15

Revolusi Industri

Embed Size (px)

Citation preview

Oleh

Bambang Satriya

Fadia Nurul Hana

Gilang Pratama

Rika Kartika

Saiful Bachri

Standar Kompetensi

“Menganalisis sejarah Dunia yang mempengaruhi sejarah bangsa Indonesia dari abad ke-18

sampai dengan abad 20”

Kompetensi dasar

“Menganalisis pengaruh Revolusi Industri di Eropa terhadap perubahan sosial, ekonomi dan

politik di Indonesia”

Setting & Layout : Saiful, Gilang, Fadia, Rika, Bambang

Design Sampul : Saiful Bachri

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

MATERI ...................................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG REVOLUSI INDUSTRI ........................................................... 1

B. PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI DI INDONESIA ............................................. 5

GLOSARIUM ............................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

REVOLUSI INDUSTRI

Sebelum adanya Revolusi Industri, masyarakat Inggris kebanyakan bekerja se-

bagai petani atau menjadi peternak domba. Walaupun demikian, tanah yang digarap atau

binatang ternak yang digembala oleh masyarakat Inggris ini adalah milik para bangsawan

Inggris, bukan milik petani. Perubahan kegiatan perekonomian masyarakat Inggris dimu-

lai dengan kegiatan perekonomian industri rumahan (home industry). Sudah tentu barang

yang dihasilkan pun jumlahnya akan sedikit.

Kemudian di Eropa muncul bengkel kerja yang kemudian disebut dengan gilda.

Setiap bengkel kerja hanya memproduksi satu macam barang saja. Barang-barang yang

dihasilkan dalam bengkel kerja ini hanya menghasilkan barang yang jumlahnya terbatas

(sedikit) jumlahnya dan hanya digunakan sebagai barang yang digunakan untuk kebu-

tuhan sehari-hari pembuat. Apabila ingin dijual pun barang tersebut hanya dibuat apabila

adanya pesanan dan biasanya hanya dipesan oleh kaum bangsawan. Adapun berbagai

macam barang yang dibuat pada bengkel kerja ini seperti meja, kursi, perkakas, tas, dan

sebagainya.

A. Latar Belakang Revolusi Industri

Revolusi memiliki arti yaitu perubahan yang cepat dan mendasar. Revolusi

merupakan lawan kata dari evolusi di mana jika evolusi berarti perubahan yang lam-

bat. Sedangkan industri merupakan pekerjaan untuk membuat atau menghasilkan sua-

tu barang. Maka dengan demikian Revolusi Industri bisa dikatakan sebagai perubahan

yang terjadi secara cepat dalam hal pembuatan suatu barang untuk diproduksi.

Mengapa Revolusi Industri harus terjadi di Inggris? Mungkin pertanyaan inilah

yang terngiang dalam benak ketika mendengar kata Revolusi Industri. Banyak Faktor

yang melatarbelakangi mengapa terjadinya Revolusi Industri harus terjadi di wilayah

Inggris. Sudah tentu juga bahwa Revolusi Industri ini bukan sesuatu yang kebetulan

terjadi, melainkan suatu proses yang membutuhkan waktu dan proses.

Adanya Revolusi Industri berarti bahwa pekerjaan yang biasanya dilakukan

langsung oleh manusia kini mulai bergeser menggunakan bantuan mesin sebagai

pengganti tenaga manusia. Sudah tentu bahwa dengan terjadinya Revolusi Industri ini

membuat perubahan yang sangat mungkin terjadi pada sendi-sendi kehidupan

masyarakat, akhirnya berdampak besar pada kehidupan manusia di dunia ini.

Gilda, yaitu perkumpulan dari orang-orang yang mempunyai profe-si sama, maka pada waktu itu terbentuklah gilda tukang kayu, gilda tukang roti dan sebagainya.

Secara umum bahwa Revolusi Industri dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap

pertama ketika awal kemunculannya di Inggris pada abad ke-18. Tahap kedua dari Rev-

olusi Industri terjadi pada abad ke-19 ketika dilakukannya pengembangan lebih lanjut

tentang peralatan yang bisa menyokong kegiatan industri seperti penggantian tenaga

yang berasal dari mesin berbahan bakar uap menjadi berbahan bakar bensin. Lalu, tahap

ketiga mulai berkembang pada abad ke-20 saat ilmu penegtahuan kian maju dan

berkembang dengan dikembangkannya tenaga kimiawi. Pada tahap Revolusi Industri

ketiga ini diprakarsai oleh negara yang ketika itu menjadi negara super power, yaitu

Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Ada pun beberapa faktor yang memengaruhi Revolusi Industri di Inggris, yaitu:

1) Tersedianya bahan mentah

Di wilayah Inggris ditemukan berbagai macam barang yang bisa menunjang

proses industrialisasi. Barang-barang tersebut seperti batu bara, timah, dan bijih

besi. Penggunaan batu bara sebagai pengganti kayu sebagai bahan dasar untuk

melakukan peleburan. Untuk mengubah batu bara agar bisa digunakan, maka harus

dilkaukan tahap cokes, yaitu tahap di mana batu bara dibuat dari barang semula

menjadi sebuah arang. Mirip dengan pembuatan arang yang berasal dari kayu.

Penggunaan batu bara sebagai bahan untuk industri adalah untuk menggantikan

peran dari kayu karena masyarakat Inggris percaya bahwa dengan menggunakan

kayu secara terus menerus maka akan menghancurkan ekosistem. Kemudian, bijih

besi sangatlah diperlukan karena bijih besi merupakan cikal dari besi. Apabila cam-

puran bijih besi dileburkan atau dilakuakan proses pembentukan, maka akan mem-

bentuk padatan berupa besi yang menjadi penunjang bagi berlangsungnya Revolusi

Industri. Inggris juga terkenal akan penghasil wol yang kemudian hari bisa dijadi-

kan sebagai bahan dasar dalam industri tekstil.

2) Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

Terjadinya Renaissance sangat berpengaruh terhadap masyarakat Eropa se-

hingga muncul masa pencerahan (Aufklarung). Tentu saja dengan terjadinya pen-

cerahan yang terjadi di Eropa memiliki dampak yang besar setelah Eropa terkurung

pada masa kegelapan (Dark Age) dan bisa membuka cakrawala berpikir masyarakat

Eropa untuk melahirkan pemikiran yang lebih cerah dan menghasilkan penemuan

yang bisa menunjang kehidupan manusia agar lebih baik.

Situasi dan kondisi di Inggris lebih memungkinkan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan bila dibandingkan dengan wilayah lain di Eropa. Hal ini terbukti dengan

terbentuknya lembaga riset seperti The Royal for Improving Natural Knowledge serta

The Royal Society of England. Kedua lembaga ini sudah berdiri pada abad ke-17 dan

kebanyakan fokus pada matematika dan fisika. Lembaga ini berperan sebagai tempat

untuk tempat menghimpun ide atau gagasan dari para ahli atau ilmuwan sekaligus se-

bagai tempat berlangsungnya riset. Masyarakat Inggris berharap dengan dibentuknya

lembaga ini diharapkan bisa mengasilkan penemuan yang berguna bagi kelangsungan

dan kemajuan hidup manusia demi masa depan yang lebih baik pula.

Pada awalnya penemuan yang dikembangkan adalah mesin pemintal. Pertama

kali dikembangkan oleh James Hargreaves sekitar tahun 1765 yang kemudian dikenal

dengan sebutan Spinning Jenny. Ada pula mesin pintal yang dikembangkan oleh Rich-

ard Arkwright. Lalu, dalam perkembangan mesin pintal semakin baik setelah dikem-

bangkan oleh Edmund Cartwright dan Samuel Compton sehingga produksi benang atau

pakaian sudah sepenuhnya menggunakan tenaga mesin dan berdampak pada efisiensi

kerja.

Hal yang paling signifikan terjadi saat mulai dikembangkannya mesin uap.

Pertama kali mesin uap dikembangkan oleh Thomas Newcomen. Kemudian disempur-

nakan oleh James Watt. Ia menganggap bahwa mesin uap hasil cipta Thomas Newcom-

en memerlukan bahan bakar yang tidak sedikit dan hasilnya pun kurang maksimal.

Maka dari itu Watt mengembangkan mesin uap agar lebih efisien dan proses Revolusi

Industri pun berjalan lebih cepat.

Waktu terus berjalan, penemuan atau pengembangan alat industri terus dil-

akukan. Para ahli yang berhasil menemukan penemuan mulai menggunakan

penemuannya sebagai alat produksi. George Stephenson pada tahun 1825 berhasil men-

ciptakan lokomotif pertama yang digunakan kemudian sebagai alat transportasi. Dia

menggunakan prinsip dari mesin uap yang telah disempurnakan oleh James Watt.

Dengan ditemukannya lokomotif ini dan adanya pembuatan rel penghubung antara kota

-kota industri seperti Manchester, Liverpool, dan Newcastle maka pendistribusian atau

pemasaran barang industri dari kota-kota tersebut akan berjalan lebih efisien dan efek-

tif.

Gambar 1

James Watt (1736-1819)

3) Keamanan yang Terjamin

Apabila dibandingkan dengan wilayah Eropa yang lain, wilayah Inggris

tergolong wilayah yang relatif lebih aman. Hal ini bisa terjadi karena suhu dan

situasi politik di Inggris tidak bergejolak seperti wilayah lain di Eropa. Inggris

dengan sistem monarki parlementernya bisa menguasai keadaaan masyarakatnya

sehingga tidak terjadi pergolakan politik di kalangan masyarakat Inggris. Pihak

kerajaan melakukan penyesuaian diri terhadap tuntutan masyarakat sehingga situasi

politik bisa cukup terkendali. Selain itu golongan aristokrat di Inggris juga lebih

banyak bila dibandingkan dengan wilayah lain sehingga bisa menerima perubahan

yang terjadi pada masyarakat.

4) Paham Liberal yang Berkembang

Wilayah Inggris terkenal akan sistem ekonomi liberal. Hal ini tidak bisa

dilepaskan dengan asal paham ekonomi liberal ini berasal. Paham ekonomi liberal

ini sendiri lahi di Inggris yang diprakarsai oleh Adam Smith. di dalam karyanya

yang berjudul An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations

dengan konsep laissez faire-laissez paisser ia berpendapat bahwa dalam menjalan-

kan roda perekonomianpemerintah tidak perlu campur tangan. Di dalam pekem-

bangan dunia ekonomi hingga sekarang, Adam Smith dinobatkan sebagai “Bapak

Ekonomi Liberal”.

5) Inggris Memiliki Daerah Jajahan yang Luas

Daerah jajahan sangat dimanfaatkan dengan baik oleh Inggris. Daerah jajahan

ini digunakan sebagai tempat untuk memasok bahan baku industri sekaligus se-

bagai daerah untuk memasarkan hasil produksi dari industrialisasi Inggris. Tidak

hanya negara jajahan saja, Inggris juga memiliki koloni-koloni seperti di Benua

Amerika dan Australia. Maka dengan demikian proses industrialisasi Inggris bisa

berjalan dengan baik. EIC (East Indian Company) sebuah kongsi dagang milik

Inggris juga memiliki peran yang besar dalam pemasaran dan pencarian bahan baku

untuk industri di Inggris.

Gambar 2

James Watt (1736-1819)

B. Pengaruh Revolusi Industri di Indonesia

Revolusi Industri yang terjadi di Eropa khususnya Inggris sangatlah berpengaruh

terhadap kehidupan manusia di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Revolusi ini

berhasil mendorong terjadinya perubahan-perubahan di berbagai kehidupan masyarakat.

Berikut ini adalah dampak Revolusi Industri yang ditimbulkan terhadap Indonesia.

1) Pengaruh dalam Bidang Politik

Sejak VOC dibubarkan pada tahun 1799, Indonesia diserahkan kembali kepada

pemerintahan Kerajaan Belanda. Pindahnya kekuasaan pemerintahan dari VOC ke

tangan pemerintah Belanda tidak berarti dengan sendirinya membawa perbaikan.

Kemerosotan moral di kalangan para penguasa dan penderitaan penduduk jajahan

tidak berubah. Usaha perbaikan bagi penduduk tanah jajahan tidak dapat dil-

aksanakan karena Negeri Belanda sendiri terseret dalam perang dengan negara-

negara besar tetangganya. Hal ini terjadi karena Negeri Belanda pada waktu itu di-

perintah oleh pemerintah boneka dari Kemaharajaan Prancis di bawah pimpinan

Napoleon. Dalam situasi yang demikian, Inggris dapat memperluas daerah

kekuasaannya dengan merebut jajahan Belanda, Indonesia.

Setelah Indonesia (khususnya Pulau Jawa) jatuh ke tangan Inggris, oleh

pemerintah Inggris dijadikan bagian dari jajahannya di India. Gubernur Jenderal

East India Company (EIC), Lord Minto yang berkedudukan di Calcuta (India)

kemudian mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur (wakil

gubernur) untuk Indonesia (Jawa).

Raffles didampingi oleh suatu badan panasihat yang disebut Advisory Council.

Tugas yang utama adalah mengatur pemerintahan dan meningkatkan perdagangan,

serta keuangan. Sebagai seorang yang beraliran liberal, Raffles menginginkan

adanya perubahan perubahan dalam pemerintahan di Indonesia (Jawa). Selain bi-

dang pemerintahan, ia juga dilakukan perubahan di bidang ekonomi. Ia hendak

melaksanakan kebijaksaaan ekonomi yang didasarkan kepada dasar dasar kebeba-

san sesuai dengan ajaran liberal. Langkahlangkah yang diambil oleh Raffles dalam

bidang pemerintahan dan ekonomi adalah sebagai berikut.

1) Mengadakan penggantian sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh

penguasa pribumi dengan sistem pemerintahan kolonial ala Barat. Untuk

memudahkan sistem administrasi pemerintahan, Pulau Jawa dibagi menjadi

delapan belas karesidenan.

2) Para bupati dijadikan pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dan

bukan lagi memiliki tanah dengan segala hasilnya. Dengan demikian, mereka

bukan lagi sebagai penguasa daerah, melainkan sebagai pegawai yang men-

jalankan tugas atas perintah dari atasannya.

3) Menghapus segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa atau rodi. Rakyat

diberi kebebasan untuk menanam tanaman yang dianggap menguntungkan.

4) Raffles menganggap bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik semua tanah

yang ada di daerah tanah jajahan. Oleh karena itu, Raffles menganggap para

penggarap sawah adalah penyewa tanah pemerintah. Karena hal itulah para

petani mempunyai kewajiban membayar sewa tanah kepada pemerintah. Sewa

tanah atau landrente ini harus diserahkan sebagai suatu pajak atas pemakaian

tanah pemerintah oleh penduduk.

Sistem sewa tanah semacam itu oleh pemerintah Inggris dijadikan pegangan

dalam menjalankan kebijaksanaan ekonominya selama berkuasa di Indonesia. Sis-

tem ini kemudian juga diteruskan oleh pemerintah Hindia Belanda setelah Indone-

sia diserahkan kembali kepada Belanda.

2) Pengaruh dalam Bidang Budaya

Revolusi Industri yang terjadi di Inggris, merupakan terobosan baru yang

dirasakan tidak hanya di negaranya, namun membawa dampak pula diseluruh dunia

dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.

Negara kepulauan Indonesia yang dulu pernah dijajah Inggris pun merasakan

dampak tersebut. Meskipun tidak berlangsung lama, karena Indonesia kembali ke

tangan Belanda, dan menghentikan kemajuan tersebut. Namun, dalam perkem-

bangan kontemporer, pengaruh Revolusi Industri sangat terlihat dan terasa.

Seperti penerapan sistem sewa tanah, yang diterapkan Raffles pada masyarakat

pribumi, yang secara langsung mendorong pribumi mengolah tanah dengan mem-

perkenalkan tekhnologi baru dalam berkebun.

Gambar 3

Thomas Stamford Raffles

Selain itu, pemerintah Inggris membangun Kebun Raya Bogor sebagai sarana

dedikasi dibidang flora dan fauna.

3) Pengaruh dalam Bidang Sosial dan Ekonomi

Salah satu akibat dari munculnya Revolusi Industri adalah munculnya praktik

kapitalisme dalam hal ekonomi. Ideologi kapitalisme berpendapat bahwa untuk

meningkatkan pendapatan perlu ditunjang dengan jumlah modal yang banyak, pen-

guasaan sektor produksi, sumber bahan baku dan ditribusi.

Indonesia memiliki sumber daya alam yang hasilnya sangat laku di pasaran

dunia. Penemuan-penemuan teknologi baru telah mengantarkan wilayah Indonesia

menjadi incaran negara-negara maju dalam teknologi tersebut. Akhirnya

perekonomian rakyat diperas, tetapi pemerintahan tidak pernah mampu mem-

berikan kesejahteraan tersendiri untuk Indonesia. Indonesia menjadi lahan baru un-

tuk para kapitalis yang hanya mementingkan keuntungan. Imperialisme modern

telah mampu mengeruk ekonomi Indonesia dengan keuntungan yang gilang

gemilang di tangan para imperialis, sementara rakyat menjadi kuli di rumahnya

sendiri. Bangsa Indonesia sempat dikenalkan dengan beberapa sistem perekonomi-

an dari dunia Barat, namun kerugian yang diderita oleh Indonesia jauh lebih besar

ketimbang keuntungan yang dihasilkan.

Perubahan mendasar terjadi ketika Indonesia mengalami masa sistem ekonomi

liberal dan tanam paksa. Pada era ini rakyat diharuskan melakukan kegiatan

ekonomi berupa pengolahan perkebunan yang cenderung hanya memperhatikan

pada kebutuhan orang-orang Eropa saja, sedangkan kebutuhan rakyat pribumi, sep-

erti pertanian, menjadi terabaikan. Pada masa pemerintahan Raffles, dengan politik

sewa tanahnya yang diilhami dari pengaruh paham liberal, rakyat Indonesia belum

paham sepenuhya dengan sistem ekonomi uang. Sehingga sistem land rente diang-

gap mengalami kegagalan, karena rakyat masih terbiasa dengan sistem ekonomi

tertutup, dimana pembayaran pajak belum sepenuhnya dengan uang tetapi in natu-

ra. Faktor utama lainnya yang dianggap sebagai biang kegagalan liberalisasi

ekonomi Indonesia adalah masih kuatnya praktik budaya feodalisme.

Setelah Indonesia kembali menjadi jajahan Belanda, di bawah pengawasan Gu-

bernur Jenderal van Den Bosch yang beraliran konservatif, diterapkan sistem tanam

Kebun Raya Bogor, didirikan atas prakarsa Thomas Stamford Raffles. Ia juga menemukan bunga bangkai yang diberi nama Rafflesia Arnoldi yang berada di Kebun Raya Bogor

paksa yang bertentangan dengan sistem sewa tanah sebelumnya. Hal ini, menurut

van Den Bosch, dikarenakan kondisi realitas Indonesia yang bersifat agraris, seperti

halnya keadaan negara induk (Belanda) yang juga masih bersifat agraris. Walaupun

keadaan di Eropa, rentang waktu 1800–1830, sedang muncul pertentangan pemikiran,

antara liberalis dan konservatis telah mengakibatkan kegamangan dalam pelaksanaan

pemerintahan di negara jajahan. Tetapi satu hal yang perlu dipahami, baik konservatif

yang akan meneruskan sistem politik VOC atau liberalis yang ingin meningkatkan

taraf hidup rakyat, dalam tujuannya sama-sama menginginkan daerah jajahan perlu

memberi keuntungan bagi negeri induk.

Keadaan ekonomi rakyat Indonesia semakin parah, seiring dengan diberlakukann-

ya kebijakan Politik Pintu Terbuka. Hal ini menjadikan jiwa-jiwa wirausaha semakin

menghilang, karena para petani, pedagang yang kehilangan lapangan sumber mata

pencahariannya beralih menjadi buruh di perusahaan-perusahaan swasta asing.

Kondisi ekonomi bangsa Indonesia saat itu sangat menyedihkan. Hal itu dapat

dilihat pada awal abad ke-20, diketahui bahwa penghasilan rata-rata sebuah keluarga

di Pulau Jawa hanya 64 gulden setahun. Dengan penghasilan yang sangat sedikit itu,

mereka harus melakukan berbagai kewajiban, antara lain untuk urusan desa. Hal itu

menggambarkan betapa miskinnya rakyat Indonesia, padahal Indonesia memilki

kekayaan alam yang melimpah.

Selama masa tanam paksa, pemerintah Belanda memperoleh keuntungan ratusan

juta gulden. Keuntungan yang diperoleh itu semuanya digunakan untuk membangun

negeri Belanda. Tidak ada pemikiran untuk menggunakan sebagian keuntungan itu

bagi kepentingan Indonesia. Kemiskinan yang diderita rata-rata rakyat Indonesia ada-

lah akibat politik drainage (politik pengerukan kekayaan) yang dilakukan pemerintah

Belanda untuk kepentingan negeri Belanda. Politik dranaige itu mencapai puncaknya

pada masa tanam paksa (cultuur stelsel) dan kemudian dilanjutkan pada masa sistem

ekonomi liberal.

Sistem ekonomi liberal pun tidak meningkatkan taraf kehidupan rakyat. pada masa

itu berkembang kapitalisme modern yang berlomba-lomba menanamkan modalnya di

Indonesia, antara lain perkebunan raksasa. Pemerintah mengizinkan para pemilik

modal menyewa tanah, termasuk tanah rakyat. Akibatnya, lahan untuk pertanian

rakyat berkurang. Sebagian besar petani terpaksa menjadi buruh di pabrik atau perke-

bunana dengan upah yang rendah.

Gambar 4

Johannes van den Bosch

Pada sisi lain, perusahaan-perusahan pribumi mengalami kemunduran atau sama

sekali gulung tikar sebab tidak mampu bersaing dengan modal raksasa. Pengusaha

tekstil tradisional pun terpukul akibat membanjirnya tekstil yang diimpor dari Bel-

anda. Para pengusaha pribumi juga dirugikan sebab pemerintah Belanda lebih banyak

memberikan kemudahan kepada pedagang Cina.

Pada akhir abad ke-19 muncullah kritik-kritik tajam yang ditujukan kepada

pemerintah Hindia Belanda dan praktik liberalisme yang gagal memperbaiki nasib ke-

hidupan rakyat Indonesia. Para pengkritik itu menganjurkan untuk memperbaiki

rakyat Indonesia. Kebijaksanaan ini didasarkan atas anjuran Mr. C. Th. van Deventer

yang menuliskan buah pikirannya dalam majalah De Gids (Perinstis/Pelopor) dengan

judul Een Ereschuld (Berhutang Budi) sehingga dikenal politik etis atau politik balas

budi. Gagasan van Deventer terkenal dengan nama Trilogi van Deventer. Gagasannya

yang diterbitkan oleh majalah de Gids pada tahun 1899 memaparkan perlunya bangsa

Belanda melakukan balas budi terhadap Indonesia. Balas budi dilakukan dengan jalan

membantu bangsa Indonesia untuk mencerdaskan dan memakmurkan rakyatnya. Ter-

dapat tiga cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut, yaitu:

1. Memajukan pengajaran (edukasi);

2. Memperbaiki pengairan (irigasi);

3. Melakukan perpindahan penduduk (transmigrasi).

Ide yang dikemukakan oleh van Deventer ini kemudian lebih dikenal dengan poli-

tik etis. Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang akhirnya politik etis ini mulai

dijalankan di Indonesia menurut tafsiran dan kemauan pemerintah kolonial Belanda.

Program pendidikan tidak ditujukan untuk mencerdaskan bangsa Indonesia, tetapi dil-

akukan untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga administrasi rendahan yang akan

ditempatkan di industri-industriperkebunan. Program irigasi tidak diarahkan untuk

peningkatan pertanian penduduk Indonesia, tetapi diarahkan untuk menunjang perke-

bunan-perkebunanmilik para kapitalis. Sementara itu, program transmigrasi bukan dia-

rahkanuntuk pemerataan penduduk dan peningkatan kualitas hidup penduduk Indone-

sia, melainkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan-perkebunan

milik Belanda.

Kehidupan masyara-kat pada masa Rev-olusi Industri ditulis oleh Charles Dickens dalam bukunya yang berjudul Oliver Twist. Buku terse-but menceritakan kisah kehidupan seorang buruh anak di London

Aufklarung : suatu pergerakan intelektual abad ke-18, yang berasal dari Eropa

Barat (Inggris dan Perancis)

Cultuurstelsel : peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van

den Bosch yang mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian

tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu,

dan tarum (nila).

Liberalisme : paham ketatanegaraan yang mnghendaki kebebasan.

Renaissance : kebangkitan kembali; terjadi pada abad 14-17 M

Revolusi Industri : proses perubahan yang cepat dibidang ekonomi, yaitu dari

ekonomi agraris (pertanian) ke ekonomi industri dengan

menggunakan tenaga-tenaga mesin (tidak lagi menggunakan alat-

alat manual yang mengandalkan keterampilan tangan), sehingga

dapat meningkatkan produktivitas barang.

Sistem Gilda : perkumpulan dari orang-orang yang mempunyai profesi sama,

maka pada waktu itu terbentuklah gilda tukang kayu, gilda tukang

roti dan sebagainya.

Emy Adam. 2010. Pengaruh Revolusi Industri di Indonesia [Online]. Tersedia: http://

id.shvoong.com/humanities/history/2053649-pengaruh-revolusi-industri-di-

indonesia/. [22 Desember 2012]

Kartodirdjo Sartono. 1988. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500-1900. Jakarta: PT

Gramedia.

Suwito, Triyono. 2009. Sejarah Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah Program

IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Suwito Triyono dan Darmawan Wawan. 2012. Dampak Revolusi Industri Terhadap

Perkembangan Sosial, Ekonomi, Serta Demografi Di Indonesia Pada Masa Ko-

lonial [Online]. Tersedia: http://ssbelajar.blogspot.com/2012/07/dampak-revolusi-

industri-terhadap.html. [9 Desember 2012]

Tarunasena, M. 2009. Memahami Sejarah SMA/MA Kelas XI Semester 1 dan 2 Program

IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Tarunasena, M. 2009. Buku teks BSE Sejarah SMA/MA kelas XI. Jakarta: Pusar per-

bukuan Departemen Pendidikan Nasional

Referensi Gambar

Gambar 1 : Microsoft Encarta 2009

Gambar 2 : Microsoft Encarta 2009

Gambar 3 : http://1.bp.blogspot.com/-Ts8CY2OIHg8/T7ovvafllVI/

AAAAAAAAAJ0/0wkMK85qak8/s1600/thomas-stamford-raffles.jpg

Gambar 4 : http://4.bp.blogspot.com/-ta9HP2jSnA4/UIKByMT0-7I/AAAAAAAAAZo/

MQwshlk8uGI/s1600/Johannes_van_den_Bosch.jpeg