29
Status Riset 25 Tahun Plot STREK Dr. Farida Herry Susanty BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RINGKASAN PRESENTASI

RINGKASAN PRESENTASI Status Riset 25 Tahun Plot STREK · RINGKASAN PRESENTASI . 1 STATUS RISET 25 TAHUN PLOT STREK Penanggung Jawab : Kepala Badan Litbang dan Inovasi KLHK (Dr. Ir

  • Upload
    voduong

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Status Riset 25 Tahun Plot STREK

Dr. Farida Herry Susanty

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

RINGKASAN PRESENTASI

1

STATUS RISET 25 TAHUN PLOT STREK

Penanggung Jawab :

Kepala Badan Litbang dan Inovasi KLHK

(Dr. Ir. Henry Bastaman, MES)

Penyusun :

Dr. Farida Herry Susanty, S.Hut.,MP

Pembahas dan Editor :

Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc

Dr. Ir. Putera Parthama, M.Sc

Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, MS

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS

Prof. Dr. Ir. Iskandar Zulkarnain Siregar, M.For.Sc

Dr. Ir. Darwo, M.Si

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2015

2

STATUS RISET 25 TAHUN PLOT STREK

DAFTAR ISI

1 PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Kerangka Pikir 2 1.3. Ruang Lingkup, Tujuan dan Output 4 2 KEADAAN UMUM LOKASI 6 2.1. Risalah Plot STREK 6 2.2. Letak dan Aksesibiltas 8 2.3. Iklim dan Hidrologi 9 2.4. Topografi dan Kondisi Tanah 9 2.5. Vegetasi, Satwa dan Penutupan Lahan 10 2.6. Kondisi Sosial dan Ekonomi 11 2.7. Sarana dan Prasarana 12 3 DESAIN PLOT DAN KARAKTERISTIK DATA 13 3.1. Desain Plot STREK 13 3.2. Struktur dan Organisasi Data 16 3.3. Karakteristik Data 17 4 PENDEKATAN DAN KOMPONEN ANALISIS 19 4.1. Pendekatan Analisis Status Riset 19 4.2. Model Struktur Tegakan 20 4.3. Mortalitas dan Ingrowth 24 4.4. Riap Individu dan Tegakan 25 4.5. Analisis Kantitatif Ekologis 26 4.6. Formulasi Penilaian Pemulihan Tegakan Hutan 29 5 DINAMIKA STRUKTUR TEGAKAN 30 5.1. Tegakan Hutan Setelah Penebangan 31 5.2. Tegakan Hutan Setelah Pembebasan 35 5.3. Model Struktur Tegakan 39 6 MORTALITAS DAN ALIH TUMBUH (INGROWTH) 62 6.1. Mortalitas Tegakan 63 6.2. Alih Tumbuh (Ingrowth) Tegakan 71 6.3. Korelasi Jangka Waktu Pemulihan terhadap Mortalitas dan Ingrowth 78 7 RIAP PERIODIK TEGAKAN HUTAN 86 7.1. Riap Individu Periodik 87 7.2. Riap Tegakan Periodik 93 7.3. Korelasi Jangka Waktu Pemulihan terhadap Riap Individu dan Tegakan 99 8 DIMENSI KUANTITATIF EKOLOGI TEGAKAN 110 8.1. Komposisi Jenis 111 8.2. Indeks Nilai Penting Jenis 114 8.3. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Kelimpahan Jenis (N1) 123 8.4. Indeks Kekayaan Jenis Margaleff (R1) 126 8.5. Indeks Kemerataan Jenis Pielou J ‘ (E) 127 8.6. Indeks Kesamaan Komunitas (IS) 129 8.7. Pola Sebaran Spasial Kelompok Jenis (IM) 130 9 FORMULASI PENILAIAN PEMULIHAN TEGAKAN 134 9.1. Keragaan Karakteristik Biometrik (KKB) 134 9.2. Formulasi Penilaian Pemulihan 136 9.3. Komponen Utama Penilaian Pemulihan 141 10 PENUTUP 143

3

STATUS RISET 25 TAHUN PLOT STREK

Dr. Farida Herry Susanty

Intisari

Buku ini menguraikan sejarah pembangunan plot STREK, proses kerjasama yang terjadi serta pengelolaannya hingga kini. Desain awal dan hasil-hasil kajian plot STREK yang telah diperoleh (manfaat). Teknik pengumpulan data di lapangan dan bentuk pengorganisasian data mempunyai struktur database yang bersifat permanen dan temporer yang mencakup data tegakan dan plot. Pendekatan Analisis menguraikan beberapa perangkat yang digunakan dalam analisis data. Status riset plot STREK mencakup beberapa aspek kajian. Model Struktur Tegakan pada hutan bekas tebangan baik dengan atau tanpa perlakuan pembebasan tegakan serta hutan primer. Pendekatan umum berdasarkan kerapatan tegakan dan bidang dasar tegakan yang lebih lanjut dilakukan berdasarkan penggelompokkan jenis Dipterocarpaceae dan non Dipterocarpaceae. Fluktuasi tingkat mortalitas dan ingrowth tegakan hutan alam setelah penebangan dan setelah pembebasan akan sangat bervariasi berdasarkan kelompok jenis. Perhitungan riap individu dan tegakan dengan pendekatan diameter pohon dan bidang dasar tegakan secara periodik. Kuantifikasi ekologis jenis meliputi: bentuk keragaman jenis, dominansi jenis, kekayaan jenis, kemerataan sebaran jenis dan model sebaran spasial jenis. Pendekatan diamensi statis dan dinamis dilakukan dalam rangka menyusun keragaan karakteristik biometrik tegakan dalam rangka menyusun formulasi penilaian pemulihan tegakan hutan setelah penebangan. Pendekatan ragam variabel penyusun karakteristik tegakan dilakukan berdasarkan identifikasi variabel penting dan menyusun formulasinya sebagai komponen utama penilaian pemulihan tegakan hutan alam bekas penebangan berdasarkan multi dimensi kuantitatif.

Intisari topik

yang

disampaikan

dalam kajian

status riset 25

tahun Plot

STREK

4

Latar Belakang

Risalah Plot STREK

Tujuan utama pembangunan Plot STREK

Memperoleh informasi teknik silvikultur dan aturan pengelolaan hutan produksi yang

sesuai dengan kondisi setempat maupun yang mempunyai karakteristik sejenis

sehingga pengelolaan hutan dapat direncanakan dengan baik dan lestari

Evaluasi efektifitas tindakan silvikultur penjarangan pada hutan alam produksi Evaluasi dampak teknik penebangan yang berbeda terhadap tegakan hutan

berbasis multi aspek Jawaban bagi modelling pengaturan hasil yang mempunyai keterbatasan data

pengukuran periodik dan jangka panjang Kajian status riset dengan multi disiplin untuk penilaian pemulihan tegakan

hutan secara komprehensif

Manfaat

Manfaat yang diberikan berupa masukan beberapa kebijakan teknis terkait alternatif

teknik silvikultur dari hasil penelitian dan pengalaman teknis di lapangan kepada

para pihak yang berkepentingan.

Increment

Ingrowth

Data & Informasi

Ragam Hutan Perencanaan danPengelolaaan

Hutan

Hutan Alam

KarakteristikBiometrik

-Ragam Kondisi Hutan-Struktur, komposisi jenis,

potensi, mortalitas, ingrowth(Lewis et al. 2004; Ishida et al.

2005)

PengelolaanHutan Lestari

Penyediaan PerangkatManajemen Kuantitatif

(Phillips et al. 2002)

• Awal pembangunan proyek kerja sama antara Badan Penelitian danPengembangan Kehutanan, lembaga The Centre de CoopérationInternationale en Recherce Agronomique poue le Développement (CIRAD-Forét), Perancis dan PT Inhutani I pada September 1989-1996

• Konferensi International Tropical Forest Action Program (TFAT) diYogyakarta dilanjutkan Berau Forest Manegement Project (BFMP) UniEropa (1996- 2002)

• Dilanjutkan Berau Forest Bridging Project (BFBP) hingga Juni 2004.

• Sejak 2004 - sekarang dilaksanakan Badan Litbang Kehutanan BalaiBesar Penelitian Dipterokarpa (dulu : Balai Penelitian dan PengembanganKehutanan Kalimantan).

5

Rekomendasi Plot STREK

Lokasi Plot STREK

Tujuan Status Riset Plot STREK

Mendapatkan gambaran fakta ilmiah dalam mengukur tingkat keterpulihan hutan alam

setelah penebangan menuju bentuk hutan alam primer (kondisi sebelum penebangan)

dengan berbagai variasi kondisi penebangan (sebagai representasi tingkat

kerusakan) dan bentuk pembebasan (sebagai representasi input teknik silvikultur

pemeliharaan tegakan hutan).

Output

Pemutakhiran informasi dalam ilmu pengetahuan kehutanan mencakup

pemantauan dan penilaian kondisi tegakan hutan alam setelah penebangan

(aspek produktivitas & ekologi konservasi).

Teridentifikasi bahan evaluasi pengelolaan hutan alam produksi yang

berhubungan dengan penilaian kemampuan pemulihan tegakan hutan alam

dalam rangka pertimbangan kebijakan teknis untuk peningkatan produktivitas

hutan alam produksi yang lestari.

Formulasi untuk redesain plot STREK kedepan sebagai media kajian yang

mempunyai nilai novelties bagi ilmu pengetahuan dan mampu bernilai lebih

implementatif bagi kebutuhan pengguna.

Memberikan kontribusi dalam evaluasi sistem TPTI (Tebang Pilih TanamIndonesia);

Menilai dampak dari teknik Reduced Impact Logging terhadap tegakan hutan;

Evaluasi teknik silvikultur yang sesuai dengan kondisi tegakan hutan setelahpenebangan dalam rangka peningkatan produktifitas hutan.

Tj. Redeb

KHDTK Labanandi Labanan, KabupatenBerau Kalimantan Timur

6

Desain Plot STREK

Pengukuran dan Organisasi Data

Desain plot penelitian permanen berukuran 200 m x 200 m (4 ha) terbagi dalam

4 subplot (square )

Tiap square plot berukuran 100 m x 100 m (1 ha).

Masing-masing square dibuat sub subplot berukuran 20 m x 20 m sebanyak

25 buah.

Luas plot penelitian 18 plot @ 4 ha = 72 ha

Pengukuran semua jenis pohon >10 cm , periodik tiap 2 tahun

Database

Berbasis Visual FoxPro (Vfp) meliputi 3 komponen : File SPECIE : daftar jenis pohon yang diidentifikasi; File SITREE_P (File permanen) : nama jenis, koordinat pohon. File SITREE_D (File dinamis) : keliling, kematian, ingrowth, posisi dan bentuk

tajuk.

7

Alur Analisis

MODEL DINAMIKA STRUKTUR TEGAKAN

Kerapatan Tegakan Hutan Setelah Penebangan

Kerapatan : 461-647 btg ha-1 rataan 531 btg ha-1

Pemulihan 23 tahun : 91,8 – 103,5%

Plot STREK

Hutan PrimerTeknik Penebangan

yang Berbeda

Teknik Pembebasan yang

Berbeda

RKL-4 RKL-1

Pengukuran periodik dan time series

Analisis Tegakan

Dimensi Statis Dimensi Dinamis

- Indek Nilai Penting Jenis

- Indeks Keanekaragaman

- Indeks Kekayaan

- Indeks Kemerataan

- Indeks Kesamaan

- Pola Distribusi Spasial Jenis

- Kerapatan (n.ha-1

)

- Bidang dasar (m2.ha

-1)

- Riap Periodik Individu & Tegakan

- Tingkat Mortalitas

- Tingkat Ingrowth

A N A L I S I S

Formulasi Penilaian Pemulihan Hutan Setelah Penebangan(Keragaan Karakteristik Biometrik)

KHDTK Labanan

0

100

200

300

400

500

600

HP 1 3 5 7 9 11 13 15 17 23

Ke

rap

ata

n (

btg

ha

-1)

Jangka waktu setelah penebangan (tahun)

RIL 50 RIL 60 CNV60 HP

8

Bidang dasar tegakan Setelah Penebangan

BD HBT tegakan : 19.35-31.84 m2 ha-1 rataan 23.68 m2 ha-1

Pemulihan 23 tahun : 104.2 – 122.9%

Kerapatan Tegakan Hutan Setelah Pembebasan

Kerapatan : 419-510 btg ha-1 rataan 472 btg ha-1

23 tahun setelah pembebasan: 94.9-103.7%

Bidang dasar tegakan Pembebasan

BD HBT tegakan : 22.66-28.20 m2 ha-1 rataan 24.39 m2 ha-1

13 tahun setelah pembebasan : 87.4-108.0% (BD HBT < HP Bonino dan

Araujo 2005)

0

10

20

30

40

HP 1 3 5 7 9 11 13 15 17 23Bid

an

g d

asa

r (m

2 h

a-1

)

Jangka waktu setelah penebangan (tahun)

RIL 50 RIL 60 CNV 60 HP

0

100

200

300

400

500

600

HBT 11 1 3 5 7 9 11 13 15 23

Ke

rap

ata

n (

btg

ha

-1)

Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)

PS PPB CTR

0

10

20

30

40

HBT11

1 3 5 7 9 11 13 15 23

Bid

ang

dasar

(m2 h

a-1

)

Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)

PS PPB CTR

9

Model Struktur tegakan

Model famili sebaran eksponensial, gamma, Lognormal, weibull

Terpilih : Model famili sebaran Lognormal berdasarkan nilai fungsi

kemungkinan maksimum (L)

Perbandingan model struktur tegakan untuk semua jenis pada (a) RIL 50; (b) RIL 60; (c) penebangan konvensional dan (d) hutan primer

Model famili sebaran Lognormal berdasarkan nilai fungsi kemungkinan maksimum

(L) : D (S, Ds), nD dan semua jenis

Dinamika Struktur Tegakan

Berdasarkan dimensi kerapatan dan bidang dasar tegakan: Tegakan hutan 23 tahun setelah penebangan mendekati kondisi hutan primer,

tetapi masih didominasi kelompok jenis non Dipterocarpaceae Tegakan HBT 23 tahun setelah pembebasan belum memberikan perbedaan

yang nyata baik untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae maupun non Dipterocarpaceae

Pemulihan tegakan/respon tindakan pembebasan kelompok jenis Dipterocarpaceae akan lebih lambat dibandingkan kelompok jenis non Dipterocarpaceae

0

50

100

150

200

250

Ke

rap

ata

n (

btg

ha

-1)

Diameter (cm)

Kerapatan rataan Eksponensial Gamma Lognormal Weibull

0

50

100

150

200

250

0

7.5

12

.5

17

.5

22

.5

27

.5

32

.5

37

.5

42

.5

47

.5

52

.5

57

.5

62

.5

67

.5

72

.5

77

.5

82

.5

87

.5

92

.5

97

.5

10

2.5

Kera

pata

n (

btg

ha

-1)

Diameter (cm)

Kerapatan rataan

Eksponensial

Gamma

Lognormal

Weibull

0

50

100

150

200

250

0

7.5

12

.5

17

.5

22

.5

27

.5

32

.5

37

.5

42

.5

47

.5

52

.5

57

.5

62

.5

67

.5

72

.5

77

.5

82

.5

87

.5

92

.5

97

.5

10

2.5

Kera

pata

n (b

tg h

a-1

)

Diameter (cm)

Kerapatan rataan

Eksponensial

Gamma

Lognormal

Weibull

0

50

100

150

200

250

0

7.5

12

.5

17

.5

22

.5

27

.5

32

.5

37

.5

42

.5

47

.5

52

.5

57

.5

62

.5

67

.5

72

.5

77

.5

82

.5

87

.5

92

.5

97

.5

10

2.5

Kera

pata

n (b

tg h

a-1

)

Diameter (cm)

Kerapatan rataan

Eksponensial

Gamma

Lognormal

Weibull

0

50

100

150

200

250

0

7.5

12

.5

17

.5

22

.5

27

.5

32

.5

37

.5

42

.5

47

.5

52

.5

57

.5

62

.5

67

.5

72

.5

77

.5

82

.5

87

.5

92

.5

97

.5

10

2.5

Kera

pata

n (

btg

ha

-1)

Diameter (cm)

Kerapatan rataan

Eksponensial

Gamma

Lognormal

Weibull

10

MORTALITAS & ALIH TUMBUH (INGROWTH)

Mortalitas semua jenis

HBT > HP pada tahun ke-1 dan tahun ke-3; HSP > CTR hingga tahun ke-5

Mortalitas Dipterocarpaceae & non Dipterocarpaceae (HBT)

Efek penebangan: tahun ke-1 & ke-3 CNV>RIL50>RIL60 sampai tahun ke-5 Mortalitas menurun setelah tahun ke-5 Mortalitas ND>D; S < Ds

020406080

100120140160180

1 3 5 7 9 11 13 15 17 23

Kem

atia

n (

btg

ha-

12th

-1)

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

RIL 50

RIL 60

CNV

HP

0

20

40

60

80

100

120

1 3 5 7 9 11 13 15 23

kem

atia

n (

btg

ha-

1

2th

-1)

Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)

PS

PPB

CTR

0

20

40

60

80

100

120

1 3 5 7 9 11 13 15 17 23

Ke

ma

tia

n (

btg

ha-

12th

-1)

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

RIL 50 RIL 60 CNV HP

0

20

40

60

80

100

120

1 3 5 7 9 11 13 15 17 23

Ke

ma

tia

n (

btg

ha

-1

2th

-1)

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

RIL 50 RIL 60 CNV HP

11

Mortalitas Dipterocarpaceae & non Dipterocarpaceae HSP

Efek pembebasan: hingga tahun ke-5

PS menyerupai PPB

Mortalitas menurun setelah tahun ke-5

Mortalitas ND>D

Mortalitas tegakan semua jenis

Kondisi HBT1 HBT3 HBT5 HBT7 HBT9 HBT11 HBT13 HBT15 HBT17 HBT23

(% ha-1 2th-1)

RIL50 Rataan 23.7 10.9 4.3 5.8 3.0 2.9 2.7 3.4 3.3 3.4

SD 10.6 6.2 1.4 1.2 0.7 1.1 1.1 1.7 1.5 1.7

RIL60 Rataan 22.3 8.3 4.4 5.5 3.3 2.5 2.5 2.5 3.5 2.8

SD 8.1 3.5 1.1 1.3 0.9 0.8 1.1 1.3 2.0 1.3

CNV Rataan 29.3 12.8 2.8 6.8 3.3 3.6 2.8 2.9 4.3 4.4

SD 9.2 8.0 1.3 2.3 0.9 2.1 1.0 1.9 0.4 1.9

HP1 HP3 HP5 HP7 HP9 HP11 HP13 HP15 HP17 HP23

HP Rataan 2.9 3.2 4.7 6.0 3.2 3.4 2.7 2.0 3.2 2.9

SD 1.0 1.3 5.1 1.8 1.2 1.5 1.5 1.4 2.0 1.9

P1 P3 P5 P7 P9 P11 P13 P15 P23

PS Rataan 3.4 13.6 6.1 9.5 4.0 7.7 3.2 6.1 8.2

SD 1.5 2.7 3.8 4.6 1.6 5.8 1.4 2.2 6.1

PPB Rataan 4.6 13.2 6.0 8.7 2.9 3.3 3.3 4.1 12.2

SD 3.2 2.8 3.6 3.3 1.0 1.0 1.2 2.4 8.6

HBT13 HBT15 HBT17 HBT19 HBT21 HBT23 HBT25 HBT27 HBT35

CTR Rataan 3.7 4.3 2.4 9.6 4.7 3.1 3.9 4.1 11.6

SD 1.3 1.5 1.6 5.0 3.6 1.3 1.7 1.9 4.1

0

10

20

30

40

1 3 5 7 9 11 13 15 23

Ke

ma

tia

n (

btg

ha

-1

2th

-1)

Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)

PS PPB CTR

0

20

40

60

80

100

1 3 5 7 9 11 13 15 23

Ke

ma

tia

n (

btg

ha

-1

2th

-1)

Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)

PS PPB CTR

12

HBT di Papua New Guinea 2.5% ha-1 th-1 (Mex 2005) Hutan Dipterocarpaceae di Asia 1.5% th-1 (Nguyen-The et al. 1998) Hutan rawa gambut : 6.13% th-1 dan hutan kerangas 4.26% th-1 (Nishimua

et al. 2006)

Ingrowth semua jenis

Fluktuasi utama tingkat mortalitas tegakan terjadi pada 1-3 tahun setelah penebangan

dan 1-7 tahun setelah pembebasan. Perubahan utama tegakan setelah penebangan

terjadi pada 5–10 tahun setelah penebangan (Kariuki et al. 2006)

HBT > HP pada tahun hingga tahun ke-7

HSP > Ctr hingga tahun ke-9

0

20

40

60

80

100

120

1 3 5 7 9 11 13 15 17 23

Ing

row

th (b

tg h

a-1

2th

-1)

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

RIL 50

RIL 60

CNV

HP

0

20

40

60

80

100

120

1 3 5 7 9 11 13 15 23

Ing

row

th (

btg

ha

-1 2

th-1

)

Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)

PS

PPB

CTR

13

Ingrowth Dipterocarpaceae & non Dipterocarpaceae HBT

Meningkat hingga tahun ke-7

CNV>RIL50>RIL60 untuk Dipterocarpaceae

HBT > HP hingga tahun ke-23

ND > D

Ingrowth Dipterocarpaceae & non Dipterocarpaceae HSP

0

20

40

60

80

100

120

1 3 5 7 9 11 13 15 17 23

Ing

row

th (b

tg h

a-

12th

-1)

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

RIL 50 RIL 60 CNV HP

0

20

40

60

80

100

120

1 3 5 7 9 11 13 15 17 23

Ingro

wth

(b

tg h

a-

12

th-1

)

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

RIL 50 RIL 60

0

10

20

30

40

1 3 5 7 9 11 13 15 23

Ingro

wth

(btg

ha

-1 2

th-1

)

Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)

PS PPB CTR

0

20

40

60

80

100

1 3 5 7 9 11 13 15 23

Ing

row

th (

btg

ha

-1 2

th-1

)

Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)

PS PPB

14

Efek pembebasan D hingga tahun ke-5, ND tahun ke-7 Menurun setelah tahun ke-7; ND>D

Ingrowth tegakan semua jenis

Kondisi HBT1 HBT3 HBT5 HBT7 HBT9 HBT11 HBT13 HBT15 HBT17 HBT23

(% ha-1 2th-1)

RIL50 Rataan 1.8 9.0 21.3 14.5 8.8 2.8 3.4 6.5 0.6 1.1

SD 0.6 4.9 25.3 8.9 4.4 2.4 1.7 2.7 0.2 0.3

RIL60 Rataan 2.1 6.3 9.0 10.5 7.9 1.6 3.5 9.8 0.7 0.9

SD 1.0 2.3 2.3 3.3 3.8 1.0 1.4 5.7 0.1 0.2

CNV Rataan 1.3 12.7 19.1 19.6 7.8 3.5 5.2 5.4 0.7 1.1

SD 0.6 8.5 13.4 8.2 4.8 1.2 2.6 1.9 0.2 0.2

HP1 HP3 HP5 HP7 HP9 HP11 HP13 HP15 HP17 HP23

HP Rataan 2.1 3.8 3.7 4.7 2.0 1.1 1.6 4.5 0.7 0.9

SD 1.0 1.9 1.9 2.2 1.1 1.1 0.9 2.7 0.6 0.5

P1 P3 P5 P7 P9 P11 P13 P15 P23

PS Rataan 4.7 12.3 13.9 11.4 2.3 5.0 3.1 3.2 3.7

SD 2.0 4.3 4.4 1.6 0.8 2.0 1.3 1.6 1.4

PPB Rataan 4.2 8.4 9.6 10.1 5.0 3.5 2.5 2.6 2.8

SD 2.0 2.7 2.8 2.0 7.1 1.4 1.4 1.4 1.3

HBT13 HBT15 HBT17 HBT19 HBT21 HBT23 HBT25 HBT27 HBT35

CTR Rataan 3.7 4.7 7.1 4.7 2.8 3.2 2.8 2.9 3.4

SD 2.8 2.4 2.6 1.3 3.6 2.2 2.1 1.8 2.2

Ingrowth meningkat pada 8 tahun pertama setelah penebangan (Silva et al. 1995) Tingkat ingrowth tertinggi HBT pada tahun ke-3 (Kao dan Iida 2006)

Tingginya ingrowth didorong pembukaan kanopi setelah penebangan ataupun

pembebasan.

Respon perubahan utama tegakan yang terjadi pada 5–10 tahun setelah

penebangan atau perlakuan (Kariuki et al. 2006) serta adanya kompetisi dalam

tegakan (Gourlet-Fleury et al. 2005)

Tingginya ingrowth didorong pembukaan kanopi setelah penebangan ataupun

pembebasan.

Respon perubahan utama tegakan yang terjadi pada 5–10 tahun setelah

penebangan atau perlakuan (Kariuki et al. 2006) serta adanya kompetisi dalam

tegakan (Gourlet-Fleury et al. 2005)

Hubungan antara Jangka Waktu Setelah Penebangan dan Setelah Pembebasan

dengan Mortalitas dan Ingrowth

15

Dipterocarpaceae

Semua jenis

Mortalitas

Ingrowth

0

5

10

15

20

25

30

35

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

Mortalitas

Ingrowth

0

2

4

6

8

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

Mortalitas

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Laju

(b

tg h

a-1

2th

-1)

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

Mortalitas

Ingrowth

0

5

10

15

20

25

30

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

Laju

(btg

ha

-1

2th

-1

) Laju

(btg

ha

-1

2th

-1

)

16

Ingrowth akan meningkat setelah penebangan dan akan menurun sejalan dengan

kompetisi tegakan (Gourlet-Fleury et al. 2005)

Mortalitas dan Ingrowth Variasi kondisi HBT dengan teknik penebangan yang

berbeda dan teknik pembebasan yang berbeda tidak memberikan perbedaan

yang nyata, baik terhadap tingkat mortalitas maupun ingrowth tegakan baik

untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae dan non Dipterocarpaceae

Fluktuasi tingkat mortalitas dan ingrowth pada hutan primer relatif rendah

RIAP PERIODIK TEGAKAN HUTAN Riap diameter periodik rataan (cm 2th-1) semua jenis

Perlakuan HBT1 HBT3 HBT5 HBT7 HBT9 HBT11 HBT13 HBT15 HBT17 HBT23

(cm 2th-1)

RIL50 Rataan 0.37 1.08 1.06 1.00 1.45 0.81 0.69 0.76 1.04 1.01

SD 0.06 0.37 0.48 0.31 0.46 0.16 0.22 0.12 0.19 0.22

RIL60 Rataan 0.41 0.88 0.93 0.80 1.31 0.67 0.61 0.68 0.98 0.89

SD 0.11 0.10 0.12 0.17 0.20 0.18 0.18 0.16 0.26 0.28

CNV Rataan 0.35 1.27 1.27 1.11 1.69 0.86 0.88 0.79 1.26 1.11

SD 0.11 0.35 0.38 0.30 0.33 0.22 0.25 0.15 0.16 0.32

HP1 HP3 HP5 HP7 HP9 HP11 HP13 HP15 HP17 HP23

HP Rataan 0.39 0.57 0.46 0.54 0.82 0.46 0.41 0.51 0.95 0.76

SD 0.10 0.16 0.11 0.22 0.16 0.12 0.12 0.12 0.16 0.14

P1 P3 P5 P7 P9 P11 P13 P15 P23

PS Rataan 0.78 1.45 1.95 1.12 1.54 1.20 1.29 1.18 1.20

SD 0.21 0.52 0.49 0.12 0.20 0.27 0.44 0.27 0.33

PPB Rataan 0.67 1.10 1.56 0.96 1.30 0.94 0.98 1.02 0.98

SD 0.19 0.39 0.40 0.18 0.27 0.23 0.23 0.25 0.23

HBT13 HBT15 HBT17 HBT19 HBT21 HBT23 HBT25 HBT27 HBT35

CTR Rataan 0.76 0.83 1.21 0.71 1.06 0.82 0.90 1.05 0.99

SD 0.20 0.30 0.23 0.15 0.22 0.23 0.19 0.20 0.21

17

Riap diameter periodik rataan (cm 2th-1) semua jenis

Hutan setelah penebangan

Hutan primer

Hutan setelah pembebasan

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Ria

p d

iam

ete

r p

erio

dik

(cm

2

th-1

)

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

D S Ds nD SJ

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23Jangka waktu (tahun)

D S Ds nD SJ

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Ria

p d

iam

ete

r p

erio

dik

(cm

2

th-1

)

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

D S Ds nD SJ

18

Kontrol

Riap bidang dasar tegakan rataan (m2 ha-1 2th-1)

Semua jenis

Perlakuan HBT1 HBT3 HBT5 HBT7 HBT9 HBT11 HBT13 HBT15 HBT17 HBT23

(m2 ha-1 2th-1)

RIL50 Rataan 0.35 0.88 0.93 1.12 1.87 1.17 0.90 1.05 1.61 1.34

SD 0.09 0.17 0.24 0.28 0.60 0.22 0.33 0.14 0.26 0.27

RIL60 Rataan 0.42 0.91 1.02 0.87 1.67 0.83 0.72 0.92 1.31 1.01

SD 0.14 0.14 0.21 0.17 0.35 0.11 0.22 0.17 0.24 0.23

CNV Rataan 0.27 0.98 1.06 1.08 2.10 1.11 1.12 0.94 1.62 1.21

SD 0.07 0.13 0.18 0.17 0.36 0.30 0.23 0.25 0.18 0.23

HP1 HP3 HP5 HP7 HP9 HP11 HP13 HP15 HP17 HP23

HP Rataan 0.51 0.71 0.54 0.67 1.05 0.57 0.48 0.65 1.28 1.01

SD 0.09 0.14 0.09 0.18 0.17 0.13 0.14 0.11 0.07 0.18

P1 P3 P5 P7 P9 P11 P13 P15 P23

PS Rataan 0.98 1.59 2.52 1.38 2.13 1.52 1.66 1.54 1.48

SD 0.12 0.38 0.60 0.23 0.43 0.35 0.51 0.48 0.35

PPB Rataan 0.98 1.36 2.07 1.26 1.80 1.24 1.78 1.65 1.35

SD 0.12 0.37 0.41 0.21 0.27 0.16 1.46 0.85 0.45

HBT13 HBT15 HBT17 HBT19 HBT21 HBT23 HBT25 HBT27 HBT35

CTR Rataan 0.95 0.93 1.53 0.85 1.23 0.83 0.81 0.78 0.76

SD 0.32 0.44 0.46 0.25 0.37 0.35 0.39 0.32 0.32

Korelasi intensitas penebangan dengan riap bidang dasar tetapi tidak selalu linear

(Scmidt dan Nichols 2005)

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

D S D-s nD SJ

19

Riap bidang dasar tegakan rataan (m2 ha-1 2th-1)

Semua jenis

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Ria

p B

D p

erio

dik

(m

2 h

a-1

2th

-1)

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

D S Ds nD SJ

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

D S Ds nD SJ

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

D S Ds nD SJ

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Ria

p B

D p

erio

dik

(m

2 h

a-1

2th

-1)

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

D S Ds nD SJ

Hutan setelah penebangan

Hutan primer

Hutan setelah pembebasan

Kontrol

20

Hubungan antara jangka waktu setelah penebangan dan pembebasan dengan riap

bidang dasar periodik (m2 ha-1 2th-1) untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae (D),

Shorea spp. (S), Dipterocarpaceae non Shorea (D-s), non Dipterocarpaceae (nD) dan

semua jenis (SJ)

Riap Tegakan Periodik

Õ Secara individu kelompok jenis Dipterocarpaceae lebih tinggi dibandingkan non

Dipterocarpaceae tetapi total riap bidang dasar tegakan periodik lebih besar

untuk non Dipterocarpaceae

Õ Variasi kondisi hutan bekas tebangan tidak memberikan perbedaan terhadap

nilai riap bidang dasar tegakan periodik untuk kedua kelompok jenis tersebut

DIMENSI KUANTITATIF EKOLOGI TEGAKAN HUTAN DIPTEROCARPACEAE

Rekapitulasi jumlah jenis

Kelompok jenis Dipterocarpaceae: 8 genera Anisoptera, Cotylelobium, Dipterocarpus,

Dryobalanops, Hopea, Parashorea, Shorea, Vatica dan mencakup 92 jenis

Dipterocarpaceae di dunia 9 genera, 267 species (Indrawan 2002)

0

50

100

150

200

HP 1 3 5 7 9 11 13 15 17 23

Ju

mla

h je

nis

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

RIL 50 RIL 60 CNV HP

0

50

100

150

200

HBT11 1 3 5 7 9 11 13 15 23Ju

mla

h je

nis

Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)

PS PPB CTR

21

10 jenis INP tertinggi pada hutan primer

Total INP Dipterocarpaceae : 91 – 102%

INP salah satu parameter gambaran peranan jenis dalam komunitasnya

(Sundarapandian dan Swamy 2000)

10 jenis INP tertinggi pada HBT 1 tahun

Total INP Dipterocarpaceae : RIL 50 : 101% 82.5% RIL 60 : 98% 88,6% CNV : 99% 87%

10 jenis INP tertinggi pada HBT 23 tahun

Total INP Dipterocarpaceae : RIL 50 : 101% 82.5% 79.1% RIL 60 : 98% 88.6% 76% CNV : 99% 87% 81%

0

5

10

15

20

Ind

eks N

ilai P

en

tin

g (

%)

0

5

10

15

20

Ind

eks N

ilai P

en

tin

g (

%)

0

5

10

15

20

Ind

eks N

ilai P

en

tin

g (

%)

22

10 jenis INP tertinggi pada HSP 23 tahun

Total INP Dipterocarpaceae : PS : 82% 91% PPB : 77% 82% CTR : 70% 66% (HBT 35) Karakteristik di hutan tropika : adaptasi dengan kondisi intensitas cahaya dalam tegakan atau pembukaan kanopi hutan (Balakrishnan et al. 1994)

Indeks keanekaragaman jenis (H’)

Kriteria Magurran (1988) : tinggi (H’ > 3.5) HBT < HP HSP < CTR

0

5

10

15

20

Ind

eks N

ilai P

en

tin

g (

%)

3.0

4.0

5.0

HP 1 3 5 7 9 11 13 15 17 23Inde

ks k

ean

eka

rag

am

an

jenis

(H

')

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

RIL 50 RIL 60 CNV HP

3.0

4.0

5.0

HBT11 1 3 5 7 9 11 13 15 23Inde

ks k

ean

eka

rag

am

an

jenis

(H

')

Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)

PS PPB CTR

23

Indeks kekayaan jenis (R1)

Kriteria Magurran (1988) : Tinggi (R1 > 5.0)

Tingkat kekayaan & kelimpahan jenis pada hutan terganggu akan menurun

dibandingkan pada kondisi hutan klimaks (Sodhi et al. 2010)

Indeks kemerataan jenis (E)

E mendekati 1.0 HBT<HP HSP perubahan kecil Penilaian ekologi tegakan merupakan penilaian dalam tingkat jenis (species) penyusun vegetasi (Krebs 2006)

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

HP 1 3 5 7 9 11 13 15 17 23

Inde

ks k

eka

ya

an

je

nis

(R

1)

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

RIL 50 RIL 60 CNV HP

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

HBT11 1 3 5 7 9 11 13 15 23

Indeks k

ekaya

an jenis

(R

1)

Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)

PS PPB CTR

0.6

0.8

1.0

HP 1 3 5 7 9 11 13 15 17 23

Inde

ks k

em

era

taa

n

jenis

(E

)

Jangka waktu setelah tebangan (tahun)

RIL 50 RIL 60 CNV HP

24

Dimensi Kuantitatif Ekologi

Pergeseran dominansi kelompok jenis Dipterocarpaceae pada hutan setelah

penebangan dikarenakan perkembangan gap opportunist species

Tegakan HBT maupun HSP mempunyai nilai keanekaragaman, kelimpahan

jumlah jenis dan kekayaan jenis yang lebih rendah dibandingkan kondisi hutan

primer, tetapi cenderung meningkat seiring waktu pemulihan

Sebaran kelimpahan jenis dominan dalam tegakan HBT relatif tetap tetapi jenis

penyusun dalam tegakan terjadi pergeseran

FORMULASI PENILAIAN PEMULIHAN TEGAKAN HUTAN

Formulasi Keragaan Karakteristik Biometrik

Y (KKB) = ƒ WiXi dimana: Y = keragaan karakteristik biometrik hutan Dipterocarpaceae Wi = bobot atau koefisien untuk variabel ke-i Xi = variabel ke-i (dimensi kuantitatif yaitu kerapatan tegakan[K], bidang dasar

tegakan [BD], riap bidang dasar [rBD], indeks keanekaragaman jenis [H’], kelimpahan jenis [N1], indeks kekayaan [R1], indeks kemerataan [E], mortalitas [M], ingrowth [i])

10 variabel input

Analisis Biplot

0.6

0.8

1.0

HBT11 1 3 5 7 9 11 13 15 23

Inde

ks k

em

era

taa

n je

nis

(E

)

Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)

PS PPB CTR

5.02.50.0-2.5-5.0

5.0

2.5

0.0

-2.5

-5.0

PC 1

PC

2

IM

N1

E

R1H

J

rBD

BDK

Biplot KKB HBT

25

Analisis Komponen Utama/PCA (KKB HBT17)

Berdasarkan kumulatif proporsi keragaman total > 80%, nilai eigenvalue > 1, koefisien komponen matrik > 0.5 (Timm 2002; Mattjik & Sumertajaya 2011)

Analisis Komponen Utama/PCA (KKB HBT23)

Analisis Komponen Utama/PCA (KKB HBT23)

Penyusun PC : berdasarkan koefisien komponen matrik > 0.5 (+/-)

(Timm 2002; Mattjik & Sumertajaya 2011)

Analisis Faktor (KKB HBT23)

Uji Bartlett’s nilai KMO > 0.5 : korelasi signifikan, Penentuan jumlah variabel dan koefisien variabel berdasarkan msa > 0.5 (Timm 2002; Mattjik & Sumertajaya 2011)

26

Penilaian Konsistensi PC HBT

PCA Variabel penyusun Konsisten

2 PC

PC1 Bidang dasar, kerapatan, riap bidang dasar, jumlah jenis, tingkat mortalitas dan ingrowth

HBT5, HBT7

PC2 indeks keanekaragaman, indeks kekayaan, jumlah jenis, indeks kemerataan dan kelimpahan jenis.

HBT5, HBT7

3 PC

PC1 Indeks kekayaan jenis, indeks keanekaragaman, tingkat kelimpahan, jumlah jenis dan kerapatan

HBT9, HBT11, HBT15, HBT17, HBT23

PC2 Kerapatan, bidang dasar, riap bidang dasar, indeks kemerataan jenis, tingkat mortalitas dan ingrowth

HBT9, HBT11, HBT15, HBT17, HBT23

PC3 Kerapatan, riap bidang dasar, indeks kemerataan jenis dan tingkat mortalitas

HBT11, HBT15, HBT17, HBT23

Analisis Faktor KKB HBT

KKB HBT9 = 0.73 Bd + 0.79 rBd + 0.77 E + 0.79 N1 KKB HBT11 = 0.77 Bd + 0.74 rBd + 0.83 E + 0.80 N1 KKB HBT15 = 0.76 Bd + 0.65 rBd + 0.84 E + 0.80 N1 KKB HBT17 = 0.72 Bd + 0.70 rBd + 0.84 E + 0.81 N1 KKB HBT23 = 0.71 Bd + 0.70 rBd + 0.83 E + 0.80 N1

Penilaian Konsistensi PC HSP

PCA Variabel penyusun Konsisten

PC1 Indeks kekayaan jenis, indeks

keanekaragaman, tingkat kelimpahan,

jumlah jenis, indeks kemerataan, tingkat

mortalitas dan ingrowth

HSP7, HSP9, HSP11,

HSP13, HSP15, HSP23

PC2 Kerapatan dan indeks kemerataan jenis HSP9, HSP11, HSP13,

HSP15, HSP23

PC3 Riap bidang dasar HSP7, HSP9, HSP11,

HSP13, HSP15, HSP23

70

80

90

100

HBT9 HBT11 HBT15 HBT17 HBT23

KK

B

Jangka waktu (tahun)

27

Analisis Faktor KKB HSP

KKB HSP7 = 0.72 H’ + 0.83 N1 + 0.72 M + 0.63 I KKB HSP9 = 0.83 H’ + 0.78 N1 + 0.84 M + 0.76 I KKB HSP11 = 0.83 H’ + 0.80 N1 + 0.80 M + 0.69 I KKB HSP13 = 0.83 H’ + 0.90 N1 + 0.79 M + 0.71 I KKB HSP15 = 0.83 H’ + 0.90 N1 + 0.80 M + 0.70 I KKB HSP23 = 0.82 H’ + 0.89 N1 + 0.80 M + 0.71 I

PENUTUP

Pendekatan

Penilaian KKB hutan Dipterocarpaceae setelah penebangan dapat menggunakan pendekatan 3 komponen utama yaitu

(a) Indeks ekologi (ecological index) meliputi: indeks keanekaragaman, indeks kekayaan jenis, tingkat kelimpahan, jumlah jenis, indeks kemerataan, bidang dasar dan riap bidang dasar

(b) Indeks pemulihan tegakan (recovery index) meliputi: kerapatan, bidang dasar dan tingkat ingrowth

(c) Indeks dinamis (dynamic index) meliputi: riap bidang dasar dan tingkat mortalitas

Penilaian KKB hutan Dipterocarpaceae setelah pembebasan dapat menggunakan pendekatan 3 komponen utama yaitu

(a) Indeks ekologi (ecological index) meliputi: indeks keanekaragaman, indeks kekayaan jenis, tingkat kelimpahan, jumlah jenis, indeks kemerataan, tingkat mortalitas dan ingrowth;

(b) Indeks pemulihan tegakan (recovery index) meliputi: kerapatan dan indeks kemerataan jenis

(c) Indeks dinamis (dynamic index) meliputi: riap bidang dasar

Formulasi KKB

Rumusan variabel penting penyusun KKB hutan Dipterocarpaceae campuran pada tegakan hutan bekas tebangan yaitu pada saat 11 tahun setelah penebangan meliputi: bidang dasar, riap bidang dasar, indeks kemerataan dan kelimpahan jenis

70

80

90

100

110

120

HSP7 HSP9 HSP11 HSP13 HSP15 HSP23

KK

B

Jangka waktu (tahun)

28

Dan tegakan hutan setelah pembebasan (HSP) pada saat 9 tahun setelah pembebasan meliputi: indeks keanekaragaman, kelimpahan jenis, tingkat mortalitas dan ingrowth.

Rumusan KKB hutan Dipterocarpaceae: KKB HBT = 0.77 Bd + 0.74 rBd + 0.83 E + 0.80 N1 KKB HSP = 0.83 H’ + 0.78 N1 + 0.84 M + 0.76 I Ukuran akhir dalam KKB hutan Dipterocarpaceae merupakan penilaian tingkat

kedekatan (closeness) kondisi tegakan hutan terhadap kondisi hutan primer yang mendukung penilaian paradigma pembangunan hutan close to the natural forest.

Harapan

Penyusunan perencanaan hutan perlu meninjau karakteristik biometrik tegakan hutan berdasarkan variasi kondisi dengan evaluasi respon yang beragam dari kelompok jenis yang berbeda.

Konsekuensi pemilihan input atau tindakan silvikultur yang diperlukan dalam mencapai tujuan pengelolaan terutama dalam rangka memacu produktivitas tegakan berdasarkan evaluasi KKB tegakan hutan yang khas dengan mempertimbangkan karakteristik variabel-variabel penting dalam tegakan tersebut

Kebutuhan pengamanan plot STREK untuk memelihara kontinyuitas pengumpulan data series.

Terima Kasih