Rianty Referat Sn

  • Upload
    rianty

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    1/23

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Sindroma Nefrotik merupakan penyakit yang sering ditemukan dari beberapa

     penyakit ginjal dan saluran kemih.

    Sindroma Nefrotik (SN) dapat terjadi secara primer dan sekunder, primer apabila

    tidak menyertai penyakit sistemik. Sekunder apabila timbul sebagai bagian daripada penyakit

    Sistemik atau yang berhubungan dengan obat / Toksin.

    Pada anakanak kirakira !"# disebabkan oleh panyakit $lomerulus primer dan %"#

    adalah sekunder disebabkan oleh penyakit Sistemik.

    &esiko penyakit jantung koroner atau 'terosklerosis pada penderita Sindroma

     Nefrotik anak belum diketahui dengan jelas. alam laporanlaporan pemeriksaan post

    mortem pada anakanak dan deasa yang menderia Sindroma Nefrotik *diopatik tercatat

    adanya 'teroma yang aal.

    Sampai pertengahan abad ke +" ordibitas SN pada anak masih tinggi, yaitu

    melebihi -"# pasienpasien ini diraat untuk jangka aktu lama karena dema 'nasarka

    dengan disertai iserasi dan *nteraksi kulit.

    engan ditemukannya obat Sulfonamid dan Penisillin tahun %!0" dan dipakainya

    hormon 'dreno 1ortikotropik ('2T3) dan 1ortikosteroid pada tahun %!-", mortilitas

     penyakit ini diperkirakan mencapai 45# yagn sering disebabkan oleh komplikasi Peritonitis

    dan Sepsis. 1ematian menurun kembali mencapai 6-# setelah obat penisilin mulai

    digunakan tahun %!04%!-".

    Pada aal %!-"an kematian menurun mencapai +"# setelah pemakaian '2T3 atau

    1ortison. iantara pasien SN yang selamat dari infeksi sebelum ra Sulfonamid umumnya

    kematian disebabkan oleh gagal ginjal kronik.

    1

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    2/23

    BAB II

    ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL

    II. 1. Anatomi Ginjal

    $injal terletak di dalam ruang retroperitoneum sedikit di atas ketinggian

    umbilikus dan kisaran panjang serta beratnya berturutturut dari kirakira 4 cm dan +0

    g pada bayi cukup bulan sampai %+ cm atau lebih dari %-" g pada orang deasa. $injal

    mempunyai lapisan luar, korteks yang berisi glomeruli, tubulus kontortus proksimalis

    dan distalis dan dukturs koleti7us, serta di lapisan dalam, medula yang mengandung

     bagianbagian tubulus yang lurus, lengkung (ansa) 3enie, 7asa rekita dan duktus

    koligens terminal.

    Pasokan darah pada setiap ginjal biasanya terdiri dari arteri renalis utamayang keluar dari aorta 8 arteri renalis multipel bukannya tidak la9im dijumpai. 'rteri

    renalis utama membagi menjadi medula ke batas antara korteks dan medula. Pada

    daerah ini, arteri interlobaris bercabang membentuk arteri arkuata, dan membentuk 

    arteriole aferen glomerulus. Selsel otot yagn terspesialisasi dalam dinding arteriole

    aferen, bersama dengan sel lacis dan bagian distal tubulus (mukula densa) yang

     berdekatan dengan glomerulus, membentuk aparatus jukstaglomeruler yagn

    mengendalikan sekresi renin. 'rteriole aferen membagi menjadi anyaman kapiler 

    glomerulus, yang kemudian bergabung menjadi arteriole eferen. 'rteriole eferen

    glomerulus dekat medula (glomerulus jukstamedullaris) lebih besar dari pada arteriole

    di korteks sebelah luar dan memberikan pasokan darah (7asa rakta) ke tubulus dan

    medula.

    Setiap ginjal mengandung sekitar satu juga neron (glomerulus dan tubulus

    terkait). Pada manusia, pembentukan nefron telah sempurna pada saat lahir, tetapi

    maturasi fungsional belum terjadi sampai di kemudian hari. 1arena tidak ada nefron

     baru yagn dapat dibentuk sesudah lahir, hilangnya nefron secara progresif dapat

    menyebabkan insufisiensi ginjal.

    'nyaman kapiler glomerulus yang terspesialisasi berperan sebagai mekanisme

     penyaringan ginjal. 1apiler glomerulus dilapisi oleh endotelium yagn mempunyai

    sitoplasma sangat tipis yagn berisi banyak lubang (fenestrasi). embrana basalis

    glomerulus (:$) membentuk lapisan berkelanjutan antara endotel dan sel

    mesangium pada satu sisi dengan sel epitel pada sisi yang lain. embran mempunyai 6

    lapisan. (%) lamina densa yang sentralnya padatelektron, (+) lamina rara interna, yagn

    terletak di antara lamina densa dan selsel endotelian 8 dan (6) lamina rara eksterna,

    yang terletak di antara lamina densa dan selsel epitel. Sel epitel 7ite7iscera menutupi

    2

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    3/23

    kapiler dan menonjolkan ;tonjolan kaki< sitplasma, yagn melekat pada lamina rara

    eksternal. i antara tonjolan kaki ada ruangan atau celah filtrasi. esangium (sel

    mesangium dan matriks) teletak di antara kapilerkapiler glomerulus pada sisi endotel

    membrana basalis dan menbentuk bagian tengah dinding kapiler. esangium dapat

     berperan sebagai struktur pendukung pada kepiler glomerulus dan mungkin

    memainkan peran dalam pengaturan aliran darah glomerulus, filtrasi dan pembangunan

    makromolekul (seperti kompleks imun) dari glomerulius, melalui fagositosis

    intraseluler atau dengna pengakutan melalui saluran interseluler ke daerah

     jukstagomerulus. 1apsula :oman, yagn mengelilingi glomerulus, terdiri dari (%)

    membrana basalis, yagn merupakan kelanjutan dari membrana basalis kapiler 

    glomerulus dan tubulus proksimalis, dan (+) selsel epitel parietalis, yang merupakan

    kelanjutan selsel epitel 7iscera.

    III.2. FISIOLOGI DASAR GINJAL

    =ungsi primer ginjal adalah mempertahankan 7olumer dan komposisi cairan

    ekstrasel dalam batasbatas normal. 1omposisi dan 7olume cairan ekstrasel ini

    dikotnrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorpasi dan sekresi tubulus.

    Fun!i Utama Ginjal

    Fun!i E"!"#$!i

    empertahankan osmolalitis plasma sekitar +-> m osmol dengna mengubahubah

    ekresi air.

    empertahankan p3 plasma skitar 5,0 dengna mengeluarkan kelebihan 3?  dan

    membentuk kembali 32@6.

    engekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama urea, asam

    urat dan kreatinin.

    Fun!i Non%$"!"#$!i

    enghasilkan reninpenting untuk pengaturan tekanan darah.

    enghasilkan eritropoietinfaktor penting dalam stimulasi produk sel darah merah

    oleh sumsum tulang.

    etabolisme 7itamin menjadi bentuk aktifnya.

    egenerasi insulin

    enghasilkan prostaglandin

    3

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    4/23

    BAB III

    SINDROM NEFROTI&

    III.1. DEFINISI

    Sindrom nefrotik bukan suatu penyakit tersendiri, melainkan merupakan

    kompleA gejala klinik yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, dengan ciriciri

    sebagai berikut B

    edema umum (anasarka), terutama jelas pada muka dan jaringan periorbital.

     Proteinuria, termasuk albuminuria ; sebagai batas biasanya ialah bila kadar protein

     plasma total kurang dari 4 gram per %"" ml dan fraksi albumin kurang dari 6 gram

     per %"" ml.

     Hiperlipidemi, khususnya hiperchlolesterolemi ; sebagai batas biasanya ialah bila

    kadar cholesterol plasma total lebih dari 6"" miligram per %"" ml.

     Lipiduria ; dapat berupa lemak bebas, sel epitel bulat yang mengandung lemak 

    (;o7el fat bodies

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    5/23

    III.'. ETIOLOGI

    Sebab yang pasti belum diketahui 8 akhirakhir ini dianggap sebagai satu

     penyakit autoimun. Cadi merupakan suatu reaksi antigenantibodi.

    mumnya para ahli membagi etiologinya menjadi B

    *. Sindrom nefrotik baaan

    irurunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal.

    &esisten terhaap semua pengobatan.

    $ejala adalah edema pada masa neonatus.

    Pencangkokan ginjal pada masa neonatus telah dicoba, tapi tidak berhasil.

    Prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal dalam bulanbulan pertama

    kehidupannya.

    **. Sindrom nefrotik sekunder

    %. alaria kuartana atau parasit lain

    +. Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.

    6 $lomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosisis 7ena renalis.

    0. :ahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan

    lebah, racun oak, air raksa.

    -. 'milodisosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membrano proliferatif 

    hipokomplementamik.

    ***. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui sebabnya).

    :erdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan

    mikroskop biasa dan mikroskop elektron, 2hurg dkk. embangi dalam 0 golongan

    yaitu B

    %.  Kelainan minimal

    engan mikrospok biasa glomerulus tampak normal, sedangkan dengan

    mikroskop elektron terdapat *g$ atau imunoglobulin bet%2 pada dinding

    kapiler glomerulus.

    $olongan ini lebih banyak terdapat pada anak daripada orang deasa.

    +.  Nefropati membranosa

    Semua glomerulus menunjukkan penebalan dinding kapiler yang tersebar tanpa

     proliferasi set. Tidak sering ditemukan pada anak.

    Prognosis kurang baik.

    5

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    6/23

    6. Glomerulonefritis proliferatif

    a.$lomerulonefritis proliferatif eksudatif difus.

    Terdapat proliferasi sel mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus.

    Pembengkakan sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat.

    1elainan ini sering ditemukan pada nefritis yang timbul setelah infeksi

    dengan Streptococcus yang berjalan progresif dan pada sindrom nefrotik.

    Prognosis jarang baik, tetapi kadangkadang terdapat penyembuhan setelah

     pengobatan yang lama.

     b. engan penebalan batang lobular (lobular stalk thickening )

    Terdapat proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel epitel simpai (kapsular)

    dan 7iseral.

    c.engan bulan sabit (crescent )

    idapatkan proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel epitel simpai (simpai

    (kapsular) dan 7iseral.

    d. $lomerulonefritis membranopliferatif.

    Proliferasi sel mesangial dan penempaan fibrin yang menyerupai membrana

     basalis di mesangium. Titer globulin beta%2 atau beta %' rendah.

    e.Dainlain.

    isalnya perubahan proliferasi yang tidak khas.

    *E. $lomeruloksklerosis fokal segmental.

    Pada kelainan ini yang menyolok sklerosis glomerulus. Sering disertai dengan

    atrofi tubulus.

    Prognosis buruk.

    6

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    7/23

    III.(. PATOFISIOLOGI

    P#ot$inu#ia

    Proteinuria umunya diterima kelainan utama pada SN, sedangkan gejala klinis

    lainnya dianggap sebagai manifestasi sekunder. Proteinuria dinyatakan ;berat< untuk 

    membedakan dengan proteinuria yang lebih ringan pada pasien yang bukan sindrom

    nefrotik. ksresi protein sama atau lebih besar dari 0" mg/jam/m +  luas permukaan

     badan, dianggap proteinuria berat.

    S$l$"ti)ita! *#ot$in

    Cenis protein yang keluar pada sindrom nefrotik ber7ariasi bergantung pada

    kelainan dasar glomerulus. Pada SN1 protein yang keluar hampir seluruhnya terdiri

    atas albimin dan disebut sebagai proteinuria selektif. erajat selekti7itas proteinuria

    dapat ditetapkan secara sederhana dengan membagi rasio *g$ urin terhadap plasma

    (: %-".""") dengan rasio urin plasma transferin (: >>."""). &asio yang kurang

    dari ".+ menunjukkan adanya proteinuria selektif. Pasien SN dengan rasio rendah

    umumnya berkaitan dengan 1 dan responsif terhadap steroid. Namun karena

    selekti7itas protein pada SN sangat ber7ariasi maka agak sulit untuk membedakan

     jenis 1 dan :1 (:ukan kelainan minimal) dengan pemeriksaan ini dianggap tidak 

    efisien.

    P$#u+a,an *a-a ilt$# "a*il$# lom$#ulu!

    mumnya karakteristik perubahan permeabilitas membran basal bergantung

     pada tipe kelainan glomerulus pada SN. Pada SN1 terdapat penurunan klirens

     protein netral dengan semua berat molekul, namun terdapat peningkatan klirens protein

     bermuatan negatif seperti albumin. 1eadaan ini menunjukkan baha di samping

    hilangnya saar muatan negatif juga terdapat perubahan pada saar ukuran celah pori

    atau kelainan pada keduaduanya.

    Proteoglikan sulfat heparan yang menimbulkan muatan negatif pada lamina

    rara interna dan eksterna merupakan saar utama penghambat keluarnya molekul

    muatan negatif, seperti albumin. ihilangkannya proteoglikan sulfat heparan dengan

    hepartinase mengakibatkan timbulnya albuminaria.

    i samping itu sialoprotein glomerulus yaitu polianion yang terdapat pada

    tonjolan kaki sel epitel, tampaknya berperan sebagai muatan negatif di daerah ini yang

     penting untuk mengatur sel 7iseral epitel dan pemisahan tonjolantonjolan kaki sel

    7

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    8/23

    epitel. Suatu protein dengan berat molekul %0".""" dalton, yang disebut  podocalyxin

    rupanya mengandung asam sialat ditemukan terbanyak kelainan pada model

    eksperimenal nefrosisis aminonkleosid. Pada SN1, kandungan sialoprotein kembali

    normal sebagai respons pengobatan steroid yang menyebabkan hilangnya proteinuria.

    Hi*oal+umin$mia

    Cumlah albumin di dalam ditentukan oleh masukan dari sintesis hepar dan

     pengeluaran akibat degradasi metabolik, eksresi renal dan gastrointestinal. alam

    keadaan seimbang, laju sintesis albumin, degradasi ini hilangnya dari badan adalah

    seimbang. Pada anak dengan SN terdapat hubungan terbalik antara laju sekresi protein

    urin dan derajat hipoalbuminemia. Namun keadaan ini tidak responsif steroid, albumin

    serumnya dapat kembali normal atau hampri normal dengan atau tanpa perubahan pada

    laju ekskresi protein. Daju sintesis albumin pada SN dalam keadaan seimbang ternyata

    tidak menurun, bahkan meningkat atau normal.

    Cumlah albumin absolut yagn didegradasi masih normal atau di baah normal,

    alaupun apabila dinyatakan terhadap pool albumin intra7askular secara relatif, maka

    katabolisme  pool fraksional yagn menurun ini sebetulnya meningkat. eningkatnya

    katabolisme albumin di tubulus renal dan menurunnya katabolisme ekstrarenal dapat

    menyebabkan keadaan laju katabolisme absolut yagn normal albumin plasma yang

    rendah tampaknya disebabkan oleh meningkatnya eksresi albumin dalam urin dan

    meningkatnya katabolisme fraksi  pool albumin (terutama disebabkan karena

    meningkatnya degradasi di dalam tubulus renal) yang melampaui daya sintesis hati.

    $angguan protein lainnya di dalam plasma adalah menurunnya α  % globulin, (normal

    atau rendah), dan α  +globulin, : globulin dna figrinogen meningkat secara relatif 

    atau absolut. eningkatnya α  + globulin disebabkan oleh retensi selektif protein

     berberat molekul tinggi oleh ginjal dengan adanya laju sintesis yang normal. Pada

     beberapa pasien, terutama mereka dengan SN1, *g dapat meningkat dan *g$

    menurun.

    8

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    9/23

    &$lainan m$ta+oli!m$ li*i-

    Pada pasien SN primer timbul hiperkolesterolemia dan kenaikan ini tampak 

    lebih nyata pada pasien dengan 1. mumnya terdapat korelasi tebalik antara

    konsentrasi albumin serum dan kolesterol. 1adar trigliserid lebih ber7ariasi dan

     bahkan dapat normal pada pasien dengan hipoalbuminemia ringan. Pada pasien dengan

    analbuminemia kongenital dapat juga timbul hiperlipidemia yang menunjukkan baha

    kelainan lipid ini tidak hanya disebabkan oleh penyakti ginjalnya sendiri. Pada pasien

    SN konsentrasi lipoprotein densitas sangat rendah (EDD) dan lipoprotien densitas

    rendah (DD) meningkat, dan kadangkadang sangat mencolok. Dipoprotein densitas

    tinggi (3D) umumnya normal atau meningkat pada anakanak dengan SN alaupun

    rasio kolesterol3D terhadap kolesterol total tetap rendah. Seperti pada

    hipoalbuminemia, hiperlipidemia dapat disebabkan oleh sintesis yang meningkat atau

    karena degradasi yang menurun. :ukti menunjukkan baha keduanya abnormal.

    eningkatnya produksi lipoprotein di hati, diikuti dengan meningkatnya sintesis

    albumin dan sekudner terhadap lipoprotein, melalui jalur yang berdekatan. Namun

    meningkatnya kadar lipid dapat pula terjadi pada laju sintesis albumin yang normal.

    enurunnya akti7itas ini mungkin sekunder akibat hilangnya αglikoprotein asam

    sebagai perangsang lipase. 'pabila albumin serum kembali normal, baik secara

    spontan ataupun dengan pemberian infus albumin, maka umumnya kelainan lipid ini

    menjadi normal kembali. $ejala ini mungkin akibat tekanan onkotik albumin

    serumnya, karena ofek yang sama dapat ditimbulkan dengan pemberian infus

     pili7inilpirolidon tanpa mengubah keadaan hipoalbuminemianya. Pada beberapa

     pasien, 3D tetap meningkat alaupun terjadi remisi pada SNnya pada pasien lain

    EDD dan DD tetap meningkat pada SN relaps frekuensi yang menetap bahkan

    selama remisi. Dipid dapt juga ditemukan di dalam urin dalam bentuk titik lemak o7al

    dan maltase cross. Titik lemak itu merupakan tetesan lipid di dalam sel tubulus yang

     berdegenerasi.  altese cross tersebut adalah ester kolesterol yang berbentuk bulat

    dengan palang di tengah apbila dilihat dengan cahaya polarisal.

    9

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    10/23

    E-$ma

    1eterangan klinik pembentukan edema pada sidnrom nefrotik sudah dianggap

     jelas dan secara fisiologik memuaskan, namun beberapa data menunjukkan baha

    mekanisme hipotesis ini tidak memberikan penjelasan yang lengkap. Teori klasik 

    mengenai pembentukan edema ini (underfilled theory) adalah menurunnya tekanan

    onkotik intra7askular yang menyebabkan cairan merembes keruang interstisial.

    engan meningkatnya permealiblitas kapiler glomerulus, albumin keluar 

    menimbulkan albuminuria dan hipoalbuminemia.

    3ipoalbuminemia menyebabkan menurunya tekanan onkitik koloid plasma

    intra7askular. 1eadaan ini menyebabkan meningkatnya cairan transudat meleati

    dinding kapiler dari ruagn intra7askular ke ruang interstial yang menyebabkan

    terbentuknya edema.

    &$lainan lom$#ulu!

    'lbuminuria

    3ipoalbuminemia

    Tekanan onkotik hidorpatik koloid plasma ↓

    Eolume plasma ↑

    &etensi Na renal sekunder ↑

    dema

    T$#+$ntu"n/a $-$ma m$nu#ut t$o#i underfilled

    10

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    11/23

    Sebagai akibat pergeseran cairan 7olume plasma total dan 7olume darah arteri

    dalam peredaran menurun dibanding dengan 7olume sirkulasi efektif. enurunnya

    7olume plasma atau 7olume sirkulasi efektif merupakan stimulasi timbulnya retensi air 

    dan natrium renal. &etensi natrium dan air ini timbul sebagai usaha badan untuk 

    menjaga 7olume dan tekanan intra7askular agar tetap normal dan dapat dianggap

    sebagai peristia kompensasi sekunder. &etensi cairan, yang secara terusmenerus

    menjaga 7olume plasma, selanjutnya akan mengencerkan protein plasma dan dengan

    demikian menurunkan tekanan onkotik plasma dan akhirnya mempercepat gerak cairan

    masuk ke ruang interstisial. 1eadaan ini jelas memperberat edema sampai terdapat

    keseimbangan hingga edema stabil.

    engan teori  underfilled ini diduga terjadi terjadi kenaikan kadar renin

     plasma dan aldosteron sekunder terhadap adanya hipo7olemia. 3al ini tidak 

    ditemukan pada semua pasien dengan SN. :eberapa pasien SN menunjukkan

    meningkatnya 7olume plasma dengan tertekannya akti7itas renin plasma dan kadar 

    aldosteron, sehingga timbul konsep teori o!erfilled. enurut teori ini retensi natrium

    renal dan air terjadi karena mekanisme intrarenal primer dan tidak bergantung pada

    stimulasi sistemik perifer. &etensi natrium renal primer mengakibatkan ekspansi

    7olume plasma dan cairan ekstraseluler. Pembentukan edema terjadi sebagai akibat

    o!erfilling cairan ke dalam ruang interstiasial. Teori o!erfilled ini dapat menerangkan

    adanya 7olume plasma yang tinggi dengan kadar renin plasma dan aldosteron

    menurun seukunder terhadap hiper7olemia.

    &$lainan lom$#ulu!

    &etensi Na renal primeri

    Eolume plasma ↑

    dema

    Terjadinya edema menurut teori o!erfilled

    11

     AlbuminuriaHipoalbuminemia

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    12/23

    el9er dkk mengusulkan + bentuk patofisologi SN, yaitu tipe nefrotik dan tipe

    nefritik. Tipe nefrotik ditandai dengan 7olume plasma rendah dan 7asokonstriksi

     perifer denan kadar renin plasma dan aldosteron yang tinggi. Daju filtrasi glomerulus

    (D=$) masih baik dengan kadar albumin yang rendah dan biasanya terdapat pada

    SN1. 1arakteristik patofisiologi kelompok ini sesuai dengan teori tradisional

    underfilled yaitu retensi natrium dan air merupakan fenomena sekunder. i pihak lain,

    kelompok kedua atau tipe nefritik, ditandai dengan 7olume plasma tinggi, tekanan

    darah tinggi dan kadar renin plasma dan aldosteron rendah yang meningkat sesudah

     persediaan natrium habis. kelompok kedua ini dijumpai pada glomerulonefritis kronik 

    dengan D=$ yang relatif lebih rendah dan albumin plasma lebih tinggi dari kelompok 

     petama. 1arakteristik patofisiologi kelompok keduaini sesuai dengan teori o!erfilled 

     pada SN dengan retensi air dan natrium yang merupakan fenomena primer intrarenal.

    Pembentukan edema pada SN merupakan suatu proses yang dinamis dan

    mungkin saja kedua proses underfilled  berlangsung bersamaan atau pada aktu

     berlainan pada indi7idu yang sama, karena patogenesis penyakit glomerulus mungkin

    suatu kombinasi rangsangan yang lebih dari satu dan ini dapat menimbulkan

    gambaran nefrotik dan nefritis. 'kibat mengecilnya 7olume intra7askular akan

    merangsang kelarnya renin dan menimbulkan rangsangan non osmotik untuk 

    keluarnya hormon 7olume urin yang sedikit dan pekat dengan sedikit natrium.

    1arena pasien dengan hipo7olemia disertai renin dan aldosteron yang tinggi

    umumnya menderita penyakit SN1 dan responsif steroid, sedangkan mereka dengan

    7olume darah normal atau meningkat disertai renin dan aldosteron rendah umumnya

    menderita kelainan :1 dan tidak responsif steroid, maka pemeriksaan renin dapat

    merupakan petanda yang berguna untuk menilai seorang anak dengan SN responsif 

    terhadap steroid atau tidak disamping adanya SN1. Namun derajat tumpang tindihya

    terlalu besar, sehingga sukar untuk membedakan pasien antara kedua kelompok 

    histologis tersebut atas dasar pemeriksaan renin. Peran peptida natriuretik atrial ('NP)

    dalam pembentukan edema dan diuresis masih belum pasti.

    12

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    13/23

    III.0. MANISFESTASI &LINIS

    EDEMA

    i masa lalu orangtua menganggap penyakit SN ini adalah edema. Nafsu

    makan yang kurang. udah terangsang adanya gangguan gastrointestinal dan sering

    terkena infeksi berat merupakan keadaan yang sangat erat hubungannya dengan

     beratnya edema, sehingga dianggap gejalagejala ini sebagai akibat edema.

    Falaupun proteinuria kambuh pada hampir +/6 kasus, kambuhnya edema

    dapat dicegah pada umumnya dengan pengobatan segera. Namun edema persisten

    dengan komplikasi yang menggangu merupakan masalah klinik utama bagi mereka

    yang menjadi non responden dan pada mereka yang edemanya tidak dapat segera

    diatasi. dema umumnya terlihat pada kedua kelopak mata. dema minimal terlihat

    oleh orangtua atau anak yang besar sebelum kedokter melihat pasien untuk pertama

    kali dan memastikan kelainan ini. dema dapat menetap atau bertabah, baik lambat

    atau cepat atau dapat menghilangkan dan timbul kembali. Selama periode ini edema

     periorbital sering disebabkan oleh cuaca dingin atau alergi. Dambat laun edema

    menjadi menyeluruh, yaitu ke pinggang, perut dan tungkai baah sehingga penyakit

    yang sebenarnya menjadi tambah nyata. dema berpindah dengan perubahan posisi

    dan akan lebih jelas dalam posisi berdiri. 1adangkadang pada edema yang masif 

    terjadi robekan pada kulit secara spontan dengan keluarnya cairan. Pada keadaan ini,

    edema telah mengenai semua jaringan dan menimbulkan asites, pembengkakan

    skrotum atau labia, bahkan efusi plerura. uka dan tungkai pada pasien ini mungkin

     bebas dari edema dan memperlihatkan jaringan seperti malnustrisi sebagai tanda

    adanya edema menyeluruh sebelumnya.

    Ganuan a!t#oint$!tinal

    $angguan ini sering ditemukan dalam perjalanan penyakit SN. iare sering

    dialami pasien dalam keadaan edema yang masif dan keadaan ini rupanya tidak 

     berkaitan dengan infeksi namun diduga penyebabnya adalah edema submukosa di

    mukosa usus. 3epatomegali dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik, mungkin

    disebabkan sintesis albumin yang meningkat, atau edema atau keduanya. Pada

     beberapa pasien, nyeri di perut yang kadangkadang berat, dapat terjadi pada keadaan

    SN yang kambuh. 1emungkinan adanya abdomen akut atau peritonitis harus

    disingkirkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksan lainnya. :ila komplikasi ini

    tidak ada, kemungkinan penyebab nyeri tidak diketahui namun dapat disebabkan

    13

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    14/23

    karena edema dinding perut atau pembengkakan hati. 1adang nyeri dirasakan terbatas

     pada daerah kuadran atas kanan abdomen. Nafsu makan kurang berhubungan erat

    dengan beratnya edema yang diduga sebagai akibatnya. 'noreksia dan hilangnya

     protein di dalam urin mengakibatkan malnutrisi berat yang kadang ditemukan pada

     pasien SN nonresponsif steroid dan persisten. Pada keadaan asites terjadi hernia

    umbilikalis dan prolaps ani.

    Ganuan *$#na*a!an

    @leh karena adanya distensi abdomen dengan atau tanpa efusi pelura maka

     pernapasan sering terganggu, bahkan kadangkadang menjadigaat. 1eadaan ini dapat

    diatasi dengan pemberian infus albumin dan obat furosemid.

    Ganuan un!i *!i"o!o!ial

    1eadaan ini sering ditemukan pada pasien SN, seperti halnya pada penyakit

     berat umumnya yang merupakan stres nonspesifik .Perasaanperasaan ini memerlukan

    diskusi, penjelasan dan kepastian untuk mengatasinya.

    14

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    15/23

    III.. &LASIFI&ASI HISTOPATOLOGIS

    1lasifikasi kelainan histopatologis glomerulus pada SN yang digunakan sesuai

    dengan rekomendasi 1omisi *nternasional (%!>+). 1elainan glomerulus ini sebagian

     besar ditegakkan dengan pemeriksaaan mikroskop cahaya, ditambah dengan

     pemeriksaan mikroskop elektron dan imunofluoresensi. Pada tabel di baah ini

    dipakai istilah / terminologi yang sesuai dengan laporan *S12 (%!5") dan 3abib dan

    1leinknecht (%!5%).

    Ta+$l .1 &LASIFI&ASI &ELAINAN GLOMERULUS PADA SN PRIMER

    1elainan minimal (1)

    $lomerulosklerosis ($S)

    $lomerulosklerosis fokal segmental ($S=S)

    $lomerulosklerosis fokal global ($S=$)

    $lomerulonefritis proliferatif mesangial difus ($NP)

    $lomerulonefritis proliferatif mesangial difus 1S'T*=

    $lomerulonefritis kresentik ($N1)

    $lomerulonefritis membranoproliferatif ($NP)

    $NP tipe * dengan deposit subendotlial

    $NP tipe ** dengan deposit intramembran

    $NP tipe **i dengan deposit subendotlial transmembran/subepitelial

    $lomerulopati membranosa ($)

    $lomerulonefritis kronik lanjut ($N1D)

    MORFOLOGI &ELAINAN GLOMERULUS PRIMER

    A. P$n/a"it"$lainan minimal &M3

    *S12 (%!5>) malaporkan pada penelitiannya diantara -+% pasien SN, 54,0#

    menderita 1. Pada penelitian di Cakarta (Fila irya, %!!+) diantara 640 pasien yang

    dibiopsi 00,+# menunjukkan 1m.

    B. Glom$#ulo!"l$#o!i! o"al !$m$ntal GSFS3

    Penyakit glomerulus fokal merupakan suatu proses penyakit yang mengenai

    hanya beberapa glomerulus, sedang yang lainnya tampak normal. Penyakit glomerular 

    segmental menyatakan beberapa lobus gloemrulus terkena, sedangkan yang lain masih

    normal. 1elainan ini dapat dijumpai pada beberapa kelainan glomerulus atau bahkan

    15

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    16/23

     pada kelainan tubulo interstisial. Namun kelainan ini ditemukan tersendiri pada pasien

    dengan SN. 'pakah kelainan ini merupakan penyakit tersendiri atau suatu

     progresi7itas penyakit 1 belum dapat dipastikan. 1emungkinan ialah baha

    keduanya dapat terjadi keadaan klinis yang berbeda.

    4. Glom$#ulun$#iti! *#oli$#ati m$!anial GNPM3

    Secara histologis kelainan ini menunjukkan pembesaran merata dan

     pertambahan selularitas didaerah mesangial yang mengandung masingmasing 0 sel.

    ibaah mikroskop cahaya tidak mungkin untuk menetapkan adanya pertambahan

    selularitas sebagai akibat proliferasi monosit atau proliferasi sel meangial glomerulus

    atau keduanya. ieprlukan pemulasan khusus untuk membedakan hiperselularitas ini

    yaitu dengan esterase monospesifik atau en9im lisosomal lainnya yang terdapat

    didalam monosit.

    D. Glom$#ulon$#iti! m$m+#ano*#oli$#ati GNMP3

    ikenal 6 subtipe pada kelainan ini yaitu tipe * yang merupakan tipe klasik dan tipe ***

    yang erat hubungannya, hanya berbeda paada letak deposit imunnya. Sedang tipe **,

    atau penyakit deposit padat (denso"deposit disease) alpun klinis hampir serupa,

    namun menunjukkan kelainanmorfologis dan imunologis yang sangat berbeda,

    sehingga suatu penyakit yang berbeda.

    E. Glom$#ulo*ati M$m+#ano!a GM3

    1elainan ini untuk pertama kali dilaporkan oleh :ill dalam tahun %!-".

    ibedakan + jenis bentuk klinik yaitu yang didiopatik dan sekudner. Penyakit $

    ditandai dengan kelainan dinding kapiler glomerulus yang progresif dan kompleks.

    :erdasarkan , kelainan ini terdiri atas deposit padat electron dan  spikes yang

    tampak menonjol dair membran basal. eposit ini homogen, berdekatan dan

    dipisahkan oleh sikes.

    16

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    17/23

    III.5. &OMPLI&ASI

    1omplikasi yang timbul pada penderit SN tergangung faktorfaktor sebagai

     berikut B histopatologi renal, lamanya sakit, umur dan jenis kelamin penderita.

    %. *nfeksi

    *nfeksi terjadi karena terjadinya penurunan mekanisme pertahanan tubuh yaitu

    gama globulin serum, penurunan konsetnrasi *g$, abnormalitas komplemen,

     penurunan konsentrasi transferin dan seng, serta pungsi lekosit yang berkurang.

    *nfeksi yang serign terjadi berupa pertonitis primer, selulitas infeksi saluran kemih,

     bronkpneumonia dan infeksi 7irus.

    +. Tromboemboli dan gangguan koagulasi

     pada penderita SN terjadi hiperkoagulasi dan dapat menimbulkan tromboemboli

     baik pada pembuluh darah 7ena maupun arteri. 1eadaan ini disebabkan oleh

    faktorfaktor B

    •  perubahan 9ymogen dan kofaktor dalam hal ini penignkatan fakto E.G.E**.

    =ibrinogen dan fakto 7on Fillebrand.

    •  perubahan fungsi platelet karena hipoalbuminemai, hiperlipodemia

    •  perubahan fungsi sel endotelial karena perubahan sirkulasi lipid

    • Peran obat kortikosteroid B yakni meningkatkan konsentrasi =c. E*** danmemperpendek Protrombin time dan PTT Namun dalam dosisi besar 

    kostikosteroid akan menignkatkan 'T *** dan mencegah agregasi trombost.

    • iuretik akan menurunkan 7oluem plasma sehingga meninggikan angka

    hematokrit dengan demikian 7iskositas darah dan konsentrasi fibrinogen akan

    meningkat.

    6. Perubahan metabolisme lemak, karbohidrat dan protein

    Pada penderita SN terjadi peningkatan total kolesterol, DD dan EDD seta

    apolipoprotein di dalam plasma sementara 3D dapt normal atau turun khususnya

    3D +. 3iperlipidemia ini berlangsung lama dan tidak terkontrol dapat

    mempercepat proses aterosklerosis pembuluh darah koroner. 'orta dan arteria

    renalis. 3al ini dapat menyebabkan terjadinya penyakti jantung eskemik ataupun

    trombosis arteri &enalis.

    Tidak sepeti pada lemak, penelitian mengenai perubahan metabolisme karbohidrat

     belum komprehensif. Namun telah diketahui pada hati yang mensintesis protein

    17

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    18/23

    lebih besar akan meningkatkan ptikogenolisis, selain itu didapatkan penignkatan

    ambang 7espin terhadap insulin dan glukosa. 3al ini dapat terjadi hipoalbuminemia

     pada keadaan malnutrisi kronik. Sejumlah protein plasma yang penting pada

    transport besi, hormon dan obatobatan, karena molekulnya kacil, dengan mudah

    keluar melalui urin, kehilangan 9at9at tersebut akan mengakibatkan halhal

    sebagai berikut B

    • Transferin ion yang menurun menyebabkan anemia

    • Penurunan seruloplasmin belum dilaporkan akibat klinisnya

    • :erkurangnya albumin pengikat seng dan besi menyebabkan hipogensia dan

     penurunan selsel imunitas.

    • :erhubungan protein pengikat 7itamin akan mempengaruhi metabolismekalsium sehingga terjadi osteomalasia dan hiper paratiroid.

    • :erkurangnya protein pengikat kostisol menyebabkan dibutuhkannay dosis lebih

     besar terhadap kortikosteroid.

    1ehilangan sejumlah besar protein ini akan menyebabkan penderita jatuh dalam

    keadaan malnutrisi. 1arena itu dilanjutkan diet tinggi protein diberikan +6 -

    gram/kg/+0 jam untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen. iet rendha

     protein, meski dapat mengurangi proteinuria dalam jangka penek mempunyairisiko kesimbangan negatif di masa mendatang.

    0. $agal $injal 'kut ($$')

    1omplikasi ini mekanismenya belum jelas. Namun banyak ditemukan pada

     penderita SN dengan lesi minimal dan gromerulosklerosis fokal. diperkirakan

    akibat hipo7elemia dan penurunan perfusi ke ginjal. akibat dari $$ pada penderita

    SN cukup serius. %># meninggal. +"# dapt bertahan tapi tidak ada perbaikan

    fungsi ginjal dan memerlukan dialisis.

    18

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    19/23

    III.6. PENATALA&SANAAN

    1asus SNP dengan 1 pada pemeriksaan histologisnya dapat sembuh dengan

     pengobatan prednison dalam aktu sebulan atau dapat meninggal dalam aktu

    setahun. Sebenarnya kalau anak sembuh atau apabila penyakitnya berlangsung

     progresif cepat dan mengakibatkan kematian tidak merupakan masalah. Namun akan

    menimbulkan masalah psikologis apabila manifestasi klinis penyakitnya hilang timbul,

    kambuh berulang, disertai gejala edema, asites dan proteinuria. i samping itu

     pemberian obat yang lama dapat menimbulkan efek samping seperti muka rembulan,

    obesitas, hipertensi, katarak, osteoporosis, dan gangguan pertumbuhan.

    fek samping yang paling seirng dijumpai adalah obesitas, habitus, cushingoid,

    katarak, hipertensi, osteopororis, gangguan pertumbuhan dan gangguan psikoemosi.

    Sebetulnya semua sistem di dalam tubuh dapat terkena efek samping obat tersebut.

    :anyak peneliti yang melaporkan hasil yang dapat menurunkan frekuensi

    dengan obat sitostatika, steroid jangka lama dengan dosis rendah, atau pemberian

    le7amisol.

    1. &o#ti"o!t$#oi-

    Pengobatan baku kortikosteroid menurut *S12 (%!5>) adalah prednison atau

     prenisolon dengan dosis 4" mg/m+/hari (+ mg/kg::) setiap hari selama 0 minggu,

    dilanjutkan denan 0" mg/m+/hari secara intermiten (6 hari dalam % minggu) atau

    dosis alternating (selang sehari) selama 0 minggu. Studi kolaboratif Cerman (%!!")

    melaporkan baha dengan memperpanjang cara pemberian sehari seperti yang

    dilaporkan *S12 didapatkan penurunan angka relaps %+ bulan setelah obat

    dihentikan 64# kasus pada pemberian %+ minggu dibandingkan dengan >%#

    kasus dengan cara pemberian baku *S12 > minggu. :ila terjadi kambuh setelah

     pengobatan dihentikan, maka pengobatan diulang dengan cara buku *S12 yaitu

    dosis penuh tiap hari sampel terjadi remisi dan dilanjutkan dengan 0 minggu dosis

    intermiten atau selang sehari. enurut hrich dkk. dengan memperpanjang

     pemberian prednison tersebut diharapkan akan mengurangi terjadinya kambuh

    sering, tanpa menambah risiko efek samping steroid.

    19

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    20/23

    2. Sito!tati"a

    Penggunaan obat sitostatika pada kasus SNP1S dan SNPS telah dilaporkan

    oleh beberapa peneliti dan dapat memperpanjang remisi, bahkan pada beberapa

     penderita menimbulkan remisi permanen. 'pabila dibandingkan pengobatan

    sitostatika pada penderita SNPS dengan SNP1S, hasilnya lebih baik pada

    kambuh sering daripada yang dependen steroid.

    Siklosfosfamid dan klorambusil merupakan obat yang banyak dipakai dengan

    efek yang hampir sama.

    a. Si"loo!ami-

    Siklofosfamid diberikan dengan dosis +6 mg/kg:: selama > minggu

    dilaporkan efektif dalam mengurangi jumlah kambuh pada SNP1S. Sekitar 4"#

    kasus yang diberi siklofosfamid tetap remisi selama + tahun setelah obat

    dihendikan dan 0"# kasus tetap remisi selama - tahun.

    +. &lo#am+u!il

    1lorombusil mempunyai efek sama dengan siklofosfamid dalam

    memperpanjang masa remisi SNP1S dan SNPS. Studi kolaboratif Cerman

    mendaptkan remisi >5# kasus selama 6" bulan pada penderita kambuh sering.

    'latas dkk. dalam suatu studi kontrol pada +" kasus SNP1S

    melaporkan pada kelompok yang diberi klorambusil (> minggu) dengan prednison

    interminten selama pengobatan %+ bulan hanya %+# kasus yang mengalami

    kekambuhan, sedangkan pada kelompok kontrol yang diberi plasebo dengan

     prednison intermiten, >># kasus mengalami kekambuhan.

    '. Si"lo!*o#in A

    Siklosporin ' (Si ') adalah suatu imunosupresan yang banyak 

    digunakan pada transplantasi ginjal, merupakan obat alternatif lain di samping

    steroid. Si' besifat menghambatr generasi dan akti7al sel T sitotoksik. 'khirakhir 

    ini Si' dicoba pada SNP1S dan resisten steroid. Pada kasus SNP1S dan SNP

    S. Tejani dkk melaporkan %% dari %6 kasus mengalami remisi dengan pemberian

    Si' selam > minggu. Niaudet dkk memberikan Si' +> bulan, >"# dilaporkan

    mengalami remisi. Namun bila obat dihentikan akan terjadi kekambuhan kembali,

    sehingga dikatakan obat ini menimbulkan efek dependen Si'. Pada kasus SNP&S

     pemberian Si' tidak memberiakn hasil memuaskan. osis yang dipakai adalah -

    20

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    21/23

    mg/kg::/hari, disesuaikan dengan kadar Si' darah +""0"" µ/ml. @bat ini dapat

    menimbulkan nefritis interstisialis sehingga pada pemberian jangka panjang perlu

    dilakukan pemantauan denan biopsi ginjal. karena obat ini mahal harganya dan

    hasilnya kurang memuaskan, pemakaian obat ini pada kasus SN belum dapatditerima sebagai pengobatan alternatif. Cika Si' akan dipakai sebaiknya untuk 

    kasus yang sudah tidak mempan dengan obat sitostatika lainnya.

    (. L$)ami!ol

    De7amisol adalah suatu anti hemintik yang ternyata mempunyai efek 

    imunologis menstimuloasi sel T. sesuai dengan teori Shalhoub pada sindrom

    nefrotik ditemukan adanya gangguan fungsi sel T. akhirakhir perhatian pada

    le7amisol muncul kembali dengan aktu pemberian yang lebih lama. Perhimpunan

     Nefrologi Pediatri *nggris melakukan uji klinis dengan kontrol pada kasus SNPS

    dan melaporkan baha le7amisol dapat memperpanjang masa remisi. fek 

    samping yang dilaporkan hanya sedikit dan sebagaian besar penderita adalah SNP

    1. osis yang dipakai adalah +6 hari (? 0 bulan) pada 4% kasus SNPS. Pada

    kasus yang diberi le7amisol, %0 orang anak tetap dalam remisi sedangkan pada

    yang tidak diberi le7amisol hanya 0 orang anak yang tetap remisi. fek samping

    yang dapat ditemukan adalah gejala gastrointestinal, mual dan muntah, serta

    agranulositosis yang bersifat re7ersibel apabila obat dihentikan.

    III.7. PROGNOSIS

    Prognosis sindroma nefrotik tergantung dari beberapa factor antara lain umur,

     jenis kelamin, penyulit pada saat pengobatan dan kelainan histopatologi ginjal.

     prognosis pada umur muda lebih baik daripada umur lebih tua, pada anita lebih baik 

    daripada lakilaki. akin dini terdapat penyulitnya, biasanya prognosisnya lebih

     buruk. 1elainan minimal mempunyai respons terahdap kortikosteroid lebih baik 

    dibandingkan dengan lesi dan mempunyai prognosis paling buruk pada

    glomerulonefritis proliferatif.

    Sebab kematian pada sindroma nefrotik berhubungan dengan gagal ginjal

    kronis disertai sindroma uremia, infeksi sekunder (misalnya pneumonia).

    21

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    22/23

    BAB I8

    &ESIMPULAN

    Telah dibicarakan penyakit sindroma nefrotik yang merupakan penyakit ginjal yang

    terbanyak. mumnya menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan

    laboratorium terhadap sindroma nefrotik tersebut. Penyebab yang paling sering dijumpai

    adalah sindroma nefrotik primer. 1elainan minimal memberikan respons yang baik terhadap

     pengobatan dan mempunyai prognosis baik. ntuk memperoleh hasil pengobatan yang

    optimum perlu kerja sama antara penderita dan dokter yang mengobatinya.

    22

  • 8/17/2019 Rianty Referat Sn

    23/23

    DAFTAR PUSTA&A

     

    % Purnaan Cunadi, 'tiek. S. Soemasto, $usna 'mel9. 1apita Selekta 1edokteran, disi

    1edua, Penerbit edia 'escullapius, =1*, %!>+.

    +. Prof. &. r. '. 3alim ubin, SpP, Sc, 1PT*,  #lmu Penyakit $alam, $iagnosis dan

    %erapi. p B %! +6

    6. .F. 3a9nam, %erapi &tandard 'agian #lmu Penyakit $alam, =1P H &S3S.

    0. &ani,a9is ', Soegondo,sidartaan, yainah I,'nna. Panduan Pelayanan

    edik Perhimpunan okter Spesialis Penyakit alam *ndonesia.edisi 6. Cakarta B

    epartemen Penyakit alam =akultas 1edokteran ni7ersitas *ndonesia.

    -. Persatuan 'hli Penyakit alam *ndonesia. :uku 'jar *lmu Penyakit alam Cilid *.

    disi *E. Cakarta B :alai Penerbit =1*.

    23