37
REVISI TUGAS INDIVIDU DAN KELOMPOK ANALISIS FORENSIK DALAM KASUS MUTILASI TOL CIKAMPEK Disusun Oleh : Marjoana Burju Harahap 1108105004 Ni Putu Rusma Eva Arista 1108105037 Putu Yuliantari 1108105040

Revisi Individu Dan Kelompok

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Revisi Individu Dan Kelompok

Citation preview

Page 1: Revisi Individu Dan Kelompok

REVISI TUGAS INDIVIDU DAN KELOMPOK

ANALISIS FORENSIK DALAM KASUS MUTILASI TOL CIKAMPEK

Disusun Oleh :

Marjoana Burju Harahap 1108105004

Ni Putu Rusma Eva Arista 1108105037

Putu Yuliantari 1108105040

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

BUKIT JIMBARAN

2013

Page 2: Revisi Individu Dan Kelompok

Kelompok : 10 (Sepuluh)

Topik : Analisis Forensik Kasus Mutilasi Tol Cikampek

Selasa, 5 maret 2013 ditemukan 6 potongan tubuh mayat wanita termutilasi tanpa

identitas. Ke enam potongan tubuh ini berupa potongan kaki kanan, tangan kanan, kepala berisi

rambut, dada dan tangan sebelah kiri. Bukti fisik lain yang ditemukan adalah, terdapat sidik jari

pada tubuh korban, bekas luka penembakan pada dada korban dan cctv yang mengarah pada titik

– titik lokasi pembuangan potongan tubuh di sekitar semak dan pinggiran jalan tol. Setelah

dianalisis oleh kedokteran forensik RSCM ( Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) dan selama 36

jam pencarian tersangka , ditemukan hasil bukti – bukti yang mengarah kepada Benget

Situmorang (Suami Korban) . Pengrebekan rumah tersangka oleh kepolisian di jalan Bungur

Raya, RT11/06, KP Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur dan ditemukan lagi sejumlah barang

bukti lain berupa golok dan pisau berdarah serta mobil angkot dengan Nomor Polisi B 2316 PG.

Dari barang bukti yang diketahui, analisis selanjutnya adalah menentukan identitas personal dari

korban melalui tes DNA pada rambut dan dibandingkan pada darah dalam senjata pembunuh

(golok dan pisau) yang ditemukan. Identifikasi ondotologi   pada potongan tubuh untuk

membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan

umur dan tinggi badan, ciri-ciri khusus dan deformitas serta bila memungkinkan dilakukan

rekonstruksi wajah dan uji serologic untuk memudahkan keluarga yang merasa kehilangan

anggota keluarganya .

Barang Bukti Kasus :

Marjoana Buru Harahap

1. Rambut korban mutilasi dianalisis dengan metode DNA pringerprint menggunakan PCR.

2. Bercak darah pada senjata pembunuh (Golok dan pisau) dianalisis dengan metode DNA

pringerprint menggunakan PCR .

3. Indentifikasi Gunshoot Residu dengan metode dengan metode SEM/EDS dan identifikasi

kimia.

Ni Putu Rusma Eva Arista

1. Analisis gigi dengan metode Asam Aspartan untuk mengetahui perkiraan umur korban

mutilasi.

Page 3: Revisi Individu Dan Kelompok

2. Analisis Luka Pembusukan dengan metode Using successional waves of insects dan

untuk mengetahui waktu kematian korban mutilasi.

Putu Yuliantari

1. Analisis Sidik Jari yang dimiliki korban .

2. Analisis Narkotika pada tersangka dengan GC-MS.

3. Analisis Serologik pada rambut Korban Mutilasi dengan metode kimia.

Hasil Analisis Barang Bukti :

1. Hasil analisis dari metode ini adalah dengan mencocokkan tipe-tipe DNA fingerprint

antara rambut dan darah pada senjata pembunuh. Dan diketahui, bahwa golok dan pisau

tersebut merupakan senjata pembunuh yang digunakan tersangka benget situmorang

2. Dari data kepolisian didapatkan perkiraan korban mutilasi adalah wanita, berumur sekitar

30-an tahun, dan tinggi badan sekitar 160 cm.

3. Hasil analisis dengan metode Asam Aspartan diperkirakan korban berumur 32 tahun .

4. Hasil analisis terhadap luka pembusukan, diperkirakan mayat korban dibunuh 3 – 5 hari

sebelum ditemukan.

5. Dari luka penembakan, diketahui bahwa korban ditembak dari jarak dekat, jenis SMITH

& WESSON ( tipe SW ) kaliber 36 SW dengan tinggi perkiraan tersangka 165cm.

6. Uji positif narkotika jenis cannabinol dan morfin ditemukan pada tersangka.

7. Setelah digunakan sampel pembanding, diketahui sidik jari korban ialah Dhanar Sri

Astuti (Istri Tersangka).

8. Gunshoot Residu pada analisis dengan SEM/EDS dan Uji kimia didapatkan hasil positif

Pb – Ba – As.

Dari hasil analisis setiap barang bukti, ahli forensik mendapatkan bebarapa kaitan antara

waktu kejadian pembuangan yang berkisar pukul 05.00 WIB , waktu pemotongan / mutilasi

mayat korban yang berkisar kurang dari 12 jam dan waktu pembunuhan korban yang berkisar 3 –

5 hari , dilihat dari luka membusuk yang terjadi di tubuh korban. Identifikasi selanjutnya adalah

analisis pada luka penembakan pada dada korban disekitar pleura atau paru korban dan

ditemukan bahwa tersangka menggunakan senjata api jenis SMITH & WESSON ( tipe SW )

caliber 36 SW . Dari hasil Identifikasi Personal, diketahui korban adalah Wanita berumur 30-an

Page 4: Revisi Individu Dan Kelompok

tahun, berambut hitam panjang, dan tinggi sekitar 160 cm, didukung oleh data postmortem

berupa sketsa wajah korban mutilasi digambar pada keadaan mata terbuka dan mata tertutup,

ekspresi wajah biasa dan wajah tersenyum. Hal ini, untuk memudahkan polisi dalam mencari

keluarga yang merasa kehilangan anggota keluarganya.

Hasil pengamatan CCTV diketahui bahwa potongan tubuh dibuang menggunakan mobil

angkot dengan Nomor Polisi B 2316 PG yang beralamat di jalan Bungur Raya, RT11/06, KP

Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur. Setelah investigasi, ditemukan barang bukti lain berupa golok

dan pisau dapur dengan bercak darah serta mobil angkot yang diduga digunakan tersangka dalam

membuang mayat. Hasil positif ditunjukkan dalam analisis DNA fingerprint antara rambut

korban dan darah pada senjata pembunuh. dibuktikan dalam kesamaan pembanding antara sidik

jari di tubuh korban dengan sidik jari korban sesuai pelaporan keluarga yang kehilangan anggota

keluarganya.Pada pengujian dengan analisis GC-MS bahwa tersangka telah menggunakan

Narkotika Jenis Cannabinol dan Morfin . Sehingga dapat disimpulkan tersangka Benget

Situmorang memutilasi Danar Sri Astuti dalam keadaan dipengaruhi oleh Narkotika. Sedangkan

pada luka penembakan terdapat Gunshoot Residu yang analisis dengan SEM/EDS dan Uji kimia

serta didapatkan hasil positif Pb – Ba – As.

Investigator:

Nama NIM Tanda Tangan

1. Marjoana Burju Harahap 1108105004

2. Ni Putu Rusma Eva Arista 1108105037

3. Putu Yuliantari 1108105040

Page 5: Revisi Individu Dan Kelompok

INVESTIGATOR : MARJOANA BURJU HARAHAP (NIM : 1108105004)

Nama Bukti Fisik : 6 (enam ) Potongan Tubuh Korban Mutilasi, Rambut Korban Mutilasi,

Darah pada golok (Senjata Pembunuh), Luka penembakan, residu penembakan pada sarung

tangan pelaku.

Selasa, 5 maret 2013 ditemukan 6 potongan tubuh mayat wanita termutilasi tanpa

identitas. Ke enam potongan tubuh ini berupa potongan kaki kanan, tangan kanan, kepala berisi

rambut, dada dan tangan sebelah kiri. Setelah dianalisis oleh kedokteran forensik RSCM

( Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) terdapat luka penembakan pada dada korban. Dari barang

bukti yang diketahui, analisis selanjutnya adalah menentukan Jarak dan sudut pada luka

penembakan serta Pemeriksaan SEM/EDS, pemeriksaan kimiawi pada luka penembakan dari

luka tersebut dapat diketahui benda atau senjata api yang digunakan untuk membunuh korban

dan selama 36 jam pencarian tersangka , ditemukan hasil bukti – bukti yang mengarah kepada

Benget Situmorang (Suami Korban) . Pengrebekan rumah tersangka oleh kepolisian di jalan

Bungur Raya, RT11/06, KP Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur dan ditemukan lagi sejumlah

barang bukti lain berupa golok dan pisau berdarah . Dari barang bukti yang diketahui, analisis

selanjutnya adalah menentukan identitas personal dari korban melalui tes DNA pada rambut dan

pada darah dalam senjata pembunuh (golok dan pisau) yang ditemukan.

A. Analisis DNA

Bukti fisik rambut pada korban mutilasi tol cikampek dan darah pada senjata pembunuh

(golok, pisau) dianalisis dengan metode analisis DNA fingerprint. Sistematika analisis DNA

fingerprint sama dengan metode analisis ilmiah yang biasa dilakukan di laboratorium kimia.

Sistematika ini dimulai dari proses pengambilan sampel sampai ke analisis dengan PCR. Pada

pengambilan sampel dibutuhkan kehati-hatian dan kesterilan peralatan yang digunakan. Setelah

didapat sampel dari bagian tubuh tertentu, maka dilakukan isolasi untuk mendapatkan sampel

DNA. Bahan kimia yang digunakan untuk isolasi adalah Phenolchloroform dan Chilex.

Phenolchloroform biasa digunakan untuk isolasi darah yang berbentuk cairan sedangkan Chilex

digunakan untuk mengisolasi barang bukti berupa rambut.

Page 6: Revisi Individu Dan Kelompok

Amplifikasi DNA dengan PCR

Reaksi Polimerase Berantai atau dikenal sebagai Polymerase Chain Reaction (PCR),

merupakan suatu proses sintesis enzimatik untuk mengamplifikasi nukleotida secara in vitro.

Metoda PCR dapat meningkatkan jumlah urutan DNA ribuan bahkan jutaan kali dari jumlah

semula, sekitar 106-107 kali. Setiap urutan basa nukleotida yang diamplifikasi akan menjadi dua

kali jumlahnya. Pada setiap n siklus PCR akan diperoleh 2n kali banyaknya DNA target. Kunci

utama pengembangan PCR adalah menemukan bagaimana cara amplifikasi hanya pada urutan

DNA target dan meminimalkan amplifikasi urutan non-target.

Proses PCR merupakan proses siklus yang berulang meliputi denaturasi, annealing dan

ekstensi oleh enzim DNA polimerase. Taq DNA polymerase diisolasi dari bakteri Thermus

aquaticus (Taq) dikembangkan pada tahun 1988. Enzim ini tahan sampai temperature mendidih

100°C, dan aktifitas maksimal pada temperatur 70-72°C. Sepasang primer oligonukleotida yang

spesifik digunakan untuk membuat hibrid dengan ujung-5’ menuju ujung-3’ untai DNA target

dan mengamplifikasi untuk urutan yang diinginkan.

Dasar siklus PCR yang utama merupakan siklus berulang 30-35 siklus meliputi:

a. Denaturation (95°C), 30 detik denaturasi dua untai DNA template menjadi untai tunggal

b. Annealing (55–60°C), 30 detik pengenalan/penempelan primer DNA template, suhu

annealing ditentukan oleh susunan primer. Optimalisasi temperatur annealing dimulai dengan

menghitung Melting Temperature (Tm) dari ikatan primer dan DNA template. Temperatur

annealing biasanya 5ºC dibawah Tm primer yang sebenarnya.

c. Extension (72°C), waktu tergantung panjang pendeknya ukuran DNA yang diinginkan sebagai

produk amplifikasi.

Pada reaksi PCR diperlukan DNA template, primer spesifik, enzim DNA polimerase

yang thermostabil, buffer PCR, ion Mg 2+, dan thermal cycler.

Cara Kerja:

PCR mix solution, untuk 10ul solution maka campurkan:

1. Aquadest steril = 2 μL

2. PCR mix = 5 μL

3. Primer 1(10pmole) = 1 μL

Page 7: Revisi Individu Dan Kelompok

4. Primer 2 (10pmole) = 1 μL

5. Sampel DNA = 1 μL

Contoh PCR Program:

1. Hot start (denaturasi awal) 94o C selama 2 menit

2. Siklus amplifikasi diulang 31 kali terdiri dari

a) Denaturasi 94o C selama 60 detik

b) Annealing 58o C selama 45 detik

c) Ekstensi 72o C selama 60 detik

3. Periode ekstensi pada suhu 72o C selama 5 menit

Catatan; bila primer diganti program PCR menyesuaikan susunan primer dan panjang

DNA produk amplifikasi yang diinginkan

Sampel DNA dimasukkan kedalam mesin PCR. Langkah dasar penyusunan DNA

fingerprint dengan PCR yaitu dengan amplifikasi (pembesaran) sebuah set potongan DNA yang

urutannya belum diketahui. Prosedur ini dimulai dengan mencampur sebuah primer amplifikasi

dengan sampel genomik DNA. Satu nanogram DNA sudah cukup untuk membuat plate reaksi.

Jumlah sebesar itu dapat diperoleh dari isolasi satu tetes darah kering pada senjata pembunuh dan

dari sel-sel yang melekat pada pangkal rambut yang ditemukan di TKP. Kemudian primer

amplifikasi tersebut digunakan untuk penjiplakan pada sampel DNA yang mempunyai urutan

basa yang cocok. Hasil akhirnya berupa kopi urutan DNA lengkap hasil amplifikasi dari DNA

Sampel.

Selanjutnya kopi urutan DNA akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat

pola pitanya. Karena urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola

elektroforesis) setiap individu juga berbeda. Pola pita inilah yang dimaksud DNA fingerprint.

Adanya kesalahan bahwa kemiripan pola pita bisa terjadi secara random (kebetulan) sangat kecil

kemungkinannya, mungkin satu diantara satu juta. Hasil analisis dari metode ini adalah dengan

mencocokkan tipe-tipe DNA fingerprint antara rambut dan darah pada senjata pembunuh. Dan

diketahui, bahwa golok dan pisau tersebut merupakan senjata pembunuh yang digunakan

tersangka benget situmorang.

Page 8: Revisi Individu Dan Kelompok

B. Analisis Luka dan Residu Penembakan

Deskripsi luka yang minimal untuk korban meninggal terdiri dari:

1. Lokasi luka

2. Ukuran dan bentuk defek

3. Lingkaran abrasi

4. Lipatan kulit yang utuh dan robek

5. Bubuk hitam sisa tembakan, jika ada

6. Bagian yang ditembus/dilewati

1. Arah Tembakan

Penggunaan senjata tanpa alur, luka tembak dekat akan memperoleh informasi tentang

sudut tembakan karena adanya ilmu ukur, serta ada tidaknya kelim jelaga/residu. Luka tembak

yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan warna pada kulit, jika sudut

penembakan olique akan mengakibatkan luka tembak berbentuk ellips, panjang luka

dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak. Pada luka tembak jarak dekat. Diindentifikasi

dengan banyaknya residu yang tersisa pada tubuh korban. Petunjuk ini berguna untuk

pembanding dengan shotgun. Luka tembak yang disebabkan shotgun dengan sudut oblique akan

membentuk luka seperti anak tangga. Jaringan juga berperan serta dalam perubahan gambaran

luka karena adanya kontraksi otot.

Pada kasus mutilasi , luka penembakan terdapat pada dada dan ditemukan penetrasi tembakan

kerusakan berat pada pleura serta paru dan memakai senjata jenis SMITH & WESSON ( tipe SW

) kaliber 36 SW.

2. Metode SEM/EDS

GSR pada luka tembak tempel atau luka tembak jarak dekat pada kasus mutilasi Tol

Cikampek :

Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan

butir-butir mesiu.

Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan

lebih banyak mengambil warna biru (basofilik staining).

Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam

atau hitam kecoklatan.

Page 9: Revisi Individu Dan Kelompok

Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada

permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit.

Gunshoot Residu ( GSR ) menggunakan metode Scanning Electron Microscopy ( SEM /

EDS ) memiliki kemampuannya untuk memperoleh informasi baik morfologi dan komposisi

unsur partikel . Sistem SEM / EDS yang otomatis menganalisis data GSR dengan komputer

SEM . Saat ini , teknik utama yang digunakan untuk mendeteksi GSR .

Scanning Electron Microscopy / Energi Dispersif Spektroskopi ( SEM / EDS )

Analisis ini dapat mendeteksi jumlah jejak timbal ( Pb ) , barium ( Ba ) , dan antimony ( Sb )

dalam sampel , turun ke kisaran nanogram. Namun, hasil analisis GSR hanya membuktikan

bahwa Pb , Ba , dan Sb menunjukkan hasil positif dari sampel tanpa menghubungkan mereka ke

sumber tunggal. SEM dapat menganalisis partikel – partikel dasar dan mempertahankan

karakteristik partikel . SEM dapat mengikat kehadiran Pb, Ba, dan Sb ke partikel tunggal. Selain

itu, SEM mampu mendeteksi ke partikel mikro GSR pada seluruh sampel dengan tingkat

sensitivitas yang tinggi. Oleh karena itu SEM dapat menunjukkan hasil positif yang lebih nyata.

Ketika menganalisis bahan , yang terbaik adalah menggunakan instrumen yang paling cocok

untuk materi / sampel . Pada kasus mutilasi Tol Cikampek, instrumen yang digunakan adalah

SEM, karena memuat hasil analisis GSR , termasuk pembesaran , pencitraan , komposisi , dan

otomatisasi partikel. Meskipun SEM terkenal karena kemampuan pembesaran yang tinggi , juga

berfungsi pada pembesaran rendah diperlukan untuk beberapa aplikasi . Misalnya, dalam GSR

analisis sampel umumnya scan pada perbesaran 100 × . Dibandingkan dengan mikroskop optik ,

kedalaman fokus yang jauh lebih besar pada SEM dan karena seluruh partikel tetap dalam

keadaan fokus . SEM dapat dilengkapi dengan dua model . Model electron sekunder

menghasilkan gambar dengan penampilan tiga dimensi . Backscattered electron mode

menghasilkan gambar yang berhubungan kecerahan pada komposisi dan berguna untuk

diferensiasi fase umum . SEM dilengkapi dengan analisa X - ray dan EDS , juga disebut sebagai

EDX ( untuk analisis dispersif energi sinar- X ) , yang memberikan informasi tentang komposisi

unsur dari bahan yang dianalisis . Berbeda dengan prosedur analisis kimia , hasil analisis kimia

yang diperoleh SEM pada volume yang sangat kecil (µm) . Dengan cara ini , unsur-unsur yang

terkait satu sama lain dalam senyawa kimia dapat diidentifikasi. Prosedur analisis citra dapat

diterapkan ke data digital untuk mengidentifikasi " fitur , " benda-benda yang baik terang atau

Page 10: Revisi Individu Dan Kelompok

lebih gelap dari matriks sekitarnya . Kombinasi pencitraan backscattered elektron , EDS , dan

control komputer memungkinkan sampel yang akan dianalisis secara otomatis . Obyek dapat

diamati dan dijelaskan dalam hal bagaimana mereka berinteraksi dengan energi . Oleh karena itu,

kami akan membagi pembahasan kita menjadi tiga komponen : sumber energi , interaksi energi

dan spesimen , dan mendeteksi efek interaksi itu.

Bukti berupa sarung tangan tenunan berserat ( Gambar 2 ) yang dipakai pelaku dalam

menembak menggambarkan penampilan partikel GSR terperangkap dalam serat kain. Sarung

tangan dipakai di tangan menembak ditempatkan dalam SEM dan dipindai secara manual untuk

menemukan daerah dengan populasi terberat partikel GSR ( Gambar 3 ) . Kawasan itu dipotong

dari sarung tangan dan ditempatkan datar di panggung SEM untuk pemeriksaan . Prosedur ini

dilanjutkan dengan kemungkinan item tertentu pada pakaian mungkin telah terkena GSR .

Setelah senjata telah diidentifikasi selanjutnya adalah mengisolasi daerah potensi tinggi GSR .

Sebuah Kit ( Double tape standar SEM GSR jenis samplers disiapkan ) dianalisis menggunakan

SEM dalam modus variabel tekanan . Dua ratus tiga puluh ( 230 ) partikel ditandai sebagai

potensial partikel GSR di sisi belakang kanan sampel . Delapan partikel diklasifikasikan sebagai

karakteristik GSR ; empat partikel diklasifikasikan sebagai GSR dengan komposisi Pb - Ba - Sb .

Total Analisis waktu adalah 59 menit , 43 s . Gambar 3.9 menggambarkan partikel khas yang

dikonfirmasi sebagai GSR .

Page 11: Revisi Individu Dan Kelompok

Gambar 2. Anyaman serat sarung tangan yang dikenakan selama penembakan korban

( A ) dan setelah yang dipotong untuk analisis ( B ).

Gambar 3. gambar BE ( A ) dan EDS spektrum ( B ) partikel pada sarung tangan .

Kedua partikel komposisi untuk GSR ( Pb , Ba , Sb )

Page 12: Revisi Individu Dan Kelompok

Gambar 4. Penyisipan sarung tangan ke dalam ruang SEM untuk pemeriksaan oleh

variabel tekanan SEM.

3. Pemeriksaan Kimiawi

Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis, sulfat,

karbonat, tiosianat dan tiosulfat. , Pada “smokeles gun powder” dapat ditemukan nitrit dan

selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah,

barium, antimon, dan merkuri. Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru

sendiri dapat di temukan ialah timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan thalium.

Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap didalam atau di sekitar luka.

Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang menggenggam

senjata.

a. Uji difenhidramin

Uji difenhidramin, terhadap adanya nitrat dan pemeriksaan spektrofotometri terhadap Sb

pada tangan tersangka pelepas tembakan, terutama pada senjata jenis revover merupakan salah

satu cara pembuktian terhadap pelaku penembakan.

b. Uji Parafin

Uji tradisional yang mata terkenal adalah tes Paraffin (tes Gonzalez, yang menggunakan

parafin), yang menggunakan parafin cair untuk mengambil residu dari tangan dan kemudian

menambahkannya dengan diphenylamine. Tes parafin tersebut sebetulnya tes yang tidak spesifik,

sebab hanya mendeteksi adanya nitrate dan nitrite saja sehingga tes ini juga dapat memberikan

hasil positif jika tangan tercemar tembakau, kacang-kacangan, pupuk, atau obat-obatan.

Page 13: Revisi Individu Dan Kelompok

c. Tes Harrison & Gilroy

Menggunakan kasa yang telah dibasahi dengan asam chlorida. Bedanya dengan tes

parafin adalah bahwa tes yang terakhir ini untuk mendeteksi adanya unsur logam

mercury, antimony, barium atau timah hitam. Tentu harus diperhitungkan apakah pekerjaannya

berkaitan dengan logam-logam tersebut.

Dari hasil analisis barang bukti , kesimpulan yang didapatkan antara lain :

1. Hasil analisis DNA dengan PCR hasil positif didapat pada analisis DNA pada rambut

korban dan darah pada senjata pembunuh.

2. Senjata yang digunakan adalah jenis SMITH & WESSON ( tipe SW ) kaliber 36 SW.

3. Hasil analisis menggunakan SEM/EDS dan uji kimiawi diketahui bahwa residu

positif Pb – Ba - Sb

Page 14: Revisi Individu Dan Kelompok

DAFTAR PUSTAKA

Andrews, D., Speer Reloading Manual No. 11, Omark Industries, Inc., Lewiston, ID, 1987

Bruce, B. (Eds.). 1997. Genome Analysis, a laboratory manual. vol 1 (Analyzing DNA). USA:

Cold Spring Harbor Laboratory Press.

Frost, G. E., Ammunition Making — An Insider’s Story, National Rifle Association,

Washington, D.C., May 1990, 47–69.

Innis, M.A.(Eds.). 1990. PCR Protocols a Guide to Methods and Applications. California:

Academic Press, Inc.

Newton, C.R. and A. Graham. 1994. PCR. UK: Bios Scientific Publisher.

Rammage, C., Kenneth, Lymans Reloading Handbook, 46th ed., Lyman Publications,

Wrobel, H. A., Millar, J. J., and Kijek, M., Identification of ammunition from gunshot

residue and other cartridge related materials — a preliminary model using .22 caliber

rimfire ammunition, J. Forensic Sci. 43 (2), 324, 1998.

Waters, D., Pet Loads, 3rd ed., Wolfe Publishing Co., Prescott, AZ, 1980.

Page 15: Revisi Individu Dan Kelompok

INVESTIGATOR : NI PUTU RUSMA EVA ARISTA (NIM: 1108105037)

Nama Bukti Fisik : Gigi geligi , luka membusuk dan pola tusukan atau potongan tubuh mayat

Topik Kasus : Mutilasi Tol Cikampek

Kelompok : 10

Selasa, 5 maret 2013 ditemukan 6 potongan tubuh mayat wanita termutilasi tanpa identitas. Ke

enam potongan tubuh ini berupa potongan kaki kanan, tangan kanan, kepala berisi rambut, dada

dan tangan sebelah kiri. Setelah dianalisis oleh kedokteran forensik RSCM ( Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo). Dari barang bukti yang diketahui, analisis selanjutnya adalah menentukan

identitas personal dari korban melalui bukti fisik gigi , bukti ini dapat digunakan sebagai analisis

dalam identifikasi ras , jenis kelamin , DNA dari jaringan sel dalam rongga , rekonstruksi wajah

dari tulang rahang. Pada kasus ini bukti fisik yang dianalisis adalah luka yang sudah membusuk

pada tubuh korban yang berguna untuk menetukan waktu kematian korban, dan dari luka

tersebut dapat di analisis benda atau senjata yang digunakan untuk membunuh korban.

A. Pemeriksaan Gigi Geligi

Pada mayat mutilasi dengan tubuh yang sudah terpisah-pisah dengan metode asam

aspartat . Asam aspartat telah digunakan untuk memperkirakan usia berdasarkan adanya senyawa ini

pada lapisan dentin gigi manusia. Teknologi ini digunakan pada bidang gigi forensik yang berasal dari

penelitian paleontologi terhadap fosil tulang dan kerangka. Sebagian besar protein dalam tubuh kita

mengandung L-amino acid, dimana D-amino acid tersebut terkandung dalam tulang, gigi, otak, dan lensa

mata. D-amino acid dipercaya dapat memperlambat proses metabolik dan memperlambat laju

pembusukan. Asam aspartat mempunyai kecepatan pembentukan paling tinggi dari semua asam amino.

Tahun 1976, Helfman dan Rada menggunakan informasi ini untuk memperkirakan usia dengan

membandingkan rasio D : L aspartic acid dalam gigi pada 20 subjek dengan hasil bagus (r = 0,979). Rasio

D : L yang tinggi didapatkan pada usia muda dan semakin turun dengan bertambahnya usia, yang diduga

karena perubahan lingkungan. Tahun 1985, Origano dkk melaporkan kegunaan aspartic acid pada

bidang gigi forensik untuk menentukan usia pada saat meninggal. Tahun 1990, Ritz dkk melaporkan

bahwa banyaknya asam aspartat pada dentin dapat digunakan untuk menentukan saat kematian, dan

menyimpulkan kalau metode ini dapat memberikan penentuan umur yang lebih akurat dibanding

parameter umur yang lain. Untuk penentuan usia digunakan persamaan linear sebagai berikut :

Ln(l+D/L) / (1-D/L) = 2.k(aspartat).t + konstanta

Page 16: Revisi Individu Dan Kelompok

Ket : k = first order kinetik

t = usia sesungguhnya

Tahun 1991, Ohtani dan Tamamoto mempelajari hubungan asam aspartat ini dengan

menggunakan potongan gigi secara memanjang, dengan hasil yang lebih bagus (r = 0,991). Gigi

yang digunakaan adalah gigi seri tengah dan premolar 1 bawah. Mereka menemukan

memperkirakan umur yang lebih baik dengan cara memecah fraksi Asam Amino Total (TAA) ke

dalam fraksi kolagen yang tidak larut (1C) dan fraksi peptide yang terlarut (SP). Jika

dibandingkan dengan pemeriksaan asam amino total atau fraksi kolagen yang tidak larut, maka

fraksi peptida yang terlarut memiliki kadar asam aspartat dan glutamin yang lebih tinggi. Ohtani

dan Yamato menyimpulkan ada korelasi yang bagus antara Asp D/L dengan usia yang

sesungguhnya yang dinyatakan dengan rumus linier 1C dan SP serta TAA, dan SP nampaknya

mampu memberikan perkiraan usia yang lebih dapat diandalkan karena tingkat pembentukannya

yang tinggi hampir 3 kali lipat daripada TAA.( Jagmahender S. 2008)

Teknik ini diharuskan memotong gigi secara memanjang, membuang pulpa dentis,

mencuci dengan asam chlorida 0,2M, air suling (3x), ethanol dan ether (masing-masing 5 menit)

kemudian hancurkan dalam mortir sampai halus. Tambahkan 1 ml HCl 1M ke dalam 10 mg

serbuk yang telah halus ini, kemudian disentrifuge pada kecepatan 5000 rpm selama 1 jam pada

suhu 5ºC. Campuran tersebut kemudian dihitung dengan teknik gas chromatography yang

memakai derivat N-terfluoroacetyl isopropyl ester dan gas pembawa Helium. Ketelitian metode

ini adalah 3-4 tahun dari usia yang sesungguhnya. (Jagmahender S. 2008)

Pemeriksaan Luka Membusuk

Dalam bidang forensik identifkasi ini disebut entomologi forensik yang menggunakan

serangga untuk mengetahui lama waktu kematian suatu mayat. Dalam kasus mutilasi ini

digunakan 2 metode yaitu , Using successional waves of insects dan Maggot Age and

Development. Metode Using successional waves of insects adalah melihat lama waktu kematian

dengan mengidentifikasi serangga yang ada pada mayat tersebut. Serangga yang menyukai

mayat yang sudah/setengah membusuk, salah satunya Piophilidae yang datang ke mayat setelah

terjadi proses fermentasi. Secara kronologis, jika ada mayat yang mati dan masih baru, serangga

yang menyukainya akan langsung menuju mayat tersebut, melakukan reaksi enzimatis pada

Page 17: Revisi Individu Dan Kelompok

mayat tersebut (dapat berupa proses fermentasi) dan apabila sudah selesai, maka gelombang

serangga yang berikutnya akan datang, dan melakukan reaksi enzimatis pula, begitu seterusnya.

Maggot Age and Development (Perkembangan Belatung)

Dengan adanya telur, larva, pupa, maupun imago pada mayat tersebut, dapat diketahui

berapa lama waktu meninggal pada mayat tersebut, karena pada serangga, tiap perubahandari

satu fase ke fase lain mempunyai waktu-waktu tertentu yang pasti, sehingga

dapatmengidentifikasi mayat dengan metode tersebut. Walau tetap terdapat kemungkinan tidak

akurat karena adanya berbagai faktor, salah satunya perpindahan yang menyebabkan perbedaan

suhu yang berimbas pada metabolisme perkembangbiakan serangga tersebut. ( Jason HB.diakses

2012)

Seperti halnya membandingkan hasil DNA primer pada korban dengan hasil DNA

sampling pada barang bukti . Identifikasi karakteristik yang sama juga digunakan pada larva

untuk mencoba mengkonfirmasi keberadaan mayat mayat sebelum di TKP . Isi DNA dari tubuh

larva para lalat atau belatung pada bagian tubuh mayat di Tol Cikampek dan lokasi kejadian

terduga (Rumah Benget Situmorang) dianalisis bersama sama sebagai sebuah perbandingan

Page 18: Revisi Individu Dan Kelompok

untuk menegaskan bahwa kedua sampel DNA tersebut berasal dari sumber yang sama.(

http://www.emedicine.medscape.com diakses 2012, November 30 )

Langkah- langkah Forensik Entomologi

a. Peralatan Entomological yang diperlukan termasuk plastik atau polikarbonat, sekrup -top

guci sampling untuk kedua spesimen yang diawetkan, botol pembunuhan mengandung

etil asetat , label / spidol non-permanen , kuas cat, jaring entomologis dan agen

membunuh larva , seperti seperti air mendidih , dan pengawet serangga . Sejumlah

pengawet bisa digunakan , termasuk 70-80 % alkohol , KAAD dan Kahle Solution .

b. Sebagian larva juga harus dibiarkan dalam keadaan hidup , idealnya pada suhu kamar ,

tidak beku atau dingin saat belatung atau larva yang disimpan . Tabung kaca sampel

terdiri dari yang sampel yang diawetkan dan hidup , setiap bagian pada tubuh yang

diperiksa, Larva dapat dibunuh dengan ditenggelamkan selama 30 detik dalam air

mendidih . Habitat umum yang terdapat di TKP harus didata. Hal lain yang harus

diperhatikan adalah , apakah tubuh telah dibungkus atau ditutupi dalam beberapa cara

(Plastik pada potongan tubuh bagian kepala) , kemiringan tanah pada semak atau jalan tol

cikampek, sifat vegetasi dan deskripsi habitat secara umum , bersama dengan foto-foto

yang terkait, dan suhupada tol cikampek dan lokasi pembunuhan juga harus dicatat ,

bersama dengan tingkat cahaya atau shading di lokasi kejadian .

c. Menangkap beberapa kelompok serangga terbang (ex. lalat) dan serangga merangkak (ex.

kumbang) pada lokasi kejadian.

d. Mengalisis siklus pertumbuhan dan perkembangbiakan serangga dan larva, untuk

mengetahui perkiraan waktu kematian mayat korban mutilasi .

Page 19: Revisi Individu Dan Kelompok

1. Saat menghembuskan nafas terakhir , belatung dapat memberikan kontribusi untuk perkiraan

waktu kematian. Caranya memeriksa alat pernafasan belatung, sebab alat pernafasan ini terus

mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Tentu saja yang bisa mengetahuinya adalah para

ahli forensik.

2. Perpindahan mayat, belatung dapat membantu menentukan apakah lokasi ditemukannya mayat

sama dengan lokasi kematian. Caranya mencocokkan jenis belatung atau serangga lain yang

ditemukan di tubuh mayat dengan tipe lalat atau serangga lain yang hidup di sekitar lokasi

ditemukannya mayat.

3. Mencari Penyebab Kematian, Caranya bagian tubuh mayat yang menjadi tempat paling favorit

berkumpulnya belatung merupakan sebuah petunjuk penting. Belatung umumnya paling

menyukai hidup dibagian mata, hidung, telinga, mulut. Intinya bagian berlobang dari tubuh,

karena belatung suka kegelapan di lubang. (http://www.scienceinschool.org .diakses2012,

November 30)

Hasil analisis diperoleh perkiraan kematian oleh kedokteran forensik pada mayat kasus

mutilasi tol cikampek sekitar 3 – 5 hari , dilihat dari pembusukan mayat dan rambut yang mulai

terlepas dari kulit kepala.

Page 20: Revisi Individu Dan Kelompok

Dari hasil analisis barang bukti , kesimpulan yang didapatkan antara lain :

4. Hasil analis dengan metode Asam Aspartat diperkirakan korban berumur 32 tahun

5. Hasil analisis terhadap luka pembusukan, diperkirakan mayat korban dibunuh 3 – 5

hari sebelum ditemukan.

DAFTAR PUSTAKA

Jagmahender S. Sharma BR. Forensic Ondotologi: A Supplement to Forensic Death Investigation.

India; 2008; p 26-31.

Jason HB. Stephen JC. Forensic Entomology[online]. Cited on 2012, November 30. Available from :

http://www.emedicine.medscape.com

Martin H. Amoret B. Forensic Entomology [online]. Cited on 2012, November 30. Available from :

http://www.scienceinschool.org

Page 21: Revisi Individu Dan Kelompok

INVESTIGATOR : PUTU YULIANTARI (1108105040)

Nama Bukti Fisik : 6 (enam ) Potongan Tubuh Korban Mutilasi, Sidik Jari korban, Urine

tersangka yang diduga mengandung narkotika.

Topik Kasus : Analisis Forensik pada Kasus Mutilasi Tol Cikampek

Kelompok : 10 (Sepuluh)

Selasa, 5 maret 2013 ditemukan 6 potongan tubuh mayat wanita termutilasi tanpa

identitas. Ke enam potongan tubuh ini berupa potongan kaki kanan, tangan kanan, kepala berisi

rambut, dada dan tangan sebelah kiri. Setelah dianalisis oleh kedokteran forensik RSCM

( Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) . Pengrebekan rumah tersangka oleh kepolisian di jalan

Bungur Raya, RT11/06, KP Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur dan ditemukan lagi angkot

dengan Nomor Polisi B 2316 PG. Dari barang bukti yang diketahui, analisis selanjutnya adalah

menentukan identitas personal dari korban melalui tes Serologik pada rambut korban dan analisis

sidik jari korban serta menentukan narkotika yang dikonsumsi tersangka.

A. Analisis Sidik Jari

Analisis sidik jari dilakukan untuk mengetahui sisik jari korban pada kasus mutilasi tol

cikampek. Pada kasus ini ditemukan sidik jari pada tubuh korban yang digunakan untuk

mengetahui identitas korban.

Cara mengidentifikasi sidik jari korban

- Potongan tangan kanan dan tangan kiri diambil pola sidik jarinya . Bila jari-jari mayat

menggenggam, jari-jari tersebut ditarik sehingga menjadi lurus lalu dilakukan

pengambilan dengan sendok mayat.

- Jika jari-jari tersebut sulit diluruskan, sayatlah bagian dalam jari pada ruas kedua

sehingga jari dapat diluruskan, lalu pengambilan dilakukan dengan sendok mayat. Untuk

ibu jari sayatan dilakukan antara ibu jari dan telunjuk. Jika mayat sudah mulai membusuk

(awal dekomposisi), biasanya kulit ari mulai terlepas. Bila keadaanya demikian maka

dilakukan dengan cara pemeriksaan kulit jari tersebut apakah masih baik atau ada bagian

yang rusak.

- Bersikan kulit jari tersebut dengan hati-hati. Kulit dipasang dalam jari petugas sehingga

pengambilannya dapat dilakukan. Jika kulit jari tersebut mudah terlepas sama sekali, kulit

jari dioleskan tinta kemudian dijepit diantara dua kaca dan difoto.

Page 22: Revisi Individu Dan Kelompok

- Hasil olesan tinta pada jari di tekankan pada kertas untuk disimpan dan dibandingkan

dengan sidik jari korban dengan sidik jari di kartu identitas. (Aris, 2011)

Cara mencocokan sidik jari pada korban dengan sidik jari pada kartu identitas.

- Sidik jari yang dicurigai diletakan berdampingan dengan sidik jari yang diketahui pada

finger print comparator kemudian dengan menggunakan peralatan tersebut segeralah

membandingkan kedua sidik jari tersebut. Pemeriksaan perbandingan harus selalu dimulai

dari sidik jari laten (sidik jari yang dicurigai) ke sidik jari yang diketahui, jangan

sebaliknya.

- menentukan apakah kedua sidik jari tersebut mempunyai bentuk pokok lukisan yang

sama. Bila bentuk pokok tidak utuh, perhatikan aliran garis-garis papiler antara kedua

sidik jari itu sama.

- Bila bentuk pokok lukisan kedua sidik jari tersebut berbeda, sudah pasti kedua sidik jari

tersebut tidak identik. Sehingga pemeriksaan lebih lanjut tidak perlu dilakukan.

- bila bentuk pokok lukisan atau papiler kedua sidik jari tersebut sama, pemeriksaan yang

rinci harus dilakukan lebih lanjut dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Menentukan salah satu galton detail pada sidik jari laten sebagai titik awal. Kemudian

periksalah galton detail yang sama pada sidik jari yang diketahui dan tentukan pula

sebagai titik awal.

Menentukan galton detail kedua, yang dekat titik awal pada sidik jari laten. Tentukan

pula galton detail kedua yang ini pada sidik jari yang diketahui. Perhatikan posisi,

serta hubungkan galton detail kedua ini dengan titik awal baik pada sidik jari laten

maupun sidik jari yang diketahui dengan interval garis kapiler harus sama. (Aris,

2011)

Kedua pola sidik jari tersebut dicocokan apakah memiliki kesamaan. Hasil pencocokan

maka sidik jari tersebut memiliki kecocokan pola yang sama dengan sidik jari danar sehingga

korban diketahui bernama Sri Danar, ia adalah istri tersangka.

Page 23: Revisi Individu Dan Kelompok

B. Analisis Narkotika Pada Tersangka

Saat polisi melakukan penggrebekan dirumah tersangka ternyata dirumah tersangka

terdapat beberapa tanaman ganja sehingga tersangka perlu diperiksa urinnya untuk mengetahui

apakah tersangka telah menggunakan narkotika jenis ganja.

1. Analisis Ganja dan morfin

- Preparasi Sampel

a. Sampel urine diekstraksi dengan pelarut 2 propanol dan kloroform 1:1 .

b. Disonifikasi selama 2 jam, kemudian disentrifugasi selama 10 menit.

c. Fase pelarut dibagian bawah dipindahkan ke dalam cawan penguap kemudian

dibiarkan selama 60 menit sampai pelarut menguap dan dibilas dengan methanol

untuk dianalisa.

- Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan ini menggunakan Marquist Test dan Fast blue test Salt B.

Cannabinol dideteksi dengan menggunakan reagens Fast Blue Test Salt B menghasilkan

endapan ungu, Morfine dideteksi menggunakan Marquist Test yang juga menghasilkan

endapan ungu. Hal ini menunjukkan bahwa sampel positif mengandung cannabinol dan

morfin.

- Analisa GCMS

a. Digunakan Gas kromatografi (GC) Agilent digabung dengan Spektroskopi Massa

(MS) model 5890.

b. Kolom yang digunakan adalah HP 5 MS dengan 0,25 mm ID dan 0,25 μl ketebalan

film.

c. Gas pembawa Helium dengan laju konstan 1,5 ml/menit.

d. Model splitles dengan waktu 60 detik.

e. Temperatur injector = 250°C dan temperature interface 265°C.

f. Temperatur oven 150°C selama 2 menit dan meningkat menjadi 280°C dengan laju

(rate) 100C/menit.

Page 24: Revisi Individu Dan Kelompok

2. Hasil kadar cannabinol dan morfin

Hasil pemeriksaan dengan menggunakan GCMS bahwa didalam urin tersangka memang

betul mengandung narkotika jenis ganja (cannabinol) dan morfin. Hasil pengakuan tersangka

Page 25: Revisi Individu Dan Kelompok

ternyata tersangka memang betul sering menggunakan narkotika jenis tersebut. (Muhammad,

2013)

C. Analisis Serologik Pada Rambut

Pemeriksaan serologik rambut dilakukan untuk mengetahui pencocokan golongan darah

korban mutilasi yang sudah setengah membusuk dengan anggota keluarga. Parasit tertentu dapat

memberikan perubahan struktur dari pada korteks dan medulla rambut. Unsur-unsur yang

merupakan komposisi rambut dapat ditentukan oleh Neutron Activation Analysis.

Cara penentuan golongan darah rambut :

- Ambil sehelai rambut, dicuci dengan aquadest dan kemudian dengan aceton. Setelah

dikeringkan, lalu dipotong-potong kira-kira dalam ukuran 1-2 cm. Kemudian semua

potongan dimasukkan dalam mortir, lalu digerus, supaya lapisan luarnya rusak.

- Gurusan rambut tersebut dimasukkan dalam 3 tabung reaksi.

o Tabung pertama ditambah dengan anti serum A

o Tabung kedua ditambah dengan anti serum B

o Tabung ketiga ditambah dengan anti serum H (O).

- Ketiga tabung tersebut didiamkan di dalam es (tempetatur 40c) selama satu malam.

Kemudian anti serum dibuang, lalu dicuci dengan Nacl dan ditempatkan pada suhu 560c,

selama 10 menit.

- Cairan dipindahkan ke tabung lian dan pada masing-masing tabung dimasukkan suspensi

erithrosit yang sesuai. Tunggu lima menit, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan

1.000 putaran permenit, selama satu menit. Kemudian hasil dilihat dari adanya

aglunitasi. Hasil positif golongan darah terlihat aglutasi pada tabung tersebut. (Alfred,

2004)

Dari hasil analisis barang bukti , kesimpulan yang didapatkan antara lain :

6. Setelah digunakan sampel pembanding, diketahui sidik jari korban ialah bernama Sri

Danar (Istri Tersangka).

7. Hasil GCMS membuktikan bahwa tersangka positif menggunakan narkotika jenis

Cannabinol dan Morfin.

Page 26: Revisi Individu Dan Kelompok

8. Golongan darah pada korban pembusukan dapat dilakukan dengan analisis serologic

pada rambut

DAFTAR PUSTAKA

Taufik Muhammad, dkk. 2013. Deteksi Narkotika Jenis Cannabinol dan Morfin dari Sampel

Urin Pengguna Narkotika : Jurnal Kimia, FMIPA, Universitas Sumatra Utara

Setyorahman Aris, WP. 2011. Kajian Implementasi Kewenangan Penyidik Untuk Melakukan

Pengambilan Sidik Jari dengan Teknik Daskiloskopi dalam Pengungkapan Perkara

Pidana di Kepolisian Resort Sukoharjo : Skripsi Fakultas Hukum Unversitas Sebelas

Maret.

Satyo Alfred. 2004. Rambut Sebagai Alat Identifikasi. Universitas Sumatera Utara : Fakultas

Kedokteran , Bagian Ilmu Kedokteran Hakim