Upload
widanjaya-made
View
1.897
Download
121
Embed Size (px)
Citation preview
RINGKASAN PROPOSAL PENELITIAN
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kontrol Tekanan Darah pada Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan
Oleh: NI WAYAN NOVIYANTI (NIM: 0902105020)
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, satu-satunya
cara untuk bisa bertahan hidup bersama hipertensi adalah mencapai tekanan darah
terkontrol. Pengontrolan tekanan darah pada hipertensi secara dini merupakan
komponen kunci dalam pencegahan progresifitas hipertensi dan mencegah
komplikasi kardiovaskuler serta serebrovaskular (Neutel & Franklin, 2009). Tuminah
& Rahajeng (2009), pengontrolan tekanan darah yang baik dapat memberikan
penurunan insidensi stroke dengan persentase sebesar 35-40%, infark miokard 20-
25%, dan gagal jantung, lebih dari 50%.
Kontrol tekanan darah pada hipertensi di Indonesia tercatat masih sangat
buruk. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Depkes RI (2006)
memperkirakan dari 24% populasi pasien hipertensi yang diobati hanya terdapat
23,1% yang mempunyai tekanan darah terkontrol. Angka ini jauh lebih rendah bila
dibandingkan negara lain seperti Taiwan dan Belanda.
Pada laporan Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation,
and Treatment of High Pressure VII (JNC VII), terkontrol tekanan darah pada
hipertensi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu modifikasi gaya hidup dan
kepatuhan terhadap obat antihipertensi. Contoh Modifikasi gaya hidup yaitu diet
rendah garam, aktivitas fisik, berhenti merokok, mengurangi minum kopi dan minum
alkohol, mengontrol tingkat stres dan berat badan (JNC VII, 2003). Masing-masing
faktor ini menjalankan mekanisme yang berbeda dalam mengontrol tekanan darah,
namun tujuan utamanya adalah untuk menurunkan resistensi perifer total dan
mempengaruhi curah jantung (Ridjab, 2007). Kepatuhan minum obat antihipertensi
juga merupakan faktor penting dalam pencapaian kontrol tekanan darah. Kepatuhan
ini akan sangat mempengaruhi kestabilan tekanan darah dalam waktu yang
berkesinambungan dan mencegah terjadinya kerusakan organ (Andriantoro, 2010b).
Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 15-23 November 2012 di Wilayah
Kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan terhadap 15 pasien hipertensi (45-59 tahun)
dan sudah mendapatkan obat antihipertensi. Studi ini menemukan bahwa hanya tiga
responden mempunyai tekanan darah terkontrol (rata-rata dari empat kali pengukuran
tekanan darah selama 8 hari pada lengan dalam posisi duduk dengan hasil tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg).
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kontrol berat badan, kebiasaan
merokok, diet rendah garam, kepatuhan minum obat antihipertensi, aktifitas fisik, dan
tingkat stress terhadap kontrol tekanan darah pada hipertensi dan mengetahui faktor
yang paling dominan mempengaruhi kontrol tekanan darah.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental. Rancangan
dalam penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan metode casecontrol
dengan pendekatan retrospektif. Teknik sampling yang digunakan adalah
nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Perhitungan
besar sampel ditemukan besar sampel sebanyak 134 responden yang diobagi menjadi
dua kelompok yaitu 67 orang kelompok kasus dan 67 orang kelompok kontrol.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah timbangan injak dan microtoise
untuk menilai IMT, tensimeter yang telah terkalibrasi dan stetoskop untuk mengukur
tekanan darah, pedoman wawancara terstruktur untuk kelima faktor lain yaitu
kebiasaan merokok, diet rendah garam, kepatuhan minum obat antihipertensi,
aktifitas fisik, dan tingkat stres.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Maret – 30 April tahun 2013 di
Wilayah Kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan melalui kunjungan rumah dan
pertemuan di puskesmas. Penelitian ini dilakukan setiap hari Senin-Minggu dari
pukul 08.00-18.00 wita.
Pedoman wawancara terstruktur aktifitas fisik dan kepatuhan minum obat
antihipertensi telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Sedangkan untuk pedoman
wawancara terstruktur untuk variabel lain tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas
karena sudah pernah digunakan oleh peneliti lain di wilayah yang sama.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis univariat dengan distribusi frekuensi,
bivariat menggunakan uji chi-square dan multivariat dengan regresi logistik berganda
dengan signifikansi 95% (α= 0,05). Dengan ketentuan nilai p< α (p< 0,05) berarti Ha
diterima yang artinya terdapat hubungan antara variabel independent dengan variabel
dependent.
Berdasarkan data yang diperoleh, berdasarkan alisa univariat ditemukan pada
variabel status gizi terdapat perbedaan proporsi antara kelompok kasus dan kontrol,
dimana sebagian besar (67,2%) responden pada kelompok kasus mempunyai status
gizi baik sedangkan pada kelompok kontrol ditemukan lebih banyak responden
mempunyai status gizi buruk yaitu 71,6%. Dilihat dari kebiasaan merokok proporsi
pada kelompok kasus dan kontrol hampir seimbang yaitu Sebagian besar responden
tidak mempunyai kebiasaan merokok yaitu 73,6% pada kelompok kasus dan 56,7%
pada kelompok kontrol. Pada variabel diet rendah garam menunjukan proporsi patuh
terhadap diet rendah garam yang lebih tinggi di kelompok kasus 83,6% sedangkan
hanya ditemukan 19,4% pada kelompok kontrol. Berdasarkan kepatuhan minum obat
antihipertensi ditemukan 85,1% pada kelompok kasus dan 32,8% pada kelompok
kontrol yang patuh minum obat antihipertensi. Pada variabel aktivitas fisik diketahui
bahwa sebagian besar responden pada kelompok kasus yaitu 79,1% memiliki tingkat
aktifitas fisik yang cukup sedangkan kebalikannya pada kelompok kontrol sebagian
besar responden memililki tingkat aktifitas fisik buruk yaitu 58,2%. Tidak terdapat
perbedaan proporsi pada kelompok kasus dan kontrol pada variabel tingkat stres,
dimana sebagian besar responden pada kedua kelompok yaitu 53,7% pada kelompok
kasus dan 50,7% pada kontrol dalam keadaan tidak mengalami stres.
Berdasarkan analisis bivariat ditemukan bahwa terdapat hubungan antara
status gizi (OR=5,167, CI=2,475- 10,791), diet rendah garam (OR=21,147, CI=8,722-
51,274), kepatuhan minum obat antihipertensi (OR=11,659, CI=5,016-27,102), dan
aktifitas fisik (OR=5,273, CI=2,458-11,312) dengan terkontrolnya tekanan darah
pada hipertensi di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan dengan nilai p
masing-masing sebesar 0,000 (p<0,05). Variabel kebiasaan merokok dan tingkat stres
tidak mempunyai hubungan dengan terkontrolnya tekanan darah pada hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Kebiasaan merokok memperoleh nilai
p sebesar 0,070 dengan OR= 2,077 (CI=1,006- 4,289). Variabel tingkat stres
memperoleh nilai p sebesar 0,863 dengan OR= 1,127 (CI=0,572- 2,221).
Analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda menunjukkan
faktor status gizi, diet rendah garam, kepatuhan minum obat antihipertensi, dan
aktifitas fisik berhubungan secara bersama-sama dengan terkontrolnya tekanan darah
pada hipertensi di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Berdasarkan nilai
OR terbesar, ditemukan faktor diet rendah garam merupakan faktor yang
berhubungan paling dominan dengan nilai OR sebesar OR=15,739 (CI=4,741-
52,255). Dari hasil multivariat juga diperoleh persamaan yaitu Y=-5,315 + 2,326 X1
+ 2,756 X2 + 2,225 X3+ 2,585 X4 dengan Y merupakan variabel dependent (kontrol
tekanan darah) dan X adalah variabel independent. Sehingga probabilitas tercapainya
kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi tanpa adanya keempat faktor tersebut
sebesar 0,5%.
Berdasarkan penelitian ini, pelayanan kesehatan terkait terutama puskesmas
perlu menyempurnakan program promosi kesehatan yang telah dijalankan dengan
memberikan pendidikan kesehatan secara lebih menarik dan persuasif setip pasien
berkunjung ke puskesmas serta menekankan pentingnya rutinitas pengukuran tekanan
darah pada pasien hipertensi. Petugas kesehatan juga diharapkan agar ketika
memberikan asuhan keperawatan juga melibatkan peran keluarga dan support system
lain untuk meningkatkan kepatuhan pasien hipertensi dalam menjalankan program
pengobatannya.