Upload
adi-kurniawan
View
464
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Kasus Kematian I (draft)
PENYAKIT JANTUNG REMATIK + ANEMIA DEFISIENSI
BESI
Adi Kurniawan
PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
ILMU PENYAKIT DALAM FK UNSRI / RSMH
PALEMBANG
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung rematik (PJR) merupakan suatu penyakit jantung akibat
adanya gejala sisa dari demam rematik (DR), yang ditandai dengan terjadinya cacat
katup jantung.1 Menurut WHO, PJR merupakan cacat jantung akibat karditis rematik.2
Definisi lain mengatakan PJR adalah hasil dari demam rematik, yang merupakan
suatu kondisi yang dapat terjadi 2-3 minggu setelah infeksi Streptococcus beta
hemolitycus grup A pada saluran nafas bagian atas.3
Berdasarkan data dari 8 rumah sakit pendidikan di Indonesia tahun 1983-1985
menunjukkan bahwa kasus DR dan PJR rata-rata 3,44% dari seluruh jumlah penderita
yang dirawat.3 Manifestasi klinis penyakit DR ini akibat kuman Streptokokus Grup-A
(SGA) beta hemolitik pada tonsilofaringitis dengan masa laten 1-3 minggu. Taranta A
dan Markowitz M, 1984 melaporkan bahwa DR adalah penyebab utama terjadinya
penyakit jantung untuk usia 5-30 tahun.4 DR dan PJR adalah penyebab utama
kematian penyakit jantung untuk usia dibawah 40 tahun3, juga dilaporkan 25-40%
penyakit jantung disebabkan oleh PJR untuk semua umur. Resiko untuk kambuh bagi
yang sudah pernah mendapat serangan Streptokokus adalah 50-60%. Rabins dkk,
1981 menyimpulkan bahwa tidak adanya predisposisi genetik. Penelitian-penelitian
lain kebanyakan menyokong mekanisme automunitas atas dasar reaksi antigen
antibodi terhadap antigen.4
Penyakit jantung rematik dapat ditemukan tanpa adanya riwayat demam
rematik akut. Hal ini terutama didapatkan pada penderita dewasa dengan
ditemukannya kelainan katup. Kemungkinan sebelumnya penderita tersebut
mengalami serangan karditis subklinis, sehingga tidak berobat dan tidak didiagnosis
pada stadium akut. Kelainan katup yang paling sering ditemukan adalah pada katup
mitral, kira-kira tiga kali lebih banyak daripada katup aorta.5
2
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan kurangnya zat besi
untuk sintesis hemoglobin.11 Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia
dan lebih dari 50% penderita ini adalah anemia defisiensi besi dan terutama
mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Penelitian di Indonesia
mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekitar 30-40%, pada anak sekolah
25-35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita sebesar 55,5%.11
Berikut ini ditampilkan suatu laporan kasus seorang laki-laki berusia 21
tahun, dengan Penyakit Jantung Rematik dan Anemia Defisiensi Besi. Kasus ini
diangkat karena masalah diagnostik dan penatalaksanaan yang cukup complicated,
sehingga perlu didiskusikan penatalaksanaan yang tepat, sehingga dapat memberikan
tatalaksana yang lebih baik terhadap pasien pasien dengan kasus yang serupa.
Semoga kasus ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan dan pengetahuan kita
semua.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. ANAMNESIS ( AUTO DAN ALLO ANAMNESIS )
1.1 IDENTITAS
Seorang laki-laki, Tn. F, Usia 21 tahun, agama Islam, alamat komplek SDN
no 05 Bandar Jaya, kelurahan Lahat tengah, Lahat. Os seorang mahasiswa, dirawat di
ruang RA kamar VII.7 sejak tanggal 02 Juli 2012 dengan keluhan utama sesak nafas
semakin hebat sejak 1 hari SMRS.
1.2 RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Sejak ± 1 tahun sebelum masuk rumah sakit os mengeluh sesak nafas, sesak
timbul bila os beraktifitas berat seperti berlari dan berkurang bila os beristirahat,
sesak berkurang bila Os istirahat. Terbangun malam hari karena sesak disangkal. Os
tidur dengan 2 bantal tersusun atau lebih. Sesak tidak dipengaruhi cuaca, debu, emosi
dan tidak disertai mengi. Sering gemetaran, mual muntah, dan mudah berkeringat
disangkal. Kepala terasa pusing dan badan terasa lemas.
Sejak ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit Os mengeluh sesak nafas bila
beraktivitas berat seperti berjalan ± 50 m. Terbangun malam hari karena sesak
disangkal. Os tidur menggunakan 2 bantal tersusun atau lebih.. Os sesak bila
berbaring ke kiri. Nafsu makan dan berat badan dirasakan menurun, badan terasa
lemas ada. Nyeri sendi ada terutama di pinggang dan kaki. Os sering sakit kepala.
BAB dan BAK biasa. Os berobat ke dokter di katakan sakit jantung, diberi obat tapi
os tidak tahu nama obatnya.
Sejak ± 10 hari sebelum masuk rumah sakit Os mengeluh sesak nafas semakin
hebat, sesak timbul bila os sehabis dari kamar mandi, sesak hilang bila os beristirahat.
Os tidur menggunakan 2 bantal tersusun atau lebih. Os sering terbangun malam hari
karena sesak. Nyeri tenggorokan saat menelan tidak ada. Kedua kaki Os sembab.
4
BAB dan BAK biasa. Os berobat ke RSUD Lahat dan dirawat selama 7 hari, os
dikatakan sakit jantung dan kurang darah, os mendapat transfusi sebanyak 2 kantong.
Keluhan sedikit berkurang.
Sejak ± 1 hari SMRS os mengeluh sesak nafas semakin hebat, sesak tidak
hilang meskipun os beristirahat. Os kemudian dirujuk ke UGD RSMH dan dirawat.
1.3 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat nyeri sendi ada sejak ± 1 tahun yang lalu, os berobat ke dokter, dan
dikatakan sakit radang sendi, diberikan 3 macam obat, os lupa nama obat
Riwayat sakit jantung disangkal
1.4 RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal
1.5 RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Os seorang mahasiswa, karena sering tidak masuk karena sakit, maka Drop Out, ayah
os bekerja sebagai wiraswasta, Os merupakan anak kedua dari tiga bersaudara..
Kesan status sosial ekonomi baik.
2.1. PEMERIKSAAN FISIK
2.1.1 KEADAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 104 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 26 kali/ menit, cepat dan dangkal
Suhu : 36,8oC
5
Berat Badan : 120 kg
Tinggi Badan : 170 cm
RBW : 171 % (obese)
Lingkar perut :
KEADAAN SPESIFIK
Kepala : Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-)
Thoraks :
Cor :
I : Iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis tidak teraba
P : Batas atas ICS II, batas kanan Linea sternalis dekstra, batas kiri Linea
Axilaris anterior (LAA) sinistra ICS VI
A : HR: 104 kali/menit, reguler, murmur diastolik (+), grade 3/6 di katup mitral,
penjalaran ke lateral dan posterior, gallop (-)
Pulmo :
I : Statis simetris kanan dan kiri. Dinamis simetris kanan=kiri
P : Stemfremitus kanan = kiri
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Suara nafas vesikuler normal, ronkhi basah halus di basal kedua basal paru
(+), wheezing (-), stridor (-)
Abdomen :
I : Cembung, venektasi (-), spider nevi (-), Striae (+)
P : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
P : Timpani, shifting dullness (+)
A : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Edema tibial (+), tremor (-) kulit lembab (-)
6
2.3.1 LABORATORIUM (02 Juli 2012)
Darah rutin dan kimia darah
Hb : 8,6 g/dl
Ht : 30 vol %
Leukosit : 3.700/mm3
Trombosit : 149.000
MCH : 20 pico gram
MCV : 72 mikrogram
MCHC : 29 %
LED : 47 mm/jam
Diff count : 0/0/3/76/16/5
BSS : 149 mg/dl
Cholest total : 90 mg/dl
HDl : 15 mg/dl
LDL : 48 mg/dl
Asam urat : 9,8 mg/
Ureum : 59 mg/dl
Kreatinin : 0,9 mg/ dl
Protein total : 5,4 g/dl
Albumin : 2,9 g/dl
Globulin : 2,5 g/dl
SGOT : 88 U/l
SGPT : 29 U/l
Natrium : 143 mmol/l
Kalium : 3,2
mmol/l
Calsium : 7,8 mmol/l
LDH : 783 u/i
TIBC : 271 µgram/dl
Fe : 53µgram/dl
Ferritin
:45.06ng/ml
SaturasiIndex:19%
Urinalisa:
Epitel : (+)
Leukosit : 3-4/LPB
Eritrosi : 0-1/LPB
Protein : (-)
Glukosa : (-)
Keton : (-)
Darah/Hb : (-)
Bilirubin : (-)
Urobilinogen : (-)
Nitrit : (-)
7
II.3.2 EKG (02 Juli 2012)
EKG : SR, axis normal, HR 104 x/m, Gel P mitral, PR interval 0,16 dtk, QRS komplek 0,06 dtk,
R/S di V1 > 1, Sv1 + Rv5v6 < 35, S persisten di V4-V6.
Kesan : Sinus takikardi + RVH
II.3.3 FOTO THORAKS No. 6090 (02 Juli 2012)
8
Kondisi foto baik
Simetris kanan dan kiri
Trakhea di tengah
Tulang-tulang baik
Sela iga tidak melebar
Diafragma tenting tidak ada
Sudut costofrenikus kanan dan
kiri tajam
CTR > 50%
Parenkim paru: infiltrate (-)
Kesan: edema paru +
kardiomegali
2.4 RESUME
Sejak ± 1 tahun sebelum masuk rumah sakit os mengeluh sesak nafas, sesak timbul bila
os beraktifitas berat seperti berlari dan berkurang bila os beristirahat, sesak berkurang bila Os
istirahat. Os tidur dengan 2 bantal tersusun atau lebih.
Sejak ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit Os mengeluh sesak nafas bila beraktivitas
berat seperti berjalan ± 50 m. Os tidur menggunakan 2 bantal tersusun atau lebih.. Os sesak bila
berbaring ke kiri. Nafsu makan dan berat badan dirasakan menurun, badan terasa lemas ada.
Nyeri sendi ada terutama di pinggang dan kaki. Os sering sakit kepala. BAB dan BAK biasa. Os
berobat ke dokter di katakan sakit jantung dan diberi obat tapi os tidak tahu nama obatnya.
Sejak ± 10 hari sebelum masuk rumah sakit Os mengeluh sesak nafas semakin hebat,
sesak timbul bila os sehabis dari kamar mandi, sesak hilang bila os beristirahat. Os tidur
menggunakan 2 bantal tersusun atau lebih. Os sering terbangun malam hari karena sesak.
Kedua kaki Os sembab. BAB dan BAK biasa. Os berobat ke RSUD Lahat dan dirawat selama 7
hari, os dikatakan sakit jantung dan kurang darah, os mendapat transfusi sebanyak 2 kantong.
Keluhan sedikit berkurang.
Sejak ± 1 hari SMRS os mengeluh sesak nafas semakin hebat, sesak tidak hilang
meskipun os beristirahat. Os kemudian dirujuk ke UGD RSMH dan dirawat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sensorium compos mentis, pernapasan yang cepat
26x/menit, suhu tubuh 36,8 oC. Pada pemeriksaan spesifik jantung didapatkan iktus kordis tidak
terlihat dan tidak teraba. Batas atas ICS II, batas kanan linea sternalis dekstra, batas kiri Linea
aksilaris anterior, HR : 104x/menit, reguler mumur diastolik (+) grade 3/6 di katup mitral dengan
penjalaran ke lateral dan posterior. Pada pulmo didapatkan statis dan dinamis hemitoraks kanan
= kiri, pada palpasi pulmo stemfremitus kanan = kiri. Pada perkusi sonor pada keedua lapangan
paru,. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hepar teraba 2 jbac, permukaan rata, tepi tumpul,
konsistensi kenyal. Shifting dullness (+). Pada extremitas ditemukan edema pretidial (+).
Pada pemeriksaan laboratorium dapatkan leukosit 3.700/mm3 , Hb 8,6 g/dl, Leukosit
3.700/mm, MCH 20 pico gram, MCV 72 mikrogram, MCHC 29 %, LED 47 mm/jam, Asam urat
: 9,8 mg/dl, Ureum 59 mg/dl, SGOT 88 U/l, SGPT 29 U/l, Kalium 3,2 mmol/l, Calsium : 7,8
mmol/l, LDH : 783 u/I, TIBC : 271 mikrogram/dl, Fe : 53 mikrogram/dl, Ferritin:45.06ng/ml.
Pada pemeriksaan endokrinologi : kortisol serum pagi : 14.26 mikrogram/dl, T3 : 0.300 nmol/l,
T4 : 46.40 nmol/l, TSH : 3.55 uIU/ml
9
Dari pemeriksaan EKG didapatkan kesan sinus takikardi + RVH
Pemeriksaan foto rontgen thorak PA didapatkan kesan: edema paru + kardiomegali.
2.5 DAFTAR MASALAH
1. Penyakit jantung rematik
2. Anemia hipokrom mikrositer
3. Leukopenia
4. Hipokalemia
5. Hipokalsemia
6. Hipoalbuminemia
7. Obesitas
2.6 PENGKAJIAN MASALAH
1. Penyakit jantung rematik
Dari anamnesis didapatkan adanya sesak nafas yang semakin hebat. Sesak nafas
tidak dipengaruhi cuaca dan emosi. Sesak nafas dirasakan bila berbaring, berjalan ± 50 m
dan jika banyak beraktivitas. Os sering terbangun malam hari karena sesak dan lebih
nyaman tidur menggunakan dua bantal tersusun atau lebih. Os juga mengeluh nyeri pada
sendi terutama pinggang dan kaki. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya
peningkatan tekanan darah 140/100 mmHg, frekuensi nadi 104x/m, pernafasan 26x/m.
Pada pemeriksaan spesifik didapatkan adanya JVP (5-2) cm H2O, pada dada batas
jantung kanan linea sternalis dekstra, batas jantung kiri LAA sinistra.Pada pemeriksaan
paru didapatkan ronkhi basah halus pada kedua lapangan paru, Pada pemeriksaan palpasi
didapatkan hepatomegali, dan pada perkusi abdomen shifting dullness (+) difikirkan
adanya asites, serta adanya edema pretibial pada kedua ekstremitas.
Rencana diagnostik : Konsul divisi kardiologi, Echokardiografi
Rencana terapi : - O2 3 l/m
- IVFD D5% gtt X/m (mikro)
- Diet jantung III
- Furosemid 1x20 mg iv.
- Aspilet 1x80 mg
10
- Captopril 2x12,5 mg
- Digoksin 1x0,25 mg
- Laxadin syr 3x1C
- Pasang folley kateter os meolak
Rencana edukasi : Menjelaskan pada pasien tentang penyakitnya dan
prosedur diagnostik yang akan dilakukan serta perawatan
selanjutnya.
2. Anemia Hipokrom mikrositer
Dari anamnesa didapatkan keluhan pusing dan lemas, dari pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva palpebra pucat, serta dari pemeriksaan laboratorium didapatkan
Hb : 8,6 g/dl; Ht : 30 vol %; MCH : 20 picogram; MCV : 72 mikrogram; MCHC : 29%;
GDT : Anemia mikrositik hipokrom; TIBC : 271 ug/dl; Fe : 53 ug/dl; Sat Transferin :
53/271 x 100% = 1954%, dipikirkan suatu penyakit anemia defisiensi Fe.
2.7 DIAGNOSIS SEMENTARA
RHD + Anemia hipokrom mikrositer + Hipoalbuminemia + obesitas
2.8 DIAGNOSIS BANDING
RHD + Anemia hipokrom mikrositer + Hipoalbuminemia + Sindroma Cushing
2.9.PENATALAKSANAAN
Istirahat
Posisi ½ duduk
O2 3 liter/menit
Diet jantung III
IVFD D5% gtt X/m mikro
Furosemid 1 x 20mg iv
Digoxin 1 x 0,25 mg tab
Laxadine Syr 3 x 1 C
Aspilet 1 x 80 mg tab
Captopril 2 x 6,25 mg tab
11
Balans cairan
Konsul divisi kardiologi, endokrin-metabolik dan hematologi onkologi medik
2.10.RENCANA PEMERIKSAAN
Echokardiografi
Perkembangan selama perawatan
Tanggal 03 Juli 2012Subjektif Sesak nafasObjektifKeadaan umumSensoriumTekanan DarahNadiPernafasanSuhuKeadaan SpesifikKepala
Leher
Cor
Pulmo
Abdomen
EkstremitasKulit
Pemeriksaan Penunjang LaboratoriumDarah Rutin dan KimiaDarah : 03 Juli 2012
Tampak sakit sedangCompos mentis130/90 mmHg106 kali/menit, reguler,isi dan tegangan cukup28kali/menit, cepat dan dangkal36,80C
Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (-), bibir sianosis (-)JVP (5-2)cmH2O, pembesaran KGB.Struma (-) difus, konsistensi kenyal, bruit (-)I : Iktus kordis tidak terlihatP: Iktus kordis tidak terabaP: Batas atas ICS II, batas kanan linea sternalis, batas kiri Linea Axilaris Anterior (LAA) sinistra ICS VIA: HR: 106x/menit, reguler, murmur diastolic grade
3/6 di katup mitral, gallop (-)I : Statis dan dinamis simetris hemitoraks kanan= kiriP : Stemfremitus kanan = kiriP : Sonor pada kedua lapangan paruA: Suara nafas vesikuler menurun, Ronkhi basah halus di basal kedua paru (+), wheezing (-), stridor (-)I : Datar, venektasi (-), spider nevi (-), striae (+)P: Lemas dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)P : Timpani, shifting dullness (+)A : Bising usus (+) normalEdema pretibial (+), tremor (-), clubbing finger (-)kulit lembab (-)
Hb 8,6 g/dl
Ht 30 vol %
12
Urin rutin
Leukosit 3.700/mm3
Trombosit 149.000
MCH 20 pico gram
MCV 72 mikrogram
MCHC 29 %
LED 47 mm/jam
Diff count 0/0/3/76/16/5
BSS : 149 mg/dl
Cholesterol total : 90 mg/dl
HD : 15 mg/dl
LDL : 48 mg/dl
Asam urat : 9,8 mg/dl
Ureum : 59 mg/dl
Kreatinin : 0,9 mg/ dl
Protein total : 5,4 g/dl
Albumin : 2,9 g/dl
Globulin : 2,5 g/dl
SGOT : 88 U/l
SGPT : 29 U/l
Natrium : 143 mmol/l
Kalium : 3,2 mmol/l
Calsium : 7,8 mmol/l
Epitel : (+)
Leukosit : 3-4/LPB
Eritrosit : 0-1/LPB
Protein : (-)
Glukosa : (-)
Keton : (-)
Darah/Hb : (-)
Bilirubin : (-)
13
Konsul Divisi Kardiologi
Konsul Divisi Endokrin
Urobilinogen : (-)
Nitrit : (-)
Kesan : RHD + Hipoalbuminemia
Saran : furosemide 1 x 1 ampul, aspilet 1 x 80 mg
Echokardiografi
Kesan DD/ : Obesitas + Sindroma Cushing
Saran : kortisol serumAssesment Diagnosis Sementara:
RHD + Sindroma Cushing + Hipoalbuminemia +
Anemia Hipokrom Mikrositer + Hipokalemia +
Hipokalsemia
Diagnosis Banding :
RHD + Obesitas + Hipoalbuminemia + Anemia
Hipokrom Mikrositer + Hipokalemia + Hipokalsemia
Terapi - Istirahat
- O2 3 L/m
- Diet jantung III
- IVFD D5% gtt xx/m (mikro)
- Furosemid 1x40mg iv
- Ca Gluconas 1 x 1 ampul
- KCL 3 x 500 mg
- Laxadin syr 3x1C
- Aspilet 1x80 mg tab
- Balance cairan
Rencana Pemeriksaan Echokardiografi
Benzidin test
Asam urat, LDH, Natrium, kalium, kalsium
(post koreksi).
Kortisol serum
14
Tanggal 04 Juli 2012
Subjektif Sesak nafas berkurang
Objektif
Keadaan umum
Sensorium
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Kulit
Tampak sakit sedang
Compos mentis
130/80 mmHg
104x/m, reguler, isi dan tegangan cukup
24x/m, cepat dan dangkal
36,50C
stqa
stqa
stqa
stqa
stqa
stqa
stqa
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Echocardiografi
Tgl 04 Juli 2012 EDD : 5,7 cm
ESD : 2,71 cm
IVS : 1,15 cm
PWD : 1,15 cm
FS : 52,5 %
E/A : -
EF : 82,9 %
Pericard Effusion (+) minimal
TR moderate – Pulmonal hypertension (+)
15
Laboratorium
Feces
AR modal modrate, AS mild
Kesan: RHD
T3 : 0.300 nmol/l (Normal : 1.30 – 3.10 nmol/l)
T4 : 46.40 nmol/l (Normal : 66.00 – 181.0 nmol/l)
TSH : 3.55 uIU/ml (Normal : 0.270 – 4.20 uIU/ml)
Darah samar : (-)
Darah Kimia Asam urat : 10,5 mg/dl
LDH : 783 u/i
Natrium : 137 mmol/l
Kalium : 2,3 mmol/l
Calcium : 7,3 mmol/l
TIBC : 271 mikrogram/dl
Fe : 53 mikrogram/dl
Ferritin : 45.06 ng/ml
SITBC : 19 %
Konsul Divisi Hematologi
Kesan : Anemia Hipokrom Mikrositer ec defisiensi Fe
dd/ :
ACD
Thalasemia
Anemia sideroblastik
Diagnosis :
RHD + Sindroma Cushing + Hipoalbuminemia +
Anemia Hipokrom Mikrositer + Hipokalemia +
Hipokalsemia
Diagnosis Banding :
RHD + Obesitas + Hipoalbuminemia + Anemia
Hipokrom Mikrositer + Hipokalemia + Hipokalsemia
TERAPI - Istirahat
16
Pukul 21.00
Pukul 00.00
- O2 3 L/m
- Diet jantung III
- IVFD D5% gtt xx/m (mikro)
- Furosemid 1x40mg iv
- Ca Gluconas 1 x 1 ampul
- KCL 3 x 500 mg
- Laxadin syr 3x1C
- Aspilet 1x80 mg tab
- Balance cairan
S : Demam tinggi
O :
- TD : 140/80 x/mnt
- Nadi : 110 x/mnt
- RR : 24 x/mnt
- Temp : 39,8 C
Status lokalis region ante brachial sinistra :
Eritem, bengkak, nyeri, iv line macet
A : Plebitis
P : Aff infus, paracetamol 500 mg
S : Sesak berat
O :
- TD : 140 x/mnt
- Nadi : 110 x/mnt
- RR : 30 x/mnt
- Temp : 38 C
Status lokalis region ante brachial sinistra :
Eritem, bengkak, nyeri, iv line macet
A : Plebitis +RHD
P :
17
Rencana pemeriksaan Kortisol serum
Tanggal 05 Juli 2012
Subjektif Sesak nafas
Objektif
Keadaan umum
Sensorium
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Kulit
Laboratorium
Tampak sakit sedang
Compos mentis
130/80 mmHg
84x/m, reguler, isi dan tegangan cukup
26x/m
36,3oC
Stqa
Stqa
Stqa
Stqa
Stqa
Stqa
Stqa
Kortisol serum : 14.26 mikrogram/dl
Kesan : normal kortisol
ASSESMENT Diagnosis sementara
Diagnosis :
RHD + Hipoalbuminemia + Anemia Hipokrom
Mikrositer + Hipokalemia + Hipokalsemia
Diagnosis Banding :
RHD + Obesitas + Hipoalbuminemia + Anemia
Hipokrom Mikrositer + Hipokalemia + Hipokalsemia
18
TERAPI
16.00
06-07-2012
03.00
- Istirahat
- O2 3 L/m
- Diet jantung III
- IVFD D5% gtt xx/m (mikro)
- Furosemid 1x40mg iv
- Ca Gluconas 1 x 1 ampul
- KCL 3 x 500 mg
- Laxadin syr 3x1C
- Aspilet 1x80 mg tab
- Balance cairan
S : Demam tinggi
O :
- TD : 130/80 x/mnt
- Nadi : 108 x/mnt
- RR : 24 x/mnt
- Temp : 39,2 C
Status lokalis region ante brachial sinistra :
Eritem, bengkak, nyeri, iv line macet
A : Plebitis
S : Dokter Jaga dipanggil keluarga
pasien, karena os terjatuh di kamar
mandi, Os sesak berat
O :
- TD : 110/80 x/mnt
- Nadi : 108 x/mnt
- RR : 30 x/mnt
- Temp : 36,2 C
A : RHD + Anemia Hipokrom Mikrositer
19
P:
O2 4 ltr/mnt
Furosemide 1 amp im
Follow up vital sign /jam
Follow up
Pukul Sense TD Nadi RR Terapi03.00 delirium 110/80 108 30 02 4 ltr/mnt
Furosemide 1 amp im04.00 Delirium 100/70 112 28 02 4 ltr/mnt05.00 Delirium 100/70 110 28 02 4 ltr/mnt06.00 Coma 90/60 filiformis 25 02 4 ltr/mnt
Drip dopamine mikro gtt X/mntDrip dobutamin mikro gtt X/mnt
06.15 Coma 70/palpasi Filiformis 25 02 4 ltr/mntDrip dopamine mikro gtt X/mnt
Drip dobutamin mikro gtt XV/mnt
06.30 Coma 60/palpasi Filiformis 20 02 4 ltr/mntDrip dopamine mikro gtt X/mnt
Drip dobutamin mikro gtt XX/mnt
06.45 Coma 50/palpasi filiformis 20 02 4 ltr/mntDrip dopamine mikro gtt X/mnt
Drip dobutamin mikro gtt XXV/mnt
06.50 coma 50/palpasi filiformis RJP07.00 - - - - ϯ
BAB III
ANALISIS KASUS
20
Gagal jantung merupakan suatu sindrom klinis yang terjadi pada penderita yang
mengalami abnormalitas pada struktur atau fungsi jantung disebabkan oleh keturunan atau yang
didapat sehingga menyebabkan terjadinya rangkaian gejala klinik berupa fatique dan sesak serta
tanda klinis edema, dan ronkhi sehingga menyebabkan penderita dirawat, kualitas hidup
menurun dan harapan hidup memendek. Gagal jantung kiri terjadi akibat kelemahan ventrikel,
meningkatkan vena pulmonalis dan paru menyebabkan pasien sesak nafas dan ortopnea. Gagal
jantung kanan terjadi kalau kelainannya melemahkan ventrikel kanan seperti pada hipertensi
pulmonal sehingga terjadi kongesti vena sistemik yang menyebabkan edema perifer,
hepatomegali dan distensi vena jugularis. Tetapi karena perubahan biokimia gagal jantung terjadi
pada miokard kedua ventrikel, maka retensi cairan pada gagal jantung yang berlangsung lama
tidak lagi berbeda.8
Dalam menegakkan diagnosis gagal jantung kongestif digunakan kriteria Framingham yaitu
minimal terpenuhi 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.8
Kriteria mayor :
- Paroksismal nocturnal dispneu
- Distensi vena leher
- Ronkhi paru
- Kardiomegali
- Edema paru akut
- Gallop S3
- Peninggian tekanan vena jugularis
- Refluks hepatojugular
Kriteria minor :
- Edema ekstremitas
- Batuk malam hari
- Dispneu d’effort
- Hepatomegali
- Efusi pleura
21
- Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
- Takikardi (>120x/m)
Pasien ini datang dengan keluhan utama sesak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
frekwensi pernafasan 26x/m, cepat dan dangkal. Selain itu juga didapatkan adanya tanda dan
gejala ronkhi paru, kardiomegali, peningkatan tekanan vena jugularis, edema ekstremitas,
dispneu d’effort, hepatomegali dan takikardi.8,9
Sedangkan kelainan yang menyebabkan kondisi gagal jantung pada pasien ini adalah
adanya penyakit jantung rematik. Dari anamnesa diketahui bahwa os ada riwayat nyeri di sendi
pinggang dan kaki yakni ketika os berobat ke dokter. Pada pasien ini ditemukan tanda-tanda dan
gejala kardiovaskular berupa palpitasi, exercise intolerance, dan dispneu.7,8
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah
suatu kondisi di mana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau
kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam
Rematik (DR)8 . Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat bersifat akut, subakut,
kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setelah infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A pada
saluran pernafasan bagian atas. Demam reumatik akut ditandai oleh demam berkepanjangan, jantung
berdebar keras, kadang cepat lelah. Puncak insiden demam rematik terdapat pada kelompok usia 5-15
tahun, penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun dan penduduk di atas 50 tahun. 8
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat, maka sangat
mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta
Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali
terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan
pengobatannya yang kurang terarah menyebabkan racun atau toksin dari kuman ini menyebar
melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup
mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup
tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran.
Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah mengalami
gangguan, nyeri sendi yang berpindah-pindah, bercak kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan
tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau benjolan kecil-kecil dibawah kulit.
Selain itu tanda yang juga turut menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat
lelah dan tentu saja demam.
22
Selain dengan adanya tanda dan gejala yang tampak secara langsung dari fisik, umumnya
dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, misalnya, pemeriksaan darah rutin,
ASTO, CRP, dan kultur ulasan tenggorokan. Bentuk pemeriksaan yang paling akurat adalah
dengan dilakukannya echocardiografi untuk melihat kondisi katup-katup jantung dan otot
jantung.8,9
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi
oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terfikir adalah pemberian antibiotika
dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine
penicillin G. Pada penderita yang alergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah
pemberian eritromisin atau golongan cefalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya
diberikan adalah Cortisone dan Aspirin.8,9
Penderita dianjurkan untuk tirah baring di rumah sakit, selain itu difikirkan tentang
penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau
trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan terapi.
Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik untuk mengatasi
keluhannya. Penderita yang simptomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi invasif.
Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang
relatif mahal dan memerlukan follow up jangka panjang.
Jika kita lihat diatas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan adanya
kejadian awal yaitu demam rematik (DR), Tentu saja pencegahan yang terbaik adalah bagaimana
upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik (DR) atau terserang infeksi kuman
Streptococcus beta hemolyticus.
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut,
diantaranya faktor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang
berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam
distribusi penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai peran yang besar dalam terjadinya infeksi
streptokokkus untuk terjadi DR. Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta
hemolyticus dan mengalami demam rematik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan
antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan
menyebabkan Penyakit Jantung Rematik.
23
Diagnosis Anemia Defisiensi Besi (ADB) ditegakkan atas dasar adanya pucat yang
berlangsung lama (kronik), pada pemeriksaan fisis hanya ditemukan pucat tanpa pendarahan
(petekie, ekimosis, atau hematoma) maupun hepatomegali. Limpa kadang sedikit membesar
tetapi umumnya tidak teraba. Laboratorium menunjukkan kadar Hb rendah, jumlah eritrosit
umumnya normal tetapi kadang rendah. Jumlah leukosit, hitung jenis dan trombosit biasanya
normal kecuali disertai infeksi. Diagnosis pasti pasti ditegakkan melalui pemeriksaan kadar
besi/feritin serum yang rendah dan pewarnaan besi jaringan sumsum tulang.
Anemia defisiensi besi dapat ditegakkan berdasarkan keadaan sebagai berikut :
- Riwayat faktor predisposisi dan faktor penyebab.
- Pada pemeriksaan fisis hanya terdapat pucat tanpa perdarahan atau organomegali.
- Gambaran darah mikrosister.
- Responsif terhadap pemberian zat besi.
Sebelum timbul gejala, terdapat 2 stadium awal yaitu (1) stadium deplesi besi (iron
depletion state) ditandai oleh penurunan kadar feritin serum tanpa penurunan kadar besi serum
(SI) maupun Hb dan (2) stadium kekurangan besi (iron dedeficiency state) ditandai oleh
penurunan kadar feritin serum dan SI tanpa penurunan kadar Hb.
Pengobatan sudah harus dimulai pada stadium dini untuk mencegah terjadinya ADB yang
akan memberikan dampak negatif yang lebih berat.
Preparat besi diberikan sampai kadar Hb normal, kemudian dilanjutkan sampai cadangan
besi terpenuhi, sebaiknya dalam bentuk fero karena lebih mudah diserap dari pada bentuk feri.
Besi dapat diberikan secara oral atau parenteral dengan dosis 3-5 mg besi
elemental/kgbb. Pemberian secara oral berupa ferosulfas merupakan cara yang mudah, murah
dan hasilnya memuaskan. Untuk mengurangi efek samping mual dan sakit perut, diberikan
dalam tiga dosis segera sesudah makan.
Pemberian parenteral dilakukan bila dengan pemberian secara oral gagal antara lain
akibat malabsorbsi atau efek samping syok anafilaktik.
Hasil pengobatan dinilai dengan pemeriksaan Hb dan retikulosit seminggu sekali, atau
sampai 2 bulan setelah Hb normal tanpa pemeriksaan SI dan feritin.
24
Tranfusi darah hanya dilakukan bila kadar Hb kurang dari 6 g/dl atau kadar Hb≥ 6g/dl
disertai lemah, gagal jantung, infeksi berat atau akan menjalani operasi. Diberikan packed red
cells (PRC) dosis 10-15ml/kgBB. Atau (Hb dinginkan – Hb sekarang) x 4 x kgBB.
Pada pasien ini dari anamnesa didapatkan keluhan pusing dan lemas, dan dari
pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva palpebra pucat, serta dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb : 8,6 g/dl; Ht : 30 vol %; MCH : 20 picogram; MCV : 72 mikrogram; MCHC : 29
%; GDT : Anemia mikrositik hipokrom; TIBC : 271 ug/dl; Fe : 53 ug/dl; Sat Transferin : 53/271
x 100% = 19%. Dengan data tersebut maka jenis anemia pada pasien ini yaitu anemia hipokrom
mikrositer ec defisiensi Fe.
Demikianlah penyajian laporan kasus dengan judul gagal jantung kongestif ec penyakit
jantung rematik anemia hipokrom mikrositer ec defisiensi besi, semoga dapat menambah
pengetahuan kita bersama.
Berdasarkan follow up yang dilakukan pada tanggal 06 juli 2012 pukul 03.00, terjadi
perburukan yang terjadi secara mendadak, dengan berdasarkan pemeriksaan Echocardiografi
sebelumnya EF : 83 %, maka dapat difikirkan penyebab kematian pada pasien ini adalah Sudden
Death
DAFTAR PENGAWASAN CAIRAN
Tanggal/
Jam
INTAKE OUTPUT SELISIH
Makan Minum Infus
Total
BAB BAK CWL Total
03-07-12
04-07-12
05-07-12
06-07-12
220
250
220
300
150
155
150
200
100
100
100
120
470
505
470
620
30
-
30
30
400
450
400
450
460
440
430
425
890
890
860
905
-420
-385
-390
-185
Os meninggal
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Carapetis JR, Acute Rheumatic Fever, in: Fauci AS et all (ed), Harrison’s
Principles of Internal medicine, 17th edition vol 2, McGraw-Hill Companies, 2008,
p.2092-2096
2. Afif, A, Permasalahan Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik, Asian Society of
Pediatric Cardiology, Bagian Kardiologi FK UI RS Jantung Harapan Kita, Jakarta, 1988
3. Harimurti GM, Demam Reumatik, dalam: Rilantono RI dkk, Buku Ajar Kardiologi, Balai
Penerbit FK UI, Jakarta, 2003, hal 129-131
4. Saharman Leman, Demam Reumatik dan Penyakit Jantung Reumatik, Dalam: Sudoyo
AW dkk, (ed), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV cetakan kedua dengan
revisi, Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta, 2007, hal 1560-
1565
5. Wahab AS, Demam Reumatik Akut, dalam Sastroasmoro S, Buku Ajar Kardiologi Anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, 1994
6. Shahab A, 2002, Penyakit Graves (Struma Diffusa Toksik) Diagnosis dan Penatalaksanaannya, Bulletin PIKKI : Seri Endokrinologi-Metabolisme, Edisi Juli 2002, PIKKI, Jakarta, 2002 : hal 9-18
7. Hadi Halim, Penyakit-penyakit Pleura, Dalam: Sudoyo AW dkk, (ed), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV cetakan kedua dengan revisi, Pusat Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta, 2007, hal 1056-1061
8. Panggabean MM, Gagal Jantung, Dalam: Sudoyo AW dkk, (ed), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV cetakan kedua dengan revisi, Pusat Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta, 2007, hal 1503-1504
9. Mann DL, Heart Failure and Cor Pulmonale, in: Fauci AS et all (ed), Harrison’s
Principles of Internal medicine, 17th edition vol 2, McGraw-Hill Companies inc, 2008,
p.1443-1455
26