Upload
lytuong
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Ringkasan Konsultasi dengan Organisasi Masyarakat Sipil tentang Sistem Upaya Perlindungan Negara untuk PT. Perusahaan Listrik Negara
(PT. PLN)
Ringkasan Konsultasi dengan Organisasi Masyarakat Sipil
Jakarta, 12 Januari 2018 – ADB Indonesia Resident Mission
A. LATAR BELAKANG
1. Atas permintaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Asian
Development Bank (ADB) pada Desember 2013 menyetujui sebuah bantuan teknis (technical
assistance/TA) untuk secara formal mempertimbangkan penggunaan Sistem Upaya Perlindungan
Negara (Country Safeguard System/CSS) untuk lingkungan dan pemukiman kembali tidak secara
sukarela dalam proyek-proyek yang didanai ADB.1 TA tersebut mendukung Peninjauan Upaya Perlindungan Negara (Country Safeguards Review/CSR) yang secara rinci mengkaji kesetaraan
dan akseptabilitas bagi CSS Indonesia untuk mencapai kesetaraan penuh dengan tujuan, cakupan,
pemicu, dan prinsip kebijakan dalam Pernyataan Kebijakan tentang Upaya Perlindungan ADB 2009
(ADB Safeguard Policy Statement 2009/SPS), dan menguji kasus contoh untuk akseptabilitas pada
empat sektor, yaitu energi, transportasi/jalan, perencanaan kota, dan sumber daya air. Kajian ini
dipergunakan sebagai latar belakang informasi untuk kajian lebih lanjut untuk penggunaan CSS di
tingkat Lembaga.2
2. CSR mendapati bahwa perusahaan listrik negara PT. PLN memiliki kapasitas implementasi
yang baik untuk lingkungan dan pembebasan lahan/pemukiman kembali tidak secara sukarela.
Berdasarkan temuan awal dari studi CSR ini, ADB dan BAPPENAS sepakat untuk melakukan
kajian kesetaraan dan akseptabilitas terhadap PLN di tingkat lembaga (“kajian CSS”).
3. Untuk mendapat tanggapan dan umpan balik dari para pemangku kepentingan mengenai
kajian CSS, ADB menyelenggarakan sesi konsultasi dengan organisasi masyarakat sipil (civil
society organizations/CSOs) pada 12 Januari 2018 di Jakarta.3 Sesi tersebut merupakan sesi
tambahan dari diskusi yang telah dimulai pada 11 Desember 2017. Dokumen ini mencatat
ringkasan dari poin-poin utama yang diangkat dalam konsultasi tersebut. Daftar peserta konsultasi
terdapat pada Lampiran 1.
* Dokumen terjemahan ini didasarkan pada versi Inggrisnya yang bertanggal 5 Februari 2018, dan telah mencantumkan masukan tertulis yang relevan dari perwakilan CSO tertanggal 9 April 2018.
1 ADB. Bantuan Teknis untuk Republik Indonesia untuk Menyelaraskan Sistem ADB dengan Sistem Negara untuk Kinerja
Proyek yang Lebih Baik (TA 8548-INO, Disetujui pada tahun 2013). https://www.adb.org/projects/47287-001/main.
2 "Kesetaraan" mensyaratkan bahwa undang-undang dan kerangka hukum negara memiliki ketentuan untuk mencapai
tujuan dan prinsip yang sama dengan SPS ADB; "Akseptabilitas" mengukur praktik, rekam jejak, dan kapasitas implementasi di Indonesia.
3 Konsultasi pada 12 Januari 2018 adalah bagian dari serangkaian konsultasi CSS dengan berbagai pemangku kepentingan (termasuk perwakilan dari pemerintah, BUMN, mitra pembangunan, dan CSO) yang dimulai pada November 2017.
2
B. JALANNYA KONSULTASI
4. ADB mengucapkan terima kasih pada para peserta yang telah hadir dan memberi masukan
yang berharga selama proses konsultasi. ADB menjelaskan bahwa manfaat penggunaan CSS
antara lain adalah memperkuat standar dan praktik lingkungan dan pemukiman kembali tidak
secara sukarela PLN agar sejajar dengan praktik baik internasional. Selain itu, biaya transaksi
untuk mematuhi upaya perlindungan lingkungan dan pemukiman kembali tidak secara sukarela
akan lebih rendah, karena PLN tidak diharapkan membuat serangkaian kajian yang terpisah dan/atau paralel untuk memenuhi peraturan Indonesia dan SPS ADB. ADB juga mencatat adanya
efek demonstratif yang positif dan berbagai insentif bagi kementerian dan badan usaha lain untuk
memperkuat upaya perlindungannya masing-masing.
5. ADB mengungkapkan bahwa CSS, begitu disetujui, tidak akan diterapkan untuk proyek-
proyek PLN yang sangat sensitif dan sangat rumit. “Proyek yang sangat sensitif dan sangat rumit” adalah proyek yang dianggap ADB sangat berisiko, atau diperdebatkan, atau yang melibatkan
dampak sosial dan/atau lingkungan yang serius serta multidimensional dan umumnya saling
terkait.
6. Dalam hal proses, ADB menjelaskan perbedaan antara CSR dan CSS. CSR adalah
peninjauan “di tingkat nasional” terhadap undang-undang dan peraturan, peraturan dan prosedur
nasional yang berkaitan dengan upaya lingkungan dan sosial. Kajia ini dipergunakan sebagai
dokumen latar belakang bagi kajian lebih lanjut di tingkat Lembaga. Di sisi lain, dan dalam konteks
usulan ADB pada Indonesia saat ini, istilah CSS secara khusus mengacu pada penggunaan sistem
upaya perlindungan lingkungan dan sosial “di tingkat lembaga,” dalam hal ini PLN.
7. Kajian CSS untuk PLN mencakup:
• kajian kesetaraan dalam upaya perlindungan lingkungan;
• kajian kesetaraan dalam upaya perlindungan pemukiman kembali tidak secara sukarela;
• kajian akseptabilitas dalam pelaksanaan upaya perlindungan lingkungan; dan
• kajian akseptabilitas dalam pelaksanaan upaya perlindungan pemukiman kembali tidak
secara sukarela.
Berdasarkan kajian tersebut, telah diidentifikasi berbagai kesenjangan yang spesifik, dan
disusunlah langkah-langkah atau rencana aksi untuk menutup kesenjangan tersebut. Implementasi
rencana aksi tersebut akan mengikat secara hukum berdasarkan jangka waktu yang disepakati.
ADB akan secara teratur memantau pelaksanaan rencana tindakan terkait CSS.
8. ADB menekankan bahwa penggunaan CSS tidak membebaskan ADB dari tanggung
jawabnya untuk melakukan uji tuntas maupun untuk melakukan pengawasan pinjamannya. ADB
akan terus melaksanakan uji tuntas, mengkaji rencana upaya perlindungan, dan mengawasi
pelaksanaan semua proyek yang akan disiapkan berdasarkan CSS. Penggunaan CSS tidak
mengubah peran Mekanisme Akuntabilitas ADB.
9. ADB menjabarkan rangkuman isu-isu yang diajukan oleh CSO yang berpartisipasi (“peserta”) pada konsultasi yang diadakan sebelumnya (November-Desember 2017).4 Para peserta
mengonfirmasi bahwa seluruh keprihatinan yang mereka ajukan pada konsultasi sebelumnya telah
tercantum. Di sesi ini, beberapa peserta menyampaikan keberatannya terhadap pernyataan dalam
4 Dalam tanggapan tertulis terhadap Rangkuman ini, beberapa peserta menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan
penjelasan dalam sesi ini terkait rincian dari kajian ini.
3
rangkuman bahwa, “kerangka hukum dan kebijakan Indonesia terkait dengan lingkungan dan
pemukiman kembali tidak secara sukarela pada umumnya selaras dengan SPS.”
10. Setelah menyampaikan ringkasan proses kajian CSS saat ini, ADB memaparkan rencana
aksi yang diusulkan untuk menutup kesenjangan dalam rangka memperkuat praktik dan kapasitas
implementasi upaya perlindungan PLN.5
Diskusi, poin-poin utama, dan tanggapan
i. Alasan penerapan CSS di tingkat lembaga
11. Beberapa peserta bertanya alasan digunakannya CSS sebagai pengganti SPS. Mereka
bertanya apakah CSS akan diberlakukan secara luas di seluruh Indonesia.
12. Tanggapan ADB:
• Penggunaan CSS akan meniadakan kewajiban bagi proyek-proyek PLN yang didanai oleh
ADB untuk menyiapkan dokumen berganda terkait lingkungan dan pemukiman kembali
tidak secara sukarela untuk memenuhi kerangka peraturan Indonesia dan SPS. Penerapan
CSS juga diharapkan dapat memperkuat tata kelola PLN dalam kedua aspek ini agar
sejajar dengan praktik baik di tingkat internasional.
• Pada prinsipnya, penggunaan CSS dapat diterapkan untuk seluruh proyek-proyek PLN,
kecuali proyek yang termasuk dalam kategori sangat sensitif dan sangat rumit. Jika hal
tersebut ditetapkan oleh Dewan Direksi PLN, maka CSS dapat berlaku untuk semua proyek
PLN, apapun sumber pendanaannya. Namun, hal tersebut tidak diantisipasi akan terjadi
dalam waktu dekat ataupun sedang.
• Penggunaan CSS akan dipantau secara teratur oleh ADB. ADB tidak akan menurunkan
standar upaya perlindungannya untuk proyek-proyek yang menerapkan CSS. Mekanisme
Akuntabilitas ADB akan tetap berlaku, demikian juga perjanjian pinjaman spesifik di tiap
proyek yang dibiayai ADB.
ii. Akses ke proses dan dokumentasi kajian CSS lingkungan
13. Beberapa peserta mengungkapkan keprihatinannya bahwa proses terkait dengan AMDAL,
UKL-UPL dan Perijinan Lingkungan tidaklah transparan, dan akses publik ke dokumen-dokumen
tersebut sangatlah sulit. Para peserta juga secara khusus menyatakan bahwa “konsultasi publik yang bermakna” terkait proses AMDAL dan UKL-UPL masih dipertanyakan.
14. Tanggapan ADB:
• Telah dipahami bahwa dalam praktiknya, ada konsultasi Publik AMDAL di tingkat proyek
yang masih perlu diperbaiki. Selain itu, kapasitas otorita pemerintah yang tidak memadai
dalam mengevaluasi dokumen AMDAL dan UKL-UPL masih merupakan kendala. ADB
menyadari kekurangan tersebut, dan melihat bahwa kajian CSS merupakan kesempatan
untuk memperbaikinya.
• Kesenjangan dalam hal pengungkapan dokumen upaya perlindungan telah diidentifikasi
dalam kajian CSS, dan rencana aksi untuk menutup kesenjangan mewajibkan PLN untuk
5 Kajian kesetaraan dan akseptabilitas telah dipresentasikan dan dibahas dalam konsultasi sebelumnya yang diadakan
pada 11 Desember 2017.
4
mengungkap laporan pemantauan AMDAL, UKL-UPL, dan pengawasan lingkungan di situs
web PLN.
iii. Proyek-proyek PLN
15. Beberapa peserta meminta ADB merinci ke-18 proyek PLN yang dipergunakan dalam latar
belakang untuk kajian akseptabilitas CSS, beserta kriteria yang digunakan dalam memilih proyek-
proyek tersebut. Mereka ingin mengetahui apakah proyek-proyek tersebut mencakup proyek PLN
di Jeneponto, Maros, Pasar Loreng, Batang, dan Indramayu, yang dilaporkan telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia dan perlindungan lingkungan yang buruk.6
16. Tanggapan ADB:
• ADB mengklarifikasi bahwa proyek-proyek yang disebutkan peserta tidak menjadi bagian
dari kajian CSS sejauh ini.
• Kajian CSS untuk PLN saat ini sedang terus berjalan. ADB akan mengadakan diskusi
kelompok terfokus (focus group discussion/FGD) tentang pemukiman kembali tidak secara
sukarela dan lingkungan, serta mengungkap informasi terkait sebelum FGD, sebagai bagian dari proses konsultasi.
iv. Kelengkapan dokumen dan kualitas terjemahannya
17. Beberapa peserta bertanya mengapa berbagai masukan, pertanyaan dan masalah yang
disampaikan saat diskusi tahun 2017 terkait dengan temuan-temuan CSR tidak disertakan dalam
dokumen-dokumen yang ada di situs web ADB.7 Peserta juga menyatakan bahwa terjemahan
dokumen-dokumen CSS yang diungkap nampak tidak lengkap, dan maknanya kadang-kadang
tidak jelas. Mereka juga meminta hasil analisis kesenjangan dan matriks terkait diungkap di situs
web ADB.
18. Tanggapan ADB:
• ADB masih dalam tahap meminta masukan. ADB juga menekankan akan secara hati-hati
akan mempertimbangkan seluruh masukan dan mencantumkannya bila relevan pada saat
berlangsungnya proses finalisasi kajian CSS dan rencana aksi untuk menutup kesenjangan
terkait.
• ADB akan memperbaiki kualitas terjemahannya.
• ADB telah mengungkap kajian kesetaraan CSS yang terkonsolidasi, yang di dalamnya
termasuk analisis kesenjangan untuk perlindungan lingkungan dan pemukiman kembali tidak
secara sukarela.
• ADB juga akan mengungkap dokumen-dokumen dan informasi lain tentang CSS di situs web
ADB.8
6 Dalam tanggapan tertulis terhadap Rangkuman ini, beberapa peserta menyatakan bahwa berdasar penjelasan singkat
ADB dalam sesi ini terkait ke-18 proyek, mereka memahami bahwa kebanyakan dari proyek ini adalah proyek berskala kecil dan sepenuhnya dikelola oleh PLN tanpa keterlibatan pihak swasta.
7 Dalam tanggapan tertulis terhadap Rangkuman ini, beberapa peserta memandang bahwa masukan dari CSO tidak
mendapatkan tanggapan yang cukup dari ADB.
8 Sesuai dengan panduan SPS dan Kebijakan Komunikasi Publik 2011 ADB
5
v. Masalah dengan SPS ADB dan penggunaan CSS
19. Beberapa peserta mengangkat masalah-masalah terkait kepatuhan terhadap SPS. Merujuk
pada pendekatan di proyek ADB di Citarum, para peserta memahami bahwa dari sudut pandang
ADB, pemukiman kembali masyarakat yang terkait dengan proyek adalah tanggung jawab
pemerintah.9 Dalam konteks ini, para peserta menegaskan bahwa dengan mendukung
penggunaan CSS oleh PLN, ADB mendukung penggunaan kerangka aturan yang lemah. Sebagai
contoh, kajian CSS merujuk pada Perpres No. 88/2017, meskipun peraturan tersebut belum memiliki rekam jejak yang terbukti pada tingkat implementasi.10
20. Tanggapan ADB:
• ADB menjamin bahwa ADB tidak akan menurunkan standar SPS. Jika terdapat kesenjangan
dengan kerangka hukum Indonesia dan praktik-praktik dalam hal lingkungan dan
pemukiman kembali tidak secara sukarela, maka rencana aksi untuk menutup kesenjangan
akan diterapkan agar memenuhi persyaratan SPS dan praktik baik internasional.
vi. Kesenjangan di kajian CSS untuk pemukiman kembali tidak secara sukarela, dan isu-isu sosial
lain
21. Beberapa peserta mengungkapkan keprihatinannya terkait pemantauan pemulihan mata
pencaharian setelah pemukiman kembali telah selesai, dan keprihatinan mengenai absennya hal
tersebut dalam CSS. Proyek-proyek di sektor energi dapat membahayakan masyarakat, karena
proyek-proyek ini dapat mengakibatkan hilangnya penghasilan dan pekerjaan.
• Tanggapan ADB: ADB akan mempertimbangkan dimasukkannya “penyediaan fasilitas dan
infrastruktur” sebagai bagian dari pemukiman kembali dalam rencana aksi untuk menutup kesenjangan.
22. Beberapa peserta mengungkapkan keprihatinannya tentang perlakuan terhadap kelompok
rentan. Mereka tidak setuju dengan kajian CSS yang mengategorikan masalah perlakuan terhadap
kelompok rentan dan masalah gender sebagai “hal kecil.” Mereka menegaskan perlunya
transparansi tentang bagaimana proyek-proyek yang menggunakan CSS akan menangani
masyarakat yang tidak memiliki hak formal atas tanah, misalnya masyarakat adat dan masyarakat
yang tinggal di hutan.
• Tanggapan ADB: Kelompok rentan dan masalah gender masuk dalam kategori “hal besar,” dan hal tersebut telah tercantum dalam kajian CSS yang direvisi.
23. Beberapa peserta menanyakan perhatian yang telah diberikan terhadap masalah tenaga
kerja, dan bagaimana standar ketenagakerjaan dimasukkan dalam kajian CSS.
• Tanggapan ADB: Masalah-masalah terkait dengan ketenagakerjaan sementara ini sedang
dikaji melalui kajian lingkungan ADB. Jika diperlukan dan tergantung dari setiap lokasi
proyek, ADB akan melakukan kajian yang berdiri sendiri, misalnya kajian sosial, atau kajian
pekerja di bawah umur/anak-anak. ADB saat ini tidak memiliki standar khusus tentang
ketenagakerjaan sebagaimana Standar Kinerja di International Finance Corporation.
9 ADB. Republik Indonesia: Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu di Wilayah Sungai Citarum – Proyek 1.
https://www.adb.org/projects/37049-023/main.
10 Peraturan Presiden No. 88/2017 tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan
6
Pedoman AMDAL yang harus dikembangkan sebagai bagian dari rencana aksi CSS oleh
PLN akan mencakup aspek ketenagakerjaan.
24. Beberapa peserta mencatat tidak adanya analisis pemangku kepentingan dalam kajian
pemukiman kembali tidak secara sukarela. Identifikasi pemangku kepentingan hanya melibatkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, padahal kebijakan dan operasi PLN dipengaruhi secara signifikan oleh
berbagai kementerian lain, serta pemerintah daerah yang menjadi lokasi proyek PLN.
• Tanggapan ADB: Peran berbagai institusi di Indonesia dijelaskan dalam kajian CSS.
Meskipun demikian, ADB menerima masukan ini, dan akan mengelaborasi aspek ini di
bagian terkait.
25. Beberapa peserta menganggap bahwa analisis terkait pelaksanaan relokasi dari segi hak
asasi manusia masihlah lemah (misalnya, tidak adanya evaluasi tentang praktik identifikasi daerah
pemukiman kembali yang sudah dilengkapi dengan fasilitas sosial; pelaksanaan konsultasi dengan
orang-orang yang dipindahkan; kerangka hukum tentang ganti kerugian akibat pemukiman kembali
tidak secara sukarela namun tidak mencakup penyediaan sarana dan prasarana), serta tidak
mengidentifikasi siapa yang harus bertanggung jawab dalam hal ini. Hal-hal tersebut membutuhkan
penjabaran dalam kajian CSS.
• Tanggapan ADB: ADB menerima masukan ini, dan akan mencantumkannya dalam proses
finalisasi kajian CSS.
26. Beberapa peserta mencatat bahwa kajian CSS mencantumkan beberapa indikator sebagai
“moderat”, padahal mereka menilainya sebagai “lemah,” termasuk untuk aspek penanganan
keluhan; pencakupan kajian budaya dan sosial; dan pengalaman dengan pemulihan penghidupan
dan penyediaan perumahan.
• Tanggapan ADB: Sistem pemeringkatan “lemah”, “moderat”, dan “kuat” yang digunakan
dalam kajian CSS disusun berdasarkan kriteria dan indikator yang telah ditentukan. ADB
akan meninjau sistem peringkatan ini, termasuk alasan-alasan yang terkait untuk
memastikan kekuatan dan keselarasannya dengan harapan umum.
27. Beberapa peserta menanyakan rentang waktu bagi penerapan rencana aksi untuk menutup
kesenjangan, dan apakah ada prasyarat dari ADB terkait implementasi rencana aksi ini.
• Tanggapan ADB: Akan ada rentang waktu bagi implementasi yang disepakati oleh PLN dan
ADB, yaitu rentang waktu bagi langkah-langkah yang perlu diselesaikan sebelum
persetujuan ADB untuk penggunaan CSS di PLN; dan rentang waktu bagi langkah-langkah
yang harus diimplementasikan sebelum pembiayaan ADB untuk sebuah proyek PLN yang
menggunakan CSS. Implementasi ini akan mengikat secara hukum, dan pendanaan ADB
dapat tidak dicairkan apabila rencana aksi untuk menutup kesenjangan tidak terpenuhi.
28. Beberapa peserta merasa bahwa kajian CSS belum menyentuh isu-isu global yang sedang
berkembang, seperti tujuan pembangunan yang berkelanjutan, perubahan iklim, polusi yang
berasal dari pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik, tarif listrik yang adil, dan
pembiayaan proyek yang transparan.
• Tanggapan ADB: Hal-hal tersebut akan dipertimbangkan dalam persiapan masing-masing
proyek, dan berada di luar cakupan dari kajian CSS.
7
29. Poin-poin berikut juga diangkat oleh beberapa peserta, dan dicatat oleh ADB:
• Kajian CSS belum memasukkan aspek persetujuan yang bebas dengan diberitahukan
terlebih dahulu (Free and Prior Informed Consent/FPIC).
• ADB perlu mengkaji kesenjangan kepatuhan dalam konteks proyek-proyek yang dibiayai
ADB secara luas, tidak terbatas pada PLN.
• Terdapat contoh-contoh proyek di Indonesia, termasuk oleh PLN, yang masyarakatnya
dipindahkan secara paksa, menggunakan ancaman dan kekerasan, dan khususnya
berdampak pada petani.
30. Atas nama beberapa CSO, seorang peserta menyerahkan sebuah dokumen kepada ADB,
yang berisi keluhan tentang tidak-adanya konsultasi yang bermakna baik untuk CSR maupun CSS.
• Tanggapan ADB: ADB menyatakan telah menerima dokumen tersebut, dan memastikan
bahwa berbagai tanggapan yang telah disampaikan akan dipertimbangkan dengan seksama
di tahap finalisasi kajian CSS.
31. Selama diskusi, dua peserta CSO memutuskan untuk meninggalkan diskusi lebih awal,
karena merasa tidak mendapatkan tanggapan yang cukup. Konsultasi berlanjut dengan membahas
pertanyaan tambahan dari peserta, dan diakhiri oleh tanggapan penutup.
Penutup
32. Acara ditutup dengan diskusi mengenai langkah-langkah selanjutnya dalam proses ini,
termasuk: mengkaji semua masukan dari para pemangku kepentingan termasuk CSO dan
menanggapi tanggapan-tanggapan terkait dalam dokumen CSS sebagaimana diperlukan;
memperbarui isi situs web ADB terkait; dan menyelenggarakan serangkaian konsultasi tambahan (antara lain dalam bentuk FGD). ADB berterima kasih pada seluruh peserta untuk masukannya
yang berharga, dan menekankan sekali lagi bahwa seluruh masukan akan dipertimbangkan dalam
memfinalisasi kajian CSS dan rencana aksi untuk menutup kesenjangan.
= AKHIR DARI RINGKASAN =
Singkatan: ADB = Asian Development Bank; AMDAL = Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
BAPPENAS = Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional; CSO = Organisasi Masyarakat Sipil (Civil Society Organization); CSS = Sistem Upaya
Perlindungan Negara (Country Safeguard System); CSR = Peninjauan Upaya Perlindungan Negara (Country
Safeguard Review); PCP = Kebijakan Komunikasi Publik ADB 2011 (ADB Public Communications Policy
2011); PLN = Perusahaan Listrik Negara; SPS = Pernyataan Kebijakan tentang Upaya Perlindungan ADB
2009 (ADB Safeguard Policy Statement 2009); UKL-UPL = Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Bila Anda ingin melanjutkan komunikasi dengan ADB terkait topik ini, silakan hubungi tim proyek di