20
BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN – SETJEN DPR RI 1 CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN 2013 Asumsi ekonomi makro yang dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan berbagai besaran RAPBN tahun 2013 adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi 6,8 %, laju inflasi 4,9 %, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 5 %, nilai tukar rupiah Rp 9.300 per dollar AS, harga minyak 100 dollar AS per barel, lifting minyak 900 ribu barel per hari Mulai RAPBN tahun 2013, Pemerintah juga akan menggunakan lifting gas sebagai salah satu basis perhitungan penerimaan negara yang berasal dari sumber daya alam selain minyak mentah. Lifting gas pada tahun 2013 diasumsikan berada pada kisaran 1,36 juta barel setara minyak per hari. Tabel 1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro, 2007 - 2013 Indikator Ekonomi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Real. Real. Real. Real. Real. APBNP Outlook RAPBN Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,3 6,0 4,6 6,2 6,5 6,5 6,3 - 6,5 6,8 Inflasi (%) 6,6 11,1 2,8 7,0 3,8 6,8 4,8 4,9 Nilai Tukar (Rp/US$) 9.140 9.691 10.408 9.087 8.779 9.000 9.250 9.300 Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 8,0 9,3 7,5 6,6 4,8 5,0 3,9 5,0 Harga Minyak ICP (US$/barel) 72,3 97,0 61,6 79,4 111,5 105,0 110,0 100,0 Lifiting Minyak (ribu barel/hari) 904,0 871,0 944,0 953,9 898,5 930,0 900,0 900,0 Lifting Gas (mboepd) - - - - - - - 1.360,0 Sumber : Kemenkeu

RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

1

CATATAN ATAS

ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN 2013

Asumsi ekonomi makro yang dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan berbagai besaran

RAPBN tahun 2013 adalah sebagai berikut:

• Pertumbuhan ekonomi 6,8 %,

• laju inflasi 4,9 %,

• suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 5 %,

• nilai tukar rupiah Rp 9.300 per dollar AS,

• harga minyak 100 dollar AS per barel,

• lifting minyak 900 ribu barel per hari

Mulai RAPBN tahun 2013, Pemerintah juga akan menggunakan lifting gas sebagai salah

satu basis perhitungan penerimaan negara yang berasal dari sumber daya alam selain

minyak mentah. Lifting gas pada tahun 2013 diasumsikan berada pada kisaran 1,36 juta

barel setara minyak per hari.

Tabel 1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro, 2007 - 2013

Indikator Ekonomi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Real. Real. Real. Real. Real. APBNP Outlook RAPBN

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,3 6,0 4,6 6,2 6,5 6,5 6,3 - 6,5 6,8

Inflasi (%) 6,6 11,1 2,8 7,0 3,8 6,8 4,8 4,9

Nilai Tukar (Rp/US$)

9.140 9.691 10.408

9.087

8.779

9.000

9.250

9.300

Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 8,0 9,3 7,5 6,6 4,8 5,0 3,9 5,0

Harga Minyak ICP

(US$/barel) 72,3 97,0 61,6 79,4 111,5 105,0 110,0 100,0

Lifiting Minyak (ribu

barel/hari) 904,0 871,0 944,0 953,9 898,5 930,0 900,0 900,0

Lifting Gas (mboepd) - - - - - - - 1.360,0

Sumber : Kemenkeu

Page 2: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

2

Pemerintah terus menjalankan empat pilar strategi pembangunan yang inklusif,

berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Keempat pilar strategi itu adalah:

pembangunan yang pro-pertumbuhan (pro-growth), pro-lapangan pekerjaan (pro-job),

pro-pengurangan kemiskinan (pro-poor), serta pro-pengelolaan dan atau ramah

lingkungan (pro-environment).

Berikut akan disajikan perkembangan komponen asumsi makro untuk Pertumbuhan

ekonomi, inflasi, suku bunga surat perbendaharaan Negara (SPN) dan nilai tukar rupiah.

Page 3: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

3

PERTUMBUHAN EKONOMI

• Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2012 dibandingkan dengan triwulan yang

sama tahun 2011 mengalami pertumbuhan 6,4 % (y-on-y).

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi (%), 2005 - 2013

Sumber : Kemenkeu, angka realisasi tahun 2012 adalah angka sementara

• Besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2012 mencapai Rp2.050,1

triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang sama

sebesar Rp650,6 triliun.

• Tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi (q-to-q) pada triwulan II-2012

adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (5,2%); Sektor Listrik, Gas, dan Air

Bersih (4,6%); dan Sektor Konstruksi (4,4%) . Sementara untuk pertumbuhan (y-

on-y) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh (10,1%) ; Sektor Perdagangan,

Hotel, dan Restoran (8,9%); dan Sektor Konstruksi (7,3%).

• Struktur PDB triwulan II-2012 didominasi oleh Sektor Industri Pengolahan (23,5%),

Sektor Pertanian (14,8%), dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (13,8%).

• Struktur PDB dari sisi Pengeluaran di triwulan II-2012 masih didominasi oleh

Komponen Pengeluaran Rumah Tangga (53,5 %). Selain itu, didukung oleh

Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Komponen Pengeluaran

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

APBN 5.4 6.2 6.3 6.6 6 5.5 6.4 6.7 6.8

APBN - P 6 5.8 6.3 6.4 4.3 5.8 6.5 6.5

Realisasi 5.7 5.5 6.3 6 4.6 6.2 6.5 6.4

0

1

2

3

4

5

6

7

8

%

Page 4: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Konsumsi Pemerintah yang memberikan kontribusi masing

dan 9,0 %. Sedangkan peranan Ekspor dan Impor masing

dan 26,6 %.

Gambar 2. PDB berdasarkan komponen penggunaan (%), 2012

• Pertumbuhan PDB pada triwulan II

to-q) sebesar 2,8 % ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang

meningkat sebesar 1,4 %; sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

meningkat 27,2 %; Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,3 %; Ekspor Barang dan

Jasa 1,3 %; serta Impor Barang dan Jasa 9,2 %.

• Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II

didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi

terhadap PDB sebesar 57,5 %, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar

23,6 %, Pulau Kalimantan 9,5 %,

pulau lainnya.

Gambar 3. Kontribusi Pulau Utama terhadap PDB, 2012 Q2

Konsumsi Pemerintah

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Konsumsi Rumah Tangga

2.4%

9.5%

Konsumsi Pemerintah yang memberikan kontribusi masing-masing sebesar

dan 9,0 %. Sedangkan peranan Ekspor dan Impor masing-masing sebesar 24,3 %

Gambar 2. PDB berdasarkan komponen penggunaan (%), 2012

Sumber : BPS

Pertumbuhan PDB pada triwulan II-2012 dibandingkan dengan triwulan I

r 2,8 % ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang

meningkat sebesar 1,4 %; sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

meningkat 27,2 %; Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,3 %; Ekspor Barang dan

Jasa 1,3 %; serta Impor Barang dan Jasa 9,2 %.

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II

didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi

terhadap PDB sebesar 57,5 %, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar

23,6 %, Pulau Kalimantan 9,5 %, Pulau Sulawesi 4,8 %, dan sisanya 4,6 % di pulau

Gambar 3. Kontribusi Pulau Utama terhadap PDB, 2012 Q2

Sumber : BPS

6.9

24.6

24.7

31.8

9

26.6

24.3

32.9

0 10 20 30

Konsumsi Pemerintah

Impor

Ekspor

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Konsumsi Rumah Tangga

2012 Q2 2012 Q1

23.6%

57.5%

9.5%

4.8% 2.2%Sumatera

Jawa

Bali dan Nusa

Tenggara

Kalimantan

4

masing sebesar 32,9 %

masing sebesar 24,3 %

Gambar 2. PDB berdasarkan komponen penggunaan (%), 2012

2012 dibandingkan dengan triwulan I-2012 (q-

r 2,8 % ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang

meningkat sebesar 1,4 %; sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

meningkat 27,2 %; Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,3 %; Ekspor Barang dan

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II-2012 masih

didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi

terhadap PDB sebesar 57,5 %, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar

Pulau Sulawesi 4,8 %, dan sisanya 4,6 % di pulau-

Gambar 3. Kontribusi Pulau Utama terhadap PDB, 2012 Q2

31.8

54.2

32.9

53.5

40 50 60

Page 5: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

5

• Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi besaran APBN. Pada sisi pendapatan

negara, pertumbuhan ekonomi antara lain mempengaruhi penerimaan pajak,

terutama PPh dan PPN. Sedangkan pada sisi belanja negara, antara lain

mempengaruhi besaran nilai subsidi energi dan dana perimbangan dalam transfer

ke daerah sebagai akibat perubahan penerimaan pajak.

• Berdasarkan Nota Keuangan dan APBN tahun 2010, apabila pencapaian

pertumbuhan ekonomi lebih rendah 1% dari angka yang diasumsikan, maka defisit

RAPBN-P 2010 diperkirakan akan berada pada kisaran Rp4,1 triliun sampai dengan

Rp4,5 triliun.

Gambar 4. Sensitivitas Pertumbuhan Ekonomi terhadap Besaran APBN

A. Pendapatan Negara dan Hibah

1. Penerimaan Dalam Negeri

a. Penerimaan Perpajakan

b. PNBP

B. Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah Pusat

a. Pembayaran Bunga Utang

b. Subsidi Energi

2. Transfer ke Daerah

C. Surplus/Defisit Anggaran

D. Pembiayaan

1. Pembiayaan Dalam Negeri

2. Pembiayaan Luar Negeri (Netto)

E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan

Sumber : Kemenkeu

Pertumbuhan

Ekonomi (%)

Page 6: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

6

INFLASI

• Laju inflasi year on year (Juli 2012 terhadap Juli 2011) sebesar 4,56 %.

Gambar 5. Perkembangan Tingkat Inflasi (%), 2005 - 2013

Sumber : BPS, Kemenkeu ; angka realisasi tahun 2012 adalah angka sementara

• Perkembangan harga berbagai komoditas pada Juli 2012 secara umum

menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 66 kota

pada Juli 2012 terjadi inflasi 0,70 %, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen

(IHK) dari 132,23 pada Juni 2012 menjadi 133,16 pada Juli 2012. Laju inflasi tahun

kalender (Januari–Juli) 2012 sebesar 2,50 % dan laju inflasi year on year (Juli 2012

terhadap Juli 2011) sebesar 4,56 %.

• Pada Juli 2012 terjadi inflasi sebesar 0,70 % dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)

sebesar 133,16. Dari 66 kota IHK, pada bulan ini seluruhnya mengalami inflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang 3,17 % dengan IHK 148,20 dan terendah

terjadi di Sibolga 0,11 % dengan IHK 140,63.

• Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan

indeks seluruh kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 1,68 %;

kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,89 %; kelompok

perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,16 %; kelompok sandang 0,18 %;

kelompok kesehatan 0,42 %; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,56 %

dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,31 % (BPS, 2012).

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Realisasi 17.1 6.6 6.6 11.1 2.8 7 3.79 4.56

APBN 5.5 8 6.5 6 6.2 5 5.3 5.3 4.9

APBN-P 8.5 8 6 6.5 4.5 5.3 5.65 6.8

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Page 7: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

7

• Selama enam bulan pertama tahun 2012, laju inflasi kumulatif mencapai 1,79 %

(year to date/ytd) atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi kumulatif pada

periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 1,06 %. Sementara itu, jika dilihat

dari inflasi tahunan, selama enam bulan pertama tahun 2012 tercatat inflasi

sebesar 4,56 % (yoy), atau lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi pada

periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,54 % (yoy).

Gambar 6 .

Sumber : Kemenkeu

• Sementara itu, komponen inflasi inti, mengalami inflasi sebesar 1,73 % (ytd)

dengan inflasi tahunan (yoy) sebesar 4,15 %. Pada periode yang sama tahun 2011,

laju inflasi kumulatif komponen inflasi inti mencapai 1,91 % dengan inflasi tahunan

sebesar 4,63 %. Masih relatif tingginya komponen inflasi inti disebabkan oleh

meningkatnya ekspektasi inflasi terkait kebijakan pemerintah di bidang energi

(potensi kenaikan harga BBM), dampak kekhawatiran terhadap krisis ekonomi

yang melanda kawasan Eropa, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah

(Kemenkeu, 2012).

• Dari komponen harga yang dikendalikan Pemerintah (administered price), laju

inflasi kumulatif sampai dengan Juni 2012 tercatat sebesar 1,60 % (ytd), dengan

inflasi tahunan sebesar 2,90 % (yoy). Sementara itu, pada periode yang sama

tahun 2011, komponen administered price mengalami inflasi sebesar 1,48 % (ytd),

dengan inflasi tahunan sebesar 5,61 % (yoy). Relatif stabilnya inflasi kelompok ini

disebabkan oleh relatif minimnya perubahan kebijakan pemerintah di bidang

harga.

Page 8: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

8

Gambar 7.

Sumber : BPS, Kemenkeu

• Pada semester II tahun 2012, pergerakan harga secara umum diperkirakan berada

pada kondisi yang relatif terkendali. Potensi tekanan inflasi tahun 2012 dari

sumber dalam negeri diperkirakan melemah karena rencana kebijakan pemerintah

meningkatkan harga BBM bersubsidi relatif sulit untuk dilaksanakan.

• Selain itu, harga bahan pangan dan energi di pasar internasional yang

menunjukkan kecenderungan menurun juga mendorong relatif terkendalinya laju

inflasi selama semester I tahun 2012. Namun, potensi tekanan inflasi

dikhawatirkan akan meningkat pada semester II tahun 2012 seiring dengan faktor

musiman seperti tahun ajaran baru dan pelaksanaan hari besar keagamaan.

Persoalan klasik seperti kurangnya ketersedian infrastruktur jalan dan distribusi

juga menjadi kerikil yang menghambat langkah-langkah pengendalian harga

(Kemenkeu, 2012).

• Inflasi, sebagai salah satu indikator ekonomi, digunakan sebagai basis APBN.

Kenaikan atau penurunan laju inflasi mempengaruhi besaran APBN, baik pada sisi

pendapatan maupun belanja negara sebagai berikut:

1. Pada sisi pendapatan negara, inflasi antara lain akan mempengaruhi

penerimaan pajak terutama PPh dan PPN.

2. Pada sisi belanja negara, inflasi antara lain mempengaruhi besaran nilai

belanja pemerintah pusat dan dana perimbangan dalam anggaran transfer

ke daerah sebagai akibat perubahan pada penerimaan pajak.

3. Perubahan pada pendapatan dan belanja negara akan merubah

surplus/defisit anggaran, yang pada akhirnya akan menyebabkan

perubahan pada kekurangan/kelebihan pembiayaan.

Page 9: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

9

4. Apabila angka inflasi lebih tinggi 0,1 persen dari angka yang diasumsikan,

maka penurunan defisit APBN diperkirakan akan berada pada kisaran 0,36

persen dari PDB.

Gambar 8. Sensitivitas Inflasi terhadap Besaran APBN

A. Pendapatan Negara dan Hibah

1. Penerimaan Dalam Negeri

a. Penerimaan Perpajakan

b. PNBP

Tingkat Inflasi

(%, yoy)

B. Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah Pusat

a. Pembayaran bunga utang

b. Subsidi BBM

2. Transfer ke Daerah

C. Surplus/defisit anggaran (A-B)

D. Pembiayaan

1. Pembiayaan Dalam Negeri

2. Pembiayaan LN (netto)

E. Kekurangan/kelebihan pembiayaan

Sumber : Kemenkeu

Page 10: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

10

NILAI TUKAR

• Nilai tukar rupiah dipatok di level Rp9.300/US$ dalam Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara 2013. Angka asumsi ini lebih lemah dibandingkan

asumsi nilai tukar rupiah pada APBN-P 2012 sebesar Rp 9.000.

• Sentimen negatif yang bersumber dari ketidakpastian perkembangan ekonomi

dunia, telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Hingga

Juli 2012, rata-rata nilai tukar rupiah tercatat mencapai Rp9.241/US$, atau

melemah sekitar 6,04%, dibandingkan posisi rata-rata pada periode yang sama

2011 sebesar Rp 8.715/US$. Kondisi serupa juga dialami oleh negara-negara lain.

Gambar 9. Perkembangan Tingkat Inflasi (%), 2005 -2013

Sumber : Kemenkeu, angka realisasi tahun 2012 adalah angka sementara

• Ketika memasuki tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang cukup

kuat terkait dengan faktor eksternal. Meningkatnya risiko di kawasan Eropa terkait

dengan berlanjutnya ketidakpastian penanganan krisis utang, fiskal dan perbankan,

serta indikasi pelemahan ekonomi Cina, India, dan Brazil mendorong perlambatan

aliran dana nonresiden ke instrumen keuangan domestik.

• Tekanan terhadap rupiah mendorong pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar

AS yang diikuti dengan peningkatan volatilitas. Selama periode Januari–Juni 2012,

nilai tukar rupiah berada pada kisaran rata-rata sebesar Rp9.203,07 per dolar AS

atau terdepresiasi sekitar 5,2 % apabila dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2011 yang mencapai rata-rata sebesar Rp8.747,00 per dolar AS (Kemenkeu,

2012).

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Realisasi 9,705 9,164 9,140 9,691 10,408 9,087 8,779 9,241

APBN 8,600 9,900 9,300 9,100 9,400 10,000 9,250 8,800 9,300

APBN-P 9,800 9,300 9,050 9,100 10,500 9,200 8,700 9,000

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

Page 11: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

11

Gambar 10.

• Pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh nilai ekspor Indonesia yang

melemah, sementara impor barang modal mengalir deras. Hal ini mengakibatkan

ketersediaan valuta asing langka di dalam negeri. Pertumbuhan volume

perdagangan dunia pada 2012 direvisi ke bawah dari perkiraan sebelumnya 4 %

menjadi 3,8 %.

• Tahun 2013 mendatang, diperkirakan masih akan dibayang-bayangi ketidakpastian.

Pertumbuhan volume perdagangan dunia direvisi ke bawah dari perkiraan

sebelumnya 5,6 % menjadi hanya 5,1% . Perkembangan perekonomian global

sepanjang tahun 2012 masih akan dipengaruhi dampak dari proses pemulihan

ekonomi di negara-negara kawasan Eropa, serta pelemahan pertumbuhan

ekonomi Cina, India, dan Brazil (Kemenkeu 2012).

• Kenaikan atau penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolas AS memiliki terhadap

besaran, yaitu sebagai berikut:

1. Pada sisi pendapatan negara, depresiasi nilai tukar rupiah antara lain akan

mempengaruhi penerimaan minyak dan gas bumi (migas) dalam denominasi

dolar Amerika Serikat serta PPh migas dan PPN.

2. Pada sisi belanja negara, antara lain mempengaruhi: (1) belanja dalam mata

uang asing; (2) pembayaran bunga utang luar negeri; (3) subsidi BBM dan

listrik; dan (4) belanja ke daerah dalam bentuk dana bagi hasil migas.

3. Sedangkan pada sisi pembiayaan, berdampak pada: (1) pinjaman luar negeri

baik pinjaman program maupun pinjaman proyek; (2) pembayaran cicilan

pokok utang luar negeri; dan (3) privatisasi dan penjualan aset program

restrukturisasi perbankan yang dilakukan dalam mata uang asing.

Page 12: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

12

Gambar 11. Sensitivitas Nilai Tukar Rupiah terhadap besaran APBN

A. Pendapatan Negara dan Hibah

1. Penerimaan Dalam Negeri

a. Penerimaan Perpajakan

b. PNBP

B. Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah Pusat

a. Pembayaran bunga utang

b. Subsidi BBM

Nilai tukar

Rupiah (Rp/US$1)) 2. Transfer ke Daerah

C. Surplus/defisit anggaran (A-B)

D. Pembiayaan

1. Pembiayaan Dalam Negeri

2. Pembiayaan LN (netto)

E. Kekurangan/kelebihan pembiayaan

Sumber : Kemenkeu

Page 13: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

13

SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA

• Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tenor 3 bulan merupakan suku

bunga instrumen obligasi pemerintah yang diterbitkan sebagai acuan dasar dalam

menetapkan tingkat bunga obligasi pemerintah jenis bunga mengambang

(variable rate bond). Kondisi fundamental ekonomi domestik yang cukup baik

ditandai dengan peningkatan peringkat utang Indonesia ke dalam investment

grade, serta masih tingginya aliran modal masuk ke dalam negeri, mendorong

suku bunga SPN 3 bulan berada di level yang cukup rendah (Kemenkeu, 2012).

Gambar 11.

• Selama tahun 2011, Pemerintah telah melakukan pelelangan SPN 3 bulan

sebanyak tiga belas kali dengan tingkat suku bunga yang bervariasi. Secara rata-

rata, selama tahun tersebut, yield SPN 3 bulan mencapai 4,84 %. Pada pelelangan

pertama di bulan Maret 2011, yield SPN mencapai 5,19 % dan kemudian bergerak

relatif stabil hingga kemudian mencapai 5,44 % pada pelelangan di bulan Juni

2011. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya faktor

ketidakpastian di pasar global seiring eskalasi isu krisis utang Yunani1.

• Di bulan-bulan berikutnya suku bunga SPN 3 bulan kembali menurun hingga

kemudian mencapai titik terendah sebesar 3,75 % di bulan Agustus 2011.

Pergerakan tersebut juga dipengaruhi oleh membaiknya optimisme pasar seiring

munculnya titik penyelesaian krisis utang Yunani melalui paket penghematan

anggaran serta bantuan paket penyelamatan Uni Eropa dari IMF.

1 Nota Keuangan RAPBN-P 2012

Page 14: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

14

• Yield kembali meningkat hingga mencapai tingkat tertinggi sebesar 5,47 % di bulan

Oktober. Peningkatan kali ini terkait dampak kebijakan Operation Twist di AS yang

mendorong peralihan likuiditas dari emerging market ke instrumen US treasury

yang bertenor panjang. Pada periode selanjutnya, yield menurun hingga mencapai

4,47 % pada pelelangan bulan November 2011.

• Peningkatan dana European Financial Stability Facility (EFSF) dari 440 miliar Euro

menjadi 1,0 trilun Euro mampu memberikan dampak sentimen positif bagi kondisi

pasar global dan di Indonesia. Prospek pasar SPN 3 bulan di dalam negeri terlihat

cukup baik. Besarnya kepercayaan pada instrumen ini tercermin pada

oversubscribed penawaran yang terjadi pada setiap pelelangan.

• Tingkat kepercayaan tersebut tidak lepas dari kondisi fundamental domestik dan

pengelolaan fiskal yang baik. Peningkatan peringkat utang Indonesia di tahun 2011

oleh lembaga credit rating dunia, seperti Moody’s, S&P, dan Fitch merupakan satu

bentuk kepercayaan masyarakat internasional terhadap kondisi ekonomi dalam

negeri. Di samping itu, kepercayaan akan tingkat kesehatan dan sustainabilitas

fiskal turut mendorong minat investor terhadap SPN 3 bulan yang diterbitkan

Pemerintah.

• Selama tahun 2011, total jumlah penawaran oleh masyarakat dalam lelang SPN 3

bulan mencapai Rp 48,7 triliun dan jumlah penawaran yang dimenangkan jauh

lebih kecil, yaitu sebesar Rp 12,5 triliun. Minat investor yang cukup besar tersebut

memberikan keuntungan tersendiri berupa ketersediaan satu sumber pembiayaan

defisit yang relatif murah. Memasuki tahun 2012, minat investor terhadap SPN 3

bulan tetap tinggi

• Hasil lelang SPN 3 bulan pada bulan Februari 2012, menghasilkan tingkat suku

bunga sebesar 1,69 %, yang merupakan suku bunga terendah selama SPN 3 bulan

diterbitkan. Dalam perkembangannya, tingkat suku bunga SPN 3 bulan secara

perlahan bergerak meningkat mencapai sebesar 3,31 % pada lelang 17 April 2012.

Peningkatan suku bunga itu sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran pasar

terhadap kondisi Eropa dan perkembangan perekonomian AS yang mulai

menunjukkan pemulihan. Faktor-faktor tersebut mendorong para investor untuk

mengalihkan dananya (flight to quality) ke instrumen investasi yang dianggap lebih

aman (safe haven), terutama instrumen obligasi jangka panjang Pemerintah AS

dan obligasi Pemerintah Jerman.

Page 15: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

15

• Sampai dengan semester I tahun 2012, Pemerintah telah melakukan pelelangan

selama 8 kali dengan tingkat suku bunga SPN 3 bulan yang dihasilkan mencapai

rata-rata 2,9 %, relatif lebih rendah dibandingkan dengan tingkat suku bunga rata-

rata SPN 3 bulan periode yang sama tahun 2011 sebesar 5,1 %.

• Suku bunga SPN 3 bulan di paruh kedua tahun 2012 diperkirakan masih akan

mengalami tekanan terutama karena melambatnya aliran modal yang masuk ke

dalam negeri. Namun, terjaganya tingkat inflasi dan optimisme prospek

perekonomian Indonesia yang semakin membaik diharapkan tingkat suku bunga

SPN 3 bulan berada pada level 3,9 % atau di bawah target di dalam APBN-P di

kisaran 5,0 %.

Page 16: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

16

KETENAGAKERJAAN

• Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 120,4 juta orang,

bertambah sekitar 3,0 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011 sebesar

117,4 juta orang atau bertambah sebesar 1,0 juta orang dibanding Februari 2011.

• Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 112,8

juta orang, bertambah sekitar 3,1 juta orang dibanding keadaan pada Agustus

2011 sebesar 109,7 juta orang atau bertambah 1,5 juta orang dibanding keadaan

Februari 2011.

• Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2012 mencapai

6,32 %, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2011 sebesar 6,56 % dan

TPT Februari 2011 sebesar 6,80 %.

Tabel 2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2010–2012

(juta orang)

Jenis Kegiatan Utama 2010 2011 2012

Februari Agustus Februari Agustus Februari

Angkatan Kerja 116 116,53 119,4 117,37 120,41

Bekerja 107,41 108,21 111,28 109,67 112,8

Penganggur 8,59 8,32 8,12 7,7 7,61

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 67,83 67,72 69,96 68,34 69,66

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7,41 7,14 6,8 6,56 6,32

Pekerja tidak penuh 32,8 33,27 34,19 34,59 35,55

Setengah penganggur 15,27 15,26 15,73 13,52 14,87

Paruh waktu 17,53 18,01 18,46 21,06 20,68

Sumber : BPS

• Meskipun angka penduduk bekerja relatif tinggi (112,28 juta jiwa) namun

pengambil kebijakan perlu mewaspadai besarnya angka penduduk yang bekerja

tidak penuh (35,55 juta), setengah penganggur (14,87 juta jiwa) dan paruh waktu

(20,68 juta jiwa). Tingginya jumlah pekerja dengan karakteristik pekerjaan

tersebut menandakan adanya fenomena pengangguran terselubung.

• Selama setahun terakhir (Februari 2011―Februari 2012), jumlah penduduk yang

bekerja mengalami kenaikan, terutama di Sektor Perdagangan sekitar 780 ribu

Page 17: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

17

orang (3,36 %) serta Sektor Keuangan sebesar 720 ribu orang (34,95 %).

Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian 1,3

juta orang (3,01 %) dan Sektor Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi

sebesar 380 ribu orang (6,81 %).

Tabel 3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan

Pekerjaan Utama, 2010–2012 (juta orang)

Lapangan Kegiatan Utama 2010 2011 2012

Februari Agustus Februari Agustus Februari

Pertanian 42,83 41,49 42,48 39,33 41,2

Industri 13,05 13,82 13,7 14,54 14,21

Konstruksi 4,84 5,59 5,59 6,34 6,1

Perdagangan 22,21 22,49 23,24 23,4 24,02

Transportasi, Pergudangan, dan

Komunikasi 5,82 5,62 5,58 5,08 5,2

Keuangan 1,64 1,74 2,06 2,63 2,78

Jasa Kemasyarakatan 15,62 15,96 17,02 16,65 17,37

Lainnya 1,4 1,5 1,61 1,7 1,92

Jumlah 107,41 108,21 111,28 109,67 112,8

Sumber : BPS

• Struktur ketenagakerjaan didominasi oleh tingginya jumlah pekerja di sektor

pertanian, perdagangan dan Industri. Tingkat kesejahteraan pekerja memiliki

keterkaitan dengan pertumbuhan sektoralnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu

mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor pertanian dan industri

untuk memperbaiki kualitas hidup pekerja.

• Pada Februari 2012, pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap

mendominasi yaitu sebesar 55,5 juta orang (49,21 %), sedangkan pekerja dengan

pendidikan diploma sekitar 3,1 juta orang (2,77 %) dan pekerja dengan pendidikan

universitas hanya sebesar 7,2 juta orang (6,43 %).

Page 18: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

18

Tabel 4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan, 2010–2012 (juta orang)

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2010 2011 2012

Februari Agustus Februari Agustus Februari

SD ke Bawah 55,31 54,51 55,12 54,18 55,51

Sekolah Menengah Pertama 20,3 20,63 21,22 20,7 20,29

Sekolah Menengah Atas 15,63 15,92 16,35 17,11 17,2

Sekolah Menengah Kejuruan 8,34 8,88 9,73 8,86 9,43

Diploma I/II/III 2,89 3,02 3,32 3,17 3,12

Universitas 4,94 5,25 5,54 5,65 7,25

Jumlah 107,41 108,21 111,28 109,67 112,8

Sumber : BPS

• Jumlah pengangguran pada Februari 2012 mencapai 7,6 juta orang, dengan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana TPT Februari

2012 sebesar 6,32 % turun dari TPT Agustus 2011 sebesar 6,56 % dan TPT Februari

2011 sebesar 6,80 %.

• Pada Februari 2012, TPT untuk pendidikan menengah masih tetap menempati

posisi tertinggi, yaitu TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 10,34 % dan TPT

Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 9,51 %. Jika dibandingkan keadaan Agustus

2011, TPT pada hampir semua tingkat pendidikan cenderung turun, kecuali TPT

untuk tingkat pendidikan SD kebawah naik 0,13 % poin dan TPT untuk tingkat

pendidikan Diploma I/II/III naik 0,34 % poin.

Tabel 5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010–2012 (%)

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2010 2011 2012

Februari Agustus Februari Agustus Februari

SD ke Bawah 3,71 3,81 3,37 3,56 3,69

Sekolah Menengah Pertama 7,55 7,45 7,83 8,37 7,8

Sekolah Menengah Atas 11,9 11,9 12,17 10,66 10,34

Sekolah Menengah Kejuruan 13,81 11,87 10 10,43 9,51

Diploma I/II/III 15,71 12,78 11,59 7,16 7,5

Universitas 14,24 11,92 9,95 8,02 6,95

Jumlah 7,41 7,14 6,8 6,56 6,32

Sumber : BPS

Page 19: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

19

• Meskipun angka pengangguran di Indonesia mengalami penurunan, namun para

pengambil kebijakan perlu memahami karakter dan komponen yang membentuk

angka pengangguran. Tingginya tingkat pengangguran pada kelompok masyarakat

berpendidikan menengah dan tinggi menandakan adanya diskoneksitas antara

kurikulum yang diajarkan di sekolah dengan kebutuhan di pasar kerja.

Penyusun : Donny Alverino

Page 20: RI DPR SETJEN APBN - dpr.go.id · E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan ... Sementara itu, jika dilihat ... telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

20

DAFTAR PUSTAKA

Bisnis Indonesia, NOTA KEUANGAN: 2013, Nilai tukar rupiah diasumsikan Rp9.300/US$

http://www.bisnis.com/articles/nota-keuangan-2013-nilai-tukar-rupiah-diasumsikan-rp9-

dot-300-slash-us$

Bisnis Indonesia, RAPBN 2013: Asumsi pertumbuhan ekonomi 6,8%

http://www.bisnis.com/articles/rapbn-2013-asumsi-pertumbuhan-ekonomi-6-8-percent

Kompas.com, Ini Asumsi Makro RAPBN 2013,

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/08/16/21152832/Ini.Asumsi.Makro.RAPB

N.2013

BPS, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2012, Berita Resmi Statistik No. 54/08/Th.

XV, 6 Agustus 2012, http://bps.go.id/brs_file/pdb_06agu12.pdf

___, Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi, Berita Resmi Statistik No. 47/08/Th. XV, 1

Agustus 2012, http://bps.go.id/brs_file/inflasi_01agu12.pdf

___, Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2012, Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XV, 7 Mei

2012, http://bps.go.id/brs_file/naker_07mei12.pdf

Kementerian Keuangan, Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Semester Pertama Tahun Anggaran 2012,

http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/Laporan%20Semester%202012.pdf