RINGKASAN KITAB YOSUA

Embed Size (px)

Citation preview

RINGKASAN KITAB YOSUA

Kitab Yosua bercerita tentang bangsa Israel memasuki tanah Kanaan dan cara membagibagi tanah itu kepada suku-suku Israel. Diceritakannya secara rinci bagaimana mereka menyeberangi Sungai Yordan dan merebut daerah itu, sebagai basis untuk serangan selanjutnya. Dengan ringkas dilaporkan dua pertempuran yg memusnahkan kekuasaan bangsa Kanaan, kemudian kemenangan-kemenangan tentara Israel. Laporan pembagibagian negeri itu mencakup keterangan lengkap tentang daerah Yehuda, disertai catatan mengenai pendudukan Hebron oleh bangsa Keni dan kesukaran-kesukaran yg dialami di Manasye utara, juga pendudukan kota-kota Lewi dan masalah suku-suku Transyordan. Kitab berakhir dengan-keterangan tentang wasiat rohani oleh Yosua, puncaknya ialah perjanjian nasional di Sikhem.

Memahami Kitab Yosua

Kitab Yosua adalah Kitab tentang penaklukan atau pertempuran tanah Kanaan yang diwariskan kepada bangsa Israel sebagai kepenuhan janji Tuhan kepada Abraham. Di dalam kitab ini, kita menjumpai nama YOSUA, sang pahlawan penakluk. Hosea adalah nama asal Yosua yang berarti keselamatan atau Yehosua, artinya: keselamatan dari Allah. Kitab Yosua merupakan kelanjutan dari kitab Ulangan, yakni sejarah pemilihan umat Allah di bawah pimpinan Musa untuk dilanjutkan oleh Yosua masuk dalam tanah perjanjian. Yosua menyelesaikan apa yang telah dimulai oleh Musa. Ingatlah bahwa Tuhan tidak akan pernah membiarkan pekerjaan-Nya tak terselesaikan! Musa telah meninggal tetapi perjalanan bangsa Israel harus dilanjutkan (Yosua 1:2). Suara Tuhan masih terus berbicara kepada Yosua (Yosua 1:5-9) dan Dia telah menyiapkan Yosua selama bertahun-tahun.

Bagi umat Kristiani, Musa menggambarkan hukum sedangkan Yosua menggambarkan Kristus. Jadi Kristus sendiri yang akan membawa kita masuk ke tanah warisan yang merupakan milik kita.

Kitab Yosua terbagi menjadi dua pokok pembahasan mengenai hal-hal penting berikut ini:

Penaklukan atas tanah perjanjian (Bab 1 12) Pendudukan atas tanah perjanjian (Bab 13 24)

Firman Tuhan kepada Yosua, Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau (Yosua 1:5) merupakan jawaban doa permohonannya dalam melakukan tugas besar.

Perjalanan yang makan waktu lama di padang belantara telah berakhir dan misteri negeri yang tidak diketahui oleh bangsa Israel berada di depan mereka. Pada saat mereka keluar dari Mesir, mereka menghadapi Laut Merah untuk diseberangi; saat mengakhiri pengembaraan, mereka dihadapkan dengan sungai Yordan yang juga harus diseberangi. Sangatlah mustahil bagi mereka untuk dapat menyeberangi sungai Yordan dengan membawa serta wanita-wanita, anak-anak dan barang bawaan; akan tetapi Yosua memerintahkan imam-imam untuk mengangkat Tabut Perjanjian dan menapakkan kaki mereka ke dalam air sungai Yordan yang saat itu sedang meluap sepanjang tepi sungai. Keajaiban terjadi, saat kaki mereka menyentuh air sungai, air berhenti mengalir dan mereka menyeberang di tanah kering (Yosua 3:9-17). Bagi manusia hal itu sangat mustahil, tetapi bagi Tuhan segala sesuatu adalah sangat mungkin. Tuhan selalu melakukan hal yang mustahil.

Demikian pula saat kota Yerikho ditaklukkan. Bagi bangsa Israel, petunjuk Tuhan dirasakan sangat aneh, tetapi ketika mereka patuh terhadap perintah Tuhan melalui Yosua, mereka menyaksikan kekuatan Tuhan yang meruntuhkan tembok yang mengelilingi kota Yerikho. Dengan direbutnya kota Yerikho, bangsa Israel mempunyai kesempatan masuk ke tanah Kanaan. Masih ada beberapa tempat lain yang harus ditaklukkan oleh bangsa Israel setelah Yerikho. Ketika mengalami kekalahan dalam menyerang kota Ai, bangsa Israel mengerti bahwa mereka tidak dapat mengandalkan kekuatan sendiri saat Tuhan menarik tuntunan tangan-Nya; dalam hal ini strategi berperang tidak ada artinya tanpa ketaatan. Hanya karena dosa satu orang (Akhan), bangsa Israel mengalami kekalahan. Ingat, dosa seseorang tidak hanya terkena pada dirinya sendiri karena tidak satupun manusia dapat hidup untuk diri sendiri; sama halnya dengan kuman influenza dapat menular ke banyak orang di sekitarnya atau virus cacar air menyebabkan banyak murid dalam kelas terjangkit penyakit yang sama. Seseorang akan selalu dihantui dengan setiap perbuatan dosa yang dia lakukan dan dia harus membayar harganya. Sekalipun dia mungkin dapat menghindar dari hukum dunia, dia tidak mungkin dapat lari dari hukum Allah. Tuhan tidak pernah menjanjikan kemudahan-kemudahan dalam melayani Dia; tetapi Dia berjanji akan memberikan kemenangan-kemenangan.

Saat Yosua memasuki usia sekitar 90 tahun, dia menyadari bahwa masih banyak tanah yang belum di taklukkan sedangkan dia sudah semakin tua. Sekalipun tanah-tanah itu masih diduduki musuh (orang Amori, orang Yebus, orang Het, dll), Yosua telah membagi-bagikannya kepada bangsa Israel untuk ditaklukkan dan dimiliki. Yosua makin bertambah tua dan dia mengumpulkan bangsa Israel untuk mengingatkan mereka tentang kuasa dan kesetiaan Tuhan serta menegur mereka untuk juga setia kepada-Nya (Yosua 24-:14).

Yosua akhirnya meninggal di usia seratus sepuluh tahun dan dia patut menerima penghargaan sebagai seorang pemimpin besar (Yosua 24:31). Kitab Yosua diakhiri dengan cerita tentang kematian Yosua.

Perebutan Kanaan (6:1-13:7). Untuk memiliki Kanaan berarti harus mengusir musuh. Musuh yang dihadapi sangat banyak, antara lain: orang Het, Amori, Feris, Yebus. Setiap musuh ditaklukkan dengan strategi Yosua, terlihat urapan Tuhan atasnya. Strategi perebutan ialah penyerangan pertama dilakukan ke pusat daerah dan kemudian dijadikan basis untuk penyerangan selanjutnya. Namun tidak semua musuh ditaklukkan, beberapa diantaranya baru ditaklukkan pada masa Daud dan Salomo.

- Pembagian (13:8-21:45). Sesudah mengusai daerah secara umum, mereka mengadakan pembagian. Kesulitan dan perjuangan (bayar harga) pada saat perebutan berubah menjadi saat yang mengharukan dan menyenangkan, yaitu pemilikan tanah tersebut. Hari itu merupakan hari bahagia bagi bangsa Israel. Inilah pertama kali mereka menyatakan suatu negeri menjadi milik mereka sendiri yang diberikan Tuhan kepada mereka. Penaklukan memakan waktu sekitar 7 tahun setelah menyeberang Yordan.

- Perjanjian. Tiga pasal terakhir berisi perjanjian tentang gaya kehidupan bangsa itu di tanah perjanjian. Paska pembagian wilayah, dalam saat yang menyentuh emosi, Yosua menghimbau bangsa itu untuk mengadakan ikrar total kepada Tuhan, suatu komitmen loyalitas tunggal kepada Tuhan. Secara ringkas komitmen itu adalah:

Dalam Kitab Yosua, Hakim-hakim dan Rut, kita menyaksikan penaklukan Tanah Kanaan dan gejolak-gejolak peristiwa menuju pembentukan suatu kerajaan. Kitab Raja-raja dan Tawarikh menggambarkan kejayaan dan kemerosotan dinasti-dinasti serta kerajaan-kerajaan. Kitab Ezra, Nehemia, dan Ester menggambarkan kehidupan Israel di negeri pembuangan dan kembalinya kaum sisa ke kota Yerusalem. Semua kitab itu diakhiri dengan catatan-catatan tentang peristiwa yang belum tuntas, dan menunjuk ke depan, yaitu apa yang akan dilakukan Allah pada masa yang akan datang. Semuanya tidak akan mencapai klimaksnya sampai kedatangan Yesus, Mesias. Ada dua belas kitab dalam Perjanjian Lama yang biasanya kita sebut Kitab-Kitab Sejarah. Berbagai cerita di dalamnya menggambarkan kejadian-kejadian yang menegangkan, dan sering kali merupakan kejadian yang luar biasa di mana kesemuanya membentuk sejarah Israel sebagai satu bangsa. Melalui halaman demi halaman, Anda akan bertemu beberapa nabi besar Elia, Elisa, Yesaya dan Yeremia dan mengetahui betapa pentingnya tokoh-tokoh tersebut. Anda akan belajar tentang karya-karya besar mereka, budaya mereka, dan latar belakang mereka. Anda juga akan menemukan kekayaan pemikiran teologi di dalamnya. Meskipun kedua belas kitab sejarah dikemas dalam bentuk sejarah, namun di dalamnya mengandung berbagai tema teologis menegangkan, di antaranya:

KITAB HAKIM2 Kemurtadan dan Akibatnya. Kitab Hakim-hakim meriwayatkan sejarah bangsa Israel antara kematian Yosua s/d munculnya nabi Samuel, yang merupakan kisah pendudukan tanah Kanaan yang belum selesai pada masa Yosua. Dari seluruh Alkitab, kitab ini paling menyedihkan karena menggambarkan kegagalan bangsa Israel dalam mengikut Tuhan. Itulah sebabnya kitab ini disebut juga Kitab Kegagalan. Walaupun terdapat kemenangan, tetapi inti kitab adalah melaporkan tekanan, serangan dan kekalahan yang mereka derita. Pada intinya, hal itu disebabkan oleh setiap orang berbuat apa yang benar di matanya sendiri (21:25).

Pendahuluan Hakim-HakimKitab Hakim-Hakim menggabungkan fragmen-fragmen sejarah Israel sejak kematian Yosua sampai kepada pelayanan Samuel, suatu periode yang mencakup kira-kira 330 sampai 400 tahun. Setelah kematian Yosua, tak ada lagi pemimpin nasional yang diangkat oleh Allah untuk menggantikannya, dan masing-masing suku bertindak atau memerintah sendiri-sendiri (Hakim-hakim 1:1 - 2:23). Kemudian tujuh kemurtadan besar dicatat yakni pada saat bangsa Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (Hakim 2:11; 3:7,12; 4:1; 6:1; 10:6; 13:1). Dalam setiap peristiwa itu, umat Israel selalu

dikalahkan oleh musuh, harta mereka dirampas dan mereka tertawan dan tertindas. Namun, ditengah-tengah situasi sulit itu, pada saat umat berdoa, maka Allah membangkitkan pemimpin yang melepaskan mereka sehingga mereka dapat merasakan kembali ketenteraman dan kemakmuran. Namun keadaan berubah kembali setiap kali mereka berpaling dari Tuhan (Fsl 3 -- 16). Kita diperkenalkan kepada seorang wanita, yaitu nabiah Debora, dan ke dua belas hakim yang diangkat di tempat dan waktu yang berbeda-beda. Mereka disebut pelepas karena mereka melepaskan bangsa itu dari sikap tidak mengindahkan Firman Allah dan dari musuh-musuh mereka yang menindas. Para pelepas itu adalah Otniel (Hakim 3:5-11); Ehud (Hakim 3:12-30); Samgar (Hakim 3:31); Debora/Barak, yang memerintah bersamaan waktu (Hakim 4:1 - 5:31); Gideon (Hakim 6:1 - 8:32); Tola (Hakim 10:1-2); Yair (Hakim 10:3-5); Yefta (Hakim 10:6 - 12:7); Ebzan (Hakim 12:8-10); Elon (Hakim 12:11-12); Abdon (Hakim 12:13-15); and Simson (Hakim 13:1 - 16:31). Anak Gideon yaitu Abimelekh tidak disebut sebagai hakim oleh Allah, karena ia berbuat jahat dengan merampas takhta pemerintahan dan ia menjadi raja bagi orang-orang Efraim selama tiga tahun (Hakim 9:1-54). Di dalam kitab I Samuel, imam Eli dan nabi Samuel juga disebut sebagai hakim. Kemungkinan ada lebih banyak hakim lagi dan periode pemerintahan mereka mungkin tumpang tindih. Hakim-hakim itu tidak menguasai seluruh suku, melainkan tampaknya masing-masing berkuasa atas sesuatu wilayah tertentu di mana penindasan sedang terjadi. Di saat tak ada pemimpin atau pemerintahan nasional, kejahatan dan kekacauan rohani merajalela. Namun, penyebab utama kegagalan Israel disebutkan dua kali: Setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri (Hakim 17:6; 21:25) -- yang berarti bahwa mereka tidak mengindahkan Firman Allah sebagai kekuasaan tertinggi atas kehidupan mereka. Sangat menyedihkan karena di dalam kitab Hakim-Hakim ini kita membaca mengenai ketidakpedulian mereka terhadap Firman Allah yang membawa penderitaan dan perbudakan atas bangsa itu. Namun, kita bersukacita dalam menyaksikan kemurahan Allah yang ditunjukkanNya ketika orang-orang berdoa dan mematuhi FirmanNya. Kebanyakan suku Israel tidak mengindahkan perintah Tuhan agar mengusir semua orang Kanaan yang masih menduduki wilayah mereka (Yosua 17:18). Sebaliknya, bangsa Israel berkompromi dengan mereka dengan mengangkat orang-orang Kanaan sebagai budak dan mempekerjakan mereka pekerjaan-pekerjaan yang berat dan mengenakan pajak berat (Hakim 17:13). Keadaan ini lambat laun menyebabkan mereka kawin mawin dan akhirnya menjerumuskan umat Israel ke dalam penyembahan dewa-dewa Kanaan. Konsekuensinya adalah bahwa Allah menarik perlindunganNya atas umat Israel sehingga mereka menjadi mangsa serangan bangsa-bangsa kafir. Fasal-fasal akhir (Hakim 17-21) bukan merupakan lanjutan sejarah Israel, melainkan berisi penjelasan tentang degradasi moral dan spiritual yang dialami bangsa Israel akibat ketidakpedulian mereka terhadap Tuhan dan firmanNya.

Keberdosaan, penderitaan, dan perhambaan yang dialami umat ini jelas berlawanan dengan kemenangan dan kebebasan yang dilaporkan dalam Kitab Yosua sebagai akibat kesetiaan umat kepada Tuhan. Kitab Hakim-Hakim mengajar bahwa ketidaktaatan kepada Firman Allah selalu membawa kekalahan. Sebaliknya, ketaatan kepada Firman Allah menjamin perolehan berkat-berkatNya. Judul Kitab : Kitab ini mendapatkan penamaan dari isinya, yaitu tentang para hakim Israel, yang merupakan para pemimpin selama masa kesukuan atau keadaan bangsa dalam kondisi darurat yaitu pada saat tidak ada pemerintah yang terpusat. Judul kitab ini berasal dari bahasa Ibrani, Shopetim, yang berarti para pemimpin yang berkuasa atauHakim-hakim Latar Belakang : Kitab ini meliputi masa setelah kematian Yosua dan penduduk awal Israel di Kanaan. Selama masa ini mereka, yang mengalami guncangan antara lemurtadan dan pertobatan, dipimpin oleh pemimpin-pemimpin individu yang disebut hakim. Kitab Hakim-hakim ini mencatat masa ketidaktaatan dan kekalahan. Tempat Penulisan : Di tanah perjanjian. (Kanaan) Mulanya Ditujukan Kepada : Bangsa Israel. Isi : Karena bangsa Israel belum sepenuhnya menduduki dan menempati seluruh tanah perjanjian, mereka mulai mengadopsi cara-cara berdoa dari bangsa-bangsa di sekeliling mereka. Siklus tragis pun terjadi: Bangsa Israel jatuh ke dalam dosa; Allah mendisiplinkan mereka dengan penindasan bangsa-bangsa asing; mereka berseru minta tolong kepada Allah; Allah membangkitkan seorang pelepas (hakim); kedamaianpun dipulihkan. Siklus pemberontakan ini diulang sebanyak tujuh kali di dalam kitab ini, dan menekankan kasih dan pengampunan Allah dan hukuman karena kurangnya iman dan ketaatan. Kisah-kisah penting dari tiga orang hakim dibahas secara detail: Debora (pasal 4) ; Gideon (pasal 6-8); dan Simson (pasal 13-16). Kata Kunci : Kemurtadan; Penghakiman; Pertobatan; Kemurahan. Bangsa Israel terus-menerus gagal untuk belajar dari kesalahan mereka. Kemurtadan mereka berarti mereka harus membayar harga penghakiman dari Allah. Namun, ketika akhirnya mereka menunjukkan pertobatan, Allah di dalam kemurahan-Nya akan membangkitkan seorang hakim untuk memimpin mereka pada pemulihan dan ketentraman. Tema :

Selalu ada harga yang harus dibayar atas dosa kita. Harga dosa adalah kehancuran dan kematian. Kita semua membutuhkan pemimpin yang benar dalam hidup kita. (Pemimpin dan hakim yang paling penting bagi setiap orang pada masa sekarang adalah Yesus Kristus).

Tanpa pemimpin yang kuat kita akan lebih condong dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang merusak ataupun orang-orang yang menipu. Allah dalam belas kasihan-Nya akan melepaskan kita, saat dengan segenap hati kita bertobat dari dosa kita dan menaati-Nya. Melakukan suatu hal yang benar dalam pandangan kita sendiri bukanlah selalu berarti benar dalam pandangan Allah

Garis Besar :

Kegagalan Israel untuk menyelesaian pendudukan tanah Kanaan. 1:1-3:6 Siklus kemurtadan dan pelepasan. 3:7-16:3. Kejatuhan Israel dalam penyembahan berhala, kehancuran moral, dan perang saudara. 17:1-21:25.

KITAB RUT

Pendahuluan RutPeristiwa-peristiwa dalam kitab Rut terjadi ketika para hakim memerintah (Rut 1:1). Ceritanya mulai ketika Elimelekh, dan Naomi, istrinya, serta anak-anak mereka, Mahlon dan Kilyon yang sedang tinggal di Betlehem, menghadapi bencana kelaparan yang hebat. Mungkin, sementara mereka sedang berdiri di ladang di perbukitan Yehuda, mereka dengan mudah memandang ke Moab dan menyaksikan kesuburan tanah itu. Sebab itu mereka memutuskan untuk meninggalkan warisan yang telah diberikan Allah di tanah perjanjian itu dan pergi untuk menetap di sana sebagai orang asing (untuk sementara waktu) sampai musim kekeringan itu berakhir (Rut 1:1-2). Namun, suatu bencana menimpa mereka selama 10 tahun mereka tingal di sana (Rut 1:3,5). Elimelekh meninggal pertama, tak lama kemudian Mahlon dan Kilyon, yang telah kawin dengan perempuan Moab yakni Orpa dan Rut, juga meninggal. Ketiga janda yang tak beranak itu kemudian ditinggalkan tanpa ada yang akan mewarisi atau meneruskan nama keluarga. Tak lama kemudian, Naomi mendengar bahwa Tuhan telah kembali memperhatikan umatNya dan memberikan makanan kepada mereka (Rut 1:6), karena itu, bersama-sama dengan Orpa dan Rut, mereka kembali pulang ke Betlehem. Tak lama kemudian Orpa kembali lagi ke kampung Kitabnya dan kepada Kamos, allah kafirnya; namun Rut tetap mempertahankan imannya kepada Allah yang benar sehingga ia berkata kepada Naomi: Kemana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam, bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku (Rut 1:16). Rut dan Naomi kembali ke Betlehem tepat pada musim panen jelai. Naomi terlalu tua untuk bekerja di ladang, tetapi Rut meminta izin untuk menjadi pemungut jelai -- suatu kesempatan yang diberikan Allah kepada orang miskin untuk mengumpulkan apa yang ditinggalkan oleh para penuai (Imamat 19:9-10; Ulangan 24:19). Atas perkenan Allah, ia mulai bekerja di ladang milik Boas, seorang Israel yang kaya, yang masih saudara dekat dari almarhum Elimelekh, ayah mertuanya. Namun, keduanya tak mengetahui bahwa

mereka masih punya ikatan kekeluargaan. Rut ternyata adalah seorang pekerja yang rajin. Ia juga dikenal sebagai orang yang menyediakan segala kebutuhan bagi Naomi, ibu mertuanya yang sudah tua itu (Rut 2:11,18). Beberapa minggu telah berlalu, akhirnya orang-orang tahu bahwa suami Rut yang telah meninggal itu masih punya ikatan keluarga dengan Boas yang kaya raya itu. Ketika sedang panen, sesuai nasihat Naomi, Rut berbaring di kaki Boas ketika ia sedang tidur dekat tempat pengirikan. Kemudian Rut meminta agar Boas menebarkan kain penutup ke atas dirinya. Boas memahami tindakan itu sebagai usul perkawinan oleh Rut yang telah menjadi janda itu (lihat Yehezkiel 16:8-14). Hukum Taurat mengizinkan bagi Boas, sebagai seorang saudara-penebus, untuk memikul tanggung jawab bagi Naomi dan Rut dan menebus atau meneruskan warisan Elimelekh yang telah meninggal itu. Apabila diminta, maka tanggung jawab Boas adalah mengawini Naomi dan membesarkan anak agar dapat meneruskan nama Elimelekh. Namun Naomi sudah terlalu tua dan ia ingin agar Rut yang menggantikan posisinya sebagai janda pewaris Elimelekh. Setelah mengadakan persiapan yang diperlukan, Berkatalah Boas kepada para tua-tua dan kepada semua orang di situ: ..... bahwa segala milik Elimelekh .. Aku beli dari Naomi .... juga Rut ... aku peroleh menjadi isteriku untuk menegakkan nama orang yang telah mati itu di atas milik pusakanya. Demikianlah nama orang itu tidak akan lenyap dari antara saudara-saudaranya (Rut 4:9-10; Imamat 25:25-34; Ulangan 7:6-8; 23:3-4; 25:5-10). Rut akhirnya melahirkan anak dari Boas dan Naomi membantu merawat anak itu. Mereka menyebutkan namanya Obed; Dialah ayah Isai, ayah Daud (nenek moyang Yesus Kristus) (Rut 4:17). Kitab Rut menekankan tentang kasih setia Tuhan kita yang telah memilih seorang perempuan Moab untuk diikutsertakan dalam perjanjianNya dengan Israel, dan menjadi salah satu dari dua wanita yang nama mereka disebut sebagai nama buku dalam Alkitab. Rut juga adalah salah satu dari keempat wanita yang disebut dalam silsilah Yesus (Matius 1:5-6,16), yang menyaksikan kasih Allah terhadap semua manusia.

KITA 1 SAMUEL Kitab I Samuel merupakan lanjutan dari kitab Hakim-Hakim. Kitab ini mencakup periode transisi dari federasi 12 suku selama pemerintahan hakim-hakim kepada pemerintahan monarkis dibawah pimpinan Raja Saul. Isi kitab I Samuel mencakup kira-kira 100 tahun, sejak kelahiran Samuel sampai pada kematian Saul, raja Israel yang pertama. Setelah kekalahan Filistin oleh Israel, Eli, yang telah memimpin Israel sebagai imam dan hakim, mendadak meninggal pada saat mendengar hukuman Allah yang menimpa anakanaknya dan dirampasnya Tabut perjanjian (I Samuel 3:11-14; 4:12-18). Samuel, yang telah dikenal oleh seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba .... telah dipercayakan jabatan nabi Tuhan, dan ia menjadi hakim Israel yang terkemuka (I Samuel 3:20).

Samuel mendirikan sekolah nabi yang pertama, dan dengan setia ia mengajarkan firman Allah dan berhasil menuntun umat kepada tingkat kesalehan hidup yang tertinggi sejak masa Yosua kira-kira 300 tahun sebelumnya. Karena Samuel dikenal sebagai orang yang mengutamakan doa dan Firman Allah (I Samuel 7:5-8; 8:6; 12:17; 15:11), maka ia mampu mempersatukan suku-suku Israel, dan menetapkan Kerajaan Israel. Ia juga meletakkan dasar bagi jabatan kenabian. Sejak saat itu, para nabi menjadi jabatan yang penting dan mereka digunakan sebagai alat Allah untuk menyampaikan kehendakNya kepada pemerintah dan kepada seluruh umat. Namun, ketika Samuel telah lanjut usianya, seluruh tua-tua Israel datang kepadanya di Rama dan mengingatkannya bahwa anak-anaknya tak layak menggantikannya sebagai pemimpin. Karena itu mereka menuntut seorang raja ....seperti pada segala bangsabangsa lain (I Samuel 8:5). Walaupun Musa telah memberi petunjuk mengenai prosedur pemilihan seorang raja (Ulangan 17:14-20), tuntutan mereka ini membuktikan ketidakberimanan bangsa Israel kepada Allah, sebagai satu-satunya Raja mereka yang benar. Mereka lupa bahwa setelah kematian Eli, Allah telah turun tangan dan mengalahkan bangsa Filistin ketika Samuel berseru kepada Tuhan dalam doa (I Samuel 7:9-13). Allah berbicara kepada Samuel dan berkata: Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka (I Samuel 8:7). Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka (I Samuel 8:22). Allah kemudian menyuruhnya untuk mengurapi Saul sebagai raja. Saul tampak lebih tinggi dan lebih gagah dari pada setiap orang sebangsanya (I Samuel 9:2), jadi pantaslah bila ia dipilih sebagai raja. Dan sebagaimana biasanya, kemurahan dan kesabaran Allah jauh melampaui apa yang menjadi harapan: Allah mengubah hatinya menjadi lain ..... Roh Allah berkuasa atasnya (I Samuel 10:6-10). Tuhan pula menggerakkan orang-orang gagah perkasa untuk ikut pergi dengannya (I Samuel 10:26). Pemerintahan Saul dimulai dengan kemenangan militer yang spektakuler (I Samuel 11:613). Namun, pada saat Saul telah ditetapkan menjadi raja, kegagalannya dalam mentaati Tuhan secara penuh tampak jelas (I Samuel 15:3,20-21). Hal ini membuat Samuel harus menegur Saul dengan berkata: Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.(I Samuel 15:23,26). Hal ini merupakan titik balik dalam kehidupan Saul, karena kita membaca: Tetapi Roh Tuhan telah mundur dari pada Saul (I Samuel 16:14). Karena itu Allah kemudian menyuruh Samuel mengurapi Daud sebagai raja. Ketika popularitas Daud meningkat, maka timbullah rasa iri dalam hati Raja Saul. Tiga kali Saul mencoba membunuh Daud. Karena itu, Daud terpaksa harus selalu bersembunyi sampai Saul terbunuh dalam perang di Gunung Gilboa (fasal 16 -- 31). Kitab I & II Samuel menegaskan kembali bahwa kesetiaan kepada Allah dan FirmanNya selalu membawa keberhasilan dan berkat, sedangkan ketidaktaatan selalu mendatangkan malapetaka (lihat I Samuel 2:30). Allah mengendalikan peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk mewujudkan maksudNya; Ia senantiasa bertindak demi kebaikan umatNya, baik

dalam hal Ia memberkati mereka atau menghukum mereka. Kitab ini menuntun kita untuk melihat bahwa Allah itu adalah Allah yang benar dan Ia ingin agar anak-anakNya mencerminkan sifatNya.

Pendahuluan II SamuelKitab II Samuel diawali dengan laporan peristiwa-peristiwa seputar kematian Saul. Suku Yehuda segera mengangkat Daud sebagai Raja mereka. Daud berumur tiga puluh tahun, pada waktu ia menjadi raja; empat puluh tahun lamanya ia memerintah. Di Hebron ia memerintah atas Yehuda tujuh tahun enam bulan (II Samuel 5:4-5). Namun, Abner, kepala pasukan Saul, yang juga adalah saudara sepupu Saul (I Samuel 14:50), mempengaruhi suku-suku yang lain agar mengangkat Isyboset, anak Saul, sebagai raja mereka. Setelah Yoab membunuh Abner, Isyboset dibunuh oleh kedua kepala pasukannya sendiri. Kemudian seluruh suku yang lain datang kepada Daud dan berkata: Tuhan telah berfirman kepadamu, Engkaulah yang harus menggembalakan umatKu Israel, dan engkaulah yang menjadi raja atas Israel .... kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel (II Samuel 5:2-3). Kemenangan pertama Daud sebagai raja Kerajaan yang telah dipersatukan terjadiketika ia menaklukkan kota Yebus (Yerusalem). Orang-orang Yebus (Kanaan) telah menguasai kota yang strategis selama ratusan tahun (I Tawarikh 11:4-5). Setelah kemenangannya itu, Daud memindahkan ibu kotanya dari Hebron ke Yerusalem dan sejak itu ia tinggal di dalam kubu pertahanan Sion (II Samuel 5:7). Perjanjian tentang Mesias kemudian dinubuatkan kepada Daud oleh nabi Natan yang berkata: Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya (II Samuel 7:13). Fakta bahwa Mesias itu akan muncul dari keturunan Daud ditetapkan, dan hal ini ditegaskan kembali oleh nabi Yesaya yang menubuatkan: Tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya (Yesaya 9:6; 11:1; Yeremia 23:5; Yehezkiel 37:25). Selama 20 tahun pertama pemerintahannya sebagai raja, Daud mengalahkan bangsa Filistin di sebelah barat, bangsa Aram di utara, bangsa Amon dan Moab di sebelah timur, dan bangsa Edom dan Amalek di sebelah selatan (II Samuel 18 - 10). Daud tidak pernah mengalami kekalahan. Rahasia dibalik kemenangan-kemenangan Daud yang ajaib itu adalah karena ia senantiasa mencari dan bertanya kepada Tuhan sebelum berperang menghadapi musuh-musuhnya sehingga ia dikenal sebagai seorang yang berkenan di hati Allah (I Samuel 13:14; bandingkan dengan Kisah 13:22). Ditengah-tengah masa kemakmuran dan sukses, kita sering diperhadapkan dengan godaan yang besar yang dapat membahayakan kita, dan raja Daud tidak dikecualikan dari hal ini. Ia terjerat oleh godaan ini ketika ia sedang bersantai di sebuah bilik di atas sambil memandang Batsyeba yang cantik yang sedang mandi. Hal ini pertama-tama telah

membawanya kepada perbuatan zinah dan kemudian ia mengatur siasat bagi kematian suami wanita itu dalam peperangan. Namun akhirnya Daud menyesali dan bertobat dari dosa-dosanya itu. Kita dapat membaca pengakuannya dan penyesalannya itu dalam Mazmur 51. Namun dosa Daud telah membawa penderitaan pribadi dan penderitaan terhadap bangsa itu selama 20 tahun terakhir pemerintahannya. Dosa-dosanya memang diampuni, namun sebagaimana terjadi kepada setiap orang, akibat-akibat dosa itu tidak dapat dihindari.

Pendahuluan I Raja-RajaSebelas fasal pertama dalam kitab I Raja-Raja membahas sekitar pemerintahan Salomo. Fasal 12 - 22 mencakup kira-kira 80 tahun pertama dari kerajaan yang terbagi. Selama masa itu, empat raja memerintah Kerajaan Selatan di Yerusalem dan sembilan raja memerintah Kerajaan Utara di Samaria. Tujuan dari I & II Raja-Raja adalah untuk menunjukkan apabila raja menunjukkan kesetiaan kepada Allah, maka bangsanya akan diberkati; sebaliknya pada saat raja tidak mengindahkan firman Allah, maka bangsanya mengalami kemerosotan dan pada akhirnya ditaklukkan oleh musuh-musuhnya. Kedua kitab ini menjelaskan berkat-berkat yang diterima akibat kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan, dan hukuman yang ditimpakanNya karena ketidaksetiaan dan ketidaktaatan. Kitab I Raja-Raja diawali dengan laporan bahwa Daud telah memerintah kira-kira 40 tahun. Sekarang ia telahlanjut usia dan sakit-sakitan. Adonia, anaknya yang tertua yang masih hidup bersekongkol dengan Yoab, keponakan Daud dan panglima pasukan, dan Abiatar, kepala imam untuk menjadikan dirinya sebagai raja walaupun ia tahu bahwa Allah telah memilih Salomo sebagai pengganti raja Daud (I Raja-Raja 2:15). Nabi Natan mengingatkan Batsyeba akan persekongkolan ini, dan Natan sendiri menghadap Daud untuk memberitahukannya tentang hal ini. Daud langsung mengangkat Salomo sebagai raja. Pesan terakhir Daud kepada Salomo mirip dengan pesan Musa kepada Yosua: Kuatkanlah hatimu .... Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuanNya supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju (I Raja-Raja 2:2-3; Yosua 1:7). Yosua menuruti nasihat Musa, namun Salomo kurang mengindahkan nasihat ayahnya. Tahun-tahun pertama ia menjadi raja, ia sibuk dengan mengumpulkan kuda-kuda dalam jumalah besar bagi dirinya (I Raja-Raja 4:26). Pada tahun keempat pemerintahannya (II Tawarikh 3:2), Salomo memulaikan pembangunan Bait Allah (I Raja-Raja 5:5). Kemudian Allah kembali berfirman kepada Salomo: Jika engkau hidup menurut segala ketetapanKu dan melakukan segala peraturanKu, dan tetap mengikuti segala perintahKu dan tidak menyimpang daripadanya, maka Aku akan menepati janjiKu kepadamu yang telah Kufirmankan kepada Daud, ayahmu (I Raja-Raja 6:12).

Kemudian, Tuhan sekali lagi menampakkan diri kepada Salomo dengan menyampaikan peringatan yang tegas: Jika engkau ....tidak berpegang pada segala perintah dan ketetapanKu ....maka Aku akan melenyapkkan orang Israel dari atas tanah yang telah Kuberikan kepada mereka ....dan rumah yang telah Kukuduskan bagi namaKu itu, akan Kubuang dari hadapanKu (I Raja-Raja 9:6-7). Betapa tragisnya karena walaupun telah diperingatkan berulang kali namun sepanjang kehidupannya, Salomo ternyata tidak setia kepada Firman Allah. Menjelang akhir empat puluh tahun pemerintahannya, kita membaca: Tuhan menunjukkan murkaNya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada Tuhan (I Raja-Raja 11:9). Kemudian putusan Allah disampaikan: Oleh karena begitu kelakuanmu ..... maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu (I Raja-Raja 11:9,11). Hanya beberapa hari setelah kematian Salomo, kerajaan itu pecah terbagi dua. Sebagaimana telah dinubuatkan sebelumnya, kesepuluh suku bersatu di bawah pemerintahanYerobeam, hamba Salomo dan membentuk Kerajaan Utara. Yerobeam mendirikan dua pusat penyembahan yang baru guna menggantikan Yerusalem - yang satu terletak di Dan di sebelah utara dan yang satunya lagi di Betel di sebelah selatan. Karena perbuatan-perbuatannya itu, maka ia dikenal sebagai Yerobeam bin Nebat, yang mengakibatkan orang Israel berdosa (II Raja-Raja 3:3; 10:29). Rehabeam, anak Salomo, memerintah sukuYehuda dan Benyamin yang kecil. Kira-kira 60 tahun setelah terpecahnya kerajaan itu, nabi Elia secara tiba dengan penuh keberanian menghadap Raja Ahab (I Raja-Raja 17:1-22 - II Raja-Raja 2). Kemudian Elia diikuti oleh Elisa (I Raja-Raja 19:16 - II Raja-Raja 13:15-20). Keduanya terutama menyampaikan nubuatan-nubuatan mereka di Kerajaan Utara.

Pendahuluan II Raja-RajaPendahuluan II Raja-raja Semua raja Yehuda dan Israel tercatat dalam I & II Raja-Raja kecuali Saul. Dalam laporan awal kitab II Raja-Raja tampaknya hampir seluruh orang-orang Lewi telah meninggalkan Kerajaan Utara karena merajalelanya penyembahan berhala dan mereka kembali ke Bait Allah yang telah ditetapkan Allah di Yerusalem (II Tawarikh 11:13-15). 17 fasal pertama kitab II Raja-Raja terfokus pada pelayanan nabi Elia dan Elisa dan juga menyoroti kemerosotan yang melanda Kerajaan Utara dan Selatan. Fasal 17 berakhir dengan penawanan dan pembuangan Israel Kerajaan Utara oleh bangsa Asyur. Kemudian delapan fasal yang tersisa membahas tentang situasi Kerajaan Selatan. Namun dalam fasal terakhir dilaporkan bahwa Yerusalem telah hancur dan Bait Allah yang dibangun oleh Salomo telah hangus terbakar. Kebanyakan penduduknya telah ditawan dan terserak di seluruh penjuru negeri Babilonia. Rakyat yang miskin yang

diizinkan tinggal juga akhirnya mengungsi ke Mesir, sehingga memaksa nabi Yeremia untuk ikut serta dengan mereka. Nabi Elia dan Elisa, dan juga Amos, Hosea, dan Yunus, bernubuat di Israel, sedangkan Obaja, Yoel, Yesaya, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, dan Yeremia bernubuat kirakira bersamaan waktu di Yehuda. Hamba-hamba Allah ini membeberkan dosa-dosa bangsa itu dan menasihatkan mereka agar membuang berhala-berhala dan kembali menyembah Allah yang benar atau menanggung akibat kehancuran dan hukuman. Sembilan belas raja memerintah Israel di utara selama kira-kira 245 tahun sepanjang sejarah negeri itu sebagai kerajaan yang terbagi, namun tak ada satupun dari raja-raja negeri ini yang menjadi penyembah Allah yang benar. Selama 30 tahun terakhir sebelum mengalami kejatuhannya, Kerajaan Utara ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Asyur dan mereka terpaksa harus membayar upeti agar bisa tetap eksis. Hosea merupakan raja Israel yang kesembilan belas dan yang terakhir setelah ia membunuh Raja Pekah (II RajaRaja 15:30). Pada tahun keenam pemerintahan Hosea, Tiglat Pileser, raja Asyur wafat, dan Salmaneser menggantikannya. Hosea berpikir bahwa perubahan kepemimpinan ini akan memberikan peluang kepadanya untuk memproklamirkan kemerdekaan dan menghentikan pembayaran upeti yang selama ini harus dibayarkan kepada Asyur. Hosea mengharapkan dukungan dari Mesir untuk mewujudkan rencananya itu. Namun, Salmaneser, raja Asyur dan pasukannya segera menyerbu ke Samaria pada tahun kesembilan pemerintahan Hosea lalu mengepung negerinya selama tiga tahun. Samaria akhirnya jatuh dan Hosea ditangkap dan dibelenggu dalam penjara (II Raja-Raja 17:4-6). Sebagian besar rakyatnya ditawan dan ditempatkan ke berbagai penjuru wilayah Kerajaan Asyur dan bangsa-bangsa lain yang berada di bawah kekuasaan Asyur dipindahkan ke Samaria. Mereka kemudian kawin mawin dengan orang-orang Israel yang tersisa dan keturunan mereka akhirnya dikenal sebagai bangsa Samaria. Negeri Yehuda, sebagai Kerajaan Selatan yang wilayahnya lebih kecil juga memiliki 19 raja (II Raja-Raja 18-25). Ratu Atalya, perampas takhta, bersama Gedalya, yang diangkat sebagai gubernur oleh Nebukadnezar namun terbunuh hanya dua bulan setelah ia memerintah, tak diperhitungkan sebagai pemimpin Yehuda, Kerajaan Selatan (II RajaRaja 11:1-16; 25:22-25). Kerajaan Selatan terus eksis selama 500 tahun dan berhasil melampaui keberadaan Kerajaan Utara kira-kira 135 tahun. Termasuk di dalam periode ini adalah pemerintahan Kerajaan Bersatu oleh Saul, Daud, dan Salomo, yang masingmasing memerintah selama 40 tahun. Kemurtadan dan penyembahan berhala yang diperkenalkan oleh Salomo melalui para isterinya yang berasal dari bangsa kafir terus menggerogoti kehidupan bangsa itu. Akhirnya, Nebukadnezar, raja Babel, digunakan oleh Allah untuk mendatangkan hukuman kepada bangsa Israel akibat penolakan mereka terhadap FirmanNya (Ulangan 7:1-4). Demikianlah nubuatan-nubuatan Tuhan digenapi (II Raja-Raja 25:1-21; Yeremia 52:12-27).

Pendahuluan I TawarikhKitab II Samuel dan I & II Raja-Raja mencakup kira-kira periode yang sama dalam sejarah sama seperti kitab I & II Tawarikh. I & II Raja-Raja mencatat sejarah politik Israel dan Yehuda, sedangkan I & II Tawarikh terutama mencatat mengenai sejarah keagamaan Yehuda, Yerusalem, dan Bait Allah dalam hubungannya dengan perjanjian Daud. Sejarah dari kesepuluh suku di utara yang murtad kurang mendapat perhatian dalam I & II Tawarikh. Kitab Kejadian sampai II Raja-Raja menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak penciptaan Adam, manusia pertama, sampai kepada masa penawanan Kerajaan Yehuda oleh Babel. I & II Tawarikh mungkin ditulis oleh Ezra setelah berakhirnya penawanan di Babel. Fasal kedua dari I Tawarikh mencatat tentang keturunan suku Yehuda, yang khusus disoroti karena Mesias yang dijanjikan itu akan muncul dari suku ini (Kejadian 49:8-12). Kitab I Tawarikh diawali dengan suguhan daftar nama-nama yang terpanjang dalam Alkitab di mana dari segi sejarah, silsilah itu mencakup kira-kira 3,500 tahun (Fasal 1 -9). Laporan ini penting karena menelusuri keturunan yang digunakan Allah dalam mewujudkan rencana penebusanNya yang kekal. Silsilah ini dimulai dengan Adam (I Tawarikh 1:1); kemudian menyoroti Abraham, Ishak, dan keturunannya melalui Yakub; kemudian Yehuda; dan terus kepada Daud, yang melaluinya Mesias itu akan muncul. Keturunan tokoh-tokoh ini merupakan mata rantai penting yang menelusuri silsilah resmi Kristus melalui Yusuf, sebagaimana tercatat dalam Injil Matius (Matius 1:1-17), dan juga menelusuri nenek moyang Kristus lewat keturunan Daud melalui Maria, seperti yang tercatat dalam Injil Lukas (Lukas 3:23-38). Banyak nama lagi yang tidak dicantumkan, namun nama-nama yang tercatat ada hubungannya dengan nubuatan-nubuatan tentang Mesias yang dijanjikan. Silsilah dalam Matius menelusuri daftar nenek moyang Kristus yang sah melalui Yusuf, yang dianggap sebagai ayahNya secara hukum, walau bukan ayahNya secara biologis. Matius menyebut Yesus Anak Daud, karena melalui keturunannya Mesias yang dijanjikan itu akan muncul (II Samuel 7:12-13; Mazmur 89:3-4; 132:11; Yesaya 11:1; Yeremia 23:5). Namun silsilah Mesias yang menjadi Pewaris sah takhta Daud adalah Yesus, yang ditelusuri melalui Maria, sebagaimana tercatat dalam Injil Lukas. Silsilah Mesias ini menyebut tentang Daud, lalu kepada Natan, saudara Salomo. Keturunan Salomo melalui Konya tidak disebut (II Samuel 5:14; I Tawarikh 3:5; 14:4; Lukas 3:31). Orang-orang Yahudi tahu bahwa Abraham, bapa atau nenek moyang mereka, telah menerima perjanjian dari Tuhan. Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (Kejadian 12:3; 18:18; 22:18). Karena itu baik pada silsilah Yusuf dalam Matius dan silsilah Maria dalam Lukas, Abraham dan Daud tercantum di dalamnya. Peperangan terakhir Saul dan kematiannya disebutkan dalam fasal sepuluh kitab I Tawarikh. Fasal-fasal yang tersisa (11 -- 29) membicarakan tentang pemerintahan Daud yang berakhir dengan kematiannya.

Kitab II Tawarikh melanjutkan sejarah keturunan Daud yang dimulai dengan pemerintahan Salomo. Kitab ini mencatat tentang pembagian kerajan di bawah Rehabeam, anak Salomo, termasuk sejarah Yehuda, di selatan, sampai kepada penawanan mereka ke Babel. Ayat-ayat terakhir mencatat tentang pengumuman Koresy, yang mendorong orang-orang Yahudi untuk kembali ke Yerusalem, sebagaimana dinubuatkan oleh Yeremia (II Tawarikh 36:22-23; Yeremia 29:10-14). Tak ada nabi yang menjadi terkenal selama 40 tahun pemerintahan Salomo. Sebagian besar isi sembilan fasal pertama dalam kitab II Tawarikh menceritakan tentang pembangunan Bait Allah di atas Bukit Moria di Yerusalem (II Tawarikh 3:1). Bait Allah itu dibangun menurut pola Kemah Suci (Fasal 3-- 4). Bait Allah itu selesai dan ditahbiskan bagi Allah pada tahun ke 11 pemerintahan Salomo (fasal 5; bandingkan I Raja-Raja 6:38). Fasal-fasal tersisa dari kitab II Tawarikh mencatat mengenai kemerosotan moral dan spiritual bangsa akibat dosa Salomo (II Raja-Raja 11:9-11). Kitab ini diakhiri dengan laporan tentang kejatuhan Yerusalem dan kehancuran bait Allah Salomo (Fasal 10 -- 36).

Pendahuluan II TawarikhKitab II Samuel dan I & II Raja-Raja mencakup kira-kira periode yang sama dalam sejarah sama seperti kitab I & II Tawarikh. I & II Raja-Raja mencatat sejarah politik Israel dan Yehuda, sedangkan I & II Tawarikh terutama mencatat mengenai sejarah keagamaan Yehuda, Yerusalem, dan Bait Allah dalam hubungannya dengan perjanjian Daud. Sejarah dari kesepuluh suku di utara yang murtad kurang mendapat perhatian dalam I & II Tawarikh. Kitab Kejadian sampai II Raja-Raja menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak penciptaan Adam, manusia pertama, sampai kepada masa penawanan Kerajaan Yehuda oleh Babel. I & II Tawarikh mungkin ditulis oleh Ezra setelah berakhirnya penawanan di Babel. Fasal kedua dari I Tawarikh mencatat tentang keturunan suku Yehuda, yang khusus disoroti karena Mesias yang dijanjikan itu akan muncul dari suku ini (Kejadian 49:8-12). Kitab I Tawarikh diawali dengan suguhan daftar nama-nama yang terpanjang dalam Alkitab di mana dari segi sejarah, silsilah itu mencakup kira-kira 3,500 tahun (Fasal 1 -9). Laporan ini penting karena menelusuri keturunan yang digunakan Allah dalam mewujudkan rencana penebusanNya yang kekal. Silsilah ini dimulai dengan Adam (I Tawarikh 1:1); kemudian menyoroti Abraham, Ishak, dan keturunannya melalui Yakub; kemudian Yehuda; dan terus kepada Daud, yang melaluinya Mesias itu akan muncul. Keturunan tokoh-tokoh ini merupakan mata rantai penting yang menelusuri silsilah resmi Kristus melalui Yusuf, sebagaimana tercatat dalam Injil Matius (Matius 1:1-17), dan juga menelusuri nenek moyang Kristus lewat keturunan Daud melalui Maria, seperti yang tercatat dalam Injil Lukas (Lukas 3:23-38). Banyak nama lagi yang tidak dicantumkan, namun nama-nama yang tercatat ada hubungannya dengan nubuatan-nubuatan tentang Mesias yang dijanjikan.

Silsilah dalam Matius menelusuri daftar nenek moyang Kristus yang sah melalui Yusuf, yang dianggap sebagai ayahNya secara hukum, walau bukan ayahNya secara biologis. Matius menyebut Yesus Anak Daud, karena melalui keturunannya Mesias yang dijanjikan itu akan muncul (II Samuel 7:12-13; Mazmur 89:3-4; 132:11; Yesaya 11:1; Yeremia 23:5). Namun silsilah Mesias yang menjadi Pewaris sah takhta Daud adalah Yesus, yang ditelusuri melalui Maria, sebagaimana tercatat dalam Injil Lukas. Silsilah Mesias ini menyebut tentang Daud, lalu kepada Natan, saudara Salomo. Keturunan Salomo melalui Konya tidak disebut (II Samuel 5:14; I Tawarikh 3:5; 14:4; Lukas 3:31). Orang-orang Yahudi tahu bahwa Abraham, bapa atau nenek moyang mereka, telah menerima perjanjian dari Tuhan. Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (Kejadian 12:3; 18:18; 22:18). Karena itu baik pada silsilah Yusuf dalam Matius dan silsilah Maria dalam Lukas, Abraham dan Daud tercantum di dalamnya. Peperangan terakhir Saul dan kematiannya disebutkan dalam fasal sepuluh kitab I Tawarikh. Fasal-fasal yang tersisa (11 -- 29) membicarakan tentang pemerintahan Daud yang berakhir dengan kematiannya. Kitab II Tawarikh melanjutkan sejarah keturunan Daud yang dimulai dengan pemerintahan Salomo. Kitab ini mencatat tentang pembagian kerajan di bawah Rehabeam, anak Salomo, termasuk sejarah Yehuda, di selatan, sampai kepada penawanan mereka ke Babel. Ayat-ayat terakhir mencatat tentang pengumuman Koresy, yang mendorong orang-orang Yahudi untuk kembali ke Yerusalem, sebagaimana dinubuatkan oleh Yeremia (II Tawarikh 36:22-23; Yeremia 29:10-14). Tak ada nabi yang menjadi terkenal selama 40 tahun pemerintahan Salomo. Sebagian besar isi sembilan fasal pertama dalam kitab II Tawarikh menceritakan tentang pembangunan Bait Allah di atas Bukit Moria di Yerusalem (II Tawarikh 3:1). Bait Allah itu dibangun menurut pola Kemah Suci (Fasal 3-- 4). Bait Allah itu selesai dan ditahbiskan bagi Allah pada tahun ke 11 pemerintahan Salomo (fasal 5; bandingkan I Raja-Raja 6:38). Fasal-fasal tersisa dari kitab II Tawarikh mencatat mengenai kemerosotan moral dan spiritual bangsa akibat dosa Salomo (II Raja-Raja 11:9-11). Kitab ini diakhiri dengan laporan tentang kejatuhan Yerusalem dan kehancuran bait Allah Salomo (Fasal 10 -- 36).

Pendahuluan EzraKitab Ezra mencakup sejarah orang-orang Yahudi sejak Koresy dari Persia menaklukkan Babel dan melepaskan mereka dari penawanan di Babel untuk memulihkan Bait Allah di bawah kepemimpinan Zerubabel sampai kembalinya Ezra ke Yerusalem. Setelah Darius orang Media, bupati di bawah Raja Koresy dari Persia, menaklukkan Babilon, ibu kota Kerjaaan Babel, ia mengangkat Daniel sebagai salah satu dari tiga pembesar kerajaan itu dan menunjukknya sebagai pengawas atas 120 wakil-wakil raja yang tersebar di seluruh kerajaannya (Daniel 6:1-2). Ketika Koresy menaklukkan kota Babel itu, Daniel, yang kira-kira berusia 90 tahun, mungkin menunjukkan kepada

penguasa yang baru itu bahwa namanya telah tercantum dalam Kitab Yesaya yang ditulis kira-kira 200 tahun sebelum ia dilahirkan. Selain itu, memang Yesaya juga telah menubuatkan: Koresy ..... mengatakan tentang Bait Suci: Baiklah diletakkan dasarnya! (Yesaya 44:28). Koresy pasti sangat terkesan menyaksikan bahwa seluk beluk mengenai penaklukkannya atas kota Babilonia dan kemenangannya atas Belsyazar juga telah dinubuatkan. Tuhan menggerakkan hati Koresy, raja Persia itu, dan ia mendorong orang-orang Yahudi agar berangkat pulang ke Yerusalem .... dan mendirikan rumah Tuhan, Allah Israel (Ezra 1:1-3). Sebagian besar dari generasi orang-orang Israel yang lebih tua, yang diangkut ke dalam penawanan oleh Nebukadnezar, telah meninggal pada waktu itu. Generasi orang-orang Yahudi yang baru, yang dibesarkan di negeri tempat mereka ditawan, agak enggan untuk kembali ke negeri asal mereka yang belum pernah mereka lihat. Namun, sekelompok kecil dari tawanan-tawanan yang terdahulu itu akhirnya kembali ke Yerusalem. Ezra mencatat bahwa ekspedisi pertama terdiri dari 42,360 orang Yahudi dan 7,337 budak yang dipimpin oleh Zerubabel, cucu Raja Konya (yang juga disebut Yoyakhin) (Ezra 2:2,64-65; I Tawarikh 3:17-19). Setelah tiba di Yerusalem, para tawanan yang kembali itu mendirikan mezbah dan memperingati Hari Raya Kemah (Pondok Daun) untuk pertama kalinya sejak pemerintahan Raja Yosia (II Raja-Raja 23:21-23). Sejak kembalinya mereka, mereka berhasil mengerjakan dan menyelesaikan peletakan fondasi Bait Allah selama kira-kira dua tahun, setelah itu pekerjaannya terhenti akibat tantangan serta berbagai hambatan dari para musuh (Ezra 4). Kira-kira 15 tahun kemudian, karena terdorong oleh pemberitaan Firman Allah oleh nabi Hagai dan Zakharia, seperti tercantum dalam kitab-kita nabi-nabi itu sendiri, orang-orang Yahudi kembali membangun rumah Allah itu (Ezra 5:2). Kali ini mereka berhasil menyelesaikannnya dalam kira-kira lima tahun, walaupun mengalami banyak tantangan serta hambatan (Fasal 5 - 6). Di antara fasal 6 dan 7 terdapat selang waktu kira-kira 60 tahun. Peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam Kitab Ester mungkin terjadi selama periode itu, dan juga peristiwa kematian Zerubabel, Hagai dan Zakharia. Fasal 7 - 10 mencatat mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi kira-kira 80 tahun setelah ekspedisi Zerubabel. Pada tahun ketujuh zaman raja Artahsasta, Ezra mendapat surat tugas dari raja untuk memimpin orang-orang Yahudi yang tersisa agar kembali ke Yerusalem dengan berpedoman kepada hukum Allahmu...... Segala sesuatu yang berdasarkan perintah Allah ... haruslah dilaksanakan dengan tekun (Ezra 7:7,11-14,23). Pada waktu itu, Ezra memimpin kira-kira 1,800 orang laki-laki, ditambah wanita dan anak-anak, yang seluruhnya berjumlah kira-kira 5,000 orang yang berangkat dari Babel ke Yerusalem (Ezra 7:28-8:31). Kitab ini mengungkapkan tentang bagaimana Allah dapat menggunakan orang, termasuk para pemimpin dari bangsa kafir sekalipun untuk melaksanakan maksud-maksudNya.

Pendahuluan NehemiaNehemia termasuk dalam kelompok orang-orang Yahudi yang menjadi tawanan di Babel yang dibesarkan di Persia setelah Koresy memberikan kebebasan kepada mereka. Nehemia telah mendapat kedudukan yang terhormat sebagai pengangkat anggur bagi raja Artahsasta, raja Kerajaan Persia. Ini merupakan jabatan kepercayaan dan tanggung jawab yang besar. Tidak banyak orang dalam kerajaan itu yang memiliki hubungan yang sangat akrab dengan raja seperti seorang yang menjabat sebagai pengangkat anggur bagi raja (I Raja-Raja 10:5; II Tawarikh 9:4). Nehemia menerima laporan mengenai kemelaratan jasmani dan rohani yang melanda Yerusalem dan hatinya menjadi sedih mendengar keadaan itu. Karena itu Ezra duduk menangis dan berkabung selama beberapa hari dan Ia berpuasa dan berdoa kepada hadirat Allah (Nehemia 1:4). Doa-doa Nehemia itu mengakibatkan raja Persia memberikan izin kepadanya untuk berangkat dan sekali gus mengangkatnya sebagai gubernur Yehuda, serta mengaruniakan kepadanya kekuasaan untuk membangun kembali tembok kota itu (Nehemia 2:5-7; 5:14). Nehemia memahami akan Firman Allah dan secara rohani ia telah siap untuk memulihkan kembali penyembahan kepada Allah di Yeruselem. Kedudukannya yang terhormat, kesenangan pribadi dan jaminan materi baginya tidak sepenting seperti kasihnya kepada Allah yang benar dan keprihatinannya terhadap keadaan umat yang berada di Yerusalem. Ketika Nehemia tiba di Yerusalem, ia melayani bersama-sama dengan Ezra dalam menghadapi berbagai tantangan serta hambatan yang datang dari para musuh di sekliling mereka yang berusaha mematahkan semangat mereka. Memulihkan tembok yang telah hancur, yang sebelumnya berfungsi melindungi Yerusalem dari gerombolan perampok mejadi perhatiannya yang terutama. Orang-orang Israel telah tinggal di tengah-tengah puing reruntuhan sejak Nebukadnezar menghancurkan Yerusalem kira-kira 140 tahun sebelumnya (II Raja-Raja 25:8-11). Orang-orang Yahudi yang tersisa tidak bisa merasakan ketenangan karena mereka tidak dilindungi oleh tembok yang berfungsi menghambat serangan musuh-musuh. Ancaman serangan musuh itu datang dari bangsa-bangsa di sekitar mereka yang mudah sekali menyusup masuk untuk menjarah hasil pertanian atau harta benda mereka. Bahkan beberapa dari pemuka-pemuka di Yerusalem pun tidak mau bekerja sama dengan Nehemia (Nehemia 2:19; 3:5; 4:1-12). Dalam menghadapi berbagai bahaya yang mengancam itu (Nehemia 4:12-23; 6:2-4,10-13), Nehemia tetap mengandalkan doa dan iman kepada Allah dalam memimpin orang banyak untuk menyelesaikan pembangunan tembok yang berhasil dikerjakan dalam waktu yang singkat yang mencakup kira-kira 52 hari saja (Nehemia 6:15).

Setelah tembok itu selesai dikerjakan, seluruh rakyat meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa .......membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu ....... lalu orang-orang Lewi mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu (Nehemia 8:1,3,8). Keesokan harinya para pemuka masyarakat kembali datang kepada Ezra untuk meminta penjelasan mengenai kalimat-kalimat Taurat itu (Nehemia 8:14). Kegiatan-kegiatan ini diakhiri dengan peringatan Hari Raya Pondok Daun di mana pada hari itu diadakan doa, pengakuan, puasa dan pemulihan ikatan perjanjian dengan Tuhan Allah mereka (Nehemia 10:29). Setelah tembok Yerusalem itu ditahbiskan oleh Ezra dan Nehemia (Nehemia 12:27-43), Nehemia terus menjabat sebagai gubernur Yehuda yang berkedudukan di Yerusalem selama kira-kira 12 tahun dan kemudian ia kembali mengadakan kunjungan singkat ke pengadilan Persia (Nehemia 5:14). Selama kepergian Nehemia dari Yerusaelm, Firman Allah kembali dilalaikan yang mengakibatkan merajalelanya korupsi dan perbuatan jahat (Nehemia 13:6). Namun, ketika Nehemia kembali, ia sekali lagi dengan gigih dan penuh semangat mengajak bangsa itu untuk bertobat dari dosa-dosa mereka dan membaharui kembali hubungan perjanjian mereka dengan Allah, serta memulihkan penyembahan yang benar kepada Tuhan (Nehemia 13:7-31). Nehemia dan Ezra kedua-duanya sangat giat dalam memberitakan Firman Allah kepada orang banyak, dan membimbing mereka agar dapat menerapkannya ke dalam kehidupan mereka (Nehemia 8:8,13,18; 13:1-30). Ketaatan hamba-hamba Allah ini harus mengilhami kita agar kita pun terbeban untuk menolong orang-orang Kristen yang lain dalam memahami Firman Allah, yang merupakan satu-satunya sumber pimpinan dan jawaban kepada doa-doa kita dan berkat-berkat Allah.

Pendahuluan EsterSebagian dari Kitab Ester mencakup periode kira-kira 10 sampai 15 tahun sejarah keturunan orang-orang Yahudi yang tinggal di Persia setelah 70 tahun mereka mengalami penawanan. Peristiwa-peristiwa dalam kitab ini kemungkinan terjadi di antara fasal enam dan tujuh kitab Ezra dan mungkin terjadi kira-kira 40 tahun setelah Bait Allah dibangun kembali (Ezra 3:10; 5:14-15), dan kira-kira 30 tahun sebelum tembok Yerusalem dibangun kembali (Nehemia 6:15). Kemungkinan besar Ester, yang sekarang telah menjadi ibu suri, telah digunakan Allah untuk menyiapkan jalan bagi Nehemia, rekan tawanannya, untuk menjabat sebagai pengangkat anggur bagi Raja Artahsasta I, yang adalah anak tirinya. Jabatan dan hubungannya dengan raja telah memungkinkan bagi Nehemia untuk membangun kembali tembok dan melaksanakan tugas-tugasnya di Yerusalem. Ketika bangsa Persia mengalahkan Raja Belsyazar dan Kerajaan Babel, semua orang Yahudi dinasihatkan oleh Raja Koresy untuk kembali ke Yerusalem guna membangun kembali Bait Allah (Ezra 1:1-4). Namun, sebagian besar orang Yahudi, yang adalah keturunan mereka yang pertama ditawan ke Babel, telah tinggal di sana selama 50-70

tahun dan mereka belum pernah melihat Tanah Perjanjian itu. Walaupun sekarang mereka telah bebas dari kekuasaan Babel, namun sebagian besar dari mereka lebih senang tinggal di Kerajaan Persia yang ramah dan makmur dari pada meninggalkan Babel dan menanggung banyak penderitaan dalam perjalanan yang panjang yang akan mereka tempuh menuju Yerusalem yang tinggal puing reruntuhan. Ahasyweros (Ester 1:1) adalah nama Ibrani bagi Raja Persia yang memerintah dari 486465 S.M. Namanya dalam bahasa Yunani adalah Xerxes. Dalam perjamuan yang dinyatakan pada awal Kitab Ester, tampaknya ia menyusun rencana untuk memerangi kerajaan Yunani, yang akhirnya membawa kekalahan baginya. Ahasyweros memerintah di Susan (Susa), yang terletak di wilayah Iran sekarang dekat perbatasan dengan Irak. Pemerintahan dari Artahsasta I, putranya, tercatat dalam Ezra 7 - 10 dan Nehemia 1 - 13. Walaupun kuasa dan pemeliharaan Allah jelas nyata sepanjang kitab ini, namun nama Allah tidak pernah disebutkan walau sekalipun. Tujuan dari kitab Ester, Ezra dan Nehemia adalah untuk menyatakan bahwa tak ada situasi yang harus membuat kita putus asa dan karena Allah sanggup mengatasi segala musuh kita. Allah akan menggenapi segala hal yang menyangkut kehendakNya, di dalam dan melalui kehidupan umatNya, walaupun umat Allah itu tergolong minoritas yang tidak berdaya yang dikelilingi oleh orang-orang yang jahat. Seluruh peristiwa dalam Kitab ini membuktikan tentang pengendalian dan pemeliharaan Allah bagi umatNya. Allah itu Mahakuasa, Maha tahu, dan Mahahadir. Ia adalah Tuhan, Allah segala makhluk, tidak ada sesuatupun yang mustahil bagiNya (Yeremia 32:27). Bahkan kalaupun semua manusia membelakangiNya, Tuhan dapat berbicara melalui keledai sebagaimana yang Ia pernah lakukan kepada Bileam (Bilangan 22:28-31). Atau, apabila umat tidak mau berseru kepadaNya, Ia dapat membuat batu-batu berseru kepadaNya (Lukas 19:40) sebagaimana dikatakan oleh Yesus kepada para pengeritikNya. Walaupun Ia tidak membutuhkan pertolongan, namun Ia bisa saja mendatangkan lebih dari dua belas pasukan malaikat (Matius 26:53). Namun, Allah telah berkenan menggunakan para hamba pilihanNya untuk melaksanakan kehendakNya - yaitu mereka yang benar-benar berserah kepadaNya. Hal berpuasa, termasuk doa, yang merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan, telah membawa perlindungan bagi umat Allah. Melalui Mordekhai dan Ester, hambahambaNya, Tuhan menggenapi rencanaNya bagi umatNya dan melindungi garis keturunan Mesias itu (Ester 4:3-4,16-17). Doa yang bersungguh-sungguh sebagaimana yang diucapkan oleh Mordekhai - yang melolong-lolong dengan nyaring dan pedih (Ester 4:1) -- senantiasa diikuti dengan berpuasa, sebagai cara untuk datang dan mendekati Tuhan dan menghindarkan diri dari segala keinginan duniawi dan hawa nafsu daging (bandingkan Yesaya 58:1-14; Daniel 9:3-19; 10:2-3; Matius 17:21; Markus 9:29).

Pendahuluan AyubPerjanjian Lama dan Perjanjian Baru menyatakan penghargaan yang sangat tinggi terhadap tokoh yang bernama Ayub. Allah sendiri menyamakan kebenaran Ayub dengan Nuh dan Daniel: Kalau sesuatu negeri berdosa kepadaKu ..... Aku ... mendatangkan kelaparan atasnya dan melenyapkan dari negeri itu manusia dan binatang .... Biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka, demikianlah firman Tuhan Allah (Yehezkiel 14:13-14,16,18,20). Dalam Perjanjian Baru tertulis: Kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya (Yakobus 5:11). Kalimat-kalimat ini membuktikan tanpa keraguan bahwa memang ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub (Ayub 1:1). Tanah Us itu tidak dijelaskan secara tepat lokasinya, namun berdasarkan Kejadian 10:23 dan Kejadian 22:20-22 kita menduga bahwa tanah itu berada di wilayah sebelah timur Israel dekat dengan padang gurun Arab atau mungkin di sekitar daerah Edom, sebelah tenggara Israel. Us itu terletak di wilayah suku Teman, Suah, dan Naama dan Bus (Ayub 2:11; 32:2). Juga tanah itu tidak jauh dari wilayah orang Syeba dan Kasdim (Ayub 1:15,17). Lokasinya yang tepat tidaklah penting, melainkan yang lebih penting adalah pelajaran rohani tentang perlunya memahami dan menerima situasi yang malang atau penderitaan sebagai sesuatu yang tetap relevan dan dapat dikenakan bagi setiap zaman. Kitab ini diawali dengan sejarah singkat mengenai seorang saleh yang berdoa yang bernama Ayub yang dijelaskan oleh Alkitab sebagai orang yang jujur dan takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1; 2:3). Juga ia adalah orang yang terkaya dari semua orang di sebelah timur (Ayub 1:3). Dalam dua fasal yang pertama, kita membaca mengenai tuduhan Iblis terhadap Ayub dan pengalaman pahit yang Allah izinkan berlaku bagi Ayub. Ujian-ujian terhadap Ayub menjadi teladan bagi kita tentang bagaimana seorang yang beriman tetap berserah kepada hikmat Allah yang mahakuasa. Kitapun dapat berserah kepadaNya untuk mengatasi setiap permasalahan yang kita hadapi. Di dalam Kitab Ayub, kita melihat alasan-alasan yang dikemukakan oleh Allah, Setan, Ayub, isterinya, ketiga sahabatnya, dan Elihu. Pada saat anda membaca fasal demi fasal dalam kitab ini, perhatikan dengan saksama perbedaan antara hikmat Ayub yang saleh dan argumentasi-argumentasi yang bermaksud baik, namun keliru atau setengah benar, bahkan menyesatkan yang dikemukakan oleh sahabat-sahabat Ayub. Allah sangat menghargai Ayub karena ia berbicara tentang kebenaran, sedangkan sahabat-sahabat Ayub mengemukakan hal-hal yang jauh atau telah menyimpang dari kebenaran (Ayub 42:7). Allah menghargai Ayub sebagai orang yang memiliki pengetahuan rohani, integritas dan kesetiaan. Namun, Setan selalu menyuguhkan hal-hal yang bohong mengenai orang Kristen, bahkan sampai menggunakan Yudas dan para pemimpin agama pada masa itu untuk mengkhianati dan menyalibkan Anak Allah. Tidaklah mengherankan bila ketiga sahabat Ayub memiliki pandangan yang keliru dan menuduh Ayub sebagai orang berdosa yang dalam keadaan bingung dan kalut.

Kitab ini membeberkan Setan sebagai penyebab segala penderitaan, dengan segala upayanya yang gigih untuk membohongi setiap orang mengenai siapa yang seharusnya disalahkan untuk segala penderitaan yang menimpa manusia. Dengan cara ini ia berusaha merongrong kesetiaan dan kasih kita kepada Allah. Nasihat-nasihat dari sahabat-sahabat Ayub yang beragama serta dari Elihu membuktikan betapa menipu dan tak dapat dipercaya logika manusia itu. Jawaban-jawaban yang benar dan yang paling memuaskan terhadap kebutuhan-kebutuhan kita terdapat di dalam Kitab Suci yang tidak mungkin salah, yang bersumber dari Allah Pencipta yang Maha tahu. Anda akan memperhatikan dalam bacaan setiap hari bukan saja mengenai penderitaan Ayub yang hebat, melainkan juga perkembangan pemahaman rohaninya. Pada fasal-fasal terakhir (Ayub 38-42), Allah membekali Ayub dengan pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam mengenai Allah dan dunia ciptaanNya ini. Dalam fasal terakhir, Allah sekali lagi menegaskan dan menghapus keragu-raguan kita mengenai kebenaran Ayub dalam sepanjang ujian yang harus dilaluinya (Ayub 1:1,8,22; 2:10; 42:7-8).