Upload
richardgab
View
29
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Ekonomi moneter
Citation preview
BAB VINFLASI
A. DEFINISI INFLASI
Menurut Ryan C Amacher dan Holley H. Ulbrich terjadinya infalsi
merupakan akibat dari kenaikkan tingkar harga diatas harga rata-rata yang
berlaku umum yang dapa diukur dengan indeks harga barang-barang
konsumsi dari tahun ke tahun. Infalsi adalah suatu keadaan dimana terjadi
kenaikkan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus
menerus dalam jangka waktu yang cukup lama.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa inflasi pada bulan Juni
adalah sebesar 2,46 persen. Sementara nilai inflasi year on year adalah
11,03 persen.
1. Mengenal istilah inflasi.
Secara sederhana, inflasi berarti Anda harus membayar lebih mahal untuk
barang yang hendak Anda beli. Misalkan inflasi bahan bakar premium adalah
33,33 persen, maka harga yang harus Anda bayar untuk setiap liter premium
meningkat, dari harga lama Rp. 4.500,- menjadi Rp. 6.000,-.
Dalam ilmu ekonomi, inflasi memang selalu terjadi. Kenaikan harga barang
lebih baik daripada penurunan harga barang, karena akan memicu produsen
untuk menghasilkan lebih banyak barang. Yang harus dikendalikan adalah
berapa besar nilai inflasinya, agar jangan sampai mengganggu daya beli
masyarakat.
2. Bersiaplah menghadapi inflasi.
Inflasi berpengaruh terhadap semua barang yang Anda butuhkan: makanan,
pakaian, perumahan, air, listrik, gas, kesehatan, pendidikan, rekreasi,
transportasi dan lain-lain. Oleh karena itu Anda harus mempersiapkan diri
Anda terhadap inflasi.
1
Bagaimana caranya? Misalkan Anda hendak menyiapkan dana pendidikan
untuk anak Anda yang hendak duduk di bangku kuliah dalam waktu 3 tahun
mendatang. Misalkan biaya masuk kuliah pada tahun ini adalah Rp.
30.000.000,-, maka Anda dapat memperkirakan bahwa dalam waktu 3 tahun
mendatang biaya masuk kuliah akan meningkat menjadi Rp. 39.930.000,-
(asumsi inflasi 10% per tahun).
Dengan perkiraan biaya masuk kuliah di masa mendatang, maka jumlah
uang yang harus Anda siapkan adalah Rp. 39.930.000,-. Bila Anda tidak
memperkirakan inflasi dan hanya menyiapkan Rp. 30.000.000,-, maka Anda
akan kekurangan 10 juta pada saat hendak membayar biaya masuk kuliah
anak Anda.
3. Nilai tabungan Anda digerogoti oleh inflasi.
Anda juga perlu mengingat bahwa setiap sen yang Anda simpan, daya
belinya selalu digerogoti oleh inflasi. Misalkan saja Anda menyimpan Rp.
1.000.000,- sekarang. Kita ambil contoh harga nasi goreng sekarang adalah
Rp. 10.000,-. Artinya dengan seluruh tabungan Anda, pada saat ini Anda
dapat membeli nasi goreng sebanyak 100 piring.
Dalam waktu 3 tahun mendatang harga nasi goreng sudah naik menjadi Rp.
13.000,- karena inflasi. Asumsi tabungan Anda tidak dipotong oleh biaya
administrasi dan tidak mendapatkan bunga, maka dengan total nilai
tabungan Rp. 1.000.000,- Anda hanya dapat membeli nasi goreng sebanyak
77 piring. Terjadi penurunan daya beli tabungan Anda sebanyak 23 piring
nasi goreng. Hal ini adalah akibat dari inflasi.
Oleh karena itu, bila Anda ingin menabung untuk jangka waktu panjang
maka lebih baik Anda membeli produk investasi yang hasilnya lebih tinggi
dari inflasi. Misalnya adalah reksadana saham.
Sekian artikel dalam kesempatan ini. Apabila Anda ingin mendapatkan nilai
inflasi yang paling up-to-date, Anda dapat mengaksesnya di DetikFinance.Com
pada setiap awal bulan. Biasanya BPS akan mengumumkan nilai inflasi
bulan sebelumnya pada tanggal 1.
2
PENGENALAN INFLASI DI INDONESIA
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara
umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi
disebut deflasi.
Indikator Inflasi :
Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum
digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK
dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang
dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Dilakukan atas dasar survei
bulanan di 45 kota, di pasar tradisional dan modern terhadap 283-397
jenis barang/jasa di setiap kota dan secara keseluruhan terdiri dari
742 komoditas.
Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang
menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang
diperdagangkan di suatu daerah.
Disagregasi Inflasi :
1. Inflasi Inti
Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental:
- Interaksi permintaan-penawaran
- Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi
mitra dagang
- Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen
2. Inflasi non Inti
Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Dalam hal ini
terdiri dari :
Inflasi yang dipengaruhi shocks dalam kelompok bahan makanan
seperti panen, gangguan alam, gangguan penyakit. Inflasi
3
Administered Prices : yakni inflasi yang dipengaruhi shocks berupa
kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM, tarif listrik, tarif
angkutan, dll
:: Determinan Inflasi
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation),
dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi.
Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi
nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner
dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah
(administered price)1, dan terjadi negative supply shocks)2 akibat bencana
alam dan terganggunya distribusi. Faktor penyebab terjadi demand pull
inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap
ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan
oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total
(agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian.
Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat
dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward
looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat
produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar
keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum
regional (UMR).
4
--------------------------------------------------------------------------------
1) Misalnya antara lain harga BBM, TDL, tarif telepon, cukai rokok, dan tarif
angkutan.
2) Misalnya gagal panen dan langkanya komoditi tertentu.
Sumber : http://digilib.petra.ac.id/ads-cgi/viewer.pl/jiunkpe/jou/eakt/1999/jiunkpe-ns-jou-1999-98-044-1105-inflasi-resource1.pdf
B. Sumber Inflasi
Di dalam teori kuantitas menjelaskan sumber utama terjadinya inflasi.
Teori kuantitas membedakan sumber inflasi menjadi dua yaitu :
Menurut Penyebabnya Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi excess demand , yang merupakan inflationary gap. Dan dalam kasus inflasi jenis ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti dengan peningkatan output (GNP riil) dengan asumsi bila perekonomian masih belum mencapai kondisi full-employment. Pengertian kenaikkan aggregate demand seringkali ditafsirkan berbeda oleh para ahli ekonomi. Golongan moneterist menganggap aggregate demand mengalami kenaikkan akibat dari ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Sedangkan, menurut golongan Keynesian kenaikkan aggregate demand dapat disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi; investasi; government expenditures; atau net export, walaupun tidak terjadi ekspansi jumlah uang
5
beredar. Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply curve bergeser tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi, sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus cost push inflation kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan usaha.
3. Inflasi campuranKedua macam inflasi ini jarang dijumpai dalam praktek yang murni. Inflasi
campuran disebabkan oleh campuran antara inflasi permintaan (demand pull inflation) dan inflasi biaya (cost push inflation).
. TINJAUAN TEORITIS TENTANG INFLASI 2.1 Teori Kuantitas Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.
Inti dari teori ini adalah sebagai berikut : 1. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun giral. 2. Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.
2.2 Keynesian Model Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen), maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku, sehingga permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi supply barang (inflationary gap menghilang).
2.3 Mark-up Model Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua komponen, yaitu
6
cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Price = Cost + Profit Margin Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai suatu prosentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi :
Price = Cost + ( a% x Cost ) Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-komponen yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di pasar.
2.4 Teori Struktural : Model Inflasi di Negara Berkembang Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik. Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan structural bottlenecks. Strucktural bottleneck terutama terjadi dalam tiga hal, yaitu :
1. Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis. Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan sektor pertanian yang masih menggunakan metode dan teknologi yang sederhana, sehingga seringkali terjadi supply dari sektor pertanian domestik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya.
2. Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor. Keterbatasan cadangan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk mengimpor barangbarang
baik bahan baku; input antara; maupun barang modal yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan sektor industri menjadi terbatas pula. Belum lagi ditambah dengan adanya demonstration effect yang dapat menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Akibat dari lambatnya laju pembangunan sektor industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply barang tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan.
3. Pengeluaran pemerintah terbatas. Hal ini disebabkan oleh sektor penerimaan rutin yang terbatas, yang tidak cukup untuk membiayai pembangunan, akibatnya timbul defisit anggaran belanja, sehingga seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri ataupun mungkin pada umumnya dibiayai dengan pencetakan uang (printing of money).
7
Dengan adanya structural bottlenecks ini, dapat memperparah inflasi di negara berkembang dalam jangka panjang, oleh karenanya fenomena inflasi di negaranegara
yang sedang berkembang kadangkala menjadi suatu fenomena jangka panjang, yang tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang pendek. Berbeda dengan kaum monetaris yang memandang inflasi sebagai fenomena moneter, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam sektor moneter akibat dari ekspansi jumlah uang beredar, kaum neo-structuralist menekankan pada struktur sektor keuangan. Dasar pemikiran kaum neo-structuralist ini adalah pengaruh uang terhadap perekonomian terutama ditransmisikan dari supply side atau produksi. Menurut pemikiran kaum neo-structuralist, uang merupakan salah satu faktor penentu investasi dan produksi. Bila jumlah uang yang tersedia untuk investasi melimpah, menyebabkan harga uang (suku bunga) akan murah, maka volume investasi akan meningkat. Dengan meningkatnya volume investasi, volume produksi juga akan meningkat. Sehingga, penawaran barang meningkat, yang pada gilirannya akan menekan tingkat inflasi. Dengan dasar pemikiran yang seperti ini, timbul pendapat bahwa deregulasi di sektor finansial dan peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi seraya menekan inflasi. Kaum strukturalis berpendapat, bahwa selain harga komoditi pangan, penyebab utama terjadinya inflasi di negara-negara berkembang adalah akibat inflasi dari luar negeri (imported inflation). Hal ini disebabkan antara lain oleh harga barangbarang impor yang meningkat di daerah asalnya, atau terjadinya devaluasi atau depresiasi mata uang di negara pengimpor. Menurut kesimpulan dari penelitian M.N. Dalal dan G. Schachter (1988), bila kontribusi impor terhadap pembentukan output domestik sangat besar, yang artinya sifat barang impor tersebut sangat penting terhadap price behaviour di negara importir, maka kenaikan harga barang impor akan menyebabkan tekanan inflasi di dalam negeri yang cukup besar. Selain itu, semakin rendah derajat kompetisi yang dimiliki oleh barang impor (price inelastic) terhadap produk dalam negeri, akan semakin besar pula dampak perubahan harga barang impor tersebut terhadap inflasi domestik.
2 Sumber-sumber Inflasi di Indonesia Apabila ditelaah lebih lanjut, terdapat beberapa faktor utama yang menjadi penyebab timbulnya inflasi di Indonesia, yaitu :
3.2.1 Jumlah uang beredar Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah faktor utama yang dituding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap negara, tidak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah uang beredar ini lebih banyak diterjemahkan dalam konsep narrow money ( M1 ). Hal ini terjadi karena masih adanya anggapan, bahwa uang kuasi hanya merupakan bagian dari likuiditas perbankan. Sejak tahun 1976 presentase uang kartal yang beredar (48,7%) lebih kecil dari pada presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%). Sehingga, mengindikasikan
bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter Indonesia. Juga, mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses pengendalian jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya monetisasi dalam kegiatan perekonomian subsistence, akibatnya memberikan kecenderungan meningkatnya laju inflasi.
8
Menurut data yang dihimpun dalam Laporan Bank Dunia, menunjukan laju pertumbuhan rata-rata jumlah uang beredar di Indonesia pada periode tahun 1980- 1992 relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Dan, tingkat inflasi Indonesia juga relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya (kecuali Filipina). Kenaikkan jumlah uang beredar di Indonesia pada tahun 1970-an sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini dapat merupakan efek langsung dari kebijaksanaan Bank Indonesia dalam sektor keuangan (terutama dalam hal penurunan reserve requirement).
3.2.1 Defisit Anggaran Belanja Pemerintah Seperti halnya yang umum terjadi pada negara berkembang, anggaran belanja pemerintah Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun Indonesia menganut prinsip anggaran berimbang. Defisitnya anggaran belanja ini banyak kali disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut ketegaran struktural ekonomi Indonesia, yang acapkali menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk membangun. Selama pemerintahan Orde Lama defisit anggaran belanja ini acapkali dibiayai dari dalam negeri dengan cara melakukan pencetakan uang baru, mengingat orientasi kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang inward looking policy, sehingga
menyebabkan tekanan inflasi yang hebat. Tetapi sejak era Orde Baru, defisit anggaran belanja ini ditutup dengan pinjaman luar negeri yang nampaknya relatif aman terhadap tekanan inflasi. Dalam era pemerintahan Orde Baru, kebutuhan terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi yang telah dicanangkan sejak Pembangunan Jangka Panjang I, menyebabkan kebutuhan dana untuk melakukan pembangunan sangat besar. Dengan mengingat bahwa potensi memobilisasi dana pembangunan dari masyarakat (baik dari sektor tabungan masyarakat maupun pendapatan pajak) di dalam negeri pada saat itu yang sangat terbatas (belum berkembang), juga kemampuan sektor swasta yang terbatas dalam melakukan pembangunan, menyebabkan pemerintah harus berperan sebagai motor pembangunan. Hal ini menyebabkan pos pengeluaran APBN menjadi lebih besar daripada penerimaan rutin. Artinya, peran pengeluaran pemerintah dalam investasi tidak dapat diimbangi dengan penerimaan, sehingga menimbulkan kesenjangan antara pengeluaran dan penerimaan negara, atau dapat dikatakan telah terjadi defisit struktural dalam keuangan negara. Pada saat terjadinya oil booming, era tahun 1970-an, pendapatan pemerintah di sektor migas meningkat pesat, sehingga jumlah uang primer pun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan kemampuan pemerintah untuk berekspansi investasi di dalam negeri semakin meningkat. Dengan kondisi tingkat pertumbuhan produksi domestik yang relatif lebih lambat, akibat kapasitas produksi nasional yang masih berada dalam keadaan under-employment, peningkatan permintaan (investasi) pemerintah menyebabkan terjadi realokasi sumberdaya dari masyarakat ke pemerintah., seperti yang terkonsep dalam analisis Keynes tentang inflasi. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya tekanan inflasi. Tetapi, sejak berubahnya orientasi ekspor Indonesia ke komoditi non migas, sejalan dengan merosotnya harga minyak bumi di pasar ekspor (sejak tahun 1982), menyebabkan kemampuan pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional semakin berkurang pula, sehingga pemerintah tidak dapat lagi mempertahankan posisinya sebagai penggerak (motor) pembangunan. Dengan kondisi seperti ini,
9
menyebabkan secara bertahap peran sebagai penggerak utama pembangunan nasional beralih ke pihak swasta nasional, dengan demikian sumber tekanan inflasi pun beralih dari pemerintah beralih ke non pemerintah (swasta). Tekanan inflasi pada periode ini lebih disebabkan oleh meningkatnya tingkat agresifitas sektor swasta dalam melakukan ekspansi usaha, yang didukung oleh perkembangan sektor perbankan yang semakin ekspansif pula. Dengan kondisi sumberdaya modal domestik yang masih saja relatif terbatas, maka pinjaman luar negeri yang sifatnya non komersial maupun komersial pun semakin meningkat. Akibatnya, tetap saja terjadi defisit anggaran belanja negara dan neraca pembayaran, salah satu sebabnya karena pemerintah tetap saja harus menyediakan infrastruktur dan suprastruktur pembangunan ekonomi yang kebutuhannya semakin meningkat. Peran pemerintah ini dapat dimaklumi karena kemampuan swasta nasional dalam pembangunan infrastruktur ekonomi masih sangat terbatas.
3.2.3 Faktor-faktor dalam Penawaran Agregat dan Luar Negeri Kelambanan penyesuaian dari faktor-faktor penawaran agregat terhadap peningkatan permintaan agregat ini lebih banyak disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan struktural (structural bottleneck) yang ada di Indonesia. Harga bahan pangan merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan oleh ketegaran strukturalyang terjadi di sektor pertanian sehingga menyebabkan inelastisnya penawaran bahan pangan. Ketergantungan perekonomian Indonesia yang besar terhadap sektor pertanian, yang tercermin oleh peranan nilai tambahnya yang relatif besar dan daya serap tenaga kerjanya yang sedemikian tinggi serta beban penduduk yang cukup tinggi, mengakibatkan harga bahan pangan meningkat pesat. Umumnya, laju penawaran bahan pangan tidak dapat mengimbangi laju permintaannya, sehingga sering terjadi excess demand yang selanjutnya dapat memunculkan inflationary gap. Timbulnya excess demand ini disebabkan oleh percepatan pertambahan penduduk yang membutuhkan bahan pangan tidak dapat diimbangi dengan pertambahan output pertanian, khususnya pangan. Di sisi lain, kelambanan produksi bahan pangan disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah tingkat modernisasi teknologi dan metode pertanian yang kurang maksimal; adanya faktor-faktor eksternal dalam pertanian seperti, perubahan iklim dan bencana alam; perpindahan tenaga kerja pertanian ke sektor non pertanian akibat industrialisasi; juga semakin sempitnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian, yang disebabkan semakin banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi sebagai lokasi perumahan; industri; dan pengembangan kota. Lebih lanjut, menurut hasil study empiris yang pernah dilakukan oleh Sri Mulyani Indrawati (1996), selain harga bahan pangan, kontributor inflasi di Indonesia lainnya dari sisi penawaran agregat adalah imported inflation, administrated goods, output gap, dan interest rate. Pertama, imported inflation ini terjadi akibat tingginya derajat ketergantungan sektor riil di Indonesia terhadap barang-barang impor, baik capital goods; intermediated good; maupun row material. Transmisi imported inflation di Indonesia
ini terjadi melalui dua hal, yaitu depresiasi rupiah terhadap mata uang asing dan perubahan harga barang impor di negara asalnya. Bila suatu ketika terjadi depresiasi rupiah yang cukup tajam terhadap mata uang asing, maka akan menyebabkan bertambah beratnya beban biaya yang harus
10
ditanggung oleh produsen, baik itu untuk pembayaran bahan baku dan barang perantara ataupun beban hutang luar negeri akibat ekspansi usaha yang telah dilakukan. Hal ini menyebabkan harga jual output di dalam negeri (khususnya untuk industri subtitusi impor) akan meningkat tajam, sehingga potensial meningkatkan derajat inflasi di dalam negeri. Tetapi, untuk industri yang bersifat promosi ekspor, depresiasi tersebut tidak akan membawa dampak buruk yang signifikan. Berkaitan dengan posisi hutang luar negeri Indonesia, pada periode tahun 1990- an, telah membengkak dengan tingkat debt service ratio yang semakin tinggi, yaitu lebih dari 40 %, dan presentase tingkat hutang yang bersifat komersial telah melampaui hutang non komersial. Menyebabkan, timbulnya hal yang sangat membahayakan ketahanan ekonomi nasional, terutama pada sektor finansial, apabila terjadi fluktuasi (memburuknya) nilai tukar (kurs), disamping dapat mengakibatkan tekanan inflasi yang berat, khususnya imported inflation. Kedua, administrated goods adalah barang-barang yang harganya diatur dan ditetapkan oleh pemerintah. Meskipun pengaruhnya secara langsung sangat kecil dalam mempengaruhi tingkat inflasi, tetapi secara situasional dan tidak langsung pengaruhnya dapat menjadi signifikan. Contoh, apabila terjadi kenaikan BBM, maka bukan saja harga BBM yang naik, harga barang atau tarif jasa yang terkait dengan BBM juga akan ikut dinaikan oleh masyarakat. Akibatnya, dapat memperberat tekanan inflasi. Ketiga, output gap adalah perbedaan antara actual output (output yang diproduksi) dengan potential output (output yang seharusnya dapat diproduksi dalam keadaan full employment). Adanya kesenjangan (gap) ini terjadi karena faktor-faktor produksi yang dipakai dalam proses produksi belum maksimal dan atau efisien. Keempat, interest rate juga merupakan faktor penting yang menyumbang angka inflasi di Indonesia. Memang pada awalnya merupakan hal yang cukup membingungkan dalam menentukan manakah yang menjadi independent variable atau dependent, antara inflasi dan suku bunga. Tetapi, bila ditilik dari sisi biaya produksi dan investasi (sisi penawaran), maka jelaslah bahwa suku bunga dapat dikatagorikan dalam komponen biaya-biaya tersebut. Dengan relatif tingginya tingkat suku bunga perbankan di Indonesia, menyebabkan biaya produksi dan investasi di Indonesia, yang dibiayai melalui kredit perbankan, akan tinggi juga. Jadi, apabila tingkat suku bunga meningkat, maka biaya produksi akan meningkat, selanjutnya akan meningkatkan pula harga output di pasar, akibatnya terjadi tekanan inflasi. Akhirnya, relasi antara tingkat suku bunga dan inflasi ini bisa menjadi interest rate-price spiral.
3.3 Pengendalian Inflasi di Indonesia Sebagaimana halnya yang umum terjadi pada negara – negara berkembang, inflasi di Indonesia relatif lebih banyak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat struktural ekonomi bila dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat monetary policies. Sehingga bisa dikatakan, bahwa pengaruh dari cosh push inflation lebih besar dari pada demand pull inflation. Memang dalam periode tahun-tahun tertentu, misalnya pada saat terjadinya oil booming, tekanan inflasi di Indonesia disebabkan meningkatnya jumlah uang beredar. Tetapi hal tersebut tidak dapat mengabaikan adanya pengaruh yang bersifat struktural ekonomi, sebab pada periode tersebut, masih terjadi kesenjangan antara penawaran agregat dengan permintaan agregat, contohnya di sub sektor
11
pertanian, yang dapat meningkatkan derajat inflasi. Pada umumnya pemerintah Indonesia lebih banyak menggunakan pendekatan moneter dalam upaya mengendalikan tingkat harga umum. Pemerintah Indonesia lebih senang menggunakan instrumen moneter sebagai alat untuk meredam inflasi, misalnya dengan open market mechanism atau reserve requirement. Tetapi perlu diingat, bahwa pendekatan moneter lebih banyak dipakai untuk mengatasi inflasi dalam jangka pendek, dan sangat baik diterapkan peda negara-negara yang telah maju perekonomiannya, bukan pada negara berkembang yang masih memiliki structural bottleneck. Jadi, apabila pendekatan moneter ini dipakai sebagai alat utama dalam mengendalikan inflasi di negara berkembang, maka tidak akan dapat menyelesaikan problem inflasi di negara berkembang yang umumnya berkarakteristik jangka panjang. Seperti halnya yang terjadi di Indonesia pada saat krisis moneter yang selanjutnya menjadi krisis ekonomi, inflasi di Indonesia dipicu oleh kenaikan harga komoditi impor (imported inflation) dan membengkaknya hutang luar negeri akibat dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan mata uang asing lainnya. Akibatnya, untuk mengendalikan tekanan inflasi, maka terlebih dahulu harus dilakukan penstabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, khususnya dolar Amerika. Dalam menstabilkan nilai kurs, pemerintah Indonesia cenderung lebih banyak memainkan instrumen moneter melalui otoritas moneter dengan tight money policy yang diharapkan selain dapat menarik minat para pemegang valuta asing untuk menginvestasikan modalnya ke Indonesia melalui deposito, juga dapat menstabilkan tingkat harga umum. Tight money policy yang dilakukan dengan cara menaikkan tingkat suku bunga SBI (melalui open market mechanism) sangat tinggi, pada satu sisi akan efektif untuk mengurangi money suplly, tetapi di sisi lain akan meningkatkan suku bunga kredit untuk sektor riil. Akibatnya, akan menyebabkan timbulnya cost push inflation karena adanya interest rate-price spiral. Apabila tingkat suku bunga (deposito) perbankan sudah terlalu tinggi, sehingga dana produktif (dana untuk berproduksi atau berusaha) yang ada di masyarakat ikut terserap ke perbankan, maka akan dapat menyebabkan timbulnya stagnasi atau bahkan penurunan output produksi nasional (disebut dengan Cavallo effect). Lebih lagi bila sampai terjadi negatif spread pada dunia perbankan nasional, maka bukan saja menimbulkan kerusakan pada sektor riil, tetapi juga kerusakan pada industri perbankan nasional (sektor moneter). Jika kebijaksanaan ini terus dilakukan oleh pemerintah dalam jangka waktu menengah atau panjang, maka akan terjadi depresi ekonomi, akibatnya struktur perekonomian nasional akan rusak. Jika demikian halnya, maka sebaiknya kebijaksanaan pengendalian inflasi bukan hanya dilakukan melalui konsep kaum moneterist saja, tetapi juga dengan memperhatikan cara pandang kaum structuralist, yang lebih memandang perlunya mengatasi hambatan-hambatan struktural yang ada. Dengan berpedoman pada berbagai hambatan dalam pembangunan perekonomian Indonesia yang telah disebutkan di atas, maka perlu berbagai upaya pembenahan, yaitu :
3.3.1 Meningkatkan Supply Bahan Pangan Meningkatkan supply bahan pangan dapat dilakukan dengan lebih memberikan
12
perhatian pada pembangunan di sektor pertanian, khususnya sub sektor pertanian pangan. Modernisasi teknologi dan metode pengolahan lahan, serta penambahan luas lahan pertanian perlu dilakukan untuk meningkatkan laju produksi bahan pangan agar tercipta swasembada pangan.
3.3.2 Mengurangi Defisit APBN Mungkin dalam masa krisis ekonomi mengurangi defisit APBN tidak dapat dilaksanakan, tetapi dalam jangka panjang (setelah krisis berlalu) perlu dilakukan. Untuk mengurangi defisit anggaran belanja, pemerintah harus dapat meningkatkan penerimaan rutinnya, terutama dari sektor pajak dengan benar dan tepat karena hal ini juga dapat menekan excess demand. Dengan semakin naiknya penerimaan dalam negeri, diharapkan pemerintah dapat mengurangi ketergantungannya terhadap pinjaman dana dari luar negeri. Dengan demikian anggaran belanja pemerintah nantinya akan lebih mencerminkan sifat yang relative independent.
3.3.3 Meningkatkan Cadangan Devisa Pertama, perlu memperbaiki posisi neraca perdagangan luar negeri (current account), terutama pada perdagangan jasa, agar tidak terus menerus defisit. Dengan demikian diharapkan cadangan devisa nasional akan dapat ditingkatkan. Juga, diusahakan untuk meningkatkan kinerja ekspor, sehingga net export harus semakin meningkat. Kedua, diusahakan agar dapat mengurangi ketergantungan industri domestik terhadap barang-barang luar negeri, misalnya dengan lebih banyak memfokuskan pembangunan pada industri hulu yang mengolah sumberdaya alam yang tersedia di dalam negeri untuk dipakai sebagai bahan baku bagi industri hilir. Selain itu juga perlu dikembangkan industri yang mampu memproduksi barang-barang modal untuk industri di dalam negeri. Ketiga, mengubah sifat industri dari yang bersifat substitusi impor kepada yang lebih bersifat promosi ekspor, agar terjadi efisiensi di sektor harga dan meningkatkan net export. Keempat, membangun industri yang mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan memiliki kandungan komponen lokal yang relatif tinggi pula.
3.3.4 Memperbaiki dan Meningkatkan Kemampuan Sisi Penawaran Agregat Pertama, mengurangi kesenjangan output (output gap) dengan cara meningkatkan kualitas sumberdaya pekerja, modernisasi teknologi produksi, serta pembangunan industri manufaktur nasional agar kinerjanya meningkat. Kedua, memperlancar jalur distribusi barang nasional, supaya tidak terjadi kesenjangan penawaran dan permintaan di tingkat regional (daerah). Ketiga, menstabilkan tingkat suku bunga dan menyehatkan perbankan nasional, tujuannya untuk mendukung laju proses industrialisasi nasional. Keempat, menciptakan kondisi yang sehat dalam perekonomian agar market mechanism dapat berjalan dengan benar, dan mengurangi atau bahkan menghilangkan segala bentuk faktor yang dapat menyebabkan distorsi pasar. Kelima, melakukan program deregulasi dan debirokrasi di sektor riil karena acapkali birokrasi yang berbelit dapat menyebabkan high cost economy. Dengan menggunakan dua pendekatan (moneterist dan strukturalist) pada komposisi yang tepat, maka diharapkan bukan saja dalam jangka pendek inflasi dapat dikendalikan, tetapi juga dalam jangka panjang. Dan, bila ada upaya yang serius untuk memperkecil atau bahkan menghilangkan hambatan-hambatan
13
struktural yang ada, maka akan berakibat pada membaiknya fundamental ekonomi Indonesia.
Sumber : Inflasi di Indonesia : Sumber-sumber Penyebab dan Pengendaliannya (Adwin S. Atmadja)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
Penggolongan inflasi di dasarkan pada asal inflasi
1. Domestic Inflation, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri.
Adapun penyebabbya misalnya karena defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan pencetakan uang baru, kenaikkan upah dan gagal
panen
2. Hyper Inflation adalah inflasi yang terjadi dalam negeri karena adanya
pengaruh kenaikkan harga dari luar negeri. Hal ini terjadi karena biaya
produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikkan tariff
impor barang.
Intensitas Inflasi
1. Creeping inflation atau inflasi merayap adalah inflasi uyng terjadi
dengan laju pertumbuhan berlangsung lambat
2. Hyper inflation adalah inflasi yang sangat berat dan timbu akibat
adanya kenaikkan harga-harga yang umum yang berlangsung sangat
cepat.
Penggolongan didasarkan pada parah tidaknya inflasi (bobot inflasi)
1. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)
2. Inflasi sedang (diantara 10-30% setahun)
3. Inflasi berat (antara 30-100 setahun)
4. Hiperinflasi (diatas 100% setahun)
D. PENGUKURAN TINGKAT INFLASI.
Untuk mengukur tingkat inflasi, ada banyak hal yang dapat digunakan.
Dalam uraian ini akan dibahas beberapa cara umum yang digunakan :
Angka harga umum
a. GNP Deflator
14
GNP deflator adalah rasio GNP (Gross National Product) nominal
pada tahun tertentu terhadap GNP riil pada tahun tersebut. Hal ini
merupakan ukuran inflasi dari periode, dimana harga dasar untuk
perhitungan GNP riil digunakan GNP sekarang. Perhitungan cara ini
melibatkan semua barang yang diproduksi.
b. Indeks harga Konsumen
Indeks harga konsumen berfungsi mengukur biaya pembelian
kelompok barang dan jasa yang yang dianggap mewakili belanja konsumen.
Biasanya, kelompok barang yang digunakan masyarakat dapat berubah. Hal
ini disesuaikan dengan pola konsumsi yang ada.
c. Indekas harga Produsen
Indekas Harga Produsen (IHP) ini mengukur harga barang yang dibeli
oleh produsen, yang meliputi bahan mentah dan barang setengah jadi. IHP
juga digunakan untuk mengukur indeks harga pada awal distribusi.
Kenaikkan IHP dapat dijadikan tanda kenaikkan IHK.
3. Kebijakan Mengatasi Inflasi
Kebijaksanaan Moneter
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan
melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian.
Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta
terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan
cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policu)
15
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen
kebijakan moneter, yaitu antara lain :
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar
dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government
securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan
membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang
beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain
diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan
SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan
memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum
terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke
bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah
menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan
tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar
dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus
disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah
menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi.
Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-
hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar
16
dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral
untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip
dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun
kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja
pemerintah.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah
yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah
tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak
diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan
industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan
pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output
industri secara umum.
Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :
1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran
lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada
perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi
sedang resesif.
2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik
anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang
ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan
permintaan.
17
3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran
sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni
terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.
Sumber : http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-serta-penjelasannya
Kebijaksanaan yang berkaitan dengan output
Kenaikkan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikkan jumlah
output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea
masuk sehingga impor barang akan meningkat.
Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing
Kebijaksanaan ini operasionalisasinya yaitu dengan mengadakan
penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu
untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau
indeks harga naik, maka gaji/upah harus naik.
Kebijakan Non Moneter
Cara ini dilakukan dengan tiga cara, sebagai berikut :
1. Menaikkan hasil produksi
Kenaikkan hasil produksi dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikkan ini
dapat dilakukan dengan cara kebijaksanaan penurunan bea masuk.
2. Kebijakan upah
Kebijakan upah adalah tindakan menstabiljan upah atau gaji dengan
cara gaji tidak sering dinaikkan.
3. Pengamanan harga dan distribusi barang
Pemerintah harus dapoat mengendalikan kenaikkan harga berbagai
macam barang. Oleh sebab itu, pemerintah menetrapkan harga maksimum,
melakukan pengamanan harga, dan menetapkan sanksi yang cukup berat.
2. DAMPAK INFLASI
Dampak inflasi terbagi tiga, yaitu :
a. Equity Effect yaitu dampak inflasi terhadap pendapatan.
18
b. Efficiency Effect yaitu dampak inflasi terhadap rumah tangga
perusahaan karena lemahnya daya beli masyarakat, juga
berpengaruh pada biaya produksi, karena harga faktor-faktor produksi
akan terus meningkat.
c. Pengaruh atau akibat inflasi terhadap perekonomian
Mendorong penanaman modal spekulatif
Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi
investasi
Menimbulikan ketidakpastian keadaan ekonomi
dimasa depan
Menimbulkan masalah nerca pembayaran
d. Pengaruh atau akibat inflasi terhadap individu dan masyarakat
Kesenjangan distribusi pendapatan
Saat terjadi inflasi, tanah, rumah akan mengalami kenaikkan
harga
Nilai riil tabungan dan pinjaman merosot
Hal ini terjadi pada masyarakat yang menyimpan sebagian
kekayaannya dalam bentuk deposito dan tabungan di bank.
19
BAB VINERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL
Definisi
Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis
tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk negara itu dengan
penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan
Untuk memberikan informasi kepada penguasa pemerintah tentang
posisi keuangan dalam hubungan ekonomi dengan lain serta membantu di
dalam pengambilan kebijaksanaan moneter, fiskal, perdagangan dan
pembayaran internasional.
Jenis-Jenis Transaksi Internasional
Yang termasuk dalam pembayaran internasional hanyalah transaksi
ekonomi internasional saja. Transaksi debit adalah transaksi yang
menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada penduduk
negara lain. Transaksi kredit adalah transaksi yang menimbulkan hak untuk
menerima pembayaran dari penduduk negara lain.
Transaksi Barang dan jasa
Transaksi ini meliputi ekspor maupun impor barang-barang dan jasa
atau transaksi sedang berjalan. Surplus transaksi sedang berjalan
menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daripada impor. Dengan demikian
transaksi yang sedang berjalan sangat erat hubungannya dengan
penghasilan nasional.
Y = C + I + G + X – M
20
Dimana Y adalah pendapatan nasional, C untuk pengeluaran
konsumsi, I adalah pengeluaran investasi, G adalah pengeluaran
pemerintah, dan (X-M) adalah neraca pembayaran. Apabila (X-M) positif
berarti (C – I + G)<Y, implikasinya bahwa suatu negara menghasilkan lebih
banyak dari yang digunakan sehingga kelebihannya di jual ke luar negeri.
Dengan demikian bahwa suatu negara akan bisa memperbaiki neraca
perdagangannya apabila dapat meningkat hasil nasional lebih besar dari
pada penggunaannya.
Transaksi Modal
Yang termasuk transaksi modal adalah :
a. Transaksi modal jangka pendek, meliputi
Kredit untuk perdagangan dari negara lain (transaksi kredit)
Deposit barang yang diluar negeri (transaksi debit)
Pembelian surat berharga luar negeri jangka pendek (transaksi
debit)
b. Transaksi modal jangka panjang meliputi :
Investasi langsung dari luar negeri (transaksi debit)
Pembelian surat-surat berharga jangka panjang milik penduduk
negara lain (transaksi debit)
Pinjaman jangka panjang yang diterima kepada penduduk lain
(transaksi lain)
Transaksi Satu Arah
Transaksi satu arah adalah transaksi yang tidak menimbulkan
kewajiban untuk melakukan pembayaran, misalnya hadiah (gifts) dan
bantuan (aid).
Selisih Perhitungan (Errors and Omissions)
Dengan adanya rekening selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai
sebelah kredit dan debit dari suatu pembayaran internasional akan selalu
balance.
Lalu Lintas Moneter
21
Transaksi ini disebut dengan “akomodating” sebab merupakan
transaksi yang timbul sebagai akibat dari adanya transaksi lain transaksi lain
ini sering di sebut “autommous” sebab ini timbul dengan sendirinya.
Beberapa pengertian “balance” dalam suatu neraca pembayaran
1. Basic balance
Basic balance terdiri dari balnce dari transaksi yang sedang berjalan
ditambah transaksi modal jangka panjang. Basic balance akan berubah-ubah
apabila terjadi perubahan dalam perekonomian.
2. Balance transaksi
Balance transaksi terdiri dari basic balance di tambah dengan aliran
modal jangka pendek.
3. Liquiditi balance
4. Balance transaksi pemerintah jangka pendek.
Masalah Dalam Analisis Neraca Pembayaran
Beberapa masalah atau kekliruan yang sering timbul dalam analisis
neraca pembayaran antara lain :
1. Seringkali mengabaikan hubungan ketidakseimbangan internasional
yang satu dengan yang lainnya sehingga ketidakseimbangan dalam
neraca pembayaran diasosiasikan dengan satu transaksi saja tanpa
melihat hubungan dengan yang lainnya
2. Surplus dalam transaksi yang sedang berjalan sering dianggap baik,
sebaliknya defisit dianggap jelek.
3. Keputusan untuk memberi bantuan (aid) seharusnya lebih didasarkan
pada kekuatan ekonomi negara secara keseluruhan.
22
BAB VIILEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL
Beberapa Lembaga Keuangan Internasional
Ada beberapa lembaga keuangan yang penting dan ada kaitannya
dengan lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan lainnya di
Indonesia yaitu :
a. Bank Pembangaunan Asia/The Asean Development Bank =
ADB.
b. Bank Dunia (World Bank = WB) dan Dana Moneter Internasional
(INternasional Monetery Fund = IMF)
c. Eurobank
a. Bank Pembangunan Asia (Asia Development bank)
1. Pendirian Bank Pembangunan Asia
Dilangsungkan di Manila pada bulan Desember 1963 telah
mengeluarkan sebuah resolusi yaitu menyetujui usul pembentukan bank
pembangunan ini.
2. Tujuan Pendirian BPA
meminjam dana, menyalurkan dana
membantu penanaman modal/investasi
memberikan bantuan teknis kepada Negara-negara yang sedang
membangun dan menjadi anggota BPA.
BPA merupakan lembaga negara, yang anggotanya dari pemerintah-
pemerintah berbagai negara ialah : Neraca Pembayaran Internasional
(Balance of Payments), Neraca Perdagangan Internasional (Balance of
Trade) dan Neraca Harta kekayaan dan Utang Piutang (Balance of
Indebtedness)
23
Neraca Perdagangan Internasional hanyalah mencatat transaksi
eksport dan import barang dan jasa saja (transaksi yang berjalan).
Sedangkan neraca harta kekayaan dan utang piutang adalah suatu ikhtisar
tentang seluruh harta kekayaan dan utang piutang dari penduduk negara di
negara lain serta harta kekayaan dan hutang piutang milik penduduk negara
lain di negara tesebut.
Kesulitan yang dihadapi antara lain :
a. Pengumpulan datanya. Hal ini disebabkan karena :
Pemerintah sendiri tidak mempunyai administrasi yang baik
dalam pencatatan kekayaan penduduknya yang ada diluar negeri
Mungkin penduduknya sendiri, secara diam-diam tidak
melaporkan kekayaannya yang ada diluar negeri.
b. Dalam penetuan nilai kekayaan. Misalnya, perusahaan-perusahaan
asing yang ada di Indonesia bagaimanakah nilai bersihnya, amatlah
sukar di tentukan.
3. Fungsi dan Kegiatan BPA
Memberikan fasilitas pinjaman
Memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada
Membantu dengan mecam-macam pembiayaan yang diberikan
Memberikan bantuan teknis
Membantu bersama-sama dalam melaksanakan investasi
Melaksanakan sebagian kegiatan dan memberikan jasa-jasa lainnya
sesuai dengan tuan bank ini.
b. Pendirian bank Dunia dan Dana Moneter Internasional
Pada bulan Juli 1944, 44 negara mendirikan United Nations Monetary
adan Financial Conference di Bretton Woods New Hampshire Amerika
Serikat dan membentuk dua lembaga keuangan Internasional yaitu :
1. IMF (International Monetary Fund)
2. IBRD (International Bank For Reconstruction and Development)
kemudian lebih dikenal dengan World Bank atau Bank Dunia.
c. Pendirian Dana Moneter Internasional
24
Pada tahun 1945 anggaran dasar IMF tersebut oleh PBB diedarkan
kepada 44 negara untuk di sahkan. Anggaran dasar IMF diberlakukan pada
tanggal 27 Desember 1945, setela ditandatangani oleh 28 negara di
Washington D.C. Markas Dunia Washington D.C. Amerika Serikat.
1. Tujuan
Tujuan lembaga ini adalah :
o Menjadi pusat yang permanent guna pertemuan-poertemuan dan
perundingan-perundingan kerjasama dalam lapangan keuangan.
o Membantu memperluas pandangan Internasional yang seimbang.
o Mengusahakan tercapainya kurs wesel yang stabil dan berusah
meniadakan competitive depreciations
o Menghilangkan exchange depreciations
o Memberikan kepercayaanm kepada anggota dengan membantu
mereka jika mereka berada kesukaran-kesukaran pembayaran luar
negeri dengan pinjaman-pinajaman.
o Mengurangi waktu dan besarnya ketidakseimbangan (disequilibrium)
dalam neraca pembayaran anggota.
IMF merupakan badan perwakilan dari bank dunia, didirikan bersama-
sama Bank Dunia, IMF menitik beratkan pada masalah moneter dan Bank
Dunia menitikberatkan pada pembangunan perekonomian.
d. Pendirian Bank Dunia (World bank-IBRD)
1. Bank Dunia mulai beroperasi 25 Juni 1946
Bank dunia didirikan sebagai lembaga investasi Internasional jenis
baru untuk memberikan atau menjamin kredit-kredit yang ditunjukkan untuk
proyek-proyek rekonstruksi dan pertumbuhan yang produktif.
Tujuan Bank Dunia dalam kegiatan operasional bertujuan untuk :
o Memperbaiki dan membangun daerah-daerah yang rusak karena
perang dunia ke-2
o Membiayai pertumbuhan dan mempertinggi produktivitas ekonomi
Negara-negara anggotanya yang sedang berkembang.
25
o Ikut serta dalam private investment (investasi swasta) atau
menginvestasikan modal sendiri atau modal yang diperoleh dari hasil
penjualan, obligasi yang diterbitkan oleh Bank Dunia.
2. Lembaga keuangan anggota Bank Dunia
Lembaga keuangan yang menjadi anggota Bank Dunia yaitu :
o IFC (Internasional Finance Corporation) yang mulai kegiatannya pada
tahun 1956.
o IDA (Internasional Development Association) yang memulai
kegiatannya pada tahun 1960.
Kedua lembaga ini Bank Dunia membentuk keompok Bank Dunia (World
Bank Group). Keanggotaan dari Bank Dunia merupakan persyaratan
keanggotaan IFC (yang kegiatannya ditunjukkan untuk sektor swasta di
Negara-negara berkembang) dan keanggotaan IDA (yang kegiatannya
ditunjukkan untuk sektor yang sama dengan kebijaksanaan dan sesuai
dengan Bank Dunia.
3. Pengendalian Bank Dunia
Bank dunia dimiliki dan dikendalikan oleh pemerintah Negara-negara
anggotanya. Pengendalian ini dilaksanakan oleh suatu dewan gubernur dan
20 orang direktur eksekutif yang bekerja sepenuh waktu. Dewan ini
mengadakan pertemuan tahunan untuk mengkaji hasil kerja dimasa lamapu
dan menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan dasar.
4. Hubungan antara Bank Dunia dengan IMF
IMF merupakan badan perwakilan (Sister agency) dari Bank Dunia,
didirikan bersama-sama dengan Bank Dunia. IMF menitikberatkan pada
masalah moneter dan Bank Dunia menitikberatkan pada pengembangan
perekonomian. Tujuan utama IMF adalah meningkatkan kerjasama moneter
internasional, meningkatkan stabilitas kurs, menuerunkan restriksi kurs dan
memperbaiki ketidakseimbangan neraca pembayaran, membantu usaha
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara-negara anggotanya
melalui pemberian pinjaman untuk proyek-proyek pembangunan yang
produktif. Kedua lembaga ini mengadakan rapat tahunan bersama, untuk itu
26
kedua Kantor Pusatnya berdekatan, dengan maksud untuk memudahkan
komunikasi dan informasi di antara keduanya. Maka dari itu enam dari dua
puluh Direktur Pelaksana Bank Dunia merupakan Direktur Pelaksana dari
IMF.
27