Upload
duongkhuong
View
230
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
234
BAB VI
KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN
Taman Pintar dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang
publik yang semakin menurun, salah satunya adalah Taman Senaputra di kota
Malang. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya perancangan Taman
Pintar di Taman Senaputra mengambil tema dasar Arsitektur Perilaku. Pada hasil
rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur
Perilaku yang lebih spesifik yang belum keluar pada tahap analisis dan konsep.
Pada tema besar Arsitektur Perilaku terdapat 4 konsep yang memiliki
penerapannya masing-masing ke dalam rancangan. Konsep tersebut berupa setting
behavior, ruang personal, persepsi, dan teritorial. Konsep dari tema Arsitektur
Perilaku yang akan diterapkan ke dalam rancangan Taman Pintar adalah konsep
Persepsi. Persepsi dapat diartikan sebagai interpretasi seseorang terhadap sesuatu
yakni ruang. Penerapan konsep persepsi ke dalam rancangan Taman Pintar ini
diharapkan anak-anak dapat memperoleh pembelajaran baru untuk pengembangan
bakat dan minat anak. Selain itu Anak-anak dapat mengekspresikan dirinya
dengan hadirnya alat-alat peraga yang disediakan di Taman Pintar.
Konsep Persepsi yang digunakan adalah persepsi jarak, tekstur,
pergerakan, cahaya dan warna. Persepsi jarak dan tekstur diterapkan pada
bangunan peraga minat dan bakat. Persepsi pergerkan diterapkan pada bangunan
peraga IPTEK. Persepsi cahaya diterapkan pada bangunan Exhibition. Persepsi
warna diterapkan pada bangunan taman baca. Aspek-aspek tersebut diharapkan
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
235
dapat membentuk karakteristik anak yang diterapkan ke dalam rancangan tapak,
ruang, maupun bangunan. Berikut gambaran konsep persepsi yang diterapkan ke
dalam rancangan dalam gambar 6.1.
Gambar 6.1 Skematik KonsepSumber: hasil rancangan2012
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
236
6.1 Penerapan Konsep Pada Tapak
Penerapan konsep pada tatanan massa diwujudkan pada bentuk dan
pola tatanan massa berdasarkan kondisi tapak. Kondisi eksisting tapak
pada Taman Senaputra adalah berkontur, sehingga pola serta bentukan
massa menyesuaikan dengan bentukan tapak dan kontur yang ada. Hal ini
sebagai perwujudan dari integrasi keislaman yakni mengenai penghindaran
kemudharatan. Dari kondisi yang ada di tapak tidak sepenuhnya diratakan,
namun diolah kembali sehingga menjadi komposisi baru yang disesuaikan
dengan kebutuhan pada kawasan. Bentukan massa yang asimetris
dihadirkan karena mengikuti pola bentukan tapak. Selain itu grid yang
digunakan dalam pembentukan pola massa yakni grid dengan sudut siku
90 derajat dan grid berdasarkan bentuk tapak.
Selain itu pola tatanan massa terbentuk berdasarkan zonasi fungsi
bangunan. Tatanan massa disesuaikan mulai dari fungsi primer, sekunder
hingga fungsi penunjang. Pola tatanan massa berdasarkan zonasi fungsi
bangunan ini juga berkaitan dengan integrasi keislaman, yakni nilai
kemanfaatan. Dimana ruang-ruang yang dihadirkan menjadi tepat guna,
yakni sebagai tempat untuk pembelajaran, mencerdaskan serta menambah
ilmu pengetahuan bagi pengunjung khusunya anak-anak. Oleh karenanya
pola penataan massa bangunan diatur sesuai dengan fungsi yang paling
utama, sehingga diharapkan pengunjung dapat memasuki bangunan utama
yang ada di kawasan. Dengan mengarahkan pengunjung mulai dari fungsi-
fungsi utama bangunan yang dihadirkan diharapkan tidak akan terlewatkan
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
237
oleh pengunjung. Berikut gambaran tatanan massa Taman Pintar yang
terlihat pada gambar 6.2.
Gambar 6.2 Pola Tatanan MassaSumber: hasil rancangan2012
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
238
Dari gambar 6.2 dapat dilihat fugsi primer yang dihadirkan
terwujud pada bangunan utama, yakni bangunan peraga minat dan bakat,
peraga IPTEK, taman baca, dan exhibition. Untuk fungsi sekunder
terwujud pada area bermain anak, karena diharapkan pada Taman Pintar
ini selain anak memperoleh pembelajaran, anak juga dapat bermain di
dalamnya. Fungsi penunjang yang dihadirkan terwujud pada bangunan
area outbond, kolam renang, food court, toko souvenir, musholla dan
kantor pengelola.
Dengan hadirnya pola tatanan massa berdasarkan zonasi fungsi
ruang juga dapat membentuk karakteristik anak sesuai dengan penerapan
konsep persepsi yang dihadirkan pada pola tatanan massa. Anak
cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga anak dapat terus
mengembangkan pola berfikirnya ketika berada di kawasan Taman Pintar.
6.2 Penerapan Konsep Pada Interior Bangunan
Pada ruang-ruang yang ada di Taman Pintar menggunakan
penerapan konsep persepsi jarak, tekstur, pergerakan, cahaya, dan warna.
Pada ruang peraga minat dan bakat konsep persepsi yang diterapkan
adalah persepsi jarak dan tekstur. Persepsi jarak disni diterapkan pada
penempatan kolom-kolom pembatas di dalam ruang, seolah-olah kolom
tersebut mengarahkan pengunjung untuk menuju ke ruang berikutnya.
Jarak yang digunakan antara 1 sampai 1,5 meter. Persepi tekstur
diterapkan pada lantai, yakni mulai dari tekstur yang paling kasar hingga
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
239
tekstur yang hanya dilihat secara visual saja. Penerapan persepsi tekstur ini
juga sebagai penyatu antar satu ruang dengan ruang yang lain. Pada
masing-masing ruang juga diterapkan persepsi jarak dan tekstur, yakni
yang terdapat pada lantai, dinding, dan plafon.
Pada area loby dihadirkan suasana ruang yang ceria dan terang,
sehingga anak tidak merasa bosan dan jenuh ketika berada di dalam ruang.
Pada area polisi terdapat sebuah penjara yang menyerupai aslinya. Dengan
kesan ruang yang sempit dan plafon yang rendah, sehingga berdampak
akan memberikan ketakutan tersendiri bagi penghuni ruang. Hal ini dapat
dijadikan sebagai pembelajaran bagi anak untuk tidak melakukan
kejahatan yang nantinya akan dapat dimasukkan ke dalam penjara. Pada
area pemadam kebakaran terdapat sebuah replika bangunan, dimana
bangunan tersebut akan terbakar dan anak-anak belajar memadamkan
bangunan tersebut seperti yang terlihat pada gambar 6.3 di bawah ini:
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
240
Gambar 6.3 Penerapan persepsi pada ruangSumber: hasil rancangan2012
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
241
Gambar di atas juga menjelaskan tentang penerapan persepsi jarak
dan tekstur juga membentuk karakteristik anak yang memiliki rasa ingin
tahu yang besar sehingga ruang-ruang yang dihadirkan tidak hanya
sekedar tempat bermain anak juga memberi penambahan ilmu bagi anak.
Selain itu anak merupakan masa belajar yang paling potensial sehingga
ruang yang dihadirkan dapat membantu proses belajar anak. Pada area
polisi dan pemadam kebakaran dapat membentuk karakteristik anak untuk
dapat menjalin interaksi sosial dengan saling bekerja sama dan saling
membantu.
Pada ruang profesi dokter, penerapan konsep persepsi tekstur
terdapat pada dinding yakni mulai dari tekstur yang dapat diraba hingga
tekstur yang hanya bisa terliat secara visual. Selain itu juga penempatan
kolom-kolom pembatas yang seolah-olah mengarahkan pengunjung. Tidak
jauh berbeda dengan ruang siaran, penerapan konsep persepsi tekstur pada
dinding,sehingga secara tidak langsung anak juga dapat mengenali jenis
material yang digunakan. Pada ruang menari dan berakting persepsi
tekstur diterapkan pada lantai, yang menggunakan tekstur batu alam yang
dapat diraba hingga tekstur batu alam yang hanya bisa dilihat secara
visual, seperti yang terlihat pada gambar 6.4 dibawah ini:
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
242
Gambar 6.4 Penerapan persepsi pada ruangSumber: hasil rancangan2012
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
243
Dar gambar 6.4 diatas dapat dilihat pula karakteristik anak yang
terbentuk dari suasana ruang yang dihadirkan. Pada ruang dokter suasana
ruang dihadirkan dengan kesan yang bersih, menyegarkan dan terang.
Suasana tersebut memberikan dampak psikis yang baik bagi anak,
sehingga tidak membuat rasa takut kepada anak ketika memasuki ruang
dokter. Tidak jauh berbeda dengan suasana ruang siaran dan berakting.
Suasana ruang yang dihadirkan dapat menjadi pembelajaran bagi anak
untuk pengembangan minat dan bakat anak. Anak memiliki daya imajinasi
yang tinggi sehingga anak dapat mengembangkan bakat melalui ruang-
ruang peraga yang dihadirkan.
Konsep persepsi pergerakan diterapkan pada bangunan peraga
IPTEK, dimana pergerakan terlihat dari susunan ruang di dalamnya.
Ruang yang dihadirkan seolah-olah mengalami pergerakan, mulai dari
pergerakan sempit ke pergerakan yang semakin melebar. Konsep persepsi
cahaya diterapkan pada exhibition, dimana cahaya-cahaya tersebut
dimasukkan ke dalam ruangan dengan bentukan bingkai bukaan. Konsep
persepsi warna diterapkan ke dalam taman baca. Warna-warna yang
digunakan adalah warna-warna yang cerah yang dapat membangkitkan
semangat anak ketika berada di dalam ruang. Warna kuning, hijau, merah
merupakan warna-warna yang digunakan baik dalam elemen dinding,
plafon, serta perabot yang ada di dalam ruang. Dapat dilihat pada gambar
6.5 di bawah ini:
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
244
Gambar 6.5 Penerapan persepsi pada ruangSumber: hasil rancangan2012
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
245
Pada gambar 6.5 di atas juga dapat dilihat karakteristik anak yang
terbentuk dari ruang-ruang yang dihadirkan. Penerapan persepsi cahaya
pada exhibition membentuk karakteristik anak akan rasa ingin tahu yang
besar, selain itu juga dapat memperoleh pembelajaran baru bagi anak
mengenai cahaya. Penerapan persepsi pergerakan membentuk karakteristik
anak kaya akan fantasi sehingga anak dapat mengembangkan potensi diri
yang dimiliki. Penerapan persepsi cahaya dapat membantu anak mengatasi
kejenuhan ketika di dalam ruang, selain itu anak dapat belajar mengenai
warna.
Pada kawasan Taman Pintar, selain terdapat ruang-ruang utama
yang berfungsi sebagai tempat bermain dan belajar juga terdapat beberapa
ruang penunjang. Ruang-ruang tersebut dihadirkan untuk menunjang
kegiatan bermain dan belajar di Taman Pintar. Ruang-ruang tersebut
adalah kolam renang, area outbond, playground, food court, toko souvenir,
kantor pengelola, dan musholla, seperti yang terlihat pada gambar 6.5.
6.3 Penerapan Konsep Pada Eksterior Bangunan
Pada eksterior bangunan taman pintar ini menerapkan konsep
persepsi jarak, tekstur, pergerakan, dan warna. Persepsi pergerakan
diterapkan pada bentukan atap, fasad bangunan, serta kolom selasar.
Persepsi jarak diterapkan pada fasad dan area playground. Persepsi tekstur
dan warna diterapkan pada fasad bangunan serta lantai pada kawasan,
seperti yang terlihat pada gambar 6.6 di bawah ini:
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
246
Gambar 6.6 Penerapan persepsi pada bentukSumber: hasil rancangan2012
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
247
Gambar di atas menjelaskan penerapan konsep persepsi pada
bentuk bangunan. Bentuk bangunan yang dihadirkan akan dapat
membentuk karakteristik anak. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar,
sehingga bentukan-bentukan yang dimunculkan dalam rancangan dapat
dijadikan sebagai pembelajaran pengenalan bentuk. Selain itu anak
memiliki daya kosentrasi pendek, sehingga bentukan yang dihadirkan
bentukan yang memiliki pergerakan tidak monoton dan dengan lapisan
tekstur dan warna yang menarik. Dengan demikian anak tidak merasa
bosan ketika berada di kawasan Taman Pintar.
6.4 Penerapan Konsep Pada Struktur
Penggunaan struktur pada Taman Pintar ini didasarkan pada nilai-
nilai penghindaran kemudharatan yaitu memberikan struktur yang aman
bagi anak serta tidak menggunakan struktur yang berlebihan. Material
yang aman bagi anak adalah material yang tidak membahayakan
keselamatan anak, melapisinya dengan bahan tertentu. Tidak memberikan
sudut-sudut lancip juga salah satu penghindaran kemudharatan bagi anak.
Struktur atap menggunakan rangka baja ringan, karena bentukan
atap yang memiliki modifikasi bentuk sehingga tidak memungkinkan
menggunakan rangka kayu. Penutup atap menggunakan steel deck yang
ditata sesuai bentukan atap masing-masing bangunan. Untuk mengurangi
panas yang ditimbulkan bahan penutup atap, terdapat rongga udara pada
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
248
atap, sehingga penghawaan dapat tetap masuk ke dalam bangunan, seperti
yang terlihat pada gambar 6.7 di bawah ini:
Gambar 6.7 Penerapan persepsi pada strukturSumber: hasil rancangan2012
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
249
Gambar 6.7 di atas menjelaskan struktur yang digunakan pada
Taman Pintar. Selain itu struktur pondasi menggunakan pondasi batu kali
dengan kedalaman kurang lebih 1 – 1.50 meter pemilihan pondasi ini
karena tinggi bangunan yang hanya 1-2 lantai dengan beban bangunan
berupa beban mati dan beban hidup yang masih dapat ditampung dengan
pondasi batu kali. Struktur dinding menggunakan batu bata untuk
memberikan perlindungan maksimal bagi pengguna khususnya ank-anak.
Dengan pemberian finishing yang disesuaikan tema ruang masing-masing.
6.5 Penerapan Konsep Pada Utilitas
1. Sistem Penyediaan Air Bersih (SPAB)
Penyediaan Air bersih didapat dari PDAM yang kemudian
didistribusikan ke seluruh kawasan. Penyediaan air bersih
menggunakan sistem tandon atas dan tandon bawah. Untuk
penyediaan air kolam renang menggunakan sistem filterisasi, dimana
setelah air yang digunakan di saring ulang ulang dan diisikan kembali
ke dalam kolam renang. Hal ini sebagai perwujudan nilai
penghilangan kemudharatan, dimana air yang dibuang tidak akan sia-
sia karena diolah untuk dipakai kembali.
2. Sistem Pembuangan Air Kotor (SPAK)
Sistem pembuangan air kotor menggunakan pengolahan air limbah
dan sumur resapan. Di dalam septic tank atau sumur kotoran, bahwa
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
250
kotoran mengendap, sedang aimya dibuang ke dalam riol air limbah
yang ada. Kalau tidak ada riol ini, air kotor dari septic tank atau sumur
kotoran dialirkan ke suatu sumur peresapan melalui pipa yang
berlubang-lubang, berdiameter kira-kira 10 cm. Isi sumur peresapan
terdiri atas tiga lapis, tiap lapis 0,5 m tebalnya. Lapis terbawah adalah
pasir, di atasnya adalah selapis kerikil halus dan lapis teratas adalah
kerikil kasar, supaya tidak lekas menjadi rapat terisi butir-butir tanah.
Dinding sumur peresapan dilapisi ijuk, juga pada nermukaan sumur
peresapan dilapisi ijuk. Peresapan dibuat dengan jarak paling sedikit 2
meter dari septic tank. Air dari kamar mandi dan bak cuci boleh
dialirkan masuk ke dalam sumur peresapan.
3. Sistem Jaringan Listrik
Listrik yang digunakan berasal dari PLN, dimana terdapat gardu utama
dan gardu pembantu untuk mendistribusikan listrik ke seluruh
bangunan yang ada di kawasan. Perletakan gardu tersebut di tempat
yang tidak dapat dijangkau oleh anak-anak, sehingga tidak
membahayakan anak. Untuk di dalam bangunan terdapat area
kotroling yang di dalamnya terdapat pengaturan jaringan listrik. Area
ini diletakkan di dekat area hijau yang diberi batasan khusus untuk
mengantisipasi jangkauan anak-anak, seperti yang terlihat pada
gambar 6.8 di bawah ini:
rh.sofiana.07660003.perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
251
Gambar 6.8 Penerapan persepsi pada utilitasSumber: hasil rancangan2012