Upload
phungque
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
1
CATATAN ATAS
ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN 2013
Asumsi ekonomi makro yang dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan berbagai besaran
RAPBN tahun 2013 adalah sebagai berikut:
• Pertumbuhan ekonomi 6,8 %,
• laju inflasi 4,9 %,
• suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 5 %,
• nilai tukar rupiah Rp 9.300 per dollar AS,
• harga minyak 100 dollar AS per barel,
• lifting minyak 900 ribu barel per hari
Mulai RAPBN tahun 2013, Pemerintah juga akan menggunakan lifting gas sebagai salah
satu basis perhitungan penerimaan negara yang berasal dari sumber daya alam selain
minyak mentah. Lifting gas pada tahun 2013 diasumsikan berada pada kisaran 1,36 juta
barel setara minyak per hari.
Tabel 1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro, 2007 - 2013
Indikator Ekonomi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Real. Real. Real. Real. Real. APBNP Outlook RAPBN
Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,3 6,0 4,6 6,2 6,5 6,5 6,3 - 6,5 6,8
Inflasi (%) 6,6 11,1 2,8 7,0 3,8 6,8 4,8 4,9
Nilai Tukar (Rp/US$)
9.140 9.691 10.408
9.087
8.779
9.000
9.250
9.300
Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 8,0 9,3 7,5 6,6 4,8 5,0 3,9 5,0
Harga Minyak ICP
(US$/barel) 72,3 97,0 61,6 79,4 111,5 105,0 110,0 100,0
Lifiting Minyak (ribu
barel/hari) 904,0 871,0 944,0 953,9 898,5 930,0 900,0 900,0
Lifting Gas (mboepd) - - - - - - - 1.360,0
Sumber : Kemenkeu
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
2
Pemerintah terus menjalankan empat pilar strategi pembangunan yang inklusif,
berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Keempat pilar strategi itu adalah:
pembangunan yang pro-pertumbuhan (pro-growth), pro-lapangan pekerjaan (pro-job),
pro-pengurangan kemiskinan (pro-poor), serta pro-pengelolaan dan atau ramah
lingkungan (pro-environment).
Berikut akan disajikan perkembangan komponen asumsi makro untuk Pertumbuhan
ekonomi, inflasi, suku bunga surat perbendaharaan Negara (SPN) dan nilai tukar rupiah.
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
3
PERTUMBUHAN EKONOMI
• Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk
Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2012 dibandingkan dengan triwulan yang
sama tahun 2011 mengalami pertumbuhan 6,4 % (y-on-y).
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi (%), 2005 - 2013
Sumber : Kemenkeu, angka realisasi tahun 2012 adalah angka sementara
• Besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2012 mencapai Rp2.050,1
triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang sama
sebesar Rp650,6 triliun.
• Tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi (q-to-q) pada triwulan II-2012
adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (5,2%); Sektor Listrik, Gas, dan Air
Bersih (4,6%); dan Sektor Konstruksi (4,4%) . Sementara untuk pertumbuhan (y-
on-y) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh (10,1%) ; Sektor Perdagangan,
Hotel, dan Restoran (8,9%); dan Sektor Konstruksi (7,3%).
• Struktur PDB triwulan II-2012 didominasi oleh Sektor Industri Pengolahan (23,5%),
Sektor Pertanian (14,8%), dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (13,8%).
• Struktur PDB dari sisi Pengeluaran di triwulan II-2012 masih didominasi oleh
Komponen Pengeluaran Rumah Tangga (53,5 %). Selain itu, didukung oleh
Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Komponen Pengeluaran
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
APBN 5.4 6.2 6.3 6.6 6 5.5 6.4 6.7 6.8
APBN - P 6 5.8 6.3 6.4 4.3 5.8 6.5 6.5
Realisasi 5.7 5.5 6.3 6 4.6 6.2 6.5 6.4
0
1
2
3
4
5
6
7
8
%
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Konsumsi Pemerintah yang memberikan kontribusi masing
dan 9,0 %. Sedangkan peranan Ekspor dan Impor masing
dan 26,6 %.
Gambar 2. PDB berdasarkan komponen penggunaan (%), 2012
• Pertumbuhan PDB pada triwulan II
to-q) sebesar 2,8 % ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang
meningkat sebesar 1,4 %; sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
meningkat 27,2 %; Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,3 %; Ekspor Barang dan
Jasa 1,3 %; serta Impor Barang dan Jasa 9,2 %.
• Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II
didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi
terhadap PDB sebesar 57,5 %, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar
23,6 %, Pulau Kalimantan 9,5 %,
pulau lainnya.
Gambar 3. Kontribusi Pulau Utama terhadap PDB, 2012 Q2
Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Konsumsi Rumah Tangga
2.4%
9.5%
Konsumsi Pemerintah yang memberikan kontribusi masing-masing sebesar
dan 9,0 %. Sedangkan peranan Ekspor dan Impor masing-masing sebesar 24,3 %
Gambar 2. PDB berdasarkan komponen penggunaan (%), 2012
Sumber : BPS
Pertumbuhan PDB pada triwulan II-2012 dibandingkan dengan triwulan I
r 2,8 % ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang
meningkat sebesar 1,4 %; sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
meningkat 27,2 %; Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,3 %; Ekspor Barang dan
Jasa 1,3 %; serta Impor Barang dan Jasa 9,2 %.
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II
didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi
terhadap PDB sebesar 57,5 %, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar
23,6 %, Pulau Kalimantan 9,5 %, Pulau Sulawesi 4,8 %, dan sisanya 4,6 % di pulau
Gambar 3. Kontribusi Pulau Utama terhadap PDB, 2012 Q2
Sumber : BPS
6.9
24.6
24.7
31.8
9
26.6
24.3
32.9
0 10 20 30
Konsumsi Pemerintah
Impor
Ekspor
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Konsumsi Rumah Tangga
2012 Q2 2012 Q1
23.6%
57.5%
9.5%
4.8% 2.2%Sumatera
Jawa
Bali dan Nusa
Tenggara
Kalimantan
4
masing sebesar 32,9 %
masing sebesar 24,3 %
Gambar 2. PDB berdasarkan komponen penggunaan (%), 2012
2012 dibandingkan dengan triwulan I-2012 (q-
r 2,8 % ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang
meningkat sebesar 1,4 %; sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
meningkat 27,2 %; Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,3 %; Ekspor Barang dan
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II-2012 masih
didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi
terhadap PDB sebesar 57,5 %, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar
Pulau Sulawesi 4,8 %, dan sisanya 4,6 % di pulau-
Gambar 3. Kontribusi Pulau Utama terhadap PDB, 2012 Q2
31.8
54.2
32.9
53.5
40 50 60
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
5
• Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi besaran APBN. Pada sisi pendapatan
negara, pertumbuhan ekonomi antara lain mempengaruhi penerimaan pajak,
terutama PPh dan PPN. Sedangkan pada sisi belanja negara, antara lain
mempengaruhi besaran nilai subsidi energi dan dana perimbangan dalam transfer
ke daerah sebagai akibat perubahan penerimaan pajak.
• Berdasarkan Nota Keuangan dan APBN tahun 2010, apabila pencapaian
pertumbuhan ekonomi lebih rendah 1% dari angka yang diasumsikan, maka defisit
RAPBN-P 2010 diperkirakan akan berada pada kisaran Rp4,1 triliun sampai dengan
Rp4,5 triliun.
Gambar 4. Sensitivitas Pertumbuhan Ekonomi terhadap Besaran APBN
A. Pendapatan Negara dan Hibah
1. Penerimaan Dalam Negeri
a. Penerimaan Perpajakan
b. PNBP
B. Belanja Negara
1. Belanja Pemerintah Pusat
a. Pembayaran Bunga Utang
b. Subsidi Energi
2. Transfer ke Daerah
C. Surplus/Defisit Anggaran
D. Pembiayaan
1. Pembiayaan Dalam Negeri
2. Pembiayaan Luar Negeri (Netto)
E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan
Sumber : Kemenkeu
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
6
INFLASI
• Laju inflasi year on year (Juli 2012 terhadap Juli 2011) sebesar 4,56 %.
Gambar 5. Perkembangan Tingkat Inflasi (%), 2005 - 2013
Sumber : BPS, Kemenkeu ; angka realisasi tahun 2012 adalah angka sementara
• Perkembangan harga berbagai komoditas pada Juli 2012 secara umum
menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 66 kota
pada Juli 2012 terjadi inflasi 0,70 %, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen
(IHK) dari 132,23 pada Juni 2012 menjadi 133,16 pada Juli 2012. Laju inflasi tahun
kalender (Januari–Juli) 2012 sebesar 2,50 % dan laju inflasi year on year (Juli 2012
terhadap Juli 2011) sebesar 4,56 %.
• Pada Juli 2012 terjadi inflasi sebesar 0,70 % dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)
sebesar 133,16. Dari 66 kota IHK, pada bulan ini seluruhnya mengalami inflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang 3,17 % dengan IHK 148,20 dan terendah
terjadi di Sibolga 0,11 % dengan IHK 140,63.
• Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan
indeks seluruh kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 1,68 %;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,89 %; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,16 %; kelompok sandang 0,18 %;
kelompok kesehatan 0,42 %; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,56 %
dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,31 % (BPS, 2012).
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Realisasi 17.1 6.6 6.6 11.1 2.8 7 3.79 4.56
APBN 5.5 8 6.5 6 6.2 5 5.3 5.3 4.9
APBN-P 8.5 8 6 6.5 4.5 5.3 5.65 6.8
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
7
• Selama enam bulan pertama tahun 2012, laju inflasi kumulatif mencapai 1,79 %
(year to date/ytd) atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi kumulatif pada
periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 1,06 %. Sementara itu, jika dilihat
dari inflasi tahunan, selama enam bulan pertama tahun 2012 tercatat inflasi
sebesar 4,56 % (yoy), atau lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi pada
periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,54 % (yoy).
Gambar 6 .
Sumber : Kemenkeu
• Sementara itu, komponen inflasi inti, mengalami inflasi sebesar 1,73 % (ytd)
dengan inflasi tahunan (yoy) sebesar 4,15 %. Pada periode yang sama tahun 2011,
laju inflasi kumulatif komponen inflasi inti mencapai 1,91 % dengan inflasi tahunan
sebesar 4,63 %. Masih relatif tingginya komponen inflasi inti disebabkan oleh
meningkatnya ekspektasi inflasi terkait kebijakan pemerintah di bidang energi
(potensi kenaikan harga BBM), dampak kekhawatiran terhadap krisis ekonomi
yang melanda kawasan Eropa, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah
(Kemenkeu, 2012).
• Dari komponen harga yang dikendalikan Pemerintah (administered price), laju
inflasi kumulatif sampai dengan Juni 2012 tercatat sebesar 1,60 % (ytd), dengan
inflasi tahunan sebesar 2,90 % (yoy). Sementara itu, pada periode yang sama
tahun 2011, komponen administered price mengalami inflasi sebesar 1,48 % (ytd),
dengan inflasi tahunan sebesar 5,61 % (yoy). Relatif stabilnya inflasi kelompok ini
disebabkan oleh relatif minimnya perubahan kebijakan pemerintah di bidang
harga.
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
8
Gambar 7.
Sumber : BPS, Kemenkeu
• Pada semester II tahun 2012, pergerakan harga secara umum diperkirakan berada
pada kondisi yang relatif terkendali. Potensi tekanan inflasi tahun 2012 dari
sumber dalam negeri diperkirakan melemah karena rencana kebijakan pemerintah
meningkatkan harga BBM bersubsidi relatif sulit untuk dilaksanakan.
• Selain itu, harga bahan pangan dan energi di pasar internasional yang
menunjukkan kecenderungan menurun juga mendorong relatif terkendalinya laju
inflasi selama semester I tahun 2012. Namun, potensi tekanan inflasi
dikhawatirkan akan meningkat pada semester II tahun 2012 seiring dengan faktor
musiman seperti tahun ajaran baru dan pelaksanaan hari besar keagamaan.
Persoalan klasik seperti kurangnya ketersedian infrastruktur jalan dan distribusi
juga menjadi kerikil yang menghambat langkah-langkah pengendalian harga
(Kemenkeu, 2012).
• Inflasi, sebagai salah satu indikator ekonomi, digunakan sebagai basis APBN.
Kenaikan atau penurunan laju inflasi mempengaruhi besaran APBN, baik pada sisi
pendapatan maupun belanja negara sebagai berikut:
1. Pada sisi pendapatan negara, inflasi antara lain akan mempengaruhi
penerimaan pajak terutama PPh dan PPN.
2. Pada sisi belanja negara, inflasi antara lain mempengaruhi besaran nilai
belanja pemerintah pusat dan dana perimbangan dalam anggaran transfer
ke daerah sebagai akibat perubahan pada penerimaan pajak.
3. Perubahan pada pendapatan dan belanja negara akan merubah
surplus/defisit anggaran, yang pada akhirnya akan menyebabkan
perubahan pada kekurangan/kelebihan pembiayaan.
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
9
4. Apabila angka inflasi lebih tinggi 0,1 persen dari angka yang diasumsikan,
maka penurunan defisit APBN diperkirakan akan berada pada kisaran 0,36
persen dari PDB.
Gambar 8. Sensitivitas Inflasi terhadap Besaran APBN
A. Pendapatan Negara dan Hibah
1. Penerimaan Dalam Negeri
a. Penerimaan Perpajakan
b. PNBP
Tingkat Inflasi
(%, yoy)
B. Belanja Negara
1. Belanja Pemerintah Pusat
a. Pembayaran bunga utang
b. Subsidi BBM
2. Transfer ke Daerah
C. Surplus/defisit anggaran (A-B)
D. Pembiayaan
1. Pembiayaan Dalam Negeri
2. Pembiayaan LN (netto)
E. Kekurangan/kelebihan pembiayaan
Sumber : Kemenkeu
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
10
NILAI TUKAR
• Nilai tukar rupiah dipatok di level Rp9.300/US$ dalam Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara 2013. Angka asumsi ini lebih lemah dibandingkan
asumsi nilai tukar rupiah pada APBN-P 2012 sebesar Rp 9.000.
• Sentimen negatif yang bersumber dari ketidakpastian perkembangan ekonomi
dunia, telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Hingga
Juli 2012, rata-rata nilai tukar rupiah tercatat mencapai Rp9.241/US$, atau
melemah sekitar 6,04%, dibandingkan posisi rata-rata pada periode yang sama
2011 sebesar Rp 8.715/US$. Kondisi serupa juga dialami oleh negara-negara lain.
Gambar 9. Perkembangan Tingkat Inflasi (%), 2005 -2013
Sumber : Kemenkeu, angka realisasi tahun 2012 adalah angka sementara
• Ketika memasuki tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang cukup
kuat terkait dengan faktor eksternal. Meningkatnya risiko di kawasan Eropa terkait
dengan berlanjutnya ketidakpastian penanganan krisis utang, fiskal dan perbankan,
serta indikasi pelemahan ekonomi Cina, India, dan Brazil mendorong perlambatan
aliran dana nonresiden ke instrumen keuangan domestik.
• Tekanan terhadap rupiah mendorong pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS yang diikuti dengan peningkatan volatilitas. Selama periode Januari–Juni 2012,
nilai tukar rupiah berada pada kisaran rata-rata sebesar Rp9.203,07 per dolar AS
atau terdepresiasi sekitar 5,2 % apabila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2011 yang mencapai rata-rata sebesar Rp8.747,00 per dolar AS (Kemenkeu,
2012).
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Realisasi 9,705 9,164 9,140 9,691 10,408 9,087 8,779 9,241
APBN 8,600 9,900 9,300 9,100 9,400 10,000 9,250 8,800 9,300
APBN-P 9,800 9,300 9,050 9,100 10,500 9,200 8,700 9,000
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
11
Gambar 10.
• Pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh nilai ekspor Indonesia yang
melemah, sementara impor barang modal mengalir deras. Hal ini mengakibatkan
ketersediaan valuta asing langka di dalam negeri. Pertumbuhan volume
perdagangan dunia pada 2012 direvisi ke bawah dari perkiraan sebelumnya 4 %
menjadi 3,8 %.
• Tahun 2013 mendatang, diperkirakan masih akan dibayang-bayangi ketidakpastian.
Pertumbuhan volume perdagangan dunia direvisi ke bawah dari perkiraan
sebelumnya 5,6 % menjadi hanya 5,1% . Perkembangan perekonomian global
sepanjang tahun 2012 masih akan dipengaruhi dampak dari proses pemulihan
ekonomi di negara-negara kawasan Eropa, serta pelemahan pertumbuhan
ekonomi Cina, India, dan Brazil (Kemenkeu 2012).
• Kenaikan atau penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolas AS memiliki terhadap
besaran, yaitu sebagai berikut:
1. Pada sisi pendapatan negara, depresiasi nilai tukar rupiah antara lain akan
mempengaruhi penerimaan minyak dan gas bumi (migas) dalam denominasi
dolar Amerika Serikat serta PPh migas dan PPN.
2. Pada sisi belanja negara, antara lain mempengaruhi: (1) belanja dalam mata
uang asing; (2) pembayaran bunga utang luar negeri; (3) subsidi BBM dan
listrik; dan (4) belanja ke daerah dalam bentuk dana bagi hasil migas.
3. Sedangkan pada sisi pembiayaan, berdampak pada: (1) pinjaman luar negeri
baik pinjaman program maupun pinjaman proyek; (2) pembayaran cicilan
pokok utang luar negeri; dan (3) privatisasi dan penjualan aset program
restrukturisasi perbankan yang dilakukan dalam mata uang asing.
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
12
Gambar 11. Sensitivitas Nilai Tukar Rupiah terhadap besaran APBN
A. Pendapatan Negara dan Hibah
1. Penerimaan Dalam Negeri
a. Penerimaan Perpajakan
b. PNBP
B. Belanja Negara
1. Belanja Pemerintah Pusat
a. Pembayaran bunga utang
b. Subsidi BBM
Nilai tukar
Rupiah (Rp/US$1)) 2. Transfer ke Daerah
C. Surplus/defisit anggaran (A-B)
D. Pembiayaan
1. Pembiayaan Dalam Negeri
2. Pembiayaan LN (netto)
E. Kekurangan/kelebihan pembiayaan
Sumber : Kemenkeu
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
13
SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA
• Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tenor 3 bulan merupakan suku
bunga instrumen obligasi pemerintah yang diterbitkan sebagai acuan dasar dalam
menetapkan tingkat bunga obligasi pemerintah jenis bunga mengambang
(variable rate bond). Kondisi fundamental ekonomi domestik yang cukup baik
ditandai dengan peningkatan peringkat utang Indonesia ke dalam investment
grade, serta masih tingginya aliran modal masuk ke dalam negeri, mendorong
suku bunga SPN 3 bulan berada di level yang cukup rendah (Kemenkeu, 2012).
Gambar 11.
• Selama tahun 2011, Pemerintah telah melakukan pelelangan SPN 3 bulan
sebanyak tiga belas kali dengan tingkat suku bunga yang bervariasi. Secara rata-
rata, selama tahun tersebut, yield SPN 3 bulan mencapai 4,84 %. Pada pelelangan
pertama di bulan Maret 2011, yield SPN mencapai 5,19 % dan kemudian bergerak
relatif stabil hingga kemudian mencapai 5,44 % pada pelelangan di bulan Juni
2011. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya faktor
ketidakpastian di pasar global seiring eskalasi isu krisis utang Yunani1.
• Di bulan-bulan berikutnya suku bunga SPN 3 bulan kembali menurun hingga
kemudian mencapai titik terendah sebesar 3,75 % di bulan Agustus 2011.
Pergerakan tersebut juga dipengaruhi oleh membaiknya optimisme pasar seiring
munculnya titik penyelesaian krisis utang Yunani melalui paket penghematan
anggaran serta bantuan paket penyelamatan Uni Eropa dari IMF.
1 Nota Keuangan RAPBN-P 2012
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
14
• Yield kembali meningkat hingga mencapai tingkat tertinggi sebesar 5,47 % di bulan
Oktober. Peningkatan kali ini terkait dampak kebijakan Operation Twist di AS yang
mendorong peralihan likuiditas dari emerging market ke instrumen US treasury
yang bertenor panjang. Pada periode selanjutnya, yield menurun hingga mencapai
4,47 % pada pelelangan bulan November 2011.
• Peningkatan dana European Financial Stability Facility (EFSF) dari 440 miliar Euro
menjadi 1,0 trilun Euro mampu memberikan dampak sentimen positif bagi kondisi
pasar global dan di Indonesia. Prospek pasar SPN 3 bulan di dalam negeri terlihat
cukup baik. Besarnya kepercayaan pada instrumen ini tercermin pada
oversubscribed penawaran yang terjadi pada setiap pelelangan.
• Tingkat kepercayaan tersebut tidak lepas dari kondisi fundamental domestik dan
pengelolaan fiskal yang baik. Peningkatan peringkat utang Indonesia di tahun 2011
oleh lembaga credit rating dunia, seperti Moody’s, S&P, dan Fitch merupakan satu
bentuk kepercayaan masyarakat internasional terhadap kondisi ekonomi dalam
negeri. Di samping itu, kepercayaan akan tingkat kesehatan dan sustainabilitas
fiskal turut mendorong minat investor terhadap SPN 3 bulan yang diterbitkan
Pemerintah.
• Selama tahun 2011, total jumlah penawaran oleh masyarakat dalam lelang SPN 3
bulan mencapai Rp 48,7 triliun dan jumlah penawaran yang dimenangkan jauh
lebih kecil, yaitu sebesar Rp 12,5 triliun. Minat investor yang cukup besar tersebut
memberikan keuntungan tersendiri berupa ketersediaan satu sumber pembiayaan
defisit yang relatif murah. Memasuki tahun 2012, minat investor terhadap SPN 3
bulan tetap tinggi
• Hasil lelang SPN 3 bulan pada bulan Februari 2012, menghasilkan tingkat suku
bunga sebesar 1,69 %, yang merupakan suku bunga terendah selama SPN 3 bulan
diterbitkan. Dalam perkembangannya, tingkat suku bunga SPN 3 bulan secara
perlahan bergerak meningkat mencapai sebesar 3,31 % pada lelang 17 April 2012.
Peningkatan suku bunga itu sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran pasar
terhadap kondisi Eropa dan perkembangan perekonomian AS yang mulai
menunjukkan pemulihan. Faktor-faktor tersebut mendorong para investor untuk
mengalihkan dananya (flight to quality) ke instrumen investasi yang dianggap lebih
aman (safe haven), terutama instrumen obligasi jangka panjang Pemerintah AS
dan obligasi Pemerintah Jerman.
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
15
• Sampai dengan semester I tahun 2012, Pemerintah telah melakukan pelelangan
selama 8 kali dengan tingkat suku bunga SPN 3 bulan yang dihasilkan mencapai
rata-rata 2,9 %, relatif lebih rendah dibandingkan dengan tingkat suku bunga rata-
rata SPN 3 bulan periode yang sama tahun 2011 sebesar 5,1 %.
• Suku bunga SPN 3 bulan di paruh kedua tahun 2012 diperkirakan masih akan
mengalami tekanan terutama karena melambatnya aliran modal yang masuk ke
dalam negeri. Namun, terjaganya tingkat inflasi dan optimisme prospek
perekonomian Indonesia yang semakin membaik diharapkan tingkat suku bunga
SPN 3 bulan berada pada level 3,9 % atau di bawah target di dalam APBN-P di
kisaran 5,0 %.
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
16
KETENAGAKERJAAN
• Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 120,4 juta orang,
bertambah sekitar 3,0 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011 sebesar
117,4 juta orang atau bertambah sebesar 1,0 juta orang dibanding Februari 2011.
• Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 112,8
juta orang, bertambah sekitar 3,1 juta orang dibanding keadaan pada Agustus
2011 sebesar 109,7 juta orang atau bertambah 1,5 juta orang dibanding keadaan
Februari 2011.
• Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2012 mencapai
6,32 %, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2011 sebesar 6,56 % dan
TPT Februari 2011 sebesar 6,80 %.
Tabel 2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2010–2012
(juta orang)
Jenis Kegiatan Utama 2010 2011 2012
Februari Agustus Februari Agustus Februari
Angkatan Kerja 116 116,53 119,4 117,37 120,41
Bekerja 107,41 108,21 111,28 109,67 112,8
Penganggur 8,59 8,32 8,12 7,7 7,61
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 67,83 67,72 69,96 68,34 69,66
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7,41 7,14 6,8 6,56 6,32
Pekerja tidak penuh 32,8 33,27 34,19 34,59 35,55
Setengah penganggur 15,27 15,26 15,73 13,52 14,87
Paruh waktu 17,53 18,01 18,46 21,06 20,68
Sumber : BPS
• Meskipun angka penduduk bekerja relatif tinggi (112,28 juta jiwa) namun
pengambil kebijakan perlu mewaspadai besarnya angka penduduk yang bekerja
tidak penuh (35,55 juta), setengah penganggur (14,87 juta jiwa) dan paruh waktu
(20,68 juta jiwa). Tingginya jumlah pekerja dengan karakteristik pekerjaan
tersebut menandakan adanya fenomena pengangguran terselubung.
• Selama setahun terakhir (Februari 2011―Februari 2012), jumlah penduduk yang
bekerja mengalami kenaikan, terutama di Sektor Perdagangan sekitar 780 ribu
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
17
orang (3,36 %) serta Sektor Keuangan sebesar 720 ribu orang (34,95 %).
Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian 1,3
juta orang (3,01 %) dan Sektor Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi
sebesar 380 ribu orang (6,81 %).
Tabel 3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan
Pekerjaan Utama, 2010–2012 (juta orang)
Lapangan Kegiatan Utama 2010 2011 2012
Februari Agustus Februari Agustus Februari
Pertanian 42,83 41,49 42,48 39,33 41,2
Industri 13,05 13,82 13,7 14,54 14,21
Konstruksi 4,84 5,59 5,59 6,34 6,1
Perdagangan 22,21 22,49 23,24 23,4 24,02
Transportasi, Pergudangan, dan
Komunikasi 5,82 5,62 5,58 5,08 5,2
Keuangan 1,64 1,74 2,06 2,63 2,78
Jasa Kemasyarakatan 15,62 15,96 17,02 16,65 17,37
Lainnya 1,4 1,5 1,61 1,7 1,92
Jumlah 107,41 108,21 111,28 109,67 112,8
Sumber : BPS
• Struktur ketenagakerjaan didominasi oleh tingginya jumlah pekerja di sektor
pertanian, perdagangan dan Industri. Tingkat kesejahteraan pekerja memiliki
keterkaitan dengan pertumbuhan sektoralnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu
mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor pertanian dan industri
untuk memperbaiki kualitas hidup pekerja.
• Pada Februari 2012, pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap
mendominasi yaitu sebesar 55,5 juta orang (49,21 %), sedangkan pekerja dengan
pendidikan diploma sekitar 3,1 juta orang (2,77 %) dan pekerja dengan pendidikan
universitas hanya sebesar 7,2 juta orang (6,43 %).
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
18
Tabel 4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan, 2010–2012 (juta orang)
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2010 2011 2012
Februari Agustus Februari Agustus Februari
SD ke Bawah 55,31 54,51 55,12 54,18 55,51
Sekolah Menengah Pertama 20,3 20,63 21,22 20,7 20,29
Sekolah Menengah Atas 15,63 15,92 16,35 17,11 17,2
Sekolah Menengah Kejuruan 8,34 8,88 9,73 8,86 9,43
Diploma I/II/III 2,89 3,02 3,32 3,17 3,12
Universitas 4,94 5,25 5,54 5,65 7,25
Jumlah 107,41 108,21 111,28 109,67 112,8
Sumber : BPS
• Jumlah pengangguran pada Februari 2012 mencapai 7,6 juta orang, dengan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana TPT Februari
2012 sebesar 6,32 % turun dari TPT Agustus 2011 sebesar 6,56 % dan TPT Februari
2011 sebesar 6,80 %.
• Pada Februari 2012, TPT untuk pendidikan menengah masih tetap menempati
posisi tertinggi, yaitu TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 10,34 % dan TPT
Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 9,51 %. Jika dibandingkan keadaan Agustus
2011, TPT pada hampir semua tingkat pendidikan cenderung turun, kecuali TPT
untuk tingkat pendidikan SD kebawah naik 0,13 % poin dan TPT untuk tingkat
pendidikan Diploma I/II/III naik 0,34 % poin.
Tabel 5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010–2012 (%)
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2010 2011 2012
Februari Agustus Februari Agustus Februari
SD ke Bawah 3,71 3,81 3,37 3,56 3,69
Sekolah Menengah Pertama 7,55 7,45 7,83 8,37 7,8
Sekolah Menengah Atas 11,9 11,9 12,17 10,66 10,34
Sekolah Menengah Kejuruan 13,81 11,87 10 10,43 9,51
Diploma I/II/III 15,71 12,78 11,59 7,16 7,5
Universitas 14,24 11,92 9,95 8,02 6,95
Jumlah 7,41 7,14 6,8 6,56 6,32
Sumber : BPS
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
19
• Meskipun angka pengangguran di Indonesia mengalami penurunan, namun para
pengambil kebijakan perlu memahami karakter dan komponen yang membentuk
angka pengangguran. Tingginya tingkat pengangguran pada kelompok masyarakat
berpendidikan menengah dan tinggi menandakan adanya diskoneksitas antara
kurikulum yang diajarkan di sekolah dengan kebutuhan di pasar kerja.
Penyusun : Donny Alverino
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
20
DAFTAR PUSTAKA
Bisnis Indonesia, NOTA KEUANGAN: 2013, Nilai tukar rupiah diasumsikan Rp9.300/US$
http://www.bisnis.com/articles/nota-keuangan-2013-nilai-tukar-rupiah-diasumsikan-rp9-
dot-300-slash-us$
Bisnis Indonesia, RAPBN 2013: Asumsi pertumbuhan ekonomi 6,8%
http://www.bisnis.com/articles/rapbn-2013-asumsi-pertumbuhan-ekonomi-6-8-percent
Kompas.com, Ini Asumsi Makro RAPBN 2013,
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/08/16/21152832/Ini.Asumsi.Makro.RAPB
N.2013
BPS, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2012, Berita Resmi Statistik No. 54/08/Th.
XV, 6 Agustus 2012, http://bps.go.id/brs_file/pdb_06agu12.pdf
___, Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi, Berita Resmi Statistik No. 47/08/Th. XV, 1
Agustus 2012, http://bps.go.id/brs_file/inflasi_01agu12.pdf
___, Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2012, Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XV, 7 Mei
2012, http://bps.go.id/brs_file/naker_07mei12.pdf
Kementerian Keuangan, Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Semester Pertama Tahun Anggaran 2012,
http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/Laporan%20Semester%202012.pdf