Upload
anii-voierfflichh
View
9
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS MATAKULIAH
PATOFISIOLOGI
“Rheumatoid Arthritis”
OLEH
KELOMPOK IV
SARDIAH
BESSE SURWANTI
HASRIANI
NURFAHMAM RUSSJA
ULFA UTARI AMRUS
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA – GOWA
2013
Artritis Reumatoid
Definisi Artritis Reumatoid
-Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun dengan karakteristik adanya
inflamasi kronik pada sendi disertai dengan manifestasi sistemik seperti anemia,
fatique, dan osteoporosis.
-Reumatoid Artiritis merupakan radang yang menyerang sendi sendi kaki dan
tangan yang semakin lama semakin berat sakitnya.Umumnya mengenai sendi
sendi kecil seperti persendian tangan dan kaki, tetapi juga dapat menyerang otot,
paru-paru, kulit, pembuluh darah, saraf dan mata. Rematik dapat menyerang
semua umur,dari kanak kanak sampai lansia.
-Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit autoimun (penyakit yang terjadi
pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang
mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini
menyerang persendian dan anggota gerak. Penyakit ini menimbulkan rasa nyeri
dan kaku pada sistem muskuloskeletal yang terdiri dari sendi, tulang, otot, dan
jaringan ikat.
-Penyakit ini menimbulkan rasa nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal yang
terdiri dari sendi, tulang, otot, dan jaringan ikat. AR dapat menyerang hampir
semua sendi, tetapi yang paling sering adalah sendi di pergelangan tangan, buku-
buku jari, lutut, dan engkel kaki. Sendi-sendi lain yang mungkin diserang
termasuk sendi di tulang belakang, pinggul, leher, bahu, rahang, dan bahkan
sambungan antar tulang sangat kecil di telinga bagian dalam.
Meskipun sangat jarang terjadi, namun pada kasus tertentu AR juga
dapat menimbulkan kematian jika tidak ada upaya dalam mengobati terutama jika
penderita telah mengidap rematik hingga berbulan-bulan atau sampai bertahun-
tahun. Satu hal yang perlu diwaspadai yaitu jika rematik tidak segera diobati
dengan baik dan benar, maka akan berisiko menimbulkan kecacatan seperti
kerusakan sendi dan yang lebih parah dapat menimbulkan kelumpuhan.
Penyebab
Penyebab dari penyakit ini hingga sekarang belum diketahui, namun
ada beberapa faktor yang diperkirakan berperan dalam timbulnya penyakit ini
yaitu sistem kekebalan tubuh dan infeksi virus Epstein Barr (EBV).
Gejala Awal
Gejala awal tersering yang dialami penderita AR adalah kelelahan mendadak,
kaku sendi di pagi hari, nyeri dan pembengkakan pada sendi kecil pada buku-
buku jari dan pergelangan pada kedua tangan.
Gejala Gejala Penyakit Reumatoid Artritis
Kekakuan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi
hari
Bengkak pada 3 atau lebih sendi pada saat yang bersamaan
Bengkak dan nyeri umum nya terjadi pada sendi sendi tangan
Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi
yang sama di kedua sisi tubuh) dan umun nya menyerang sendi pergelangan
tangan.
Merasa nyeri di pagi hari dan membaik di siang hari
Gerak terbatas misal nya sulit bangun
Patofisiologi
Pada sendi sinovial yang normal kartilagoartikuler membungkus
ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk
gerakan. Memberan sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan
mensekresikan cairan kedalam ruangan antar tulang. Cairan sinovial berfungsi
sebagai peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi
untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat. Inflamasi merupakan proses
sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial).
Sinovitis berhubungan dengan pelepasan proteoglikan.
Pada rheumatoid terjadi 2 proses yang dapat saling mendahului maupun
bersamaan.
1) Proses Inflamasi
Tahapnya meliputi :
a) Stimulus antigen mengaktifkan monosit dan limfosit T (sel T). antibody
immunoglobulin membentuk kompleks imun dengan antign. Fagositosis
kompleks imun dimulai dan menghasilkan reaksi inflamasi
(pembengkakan, nyeri, oedema pada sendi)
b) Fagositosis akan menghasilkan zat kimia seperti leukotrien yang dapat
menarik leukosit lainnya ke daerah inflamasi dan prostaglandin bertindak
sebagai modifier inflamasi. Leukotrien dan prostaglandin menghasilkan
enzim kolagenase (memecah kolagen) sehingga menimbulkan edema.
c) Proses inflamasi imunologik dimulai dengan disampaikannya antigen
pada sel T kemudian proligerasi sel T dan β. Sel β merupakan sumber
bagi sel-sel pembentuk antibody / sel plasma. Sebagai reaksi terhadap
antigen yang spesifik, sel plasma memproduksi dan melepas antibody.
Antibody mengikat antigen untuk membentuk pasangan/kompleks imun.
Kompleks imun terbentuk dan tertimbun dalam jaringan sinovial atau
organ lain dan memicu reaksi inflamasi.
2) Degenerasi
Degenerasi kartilago artikuler disebabkan gangguan keseimbangan
fisiologis antara stress mekanis dan kemampuan jaringan sendi untuk
bertahan terhadap stress.
Peran kartilago artikuler adalah
ü Memberikan permukaan penahan beban yang licin secara nyata bersama
cairan sinovial membuat gesekan yang sangat rendah dalam gerakan
ü Kartilago meneruskan tekanan sehingga mengurangi stress mekanis
Penyebab terjadinya dengenerasi kartilago artikuler adalah
a) Stress mekanis
Jika digunakan untuk beraktifitas secara terus menerus menyebabkan
elastisitas kapsula sendi, kartilago artikuler dan ligamentum berkurang.
b) Perubahan pelumasan
Bersama dengan beban sendi, pelumasan bergantung pada lapisan tipis
cairan interstisial yang terpecah dari kartilago ketika terjadi kompresi
antar permukaan sendi yang berlawanan.
c) Imobilitas
Terjadi akibat gangguan kerja pemompaan lubrikasi yang terjadi pada
gerakan sendi.
Mekanisme
Suatu antigen penyebab AR yang berada
pada membran sinovial,akan diproses olehantigen
presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis
sel seperti sel sinoviosit A, sel dendritik atau makrofag
yang semuanyamengekspresi determinan HLA-DR pada
membran selnya. Antigen yangtelah diproses akan
dikenali dan diikat oleh sel CD4 + bersama
dengandeterminan HLA-DR yang terdapat pada
permukaan membran APC tersebutmembentuk suatu kompleks trimolekular.
Kompleks trimolekular ini denganbantuan interleukin-1 (IL-1) yang dibebaskan
oleh monosit atau makrofagselanjutnya akan menyebabkan terjadinya aktivasi sel
CD4+.
Pada tahap selanjutnya kompleks antigen trimolekular tersebut
akanmengekspresi reseptor interleukin-2 (IL-2) Pada permukaan CD4+. IL-2
yangdiekskresi oleh sel CD4+ akan mengikatkan diri pada reseptor spesifik
padapermukaannya sendiri dan akan Menyebabkan terjadinya mitosis
danproliferasi sel tersebut. Proliferasi sel CD4+ ini akan berlangsung terusselama
antigen tetap berada alam lingkunan tersebut. Selain IL-2, CD4+yang telah
teraktivasi juga mensekresi berbagai limfokin lain seperti gamma-interferon,tumor
necrosis factor b (TNF-b), interleukin-3 (IL-3), interleukin-4(IL-4),granulocyte-
macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) Sertabeberapa mediator lain
yang bekerja merangsang makrofag untukmeningkatkan aktivitas fagositosisnya
dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi.
Produksi antibodi oleh sel B inidibantu oleh IL-1, IL-2, dan IL-
4.Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yangdihasilkan akan
membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secarabebas ke dalam ruang
sendi. Pengendapan kompleks imun akanmengaktivasi sistem komplemen yang
akan membebaskan komponen-komplemen C5a. Komponen-komplemen
C5amerupakan faktor kemotaktikyang selain meningkatkan permeabilitas
vaskular juga dapat menarik lebihbanyak sel polimorfonuklear (PMN) dan
monosit ke arah lokasi tersebut.
Pemeriksaan histopatologis membran sinovial menunjukkan bahwa
lesi yangpaling dini dijumpai pada AR adalah peningkatan permeabilitas
mikrovaskularmembran sinovial, infiltrasi sel PMN dan pengendapan fibrin pada
membransinovial.Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai
olehpembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas,
leukotrien,prostaglandin dan protease neutral(collagenase dan stromelysin) yang
akanmenyebabkan erosi rawan sendi dan tulang.8,10Radikal oksigen bebas
dapatmenyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga
mengakibatkanterjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu radikal
oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi.Prostaglandin
E 2(PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dandapat merangsang terjadinya
resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1 dan TNF-b.
Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bilaantigen
penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapipada AR,
antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap padastruktur persendian,
sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus.Tidak terhentinya
destruksi persendian pada AR kemungkinan jugadisebabkan oleh terdapatnya
faktor reumatoid.
Faktor reumatoid adalah suatuautoantibodi terhadap epitop fraksi Fc
IgG yang dijumpai pada 70-90 %pasien AR. Faktor reumatoid akan berikatan
dengan komplemen ataumengalami agregasi sendiri, sehingga proses peradangan
akan berlanjutterus. Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan
terjadinyadegranulasimast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan
histamindan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam
arakidonat.Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibatpengendapan
kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yangmerupakan elemen yang
paling destruktif dalam patogenesis AR. Pannusmerupakan jaringan granulasi
yang terdiri dari sel fibroblas yangberproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis
sel radang. Secarahistopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus
terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan
kolagen danproteoglikan.
Kriteria Artritis Reumatoid
Kriteria American College of Rheumatology (ACR)/European League Against
Rheumatism (EULAR) 2010
Untuk artritis reumatoid mulai diperkenalkan dengan menitikberatkan
pada gambaran klinis tahap awal penyakit. Artritis reumatoid ditegakkan
berdasarkan adanya sinovitis pada paling sedikit 1 sendi, tidak adanya diagnosis
alternatif lain yang dapat menjelaskan penyebab sinovitis, serta skor total individu
dari 4 kriteria (keterlibatan sendi, pemeriksaan serologis, peningkatan acutephase
reactant, dan durasi gejala) ≥ 6.
Keterlibatan sendi ditandai dengan adanya sendi nyeri atau bengkak
pada saat pemeriksaan, yang dapat dikonfirmasi dengan bukti gambaran sinovitis.
Yang termasuk sendi besar adalah sendi bahu, siku, panggul, lutut dan tumit,
sedangkan yang termasuk sendi kecil adalah sendi metacarpophalangeal,
interphalangeal distal, sendi metatarsophalangealkedua sampai kelima, sendi
interphalangealibu jari, dan pergelangan tangan.Antibodi anti-CCP lebih spesifik
dibandingkan rheumatoid factor(RF) untuk penegakan diagnosis artritis reumatoid
secara dini dan lebih baik dalam memprediksi progresifitas penyakit secara
radiologis serta prognosis penyakit Penilaian.
Kriteria Artritis Reumatoid Berdasarkan American College of Rheumatology
(ACR)/European League Against Rheumatism (EULAR) 2010
Aktifitas Penyakit ArtritisReumatoid
Terdapat berbagai macam cara penilaian aktifitas penyakit, seperti
Disease Activity Score(DAS), DAS28, Simplified Disease Activity Index (SDAI),
Clinical Disease Activity Index (CDAI), Rapid Assessment of Disease Activity in
Rheumatology(RADAR), Rheumatoid Arthritis Disease Activity Index(RADAI),
Health Assessment Questionnaire-A(HAQ-A), dan sebagainya.
DAS dan DAS28 paling sering digunakan untuk mengukur aktifitas
penyakit artritis reumatoid. DAS28 meliputi perhitungan 28 sendi nyeri, 28 sendi
bengkak, ESR, dan penilaian kesehatan umum dengan VAS. DAS28 merupakan
kombinasi pengukuran tunggal dengan pengukuran kontinu aktifitas penyakit
artritis reumatoid. Penggunaannya mudah untuk menilai aktifitas penyakit ini
dalam praktek klinissehari-hari. Skor DAS28 berkisar dari 0 – 9,4, di mana
interpretasi kadar aktifitas penyakit artritis reumatoid dikatakan rendah bila
DAS28 ≤ 3,2, sedang bila > 3,2 dan ≤ 5,1, dan tinggi bila >5,1. Dikatakan remisi
bila DAS28 < 2,6.DAS28 sangat mudah dihitung menggunakan kalkulator atau
komputer. Formula yang digunakan:
DAS 28-4 (4 variabel)= 0,56 x sqrt (28TJC) + 0,28 x sqrt (28SJC) + 0,70 x
ln (ESR) + 0,014 x VAS
DAS 28-3 (3 variabel)= (0,56 x sqrt (28TJC)+ 0,28 x sqrt (28SJC) + 0,70 x ln
(ESR)) x 1,08 + 0,16
di mana:
28TJC = 28 tender joint count(skor 0-28)
28SJC = 28 swollen joint count(skor 0-28)
ESR= erythrocyte sedimentation rate (skor 0-150)
VAS= visual analog scale (skor 0-100)
Sendi dalam pemeriksaan DAS28
Peranan Interleukin-6 (IL-6) Pada Artritis Reumatoid
IL-6 merupakan suatu sitokin pleiotropik yang terlibat dalam inisiasi
serta pemeliharaan respons inflamasi dan imunologis dalam penyakit
autoimun.IL-6 adalah suatu glikopeptida 26-kDa di mana gennya ditemukan pada
kromosom 7. IL-6 dihasilkan oleh berbagai tipe sel seperti sel T, sel B, monosit,
fibroblast, osteoblas, keratinosit, sel endotel, sel mesangium dan beberapa sel
tumor. IL-6 merupakan salah satu anggota keluarga sitokin IL-6, yang termasuk di
dalamnya LIF, ciliary neurotrophic factor, IL-11 dan cardiotrophin-1. Semua
sitokin ini membutuhkan gp130 di permukaan sel untuk aktifasi selular.IL-6
dihasilkan berlebihan pada serum dan fibroblas sinovium pasien artritis
reumatoiddan berkorelasi dengan aktifitas penyakit dan kerusakan sendi. Pada
sendi, IL-6 berperan dalam proses resorpsi tulang yang diperantarai osteoklas
serta perkembangan pannus melalui peningkatan VEGF. IL-6 dapat merangsang
protein fase akut melalui produksi hepsidin (anemia), bekerja terhadap aksis HPA
(fatique) serta mempunyai dampak terhadap metabolisme tulang
(osteoporosis).IL-6 juga berperan dalam pembentukan limfosit pro inflamasi T
helper-17(Th17) dalam suatu studi hewan.Artritis reumatoid berhubungan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular. Faktor
risiko klasik seperti hipertensi, dislipidemia, resistensi insulin dan obesitas cukup
tinggi prevalensinya pada pasien artritis reumatoid.Inflamasi sistemik
menyebabkan proses aterogenesis melalui disfungsi endotel dan dislipidemia. IL-
6 dapat mempengaruhi metabolisme lipid dengan menstimulasi sintesis asam
lemak di hepar dan lipolisis jaringan adiposa. IL-6 juga dapat meningkatkan
sintesis kolesterol sekalian menurunkan sekresi kolesterol. IL-6 dan CRP
berhubungan dengan peningkatan risiko kardiovaskular pada pria dan wanita,
tanpa berhubungan dengan efeknya terhadap lipid. IL-6 juga berhubungan dengan
peningkatan mortalitas pada pasien dengan sindrom koroner akut.
Jalur Sitokin yang Terlibat dalam Artritis yang Mengalami Inflamasi
Jalur Inflamasi yang Diaktifasi oleh IL-6
Efek Sistemik IL-6
Terapi nonfarmakologi
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan
dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk
tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
2. Istirahat
Rencana penyembuhan termasuk penjadwalan istirahat. Pasien harus belajar
mendeteksi tanda-tanda tubuh, dan tahu kapan harus menghentikan atau
memperlambat aktivitas, untuk mencegah rasa sakit karena aktivitas berlebihan.
Beberapa pasien merasakan teknik relaksasi, pengurangan stres, dan biofeedback
sangat membantu. Beberapa pasien menggunakan tongkat atau bidai untuk
melindungi persendian dari tekanan. Bidai atau penahan (braces) memberikan
dukungan ekstra pada otot yang lemah. Mereka juga menjaga persendian pada
posisi yang benar selama tidur maupun beraktivitas. Bidai hanya dipakai untuk
masa terbatas sebab otot membutuhkan latihan untuk mencegah kekakuan dan
kelemahan. Terapis atau dokter dapat membantu menentukan bidai yang tepat.
3. Terapi fisik
Mengurangi rasa sakit dengan cara non farmakologik. Terapi fisik dengan panas
atau dingin dan latihan fisik akan membantu menjaga dan mengembalikan rentang
gerakan sendi dan mengurangi rasa sakit dan kejang otot. Mandi atau berendam
air hangat akan mengurangi rasa sakit dan kekakuan. Efek fisiologi dari suhu
adalah relaksasi otot dan mengurangi rasa sakit. Walau demikian pemakaian panas
harus dipertimbangkan secara komprehensif bagi pasien
Penderita ada yang melakukan penyembuhan tanpa obat.
Ø Handuk hangat, kantung panas (hot packs), atau mandi air hangat, dapat
mengurangi kekakuan dan rasa sakit.
Ø Kadang kantung es (cold packs) dibungkus handuk dapat menghilangkan rasa
sakit atau mengebalkan bagian yang ngilu. Tanyakan kepada dokter atau terapi
mana yang lebih cocok bagi pasien. Untuk artritis di lutut, pasien dapat memakai
sepatu dengan sol tambahan yang empuk untuk meratakan pembagian tekanan
akibat berat, dengan demikian akan mengurangi tekanan di lutut
4. Menurunkan berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan beban biomekanik pada sendi penyangga
berat dan ini adalah prediktor tunggal paling baik dari kebutuhan operasi sendi.
Pengurangan berat badan dikaitkan dengan pengurangan simtom dan kecacatan.
Walau penurunan hanya 5 lb (2,5Kg) dapat menurunkan tekanan biomekanik pada
sendi penyangga beban. Walau intervensi diet untuk yang berat badan berlebih
masuk akal, tetapi ini membutuhakan motivasi yang kuat dan program penurunan
badan yang terstruktur. Diet yang sehat dan olahraga akan sangat membantu.
Terapi Farmakologi
1. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang
sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:
a. Aspirin
Pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari, kemudian
dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis
terapi 20-30 mg/dl.
b. Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
NSAIDs. Obat anti-infalamasi nonsteroid (NSAID) dapat mengurangi gejala nyeri
dan mengurangi proses peradangan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah
ibuprofen dan natrium naproxen. Golongan ini mempunyai risiko efek samping
yang tinggi bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.
2. Kortikosteroid. Golongan kortikosteroid seperti prednison dan metilprednisolon
dapat mengurangi peradangan, nyeri dan memperlambat kerusakan sendi. Dalam
jangka pendek kortikosteroid memberikan hasil yang sangat baik, namun bila di
konsumsi dalam jangka panjang efektifitasnya berkurang dan memberikan efek
samping yang serius.
3. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drugs): Methotrexate
(Immunosupresan), Leflunomide, Sulfasalazin, Hydroxychloroquine
4. Agen Biologi (Etanercept, Infliximab, Adalimumab, Anakinra, Abatacept,
Rituximab)
5. Obat remitif (DMARD) lain. Obat ini diberikan untuk pengobatan jangka
panjang. Oleh karena itu diberikan pada stadium awal untuk memperlambat
perjalanan penyakit dan melindungi sendi dan jaringan lunak disekitarnya dari
kerusakan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah auranofin, Azathioprine,
Penicillamine, Cyclosporine dan garam emas.
6. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil
mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat
mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat
dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.