Upload
faranita-dwimelany
View
232
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
revisi masta
Citation preview
TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bpk.S DENGAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS
DI RT 01 RW IX WILAYAH BARATAN, KECAMATAN PATRANG, KABUPATEN JEMBER
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Belajar Lapangan (PBL)PERAWATAN KLIEN DI RUMAH
(HOME CARE)
Oleh ;
Kelomopok 1
Roby Aji Permana 102310101005
Zahrotul Azizah 102310101020
Aras Istawah 102310101022
Fitri Nurcahyani 102310101029
Misbakhul Anwari 1023101010053
Riskita Saktiani 102310101070
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIUNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANJln. Kalimantan no. 37 Kampus Tegal Boto Jember
Phone/Fax : (0331) 323450
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Bp. S
2. Usia : 54 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Alamat : Jl. Slamet Riyadi Gg Damai RT/RW 1/9 Baratan,
kecamatan Patrang-Jember (68112) Jatim
6. Komposisi Anggota Kelarga :
No Nama Jenis
Kelamin
Hub dgn KK Umur Pendidikan pekerjaan
1 Bp. S Laki-laki 54 tahun SD Wiraswasta
2 Ibu. A perempuan Istri 48 tahun SD Buruh
Gudang
3 Ny. SW perempuan Anak
kandung
30 tahun SD Ibu rumah
tangga
4 An. A Laki-laki Anak
kandung
18 tahun SMA Pelajar
5 An. H Laki-laki Cucu 12 tahun SD Pelajar
Genogram:
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Garis Pernikahan
: Garis Keturunan
: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
7. Tipe Keluarga :
Keluarga Bp. S terdiri dari Bp. S (54 tahun), Ibu A (48 tahun), dan kedua anak
beserta cucunya yaitu anak pertama Ny. SW (30 tahun), anak kedua sudah
meninggal 3 tahun yang lalu yaitu An B dan anak ke tiga yaitu An A (18 tahun),
serta cucunya An. H(12 tahun). Keluarga mampu menjalankan kehidupan sehari-
hari dengan harmonis dan saling mendukung kehidupannya. Tipe keluarga ini
termasuk dalam extended family karena terdiri dari tiga genarasi. Komunikasi
yang terjalin dalam keluarga tetap harmonis meskipun anak pertama sudah
meniggalkan rumh karena sudah berkeluarga dan tinggal bersama suaminya.
8. Suku Bangsa :
Keluarga berlatar belakang suku Madura. Ibu A mengatakan tidak ada kebiasaan
adat yang mempengaruhi kesehatannya. Namun, setiap malam jumat legi keluarga
Bp. S membuat sesajian untuk menghormati leluhur dan untuk berharap
keselamatan. Apabila ada kegiatan pernikahan dan khitan, keluarga Bp. S
menggunakan adat Madura.
9. Agama :
Islam. Kegiatan keagamaan Bp. S cukup baik, sholat berjamaah di mushola masih
dilaksanakan oleh keluarga Bp. S. Ibu A dan Bp. S masih aktif mengikuti
kegiatan pengajian yang diadakan di RW 9 BT pada malam rabu, malam jum’at,
malam minggu. An. H setiap harinya juga mengikuti Taman Pendidikan Alquran
di Mushola di samping rumahnya. Keluarga Bp. S menerapkan nilai-nilai dan
ajaran agama islam dalam keluarganya. Sholat wajib pun kadang mereka lakukan
di mushola yang kebetulan berada tepat di samping. Pendidikan yang diberikan
kepada anak rumanhya dan cucu mereka juga dilakukan sesuai dengan nilai dan
norma agama islam seperti saling menghormati, tidak boleh berkata kotor dan
kasar. Mereka selalu saling tegur sapa jika bertemu dengan tetangga.
10. Status sosial ekonomi Keluarga :
Bp. S saat ini bekerja sebagai kuli bangunan. Sebelumnya Bp. S bekerja sebagai
tukang becak di daerah P. Pekerjaan sebagai tukang becak sudah ditinggalkannya
karena terjadi penurunan fungsi penglihatan pada Bp. S sehingga Bp. S
memutuskan untuk mencari pekerjaan lain. Pekerjaan kuli bangunan ini sifatnya
tidak tetap bergantung adanya proyek. Bp. S bekerja dari hari Senin sampai Sabtu
dari mulai pukul 06.30-15.30. Pendapatan Bp. S perhari adalah Rp. 30.000
didapatkan dari pekerjaan kuli bangunan. Bp. S mengatakan bahwa penghasilan
Bp. S digunakan untuk keperluan sehari-hari. Bp. S mengatakan bahwa
penghasilan yang didapatkannya terkadang masih belum bisa memenuhi
kebutuhan keluarganya.
Ibu A bekerja sebagai buruh di gudang tembakau di daerah W. Ibu A bekerja di
gudang semenjak sebelum menikah. Ibu A bekerja dari hari Senin-Sabtu dari
mulai pukul 06.30-15.30. Pendapatan Ibu A perhari adalah Rp. 26.000. Ibu A
mengatakan bahwa pendapatannya ini digunakan untuk biaya sekolah anak dan
cucunya.
Keluarga Bp. S merasa penghasilan yang terkumpul dari Bp. S dan Ibu A masih
belum bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Ditambah lagi keluarga Bp. S harus
menanggung biaya hidup cucunya yang tinggal serumah dengannya. Keluarga Bp.
S mangatakan bahwa biaya hidup cucunya ditanggung penuh oleh keluarga Bp. S.
Keluarga Bp. S juga mengatakan bahwa ibu dan bapak dari cucunya tersebut tidak
pernah memberikan biaya hidup untuk cucunya yaitu An. H. Ibu A mengatakan
bahwa Ayah kandung cucunya pernah sesekali menjenguk An. H dan hanya
memberikan uang sebesar Rp. 5.000,00 Bp. S mengatakan bahwa keluarganya
tidak memiliki tabungan. Penghasilan keluarga sudah digunakan untuk biaya
hidup sehari-hari dan tidak ada sisa penghasilan untuk ditabung.
11. Aktivitas rekreasi keluarga :
Keluarga tidak pernah ada jadwal rekreasi. Liburan bisa dinikmati melalui
menonton televisi yang ada dirumah. Keluarga memiliki rutinitas untuk
berkumpul di depan TV pada saat menjelang petang. Ibu A mengatakan jika ada
waktu libur bekerja, mereka menggunakannya untuk bersantai dari pada uangnya
digunakan untuk rekreasi. Keluarga mengatakan bahwa keluarga ingin berekreasi
di luar rumah, namun keluarga tidak punya tempat tujuan dan terkendala
ekonomi.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
12. Tahap Perkembangan keluarga saat ini
Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak pertama
sudah dewasa dan menikah dan meninggalkan rumah. Keluarga Bp. S kurang
mampu mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga dikarenakan ibu A
jika tidur selalu menggunakan kipas sedangkan Bp. S tidak tahan dingin sehingga
keduanya tidur secara terpisah. Namun, dari keduanya tidak menyatakan bahwa
kebiasaan itu dapat membuat masalah di dalam hubungan keluarga. Bp. S mampu
mempertahankan komunikasi dengan keluarga tetap baik dan silaturahmi masih
terjalin dengan baik antara keluarga Bp. S dengan menantunya yang sudah
bercerai. Ibu A mengatakan bahwa perceraian anaknya karena gaji menantunya
sering di pakai untuk berfoya-foya dan sering berbohong kepada istrinya bahwa
dia tidak mendapat gaji, padahal sudah mendapatkan gaji dari juragannya. Hal ini
lebih diperkuat lagi dengan adanya pernyataan dari Ibu A bahwa walaupun telah
bercerai mereka tetap membina hubungan dengan baik, dan mantan menantunya
juga sering mengantarkan anak keduanya untuk sekedar berkunjung ke rumah ibu
dan neneknya. Namun, hal tersebut sudah tidak pernah ia lakukan lagi
dikarenakan sudah beberapa bulan terakhir mantan menantunya tersebut kini
tengah bekerja di Pulau Kalimantan.
13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Ibu A mengatakan bahwa sudah tidak melakukan kontrol ke dokter tentang
penyakitnya, hal ini sudah berlangsung semenjak anak keduanya meninggal
dikarenakan Ibu A merasa capek harus kontrol setiap satu bulan sekali. Meskipun
menggunakan jamkesmas, akan tetapi mereka juga harus mengeluarkan biaya
sedangkan keuangan yang dimiliki hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Setiap melakukan kontrol, dokter selalu memberikan larangan untuk Ibu A dalam
mengkonsumsi makanan sehingga Ibu A merasa terbebani jika selalu dilarang
untuk memakan semua makanan. Jika pada malam hari saat tidur Ibu A merasa
sakit, dia hanya merasakan sendiri rasa sakitnya dan hanya memendamnya
sendiri. Ibu A juga mengatakan bahwa beliau melakukan diit makanan yang
mengandung gula saja sedangkan makanan lainnya yang menurutrnya tidak
mengandung gula tetap dia makan sehingga gula darahnya menjadi naik. Diit
yang selama ini dilakukan hanya berdasarkan asumsi Ibu A saja.
Bp.S juga mengatakan bahwa mereka sudah lama tidak melakukan hubungan
intim dengan Ibu A karena jika Ibu A tidur, beliau selalu memakai kipas angin
sednagkan Bp.S tidak tahan dingin sehingga mereka selalu tidur terpisah. Hal ini
terjadi karena mereka tidak mengerti bahwa salah satu tanda pre menapause
adalah hot flash. Bp.S juga mengalami gangguan penglihatan akan tetapi Bp.S
tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut dikarenakan berbenturan dengan
ekonomi yang mereka miliki.
Ibu A mengatakan bahwa sosialisasi dengan tetangga baik akan tetapi sosialisasi
dengan keluarga sendiri kurang dikarenakan jarak yang cukup jauh untuk sampai
pada tempat sanak saudara dari keluarga besar Ibu A sehingga mereka hanya
berkunjung jika ada acara keluarga, seperti acara pernikahan atau acara khitanan
anggota keluarga besar dari keluarga Bpk.A. Ibu A mengatakan ingin sekali
berkunjung ke tempat keluarga besarnya namun terkendala oleh ekonomi.
Personal hygiene yang dilakukan oleh keluarga Bp. S juga kurang dikarenakan
kebiasaan yang mereka lakukan pada saat mandi dan mencuci baju, yaitu mereka
memiliki kebiasaan melakukannya disungai meskipun mereka sudah memiliki
kamar mandi sendiri dirumah. Mereka mengatakan bahwa sungai memiliki air
yang bersih. Bapak S mengatakan bahwa air di sungai itu banyak dan mengalir
yang berarti sungai itu bersih. Bapak S mengetahui bahwa ada resiko hanyut di
sungai akan Bapak S tetapi tidak mengerti bahwa air sungai bisa merugikan
kesehatan karena air sungai dibelakang rumahnya memang air sungai yang
kurang bersih. Yang beliau tahu, bahwa penyakit yang mungkin muncul apabila
beliau melakukan kontak dengan air sungai adalah gatal-gatal. Beliau pernah
mengalami gatal-gatal sebelumnya. Tetapi beliau tidak tahu penyebab dari gatal-
gatal yang dialami beliau. Tidak hanya Bp.S yang pernah mengalami gatal-gatal,
tetapi juga anak laki-lakinya.
14. Riwayat keluarga inti
Bp. S dan Ibu A berasal dari daerah yang berbeda namun memiliki budaya yang
tidak jauh berbeda. Bp. S merupakan warga asli dari wilayah BT yang pada
umunya masyarakat di BT menggunakan bahasa Madura dan Ibu A berasal dari
daerah R juga menggunakan bahasa Madura. Rumah yang ditempati Bp. S dan
Ibu A saat ini merupakan rumah yang dibangun dari hasil kerja Bp. S selama 2
tahun bekerja sebagai tukang becak dan pekerjaan sampingan lainnya. Keluarga
tentunya sudah sangat bersyukur dengan adanya rumah yang mereka miliki
seperti saat ini, namun keluarga juga masih memiliki harapan agar bisa memilki
ekonomi dan tempat tinggal yang lebih baik lagi.
15. Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga Bp. S merupakan keluarga yang berasal dari kelas ekonomi menengah
kebawah. Kakek dan nenek dari Bp. S memiliki seorang anak laki-laki yaitu ayah
dari Bp. S. Sedangkan ayah dari Bp. S memiliki empat orang anak, yang terdiri
dari dua anak laki-laki yaitu Bp. S sebagai anak pertama dan seorang adik laki-
lakinya, dan dua anak perempuan, yang keduanya sebagai adik perempuan dari
Bp. S. Mereka merupakan penduduk asli wilayah BT, yang sampai saat ini
keluarga Bp. S juga menempati dari BT tersebut.
Tidak berbeda jauh dengan riwayat keluarga dari ibu A, ayah dan ibu dari ibu A
memiliki tiga orang anak, yang semuanya adalah perempuan. Ibu A merupakan
anak kedua dari keluarganya. Mereka merupakan penduduk asli dari daerah R.
Daerah R merupakan wilayah yang penduduknya mayoritas berbahasa Madura.
Ibu A mengatakan bahwa keluarga sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit
yang bermakna terutama riwayat DM.
III. Lingkungan
16. Karakteristik Rumah keluarga Bpk.S
Rumah Bapak S menghadap kearah barat. Sebelah utara rumah keluarga
Bpk.S terdapat sebuah musholah. Tembok rumah keluarga Bpk.S terbuat dari
batu bata yang disemen dan dicat berwarna putih, atap rumah keluarga Bpk.S
terbuat dari genteng. Pada ruang tamu dan ruang TV di rumah keluarga tersebut
berlantaikan keramik yang berwarna putih. Namun, untuk kamar tidur, dari kamar
tidur Bpk.S, Ibu A, dan anak A, sumur, dan kamar mandi semua lantainya terbuat
dari semen. Setiap ruangan memiliki jendela. Pada suatu ruang tempat
menyimpan sepeda, ruang makan dan dapur semua masih berlantaikan dari tanah.
Keseluruhan rumah keluarga Bpk.S berukuran 9 x 6 meter persegi.
17. Karakteristik ruma Denah rumah:
18. Karakteristik tetangga dan komunitas
Rumah keluarga Bp. S masuk gang lumayan kecil. Sebelah kanan dan kiri rumah
Bp. S terdapat halaman yang tidak terlalu luas dan memiliki satu pohon rambutan.
Di sebelah utara rumah keluarga Bp. S terdapat sebuah musholah, sehingga
memudahkan keluarga Bp. S untuk melaksanakan kegiatan ibadahnya. Ada
tempat pembuangan sampah di rumah, ketika sampah sudah terkumpul banyak
maka sampah akan di buang di bukit dekat rumah sekitar 20 meter. Keluarga
menggunakan sumber air dari sumur. Jarak sumur dari septic tank menurut Bp. S
sekitar 7 meter. Bp.S mengetahui bahwa apabila septic tank miliknya berjarak
terlalu dekat dengan rumahnya, maka air dari septic tank akan merembes ke
dalam air sumur dan akan bercampur dengan air sumur. Namun Bp.S tidak
mengetahui berapa jarak ideal antara sumur dengan septic tank.
Ibu A bekerja dari mulai pukul setengah 7 pagi sampai jam 3 sore,
sehingga Ibu A jarang untuk berkumpul dengan tetangga dan beliau juga tidak
Ruang tamu
KamarA
Ruang TVKamar B
Tempat sepeda
KM WC
Tempat kayu
Kamar I
RM
Dapur
suka menggunjingkan orang lain. Ibu A melakukan aktivitas sosial seperti arisan
dan pengajian yang biasanya dilakukan setiap hari minggu untuk arisan, dan
setiap malam rabu, jumat, dan malam minggu untuk acara pengajian. Tetangga
keluarga Bp. S mayoritas berprofesi sebagai pedagang, buruh bangunan, buruh
pabrik, tukang becak dan petani.
19. Mobilitas geografis keluarga
Bp. S merupakan penduduk asli dari BT tersebut sedangkan Ibu A merupakan
penduduk asli dari daerah R. Menurut Ibu A, keluarga Bp. S jarang silaturahmi ke
daerah R, mereka pergi ke R jika ada kepentingan keluarga disana, seperti adanya
kegiatan pernikahan atau khitanan karena perekonomian keluarga mereka hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga mereka. Jika ada waktu
libur bekerja, mereka menggunakannya untuk bersantai di rumah untuk sekedar
bersenda gurau antar anggota keluarga dari pada digunakan untuk bepergian
keluar kota.
20. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Bp. S berinteraksi dengan tetangga hanya dalam bentuk tegur sapa, Ibu
A mengatakan bahwa dia tidak pernah melakukan perbincangan tanpa tujuan
yang jelas setiap harinya karena ia berpikir bahwa hal itu dirasa akan membawa
masalah akibat menggunjingkan orang. Ibu A dan Bp. S masih aktif mengikuti
kegiatan pengajian yang diadakan di RW 9 BT pada malam rabu,malam jum’at,
malam minggu.
Keluarga Bp. S memiliki hubungan yang baik dengan semua warga daerah BT.
Namun, Bp. S juga menambahkan bahwa dulunya saat anak keduanya yakni An.
B yang memiliki riwayat epilepsi masih hidup, warga sekitarnya sering
mengucilkan keluarganya, hal ini dikarenakan An. B sering bertingkah laku yang
kurang baik dan mudah marah pada warga sekitar, dan apabila penyakitnya
sedang kambuh dia sering mengkhawatirkan keluarganya. Bp. S merasa bahwa itu
adalah ujian dari Tuhan sehingga Bp. S bias menerima kondisi tersebut. Ibu A
mengatakan bahwa saat anaknya mengatakan pada ibunya ada orang lain yang
mengolok-olok anaknya, Ibu A menasehati anaknya untuk tidak keluar rumah
karena Ibu A malu jika anaknya diolok-olok orang lain. Namun anaknya tetap
membantah ibunya. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa sebenarnya keluarga
Bpk.S masih belum memahami secara baik mengenai adanya gangguan
perkembangan kesehatan untuk anggota keluarganya, dalam hal ini gangguan
kesehatan yang sedang dialami oleh An.B.
21. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Bp. S mengatakan bahwa beliau dan istrinya selalu berusaha untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya, dan apabila mereka sedang terdesak dengan
kebutuhan sehari-harinya maka keluarga akan berhutang kepada toko yang
dimiliki oleh tetangganya. Sehingga dalam hal ini keluarga Bpk.S sebenarnya
merasa malu apabila terlalu sering untuk berhutang kepada toko milik
tetangganya, namun hal tersebut terpaksa dilakukan oleh keluarga dikarenakan
tidak ada pilihan lain yang bisa ditempuh oleh keluarga selain berhutang pada
toko milik tetangganya. Maka dapat disimpulkan bahwa keluarga Bpk.S
mengalami gangguan pada tugas kesehatan yang khususnya pada tugas
mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
Keluarga akan berusaha untuk membayar hutangnya segera setelah memiliki
uang. Keluarga tidak menyatakan apakah selama ini pernah ada masalah dengan
tetangga yang diakibatkan oleh hal tersebut. Bp. S juga mengatakan bahwa
apabila anggota keluarganya sedang ada masalah, keluarga juga menyatakan
bahwa keluarga berhutang juga karena kondisi yang harus mereka akan
menyelesaikan permasahan yang ada di keluarga mereka dengan bermusyawarah,
tanpa melibatkan pihak diluar keluarga karena keluarga berusaha tidak ingin
membebani saudara-saudaranya. Keluarga juga berpendapat bahwa sanak
saudaranya juga sama-sama susah dan mempunyai beban tanggunagan sendiri
sehingga mereka justru berhutang di toko-toko tetangganya.
IV. Struktur Keluarga
22. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi yang terjalin dalam keluarga Bp. S berlangsung secara dua arah
dimana jika terjadi suatu masalah pihak keluarga akan mengadakan suatu
musyawarah untuk mengambil keputusan. Komunikasi yang terjalin dengan
anggota keluarga juga baik. Anggota keluarga dapat mengungkapkan perasaannya
kepada anggota keluarga yang lain jika ada suatu masalah. Jika ada kegiatan di
sekolah An. A selalu menceritakan kepada orang tuanya dan jika An. A ingin
keluar rumah (bermain) dia selalu meminta ijin kepada orang tua. Bp. S juga
mengatakan jika An. A pulang terlambat ke rumah, An. A akan dihubungi oleh
Bp. S untuk diminta segera pulang ke rumah dan An. A dapat menuruti perintah
orangtuanya.
Sewaktu pengkajian, An. H yang merupakan cucu dari Bp. S dan ibu A
mengatakan bahwa dia tidak pernah ada masalah bahkan sampai bertengkar
dengan teman-temannya selama dia berada di sekolah dan sewaktu bermain bola
di lapangan di dekat rumahnya. Dan pada saat dilakukan pengkajian, An. A
mengaku tidak pernah bermain game online atau play station, namun hal tersebut
dibantah oleh rekan bermainnya yang pada saat tersebut tengah berada di samping
An.H. Hal tersebut menunjukkan adanya kurang terbukanya An.H pada
keluarganya dikarenakan dia takut akan dimarahi oleh kakek atau neneknya. An.
H sering berkumpul dengan anggota keluarga saat semua anggota keluarga berada
di rumah.
23. Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan keputusan dalam Keluarga Bp. S dilakukan secara musyawarah
yang dilaukan oleh semua anggota keluarga. Jika terjadi suatu masalah atau
konflik dalam keluarga maka Bp. S dan Ibu A akan memberikan masukan
sehingga terjadi suatu titik temu untuk masalah tersebut. Hal ini juga berlaku jika
terdapat masalah dengan anak-anaknya. Mereka berkata bahwa pengambilan
keputusan melalui musyawarah ini dirasa cukup baik karena jika semua pendapat
masing-masing keluarga dipertemukan bisa menghindari suatu perselisihan.
Pengambilan keputusan dalam kleuarga Bpk.S dilakukan secara bermusyawarah
dengan anggota kelompok keluarga dan pengambilan keputusan juga dilakukan
secara terbuka dan bijaksana. Dan apabila terjadi suatu masalah, maka
pengambilan keputusan dalam keluarga Bpk.S tentunya ditentukan oleh Bapak S
dengan hasil musyawarah dengan semua anggota keluarga.
24. Struktur peran keluarga
Bp. S berperan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah sebagai kuli bangunan
dan mengatur rumah tangga. Bp. S berangkat kerja mulai pukul 06.30 WIB dan
baru pulang sekitar pukul 15.30 WIB Sehingga Bp. S tidak bisa menemani ibu A
di malam hari. Ibu A berperan sebagai ibu rumah tangga dan juga pencari nafkah
dalam keluarga. Ibu A bekerja di gudang tembakau di daerah W, jaraknya sekitar
10 km dari rumahnya.
Peran dalam membesarkan cucu dan anak mereka dilakukan oleh Bp. S dan Ibu A
mulai dari pendidikan, kebutuhan sehari-hari dan juga perlindungan anak. An. A
berperan sebagai anak dan juga pelajar. Bp. S mengatakan bahwa An. A adalah
anak yang menuruti perkataan orang tua dan An. A juga termasuk anak yang
pendiam. Biasanya setelah pulang dari sekolah An. A meluangkan waktunya
untuk belajar dan jika ingin bermain dia hanya bermain di sekitar lingkungan
rumahnya saja. Jika An. A ingin bermain jauh dia selalu meminta ijin kepada
orang tuanya, apabila orang tuanya tidak mengijinkan, dia tidak akan pergi keluar
rumah. Hal tersebut juga tidak berbeda jauh dengan yang terjadi pada An. H.
Keluarga menyampaikan bahwa An. H merupakan cucu yang penurut, dia rajin
bersekolah dan selalu pulang tepat waktu. Dan apabila An.H akan bermain keluar
rumah maka AN. H akan ijin terlebih dahulu kepada kakek dan neneknya.
Peran keluarga juga dipertegas dengan pernyataan ibu A bahwa sehari-hari ibu A
berusaha memenuhi tugasnya mulai dari memasak, menyapu, mencuci baju dan
piring semua anggota keluarganya, namun untuk mencuci baju akan dilakukan
oleh setiap anggota keluarga apabila pada hari libur.
25. Nilai dan norma budaya
Keluarga Bp. S menerapkan nilai-nilai dan ajaran agama islam dalam
keluarganya. Sholat wajib pun kadang mereka lakukan di mushola. Pendidikan
yang diberikan kepada anak dan cucu mereka juga dilakukan sesuai dengan nilai
dan norma agama islam seperti saling menghormati, tidak boleh berkata kotor dan
kasar. Mereka selalu saling tegur sapa jika bertemu dengan tetangga.
Dulu, pada saat Ibu A masih tinggal di rembangan mereka masih mempercayai
dukun untuk membantu mengatasi masalah kesehatan mereka. Ibu A juga
melahirkan semua anak-anaknya di dukun beranak. Namun, hal yang
berhubungan dengan penyakit Ibu A yang sekarang keluarga Bp. S justru lebih
percaya kepada tenaga medis. Ketika terkendala oleh keadaan ekonomi mereka
membawa anggota keluarga yang sakit ke penasehat kerohanian (kyai) untuk
mendapatkan kesembuhan. Keluarga Bpk.S lebih memilih untuk ke tenaga
alternative tentunya berdasarkan dengan tingkat kemampuan finansial dari
keluarga yang merasa tidak mampu apabila harus berobat ke rumah sakit, dan
keluarga Bpk.S beranggapan bahwa biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada
ke tenaga medis.
V. Fungsi Keluarga
26. Fungsi afektif
Keluarga Bp. S adalah keluarga yang harmonis. Mereka memiliki waktu luang
untuk makan malam bersama. Kedekatan dalam keluarga diwujudkan ketika
mereka berkumpul di saat semua anggota keluarga berada di rumah. Ibu A dan
Bp. S selalu mengontrol anak dan cucu mereka apabila mereka pulang terlambat,
Bp. S akan berusaha meghubungi anak dan cucu mereka untuk meminta segera
pulang kerumah karena Bp. S tidak ingin anak dan cucunya terjerumus dalam
pergaulan yang tidak baik.
27. Fungsi ekonomi
Bp. S mengatakan bahwa kebutuhan ekonomi keluarga dicukupi oleh Bp. S dan
Ibu A. Pendapatan Bp. S perhari Rp 30.000 digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Pengeluaran sehari-hari keluarga Bp. S, yaitu belanja
untuk makan sehari-hari, uang saku An. A Rp. 3000 – Rp 4000, Arisan
perminggu Rp. 10.000 – Rp. 20.000 dan uang saku cucunya Rp. 1000. Kebutuhan
bulanan seperti tagihan listrik juga menggunakan uang yang diperoleh.
Sedangkan pendapatan Ibu A perhari Rp 26.000 digunakan untuk membiayai
sekolah An. A dengan biaya SPP Rp. 225.000 dan cucunya Rp. 5000. Jika mereka
terkendala oleh uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga Bp. S,
maka mereka berhutang di toko-toko dekat rumah mereka, dan mereka akan
membayar hutang tersebut setelah mereka memiliki uang. Dalam sehari mereka
dapat makan sebanyak 3 kali.
28. Fungsi reproduksi
Ibu A sampai saat ini masih dalam periode reproduksi aktif dan Ibu A masih
menggunakan alat kontrasepsi dengan jenis pil. Bp. S dan Ibu A mengatakan
mereka sudah tidak tidur dalam satu kamar karena Bp. S tidak tahan dingin,
sedangkan Ibu A selalu menggunakan kipas angin ketika tidur karena beliau
selalu merasa kepanasan dalam tubuhnya. Bp. S mengatakan kepada An. A
bahwa anaknya tidak boleh pacaran dulu agar fokus sekolah, karena Bapak dan
ibunya bersusah payah mencari nafkah untuk membiayai sekolah anaknya.
29. Fungsi sosialisasi
Ibu A mengatakan bahwa beliau selalu datang membantu tetangganya apabila
tetangganya memiliki kepentingan seperti contohnya hajatan. Ibu A akan
meminta ijin untuk libur kerja ketika ada tetangganya yang membutuhkan
bantuan seperti contoh yang telah disebutkan. Bp. S juga sering membantu
tetangganya yang membutuhkan bantuan. Keluarga Bp. S juga sering menegur
sapa jika bertemu dengan tetangganya. An. A jarang bermain keluar rumah, lebih
sering teman-temannya datang ke rumahnya untuk bermain saat setelah magrib.
30. Fungsi keperawatan keluarga
a. Mengenal Masalah
Ibu A mengatakan bahwa penyakitnya diderita sejak 7 tahun yang lalu.
Menurut Ibu A, DM adalah kencing manis dan mengerti bahwa pada penderita
DM tidak boleh mengkonsumsi gula. Ibu A mengatakan benar-benar menjaga
makanan dan minuman yang ia konsumsi sehari-hari akan tetapi diit yang
dilakukan hanya berdasarkan gula yang terkandung pada makanan bukan
berdasarkan kebutuhan tubuh. Namun Ibu A beberapa kali terlihat masih
mengkonsumsi jajanan pasar yang manis dari tetangganya Ibu A mengatakan
sering berkeringat pada malam hari dan kaki terasa nyeri. Ibu A juga
mengatakan mengalami nocturia.
Meskipun dalam keadaan sakit, Bp. S dan Ibu A tetap berangkat bekerja untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka saling mendukung untuk menjaga
kesehatan masing-masing anggota keluarga, hanya saja masalah ekonomi
menjadi kendala utama dalam keluarga untuk memenuhi kesehatan anggota
keluarga. Bp. S memiliki masalah kesehatan dengan matanya dan sudah
diperiksakan ke dokter akan tetapi tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut
sedangkan Ibu A dulu sebelum anak kedua meninggal pernah periksa ke
Rumah Sakit dan kontrol kesehatan 1 bulan sekali untuk mengontrol kadar
gula darah Ibu A. Namun, setelah anak kedua meninggal, Ibu A menghentikan
pengobatannya karena Ibu A mengatakan jika dia terus melakukan kontrol ke
tenaga kesehatan, banyak larangan atau pantangan yang dianjurkan oleh dokter
sehingga Ibu A merasa takut tidak dapat menikmati hidupnya. Ibu A juga
belum mengetahui bahwa penyakit DM juga merupakan penyakit keturunan.
Bp. S mengalami masalah penglihatan. dari hasil pemeriksaan di poli mata,
diagnose medis untuk Bp. S adalah katarak. namun, Bp. S menyangkal bahwa
penyakitnya bukan katarak. Bp. S mengatakan bahwa Bp. S pernah mengikuti
operasi katarak tetapi di tolak. Untuk itu Bp. S menghentikan pengobatannya
hingga saat ini.
b. Mengambil Keputusan
Keluarga Bp. S belum bisa mengambil keputusan untuk mengatasi
masalahnya. Meskipun Ibu A sudah berusaha menjaga pola hidupnya, tetapi
saat pengkajian tetap ditemukan bahwa kadar gula darah sewaktu Ibu A
melebihi normal.
c. Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Apabila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga Bp. S hanya membeli obat di
apotek tanpa memeriksakan di pelayanan kesehatan. Perawatan yang dilakukan
oleh Ibu A apabila mengalami keringat dingin adalah mandi di malam hari dan
apabila timbul nyeri di kaki adalah memijatnya tanpa bantuan orang lain. Ibu A
mengatakan bahwa setiap harinya Ibu A rutin melakukan suntik insulin. Suntik
Insulin biasanya dilakukan pada pagi dan malam hari atau hanya pada malam hari
dengan dosis sediaan 4 unit/suntik. Insulin dibeli dari apotek dengan
menggunakan JAMKESMAS dengan harga Rp. 120.000 dan dapat dipakai
selama 1 bulan. Ibu A mendapat informasi mengenai insulin bukan dari tenaga
kesehatan langsung, melainkan melalui saudaranya yang juga menderita DM. Ibu
A belum mengetahui secara tepat tentang penggunaan insulin.
d. Memodifikasi Lingkungan
Keluarga Bp. S kurang memahami bagaimana lingkungan yang mengurangi
risiko penyakit.
e. Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan
Keluarga Bp. S belum bisa memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Menurut keluarga Bp. S kendala utamanya adalah ekonomi keluarga.
Meskipun keluarga Bp. S sudah menggunakan JAMKESMAS tapi mereka
masih tetap saja mengeluarkan uang untuk memperoleh obat. Sehingga Ibu A
memperoleh obat dari apotik tanpa harus kontrol ke dokter. Ibu A juga
mengatakan bahwa badannya terasa sakit pada saat tidur tapi Ibu A tidak
pernah merepotkan anggota keluarga lain, dan tidak ada tindakan khusus yang
dilakukan Ibu A untuk mengurasi rasa sakit yang dirasakannya.
Keluarga Bp. S mengatakan bahwa keluarganya masih memiliki kebiasaan
untuk mencuci dan mandi di sungai. Namun, apabila cuaca mendung keluarga
menghindari untuk beraktivitas di sungai karena takut air di sungai meluap.
Bp. S mengatakan bahwa dia mengetahui risiko mandi dan mencuci di sungai
dan keluarga Bp. S juga sudah memiliki fasilitas untuk mandi dan mencuci di
rumahnya, namun keluarga Bp. S tetap melakukan aktivitas di sungai
dikarenakan dari penuturannya bahwa air di sungai itu bersih. Selama ini
keluarga Bp. S tidak pernah mengalami penyakit kulit terkait kebiasannya
tersebut, tetapi sudah ada beberapa keluarga yang sudah pernah terserang
penyakit kulit.
Dua minggu yang lalu An H mengatakan sakit perut akibat terlalu banyak
makan mangga, namun An H tidak mengatakan kepada anggota keluarga yang
lain. An. H mengatasi masalah tersebut dengan istirahat dan tidur.
VI. Stress dan Koping Keluarga
31. Stressor jangka pendek
Bp. S dan Ibu A mengatakan bahwa tidak ada suatu masalah dalam keluarga
dalam satu tahun terakhir ini. Hanya saja masalah yang dirasa berat yaitu ketika
anak keduanya meninggal dunia 3 tahun yang lalu. Selain itu, yang sempat
menjadi stressor adalah penyakit dari Ibu A dan adanya penurunan fungsi
penglihatan pada Bp. S.
32. Stressor jangka panjang
Bp. S mengatakan bahwa yang menjadi masalah sampai saat ini adalah perceraian
anak pertamanya. Keluarga Bp. S harus mengasuh anak dari anak pertamanya dan
membiayai segala keperluan cucunya tersebut. Anak pertamanya tidak pernah
membantu meringankan beban tanggungan keluarga Bp. S terhadap biaya hidup
An. H.
33. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Bp. S mengatakan bahwa jika ada masalah dengan An. A, hal yang dilakukan
pertma yaitu menasehatinya. Ketika An. A akan pergi keluar rumah, Bp. S selalu
menanyakan kemana, dengan siapa An. A akan pergi sehingga orang tua tidak
khawatir. Bp. S mengatakan bahwa sebelum An B meninggal, keluarga Bp. S
mendapat cobaan berat terkait kondisi An. B. kemudian, yang dilakukan Bp. S
adalah mengembalikan dan berpasrah dengan bersabar dan berharap kepada
Tuhan.
34. Strategi koping yang digunakan
Menurut Ibu A, Bp. S adalah orang yang sabar. Apabila ada masalah mereka
menganggap itu adalah cobaan dari Tuhan dan mengembalikan semuanya ke
Tuhan.
35. Strategi adaptasi disfungsional
Bp. S adalah perokok aktif. Bp. S mengetahui risiko dari perilaku merokoknya,
tetapi Bp. S tetap menjadi perokok aktif. Keluarga Bp. S memiliki kebiasaan
mandi dan mencuci di sungai belakang rumah. Keluarga mengetahui risiko
penyakit akibat perilakunya tersebut, tetapi keluarga tetap melakukan
kebiasaannya tersebut. Keluarga Bp. S mengatakan bahwa keluarga memiliki
kebiasaan membuang sampah di bukit dekat rumah.
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisikNama Anggota Keluarga
Ibu A Bp. S An. A An. H
1. Penampilan umum
Kesadaran Compos
mentis
Compos
mentis
Compos
mentis
Compos
mentis
Cara berpakaian rapi rapi Rapi rapi
Kebersihan personal Bersih Bersih Bersih Bersih
Postur dan cara
berjalan
Postur tubuh
simetris.
Berjalan tanpa
bantuan
Postur tubuh
simetris.
Berjalan tanpa
bantuan
Postur tubuh
simetris.
Berjalan tanpa
bantuan
Postur tubuh
simetris.
Berjalan tanpa
bantuan
Bentuk dan ukuran
tubuh
Proporsional
sesuai dengan
tinggi badan
TB: 153cm
BB: 47kg
IMT : 20,08
Proporsional
sesuai dengan
tinggi badan
TB: 158cm
BB: 62kg
IMT : 24,89
Proporsional
sesuai dengan
tinggi badan
TB: 169cm
BB: 69kg
IMT : 24,21
Proporsional
sesuai dengan
tinggi badan
TB: 135cm
BB: 29kg
IMT : 17,15
Tanda-tanda vital Tgl : 30
november
Tgl : 30
november
Tgl : 30
november
Tgl : 30
november
2012
TD : 130/90
Nadi: 88x/
menit
Suhu: 35.7oC
RR: 24x/min
GDS: 489
2012
TD : 130/80
Nadi: 80x/
menit
Suhu: 36.6oC
RR: 20x/min
GDS: 116
2012
TD : 110/70
Nadi: 68x/
menit
Suhu: 36.7oC
RR: 18x/min
GDS: 130
2012
TD : -
Nadi: 96x/
menit
Suhu: 36.1 oC
RR: 36x/min
2. Status mental dan
cara berbicara:
Status emosi Stabil Stabil Stabil Stabil
Orientasi Dapat
mengenal
waktu, tempat
dan orang
Dapat
mengenal
waktu, tempat
dan orang
Dapat
mengenal
waktu, tempat
dan orang
Dapat
mengenal
waktu, tempat
dan orang
Proses berpikir Tidak loncat-
loncat dalam
berbicara,
terkadang
menyatakan
lupa akan
sesuatu bila
ditanya
Tidak loncat-
loncat dalam
berbicara,
cepat tanggap
dalam
berkomunikasi
Tidak loncat-
loncat dalam
berbicara,
cepat tanggap
dalam
berkomunikasi
Tidak loncat-
loncat dalam
berbicara,
cepat tanggap
dalam
berkomunikasi
Gaya bicara Bicara dengan
gerakan dan
lancar
Bicara dengan
gerakan dan
lancar
Bicara dengan
gerakan dan
lancer
Bicara dengan
gerakan dan
lancar
PEMERIKSAAN
KULIT
Kulit terdapat
bercak-bercak
coklat di kulit,
Kulit terlihat
bersih, bebas
dari bau,
Kulit terlihat
bersih, bebas
dari bau,
Kulit terlihat
bersih, bebas
dari bau,
ada flek di
wajah, bebas
dari bau,
warna kulit
sawo matang,
tidak ada lesi,
sensitivitas
terhadap
benda tumpul,
tajam baik,
ada bekas luka
di kaki sebelah
kanan.
warna kulit
sawo matang,
tidak ada lesi,
sensitivitas
terhadap
benda tumpul,
tajam baik
warna kulit
sawo matang,
tidak ada lesi,
sensitivitas
terhadap
benda tumpul,
tajam baik,
terlihat ada
bercak-bercak
putih pada
kaki kanan
dan kiri.
warna kulit
sawo matang,
ada luka di
dahi,
sensitivitas
terhadap
benda tumpul,
tajam baik
Kuku Terlihat bersih
terawat, kuku
jempol di
pelihara untuk
mempermudah
pekerjaannya,
CRT < 2 detik
Terlihat agak
kotor dengan
bekas material
bahan
bangunan
akibat
pekerjaannya,
rata, CRT < 2
detik
Terlihat bersih
terawat, rata,
CRT < 2 detik
Terlihat bersih
terawat, rata,
CRT < 2 detik
PEMERIKSAAN
KEPALA
Bentuk dan sensori Muka simetris,
sensori
normal, klien
merasakan
Muka
simetris,
sensori normal
(sensori
Muka
simetris,
sensori
normal, klien
Muka
simetris,
sensori
normal, klien
benda tumpul,
tajam (N V),
gerakan pipi,
rahang, alis
simetris
(NVI,VII)
penglihatan
menurun),
klien
merasakan
benda tumpul,
tajam (N V),
gerakan pipi,
alis simetris
(NVI,VII)
merasakan
benda tumpul,
tajam (N V),
gerakan pipi,
rahang, alis
simetris
(NVI,VII)
merasakan
benda tumpul,
tajam (N V),
gerakan pipi,
rahang, alis
simetris
(NVI,VII)
Rambut Rambut dan
kulit kepala
bersih, warna
hitam.
Distribusi
menyebar rata,
rambut rontok,
rambut mulai
berkurang
Rambut dan
kulit kepala
bersih, warna
hitam
beberapa
sudah
memutih.
Tebal,
Distribusi
menyebar rata,
mudah dicabut
Rambut dan
kulit kepala
bersih, warna
hitam, tebal,
Distribusi
menyebar rata,
tidak mudah
dicabut
Rambut dan
kulit kepala
bersih, warna
hitam.
Distribusi
menyebar rata,
tidak mudah
dicabut
Mata Isokor, bola
mata dapat
mengikuti
arah gerakkan
tangan
pemeriksa,
tidak ada nyeri
tekan, reaksi
Isokor, bola
mata dapat
mengikuti
arah gerakkan
tangan
pemeriksa,
tidak ada nyeri
tekan, reaksi
Isokor, bola
mata dapat
mengikuti
arah gerakkan
tangan
pemeriksa,
tidak ada nyeri
tekan, reaksi
Isokor, bola
mata dapat
mengikuti
arah gerakkan
tangan
pemeriksa,
tidak ada nyeri
tekan, reaksi
cahaya +/+,
konjungtiva
tidak anemis,
kornea tidak
ikhterik, tidak
memakai kaca
mata
cahaya +/+,
konjungtiva
tidak anemis,
kornea tidak
ikhterik,
memakai kaca
mata
Bp. S
mengatakan
mata terasa
panas dan
berat, tes
snellen
didapatkan
visus
5/6 8%
cahaya +/+,
konjungtiva
tidak anemis,
kornea tidak
ikhterik, tidak
memakai kaca
mata
cahaya +/+,
konjungtiva
tidak anemis,
kornea tidak
ikhterik, tidak
memakai kaca
mata
Hidung Bentuk
simetris,
warna kulit
sama dengan
kulit
sekitarnya,
tidak terdapat
lesi dan ada
cairan jika
pagi (lendir
bening),
mukosa
Bentuk
simetris,
warna kulit
sama dengan
kulit
sekitarnya,
tidak terdapat
lesi atau
cairan,
mukosa
hidung
lembab,
Bentuk
simetris,
warna kulit
sama dengan
kulit
sekitarnya,
tidak terdapat
lesi atau
cairan,
mukosa
hidung
lembab,
Bentuk
simetris,
warna kulit
sama dengan
kulit
sekitarnya,
tidak terdapat
lesi atau
cairan,
mukosa
hidung
lembab,
hidung
lembab,
terdapat bulu
hidung, uji
penciuman
baik (N I)
terdapat bulu
hidung, uji
penciuman
baik (N I)
terdapat bulu
hidung, uji
penciuman
baik (N I)
terdapat bulu
hidung, uji
penciuman
baik (N I)
Telinga Daun telinga
simetris kiri
dan kanan,
bersih, tidak
ada benjolan,
tidak bengkak,
tidak ada nyeri
tekan pada
masteudeus,
ada serumen,
gendang
telinga
berwarna abu-
abu putih,
klien dapat
mendengar
dengan baik
Daun telinga
simetris kiri
dan kanan,
bersih, tidak
ada benjolan,
tidak bengkak,
tidak ada nyeri
tekan pada
masteudeus,
ada serumen,
gendang
telinga
berwarna abu-
abu putih,
klien
mengatakan
sudah
mengalami
penurunan
pendengaran
Daun telinga
simetris kiri
dan kanan,
bersih, tidak
ada benjolan,
tidak bengkak,
tidak ada nyeri
tekan pada
masteudeus,
ada serumen,
gendang
telinga
berwarna abu-
abu putih,
klien dapat
mendengar
dengan baik
Daun telinga
simetris kiri
dan kanan,
bersih, tidak
ada benjolan,
tidak bengkak,
tidak ada nyeri
tekan pada
masteudeus,
ada serumen,
gendang
telinga
berwarna abu-
abu putih,
klien dapat
mendengar
dengan baik
Mulut Bibir simetris,
mukosa
Bibir tidak
simetris saat
Bibir simetris,
mukosa
Bibir simetris,
mukosa
lembab, lidah
simetris, dapat
bergerak ke
kiri dan kanan
(N XII) tidak
pucat, lidah
dapat
merasakan
asam, manis,
asin dengan
baik, gigi
tanggal 7.
bicara,
mukosa
lembab, lidah
simetris, dapat
bergerak ke
kiri dan kanan
(N XII) tidak
pucat, lidah
dapat
merasakan
asam, manis,
asin dengan
baik.
lembab, lidah
simetris, dapat
bergerak ke
kiri dan kanan
(N XII) tidak
pucat, lidah
dapat
merasakan
asam, manis,
asin dengan
baik, gigi
berlubang
kanan atas
lembab, lidah
simetris, dapat
bergerak ke
kiri dan kanan
(N XII) tidak
pucat, lidah
dapat
merasakan
asam, manis,
asin dengan
baik, gigi
tanggal 1 atas
kiri
Leher Simetris,
warna sama
dengan kulit,
tidak terdapat
perbesaran
JVP, tiroid.
Dapat
bergerak
proporsional
ke kiri, kanan,
atas, dan
bawah serta
diputar
Simetris,
warna sama
dengan kulit,
tidak terdapat
perbesaran
JVP, tiroid.
Dapat
bergerak
proporsional
ke kiri, kanan,
atas, dan
bawah serta
diputar
Simetris,
warna sama
dengan kulit,
tidak terdapat
perbesaran
JVP, tiroid.
Dapat
bergerak
proporsional
ke kiri, kanan,
atas, dan
bawah serta
diputar
Simetris,
warna sama
dengan kulit,
tidak terdapat
perbesaran
JVP, tiroid.
Dapat
bergerak
proporsional
ke kiri, kanan,
atas, dan
bawah serta
diputar
Dada(pernapasan) Simetris,
warna sama
Simetris,
warna sama
Simetris,
warna sama
Simetris,
warna sama
dengan kulit,
tidak terdapat
tonjolan
abnormal,
dapat bergerak
seimbang ke
atas ke bawah,
tactil fremitus
sama kiri dan
kanan,
vesikuler,
tidak terdapat
suara
tambahan
dengan kulit,
tidak terdapat
tonjolan
abnormal,
dapat bergerak
seimbang ke
atas ke bawah,
tactil fremitus
sama kiri dan
kanan,
vesikuler,
tidak terdapat
suara
tambahan
dengan kulit,
tidak terdapat
tonjolan
abnormal,
dapat bergerak
seimbang ke
atas ke bawah,
tactil fremitus
sama kiri dan
kanan,
vesikuler,
tidak terdapat
suara
tambahan
dengan kulit,
tidak terdapat
tonjolan
abnormal,
dapat bergerak
seimbang ke
atas ke bawah,
tactil fremitus
sama kiri dan
kanan,
vesikuler,
tidak terdapat
suara
tambahan
Dada(Cardiovaskuler) Tidak terdapat
tonjolan dan
massa,
interkostae
rata, BJ 1 dan
BJ 2 normal,
tidak terdapat
mur-mur
Tidak terdapat
tonjolan dan
massa,
interkostae
rata, BJ 1 dan
BJ 2 normal,
tidak terdapat
mur-mur
Tidak terdapat
tonjolan dan
massa,
interkostae
rata, BJ 1 dan
BJ 2 normal,
tidak terdapat
mur-mur
Tidak terdapat
tonjolan dan
massa,
interkostae
rata, BJ 1 dan
BJ 2 normal,
tidak terdapat
mur-mur
PERUT Inspeksi: perut
datar, warna
sama dengan
kulit
Inspeksi: perut
datar, warna
sama dengan
kulit
Inspeksi: perut
datar, warna
sama dengan
kulit
Inspeksi: perut
datar, warna
sama dengan
kulit
Palpasi: perut
terasa lemas,
Palpasi: perut
terasa lemas,
Palpasi: perut
terasa lemas,
Palpasi: perut
terasa lemas,
tidak terdapat
nyeri tekan,
tidak teraba
massa, hepar
tidak teraba
tidak terdapat
nyeri tekan,
tidak teraba
massa, hepar
tidak teraba
tidak terdapat
nyeri tekan,
tidak teraba
massa, hepar
tidak teraba
tidak terdapat
nyeri tekan,
tidak teraba
massa, hepar
tidak teraba
Perkusi:
timpani
Perkusi:
timpani
Perkusi:
timpani
Perkusi:
timpani
GENETALIA DAN
ANUS
Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji
EKSTREMITAS
Ekstremitas atas dan
bawah
Bahu simetris,
warna sama
dengan kulit,
tidak terdapat
tonjolan, dapat
mengangkat
dan menahan
beban dengan
baik, reflek
brachioradialis
normal kiri
dan kanan,
reflex patella
normal kiri
dan kanan,
kekuatan otot:
Bahu simetris,
warna sama
dengan kulit,
tidak terdapat
tonjolan, dapat
mengangkat
dan menahan
beban dengan
baik, reflek
brachioradialis
normal kiri
dan kanan,
reflex patella
normal kiri
dan kanan,
kekuatan otot:
Bahu simetris,
warna sama
dengan kulit,
tidak terdapat
tonjolan, dapat
mengangkat
dan menahan
beban dengan
baik, reflek
brachioradialis
normal kiri
dan kanan,
reflex patella
normal kiri
dan kanan,
kekuatan otot:
Bahu simetris,
warna sama
dengan kulit,
tidak terdapat
tonjolan, dapat
mengangkat
dan menahan
beban dengan
baik, reflek
brachioradialis
normal kiri
dan kanan,
reflex patella
normal kiri
dan kanan,
kekuatan otot:
555 555 555 555 555 555 555 555
555 555 555 555 555 555 555 555
Kesimpulan hasil pemeriksaan fisik:
Ibu A
Keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, memiliki postur tubuh simetris.
Dapat berjalan tanpa bantuan dan berbicara dengan lancar langsung tanggap. Terlihat
ada bekas luka pada kaki sebelah kanan.
Bp. S
Keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, memiliki postur tubuh simetris.
Dapat berjalan tanpa bantuan dan berbicara dengan lancar langsung tanggap tetapi
mulutnya tidak simetris ketika berbicara. Fungsi penglihatan mulai menurun.
An. A
Keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, memiliki postur tubuh simetris.
Dapat berjalan tanpa bantuan dan berbicara dengan lancar langsung tanggap dan tidak
ada kelainan pada organ tubuh. Terlihat ada bercak putih pada kaki kanan dan kiri.
An. H
Keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, memiliki postur tubuh simetris.
Dapat berjalan tanpa bantuan dan berbicara dengan lancar langsung tanggap, dan
tidak ada kelainan pada organ tubuh. Pada dahi sebelah kiri ada luka akibat bermain
dengan teman.
VIII. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga
Keluarga berharap mahasiswa dapat membantu menyelasikan masalah
kesehatan yang dikeluhkan oleh Bp. S dan Ibu A. Bp. S berharap adanya
perbaikan fungsi penglihatan dari Bp. S dan Ibu A berharap penyakitnya dapat
sembuh dengan bantuan dari Mahasiswa.
2. Analisa Data
No. Data Masalah Penyebab
1 Data Subyektif:
Keluarga Bp. S
mengatakan bahwa
keluarganya masih
memiliki kebiasaan
untuk mencuci dan
mandi di sungai
Bp. S mengatakan
bahwa dia mengetahui
risiko mandi dan
mencuci di sungai dan
keluarga Bp. S juga
sudah memiliki fasilitas
untuk mandi dan
mencuci di rumahnya,
namun keluarga Bp. S
tetap melakukan
aktivitas di sungai
dikarenakan dari
penuturannya bahwa air
di sungai itu bersih
Bp. S mengatakan
mengetahui risiko dari
perilaku merokoknya,
tetapi Bp. S tetap
Manajemen Kesehatan
tidak Efektif pada
keluarga Bp. S dalam
hal perilaku
disfungsional keluarga
Kurangnya
pemahaman dan
kesadaran keluarga
terhadap praktik
perilaku kesehatan
dasar;
Persepsi yang salah
terhadap air sungai
yang dianggap bersih;
Perilaku membuang
sampah yang tidak
tepat;
menjadi perokok aktif
Keluarga Bp. S
mengatakan bahwa
keluarga memiliki
kebiasaan membuang
sampah di bukit dekat
rumah
Data Objektif
Bp. S menunjukkan
perilaku disfungsional
yaitu merokok.
Selama ini keluarga Bp.
S tidak pernah
mengalami penyakit
kulit terkait kebiasannya
tersebut, tetapi sudah
ada beberapa keluarga
yang sudah pernah
terserang penyakit kulit
2 Data Subjektif
Ibu A mengatakan belum
mengetahui bahwa
penyakit DM merupakan
penyakit keturunan
Ibu A mengatakan bahwa
dia hanya mengetahui
DM hanya sebatas bahwa
DM adalah kencing
Penatalaksanaan
program terapeutik
keluarga khususnya
Ibu A tidak efektif
dalam hal diit, terapi
insulin dan perawatan
kaki.
Ketidakmampuan
keluarga memberi
perawatan pada
anggota keluarga
yang memiliki
masalah kesehatan;
Ketidaktahuan
anggota keluarga
terhadap keluhan
manis dan tidak boleh
mengkonsumsi gula
berlebih
Ibu A tidak mengetahui
penyebab keringat di
malam hari dan nyeri di
kakinya pada malam hari.
Data Objektif
Ibu A sudah biasa untuk
menyuntikkan insulin
untuk mengatasi
penyakitnya
Ibu A mengalami
Nocturia
Ibu A menyuntikkan
insulin pada pagi dan
malam hari atau hanya
malam hari. Dosis yang
disuntikkan sebanyak 4
unit/injeksi
Ibu A mengetahui cara
menyuntik insulin bukan
dari tenaga medis,
melainkan dari
saudaranya yang juga
menderita DM. Ibu A
belum mengetahui secara
tepat tentang terapi
yang dirasakan oleh
anggota keluarga
yang sakit;
Ketidaktahuan
keluarga mengenai
program terapeutik
yang tepat dan sesuai
program;
insulin.
Ibu A beberapa kali
terlihat masih
mengkonsumsi jajanan
pasar yang manis dari
tetangganya
3 Data Subjektif
Bp. S mengatakan bahwa
sudah 3 tahun ini
mengalami gangguan
penglihatan.
Bp. S mengatakan
awalnya matanya sering
terkena keringat saat
bekerja. Matanya terasa
perih dan lama-kelamaan
terjadi penurunan
penglihatan
Data Objektif
Bp. S saat ini bekerja
sebagai kuli bangunan.
Sebelumnya Bp. S
bekerja sebagai tukang
becak di daerah P.
Pekerjaan sebagai tukang
becak sudah
ditinggalkannya karena
terjadi penurunan fungsi
Gangguan persepsi
sensori (penglihatan)
pada Bp. S
Perubahan ketajaman
sensori (penglihatan);
perubahan dalam
kebiasaan merespon
stimulus
penglihatan pada Bp. S
sehingga Bp. S
memutuskan untuk
mencari pekerjaan lain
Visus 5/6 8%
Memakai Kacamata
dari hasil diagnosa medis
yang di dapatkan paa
pemeriksaan Bp. S di poli
mata tahun 2009 adalah
katarak.
4 Data Subjektif
Bp. S mengatakan hal
yang berhubungan
dengan penyakit Ibu A
yang sekarang keluarga
Bp. S justru lebih percaya
kepada tenaga medis.
Ketika terkendala oleh
keadaan ekonomi mereka
membawa anggota
keluarga yang sakit ke
penasehat kerohanian
(kyai) untuk
mendapatkan
kesembuhan.
Menurut keluarga Bp. S
kendala utamanya adalah
Perilaku pencarian
pelayanan kesehatan
Pada keluarga Bapak S
tidak efektif
ekonomi keluarga;
keluarga kurang
merasakan masalah
yang terjadi dalam
keluarga.
ekonomi keluarga.
Meskipun keluarga Bp. S
sudah menggunakan
JAMKESMAS tapi
mereka masih tetap saja
mengeluarkan uang untuk
memperoleh obat.
Sehingga Ibu A
memperoleh obat dari
apotik tanpa harus
kontrol ke dokter.
Ibu A dulu sebelum anak
kedua meninggal pernah
periksa ke Rumah Sakit
dan kontrol kesehatan 1
bulan sekali untuk
mengontrol kadar gula
darah Ibu A. Namun,
setelah anak kedua
meninggal, Ibu A
menghentikan
pengobatannya karena
Ibu A mengatakan jika
dia terus melakukan
kontrol ke tenaga
kesehatan, banyak
larangan atau pantangan
yang dianjurkan oleh
dokter sehingga Ibu A
merasa takut tidak dapat
menikmati hidupnya
Data Objektif
Meskipun Ibu A sudah
berusaha menjaga pola
hidupnya, tetapi saat
pengkajian tetap
ditemukan bahwa kadar
gula darah sewaktu Ibu A
melebihi normal
ada obat-obatan yang
dibeli oleh keluarga Bp. S
yang dibeli diapotik
3. Prioritas Masalah
a. Manajemen Kesehatan tidak Efektif pada keluarga Bp. S dalam hal perilaku
disfungsional keluarga berhubungan dengan Kurangnya pemahaman dan
kesadaran keluarga terhadap praktik perilaku kesehatan dasar
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
Sifat masalah:
Ancaman
2/3 X 1 2/3 Masalah merupakan
ancaman. Keluarga saat ini
masih melakukan kebiasaan
yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan.
Perilaku yang ditunjukkan
adalah merokok dan masih
melakukan aktivitas mandi
dan mencuci di sungai
Kemungkinan
masalah dapat
dirubah: mudah
2/2 X 2 2 Keluarga sebenarnya sudah
memiliki tempat untuk
mencuci dan mandi di
rumahnya. Sumber air yang
digunakan adalah sumur
Potensial masalah
dapat dicegah:
cukup
2/3 X 1 2/3 Keluarga Bp. S tidak selalu
memanfaatkan sungai untuk
keperluan mandi dan
mencucinya. Mereka
memanfaatkan sungai
ketika cuaca tidak
mendung.
Menonjolnya 1/2 X 1 1/2 Keluarga mengatakan ada
masalah: masalah
dirasakan tetapi
tidak harus segera
ditangani
beberapa tetangga yang
terserang penyakit kulit
ketika malakukan aktivitas
di sungai. Keluarga
memang tidak pernah
terserang penyakit sejenis
tetapi dirasakan perlu untuk
merubah perilakunya.
Total skor 23/6
b. Penatalaksanaan program terapeutik keluarga khususnya Ibu A tidak efektif
dalam hal diit, terapi insulin dan perawatan kaki berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada keluarga yang memiliki
masalah kesehatan
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
Sifat masalah:
Ancaman
2/3 X 1 2/3 Masalah merupakan
ancaman. Ibu A
mengatakan bahwa dia tahu
DM adalah kencing manis
dan harus menghindari
makanan yang mengandung
gula akan tetapi Ibu A
mengakatakan dia tidak
tahu bagaimana mengatur
diit yang benar sesuai
kebutuhan sehingga gula
darahnya terus naik.
Kemungkinan 2/2 X 2 2 Ibu A mengatakan sudah
masalah dapat
diubah: mudah
mengurangi makanan yang
yang mengandung gula
akan tetapi setiap kali
makan, apapun yang
disajikan untuk makan
keluarga, Ibu A juga
memakannya. Ibu A juga
mengatakan tidak pernah
melakukan olah raga
khusus untuk DM.
Potensial masalah
dapat dicegah:
tinggi
3/3 X 1 1 Ibu A mengatakan tidak
pernah diberi pendidikan
secara mendetail tentang
penyakitnya, dia hanya tahu
bahwa DM tidak boleh
makan yang manis-manis.
Menonjolnya
masalah: masalah
dirasakan dan harus
segera ditangani
2/2 X 1 1 Ibu A mengatakan bahwa
dia ingin penyakitnya
sembuh dan tidak ingin
sakit berkelanjutan.
Total Skor 14/3
c. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) pada Bp. S berhubungan dengan
Perubahan ketajaman sensori (penglihatan); perubahan dalam kebiasaan
merespon stimulus
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
Sifat masalah:
Aktual
3/3 X 1 1 Bp.S mengatakan bahwa
dia berpindah profesi
sebagai kuli bangunan
karena penglihatannya
sudah mulai menurun akan
tetapi resiko ditempat kerja
juga mengancam karena
penglitananya agak kabur
meskipun sudah memakai
kaca mata.
Kemungkinan
masalah dapat
diubah: mudah
2/2 X 2 2 Bp. S sudah memeriksakan
masalahnya ke dokter akan
tetapi Bp. S tidak
melakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Bp. S
mengatakan bersedia untuk
menjalani pengobatan
ataupun operasi untuk
matanya.
Potensial masalah
dapat dicegah:
tinggi
3/3 X 1 1 Bp. S menggunakan kaca
mata kemanapun dia pergi
dan kacamata tersebut
sedikit membantu
memperbaiki penglihatan
Bp. S. Berdasarkan
pemeriksaan tes snellen,
visunya 5/6 8%
Menonjolnya
masalah: masalah
dirasakan dan harus
2/2 X 1 1 Bp. S mengatakan dia ingin
melihat dengan normal agar
bisa bekerja terus untuk
segera ditangani mencukupi keunagan
keluarganya.
Total Skor 5
d. Perilaku pencarian pelayanan kesehatan pada keluarga Bapak S tidak efektif
berhubungan dengan ekonomi keluarga; keluarga kurang merasakan masalah
yang terjadi dalam keluarga.
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
Sifat masalah:
Ancaman
2/3 X 1 2/3 Keluarga Bp. S mengatakan
bahwa sudah memeriksakan
Ibu A ke tenaga medis akan
tetapi biaya yang
dikeluarkan banyak
sedangkan keungan mereka
hanya bisa digunakan untuk
kehidupan sehari-hari
sehingga ketika ada
masalah mereka mencari
alternative lain seperti
membeli obat diapotik
tanpa harus ke tenaga
medis.
Kemungkinan
masalah dapat
dirubah: sebagian
1/2 X 2 ½ Keluarga Bp. S membeli
obat untuk Ibu A di apotek
dan ibu A rutin
mengkonsumsinya akan
tetapi gula darah Ibu A
tetap saja naik sehingga
pada saat ibu A sakit pada
kakinya, Bp S justru
mengantarkannya ke kyai
karena keluarga tidak
memiliki biaya untuk pergi
ke pelayanan kesehatan
Potensial masalah
dapat dicegah:
cukup
2/3 X 1 2/3 Bp. S tidak meminta Ibu A
untuk melakukan control
lagi ke dokter dikarenakan
ekonomi yang mereka
miliki tidak cukup
meskipun memakai
JAMKESMAS
Menonjolnya
masalah: masalah
dirasakan tetapi
tidak harus segera
ditangani
1/2 X 1 ½ Bp. S mengatakan bingung
harus bagaimana. Bp S
menginginkan istrinya
sembuh akan tetapi biaya
yang mereka harus
tanggung dirasa berat
sedangkan untuk kebutuhan
sehari-hari saja pas-pasan
Total Skor 7/3
NoDx Keperawatan
Keluarga
Tujuan Kriteria EvaluasiRencana Tindakan
Umum Khusus Kriteria Standart
1. Gangguan persepsi
sensori (penglihatan)
pada Bp.S dalam hal
perilaku
disfungsional
keluarga
berhubungan dengan
Perubahan ketajaman
sensori
(penglihatan);
perubahan dalam
kebiasaan merespon
stimulus
.
Setelah
dilakukan 5
kali
kunjungan
rumah,
diharapkan
persepsi
sensori
(penglihatan)
pada Bp.S
dapat
berfungsi
optimal
1.Setelah
dilakukan 1
Kali
kunjungan
selama 60
menit,
diharapkan
keluarga
mengetahui
konsep dasar
penyakit
Katarak
1.1
menjelaskan
pengertian
Katarak
Katarak adalah
penurunan progresif
kejernihan lensa
1.1.1 Diskusikan pengertian
katarak
1.1.2 Anjurkan keluarga
menjelaskan kembali
1.1.3 Beri pujian atas
kemampuan keluarga
1.2
menjelaskan
penyebab
Katarak
Salah satu penyebab
katarak yaitu
pajanan terhadap
sinar matahari
selama hidup dan
predisposisi
1.2.1 identifikasi bersama
penyebab katarak
1.2.2 anjurkan keluarga
menjelaskan kembali
1.2.3 beri pujian atas
kemampuan keluarga
herediter.
1.3
menjelaskan
tanda dan
gejala katarak
Tanda gejala katarak
yaitu penurunan
ketajaman
penglihatan secara
progresif,terjadi
kekaburan
penglihatan, silau,
dan hilangnya
persepsi warna.
1.3.1 identifikasi bersama
tanda dan gejala katarak
1.3.2 anjurkan keluarga untuk
menjelaskan kembali
1.3.3 beri pujian atas
kemampuan keluarga
1.4
menjelaskan
pencegahan
katarak
Cara pencegahan
penyakit katarak
yang dapat
dilakukan adalah
dengan menjaga
penyakit yang
memiliki hubungan
dengan katarak dan
sebaiknya
menghindari faktor
yang mempercepat
terbentuknya
1.4.1 identifikasi bersama
pencegahan katarak
1.4.2 anjurkan keluarga untuk
menjelaskan kembali
1.4.3 beri pujian atas
kemampuan keluarga
penyakit katarak.
Salah satu yang
dapat dilakukan
adalah
menggunakan
kacamata hitam
diluar ruangan untuk
menghindari sinar
ultraviolet. Selain
itu, ada baiknya juga
menghentikan
merokok.
1.5
menjelaskan
pengobatan
tentang katarak
Penderita dianjurkan
untuk memakai
kacamata. Apabila
tidak bisa, maka
dilakukan
pembedahan yang
terdiri dari
pengangkatan lensa
dan penggantian
lensa dengan lensa
1.5.1 diskusikan tentan
pengobatan katarak
1.5.2 jelaskan tahap-tahap
pembedahan katarak
1.5.3 jelaskan efektivitas
pengobatan katarak
1.5.4 anjurkan keluarga untuk
mengungkapkan kembali
1.5.5 beri pujian atas
kemampuan keluarga
buatan
2. Setelah
dilakukan 1
Kali
kunjungan
selama 60
menit,
diharapkan
keluarga Bp.
S mampu
mengetahui
dan
mengelola
lingkungan
yang aman
2.2 Memantau
adanya barang-
barang yang
membahayakan
di lingkungan
Lingkungan yang
aman akan
meminimalkan
risiko jatuh.
Lingkungan yang
aman harus bebas
dari barang-barang
dan hal-hal yang
membahayakan.
2.2.1 Identifikasi dan
diskusikan bersama
tentang lingkungan rumah
dan benda-benda yang
membahayakan di
lingkungan rumah.
2.2.2 modifikasi lingkungan
tempat tinggal dari
barang-barang yang yang
membahayakan klien.
2.2.3 orientasikan klien
terhadap lingkungan baru
hasil dari modifikasi.
2.3 memberi
informasi
kepada anggota
keluarga untuk
tidak
memindahkan
barang di
Oriantasi yang
sudah dihasilkan
sebelumnya harus
dipertahankan.
Keluarga harus
memahami kondisi
ini untuk
2.3.1 anjurkan keluarga untuk
mendukung program
modifikasi lingkungan
untuk klien
2.3.2 beri pujian atas
kemampuan keluarga
dalam rumah keselamatan klien
3.Setelah
dilakukan 1
kali
kunjungan
selama 60
menit,
diharapkan
keluarga Bp.
S mampu
memilih
pelayanan
kesehatan
untuk
penyembuha
n matanya
3.1 jelaskan
kembali cara
pengobatan
katarak
Penderita dianjurkan
untuk memakai
kacamata. Apabila
tidak bisa, maka
dilakukan
pembedahan yang
terdiri dari
pengangkatan lensa
dan penggantian
lensa dengan lensa
buatan
3.1.1 diskusikan dengan
keluarga tentang
pengobatan klien
3.1.2 jelaskan tahap-tahap
pembedahan katarak
3.1.3 jelaskan efektivitas
pengobatan katarak
3.1.4 anjurkan keluarga untuk
mengungkapkan kembali
3.1.5 beri pujian atas
kemampuan keluarga
3.2
menjelaskan
kegunaan kartu
jamkesmas
Jamkesmas
mempunyai fungsi
utama, yaitu untuk
memberi
3.2.1 Beri penjelasan kepada
keluarga tentang fungsi
jamkesmas
3.2.2 Identifikasi apa kendala
pada keluarga perlindungan
kepada peserta
Jamkesmas dalam
bentuk pemeliharaan
kesehatan paripurna
dengan sistem
jaminan
kesehatanyang
terkendali, baik
mutu maupun
biayanya
penerapan jamkesmas
bagi keluarga
3.2.3 identifikasi solusi untuk
kendala tersebut
3.3
menggunakan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
Kunjungan tidak
terencana kunjungan
keluarga ke fasilitas
kesehatan untuk
membawa anggota
keluarga berobat
atau periksa atau
konsultasi
3.3.1 motivasi klien untuk
menggunakan fasilitas
kesehatan dengan tujuan
pengobatan
3.3.2 Evaluasi penyalahgunaan
fasilitas kesehatan oleh
oleh keluarga.
3.3
menggunakan
pelayanan
Kunjungan tidak
terencana kunjungan
keluarga ke fasilitas
3.3.1 motivasi klien untuk
menggunakan fasilitas
kesehatan dengan tujuan
fasilitas
kesehatan
kesehatan untuk
membawa anggota
keluarga berobat
atau periksa atau
konsultasi
pengobatan
3.3.2 Evaluasi penyalahgunaan
fasilitas kesehatan oleh
oleh keluarga.
3.3 bantu
keluarga
memilih
pengobatan
yang tepat
Pengobatan dapat
ditawarkan kepada
keluarga untuk
mengatasi masalah
klien.
3.3.1 dampingi klien untuk
menggunakan fasilitas
kesehatan dengan tujuan
pengobatan
4. Setelah
dilakukan
1 kali
kunjungan
selama 30
menit,
diharapkan
keluarga
Bp. S
mampu
mengambil
4.1 cara
perawatan
mata penderita
katarak
Secara medis untuk
mengobati katarak
adalah dengan
operasi dengan cara
lapisan mata
diangkat dan diganti
dengan lensa mata
yang baru ( buatan /
lensa intraokuler ).
Namun operasi
tersebut tidak
4.1.1 Jelaskan tentang
perawatan mata klien
4.1.2 anjurkan klien untuk
mengungkapkan kembali
4.1.3 beri pujian atas
kemampuan keluarga
keputusan
untuk
melakukan
perawatan
mata
menjamin 100 %
sembuh. Adapula
operasi dengan
menggunakan sinar
laser. Semua cara
pengobatan atau
langkah dengan
operasi semua
bergantung pada
kemampuan
ekonomi pasien itu
sendiri, karena
operasi mata katarak
ini membutuhkan
biaya yang cukup
banyak dan mahal.
Selain itu pasien
yang telah
melakukan operasi
mata katarak, harus
menggunakan
kacamata pelindung
mata diganti dengan
menggunakan
kacamata hitam dari
plastik setelah 2-3
selesai operasi,
kacamata tersebut
dikenakan ketika
anda hendak tidur.
Masa perawatan
untuk pemulihan
kembali mata pasca
operasi
membutuhkan waktu
paling lama 1 – 1,5
bulan dan paling
singkat adalah 1
minggu.
NoDx Keperawatan
Keluarga
Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan
Umum Khusus Kriteria Standart
2 Penatalaksanaan
program terapeutik
Setelah
dilakukan 2
1. Setelah
dilakukan 1
1.1 menjelaskan
pengertian DM
Diabetes melitus
adalah gangguan
1.1.1 Diskusikan dengan
keluarga tentang
keluarga khususnya
Ibu A tidak efektif
dalam hal diit, terapi
insulin dan
perawatan kaki
berhubungan dengan
ketidakmampuan
kelurga mengenal
dan mengetahui
penyakitnya.
kali
kunjungan
rumah,
program
terapeutik Ibu
A dapat
efektif
Kali kunjungan
selama 30
menit,
diharapkan
keluarga
mengetahui
konsep dasar
penyakit DM
metabolik kronik
yang tidak dapat
disembuhkan, tetapi
dapat dikontrol
yang
dikarakteristikan
dengan ketidak ade
kuatan penggunaan
insulin (Barbara
Engram; 1999, 532)
pengertian penyakit DM
1.1.2 Anjurkan keluarga untuk
mengungkapkan kembali
1.1.3 Beri pujian atas
kemampuan keluarga
1.2 menjelaskan
penyebab
terjadinya DM
Insulin Dependent
Diabetes Mellitus
(IDDM ) atau
Diabetes Melitus
Tergantung Insulin
( DMTI ) di
sebabkan oleh
destruksi sel beta
pulau lengerhands
akibat proses
autoimun.
Sedangkan Non
1.2.1 identifikasi bersama
keluarga penyebab DM
1.2.2 gali faktor risiko yang
ada pada keluarga
1.2.3 beri pujian atas
kemampuan keluarga
Insulin Dependent
Diabetes Melitus
( NIDDM ) atau
Diabetes Melitus
Tidak Tergantung
Insulin ( DMTTI )
disebabkan
kegagalan relatif sel
beta dan resistensi
insulin.
1.3 menjelaskan
tanda dan gejala
DM
1.3.1 Keluhan
Klasik: “Trias P”
(Poliuria,
poolidipsi, polifagi)
1.3.2 Penurunan
BB dan rasa lemah
1.3.1 Diskusikan dengan
keluarga tanda dan gejala
DM
1.3.2 beri penjelasanan
mekanisme terjadinya
gejala
1.3.3 identifikasi bersama
keluarga tanda dan gejala
yang ada pada penderita
1.3.4 beri pujian atas
kemampuan keluarga
1.4 menjelaskan A. Komplikasi akut 1.4.1 Galih pengetahuan
komplikasi DM dapat berupa :
1.Hipoglikemia
2.Keto Asidosis
Diabetika (KAD)
3.Koma Lakto
Asidosis.
4.Koma
Hiperosmolar Non
Ketotik
B. Komplikasi
kronis :
1.Makroangiopati
2. Mikroangiopati
3. Neuropati
keluarga mengenai
komplikasi DM
1.4.2 beri penjelasanan
mekanisme terjadinya
komplikasi
1.4.3 identifikasi bersama
keluarga tanda dan gejala
yang ada pada penderita
1.4.4 beri pujian atas
kemampuan keluarga
1.5 menjelaskan
diit pada
penderita DM
Diit menggunakan
prinsip 3J yaitu,
jumlah kalori,
jadwal makan, dan
jenis makanan.
Intervensi gizi yang
efektif (Downwer,
Modifikasi Perilaku
1.5.1 Identifikasi bersama
keluarga tentang pola
kebutuhan diit pada
pasien DM
1.5.2 beri penjelasanan tentang
pola kebutuhan diit yang
2001) :
1) kontrol
glukosa darah,
lipid darah, A1C,
kontrol tekanan
darah, kontrol
berat badan
2) Memicu
pegurangan
penggunaan
obat-obatan
3) frekuensi
hipoglikemia
<<<
4) Hospitalisas
i <<<
pembiayaan <<<
5) Kualitas
hidup pasien >>>
seharusnya diberikan
pada pasien DM
1.5.3 Anjurkan keluarga
mengungkapkan kembali
1.5.4 Tunjukkan gambar dan
food model pada keluarga
untuk memperjelas
penjelasan yang
diberikan
1.5.5 Susun jadwal menu pola
diit seimbang bersama
pasien dan keluarga
1.5.6 Pantau kepatuhan
keluarga dalam
menyusun jadwal
1.5.7 Beri pujian atas
kemampuan keluarga
1.6 menjelaskan
pencegahan dan
1.6.1 Pencegahan
Beberapa
1.6.1 Galih pengetahuan
keluarga mengenai cara
pengobatan DM pencegahan pada
penyakit Diabetes
Mellitus, yaitu :
1. Pencegahan
Primer
2. Pencegahan
Sekunder
3. Pencegahan
Tersier
1.6.2 Pengobatan
Pengobatan (Terapi
Farmakologis)
1. OHO:
1) Insulin
secretagogeus
2) Insulin
sensitizer
3) Incretin-
Enhancers:
DPP-4
inhibitor
2. Fixed dose
pencegahan dan
pengobatan pada DM
1.6.2 beri penjelasanan tentang
cara mencegah dan
melakukan pengobatan
poada pasien dengan
penyakit DM
1.6.3 identifikasi bersama
keluarga pencegahan dan
pengobatan DM
1.6.4 beri pujian atas
kemampuan keluarga
combination
types, Insulin,
pada keadaan-
keadaan tertentu.
2. Setalah
dilakukan 2 kali
kunjungan
rumah selama
30 menit,
keluarga
mampu
melakukan
perawatan kaki
pada ibu A
2.1 menjelaskan
pengertian
perawatan kaki
DM
Perawatan pada
kaki klien untuk
memberikan rasa
nyaman dan
mencegah
terjadinya infeksi
pada kaki
2.1.1 Galih pengetahuan
keluarga mengenai cara
perawatan kaki pada
pasien DM
2.1.2 identifikasi bersama
keluarga tentang
kebiasaan perawatan
kaki yang selama ini
diterapkan pada pasien
DM
2.1.3 beri pujian atas
kemampuan keluarga
2.2 menjelaskan
Tujuan
perawatan Kaki
DM
1. memperbaiki
aliran darah tungkai
bawah, pergelangan
kaki, telapak kai,
2.2.1 Diskusikan dengan
keluarga tentang tujuan
dilakukan perawatan kaki
pada pasien DM
dan jari-jari kaki 2.2.2 Tanyakan kembali pada
keluarga tentang tujuan
dilakukan perawatan kaki
pada pasien DM
2.2.3 beri pujian atas
kemampuan keluarga
menjawab dengan tepat
2.3 menjelaskan
indikasi dan
kontraindikasi
perawatan DM
Indikasi: pada klien
DM, klien dengan
dermatitis kontak
yang sudah
membaik
2.3.1 Diskusikan dengan
keluarga tentang indikasi
dan kontra indikasi
dilakukan perawatan kaki
pada pasien DM
2.3.2 Tanyakan kembali pada
keluarga tentang indikasi
dan kontra indikasi
dilakukan perawatan kaki
pada pasien DM
2.3.3 beri pujian atas
kemampuan keluarga
menjawab dengan tepat
2.4
mendemonstrasi
Perawatan kaki
pada penderita DM
Coaching :
2.4.1 Identifikasikanm
kan perawatan
kaki DM
dilakukan 2 minggu
sekali atau sesuai
dengan keadaan
klien dengan
merendam kaki
pasien pada air
hangat yang
disediakan dengan
menambahkan
sabun atau
emollient angent,
kemudian
keringkan dan
lakukan perawatan
kaki dengan
memotong kuku
membersihkan sela-
sela jari kaki
kemudian mengelap
dengan handuk dan
trakhir berikan
lotion pada kaki
bersama keluarga tentang
pola perawatan kaki
yang dilakukan oleh
keluaga dengan pasien
DM selama ini
2.4.2 Beri penjelasan pada
keluarga tentang
kebersihan diri pasien
DM berkaitan dengan
pencegahan timbulnya
luka gangrene pada kaki
pasien dengan DM
2.4.3 Anjurkan keluarga
mengungkapkan kembali
2.4.4 Tunjukkan cara
perawatan kaki pada
pasien DM
2.4.5 Bimbing pasien dan
keluarga dalam
memenuhi pemenuhan
perawatan kaki pada
pasien DM
pasien. 2.4.6 Berikan cara perawatan
luka pada kaki yang
muncul pada pasien DM
2.4.7 Pantau kepatuhan
perawatan kaki pada
pasien DM
2.4.8 Beri pujian atas
kemampuan keluarga
3. Setalah
dilakukan 2 kali
kunjungan
rumah selama
30 menit,
keluarga
mampu memilih
layanan
kesehatan yang
benar bagi Ibu
A dan mengenal
lingkungan
yang bisa
3.1 menjelaskan
pentingnya
menggunakan
layanan
kesehatan yang
benar untuk
penderita DM
Pelayanan
kesehatan sangat
penting bagi
penderita DM
karena penderita
DM harus terus
menjaga pola hidup
yang benar agar
gula darah terus
terkontrol
3.1.1 Gali pengetahuan
keluarga mengenai
pelayanan kesehatan
yang telah di capai
3.1.2 identifikasi bersama
keluarga tentang
pelayanan kesehatan
yang menguntungkan dan
tidak menguntungkan
3.1.3 beri pujian atas
kemampuan keluarga
terjadi resiko
cedera pada Ibu
A
3.2 membantu
keluarga
memilih
layanan
kesehatan yang
benar untuk
penderita DM
Pelayanan
kesehatan yang
benar akan
membantu kelaurga
agar bisa
mengontrol gula
darah sehingga
tingkat kesehatan
salah satu anggota
keluarga yang sakit
dapat tecapai secara
optimal
3.2.1 Diskusikan dengan
keluarga tentang layanan
kesehatan yang dapat
dimanfaatkan oleh
keluarga
3.2.2 Tanyakan kembali pada
keluarga tentang layanan
kesehatan yang bisa
mereka manfaatkan
3.2.3 beri pujian atas
kemampuan keluarga
menjawab dengan tepat
3.3 menjelaskan
kondisi
lingkungan
yang
membahayakan
Ibu A
Meletakkan barang-
barang yang tajam
dapat menimbulkan
resiko terjadinya
luka pada ibu A
sehingga luka akan
sukar untuk sembuh
3.3.1 identifikasikan dengan
keluarga tentang
penempatan barang-
barang yang tajam dalam
rumah
2.3. berikan penjelasan pada
keluarga pentingnya
meletakkan barang-
barang yang tajam pada
tempat yang aman
3 3.4 menjelaskan
pentingnya
memakai alas
kaki yang benar
bagi penderita
DM
Pemilihan alas kaki
yang tepat pada
penderita DM
sangatlah penting
hal ini
berhubungan
dengan resiko
injuri yang bisa
ditimbulkan.
Memakai alas
Coaching :
3.4.1 Identifikasikan
pemakaian alas kaki yang
bisanya dipakai oleh Ibu
A setiap hari
3.4.2 Beri penjelasan pada
keluarga tentang
pemilihan alas kaki yang
benar pada Ibu A
3.4.2 berikan reinforcement
kaki akan
memperkecil
resiko terjadinya
luka pada kaki,
alas kaki harus
tertutup dan
jangan keras.
positif pada keluarga