Upload
junita-riany
View
476
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA BANDUNG
Inkubator Ide dan Inovasi Mahasiswa (I3M)
Keluarga Mahasiswa ITB
DASAR PEMIKIRAN
(1) Kota mempunyai luas yang tertentu dan terbatas
Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk
untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, ter-masuk kemajuan teknologi, industri dan
transportasi, selain sering meng-ubah konfigurasi alami lahan/bentang alam perkotaan juga
menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini
umumnya merugikan keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak
ekonomis. Di lain pihak, kemajuan alat dan pertambah-n jalur transportasi dan sistem utilitas,
sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga kota, juga telah menambah jumlah bahan
pencemar dan telah menimbulkan berbagai ketidak nyamanan di lingkungan perkota-an. Untuk
mengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini sangat diperlukan RTH sebagai suatu teknik
bioengineering dan bentukan biofilter yang relatif lebih murah, aman, sehat, dan menyamankan.
(2) Tata ruang kota penting dalam usaha untuk efisiensi sumberdaya kota dan juga
efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya
Ruang-ruang kota yang ditata terkait dan saling berkesinambungan ini mem-punyai berbagai
pendekatan dalam perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem transportasi,
dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam menata ruang kota. Dalam
perkembangan selanjutnya, konsep ruang kota selain dikaitkan dengan permasalahan utama
perkotaan yang akan dicari solusinya juga dikaitkan dengan pencapaian tujuan akhir dari suatu
penataan ruang yaitu untuk kesejahteraan, kenyamanan, serta kesehatan warga dan kotanya.
(3) RTH perkotaan mempunyai manfaat kehidupan yang tinggi
Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan
arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam
meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga
dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional
dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk
dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya.
Karakter ekologis, kondisi dan ke-inginan warga kota, serta arah dan tujuan pembangunan dan
perkembangan kota merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH fungsi-onal
ini.
(4) Keberadaan RTH penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan
kualitas lingkungan.
Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan secara proporsional dan berada
dalam keseimbangan antara pembangunan dan fungsi-fungsi lingkungan.
(5) Kelestarian RTH suatu wilayah perkotaan harus disertai dengan ketersediaan dan
seleksi tanaman yang sesuai dengan arah rencana dan rancangannya.
DEFINISI DAN PENGERTIAN
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan ruang terbuka
hijau di Wilayah Perkotaan,
“Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam
bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka
hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara
alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan
sebagainya.”
JENIS-JENIS RUANG TERBUKA HIJAU
Berdasarkan bobot kealamiannya
1) Bentuk RTH alami
Contoh: habitat liar/alami, kawasan lindung
2) Bentuk RTH non alami atau RTH binaan
Contoh: pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman
Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya
1) Bentuk RTH kawasan (areal, non linear)
2) Bentuk RTH jalur (koridor, linear)
Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya
1) RTH kawasan perdagangan
2) RTH kawasan perindustrian
3) RTH kawasan permukiman
4) RTH kawasan per-tanian
5) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah
Berdasarkan status kepemilikan RTH
1) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh
pemerintah (pusat, daerah)
2) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat.
FUNGSI DAN MANFAAT
Fungsi RTH
1) Fungsi utama (intrinsik), yaitu fungsi ekologis
Fungsi ekologis ini yaitu menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus
merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu
wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia
dan untuk membangun jejaring habitat hidupan liar.
Beberapa fungsi ekologis RTH di kota adalah antara lain sebagai areal resapan air
menghasilkan oksigen, meredam kebisingan, filter dari partikel padat yang mencemari udara
kota, menyerap gas-gas rumah kaca atau hujan asam, penahan angin, mencegah intrusi air
laut, amelorasi iklim serta konservasi air tanah.
a. Penyerap karbon dioksida (CO2)
Hutan merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting, selain dari
fitoplankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan berkurangnya kemampuan
hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menyusutnya luasan hutan akibat
perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun ruang terbuka hijau untuk
membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut. Cahaya matahari akan
dimanfaatkan oleh semua tumbuhan, baik ruang terbuka hijau, hutan alami, tanaman
pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas karbon
dioksida dengan air menjadi karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2). Proses kimia
pembentukan karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2) adalah 6 CO2 + 6 H2O + Energi dan
klorofil menjadi C6H12O6 + 6 O2.
Proses fotosintesis sangat bermanfaat bagi manusia. Pada proses fotosintesis dapat
menyerap gas yang bila konsentarasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan
serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses fotosintesis menghasilkan
gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan.
b. Pelestarian air tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan mengurangi
tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan dan mempertahankan kondisi air tanah di
lingkungan sekitarnya. Pada musim hujan laju aliran permukaan dapat dikendalikan oleh
penutupan vegetasi yang rapat, sedangkan pada musim kemarau potensi air tanah yang
tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan di lingkungan perkotaan. Ruang terbuka
hijau dengan luas minimal setengah hektar mampu menahan aliran permukaan akibat hujan
dan meresapkan air ke dalam tanah sejumlah 10.219 m3 setiap tahun (Urban Forest
Research, 2002).
c. Penahan Angin
Ruang terbuka hijau berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi kecepatan
angin 75 - 80 %. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain ruang terbuka
hijau untuk menahan angin adalah sebagai berikut :
Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang kuat
Penanaman pohon yang selalu hijau sepanjang tahun berguna sebagai penahan angin
pada musim dingin, sehingga pada akhirnya dapat menghemat energi sampai dengan 50
persen energi yang digunakan untuk penghangat ruangan pada pemakaian sebuah
rumah. Pada musim panas pohon-pohon akan menahan sinar matahari dan memberikan
kesejukan di dalam ruangan (Forest Service Publications. Trees save energy, 2003)
d. Ameliorasi Iklim
Ruang terbuka hijau dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan untuk
menurunkan suhu pada waktu siang hari dan sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat
karena tajuk pohon dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi. Jumlah pantulan
radiasi matahari suatu hutan sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman,
umur tanaman, posisi jatuhnya sinar matahari, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara
pada daerah berhutan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh tanaman.
Selain suhu, unsur iklim mikro lain yang diatur oleh ruang terbuka hijau adalah kelembaban.
Pohon dapat memberikan kesejukan pada daerah-daerah kota yang panas (heat island)
akibat pantulan panas matahari yang berasal dari gedung-gedung, aspal dan baja. Daerah ini
akan menghasilkan suhu udara 3-10 derajat lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Penanaman pohon pada suatu areal akan mengurangi temperature atmosfer
pada wilayah yang panas tersebut (Forest Service Publications, 2003. Trees Modify Local
Climate, 2003)
e. Habitat Hidupan Liar
Ruang terbuka hijau bisa berfungsi sebagai habitat berbagai jenis hidupan liar dengan
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Ruang terbuka hijau merupakan tempat
perlindungan dan penyedia nutrisi bagi beberapa jenis satwa terutama burung, mamalia
kecil dan serangga. Ruang terbuka hijau dapat menciptakan lingkungan alami dan
keanekaragaman tumbuhan dapat menciptakan ekosistem lokal yang akan menyediakan
tempat dan makanan untuk burung dan binatang lainnya (Forest Service Publications, 2003.
Trees Reduce Noise Pollution and Create Wildlife and Plant Diversity, 2003).
2) Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi
RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan RTH pendukung
dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi
dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk ke-indahan,
rekreasi, dan pendukung arsitektur kota. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi
utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan
kota.
a. Fungsi sosial
Ruang terbuka hijau dalam fungsinya secara sosial dapat menurunkan tingkat stress
masyarakat, konservasi situ salami sejarah, menurunkan konflik sosial, meningkatkan
keamanan kota, meningkatkan produktivitas masyarakat, dan sebagainya.
b. Fungsi ekonomi
Manfaat ruang terbuka hijau dalam aspek ekonomi bisa diperoleh secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung, manfaat ekonomi ruang terbuka hijau diperoleh dari
penjualan atau penggunaan hasil ruang terbuka hijau berupa kayu bakar maupun kayu
perkakas. Penanaman jenis tanaman ruang terbuka hijau yang bisa menghasilkan biji, buah
atau bunga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh masyarakat untuk
meningkatkan taraf gizi, kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari selain untuk
dikonsumsi juga dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan. Bunga tanjung dapat diambil
bunganya. Buah sawo, pala, kelengkeng, duku, asam, menteng dan lain-lain dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat kota.
Sedangkan secara tidak langsung, manfaatekonomi ruang terbuka hijau berupa perlindungan
terhadap angin serta fungsi ruang terbuka hijau sebagai perindang, menambah kenyamanan
masyarakat kota dan meningkatkan nilai estetika lingkungan kota (Fandeli, 2004).
Ruang terbuka hijau dapat meningkatkan stabilitas ekonomi masyarakat dengan cara
menarik minat wisatawan dan peluang-peluang bisnis lainnya, orang-orang akan menikmati
kehidupan dan berbelanja dengan waktu yang lebih lama di sepanjang jalur hijau, kantor-
kantor dan apartemen di areal yang berpohon akandisewakan serta banyak orang yang akan
menginap dengan harga yang lebih tinggi dan jangka waktu yang lama, kegiatan dilakukan
pada perkantoran yang mempunyai banyak pepohonan akan memberikan produktivitas
yang tinggi.kepada para pekerja (Forest Service Publications, 2003. Trees Increase Economic
Stability, 2003).
c. Fungsi arsitektural
Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan menambah nilai
keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi dengan penempatan (pengaturan tata
ruang) yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri. Tajuk pohon juga berfungsi
untuk memberi kesan lembut pada bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku.
Suatu studi yang dilakukan atas keberadaan ruang terbuka hijau terhadap nilai estetika
adalah bahwa masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan ruang terbuka hijau karena
memberikan rasa keindahan dan kenyamanan (Tyrväinen, 1998).
Manfaat RTH
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas:
1) Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible)
Contoh manfaat langsung yakni mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun,
bunga), kenyamanan fisik (perasaan teduh dan segar), dan lain-lain.
2) Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible)
Contohnya yaitu perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman
hayati.
Bagan fungsi dan manfaat RTH perkotaan
POLA DAN STRUKTUR FUNGSIONAL
Pola RTH kota merupakan struktur RTH yang ditentukan oleh hubungan fungsional (ekologis, sosial,
ekonomi, arsitektural) antar komponen pemben-tuknya. Pola RTH terdiri dari (a) RTH struktural, dan
(b) RTH non struktural.
RTH struktural merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsi-onal antar komponen
pembentuknya yang mempunyai pola hierarki plano-logis yang bersifat antroposentris. RTH tipe ini
didominasi oleh fungsi-fungsi non ekologis dengan struktur RTH binaan yang berhierarkhi.
Contohnya adalah struktur RTH berdasarkan fungsi sosial dalam melayani kebutuhan rekreasi luar
ruang (outdoor recreation) penduduk perkotaan seperti yang diperlihatkan dalam urutan hierakial
sistem pertamanan kota (urban park system) yang dimulai dari taman perumahan, taman
lingkungan, taman kecamatan, taman kota, taman regional, dst).
RTH non struktural merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsional antar komponen
pem-bentuknya yang umumnya tidak mengikuti pola hierarki planologis karena bersifat ekosentris.
RTH tipe ini memiliki fungsi ekologis yang sangat dominan dengan struktur RTH alami yang tidak
berhierarki. Contohnya adalah struktur RTH yang dibentuk oleh konfigurasi ekologis bentang alam
perkotaan tersebut, seperti RTH kawasan lindung, RTH perbukitan yang terjal, RTH sempadan sungai,
RTH sempadan danau, RTH pesisir.
Untuk suatu wilayah perkotaan, maka pola RTH kota tersebut dapat dibangun dengan
mengintegrasikan dua pola RTH ini berdasarkan bobot tertinggi pada kerawanan ekologis kota
(tipologi alamiah kota: kota lembah, kota pegunungan, kota pantai, kota pulau, dll) sehingga
dihasilkan suatu pola RTH struktural.
ELEMEN PENGISI RTH
Elemen vegetasi / tanaman merupakan unsur yang penting dalam RTH / Ruang Hijau Kota / Urban
Open Space. Vegetasi dapat ditata sedemikian rupa sehingga mampu berfungsi sebagai pembentuk
ruang, pengendalian suhu udara, memperbaiki kondisi tanah, udara dan sebagainya. Vegetasi juga
dapat menghadirkan estetika tertentu yang terkesan alamiah dari garis, bentuk, warna, dan tekstur
yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah maupun aroma yang
ditimbukan dari daun, bunga maupun buahnya.
Secara umum, syarat tanaman yang baik untuk ditanam di wilayah kota adalah:
1. Disenangi dan tidak berbahaya bagi warga
2. Mampu tumbuh di lingkungan marginal (tanah tidak subur, udara dan air tercemar)
3. Tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme)
4. Memiliki struktur perakaran yang dalam sehingga tidak mudah tumbang
5. Tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural
6. Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota
7. Bibit/benih mudah diperoleh dalam harga terjangkau
8. Prioritas menggunakan vegetasi endemik (local)
9. Memperhatikan aspek keanekaragaman hayati
Untuk melakukan pemilihan tanaman sendiri hendaknya dipilih tanaman berdasarkan beberapa
pertimbangan dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh baik dan dapat menanggulangi masalah
lingkungan yang muncul. Aspek ekologis dan aspek hortikultural sangat penting dipertimbangkan
dalam pemilihan jenis tanaman untuk RTH. Selain itu guna menunjang estetika urban design,
pemilihan jenis vegetasi untuk RTH juga harusmempertimbakan aspek arsitektural dan artistik visual.
Fungsi ekologis RTH sangat penting dan itu tidak dapat digantikan dengan apapun. Salah satu kunci
untuk mengoptimalkan fungsi ekologis RTH di perkotaan adalah pemilihan jenis tumbuhan yang
akan ditanam. Dengan memilih jenis tumbuhan yang tepat dan lebih menekankan pada aspek
ekologis, tidak berarti akan mengabaikan fungsi estetika atau sosial dari RTH. Jika aspek ekologis
yang lebih ditekankan maka jenis tumbuhan yang ditanam di satu kawasan dengan kawasan lain
kemungkinan akan berbeda.
Misalnya RTH di kawasan yang dilalui ribuan kendaraan bermotor atau lingkungan pabrik bisa dipilih
jenis tanaman yang memiliki kemampuan menyerap partikel atau polutan yang dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor. Pohon damar (Agathis alba), mahoni (Swietenia
macrophylla), jamuju (Podocarpus imbricatus), asam landi (Pithecelobiumdulce), johar (Cassia
siamea) merupakan jenis tumbuhan yang menurut beberapa kajian terbukti memiliki kemampuan
tinggi dalam menyerap polutan terutama timbal yang dihasilkan kendaraan bermotor. Sebenarnya
ada tanaman yang dapat menyerap polutan dan juga indah, yaitu bunga mentega (Nerium oleander),
namun bunga tanaman ini termasuk berbahaya karena akan beracun jika dimakan. Pilihan yang baik
namun perlu dilakukan pengawasan atau diberikan label “Dilarang Makan Bunga Ini!!” misalnya.
Vegetasi juga mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi jika kita mengamati
pembangunan yang meningkat di perkotaan yang sering kali tidak menghiraukan kehadiran lahan
untuk vegetasi. Vegetasi ini sangat berguna dalam produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk
proses respirasi (pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas karbon dioksida yang semakin
banyak di udara akibat kendaraan bermotor dan industri (Irwan, 1992). Penyerapan karbon dioksida
oleh hutan kota dengan jumlah 10.000 pohon berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon
dioksida sebanyak 800 ton pertahun (Simpson dan McPherson, 1999). Penanaman pohon
menghasilkan absorbsi karbon dioksida dari udara dan penyimpanan karbon, sampai karbon
dilepaskan kembali akibat vegetasi tersebut busuk atau dibakar. Hal ini disebabkan karena pada
hutan yang dikelola dan ditanam akan menyebabkan terjadinya penyerapan karbon dari atmosfir,
kemudian sebagian kecil biomassanya dipanen dan atau masuk dalam kondisi masak tebang atau
mengalami pembusukan (IPCC, 1995).
Untuk mengetahui seberapa besar emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas kota, maka
dilakukan pendekatan penghitungan emisi karbon dioksida. Faktor emisi adalah nilai yang digunakan
untuk mendapatkan berat karbon dioksida berdasarkan besaran-besaran yang dinilai, misalnya
konsumsi listrik, minyak tanah, premium, solar dan sebagainya. Faktor emisi untuk perhitungan
karbon dioksida dalam penelitian ini diperoleh melalui studi literatur.
Faktor emisi disajikan pada Tabel 1, 2, dan 3.
Biomassa atau bahan organik adalah produk fotosintesis. Dalam proses fotosintesis, butir-butir hijau
daun berfungsi sebagai sel surya yang menyerap energi matahari guna mengkonversi karbon
dioksida (CO2) dengan air (H2O)menjadi senyawa karbon, hidrogen dan oksigen (CHO). Senyawa
hasil konversi itu dapat berbentuk arang (karbon), kayu, ter, alkohol dan lain-lain (Kadir, 1995).
Biomassa vegetasi bertambah karena menyerap karbon dioksida dari udara dan mengubah zat
tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Umumnya karbon menyusun 45-50 %
bahan kering dari tanaman (Kusmana et. al.1992).
Agar keberadaan RTH benar-benar bisa berfungsi sebagai paru-paru kota maka dipilih tanaman yang
mampu menghasilkan banyak oksigen. Pohon damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia
purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis) dan beringin adalah
jenis tanaman yang diketahui banyak okosigen melalui proses fotosintesisnya. Untuk melakukan
fotosintesis tanaman ini akan menyerap banyak gas CO2 merupakan salah satu gas yang
menyebabkan efek rumah kaca.
Sebenarnya tidak akan sulit memilih tanaman yang akan dijadikan pengisi RTH ini. Di bawah ini akan
dilampirkan beberapa tanaman yang dikelompokan berdasarkan aspek estetikanya. Sebaiknya
dibuat terlebih dahulu desain arsitektur dari taman yang akan dibuat, baru setelah itu menyesuaikan
tanaman yang paling cocok untuk mengisinya.
Contoh Tanaman Untuk RTH
Kategori Ground Cover Daun Indah
1 Suket tulangan Eleusine indica (L.) gaertn
2 Suket tulangan Eleusine indica (L.) gaertn
3 Daun perak Episcia reptans mart
4 Rumput bolon Equisetum debile roxb
5 Rumput kawat. Lycopodium cernuum L.
6 Peperomia Peperomia pellucida kunth
7 Rumput bambu Pogonatherum crinitum (thunb.) kunth
8 Rumput ganepo Salvinia natans (L.) all
9 Rumput kipas Selaginella tamarisc1na (bauv.) spring
10 Rumput merakan Themeda arguen (L.) hack
11 Cantik manis Portulacca grandiflora hook
12 Seruni Wedelia calendulacea less
Kategori Pohon Beraroma
1 Campaka Michelia champaka L.
2 Cempaka mulya Michelia figo (lour.) spreng
3 Kamboja merah Plumeria rubra L.
4 Kemboja Plumiera acuminata ait
5 Cendana Santalum album L.
6 Cempoko gondok Talauma candollii bl
Kategori Pohon Daun Indah
1 Saga Abrus precatorius L.
2 Akasia Acacia sieberiana dc
3 Damar Agathis dammara warb
4 Pakis haji Alsophila glauca (bl.) j.sm
5 Buni Antidesma bunius (L.) spreng
6 Pinang Areca catechu L.
7 Jambe rende Areca pumila bl
8 Druju Argemone mexicana L.
9 Benda Artocarpus elastica reinw
10 Bambu kuning Bambusa vuL.garis schrad
11 Nyamplung Calophyllum inophyllum L.
12 Kenari Canarium commune L.
13 Kara bendo Canavalia ensiformis (l.) dc
14 Cernara Casuarina equisetifolia L.
15 Randu Ceiba pentandra gaertin
16 Kelor Cucumis sativus L.
17 Pakis haji Cycas rumphii miq
18 Sono keling. Dalbergia latifolia roxb
19 Asam kranji Diallum indum L.
20 Kayu putih Eucalyptus alba reinw
21 Kayu putih Eucalyptus umbellata dum.cours
22 Dewandaru Eugenia uniflora L.
23 Beringin Ficus benjamina L.
24 llat-ilatan Ficus callosa willd
25 Tabat barito Ficus deltoidea jack
26 Karet Ficus elastica nois.ex bl
27 Iprih Ficus glabella bl
28 Elo Ficus glomerata roxb
29 Daun dolar Ficus pumila L.
30 Uyah-uyahan Ficus quersifolia roxb
31 Preh Ficus ribes reinw
32 Gondang Ficus variegata bl
33 Pisang hias Heliconia colinsiana
34 Gayam Inocarpus edulis forst
35 Pohon sapu tangan Maniltoa granoiflora scheff
36 Tanjung Mimusops elengi L.
37 Kelor Moringa oleifera lam
38 Talok Muntingia calabura L.
39 Pinus Pinus merkusii jungh.& de vr
40 Asem landa Pithecollobium dulce (roxb.) benth
41 Trembesi Pithecolobium saman benth
42 Angsana Pterocarpus indica willd
43 Salak Salacca edulis reinw
44 Turi Sesbania grandiflora pers
45 Mahoni Swietenia mahagoni jacq
46 Cemara kipas Thuja orientalis L.
47 Lengkeng Euphoria longana lamk
Kategori Pohon Bunga Indah
1 Daun kupu-kupu Bauhinia tomentosa L.
2 Sumba kling Bixa orellana L.
3 Bugenvil Bougainvillea glabra chois
4 Kaliandra Calliandra haematocephala hassk
5 Kenanga Canangium odoratum baill
6 Ketepeng cina Cassia alata L.
7 Trengguli Cassia fistula L.
8 Senting Cassia laevigata willd
9 Kedinding Cassia mimosoides L.
10 Menting Cassia occidentalis L.
11 Johar Cassia siamea lamk
12 Enceng-enceng Cassia sophera L.
13 Kembang kuning Cassia surattensis burm,f
14 Ketepeng Cassia tora L.
15 Cangkring Erythrina fusca lour
16 Dadap serep Erythrina lithosperma miq
17 Dadap bong Erythrina microcarpa k.& v
18 Dadap ayam Erythrina variegata L.
19 Bungur Lagerstroemia loudonii t.& b
20 Bungur Lagerstroemia speciosa pers
Kategori Rambat
1 Markisah Passiflora quadrangularis L.
2 Anggur Vitis vinifera L.
3 Jalu mampang Monstera pertusa auct
4 Suruhan Peperomia pellucida (l.) h.b.k
5 Sirih Piper betle L.
6 Alamanda Allamanda cathartica L
7 Air mata Pengantin Antigonon
8 Bintaro Cerbera manghas L.
9 Kernbang bugang Clerodendrum calamitosum L.
10 Nona makan sirih Clerodenoron thomsonae balf.f
11 Grandiflorum Solanum grandiflorum auct
12 Bunga madia Thunbergia grandiflora roxb
13 Bunga madia Thunbergia grandiflora roxb
Kategori Semak Beraroma
1 Poncosudo Jasminum pubescens willd
2 Melati Jasminum sambac (l.)W.ait
3 Pandan wangi Pandanus amaryllifolius roxb
4 Mawar Rosa chinensis jacq
5 Mawar Rosa galica L.
6 Mawar merci Rosa multiflora L.
Kategori Semak Mudah Dibentuk
1 Ekor kucing Acalypha hispida burm.f
2 Kucing-kucingan Acalypha indica L.
3 Teh-tehan merah Acalypha microphylla L.
4 Landep BarL.eria cristata L.
5 Landep BarL.eria prionitis L.
6 Sinyo nakal. Duranta repens auct.non jacq
Kategori Semak Daun Indah
1 Daun seribu Achillea millefolium L.
2 Daun seribu Achillea santolina L.
3 Suplir Adiantum cuneatum langs.& fisch
4 Sente Alocasia macrorrhiza schott
5 Lidah buaya Aloe ferox miller
6 Lengkuas merah Alpinia purpurata k.schum
7 Bayam merah Alternanthera amoena voss
8 Bayam ungu, Althernanthera strigosa hask
9 Paku pandan Asplenium prolongatum hook
10 Keladi Caladium bicolor (w.ait.) vent
11 Puring Codiaeum variegatum bi.
12 Her Coleus atropurpureus benth
13 Pacing hias Costus malortieanus wendl
14 Pacing Costus megalobrachtea k.schum
15 Pacing Costus speciosus smith.
16 Pacing Costus spiralis rosc
17 Paku andam Dicranopteris dichotoma (thunb.)bernh
18 Drakaena Dracaena sanderiana vand.ex L.
19 Sambang darah Excoecaria bicolor hassk
20 Sambang darah Hemigraphis colorata hall.f
21 Wora-wari gantung. Hibiscus schizopetalus (mast.)Hook.f
22 Bakungan Hymenocallis litthoralis (jacq.) salisb
23 Widosari Ipomoea digitata L.
24 Air mancur Jacobinia carnea (lindl.)Nichols
25 Sosor bebek Kalanchoe daigremontiana dc
26 Sosor bebek Kalanchoe integre (medik)o.k
27 Sosor bebek Kalanchoe laciniata (L.) dc
28 Sosor bebek Kalanchoe pinnata pers
29 Paku ekor tupai.Lepidogrammatis rostrata (bedd.)ching
30 Paku tanah. Lindsaea orbiculata (lamk.) mett
31 Paku kawat. Lvgodium scandens (L.) sw
32 Paku pedang. Microsorium buergerianum (miq.) ching
33 Simbar pedang Microsorium fortunei (moore) ching
34 Paku sarang burung Neottopteris nidus (L.) J.smith
35 Kecombrang Nicolaia speciosa horan
36 Pohon mangkok Nothopanax scutellarium merr
37 Sri Rejeki Oieffenbachia seguine (jacq.) schott
38 Pandan bidur Pandanus bidur jungh.ex miq
39 Pandan kowang Pandanus furcatus roxb
40 Pandan kecil Pandanus polycephalus lamk
41 Pandan Pandanus tectorius soland.ex park
42 Simbar menjangan Platycerium bifurcatum c.chr
43 Suji Pleomele angustifolia n.e.brown
44 Paku pecut Pteris ensiformis burm
45 Paku rane Selaginella doederlinii hieron
46 Bunga Lilj Ulium brownii f.e.brown
Kategori Semak Bunga Indah
1 Kecubung Brugmansia candida pers
2 Kecubung gunung Brugmansia suaveolens bercht.&presl
3 Melati kosta. Brunsfelsia uniflora (pohl.) d.don
4 Jengger ayam Celosia cristata L.
5 Kenikir Cosmos caudatus h.b.k.
6 Kecubung wulung Datura metel L.
7 Kecubung pendek Datura stramonium L.
8 Kecubung Datura tatula L.
9 Kembang anting-anting Fuchsia speciosa hort
10 Kaca piring Gardenia augusta merr
11 Gardenia Gardenia mutabilis reinw
12 Bunga kancing Gomphrena globosa L.
13 Bunga karang Hedvotis uncinella hook.et arn
14 Kernbang matahari Helianthus annus L.
15 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis L.
16 Mrambos hijau Hibiscus sabdariffa L.
17 Waru gombong Hibiscus similis bl
18 Bunga Sepatu mawar Hibiscus syriacus L.
19 Waru lengis Hibiscus tiliaceus L.
20 Soka Ixora coccinea L.
21 Tembelek Lantana camara L.
22 Kembang pukul empat Mirabilis jalapa L.
23 Nusa indah Mussaenda phylippica L.
24 Daun putri Mussaenda pubescens ait.f
25 Oleander Nerium indicum mill
26 Oleande Nerium oleander L.
27 Terong susu Solanum mammosum L.
28 Mondokaki Tabernaemontana divaricata r.br
29 Kenikir Tagetes erecta L.
30 Oleander Thevetia peruviana (pers.) k.schum
31 Bunga pukul delapan Turnera subulata j.e.smith
32 Tapak doro Vinca rosea u
TEKNIS PERENCANAAN
Dalam rencana pembangunan dan pengembangan RTH yang fungsional suatu wilayah perkotaan,
ada 4 (empat) hal utama yang harus diperhatikan yaitu:
(a) Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan ditentukan secara
komposit oleh tiga komponen berikut ini, yaitu:
1) Kapasitas atau daya dukung alami wilayah
2) Kebutuhan per kapita (kenyamanan, kesehatan, dan bentuk pela-yanan lainnya)
3) Arah dan tujuan pembangunan kota
RTH berluas minimum merupakan RTH berfungsi ekologis yang ber-lokasi, berukuran, dan
berbentuk pasti, yang melingkup RTH publik dan RTH privat. Dalam suatu wilayah perkotaan
maka RTH publik harus berukuran sama atau lebih luas dari RTH luas minimal, dan RTH privat
merupakan RTH pendukung dan penambah nilai rasio terutama dalam meningkatkan nilai dan
kualitas lingkungan dan kultural kota.
(b) Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH
(c) Sruktur dan pola RTH yang akan dikembangkan (bentuk, konfigurasi, dan distribusi)
(d) Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan kota.
FAKTA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA BANDUNG
Saat ini Kota Bandung baru memiliki sekitar 1700 hektare RTH. Sedangkan idealnya RTH
untuk kota yang memiliki luas 16.729,65 hektare ini adalah sekitar 6000 hektare. data Badan
Pengendalian Lingkungan Hidup 2007, ruang terbuka hijau di Kota Bandung kini tersisa 8,76
persen. Padahal idealnya sebuah kota harus memiliki ruang terbuka hijau seluas 30 persen
dari total luas kota, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
Jika Kota Bandung tanpa RTH, sinar matahari yang menyinari itu 90% akan menempel di
aspal, genting rumah, dan bangunan lainnya yang ada. sementara sisanya yang 10% akan
kembali ke angkasa. Hal itu memicu udara Kota Bandung menjadi panas. Namun, jika
bandung memiliki RTH sesuai dengan angka ideal, maka sinar matahari itu 80% diserap oleh
pepohonan untuk fotosintesis, 10% kembali ke angkasa, dan 10% nya lagi yang menempel di
bangunan, aspal dan lainnya.
Menurut data Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Bandung 2006, akibat berkurangnya
persentase ruang terbuka hijau di Bandung, setiap tahun permukaan tanah di Kota Kembang
ini menyusut sekitar 42 sentimeter. Di Babakan Siliwangi sendiri permukaan air tanah berada
pada kedudukan 14,35 meter dari sebelumnya 22,99 meter.
Menurut data yang dilansir Greenlife Society setidaknya 90 pusat perbelanjaan di Bandung
itu masih berhutang 85 ribu meter persegi ruang hijau.
Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan
menghasilkan emisi karbon-dioksida 5,6 juta ton/ tahun. Ilustrasi lain, sebuah kendaraan
bermotor yang memerlukan bahan bakar 1 liter per 13 km dan tiap hari mememerlukan
BBM 10 liter maka akan menghasilkan emisi karbon-dioksida sebanyak 30 kg/hari atau 9
ton/tahun. Bisa dibayangkan jika jumlah kendaraan bermotor di Kota Bandung di jalanan
yang sering macet kita asumsikan 500.000 kendaraan, maka dari sektor transportasi Kota
Bandung menyumbang emisi karbon-dioksida ke atmosfer sebanyak 4,5 juta ton/ tahun.
Singkatnya, kondisi hutan Kota Bandung benar-benar kritis, jauh dari angka ideal yang
dibutuhkan warga kota yang telah mencapai lebih dari 2,3 juta jiwa. Istilah lainnya, wilayah
RTH di Kota Bandung ini masih sedikit. Dan saat ini jumlah pohon perlindung sebanyak
229.649 pohon. Padahal, idealnya kata Kepala Dinas Pertamanan Kota Bandung, Drs.
Ernawan, jumlahnya 920.000 pohon pelindung atau 40% dari jumlah penduduk. Jumlah
tersebut dihitung dengan rumusan 2,3 juta jiwa dikali 0,5 kg oksigen dikali 1 pohon dibagi
1,2 kg, sama dengan 2,3 juta kali 0,4 kg oksigen dikali 1 pohon, menghasilkan 920.000
pohon.
ISU UTAMA
Tiga issues utama dari ketersediaan dan kelestarian RTH adalah
(1) Dampak negatif dari suboptimalisasi RTH
Dampaknya yaitu RTH kota tidak memenuhi persyaratan jumlah dan kualitas (RTH tidak
tersedia, RTH tidak fungsional, fragmentasi lahan yang menurunkan kapasitas lahan dan
selan-jutnya menurunkan kapasitas lingkungan, alih guna dan fungsi lahan) terjadi terutama
dalam bentuk/kejadian:
Menurunkan kenyamanan kota: penurunan kapasitas dan daya dukung wilayah
(pencemaran meningkat, ketersediaan air tanah menurun, suhu kota meningkat, dll)
Menurunkan keamanan kota
Menurunkan keindahan alami kota (natural amenities) dan artifak alami sejarah yang
bernilai kultural tinggi
Menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat (menurunnya kesehatan masyarakat
secara fisik dan psikis)
(2) Lemahnya lembaga pengelola RTH
Belum terdapatnya aturan hukum dan perundangan yang tepat
Belum optimalnya penegakan aturan main pengelolaan RTH
Belum jelasnya bentuk kelembagaan pengelola RTH
Belum terdapatnya tata kerja pengelolaan RTH yang jelas
(3) Lemahnya peran stake holders
Lemahnya persepsi masyarakat
Lemahnya pengertian masyarakat dan pemerintah
(4) Keterbatasan lahan kota untuk peruntukan RTH
Belum optimalnya pemanfaatan lahan terbuka yang ada di kota untuk RTH fungsional
ACTION PLAN
Pembangunan dan pengelolaan RTH wilayah perkotaan harus menjadi substansi yang terakomodasi
secara hierarkial dalam perundangan dan peraturan serta pedoman di tingkat nasional dan
daerah/kota. Untuk tingkat daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota, permasalahan RTH
menjadi bagian organik dalam Ren-cana Tata Ruang Wilayah dan subwilayah yang diperkuat oleh
peraturan daerah.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan dan pengelolaan RTH juga mengikut sertakan masyarakat
untuk meningkatkan apresiasi dan kepedulian mereka terha-dap, terutama, kualitas lingkungan
alami perkotaan, yang cenderung menurun.
Beberapa action plan yang dapat dilaksanakan, a.l.:
(1) Issues : Suboptimalisasi RTH
Action plan yang disarankan:
(a) Penyusunan kebutuhan luas minimal/ideal RTH sesuai tipologi kota
(b) Penyusunan indikator dan tolak ukur keberhasilan RTH suatu kota
(c) Rekomendasi penggunaan jenis-jenis tanaman dan vegetasi endemik serta jenis-jenis
unggulan daerah untuk penciri wilayah dan untuk me-ningkatkan keaneka ragaman
hayati secara nasional
(2) Issues : Lemahnya kelembagaan pengelola RTH
Action plan yang disarankan:
(a) Revisi dan penyusunan payung hukum dan perundangan (UU, PP, dll)
(b) Revisi dan penyusunan RDTR, RTRTH, UDGL, dll
(c) Penyusunan Pedoman Umum : Pembangunan RTH, Pengelolaan RTH
(d) Penyusunan mekanisme insentif dan disinsentif
(e) Pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat
(3) Issues : Lemahnya peran stake holders
Action plan yang disarankan:
(a) Pencanangan Gerakan Bangun, Pelihara, dan Kelola RTH (contoh Gerakan Sejuta Pohon,
Hijau royo-royo, Satu pohon satu jiwa, Rumah dan Pohonku, Sekolah Hijau, Koridor Hijau
dan Sehat, dll)
(b) Penyuluhan dan pendidikan melalui berbagai media
(c) Penegasan model kerjasama antar stake holders
(d) Perlombaan antar kota, antar wilayah, antar subwilayah untuk mening-katkan apresiasi,
partisipasi, dan responsibility terhadap ketersediaan tanaman dan terhadap kualitas
lingkungan kota yang sehat dan indah
(4) Issues : Keterbatasan lahan perkotaan untuk peruntukan RTH Action plan yang disarankan:
(a) Peningkatan fungsi lahan terbuka kota menjadi RTH
(b) Peningkatan luas RTH privat
(c) Pilot project RTH fungsional untuk lahan-lahan sempit, lahan-lahan marjinal, dan lahan-
lahan yang diabaikan