14
Pendahuluan Infeksi pada hidung dapat mengenai hidung luar dan rongga dalam hidung. Infeksi pada dinding luar biasa berbentuk selulitis dan vestibulitis sedangkan pada hidung bagiaan dalam dapat berupaa infeksi pada mukosa hidung yang dapat disebabkan oleh infeksi, alergi atau iritasi. Inflamasi pada mukosa hidung disebut dengan rinitis. Berdasarkan perjalanan penyakitnya, infeksi dapat berlangsung akut maupun kronik, dengan batasan waktu kurang atau lebih dari 12 minggu. t Salah satu infeksi hidung kronis adalah rinitis atrofi. Penyakit Rhinitis atrofi sering di kenal juga dengan istilah Ozaena, rinitis fetida, atau rinitis krustosa. Rhinitis atrofi atau Ozaena dikarakteristikan dengan adanya krusta yang berat dan atrofi pada permukaan mukosa rongga hidung yang disertai bau pada hidung. 7,8,9 . untuk kepentingan klinis perlu ditetapkan derajat ozaena sebelum diobati, yaitu ringan, sedang atau berat, oleh karena ini sangat menentukan terapi dan prognosisnya. Biasanya diagnosis ozaena secara klinis tidak sulit. Biasanya discharge berbau, bilateral,terdapat crustae kuning kehijauhijauan. 11 Penyakit ini angka kejadinya menururn di negara-negara maju, lebih sering terjadi pada negara -negara berkembang . 10 Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita daripada pria , terutama pada umur sekitar pubertas. 11 Etiologi dan patogenesis rinitis atrofi sampai sekarang belum dapatdiketahui secara pasti. Oleh karena etiologinya belum

rinitis atrofi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

wwwww

Citation preview

Page 1: rinitis atrofi

Pendahuluan

Infeksi pada hidung dapat mengenai hidung luar dan rongga dalam hidung. Infeksi pada

dinding luar biasa berbentuk selulitis dan vestibulitis sedangkan pada hidung bagiaan dalam

dapat berupaa infeksi pada mukosa hidung yang dapat disebabkan oleh infeksi, alergi atau iritasi.

Inflamasi pada mukosa hidung disebut dengan rinitis. Berdasarkan perjalanan penyakitnya,

infeksi dapat berlangsung akut maupun kronik, dengan batasan waktu kurang atau lebih dari 12

minggu.t

Salah satu infeksi hidung kronis adalah rinitis atrofi. Penyakit Rhinitis atrofi sering di

kenal juga dengan istilah Ozaena, rinitis fetida, atau rinitis krustosa. Rhinitis atrofi atau Ozaena

dikarakteristikan dengan adanya krusta yang berat dan atrofi pada permukaan mukosa rongga

hidung yang disertai bau pada hidung.7,8,9. untuk kepentingan klinis perlu ditetapkan derajat

ozaena sebelum diobati, yaitu ringan, sedang atau berat, oleh karena ini sangat menentukan

terapi dan prognosisnya. Biasanya diagnosis ozaena secara klinis tidak sulit. Biasanya discharge

berbau, bilateral,terdapat crustae kuning kehijauhijauan. 11Penyakit ini angka kejadinya

menururn di negara-negara maju, lebih sering terjadi pada negara -negara berkembang .10

Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita daripada pria , terutama pada umur sekitar

pubertas.11

Etiologi dan patogenesis rinitis atrofi sampai sekarang belum dapatdiketahui secara pasti.

Oleh karena etiologinya belum pasti, maka pengobatannya belum ada yang baku. Pengobatan

ditujukan untuk menghilangkan faktor penyebab dan untuk menghilangkan gejala. Pengobatan

dapat diberikan secara konservatif atau jika tidak menunjukan perbaikan, dilakukan operasi.

Biasanya diagnosis rinitis atrofi secara klinis tidak sulit. Biasanya sekret berbau, bilateral,

terdapat krusta kuning kehijauan. Keluhan subjektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya

napas berbau (sementara pasien sendiri menderita anosmia).t,7

Definisi

Rinitis atrofi adalah infeksi hidung kronik yang ditandai oleh adanya atrofi progresf dari

mukosa dan tulang konka. Secara klinis mukosa hidung mengasilkan sekret yang kental dan

cepat mengering sehingga berbentuk krusta tang berbau busuk.t Mukosa hidung mengalami

metaplasia skuamosa diikuti oleh atrofi, dan hidung menjadi penuh dengan krusta yang berbau

busuk.10

Page 2: rinitis atrofi

Atrofi adalah istilah yang menyatakan bahwa ada perubahan pada suatu alat tubuh

tertentu, dimana alat tubuh tersebut mengecil atau melisut, dalam hubungan dengan rhinitis

atrofi, yang mengalami pengisutan adalah lapisan mukosa dan tulang konka hidung. tKrusta

adalah bahan cair, yang terdiri dari sekret lendir, darah, serum maupun jaringan nekrotik yang

mengering.Hiposmia adalah Hilangnya kemampuan mencium atau membaui suatu aroma

tertentu akibat kelainan pada hidung, jika tidak merasakan bau sama sekali maka di sebut

anosmia.t

Epidemiologi

Rinitis atrofi merupakan penyakit yang umum di negara-negara berkembang dan

cenderung berkurang dinegara maju misalnya amerika serikat. Penyakit ini muncul sebagai

endemi di daerah subtropis dan daerah yang bersuhu panas seperti Asia, Afrika, Eropa Timur dan

Mediterania. Pasien biasanya berasal dari kalangan ekonomi rendah dengan status higiene buruk.

Rinitis atrofi kebanyakan terjadi pada wanita.Penyakit ini dikemukakan pertama kali oleh

dr.Spencer Watson di London pada tahun 1875. Penyakit ini paling sering menyerang wanita

usia 1 sampai 35 tahun, terutama pada usia pubertas dan hal ini dihubungkan dengan

statusestrogen (faktor hormonal).13

Rhintis atrofi lebih sering mengenai wanita, terutama usia pubertas.. Penyakit ini sering

ditemukan di kalangan masyarakat dengan tingkat social ekonomi yang rendah, lingkungan yang

buruk dan di Negara yang sedang berkembang. Di RS Adam malik Medan, dari 2002 sampai

2003 dijumpai 9 penderita rinitis atrofi yang terdiri dari 6 wanita dan 3 pria yang berumur antara

17-39 tahun.t,12

Etiologi

Etiologi atau penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti. Dahulu diduga penyakit

ini disebabkan oleh infeksi organisme tertentu diantaranya Coccobacillus, Bacillus mucosus,

Coccobacillus foetidus azaena, Diphtheroid bacilli dan Kleibseilla ozaena.10,t K. ozaenae adalah

patogen yang paling umum ditemukan pada saat kultur sebagai organisme penyebab. Organisme

ini terisolasi dari sekresi hidung pasien setelh diberikan ciprofloxacin. Bau busuk menghilang

dan pengerasan kulit berkurang setelah terapi antibiotik. Hal ini menunjukkan bahwa K. ozaenae

bertanggung jawab atas infeksi dan bau tersebut.13

Page 3: rinitis atrofi

Penyakit ini dikelompkan menjadi dua bentuk yakni rinitis primer dan rinitis sekunder.12

Rinitis Atrofi primer 

Rhinitis atrofi primer menjadi kurang umum di negara-negara di mana kondisi sosial dan

kesehatan secara umum telah membaik. Kedua hal Ini mempengaruhi kondisi hidung, terjadi

setelah pubertas, dan lebih sering pada wanita. Karena itu, Ketidakseimbangan endokrin dapat

dijadikan sebagai penyebab, sedangkan para penelitian lain mengangap autoimun sebagi dasar

penyebab yang mungkin diprakarsai oleh virus atau karena vitamin atau kekurangan besi.14 Oleh

karena itu penyebabnya belum diketahui dengan pasti, Beberapa teori lain sebagai penyebab

rinitis atrofi primer adalah teori infeksi, endokrin, defisiensi vitamin A, defisiensi vitamin D,

serta gangguan pertumbuhn kavum nasi.12 ada beberapa teori yang menjelaskan tentang

penyebab rinitis atrofi primer :

Infeksi : beberapa organisme telah ditemukan pada hidung pasien penderita rinitis atrofi,

Terutama seperti kuman Klebsiella ozaena, kuman ini menghentikan aktifitas sillia normal

pada mukosa hidung manusia. Selain itu kuman lain yang di temukan pada penderia rinitis

atrofi adalah, Coccobacillus foetidus ozaena (Coccobacillus of Perez), Coccobacillus of

Loewenberg, Bacillus mucosus (Abel’s bacillus), diphteroids, Bacillus pertusis, Haemophilus

influenza, Pseudomonas aeruginosa dan Proteus species, tetapi semua bakteri tersebut tidak

dapat dibuktikan sebagai penyebab rinitis atrofi.t,7,14

Defisiensi nutrisi : nutrisi yang buruk disebutkan sebagai faktor penting pada

perkembangan rinitis atrofi. Beberapa penulis menyebutkan penyakit ini berhubungan

dengan defisiensi Fe (Zat besi). Selain itu  defisiensi vitamin larut lemak (terutama vitamin

A) juga dipertimbangkan sebagai salah satu faktor penyebab.7,14

Teori developmental : pneumatisasi yang buruk dari sinus maksila, memegang peranan

penting terjadinya rinitis atrofi.14

Teori Ketidakseimbangan endokrin : beberapa penulis menyimpulkan defisiensi

oestrogen sebagai faktor penyebab rinitis atrofi. Insidensi penyakit ini pada perempuan

pubertas, gejala yang memberat pada saat menstruasi dan kehamilan, dan berkurangnya

gejala pada beberapa kasus setelah pemberian estrogen, merupakan pendukung teori

tersebut.t,13,14

Page 4: rinitis atrofi

Autoimun : beberapa faktor seperti infeksi virus, malnutrisi, penurunan daya tahan tubuh

sebagai faktor pemicu destruksi proses autoimun dengan melepaskan antigen mukosa hidung

ke sirkulasi.13,14

Rinitis Atrofi Sekunder  

Rinitis atrofi sekunder sering disebabkan trauma operasi hidung, efek samping radiasi atau

penyakit infeksi kronis yang spesifik. 12

Pada keadaan ini umumnya rinitis atrofi disebabkan oleh infeksi hidung kronik

seperti sinusitis kronis, tuberkulosis (TBC), sifilis, dan lepra.12,13

Penyebab lainnya yaitu kerusakan jaringan yang luas oleh karena operasi hidung dan

trauma serta efek samping dari radiasi. Radiasi pada hidung umumnya segera merusak

pembuluh darah dan kelenjar penghasil mukus dan hampir selalu menyebabkan rinitis

atrofik.14

Gejala Klinis:

Adapun gejala Klinis dari rinitis atrofi ini yang sering di keluhkan oleh penderita rinitis

atrofi (Ozaena) adalah :t

Hidung tersumbat t

Sakit kepala atau nyeri pada wajah, t

Adanya sekret hijau kental serta krusta (kerak) berwarna kuning kehijauan atau kadang-

kadang dapat berwarna hitam dan berbau busukt

Hidung terasa kering dan epistaksis akibat pelepasan krusta (hidung berdarah), 15,9

Keluhan subjektif lain yang sering ditemukan pada pasien biasanya napas berbau

(sementara pasien sendiri menderita anosmia) jadi Orang di sekitar penderita yang

biasanya tidak tahan dengan bau tersebut, tetapi pasien sendiri tidak merasakannya

karena hiposmia atau anosmia. t,15

Pasien mengeluh kehilangan indra pengecap dan tidak bisa tidur nyenyak ataupun tidak

tahan udara dingin. 

Page 5: rinitis atrofi

Meskipun jalan napas jelas menjadi semakin lebar, pasien merasakan sumbatan yang

makin progresif saat bernapas lewat hidung, terutama karena katup udara yang mengatur

perubahan tekanan hidung dan menghantarkan impuls sensorik dari mukosa hidung ke

sistem saraf pusat telah bergerak semakin jauh dari gambarannya.12

Dapat ditemukan ulat atau telur larva karena bau busuk.12

Gambar 1 . Hasil pemeriksaan endoskopi terlihat krusta kehijauan.2

Spenser Watson London merupakan orang yang pertama kali menciptakan istilah Ozena

untuk menggambarkan klinis penyakit ini. Dia yang pertama kali menggambarkan gambaran

klinis penyakit ini. Dia mengklasifikasikan penyakit ini menjadi ringan, sedang dan berat.

Kategori ringan : adanya krusta yang mengeras. Krusta ini dapat dengan mudah

dihilangkan dengan obat tetes hidung.

Kategori sedang: anosmia dan bau yang berasal dari rongga hidung.

Kategori berat: umumnya disebabkan oleh sifilis. Ditandai dengan adanya destruksi

tulang hidung, deformitas bentuk hidung

Pada tahun 1876 Dr Bernhard Fraenkel menggambarkan trias gejala klasik untuk

mendiagnostik rinitis atrofi. Trias dikenal sebagai triad Fraenkel meliputi: bau hidung, adanya

krusta dan Atrofi hidung

DIAGNOSIS

Diagnosis rinitis atrofi dapat ditegakkan berdasarkan:

Anamnesis

Page 6: rinitis atrofi

Pada anamnesis pasien mengeluhkan hidung tersumbat, hidung berdarah, sakit kepala

atau nyeri pada wajah, pasien tidak mencium bau busuk tetapi orang lain dapat merasakannya

dan adanya sekret hijau kental serta keropeng berwarna hijau.t,12,9, 15

Pemeriksaan fisis

Pada pemeriksaan hidung didapatkan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan

media menjadi hipotorfi, atau atrofi, ada sekret pururlen, dan krusta berwarna hijau. .Bisa

juga ditemui ulat/larva (karena bau busuk yang timbul).Nasofaring bagian belakang dan

bagian atas palatum molle jelas terlihat tanpa hambatan. t,12

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakan diagnosa adalah pemeriksaan darah

rutin, histopatologik yang berasal dari biopsi konka, pemeriksaan mikrobiologi, dan uji

sensitifitas kuman dan SC Scan. t

Pemeriksaan darah rutin dan Fe serum, kultur dan uji sensitifitas sekret hidung, uji

serologis (VDRL) untuk menyingkirkan sifilis, uji mantoux dan foto toraks PA apabila rinitis

atrofi diduga berhubungan dengan tuberkulosis, foto rontgen dan CT scan sinus paranasal dan

pemeriksaan biopsi hidung. 12

Page 7: rinitis atrofi

CT scan koronaria menunjukkan adanya kedua konka superior dan media mengalami atrofi,;

pembesaran signifikan dari rongga hidung , dan penebalan rongga hidung dan sinus maksilaris

bilateral.

CT scan dianjurkan jika diagnosis meragukan. Pada CT scan dapat ditemukan :2

1. Penebalan mukoperiosteum sinus paranasal

2. Kehilangan ketajaman dari kompleks sekunder osteomeatal untuk meresobsi bula

etmoid dan proses “uncinate”.

3. Hipoplasia sinus maksilaris

4. Pelebaran kavum hidung dengan erosi dan membusurnya dinding lateral hidung .

5. Resopsi tulang dan atrofi mukosa pada konka media dan inferior.

Secara histopatologik tampak mukosa hidung menjadi tipis, silia menghilang,

metaplasia epitel torak bersilia menjadi epitel kubik atau gepeng berlapis, kelenjar-kelenjar

berdegenerasi dan atrofi serta jumlahnya berkurang dan bentuknya jadi kecil dilatasi

pembuluh darah kapiler juga dapat terlihat.2,4,5

Gambar 8 . Microphotograph menunjukkan metaplasia skuamosa4

Page 8: rinitis atrofi

Gambar 9 . Microphotograph menunjukkan dilatasi pembuluh darah4

Secara patologi, rhinitis atrofi dikelompokkan menjadi 2 yaitu :2

Tipe I : ditandai dengan adanya endarteritis dan periarteritis dari arteriol terminal. Hal ini

disebabkan karena adanya infeksi kronis. Pasien biasanya membaik dengan terapi

estrogen. Tipe ini adalah tipe yang paling banyak ditemukan.

Tipe II : ditandai dengan vasodilatasi dari kapiler, pasien ini biasanya memburuk dengan

terapi estrogen . Sel-sel endotel yang melapisi kapiler yang berdilatasi telah dibuktikan

mengandung lebih banyak sitoplasma daripada kapiler normal. Padaa tipe ini juga

menunjukkan reaksi positif pada alkaline fosfatase yang menandakan adanya resorpsi

aktif dari tulang.

Pengobatan

Oleh karena etiologinya multifaktor maka pengobatanya belum ada yang baku.

Pengobatanya ditujukan untuk mengatasi etiiologi dan menghilangkan gejala. Pengobatan yang

diberikan dapat bersifat konservatif, atau tidak dapat menolong dapat dilakukan tindakan

pembedahan.

Page 9: rinitis atrofi

Pengobatan konservatif

Pengobatan konservatif dapat diberikan dengan pemberian antibiotik bersektrum luas atau

sesuai dengan uji resistensi kuman, dengan dosis yang adekuat. Lama pengobatan bervariasi

tergantung dari hilangnya gejala klinis berupa sekret pururlen kehijauan.

Untuk menghilangkan bau busuk akibat hasil proses infeksi serta sekret pururlen dan

krusta, dapat dipakai obat cuci hidung. Larutan yang digunakan adalah larutan garam hiertonik.

R/ NaCl

Na4CL

NaHCO3 aaa 9

Aqua ad cc 300

Larutan tersebut diencerkan dengan perbandingan 1 sendok makan larutan dicampur 9

sendok makan larutan air hangat. Larutan dihirup dimasukan kedalam rongga hidung dan

dikeluarkan lagi dengan menghembuskan kuat kuat atau atau yang masuk kedalam nasofaring

dikeluarkan melalui mulut, dilakukan dua kali sehari. Jika sukar mendapat larutan diatas dapat

dilakukan pencucian hidung dengan 100 cc air hangat dicampurkan dengan 1 sendok makan (15

cc) larutan bethadine, atau garam dapur setengah sendok the dicampur segelas air hangat. Dapat

diberika vitamin A 3x50.000 unit dan preparat Fe selam 2 minggu

Penanganan Pembedahan

Jika dengan pengobatan konservatif yang adekuat untuk jangka waktu yang cukup lama

tidak ada perbaikan, maka dilakukan operasi penutupan lubang hidung atau implantasi untuk

penyempitan rongga hidung. Prinsip operasi penutupan lubang hidung adalah mengistirahatkan

mukosa hidung. Dengan demikian mukosa akan menjadi normal kembali . Penutupan ini dapat

dilakukan pada nares anterior atau pada koana dan ditutup selama dua tahun. Untuk menutup

koana dipakai Flap palatum. 1

Teknik operasi yang dilakukan adalah young’s operation yaitu dengan cara menutup total

rongga hidung dengan flap. Teknik lain adalah lautenschlager operation yaitu dengan

Page 10: rinitis atrofi

memobilisasi dinding medial antrum dan bagian etmoid, kemudian dipindahkan ke lubang

hidung. Di samping itu juga dilakukan implantasi submukosa dan transplantasi duktus parotis ke

dalamsinus maksila (wittmack’s operation) dengan tujuan membasahi mukosa hidung.3