perakitanhalus.

Pekerjaan amathalus

1500 tidak menimbulkan bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaanpekerjaan mesin dan perakitan yangsangat halus.

Pekerjaan terinci 3000 tidak menimbulkan bayangan

Pemeriksaan pekerjaan, perakitansangat halus.

Sumber : Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002

2) Bagaimana peran perawat dalam melindungi pekerja bangunan?

Peran perawat dapat melakukan penkes tentang pentingnya

menjaga kesehatan mata, kemudian mengusulkan kepada pimpinan

yang memperkerjakan mereka agar memberi pencahayaan yang cukup

dan tidak silau kemudian ketika waktu istirahat bekerja, pekerja

bangunan bisa mengalihkan pandangan mata yang jauh atau ke

dedaunan yang hijau agar mata kembali segar dan mengkonsumsi

wortel.

Bahaya Fisika Pada Petugas Parkir1. Oponen : Rani

Penjawab : Peronika Sinurat

Coba anda jelaskan, bagaimana pengaruh getaran dapat menimbulkan

bahaya kesehatan? dan bahaya kesehatan yg ditimbulkan seperti apa?

Jawaban

Seperti kita ketahui, getaran itu ada dua yaitu getaran umum dan

getaran setempat. Getaran umum merupakan getaran yang terjadi pada

seluruh tubuh misalnya saat duduk, berdiri dan bersandar. Sedangkan

getaran setempat yaitu getaran yang merambat pada bagian tertentu tubuh

(bersentuhan langsung dengan sumber getaran) misalnya tangan, lengan

63

Page 65: revisi bahaya fisika

atau kaki. Getaran yang di alami tukang parkir biasanya getaran umum,

jadi ini dapat menimbulkan bahaya kesehatan jika dialami secara terus

menerus. Efek getaran pada seluruh tubuh dapat mengganggu saat

melakukan pekerjaan yaitu akibat gangguan menggerakan tangan dan

menurunnya ketajaman penglihatan. Getaran-getaran yang terdiri dari

campuran aneka frekuensi bersifat menegangkan dan melemaskan tonus

otot secara serta merta, kedua efek ini melelahkan maka diperlukan

peredam. Bahaya kesehatan yang ditimbulkan seperti :

Gangguan aliran darah Gangguan syaraf pusat menyebabkan

kelemahan degeneratif syaraf.

Gangguan metabolisme/ pencernaan / pertukaran oxygen dalam

paru-paru Gangguan pada otot atau persendian

2. Oponen : Dini Mutmainnah (04101003053)

Penjawab : Ayu Kurniati Sijabat (04101003061)

Bagaimana cara agar petugas parkir yang terpapar kebisingan

setiap hari tidak mengalami penurunan fungsi pendengaran yang semakin

parah ??

Jawab :

Dengan cara para petugas parkir taat menggunakan alat pelindung

pendengaran yaitu ear plug dan ear muffs yang kita lihat sangat jarang

digunakan oleh petugas parkir. Karena ear plug dan ear muffs ini dapat

mengurangi intensitas bunyi yang akan didengar oleh petugas parkir.

Serta perlu di ketahui alat pelindung pendengaran ini harus dipakai,

jika:

Terdapat pajanan kondisi bising terus menerus lebih dari 85 desibel;

Mengalami sensasi mendengung (ringing) di telinga setelah berada di

area yang bising;

Terganggu, cemas, gelisah, setelah berada di area yang bising;

Ingin meningkatkan kenyamanan terhindar dari suara bising;

Tidak biasanya merasa lelah setelah bekerja di area yang bising; atau

Di tempat dimana bekerja diwajibkan menggunakan alat pelindung

pendengaran.

64

Page 66: revisi bahaya fisika

Tinjauan Pustaka

BAHAYA FISIK DILINGKUMGAN TEMPAT KERJA DAN DAMPAKNYA

BAGI KESEHATAN

I. Pengertian Tempat Kerja

Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada

Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan,

tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang

sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat

sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan,

halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang

berhubungan dengan tempat kerja tersebut

II. Potensi Bahaya Di Tempat Kerja

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang

dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan

timbulnya penyakit akibat kerja., Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang

berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit,

kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan

dengan proses dan sistem kerja.

a. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan

dan kerugian kepada:

1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap

pekerjaan,

2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin.

3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar

perusahaan,

4) kualitas produk barang dan jasa.

5) nama baik perusahaan.

b. Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat

dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam

65

Page 67: revisi bahaya fisika

rangka pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara

umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber

dari berbagai faktor, antara lain :

1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada

peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.

2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau

berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses

produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil

akhir.

3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar

terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak

berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun

psikis.

c. Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut

1) Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat

menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja

yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu

ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai,

getaran, radiasi.

2) Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari

bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi

bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja

melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut

ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya

pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat

tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi

bahaya debu, gas, uap.asap; daya acun bahan (toksisitas); cara

masuk ke dalam tubuh.

3) Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau

ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara

yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita

66

Page 68: revisi bahaya fisika

penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B,

Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan

dalam proses produksi.

4) Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau

yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau

tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam

melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan

cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat,

beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun

ketidakserasian antara manusia dan mesin.

5) Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau

ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan

yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti :

penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat,

kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem

seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya

keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai

akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan

antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam

organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan

terjadinya stress akibat kerja.

6) Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang

berasal atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan

dalam proses produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan

peralatan yang dipakai, kegiatan serta

III. Sifat Bahaya Dilingkungan Kerja

a. Bahaya yang Bersifat Fisik

Bahaya ini seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin bising

kurang penerangan getaranyang berlebihanradiasi dan sebagainya,

Keadaan tempat kerja yang terlalu panas mengakibatkan karyawna

cepat lelahm karena kehilangan cairan dan gamram, Bila panas dai

lingkngan ini berlebihan suhu tubuh akan meningkat yang

67

Page 69: revisi bahaya fisika

menimbulkan gangguan keseatan, pada keadaan berat sudu tubuh

sangat tinggi yang mengakibatkan pingsan sampai kematian, keadaaan

yang terlalu dingin juga akan menyebabkan karyawan sering sakit

sehingga akan menurunkan daya tahan tubuhnya.

Kebisingan mengganggu kosentrasi, komunikasi dan kemampuan

berfikir, Kebisingan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

penuruanan sifat pernmanen, niali ambang bataks kebisingan adalah 85

dB untuk karyawan yang bekerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.

Pencahayaan penting untuk efisiensi kerja. Pencahayaan yang

kurang memadai atau menyilaukan akan melelahkan mata, kelelahan

mata akan menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila

karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat

menyenabaan keseakaan, untuk pengatuarn intesitas pencahaan telah

diatur dalam peraturan mendteri perburuan no 7 tahun 1964.

Getaran yang berlebihan menyebabka berbahai penyakit pada

pembuluh daram syarafm sendir dan tulang punggung, Sedang radiasi

panas akan menyebabkan suhu tuuh meningkat dan akibatnya sama

dengan ruang kerja yang panas, selain itu terdapat berbagai radiasi

seperti radiasi dari bahan radiokatf, radiasi sinar dan riasi gelombang

mikro yang dapat menimbulkan berbagai penyakit pada karyawan.

IV. Macam-Macam Bahaya Fisik

A. Kebisingan

- Paparan Kebisingan

Kebisingan merupakan salah satu faktor fisik lingkungan

kerja yang dapat menimbulkan dampak pada gangguan

pendengaran (audiotory) dan extra audiotory seperti stress

kerja/psikologik, hipertensi, kelelahan kerja dan perasaan tidak

senang (annoyance).(Tana, 2002, dikutip Sukmono, 2010).

Kebisingan dalam kesehatan kerja diartikan sebagai suara

yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kwantitatif

(peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kwalitatif

(penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor

68

Page 70: revisi bahaya fisika

intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu. Jadi dapat disimpulkan

bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki

dn dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat

menimbulkan ketulian (Depkes, 2003, dikutip Saputro, 2011).

- Teori Bising

Menurut Harrianto (2009) : Bising (noise) adalah bunyi

yang ditimbulkan oleh gelombang suara dengan intensitas dan

frekuensi yang tidak menentu. Disektor industri, bising berarti

bunyi yang sangat mengganggu dan menjengkelkan serta sangat

membuang energi.

Tiga aspek gelombang bising yang perlu diperhatikan untuk

terjadinya gangguan pendengaran, yaitu frekuensi, intensitas dan

waktu.

Frekuensi bunyi menentukan pola nada, dinyatakan dalam

beberapa getaran/detik atau siklus/detik, yang satuanya disebut

Hertz (Hz). Artinya bunyi dengan satu siklus/detik mempunyai

frekuensi 1 Hz. Rentang frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh

telinga dewasa muda yang sehat berkisar 20-20.000 Hz. Meskipun

demikian porsi rentang frekuensi bunyi yang umum diterima

manusia hanya berkisar 500-3000 Hz. Gangguan pendengaran

yang terjadi pada area rentang frekuensi ini menjadi sangat penting

karena akan menjadi hambatan aktifitas sehari-hari seseorang,

terutama untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Pada kegiatan sehari-hari di industri, kebanyakan bising

yang terbentuk berasal dari campuran berbagai spectrum frekuensi

yang dihasilkan dari bermacam-macam sumber suara, seperti

mesin, kendaran bermotor, cerobong asap, teriakan suara manusia,

dan lain-lain. Untuk jenis bising ini diklasifikasikan sebagai bising

nada lebar (wide band noise). Untuk bising yang berasal dari

frekuensi yang hampir senada disebut bising nada sempit lebih

mengganggu pendengaran dibanding dengan frekuensi bising yang

rendah dan bising lebar.

69

Page 71: revisi bahaya fisika

Intensitas bunyi atau amplitude atau derajat kekerasan

bunyi atau sound pressure level (SPL) adalah besarnya daya atau

tinggi gelombang suara, yang merupakan ukuran derajat intensitas

bunyi. Pada frekuensi 1.000 Hz intensitas bunyi terlemah yang

masih dapat didengar manusia adalah 0.00002 N/m2 , sedang

intensitas bunyi terkeras sebesar 20 N/m2. Karena rentang

intensitas bunyi yang dapat didengar manusia sangatlah lebar, yaitu

0.00002- 20 N/m2, biasanya besarnya intensitas bunyi dipadatkan

dalam satuan desibel (dB).

Desibel (dB) yaitu logaritma dari perbandingan derajat

intensitas bunyi yang diukur dengan referensi intensitas bunyi

terlemah yang masih dapat didengar manusia (0.00002 N/m2).

Dengan menggunakan skala desibel, maka rentang intensitas bunyi

yang dapat didengar manusia menjadi lebih sempit, yaitu 0-140

dB. Namun , dengan skala desibel mempunyai suatu kelemahan,

yaitu bila dalam suatu ruangan terdapat beberapa sumber bising,

maka besarnya intersitas bising tidak langsung merupakan suatu

bentuk penambahan (additif), misal dua macam bising dengan 70

dB, totalnya tidak menjadi 140 dB, tetapi hanya menjadi 73 dB.

Selain intensitas bunyi, derajat gangguan bising bergantung pada

lamanya pajanan.

- Sumber - Sumber Kebisingan

Pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2600

7/4/Chapter%20II.pdf dijelaskan bahwa : Ditempat kerja disadari

atau tidak, cukup banyak fakta yang menunjukkan bahwa

perusahaan beserta aktivitas-aktivitasnya ikut menciptakan dan

menambah keparahan tingkat kebisingan di tempat kerja, misalnya:

a. Mengoperasikan mesin-mesin produksi “ribut” yang sudah

cukup tua

b. Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada

kapasitas kerja cukup tinggi dalam periode operasi cukup

panjang.

70

Page 72: revisi bahaya fisika

c. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala

kadarnya, misalnya mesin diperbaiki pada saat mesin

mengalami kerusakan parah

d. Melakukan modifikasi atau perubahan secara parsial pada

komponen-komponen mesin tanpa mengindahkan kaidah-

kaidah keteknikan yang benar, termasuk menggunakan

komponen-komponen mesin tiruan

e. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin

secara tidak tepat (terbalik atau tidak rapat/longgar),

terutama pada bagian penghubung antara modul mesin (bad

connection)

f. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya,

misalnya penggunaan palu (hammer) alat pemukul sebagai

alat pembengkok benda-benda metal atau bantu pembuka

baut.

- Jenis Kebisingan

Ditempat kerja, kebisingan diklasifikasikan menjadi dua

yaitu:

1) Kebisingan Tetap

Kebisingan tetap dibagi lagi menjadi:

a. kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete

frequency noise)

kebisingan ini berupa nada-nada murni pada frekuensi yang

beragam, contoh suara mesin, suara kipas dan sebagainya.

b. Broad Band Noise

Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band

noise sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady

noise). Perbedaanya adalah broad band noise terjadi pada

frekuensi yang lebih bervariasi (bukan ”nada” murni).

2) Kebisingan Tidak Tetap

Kebisingan tidak tetap dibagi lagi menjadi:

a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)

71

Page 73: revisi bahaya fisika

Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama selang waktu

tertentu.

b. Intermitten Noise

Sesuai dengan terjemahannya, itermitten noise adalah

kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-

ubah, contohnya kebisingan lalu lintas.

c. Impulsive noise

Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara

berintensitas tinggi (memekakan telinga) dalam waktu relatif

singkat, misalnya suara senjata dan alat-alat sejenisnya.

- Tingkat Kebisingan

Karena ada kisaran sensitifitas, telinga dapat mentoleransikan

bunyi-bunyi yang lebih keras pada frekuensi yang lebih rendah

dibandingkan pada frekuensi tinggi (Harrington, 2011).

Dalam bahasa K3, National Institute of Occupational Safety and

Health (NIOSH) telah mendefinisikan status suara atau kondisi kerja

dimana suara berubah menjadi polutan secara lebih jelas, yaitu :

a. suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 104 dBA

b. kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus

menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama

lebih dari 8 jam.

Di Indonesia, intensitas bising di tempat kerja yang diperkenankan

adalah 85 dB untuk waktu kerja 8 jam per hari, seperti yang diatur

dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor :

KEP.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) untuk

kebisingan di tempat kerja (Kepmenaker, 1999).

72

Page 74: revisi bahaya fisika

Tabel batasan waktu dan pajanan kebisingan :

- Pengaruh Kebisingan

Pengaruh kebisingan seperti tidur terganggu, beberapa ketegangan

mental yang disebabkan oleh kebisingan, akan menyebabkan

bertambah cepatnya denyut nadi serta hipertensi, yang dapat mengarah

kepada suatu bahaya lain di mana si penderita tidak dapat mendengar

teriakan atau suara peringatan sehingga memungkinkan dapat

mengakibatkan kecelakaan. Secara terus-menerus berada ditengah-

tengah kebisingan ditempat kerja dan lalu lintas dapat berakibat

hilangnya kepekaan mendengar yang mengarah kepada ketulian.

Lebih rinci lagi gangguan akibat kebisingan dapat berupa :

73

Page 75: revisi bahaya fisika

a. Gangguan fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi

bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat

berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi,

konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta

dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

b. Gangguan psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam

waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa stres,

kelelahan, dan lain-lain.

c. Gangguan komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi

yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara.

Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak.

Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada

kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau

tanda bahaya; gangguan komunikasi ini secara tidak langsung

membahayakan keselamatan tenaga kerja.

- Efek pada pendengaran

Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat

menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya

bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari

sumber bising, namun bila terus menerus bekerja di tempat bising,

daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali.

B. Getaran

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan

arah bolak- balik dari kedudukan keseimbangannya

(KEP–51/MEN/I999) . Getaran terjadi bila energi mekanis yang

berasal dari getaran suatu benda ditransmisikan pada suatu objek yang

74

Page 76: revisi bahaya fisika

tetap. Dalam kesehatan kerja pekerja dapat terpajan pada dua jenis

getaran yaitu getaran seluruh tubuh dan getaran tangan-lengan.

1) Getaran seluruh tubuh

Getaran ini berpengaruh terhadap seluruh tubuh, dihantarkan

melalui bagian tubuh tenaga kerja yang menopang seluruh tubuh.

Misalnya : kaki saat berdiri, pantat pada saat duduk, punggung  saat

bersandar, lengan saat bersandar. Getaran seperti ini biasanya dialami

pengemudi kendaraan seperti traktor, bus, helikopter, atau bahkan

kapal. Efek organ tertentu bergantung pada resonansi alamiah organ

tersebut pada dada 3-6 Hz, kepala 20-3- Hz, rahang 100-150 Hz dan

seterusnya. Di samping rasa ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh

‘goyangan’ organ seperti ini, menurut beberapa peneliti, telah

dilaporkan efek jangka lama yang ditimbulkan ialah ortheoartritis

tulang belakang (Harington 2011).

Efek klinis pada pajanan jangka pendek sebagai berikut :

6. Nyeri dada dan sakit perut akibat goyangan di dalam organ

dada dan perut.

7. Sakit kepala, mual, dan gangguan keseimbangan akibat

goyangan kepala.

8. Penglihatan kabur, otot berkontraksi spontan, sehingga tidak

dapat mengerjakan pekerjaan yang memerlukan ketelitian.

9. Napas pendek.

10. Gangguan bicara (Harrianto, 2009)

Sedangkan efek klinis pada pajanan jangka panjang adalah :

4. Gesekan tulang dan sendi, dapat mengakibatkan fraktur dan

inflamasi sendi.

5. Pada pekerjaan yang dilakukan dalam posisi duduk, efek

dorongan langsung pada sumbu tegak lurus vibrasi, yaitu pada

cakram antarruas tulang belakang, dapat mengakibatkan

timbulnya spondilolistosis, perubahan generatif medula

spinalis, skoliosis lumbalis, cedera diskus intervetebralis, dan

hernia nukleus pulposus.

75

Page 77: revisi bahaya fisika

6. Gangguan pada jantung, varises, varikokel, dan trombus akibat

terhambatnya darah kembali ke jantung. (Harrianto, 2009)

Nilai ambang batas panjanan getaran yang ditransmisikan

keseluruh tubuh yaitu dengan rentang frekuensi 1-80 Hz. (Harrianto,

2009)

2) Getaran tangan-lengan

Getaran tangan-lengan atau segmental, bila getaran ditransmisikan

terlokalisir pada 1 segmen tubh, biasanya pada lengan dan tangan

pada saat menggunakan peralatan bergetar (Harrianto, 2009). Getaran

ini merupakan bahaya pekerjaan pada operator gergaji rantai, tukang

semprot, potong rimput, gerinada, penempa palu, dan lain-lain

(Harington, 2011).

Efek geteran lengan ini terhadap kesehatan dapat menyebabkan

hand-arm vibration syndrome (HAVS) terdiri dari efek vaskuler dan

efek neurologik.

Efek vakuler yaitu terjadi pemucatan episodik pada buku jari ujung

yang bertambah parah pada suhu dingin disebut juga fenomena

Raynaud (Harington, 2011). Gejala-gejala khas fenomena Raynaud

adalah: i) awalnya jari-jari memutih dan menjadi dingin; ii) jari-jari

tersebut kemudian berwarna kebiruan akibat berkurangnya suplai

oksigen; iii) kemudian jari-jari memerah oleh karena terjadi

vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah kembali lancar. Keadaan

ini dapat menimbulkan kesemutan, kram, dan nyeri. Perubahan warna

tersebut tidak selalu dijumpai pada penderita. Namun keluhan tidak

nyaman, pucat, dan jari dingin tetap muncul. Lamanya gejala yang

timbul dapat berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam.

Tingkat nyeri dan ketidaknyamanan bervariasi pada setiap orang.

(Samara, 2006)

Efek neurologik atau efek sensorineural terjadi kesemutan dan baal

pada buku jari ujung. (Harington, 2011). Gejala sensorineural yang

dapat ditemukan pada penderita HAVS adalah rasa baal dan/atau

kesemutan pada satu atau lebih jari. Gejala mulai dari ringan dan

76

Page 78: revisi bahaya fisika

hanya berefek pada ujung jari yang sifatnya hilang timbul. Baal atau

kesemutan yang berlangsung lebih dari satu jam perlu

dipertimbangkan mulai awalnya HAVS.Pada kasus yang berat, baal

dapat mengenai sepanjang seluruh jari. Keadaan ini dapat

mengganggu aktivitas pekerjaan sehari-hari. Misal, penderita tidak

dapat merasakan tekanan kancing, memegang koin atau mur, dan

sebagainya. Tidak selalu semua jari bersamaan menjadi kasus ringan

atau berat. Kadang-kadang ada bagian jari yang gejalanya ringan,

bagian jari yang lain berat. (Samara, 2006)

Menurut KEP–51/MEN/I999 pasal 4 ayat 1, NAB getaran alat

kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan

tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat

(m/det2). Berikut tabel nilai ambang batas getaran untuk pemajanan

lengan dan tangan :

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Getaran untuk Pemajanan Lengan

dan Tangan

Jumlah waktu pemajanan per

hari kerja

Nilai percepatan pada frekuensi dominan

Meter per detik kuadrat

(m/det²)Gram

4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40

2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61

1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81

Kurang dari 1 jam 12 1,22

Sumber : KEP–51/MEN/I999Berat ringannya HAVS bergantung pada faktor-faktor lain, seperti

karakteristik paparan getaran, pekerjaan sehari-hari, kebiasaan sehari-

hari, dan riwayat kehidupan sebelumnya.

Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek getaran pada tangan

Faktor Fisik Faktor Biodinamika Faktor Individual

Akselerasi getaran Kekuatan menggenggam

bagaimana kuatnya pekerja

menggenggam alat bergerak

Pengontrolan operator

terhadap alat tersebut

77

Page 79: revisi bahaya fisika

tersebut

Frekuensi getaran Area permukaan, lokasi dan

bagian dari tangan yang

kontak dengan sumber

getaran

Frekuensi kerja mesin

Lamanya pekerja terpapar

getaran (lama kerja)

Posisi tangan dan lengan

terhadap tubuh

Susptibilitas individu

terhadap getaran

Melakukan perlindungan

secara praktis seperti waktu

istirahat atau dengan alat

perlindungan diri (APD)

seperti sarung tangan dan

sepatu boot

Riwayat luka pada jari dan

tangan, terutama karena

membeku / dingin

Penyakit atau lesi terutama

pada jari atau tangan

Sumber : Samara 2006

3) Radiasi Non Mengion

Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible

radiation, inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave dan

frekuensi radio) .

1) Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.

2) Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.

3) Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan

kanker.

Contoh :

- Radiasi ultraviolet : pengelasan.

- Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran

- Laser : komunikasi, pembedahan

4) Pencahayaan atau Penerangan ( Illuminasi

Tujuan pencahayaan :

1) Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan

pekerjaan

2) Memberi lingkungan kerja yang aman

Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah,

sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan

78

Page 80: revisi bahaya fisika

kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan

semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan

housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan

kerja.

Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan

menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan

tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan

dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang

higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan

pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan

menghindarkan dari kesalahan kerja

Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan

penglihatan orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-

kecilnya objek atau umur pekerja juga mempengaruhi.Pekerja di suatu

pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan sangat kecil maka

intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan

intensitas penerangan di pabrik mobil.Demikian juga umur pekerja

dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin

berkurang.Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang

dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang

yang lebih muda. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan

kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para

karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara

lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan

intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir.

Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk

mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal

ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi

penglihatan rangkap atau kabur.

Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak

cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan

hal-hal sebagai berikut :

79

Page 81: revisi bahaya fisika

o Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras

dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di

sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna

objek yang dikerjakan.

o Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan

diluar tempat kerja. Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja

perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.

o Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-

masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur

diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.Disamping

akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas,

penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-

kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang

baik yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja

maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah.

Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :

o Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon

kurang menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.

o Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian

rupa sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.

o Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di

muka jendela yang langsung memasukkan sinar matahar

o Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.

o Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh

bayangan suatu benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak

terjadi bayangan-bayangan.

Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan

kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :

o Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan

efisiensi kerja.

o Kelemahan mental

o Kerusakan alat penglihatan (mata).

80

Page 82: revisi bahaya fisika

o Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan

bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya)

sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai

berikut :

o Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak

mengganggu masuknya cahaya matahari ke tempat kerja.

o Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya

matahari harus cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6

daripada luas bangunan. Apabila cahaya matahari tidak mencukupi

ruangan tempat kerja, harus diganti dengan penerangan lampu

yang cukup.

o Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas

(tidak melebihi 32 derajat celsius).

o Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-

bayang yang mengganggu kerja.

o Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap

dan menyebar serta tidak berkedip-kedip.

5) Bau-Bauan

Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan

kerja Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan

kerja adalah bau-bauan yang tidak enak di lingkungan kerja dan

mengganggu kenyamanan kerja. Selanjutnya bau-bauan ini dapat

mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja.Bau-bauan sebenarnya

merupakan jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu

penciuman tetapi juga dari segi higiene pada umumnya.

Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklasifikasikan derajat

gangguan kesehatan belum ada sehingga pengukurannya masih

bersifat objektif.Hal ini disebabkan karena seseorang yang mencium

bau tertentu dan merasa tidak biasa dengan bau tersebut, apabila sudah

lama atau biasa mencium bau aneh tersebut maka akhirnya menjadi

terbiasa dan tidak mencium bau yang aneh tersebut. Orang yang

81

Page 83: revisi bahaya fisika

bekerja di lingkungan yang berbau bensin atau oli, mula-mula

merasakan bau tersebut tetapi lama-kelamaan tidak akan merasakan

bau tersebut meskipun bau tersebut tetap di lingkungan kerja itu. Hal

ini disebut penyesuaian penciuman.Dalam kaitannya dengan kesehatan

kerja atau dalam lingkungan kerja, perlu dibedakan antara penyesuaian

penciuman dan kelelahan penciuman.Dikatakan penyesuaian

penciuman apabila indera penciuman menjadi kurang peka setelah

dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus, seperti contoh

pekerja tersebut diatas.

Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak

mampu mencium kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau

yang lebih besar. Misalnya orang tidak mencium bau bunga setelah

mencium bau yang kuat dari bangkai binatang.Ketajaman penciuman

seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis sewaktu-waktu, misalnya

emosi, tegangan, ingatan, dan sebagainya. Orang yang sedang

mengalami ketegangan psikologis atau stress, ia tidak dapat mencium

bau-bauan yang aneh, yang dapat dicium oleh orang yang tidak dalam

keadaan tegang.

Disamping itu penciuman juga dapat dipengaruhi oleh kelembaban

udara.Pada kelembaban antara 40-70 % tidak mempengaruhi

penciuman tetapi dibawah atau diatas kelembaban itu dapat

mempengaruhi penciuman. Pengendalian bau-bauan di lingkungan

kerja dapat dilakukan antara lain :

1) Pembakaran terhadap sumber bau-bauan misalnya pembakaran

butil alkohol menjadi butarat dan asam butarat.

2) Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonistis diantara

zat-zat yang berbau. Kadar zat tersebut saling menetralkan bau

masing-masing. Misalnya bau karet dapat ditutupi atau ditiadakan

dengan paraffin.

3) Absorbsi (penyerapan), misalnya penggunaan air dapat menyerap

bau-bauan yang tidak enak.

82

Page 84: revisi bahaya fisika

4) Penambahan bau-bauan kepada udara yang berbau untuk

mengubah zat yang berbau menjadi netral (tidak berbau). Misalnya

menggunakan pengharum ruangan.

5) Alat pendingin ruangan (air conditioning) disamping untuk

menyejukkan ruangan juga sebagai cara deodorisasi

(menghilangkan bau-bauan yang tidak enak) di tempat kerja.

83