Upload
hoanganh
View
249
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
1
Ringkasan bahan ajar Kontekstualisasi
Haselgrave
I. Pengantar Kontekstual:
Didalam PL.
- Didalam Perjanjian Lama bukan saja agama isinya melainkan banyak masalah Politik,
Perdagangan, Seni, dll.
- Yeremia 29 – Usahakanlah kesejahteraan kota . . . . ..
- Aktifitas misi di Perjanjian lama adalah tidak jelas, sebab sifat Perjanjian lama yang
Ekslusif.
- Blauw 1962 – Misi Israel didalam Perjanjian lama tidak boleh di lihat terpisah dari misi
Allah secara keseluruahan (Perjanjian lama di lanjutkan dengan Perjanjian baru), jadi ada
global missioner srael.
Orang iSrael juga bertangunggjawab atas orang Asing kepada Allah. (Hukum Agama,
Peraturan Ibadah, Sunat dll didalam hal ini orang Israel juga memperhatikan orang asing).
- Meskipun demikian contoh peristiwa kontekstual tetap sedikit di Perjanjian lama
(Diskusikan mengapa).
1. Perintah Allah yang melarang Israel – perjanjian politik keagamaan denngan bangsa
tertentu (Kel 23:20-33, 34:10-16). Kananan adalah pembersihan. Kenyataan Israel
gagal. (Hakim 1:27-33).
2. Berita keagamaan belum baku. Kristen adalah mati dan bangkitnya Kristus.
Bagaimana orang non Yahudi. Sebelum Kristus tak ada kabar baik.
3. Etnosentris dan Perjanjian Allah dan Israel. – Yunus enggan di pertintah Allah.
Didalam Perjanjian Baru. Berbeda dengan Perjanjian Lama.
1. Kristus menjadi fokus kabar keagamaan, sola gratia – inchristo, per fidem
2. Dokument – bukan saja melaporkan aktivitas misi, melainkan tercipta justru oleh program
misioner.
Kegiatan Kontekstual di Perjanjian Baru.
Pendekatan :
1. Adalah pergumulan jemaat mula-mula. (Politik Kis 16:19-40, Agama dan Filsafat Kis 17:16-34,
Sihir Kis 13:4-12, Ekonomi Kis 19:23-41).
2. Hasil tulisan sastra – masing-masing Injil ada kebudayaan penulisnya (Matius – Yahudi,
Lukas – Helenis).
3. Pemimpin Jemaat mula-mula menyusun dan kontekstual. – Petrus bergumul Gal 2:11-16
Kis...) Contoh Paulus di Listra (Kis 14:8-20), konteks kota tua, ramai dan budaya asli, ada
dewa Zeus. Kosah 15 ada 4 rekomendasi kepada jemaat lookal diaspora.
History Kontekstualiasi :
1. Jemaat mula-mula :
a. Geo Politik sama, b. Tidak terorganisir – spontan dan natural. Berbeda dengan konteks
Pada jaman jemaat mula-mula misi dalam negeri dan luar negeri relatif tidak berbeda
dengan sekarang yaitu 1. Luar negeri = dalam negeri, 2. Asimiliasi – menjadi Yunani bagi
orang Yunani.
b. Yang mnejadi misionary adalah jemaat, rasul dan diakon di Yerusalem. Bukan berarti
belum ada struktur jabatan. Di gereja Roma pada 250 M, sudah ada 46 Pendeta, 7
diaken, 42 Pembantu Diaken, 52 Pengusir setan.
2. Abad pertengahan :
2
500 – 1200 M. Jaman Agraris, Muncul banyak Bangsawan sebagai stratifikasi sosial,
Pelembagaan Kristus dan gereja lebih lanjut akan menjadi lembaga pendidikan. Pelestarian
jaman latin kuno.
Inisiatif Pekabaran Injil adalah Raja. (Raja Ludwig 830M) menolong raja denmark yang baru
bertobat.
Pemberitaan Injil dan penyebaran Gereja menjadikan hubungan segitiga antara dunia Lama
(Eropa barat dan Latin) Eropa Timur (Slovia) dan Dunia Timur yang muslim.
Perintisan Pekabaran Injil di Pegunungan Alpen ke Jerman. Uskup Ansgar dari hamburgh
disebut sebagai rasul eropa Timur. Paus Gregorious IV th 831 ke Denmark, Swedia, Slavia
dengan memberitakan pembebeasan melawan dukun-2 dan ilah-2.
Diselatan pegunungan Alpen – berhadapan dengan Islam. Konstantin dari Tesalonika
disebut rasul bagi slavia (870M). Dengan mengajarkan abjad Slavia, dan Injil dalam bahasa
Slavia, termasuk keturunan Hagar.
Metode Pekabaran Injjil adalah : 1. Konfrontasi retorika dan Filsafat. 2. Pemanfaatan
pengetahuan yang menyeluruh tentang kitab suci dan pola berpikir.
3. Pietisme :
Abad 17M, Orang-ornag protestan tidak konsern di Pekabaran Injil, sebab lebih mengurusi
ke dalam dan sibuk menghadapi kontrra reformasi.
Bartholomeus Ziegenbalg dan Heinrisch Plut 1705 ke India dari raja Denmark dan University
Hale.
Ciri-cirinya pendidikan kontekstual rendah.
Bahasa yang di gunakan sedikit, tidak umum.
Pendekatan mengabaikan kebutuhan-kebutuhan fisik. (1718 Zigenbalg bersurat dan
mengarah ke holistik.
Misionaris moravia – mulai menggunakan konteks. Von Zinzendrof di Greenland tidak ada
domba, jadi harus di mulai dari istilah “domba”
Dari sisi sejarah kita meliihat bahwa pergumulan kontektual semakin berkembang.
Istilah Kontekstrual mulai muncul dari jornal dari TEF 1972 (Theological Education Fund) dari
pertemuan Lembaga International Missionary Council (IMC) – Ghana 1957 – 58. 1961 IMC menjadi
DGD (Dewan Gereja Dunia) pada devision world mission & Evangelism. 1963 memikirkan kembali
mandat, kembali kepada TEF tentang kontekstual.
1969 diberi mandat ke III kepada TEF, memperjelas definisi dan penggunaan Kontekstual.
Tujuan Injil di ungkapkan dan Pelayanan di lakukan sebagai respon atas :
1). Krisis iman yang meluas.
2). Masalah-masalah keadilan sosiual dan pembangunan
3). Ketegangan antara sistuasi-situasi budaya dan agama setempat & peradaban tehnologi yang
universal (1972).
1971 DGDmengikuti perkembangan dunia :
1. Masyarakat bersifat anti- wibawa – apakah Alkitab punya otoritas ?
2. Kritik historis ada kontradiksi di dalam Alkitab sehingga sulit orang memutuskan pengaturan
peraturan Alkitab mana yang anggap berotoritas dan mana yang tidak.
3. Jarak antara tehnologi kuno dan modern menyebabkan orang Kristen mengutamakan
relevansi Alkitab.
Kontekstualisasi bukanlah semata mode / semboyan – tetapi merupakan kebutuhan teologi.
Bukan sekedar pempribumian – konteks-konteks dari dunia ke 3.
3
Kontekstualisasi budaya-budaya
Proses sekularisasi
Tehnologi dan perjuangan manusia demi keadilan.
Palsu dan asli – kenabian – muncul dari pertemuan yang sungguh-sungguh antara Firman Allah
dan duniaNya --- dinamis. Atau menyerah pada akomodasi yang tidak kritis.
TEF :
1. Bukti kontekstual dalam misi.
2. Bukti Konstekstual dalam pendekatana teologi
3. Bukti Konstekstual Metode pendidikan
4. Bukti Konstekstual struktur.
Luzbetak – Akomodasi
Buswell – pribumi – pempribumian (indegenous)
Fleming – context – Indigenization
Kerangka Analisis :
1. Filosofis
2. Teologis
3. Antropologis
4. Hermeneutic
5. Komunikasi
1. Filosofis.
Perlu 1) memahami makna berita yang di tulis di Alkitab. 2) Memahami budaya orang yang
diajak berkomunikasi dan apakan mereka juga sudah memiliki pengetahuan tentang “penyataan
Allah” secara tidak memadai / keliru.
Perlu memahami sifat pengetahuan di Alkitab dan mengkoreksi kekurangan dan penyimpangan
tentang pernyataan yang lain.
Kontekstualisasi kristen harus sesuai dengan sifat dan pengetahuan Alkitab.
Jenis Penyataan Khusus :
1. Mitos
2. Tulisan orang yang mendapat pencerahan
3. Tulisan Ilahi
4. Tulisan yang di ilhami.
Mitos :
- Ceritera impian yang dianggap memberi informasi dasar tentang dewa, dunia, manusia,
yang mempersatukan suatu bangsa melalui asal usul, kesetiaan, dan nasim manusia.
- Rasionalisasi (Spinoza, Hobbes, Jung, Tylor) Mitos adalah penafsiran yang salah tentang
gejala-2 alam. Instuisionalisasi ( Heye, Herder, Cassier – bahasa mitos miuncul dari
keadaan-keadaan batin, satu fungsi intuisi. Mitos = volkgeist kecakapan masyarakat
bukan sekedar kecakapan individu. Durkheim, Voltaire, Comte.
- Yamamoto – Shinto – Jepang.
- Ciri-ciri mitos :
o Beyond history
o Mengandung kebenaran dan kepalsuan
o Lambang-lambang
4
o Shinto – 1930 – 1940 mitos TennoHeika (Kaisar surgawi) disebar keseluruh
dunia – kamikaze.
o Gadjahmada – Palapa ?
Tulisan orang yang mendapat pencerahan :
a. Jenis Pernyataan Khusus.
Taoisme, Loutze – beragam.
1. Pengetahuan tentang realitas puncak datang melalui pengalamanmoksa. (pencerahan).
2. Kewibawaan tertulis yang tertinggi terletak pada sastra Weda.
Hindu : - pengetahuan linear – pengalaman pencerahan sesuatu
- Pengetahuan sekunder – pengetahuan yang lain (ilmiah, teologis).
Kitab Suci Hindu – Shrutti – yang terdengar = wedha _ brahmana dan Upanishad
- Smriti – yang diingat / tradisi.
b. Kontekstualisasi pada weda – Upanishad.
Kritik teks dan historis pada Weda
Bukan tujuan untuk kebenaran, tetapi menolong orang untuk punya pengalaman dan
maknad ari teks-teks tersebut. (keabsaan – weda = prakmatis)
Diterjemahkan ke Inggris - weda = pengetahuan yang berhubungan dengan Allah dan
kebenaran keagamaan.
Tulisan Ilahi :
Islam – Yang lebih rendah = Ilham = Oleh nabi, rasul.
- Yang lebih tinggi = wahyu = dari Allah.
Wahyu – Alquran – muhammad = Kata-kata dalam pemikirannya sendiri, ia sendiri tidak
berpikir dan keyakinan bahwa kata-kata tersebut berasal dari Allah. Melalui malaekat
ataupun langsung.
Firman Allah yang kekal – Muhammad hanyalah penerima, yang pasif. Pikiran, hati &
Perasaan.
Inti Pemahaman :
1. Quran adalah kewibawaan tertinggi uang tdak dapat di persoalkan dalam hukum dan teologi
islam, Iman dan Praktek.
2. Quran berada dalam hati, pikiran dan bibir jutaan orang muslim
3. Quran tidak dapat di terjemahkan ke dalam bahsa lain.
Kontekstualisasi Quran.
1. Apa yang bisa di buat ?
2. Arberry menterjemahkan ke bahasa Inggris. Hasilnya jelek sebab irama dalam arab hilang,
dia sendiri mengaku “kafir” tapi missionar – quran.
Tulisan yang di ilhami.
Dalam Perjanjian Baru 2 Tim 3:16 Theopneuptos.
Yoh 1:14
Penulis Alkitab
Kontekstualisasi Alkitab.
Kewibawaan pada Alkitab.
- Alkitab sebagai mitos
- Alkitab sebagai tulisan orang yangmendapat pencerahaan
- Alkitab sebagai tulisan yang ilahi
5
- Alkitab sebagai tulisan yang diilhami.
2.Pandangan Teologis :
Kontinum Kontekstualisasi.
Masalah pada pokok pikiran Ortodok dan liberal, yaitu cara memandang Alkitab, tetapi hal ini juga
berdampak kepada semua kebenaran Alkitab.
4 Akar teologis :
1. Ortodoks
2. Neo Ortodoks
3. Neo Liberal
4. Liberal.
Pandangan Ortodoks : melihat diri sendiri ortodoks dan melihat yang lain heterodoks
Alkitab adalah pernyataan Allah ( baik PL dan PB).
Pandangan Liberal :
- Ada Idealisme yang di atas.
- Kritik Alkitab – menyangkal ajaran historis.
- Ilmu pengetahuan >> Alkitab kuno
- Kekristenan melawan Ilmu.
Secara sah segala bentuk ketekunan untuk mencari kebenaran, karena tidak ada satupun yang
mempunyai keabsahaan terakhir.
Semua manusai mempunyai potensi keagamaan yang sama. Ajaran Kristen terus menerus di bentuk.
Neo Ortodoks :
- Kiekegard & Barth
- Ortodoksi – menerima dosa manusia dan anugerah – reformasi
- Neo – ortodoks – tak ada hubungan yang ilahi dan manusia
- Alkitab adalah sastra, manusiawi dan mengandung Firman Allah, wawasan yang di
peroleh setelahg merenungkan Alkitab.
Neo Liberal :
- Harton dan Oxam
- Tidak membatasi pemahaman akan Allah kepada suatu sistem rasional yang tertutup.
Terus menerus memberikan tempat bagi akal sehingga perangkat yang paling perlu
untuk mengekang dogmatis yang afnatik.
- Allah telah mengungkapkan diri berabad-abad dan keterbatasan manusia memainkan
peranan yang menentukan.
- Alkitab penting, Budaya juga penting.
Macam kontekstualisasi :
1. Kontekstualisasi Rasuli :
- Nichols : Menterjemahkan isi injil Kerajaan Allah yang tidak berubah kepada bentuk-
betnuk yang bermakna bagi bangsa- bansa dalam budaya dan keadaan masing-masing
- Peters : Implikasi sah dari Injil dalam keadaan tertentu – penafsiran text.
- Menerangkan,menjelaskan (menterjemahkan menafsirkan mengadaptasi menjelaskan).
- Injil Unik – benar dan sempurna didalam budaya yang tidak sempurna.
6
2.Kontekstualisasi Profetik
- Segala sesuatu yang bersifat pempribumian (indegenisasi).
- Membuat konteks besar mempuynyai arti tentang missio Dei, dimana Allah nelerja
memanggil kita untuk ikut serrta didalamnya . Ini adalah penjelasan missiologis tentang
tanda-tanda zaman.
- Wawasan kenabian – si pelaku kontekstualisasi dan keadaan-keadaan budaya, politik.
- Kontekstualisasi berarati memasuki suatu budaya mencari apa yang sedang Allah
lakukan dan katakan dalam konteks tersebut, dan berbicara demi perubahan yang perlu.
- Misi para nabi Perjanjian Lama dan Kristen dalam Perjanjian Baru menjadi model bagi
orang-orang yang peka terhadap misi.
3.Kontekstualisasi Sinkretis
Kita hidup did tengah-tengah proses yang belum selesia, kita harus percaya bahwa dialog yang
berkelanjutan akan menjadi dialog yang menuju kepada kebenaran. Ajaran-ajaran yang saling
berlawanan sekarang ini akhirnya akan di tekan oleh kebenaran terakhir.
Metode :
1. Dialog Liberal = mencari kebenaran
2. Dialektis neo liberal – menemukan kebenaran
3. Dialektis neo – ortodoks – menemukan kebenaran
4. Diaktis ortodoks – mengajarkan kebenaran
KONTINUUM TEOLOGI :
3.Antropologis.
Komunikasi dalam konteks kebudayaan merupakan hubungan antara kebudayaan dan bahasa.
Kontekstualisasi :
a. Kebudayaan.
Kumpulan tentang pengetahuan yang dimiliki oleh enggota-enggota satu kelompok.
7
aturan-aturan yang mengatur cara masing-masing individu berhubungan dengan dan
menfsirkan lingkungan.
Kumpulan pengetahuan dan sosialisasi nilai-nilai budaya.
Pengetahuan yang digunakan bersama yang mengatur cara individu dan kelompok
berinteraksi.
b. Bahasa :
Ungkapan tidak naluriah – gagasan, emosi dan kehendak, kepada orang lain. Melalui
lambang-lambang.
Bahasa ada sebagaimana orang berpikir.
Bahasa Eropa – urutan waktu, lampau, sekarang dan akan datang.(linear dan bisa di pelajari)
Bahasa Hopi tidak ada tense, penegasan subjek – objek, subjektif perintisan adalah
ungkapan- ungkapan unsur-unsur entitas yang tidak kelihatan.
Bahasa menyebarkan budaya dan alat budaya (kunci, wadah utama).
Kerangka konseptual universal.
Pengetahuan manusia dapat dipahami melalui leksikal / semantik.
Struktur umum berbagai bahasa.
Gagasan (X) didefinisikan dengan gagasan (Y) yang lebih kecil dan lebih di kenal.
Konteks dalam konteks :
Pada internal – memory membuat menjadi mengerti, menjelaskan dengan memory jangka pendek
untuk di tambahkan ke memory jangka panjang. Contoh anak domba Allah.
Contoh tidak sesuai semantik – Matius 2:1-6 Gubernur – gubernur jawa tengah
8
Pandangan Hermeneutik.
Prapaham seseorang mempengaruhi cara memahami, menafsirkan dan memberitakan makna
Alkitab.
Kita masih ingat konsep 3 budaya, yaitu budaya Alkitab dimanamencakup budaya pada waktu jaman
Alkitab terjadi, ada makna Alkitab di situ. Yang kedua adlaah budaya pembaca atau penafsir yang
berbeda dengan budaya Alkitab, dan ketiga adalah budaya penerima yaitu orang yang mendengar
kabar baik.
Asumsi-asumsi dasar :
1. Kebenaran Injil – adalah Adi Budaya (diatas budaya). Contoh : Kisah Rasul 2:5-13 – Partia,
media; 8:4-8 Samaria; 10:34 Roma; 11:19-21 Yunani.
2. Keabsahan Mutlak :
a. Pembenaran karena Anugerah (kematian Kristus, Iman dan Pertobatan). Hal ini
mutlak tak bisa diganti. Konsep keselamatan jika di definisikan ulang, akibatnya
• penawaran keselamatan yang menkan dalam karya kristus.
• Hak seseorang bisa lebih besar (berlawanan dengan anugerah).
• Keselamatan kepada kaum tertindas, sedang para penindas dibiarkan, sehingga
menlanggengkan kejahatan.
b. Bentuk dan sifat simbolik yang dapat diubah (Babtis, Perjamuan Kudus diskusikan).
3. Keabsahan Prinsip. Prinsip menyangkut aspek kebenaran yang muncul dari implikasi
implikasi hidup baru dalam Kristus.
a. Kebenaran Injil – implikasi jelas dan logis = hidup kudus.
b. Kebenaran Injil – Implikasi tak jelas = tempat duduk, alas kaki sdb.
Komunikasi Lintas Budaya. Dua asumsi.
a. Dapat dikomunikasikan jika 1). Penafsir dapat menjembatani jarak kembali kepada cakrawala
tejs Alkitab. 2). Penafsir memahami makna dengan tepat.
b. Penafsir dapat menggabungkan cakrawalanya sendiri dan cakrawala pendengar.
c. Pendengar dapat sampai pada cakrawala teks Alkitab sendiri
d. Iman yang sejati mempunyai mplikasi-implikasi Etis yang sama untuk kehidupan seharai-hari
dalam setiap masyarakat.
9
Pola-pola Hermeneutik.
Makna umum – Pertobatan
Makna pemakai –yoh 14:6 Akulah jalan .....bagaimana dengan agama lain ?
Perubahan Makna :
Pertobatan – reorientasi total, pembebasan dari perilaku yang keliru
Dosa – memberontak dan terpisah dari Allah – bisa diperbaiki – kesalahan
Iman – Kepercayaan penuh kepada juruselamat – pengakuan ketidaktahuan
Nurani – kemampuans eseorang untuk melakukan penilaian moral tentang dirinya dalam
terang penebusan Kristus. Individu dualistik – subyektif.
Pandangan Komunikasi
Semua orang berkomunikasi. Tapi apakah betul komunikasi itu sederhana?
Semantik = bagian dari ilmu bahasa yang membahas tentang makna.
Sema = tanda,
1. Sematikos = memberi tanda, cabang linguistik, mempelajari makna yang terkandung dalam
suatu bahasa.
2. Sintesis – pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana
3. Pragmatika – penggunaan pragtis simbol oleh komunitas pada konteks.
A. Semantik & Lambang-lambang
- Plato & Aristoteles. Makna, realitas dan bahasa. Bahasa adalah cermin buran dari
realitas.
- Thomas Aquinas (abad 13) keberadaan Allah (Alkitab) dalam dibuktikan.melalui lambang.
- William dan Ocham. Allah tidak adapat dibuktikan. Keran lambang tidak boleh
berlebihan dan berlawananan analogi Aristoteles contoh “Allah” apa itu ?
- Contoh perkembangan pendekatan metode Ilmiah dimulai di Perancis dengan
menekankan kepada pikiran sebagai realitas tertinggi, dikembangkan di Inggris dengan
menempatkan pragmatis sebagai penyempurna pikiran dan di kembangkan di German
dengan pendekatan fenomenologi, menjadikan pendekatan kepada Alkitab juga
mengalami alur : 1. Adi kodrati, 2. Kodrati dan 3. Campuran (Schaefer – yang salah bisa
jadi benar secara subyektif, tidak penting salah atau benar).
- Etnolinguistik & Semantek umum.
Bahasa adalah pintu masuk kepada worldview dan logika.
Chomsky – Generative transformational grammar
Bahasa dunia terus berkembang jumlahnya, muncul teori pasti ada deep structur yang
mengandung persamaan diantara bahasa yang lebih besar dari pada jumlah
perbedaannya. Jadi ada harapan untuk di pelajari.
B. Kesimpulan dari Semantik Umum.
- Kuno, anthropomorfis, berasal dari “perasaan” – “bahasa” – sehingga muncul : api,
panas sebagai kajian utama. dsb.
- Kata – benda / alam didahului dengan kata kerja (Is dalam bahasa Inggris) menunjukkan
struktur yang berbeda dengan bahasa lain.
- Charles K Ogden & I.A.Richard.
Proses didalam dan diluar diri – “tanda” – benda di alam. Adalah proses menafsirkan
makna dan menyimpan. Ada segitiga dengan sudut masing-masing – Acuan – Benda –
10
Lambang (bahasa). Diantara Benda dan bahasa tidak ada hubungan langsung, garis titik-
titik. Aturannya :
o Hanya ada satu lambang untuk satu benda.
o Lambang menyatakan acuan yang di maksud pemakainya (bukan acuan yang di
mengerti penerima) – Komunikasi.
Kontinum Bahasa :
Tidak ada bahasa ---- bahasa Puisi --- bahasa campur ----- bahasa Ilmiah ---- Benda &
acuan
- Percy W. Bridgman.
- Ilmu pengetahuan --- 2 tehnik dasar :
� 1. Alat-alat untuk melaksanakan eksperiment
� 2. Bahasa alat untuk menjelaskan Eksperiment
- Makna ditentukan oleh perbuatan yang terlibat da;am pengukurannya. (makna tidak
sama dengan apa yang dialaminya).
C. Semantik dan Teori Komunikasi.
Gagasan Ahli Semantik dalam teroi komunikasi :
- Struktur bahasa berakar dalam worldview dan mitos pra ilmiah, tetapi tidak berakar
dalam dunia sebagaimana adanya.
- Belum memakai bentuk Subjek – Predikat, menekankan persamaan dengan
menggunakan “is” kata kerja “adalah”, sehingga kata cenderung menjadi “benda”.
- Bahasa mencerminkan Aksiologi, penyederhanaan dan lebih real.
- Sistem-sistemn lambang (bahasa termasuk peristiwa) memudahkan abstraksi &
pemberian kualitas objektif.
- Ada norma-norma universal, padahal norma adalah objektifikasi dari p[engalaman
subjektif dan tidak ada patokan.
- Makna ada didaalam diri orang yang berkomunikasi, bukan pada kata-kata.
- Proses komunikasi dinamis, bukan statis memahami konteksnya.
Unsur yang di terima :
- Mitos-mitos, beragam budaya, ada kesamaan --- Imago Dei ?
- Bahasa bukan sarana komunikasi yang mantap seperti yang dibayangkan perlu research.
- Berpegang pada “lambang” tidak sama dengan pada “benda” yang dimaksud
o Tahu “Allah” tidak sama dengan mengenal “Allah”
o Tahu “Keselamatam” tidak sama dengan diselamatkan.
- Abstraksi bisa menuntun, tapi juga menyesatkan karena dalammencari kesamaan,
menutupI perbedaan. Istilah Lahir baru – evngelistic dan broad.
Unsur yang tidak dapat di terima :
- Meragukan adanya norma-norma universal – contoh Alkitab.
- Bahasa agama kurang diterima sebagai kebenaran dibandingkan bahasa umum.
- Bahasa bergeser dari makna ke pembicaranya, otoritas penyampai.
Teori Komunikasi dan Kontekstualiasai :
Charles Kraft.
11
- Komunikasi kristen harus berorientasi kepada si penerima
- Komunikator harus menyadari respon / tanggapan-tanggapan
- Komunikator menggunakan cara-cara yang khusus.
- Realitas yang sebenarnya tidak sama dengan pengetian murni tentang realitas.
- Makna didalam orang, bukan didalam kita. Komunikasi menyampaikan berita, bukan
makna.
- Point kristen terletak [ada fungsi & makna di balik bentuk-bentuk ajaran dan perilaku
dan bukan didalam bentuk-bentuk itu sendiri.
12
Kasus Kontekstualisasi.
1. Kontekstual dan kebermaknaan.
Definisi Kontekstual Kristen : Sebagai upaya untuk memberitakan berita tentang pribadi,
karya, Firman dan kehendak Allah dalam cara yang setia pada penyataan ilahi yang
khususnya diungkapkan dalam Alkitab, dan yang juga bermakna bagi khalayak dalam budaya
mereka masing-masing.
Bisa dilakukan dengan tulisan dan ucapan yang berhubungan dengan :
• Upaya berteologi
• Penerjemahan, penafsiran dan peneapan Alkitab
• Gaya hidup yang meniru teladan Kristus
• Penginjilan
• Pendidikan Agama Kristen
• Penyebaran dan pertumbuhan gereja
• Organisasi gereja dan
• Tatacara ibadah
Kontekstualisasi dan teks alkitab.
Bukan sekedar apa yagn di tulis melainkan juga makna
Kontekstualisasi merupakan proses dengan tiga unsur yang berbeda : penyataan, penafsiran
dan penerapan, yang terdapat kesinambungan makna.
a. Penyataan. Allah menyatakan kebenaran dalam bentuk bahasa, dibawah bimbingan roh
kudus seorang menuliskan dalam suatu teks, (ilham Roh menjamin kesesuaian makna
dari apa yang di nyatakan dengan apa yang di tuliskan).
b. Penafsiran. Bila penafsir membaca teks dan menyadari makna di maksudkan.
Tergantung dari budaya pengarang teks dan budaya penafsir. Dengan menggunakan
alat-alat analisis, maka makna didalam penafsir tidak akan keluar dari cakupan rentang
makna yang di tetapkan oleh teks.
c. Penerapan. Ada dua langkah. Pertama penafsir menguraikan akibat-alkitab logis dari
pemahaman tentang Alkitab untuk orang yang menghayati ajaran Alkitab dalam
kebudayaannya. Kedua penafsir memutuskan untuk menerima keabsahan implikasi –
implikasi Alkitab, atau menolaknya. Jika menerimanya maka terjadi kontekstual yang
autentik atau dapat di terima.
Kontekstualisasi dan budaya penerima.
Supaya penerima berita Injil dari budaya lain dapat memahami makna dengan benar perlu di
pahami dimensi :
• Pandangan dunia (worldview) – cara memahami dunia
• Proses kognitif – Cara berpikir
• Bentuk lingutistik - cara mengungkapkan gagasan
• Pola perilaku – cara bertindak
• Media komunikasi – cara menyalurkan berita
• Struktur sosial – cara bergaul
• Sumber motivasi – cara mengambikl keputusan
Pandangan dunia (worldview) – cara memahami dunia. Pandangan Hindu dan Budha yang
berasal dari Timur berbeda dengan pandangan Barat. Pandangan Hindu Realitas adalah ada
13
pada brahman yang tidak adapat di lukiskan. Dunia yang keliahatan adalah tidak nyata
(maya); Jiwa (Atman) adalah sama dengan brahman. Masalah manusia adalah ketidak
tahuan, dan setiap orang masuk dalam samsara (lahir dan di lahirkan) bergantung dari pada
karma, melalui pencerahan dia dapat di serap lagi ke brahman. Agama Budha mirip dan
mengganti jiwa dengan anatta (bukan diri sejati), Brahman di gantikan nirwana.
Bagaimana pemahaman Kristen bertemu dengan kaykinan ini ? perlu di lakukan penyesuaian
dan perbandingan, dalam hal Allah, asal-usul alam, manusia, keselamatan, anugerah,
sejarah, hakikat spiritualitas, tujuan umat manusia.
Proses kognitif – Cara berpikir. Berbagai bentuk budaya memiliki logika / cara berpikir,
meskipun tidak menjadi kesamaan antar budaya tersebut.
FH smith menjelaskan dalam tiga cara berpikir : 1). Konseptual (lewat postulasi), 2). batiniah
(lewat intuisi) dan 3). Relasional kongkret. Segala budaya menggunakan ketiga cara berpikir
ini, dengan proporsi berbeda, karena berbeda prioritas. Oragn yang berpikir secara
relationallebih mementingkan sejarah, mitos, ceritera, perumpamaan, analogi,petuah,
gambar dan lambang. Orang yang berpikir secara batiniah lebih mementingkan pencerahan
batin dsb.
Bentuk lingutistik - cara mengungkapkan gagasan.
Bentuk bahasa berbagai budaya ada yang mengatakan berbeda secara struktur dan tidak
ada titik temunya (budaya juga sulit di dekati), ada yang mengatakan ada kesamaan-
kesamaan (ada hubungan antara budaya). Ada beberapa prinsip :
1) Orang suka bergaul dengan bahasa hatinya sendiri
2) Tiap orang dapat menguasai bahasa lain dengan kecakapan berbeda.
3) Tidak ada korelasi langsung di antara dua bahasa (contoh hamartia yunani, tsumi jepang,
sin inggris dan dosa indonesia, mana yang memiliki makna tepat ?).
4) Kita tidak saja memepelajari bahasa penerima melainkan belajar juga darinya. (tense di
inggris, kosa kata abstrak di suku – suku, sehingga kabaikan, kejujuran dan keindahan
tidak dibicarakan terpisah dari keadaan ataupun hal-hal kongkrit).
Pola perilaku – cara bertindak
Bertindak juga bahasa, tetapi tanpa kata-kata. Kinetik – tindakan, prosemik – ruang dan
dekatnya mereka yang bergaul, para bahasa – bunyi-bunyi yang bukan kata-kata, misalnya
lembut dan keranya suara.
Kontekstualisasi adalah komunikasi bukan saja apa yang kita katakan tetapi juga bagaimana
mengatakannya. Selain itu kita harus memperhatikan apa yang di sampaikan keetika kita
tidak berkata ataupun t8idak berbuat apa-apa.
Media komunikasi – cara menyalurkan berita
Media didalamberkomunikasi adalah penting, the medium is the message.
Menggunakan gambar, warna dan bentuk lain selain lisan adalah berpengaruh besar didalam
berkomunikasi lintas budaya.
Struktur sosial – cara bergaul
Orang berperilaku tidak hanya di atur oleh struktur budayanya melainkan dalam bergaul
orang diatur juga oleh adat dan kebiasaan sosial.
Sumber motivasi – cara mengambikl keputusan
Tujuan memberitakan injil dan berkontekstual adalah supaya penerima mengambil
keputusan, didalam berbagai budaya terdapat beberapa perbedaan didalam mengambil
keputusan. Biasanya di budaya Timur anak-anak dan mahasiswa belum dianggap sah
14
didalam mengamblik keputusan, keputusan sah jika di ambil oleh orang yang sudah
bekeluarga. Ada sebagaian keputusan diambil karena keputusan kelompok.
Kontekstualisasi
2. Pandangan dunia Kristen. Katekisasi kontekstual untuk masyarakat terasing
Worldview. Adalah struktur dunia sebagaimana di lihat atau di kenal oleh masyarakat
budaya, cara orang melihat diri mereka dalam hubungannya dengan segala sesuatu dan
sebaliknya.
Worldview mewarnai dan membentuk segala pengalaman dan mempengaruhi segala
informasi baru. Karena itu jika pandangan dunia seorang yang bukan kristen tidak diganti
dengan worldview kristen, meskipun ia menganut kebenaran-kebenaran tertentu tentang
Injil, maka kebenaran-kebenaran itu dan poengalaman berikutnya akan di tafsirkan dari
pandangan bukan kristen.
Sadar atau tidak orang itu akan cenderung untuk membentuk pandangan dunia sinkretis
(inklusif).
Macam Teologi :
1. Teologi Apologetis (menyiapkan jalan bagi seluruh teologi dengan menentukan
praduga-praduganya yang perlu /sesensi seperti keberadaan dan sifat hakiki Allah.
Berbeda dengan teologi dogmatika, teologi apologetika menjwab pertanyaan dari
luar gereja, teologi dogmatika menjawab pertanyaan dari dalam gereja).
2. Teologi Eksegetis. (penafsiran, yaitu menerima teks alkitab dan meneliti maknanya).
3. Teologi historis meneliti perwiujudan kekristenan yang progresif dalam kehidupan,
hati, ibadah dan pikiran orang.
4. Teologi Alkitabiah. Bertugas untuk mengatur hasil-hasil penafsiran yang terpecah-
pecah / tersebar menjadi satu keutuhan yang trkait, yaitu penafsiran suatu kitab
tertentu dalam alkitab atau penafsiran sekumpulan kitab yang saling terkait, atau
penafsiran keseluruhan Alkitab. Berbeda dengan teologi sistematis, teologi
sistematis tidak dibangun berdasarkan hasil-hasil langsung dan utama dari
penafsiran, tetapi dibangun pda hasil-hasil terakhir dan lengkap dari penafsiran
yang di atur oleh teologi Alkitab. Bahan teologi sistematis bukanlah penafsiran
alkitab, melainkan teologi alkitab.
Teologi Alkitab dan proses mengubah pandangan dunia.
Dunia penuh dengan ceritera-ceritera mitos, palsu dan menyesatkan yang terkait dalam
sajarah. Pandangan Kristen akan mengganti ceritera ceritera itu dengan ceritera di Alkitab.
Masalahnya ceritera di Alkitab hanya bisa di mengerti jika terkait dengan ceritera
keseluruhan Alkitab atau konteks ceritera Alkitab secara keseluruhan. Karena itu isi maupun
metode teologi alkitab harus mendahului metode dan isi teologi sistematis.
Ada kaitannya antara penginjilan dan katekisasi yang sudah di sederhanakan. Karena itu
perlu disadari :
1. Dalam masyarakat bukan kristen pengetahuan tentang teologi Alkitab yang mendasari
teologi sistematis hampir tidak ada.
2. Pengajuan masalah-masalah dalam teologi sistematis, hampir bersumber pada pola pikir
barat, bukan masalah-masalah dari Hindu-Budhis, Cina, suku terasing atau yang lainnya.
15
3. Teologi sistematis adalah puncak jenis – jenis teologi, bukan dasarnya, dan muncul
setelah teologi Alkitab.
Memberitakan kepada orang lain adalah hal mutlak tidak boleh di lewatkan, dan cara yang di
pilih Allah adalah melalui ceritera Alkitab.
Contoh di Indonesia :
1912 Belanda meminta gereja Belanda (NHK) mengirimkan misionary ke Banggai. Setelah
beberapa tahun ada ribuan orang dibabtis dan tanpa ada pengajaran yang mendalam.
Orang-orang yang beru percaya itu terbagi dalam 3 kelompok :
1. Sungguh-sungguh percaya Yesus
2. Harus menerima agama “pemerintah”
3. Sebagian menjadi Kristen karena supaya tetap bisa menjadi kafir, mereka lebih
menerima Kristen dibanding Islam karena masih boleh memelihara babi dan anjing yang
ada kaitannya dengan agama lama.
Setelah Perang dunia II ada 20.000.000 umat yang buta huruf, tidak ada Alkitab salam
bahasa mereka. 1952 ada misionary lagi yang masuk dan memperbaiki halini.
Gereja di bagi
menjadi 7 wilayah
dan mulai dibuat
studi Alkitab. Lalu
dari masing-masing
wilayah dibuat
utusan dan di kirim
ke gereja pusat
untuk ikut kursus
Alkitab 5 hari
dengan tugas
mengajarkan di
wilayahnya.
Hal yang menjadi
kendala utama
adalah bagaimana
mangajarkan
kebenaran Alkitab
tannpa
menggunakan teks
tulisan sebab
mereka buta huruf.
Weber
menggunakan
“gambar” untuk
menjelaskan ini.
16
Pada waktu misionary memberitakan Injil kepada suku terasing, sering kali yang terjadi
adalah “bentrokan kuasa” dan bukan hanya “bentrokan kebenaran”, masyarakat suku
terasing mengakui adanya rog, malaekat dewa dan macam-macam yang sangat minim di
pahami oleh utusan kirsten barat yang hanya memusatkan pada Allah Bapa, Anak dan Roh
Kudus.
Aspek lain muncul “teologi ceritera” menggunakan ksiah kisah Alkitab sebagai titik tolak
untuk berteologi dan mengajar, bukan hanya untuk melukiskan thema-thema Alkitab.
Memang agak tebatas, tetapi bisa dikembangkan dan menjadi alternatif.
Pengetahuan Alkitab disajikan dan erat dengan kehidupan, pengetahuan yang di peroleh
melalui ceritera, perumpamaan, gambar-gambar, serta pernyataan langsung. Alkitab
mengungakpkan pribadi dan prinsip-prinsip Allah, kehendak dan jalanNya, melalui ceritera.
3. Kelahiran Baru. Berita Injil dalam budaya Cina
Traktat dalam pemberitaan Injil di Cina isinya :
Bagaimana orang dapat dilahirkan kembali ? percakapan Tuhan dengan Nikodemus.
Apa yang tidak termasuk didalam kelahiran baru ? Kelahiran baru tidak sama dengan
keanggotaan dari sebuah gereja, karenna kebenaran kita sendiri, “perjamuan Kudus”, “babtisan
air”, atau pengakuan dosa kepada Imam, pendeta atau rabi.
Mengapa orang harus di lahirkan kembali ? Karena dosa, hati yang jahat, kematian dan
kebutuhan akan pengubahan hidup. Allah menjanjikan hati, jiwa, pikiran, kehidupan, sukacita ,
kedamaian dan pengharapan yang baru.
Bagaimana caranya dilahirkan baru ? Bertobat dari dosa, percaya kepada Allah yang
mengirimkan AnakNya yang tunggal, dengan mengakui dosa kepda Allah melalui Yesus Kristus,
dan dengan menerima Yesus didalam hati sebagai juruselamat pribadi.
Lakukan sekarang mungkin esok sudah terlambat. Takseorangpun yang tahu pasti akan hari esok.
Traktat ini adalah terujemahan traktat yang serupa dalam bahas Inggris, dan sangat tidak cocok
dengan budaya Cina.
• Formatnya asing, pada sampulnya ada gambar orang kulit putih.
• Tema kurang tepat, “kelahiran Kembali” mengingatkan akan reinkarnasi Buddhis, dan
perbedaan reinkarnasi dan kelahiran baru tidak di jelaskan.
• Traktat ini mengajukan pertanyaan yang tidak diajukan oleh orang cina kebanyakan, dan
tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan mereka. Tidak menjangkau kebutuhan
yang dirasakan.
• Berisi banyak sekali ayat bukti dengan mengandaikan pembaca sudah mengenal Alkitab,
padahal orang cina tidak mengenal alkitab.
• Pendekatan terlalu langsung dan dikatakan kasar.
• Tidak ada warna setempat lokal
• Penjelasan terlalu abstrak, orang ciona berfikir kongkrit- rasional, denganmemakai
gambar, ceritera, analogi.
• Informasi banyak tetapi lartar belakang untuk memahami justru tidak banyak.
17
Contoh traktat :
Ceritera tentang seorang ayah yang baru mendapat anak kandung yang baru lahir, ada semangat
baru didalam bayi yang baru lahir dari orang tuanya, tetapi juga menyimpan beban tanggung
jawab bagaimana membesarkannya dan sebagainya.
Bagitu juga kalau Allah mencipta manusia, ada unsur sesuai dengan gambaran Allah. Dan
bagaimana Allahmengutus anakNya yang tunggal supaya menjadi juru selamat sehingga hidup
tidak perlu lagi dengan penuh kekuatiran tetapi ada janji keselamatan dari Allah,.. dst
Ceritera kelahiran baru seperti ini akan lebih mengena bagi orang Cina.
4.