30
RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA BANDUNG Inkubator Ide dan Inovasi Mahasiswa (I3M) Keluarga Mahasiswa ITB DASAR PEMIKIRAN (1) Kota mempunyai luas yang tertentu dan terbatas Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, ter-masuk kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering meng-ubah konfigurasi alami lahan/bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini umumnya merugikan keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis. Di lain pihak, kemajuan alat dan pertambah-n jalur transportasi dan sistem utilitas, sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga kota, juga telah menambah jumlah bahan pencemar dan telah menimbulkan berbagai ketidak nyamanan di lingkungan perkota-an. Untuk mengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini sangat diperlukan RTH sebagai suatu teknik bioengineering dan bentukan biofilter yang relatif lebih murah, aman, sehat, dan menyamankan. (2) Tata ruang kota penting dalam usaha untuk efisiensi sumberdaya kota dan juga efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya Ruang-ruang kota yang ditata terkait dan saling berkesinambungan ini mem-punyai berbagai pendekatan dalam perencanaan dan

Riset RTH I3M

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Riset RTH I3M

RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA BANDUNG

Inkubator Ide dan Inovasi Mahasiswa (I3M)

Keluarga Mahasiswa ITB

DASAR PEMIKIRAN

(1) Kota mempunyai luas yang tertentu dan terbatas

Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk

untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, ter-masuk kemajuan teknologi, industri dan

transportasi, selain sering meng-ubah konfigurasi alami lahan/bentang alam perkotaan juga

menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini

umumnya merugikan keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak

ekonomis. Di lain pihak, kemajuan alat dan pertambah-n jalur transportasi dan sistem utilitas,

sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga kota, juga telah menambah jumlah bahan

pencemar dan telah menimbulkan berbagai ketidak nyamanan di lingkungan perkota-an. Untuk

mengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini sangat diperlukan RTH sebagai suatu teknik

bioengineering dan bentukan biofilter yang relatif lebih murah, aman, sehat, dan menyamankan.

(2) Tata ruang kota penting dalam usaha untuk efisiensi sumberdaya kota dan juga

efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya

Ruang-ruang kota yang ditata terkait dan saling berkesinambungan ini mem-punyai berbagai

pendekatan dalam perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem transportasi,

dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam menata ruang kota. Dalam

perkembangan selanjutnya, konsep ruang kota selain dikaitkan dengan permasalahan utama

perkotaan yang akan dicari solusinya juga dikaitkan dengan pencapaian tujuan akhir dari suatu

penataan ruang yaitu untuk kesejahteraan, kenyamanan, serta kesehatan warga dan kotanya.

(3) RTH perkotaan mempunyai manfaat kehidupan yang tinggi

Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan

arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam

meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga

dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional

Page 2: Riset RTH I3M

dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk

dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya.

Karakter ekologis, kondisi dan ke-inginan warga kota, serta arah dan tujuan pembangunan dan

perkembangan kota merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH fungsi-onal

ini.

(4) Keberadaan RTH penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan

kualitas lingkungan.

Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan secara proporsional dan berada

dalam keseimbangan antara pembangunan dan fungsi-fungsi lingkungan.

(5) Kelestarian RTH suatu wilayah perkotaan harus disertai dengan ketersediaan dan

seleksi tanaman yang sesuai dengan arah rencana dan rancangannya.

Page 3: Riset RTH I3M

DEFINISI DAN PENGERTIAN

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan ruang terbuka

hijau di Wilayah Perkotaan,

“Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam

bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam

penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka

hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara

alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan

sebagainya.”

Page 4: Riset RTH I3M

JENIS-JENIS RUANG TERBUKA HIJAU

Berdasarkan bobot kealamiannya

1) Bentuk RTH alami

Contoh: habitat liar/alami, kawasan lindung

2) Bentuk RTH non alami atau RTH binaan

Contoh: pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman

Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya

1) Bentuk RTH kawasan (areal, non linear)

2) Bentuk RTH jalur (koridor, linear)

Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya

1) RTH kawasan perdagangan

2) RTH kawasan perindustrian

3) RTH kawasan permukiman

4) RTH kawasan per-tanian

5) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah

Berdasarkan status kepemilikan RTH

1) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh

pemerintah (pusat, daerah)

2) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat.

Page 5: Riset RTH I3M

FUNGSI DAN MANFAAT

Fungsi RTH

1) Fungsi utama (intrinsik), yaitu fungsi ekologis

Fungsi ekologis ini yaitu menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus

merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu

wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia

dan untuk membangun jejaring habitat hidupan liar.

Beberapa fungsi ekologis RTH di kota adalah antara lain sebagai areal resapan air

menghasilkan oksigen, meredam kebisingan, filter dari partikel padat yang mencemari udara

kota, menyerap gas-gas rumah kaca atau hujan asam, penahan angin, mencegah intrusi air

laut, amelorasi iklim serta konservasi air tanah.

a. Penyerap karbon dioksida (CO2)

Hutan merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting, selain dari

fitoplankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan berkurangnya kemampuan

hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menyusutnya luasan hutan akibat

perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun ruang terbuka hijau untuk

membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut. Cahaya matahari akan

dimanfaatkan oleh semua tumbuhan, baik ruang terbuka hijau, hutan alami, tanaman

pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas karbon

dioksida dengan air menjadi karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2). Proses kimia

pembentukan karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2) adalah 6 CO2 + 6 H2O + Energi dan

klorofil menjadi C6H12O6 + 6 O2.

Proses fotosintesis sangat bermanfaat bagi manusia. Pada proses fotosintesis dapat

menyerap gas yang bila konsentarasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan

serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses fotosintesis menghasilkan

gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan.

b. Pelestarian air tanah

Page 6: Riset RTH I3M

Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan mengurangi

tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan dan mempertahankan kondisi air tanah di

lingkungan sekitarnya. Pada musim hujan laju aliran permukaan dapat dikendalikan oleh

penutupan vegetasi yang rapat, sedangkan pada musim kemarau potensi air tanah yang

tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan di lingkungan perkotaan. Ruang terbuka

hijau dengan luas minimal setengah hektar mampu menahan aliran permukaan akibat hujan

dan meresapkan air ke dalam tanah sejumlah 10.219 m3 setiap tahun (Urban Forest

Research, 2002).

c. Penahan Angin

Ruang terbuka hijau berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi kecepatan

angin 75 - 80 %. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain ruang terbuka

hijau untuk menahan angin adalah sebagai berikut :

Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang kuat

Penanaman pohon yang selalu hijau sepanjang tahun berguna sebagai penahan angin

pada musim dingin, sehingga pada akhirnya dapat menghemat energi sampai dengan 50

persen energi yang digunakan untuk penghangat ruangan pada pemakaian sebuah

rumah. Pada musim panas pohon-pohon akan menahan sinar matahari dan memberikan

kesejukan di dalam ruangan (Forest Service Publications. Trees save energy, 2003)

d. Ameliorasi Iklim

Ruang terbuka hijau dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan untuk

menurunkan suhu pada waktu siang hari dan sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat

karena tajuk pohon dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi. Jumlah pantulan

radiasi matahari suatu hutan sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman,

umur tanaman, posisi jatuhnya sinar matahari, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara

pada daerah berhutan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh tanaman.

Selain suhu, unsur iklim mikro lain yang diatur oleh ruang terbuka hijau adalah kelembaban.

Pohon dapat memberikan kesejukan pada daerah-daerah kota yang panas (heat island)

akibat pantulan panas matahari yang berasal dari gedung-gedung, aspal dan baja. Daerah ini

akan menghasilkan suhu udara 3-10 derajat lebih tinggi dibandingkan dengan daerah

pedesaan. Penanaman pohon pada suatu areal akan mengurangi temperature atmosfer

Page 7: Riset RTH I3M

pada wilayah yang panas tersebut (Forest Service Publications, 2003. Trees Modify Local

Climate, 2003)

e. Habitat Hidupan Liar

Ruang terbuka hijau bisa berfungsi sebagai habitat berbagai jenis hidupan liar dengan

keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Ruang terbuka hijau merupakan tempat

perlindungan dan penyedia nutrisi bagi beberapa jenis satwa terutama burung, mamalia

kecil dan serangga. Ruang terbuka hijau dapat menciptakan lingkungan alami dan

keanekaragaman tumbuhan dapat menciptakan ekosistem lokal yang akan menyediakan

tempat dan makanan untuk burung dan binatang lainnya (Forest Service Publications, 2003.

Trees Reduce Noise Pollution and Create Wildlife and Plant Diversity, 2003).

2) Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi

RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan RTH pendukung

dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi

dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk ke-indahan,

rekreasi, dan pendukung arsitektur kota. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi

utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan

kota.

a. Fungsi sosial

Ruang terbuka hijau dalam fungsinya secara sosial dapat menurunkan tingkat stress

masyarakat, konservasi situ salami sejarah, menurunkan konflik sosial, meningkatkan

keamanan kota, meningkatkan produktivitas masyarakat, dan sebagainya.

b. Fungsi ekonomi

Manfaat ruang terbuka hijau dalam aspek ekonomi bisa diperoleh secara langsung maupun

tidak langsung. Secara langsung, manfaat ekonomi ruang terbuka hijau diperoleh dari

penjualan atau penggunaan hasil ruang terbuka hijau berupa kayu bakar maupun kayu

perkakas. Penanaman jenis tanaman ruang terbuka hijau yang bisa menghasilkan biji, buah

atau bunga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh masyarakat untuk

meningkatkan taraf gizi, kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari selain untuk

dikonsumsi juga dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan. Bunga tanjung dapat diambil

Page 8: Riset RTH I3M

bunganya. Buah sawo, pala, kelengkeng, duku, asam, menteng dan lain-lain dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat kota.

Sedangkan secara tidak langsung, manfaatekonomi ruang terbuka hijau berupa perlindungan

terhadap angin serta fungsi ruang terbuka hijau sebagai perindang, menambah kenyamanan

masyarakat kota dan meningkatkan nilai estetika lingkungan kota (Fandeli, 2004).

Ruang terbuka hijau dapat meningkatkan stabilitas ekonomi masyarakat dengan cara

menarik minat wisatawan dan peluang-peluang bisnis lainnya, orang-orang akan menikmati

kehidupan dan berbelanja dengan waktu yang lebih lama di sepanjang jalur hijau, kantor-

kantor dan apartemen di areal yang berpohon akandisewakan serta banyak orang yang akan

menginap dengan harga yang lebih tinggi dan jangka waktu yang lama, kegiatan dilakukan

pada perkantoran yang mempunyai banyak pepohonan akan memberikan produktivitas

yang tinggi.kepada para pekerja (Forest Service Publications, 2003. Trees Increase Economic

Stability, 2003).

c. Fungsi arsitektural

Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan menambah nilai

keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi dengan penempatan (pengaturan tata

ruang) yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri. Tajuk pohon juga berfungsi

untuk memberi kesan lembut pada bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku.

Suatu studi yang dilakukan atas keberadaan ruang terbuka hijau terhadap nilai estetika

adalah bahwa masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan ruang terbuka hijau karena

memberikan rasa keindahan dan kenyamanan (Tyrväinen, 1998).

Manfaat RTH

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas:

1) Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible)

Contoh manfaat langsung yakni mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun,

bunga), kenyamanan fisik (perasaan teduh dan segar), dan lain-lain.

2) Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible)

Page 9: Riset RTH I3M

Contohnya yaitu perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman

hayati.

Bagan fungsi dan manfaat RTH perkotaan

Page 10: Riset RTH I3M

POLA DAN STRUKTUR FUNGSIONAL

Pola RTH kota merupakan struktur RTH yang ditentukan oleh hubungan fungsional (ekologis, sosial,

ekonomi, arsitektural) antar komponen pemben-tuknya. Pola RTH terdiri dari (a) RTH struktural, dan

(b) RTH non struktural.

RTH struktural merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsi-onal antar komponen

pembentuknya yang mempunyai pola hierarki plano-logis yang bersifat antroposentris. RTH tipe ini

didominasi oleh fungsi-fungsi non ekologis dengan struktur RTH binaan yang berhierarkhi.

Contohnya adalah struktur RTH berdasarkan fungsi sosial dalam melayani kebutuhan rekreasi luar

ruang (outdoor recreation) penduduk perkotaan seperti yang diperlihatkan dalam urutan hierakial

sistem pertamanan kota (urban park system) yang dimulai dari taman perumahan, taman

lingkungan, taman kecamatan, taman kota, taman regional, dst).

RTH non struktural merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsional antar komponen

pem-bentuknya yang umumnya tidak mengikuti pola hierarki planologis karena bersifat ekosentris.

RTH tipe ini memiliki fungsi ekologis yang sangat dominan dengan struktur RTH alami yang tidak

berhierarki. Contohnya adalah struktur RTH yang dibentuk oleh konfigurasi ekologis bentang alam

perkotaan tersebut, seperti RTH kawasan lindung, RTH perbukitan yang terjal, RTH sempadan sungai,

RTH sempadan danau, RTH pesisir.

Untuk suatu wilayah perkotaan, maka pola RTH kota tersebut dapat dibangun dengan

mengintegrasikan dua pola RTH ini berdasarkan bobot tertinggi pada kerawanan ekologis kota

(tipologi alamiah kota: kota lembah, kota pegunungan, kota pantai, kota pulau, dll) sehingga

dihasilkan suatu pola RTH struktural.

Page 11: Riset RTH I3M

ELEMEN PENGISI RTH

Elemen vegetasi / tanaman merupakan unsur yang penting dalam RTH / Ruang Hijau Kota / Urban

Open Space. Vegetasi dapat ditata sedemikian rupa sehingga mampu berfungsi sebagai pembentuk

ruang, pengendalian suhu udara, memperbaiki kondisi tanah, udara dan sebagainya. Vegetasi juga

dapat menghadirkan estetika tertentu yang terkesan alamiah dari garis, bentuk, warna, dan tekstur

yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah maupun aroma yang

ditimbukan dari daun, bunga maupun buahnya.

Secara umum, syarat tanaman yang baik untuk ditanam di wilayah kota adalah:

1. Disenangi dan tidak berbahaya bagi warga

2. Mampu tumbuh di lingkungan marginal (tanah tidak subur, udara dan air tercemar)

3. Tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme)

4. Memiliki struktur perakaran yang dalam sehingga tidak mudah tumbang

5. Tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural

6. Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota

7. Bibit/benih mudah diperoleh dalam harga terjangkau

8. Prioritas menggunakan vegetasi endemik (local)

9. Memperhatikan aspek keanekaragaman hayati

Untuk melakukan pemilihan tanaman sendiri hendaknya dipilih tanaman berdasarkan beberapa

pertimbangan dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh baik dan dapat menanggulangi masalah

lingkungan yang muncul. Aspek ekologis dan aspek hortikultural sangat penting dipertimbangkan

dalam pemilihan jenis tanaman untuk RTH. Selain itu guna menunjang estetika urban design,

pemilihan jenis vegetasi untuk RTH juga harusmempertimbakan aspek arsitektural dan artistik visual.

Fungsi ekologis RTH sangat penting dan itu tidak dapat digantikan dengan apapun. Salah satu kunci

untuk mengoptimalkan fungsi ekologis RTH di perkotaan adalah pemilihan jenis tumbuhan yang

Page 12: Riset RTH I3M

akan ditanam. Dengan memilih jenis tumbuhan yang tepat dan lebih menekankan pada aspek

ekologis, tidak berarti akan mengabaikan fungsi estetika atau sosial dari RTH. Jika aspek ekologis

yang lebih ditekankan maka jenis tumbuhan yang ditanam di satu kawasan dengan kawasan lain

kemungkinan akan berbeda.

Misalnya RTH di kawasan yang dilalui ribuan kendaraan bermotor atau lingkungan pabrik bisa dipilih

jenis tanaman yang memiliki kemampuan menyerap partikel atau polutan yang dihasilkan dari

pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor. Pohon damar (Agathis alba), mahoni (Swietenia

macrophylla), jamuju (Podocarpus imbricatus), asam landi (Pithecelobiumdulce), johar (Cassia

siamea) merupakan jenis tumbuhan yang menurut beberapa kajian terbukti memiliki kemampuan

tinggi dalam menyerap polutan terutama timbal yang dihasilkan kendaraan bermotor. Sebenarnya

ada tanaman yang dapat menyerap polutan dan juga indah, yaitu bunga mentega (Nerium oleander),

namun bunga tanaman ini termasuk berbahaya karena akan beracun jika dimakan. Pilihan yang baik

namun perlu dilakukan pengawasan atau diberikan label “Dilarang Makan Bunga Ini!!” misalnya.

Vegetasi juga mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi jika kita mengamati

pembangunan yang meningkat di perkotaan yang sering kali tidak menghiraukan kehadiran lahan

untuk vegetasi. Vegetasi ini sangat berguna dalam produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk

proses respirasi (pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas karbon dioksida yang semakin

banyak di udara akibat kendaraan bermotor dan industri (Irwan, 1992). Penyerapan karbon dioksida

oleh hutan kota dengan jumlah 10.000 pohon berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon

dioksida sebanyak 800 ton pertahun (Simpson dan McPherson, 1999). Penanaman pohon

menghasilkan absorbsi karbon dioksida dari udara dan penyimpanan karbon, sampai karbon

dilepaskan kembali akibat vegetasi tersebut busuk atau dibakar. Hal ini disebabkan karena pada

hutan yang dikelola dan ditanam akan menyebabkan terjadinya penyerapan karbon dari atmosfir,

kemudian sebagian kecil biomassanya dipanen dan atau masuk dalam kondisi masak tebang atau

mengalami pembusukan (IPCC, 1995).

Untuk mengetahui seberapa besar emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas kota, maka

dilakukan pendekatan penghitungan emisi karbon dioksida. Faktor emisi adalah nilai yang digunakan

untuk mendapatkan berat karbon dioksida berdasarkan besaran-besaran yang dinilai, misalnya

konsumsi listrik, minyak tanah, premium, solar dan sebagainya. Faktor emisi untuk perhitungan

karbon dioksida dalam penelitian ini diperoleh melalui studi literatur.

Faktor emisi disajikan pada Tabel 1, 2, dan 3.

Page 13: Riset RTH I3M

Biomassa atau bahan organik adalah produk fotosintesis. Dalam proses fotosintesis, butir-butir hijau

daun berfungsi sebagai sel surya yang menyerap energi matahari guna mengkonversi karbon

dioksida (CO2) dengan air (H2O)menjadi senyawa karbon, hidrogen dan oksigen (CHO). Senyawa

hasil konversi itu dapat berbentuk arang (karbon), kayu, ter, alkohol dan lain-lain (Kadir, 1995).

Biomassa vegetasi bertambah karena menyerap karbon dioksida dari udara dan mengubah zat

tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Umumnya karbon menyusun 45-50 %

bahan kering dari tanaman (Kusmana et. al.1992).

Agar keberadaan RTH benar-benar bisa berfungsi sebagai paru-paru kota maka dipilih tanaman yang

mampu menghasilkan banyak oksigen. Pohon damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia

purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis) dan beringin adalah

jenis tanaman yang diketahui banyak okosigen melalui proses fotosintesisnya. Untuk melakukan

fotosintesis tanaman ini akan menyerap banyak gas CO2 merupakan salah satu gas yang

menyebabkan efek rumah kaca.

Page 14: Riset RTH I3M

Sebenarnya tidak akan sulit memilih tanaman yang akan dijadikan pengisi RTH ini. Di bawah ini akan

dilampirkan beberapa tanaman yang dikelompokan berdasarkan aspek estetikanya. Sebaiknya

dibuat terlebih dahulu desain arsitektur dari taman yang akan dibuat, baru setelah itu menyesuaikan

tanaman yang paling cocok untuk mengisinya.

Contoh Tanaman Untuk RTH

Kategori Ground Cover Daun Indah

1 Suket tulangan Eleusine indica (L.) gaertn

2 Suket tulangan Eleusine indica (L.) gaertn

3 Daun perak Episcia reptans mart

4 Rumput bolon Equisetum debile roxb

5 Rumput kawat. Lycopodium cernuum L.

6 Peperomia Peperomia pellucida kunth

7 Rumput bambu Pogonatherum crinitum (thunb.) kunth

8 Rumput ganepo Salvinia natans (L.) all

9 Rumput kipas Selaginella tamarisc1na (bauv.) spring

10 Rumput merakan Themeda arguen (L.) hack

11 Cantik manis Portulacca grandiflora hook

12 Seruni Wedelia calendulacea less

Kategori Pohon Beraroma

1 Campaka Michelia champaka L.

2 Cempaka mulya Michelia figo (lour.) spreng

3 Kamboja merah Plumeria rubra L.

4 Kemboja Plumiera acuminata ait

5 Cendana Santalum album L.

6 Cempoko gondok Talauma candollii bl

Kategori Pohon Daun Indah

1 Saga Abrus precatorius L.

2 Akasia Acacia sieberiana dc

3 Damar Agathis dammara warb

4 Pakis haji Alsophila glauca (bl.) j.sm

5 Buni Antidesma bunius (L.) spreng

Page 15: Riset RTH I3M

6 Pinang Areca catechu L.

7 Jambe rende Areca pumila bl

8 Druju Argemone mexicana L.

9 Benda Artocarpus elastica reinw

10 Bambu kuning Bambusa vuL.garis schrad

11 Nyamplung Calophyllum inophyllum L.

12 Kenari Canarium commune L.

13 Kara bendo Canavalia ensiformis (l.) dc

14 Cernara Casuarina equisetifolia L.

15 Randu Ceiba pentandra gaertin

16 Kelor Cucumis sativus L.

17 Pakis haji Cycas rumphii miq

18 Sono keling. Dalbergia latifolia roxb

19 Asam kranji Diallum indum L.

20 Kayu putih Eucalyptus alba reinw

21 Kayu putih Eucalyptus umbellata dum.cours

22 Dewandaru Eugenia uniflora L.

23 Beringin Ficus benjamina L.

24 llat-ilatan Ficus callosa willd

25 Tabat barito Ficus deltoidea jack

26 Karet Ficus elastica nois.ex bl

27 Iprih Ficus glabella bl

28 Elo Ficus glomerata roxb

29 Daun dolar Ficus pumila L.

30 Uyah-uyahan Ficus quersifolia roxb

31 Preh Ficus ribes reinw

32 Gondang Ficus variegata bl

33 Pisang hias Heliconia colinsiana

34 Gayam Inocarpus edulis forst

35 Pohon sapu tangan Maniltoa granoiflora scheff

36 Tanjung Mimusops elengi L.

37 Kelor Moringa oleifera lam

38 Talok Muntingia calabura L.

39 Pinus Pinus merkusii jungh.& de vr

40 Asem landa Pithecollobium dulce (roxb.) benth

41 Trembesi Pithecolobium saman benth

Page 16: Riset RTH I3M

42 Angsana Pterocarpus indica willd

43 Salak Salacca edulis reinw

44 Turi Sesbania grandiflora pers

45 Mahoni Swietenia mahagoni jacq

46 Cemara kipas Thuja orientalis L.

47 Lengkeng Euphoria longana lamk

Kategori Pohon Bunga Indah

1 Daun kupu-kupu Bauhinia tomentosa L.

2 Sumba kling Bixa orellana L.

3 Bugenvil Bougainvillea glabra chois

4 Kaliandra Calliandra haematocephala hassk

5 Kenanga Canangium odoratum baill

6 Ketepeng cina Cassia alata L.

7 Trengguli Cassia fistula L.

8 Senting Cassia laevigata willd

9 Kedinding Cassia mimosoides L.

10 Menting Cassia occidentalis L.

11 Johar Cassia siamea lamk

12 Enceng-enceng Cassia sophera L.

13 Kembang kuning Cassia surattensis burm,f

14 Ketepeng Cassia tora L.

15 Cangkring Erythrina fusca lour

16 Dadap serep Erythrina lithosperma miq

17 Dadap bong Erythrina microcarpa k.& v

18 Dadap ayam Erythrina variegata L.

19 Bungur Lagerstroemia loudonii t.& b

20 Bungur Lagerstroemia speciosa pers

Kategori Rambat

1 Markisah Passiflora quadrangularis L.

2 Anggur Vitis vinifera L.

3 Jalu mampang Monstera pertusa auct

4 Suruhan Peperomia pellucida (l.) h.b.k

5 Sirih Piper betle L.

6 Alamanda Allamanda cathartica L

Page 17: Riset RTH I3M

7 Air mata Pengantin Antigonon

8 Bintaro Cerbera manghas L.

9 Kernbang bugang Clerodendrum calamitosum L.

10 Nona makan sirih Clerodenoron thomsonae balf.f

11 Grandiflorum Solanum grandiflorum auct

12 Bunga madia Thunbergia grandiflora roxb

13 Bunga madia Thunbergia grandiflora roxb

Kategori Semak Beraroma

1 Poncosudo Jasminum pubescens willd

2 Melati Jasminum sambac (l.)W.ait

3 Pandan wangi Pandanus amaryllifolius roxb

4 Mawar Rosa chinensis jacq

5 Mawar Rosa galica L.

6 Mawar merci Rosa multiflora L.

Kategori Semak Mudah Dibentuk

1 Ekor kucing Acalypha hispida burm.f

2 Kucing-kucingan Acalypha indica L.

3 Teh-tehan merah Acalypha microphylla L.

4 Landep BarL.eria cristata L.

5 Landep BarL.eria prionitis L.

6 Sinyo nakal. Duranta repens auct.non jacq

Kategori Semak Daun Indah

1 Daun seribu Achillea millefolium L.

2 Daun seribu Achillea santolina L.

3 Suplir Adiantum cuneatum langs.& fisch

4 Sente Alocasia macrorrhiza schott

5 Lidah buaya Aloe ferox miller

6 Lengkuas merah Alpinia purpurata k.schum

7 Bayam merah Alternanthera amoena voss

8 Bayam ungu, Althernanthera strigosa hask

9 Paku pandan Asplenium prolongatum hook

10 Keladi Caladium bicolor (w.ait.) vent

11 Puring Codiaeum variegatum bi.

Page 18: Riset RTH I3M

12 Her Coleus atropurpureus benth

13 Pacing hias Costus malortieanus wendl

14 Pacing Costus megalobrachtea k.schum

15 Pacing Costus speciosus smith.

16 Pacing Costus spiralis rosc

17 Paku andam Dicranopteris dichotoma (thunb.)bernh

18 Drakaena Dracaena sanderiana vand.ex L.

19 Sambang darah Excoecaria bicolor hassk

20 Sambang darah Hemigraphis colorata hall.f

21 Wora-wari gantung. Hibiscus schizopetalus (mast.)Hook.f

22 Bakungan Hymenocallis litthoralis (jacq.) salisb

23 Widosari Ipomoea digitata L.

24 Air mancur Jacobinia carnea (lindl.)Nichols

25 Sosor bebek Kalanchoe daigremontiana dc

26 Sosor bebek Kalanchoe integre (medik)o.k

27 Sosor bebek Kalanchoe laciniata (L.) dc

28 Sosor bebek Kalanchoe pinnata pers

29 Paku ekor tupai.Lepidogrammatis rostrata (bedd.)ching

30 Paku tanah. Lindsaea orbiculata (lamk.) mett

31 Paku kawat. Lvgodium scandens (L.) sw

32 Paku pedang. Microsorium buergerianum (miq.) ching

33 Simbar pedang Microsorium fortunei (moore) ching

34 Paku sarang burung Neottopteris nidus (L.) J.smith

35 Kecombrang Nicolaia speciosa horan

36 Pohon mangkok Nothopanax scutellarium merr

37 Sri Rejeki Oieffenbachia seguine (jacq.) schott

38 Pandan bidur Pandanus bidur jungh.ex miq

39 Pandan kowang Pandanus furcatus roxb

40 Pandan kecil Pandanus polycephalus lamk

41 Pandan Pandanus tectorius soland.ex park

42 Simbar menjangan Platycerium bifurcatum c.chr

43 Suji Pleomele angustifolia n.e.brown

44 Paku pecut Pteris ensiformis burm

45 Paku rane Selaginella doederlinii hieron

46 Bunga Lilj Ulium brownii f.e.brown

Page 19: Riset RTH I3M

Kategori Semak Bunga Indah

1 Kecubung Brugmansia candida pers

2 Kecubung gunung Brugmansia suaveolens bercht.&presl

3 Melati kosta. Brunsfelsia uniflora (pohl.) d.don

4 Jengger ayam Celosia cristata L.

5 Kenikir Cosmos caudatus h.b.k.

6 Kecubung wulung Datura metel L.

7 Kecubung pendek Datura stramonium L.

8 Kecubung Datura tatula L.

9 Kembang anting-anting Fuchsia speciosa hort

10 Kaca piring Gardenia augusta merr

11 Gardenia Gardenia mutabilis reinw

12 Bunga kancing Gomphrena globosa L.

13 Bunga karang Hedvotis uncinella hook.et arn

14 Kernbang matahari Helianthus annus L.

15 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis L.

16 Mrambos hijau Hibiscus sabdariffa L.

17 Waru gombong Hibiscus similis bl

18 Bunga Sepatu mawar Hibiscus syriacus L.

19 Waru lengis Hibiscus tiliaceus L.

20 Soka Ixora coccinea L.

21 Tembelek Lantana camara L.

22 Kembang pukul empat Mirabilis jalapa L.

23 Nusa indah Mussaenda phylippica L.

24 Daun putri Mussaenda pubescens ait.f

25 Oleander Nerium indicum mill

26 Oleande Nerium oleander L.

27 Terong susu Solanum mammosum L.

28 Mondokaki Tabernaemontana divaricata r.br

29 Kenikir Tagetes erecta L.

30 Oleander Thevetia peruviana (pers.) k.schum

31 Bunga pukul delapan Turnera subulata j.e.smith

32 Tapak doro Vinca rosea u

Page 20: Riset RTH I3M

TEKNIS PERENCANAAN

Dalam rencana pembangunan dan pengembangan RTH yang fungsional suatu wilayah perkotaan,

ada 4 (empat) hal utama yang harus diperhatikan yaitu:

(a) Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan ditentukan secara

komposit oleh tiga komponen berikut ini, yaitu:

1) Kapasitas atau daya dukung alami wilayah

2) Kebutuhan per kapita (kenyamanan, kesehatan, dan bentuk pela-yanan lainnya)

3) Arah dan tujuan pembangunan kota

RTH berluas minimum merupakan RTH berfungsi ekologis yang ber-lokasi, berukuran, dan

berbentuk pasti, yang melingkup RTH publik dan RTH privat. Dalam suatu wilayah perkotaan

maka RTH publik harus berukuran sama atau lebih luas dari RTH luas minimal, dan RTH privat

merupakan RTH pendukung dan penambah nilai rasio terutama dalam meningkatkan nilai dan

kualitas lingkungan dan kultural kota.

(b) Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH

(c) Sruktur dan pola RTH yang akan dikembangkan (bentuk, konfigurasi, dan distribusi)

(d) Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan kota.

Page 21: Riset RTH I3M

FAKTA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA BANDUNG

Saat ini Kota Bandung baru memiliki sekitar 1700 hektare RTH. Sedangkan idealnya RTH

untuk kota yang memiliki luas 16.729,65 hektare ini adalah sekitar 6000 hektare. data Badan

Pengendalian Lingkungan Hidup 2007, ruang terbuka hijau di Kota Bandung kini tersisa 8,76

persen. Padahal idealnya sebuah kota harus memiliki ruang terbuka hijau seluas 30 persen

dari total luas kota, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang.

Jika Kota Bandung tanpa RTH, sinar matahari yang menyinari itu 90% akan menempel di

aspal, genting rumah, dan bangunan lainnya yang ada. sementara sisanya yang 10% akan

kembali ke angkasa. Hal itu memicu udara Kota Bandung menjadi panas. Namun, jika

bandung memiliki RTH sesuai dengan angka ideal, maka sinar matahari itu 80% diserap oleh

pepohonan untuk fotosintesis, 10% kembali ke angkasa, dan 10% nya lagi yang menempel di

bangunan, aspal dan lainnya.

Menurut data Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Bandung 2006, akibat berkurangnya

persentase ruang terbuka hijau di Bandung, setiap tahun permukaan tanah di Kota Kembang

ini menyusut sekitar 42 sentimeter. Di Babakan Siliwangi sendiri permukaan air tanah berada

pada kedudukan 14,35 meter dari sebelumnya 22,99 meter.

Menurut data yang dilansir Greenlife Society setidaknya 90 pusat perbelanjaan di Bandung

itu masih berhutang 85 ribu meter persegi ruang hijau.

Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan

menghasilkan emisi karbon-dioksida 5,6 juta ton/ tahun. Ilustrasi lain, sebuah kendaraan

bermotor yang memerlukan bahan bakar 1 liter per 13 km dan tiap hari mememerlukan

BBM 10 liter maka akan menghasilkan emisi karbon-dioksida sebanyak 30 kg/hari atau 9

ton/tahun. Bisa dibayangkan jika jumlah kendaraan bermotor di Kota Bandung di jalanan

yang sering macet kita asumsikan 500.000 kendaraan, maka dari sektor transportasi Kota

Bandung menyumbang emisi karbon-dioksida ke atmosfer sebanyak 4,5 juta ton/ tahun.

Singkatnya, kondisi hutan Kota Bandung benar-benar kritis, jauh dari angka ideal yang

dibutuhkan warga kota yang telah mencapai lebih dari 2,3 juta jiwa. Istilah lainnya, wilayah

RTH di Kota Bandung ini masih sedikit. Dan saat ini jumlah pohon perlindung sebanyak

229.649 pohon. Padahal, idealnya kata Kepala Dinas Pertamanan Kota Bandung, Drs.

Ernawan, jumlahnya 920.000 pohon pelindung atau 40% dari jumlah penduduk. Jumlah

tersebut dihitung dengan rumusan 2,3 juta jiwa dikali 0,5 kg oksigen dikali 1 pohon dibagi

Page 22: Riset RTH I3M

1,2 kg, sama dengan 2,3 juta kali 0,4 kg oksigen dikali 1 pohon, menghasilkan 920.000

pohon.

Page 23: Riset RTH I3M

ISU UTAMA

Tiga issues utama dari ketersediaan dan kelestarian RTH adalah

(1) Dampak negatif dari suboptimalisasi RTH

Dampaknya yaitu RTH kota tidak memenuhi persyaratan jumlah dan kualitas (RTH tidak

tersedia, RTH tidak fungsional, fragmentasi lahan yang menurunkan kapasitas lahan dan

selan-jutnya menurunkan kapasitas lingkungan, alih guna dan fungsi lahan) terjadi terutama

dalam bentuk/kejadian:

Menurunkan kenyamanan kota: penurunan kapasitas dan daya dukung wilayah

(pencemaran meningkat, ketersediaan air tanah menurun, suhu kota meningkat, dll)

Menurunkan keamanan kota

Menurunkan keindahan alami kota (natural amenities) dan artifak alami sejarah yang

bernilai kultural tinggi

Menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat (menurunnya kesehatan masyarakat

secara fisik dan psikis)

(2) Lemahnya lembaga pengelola RTH

Belum terdapatnya aturan hukum dan perundangan yang tepat

Belum optimalnya penegakan aturan main pengelolaan RTH

Belum jelasnya bentuk kelembagaan pengelola RTH

Belum terdapatnya tata kerja pengelolaan RTH yang jelas

(3) Lemahnya peran stake holders

Lemahnya persepsi masyarakat

Lemahnya pengertian masyarakat dan pemerintah

(4) Keterbatasan lahan kota untuk peruntukan RTH

Belum optimalnya pemanfaatan lahan terbuka yang ada di kota untuk RTH fungsional

Page 24: Riset RTH I3M

ACTION PLAN

Pembangunan dan pengelolaan RTH wilayah perkotaan harus menjadi substansi yang terakomodasi

secara hierarkial dalam perundangan dan peraturan serta pedoman di tingkat nasional dan

daerah/kota. Untuk tingkat daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota, permasalahan RTH

menjadi bagian organik dalam Ren-cana Tata Ruang Wilayah dan subwilayah yang diperkuat oleh

peraturan daerah.

Dalam pelaksanaannya, pembangunan dan pengelolaan RTH juga mengikut sertakan masyarakat

untuk meningkatkan apresiasi dan kepedulian mereka terha-dap, terutama, kualitas lingkungan

alami perkotaan, yang cenderung menurun.

Beberapa action plan yang dapat dilaksanakan, a.l.:

(1) Issues : Suboptimalisasi RTH

Action plan yang disarankan:

(a) Penyusunan kebutuhan luas minimal/ideal RTH sesuai tipologi kota

(b) Penyusunan indikator dan tolak ukur keberhasilan RTH suatu kota

(c) Rekomendasi penggunaan jenis-jenis tanaman dan vegetasi endemik serta jenis-jenis

unggulan daerah untuk penciri wilayah dan untuk me-ningkatkan keaneka ragaman

hayati secara nasional

(2) Issues : Lemahnya kelembagaan pengelola RTH

Action plan yang disarankan:

(a) Revisi dan penyusunan payung hukum dan perundangan (UU, PP, dll)

(b) Revisi dan penyusunan RDTR, RTRTH, UDGL, dll

(c) Penyusunan Pedoman Umum : Pembangunan RTH, Pengelolaan RTH

(d) Penyusunan mekanisme insentif dan disinsentif

(e) Pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat

(3) Issues : Lemahnya peran stake holders

Action plan yang disarankan:

(a) Pencanangan Gerakan Bangun, Pelihara, dan Kelola RTH (contoh Gerakan Sejuta Pohon,

Hijau royo-royo, Satu pohon satu jiwa, Rumah dan Pohonku, Sekolah Hijau, Koridor Hijau

dan Sehat, dll)

(b) Penyuluhan dan pendidikan melalui berbagai media

Page 25: Riset RTH I3M

(c) Penegasan model kerjasama antar stake holders

(d) Perlombaan antar kota, antar wilayah, antar subwilayah untuk mening-katkan apresiasi,

partisipasi, dan responsibility terhadap ketersediaan tanaman dan terhadap kualitas

lingkungan kota yang sehat dan indah

(4) Issues : Keterbatasan lahan perkotaan untuk peruntukan RTH Action plan yang disarankan:

(a) Peningkatan fungsi lahan terbuka kota menjadi RTH

(b) Peningkatan luas RTH privat

(c) Pilot project RTH fungsional untuk lahan-lahan sempit, lahan-lahan marjinal, dan lahan-

lahan yang diabaikan