24
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat BAB II SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR DERMAGA PASAL 1 UMUM (1) Lingkup Pekerjaan Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan–bahan, peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, yang meliputi : a. Pekerjaan Beton b. Pekerjaan Tiang Pancang Baja Semua penjelasan mengenai pekerjaan tersebut diatas akan dijelaskan dalam point–point penjelasan termasuk segala jenis peralatan, bahan dan teknis pekerjaan. Semua pekerjaan yang termasuk dalam ruang lingkup pekerjaan yang tidak dijelaskan kemudian dalam risalah aanwijzing dan pihak kontraktor harus melaksanakannya sesuai gambar kerja. (2) Persiapan Pelaksanaan Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus mempelajari dengan seksama gambar kerja. Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi dilapangan. Kontraktor harus menyediakan bahan, tenaga kerja, peralatan dan lain–lain untuk membuat dan memasang semua struktur dermaga sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar rencana dan spesifikasi teknis. Dermaga dibangun menggunakan konstruksi beton bertulang. Untuk plat lantai, balok lantai, dan pile cap menggunakan beton cast in situ. Sedangkan untuk tiang pancang menggunakan beton pra cetak. PASAL 2 PEKERJAAN PENGUKURAN (1) Agar pekerjaan dilapangan sesuai dengan gambar rencana, perlu dilakukan stake out dan pemasangan patok-patok. (2) Untuk pemasangan stake out diperlukan titik tetap II-1

Rks Dermaga Baubau 2014 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

BAB IISYARAT-SYARAT TEKNIS

PEKERJAAN STRUKTUR DERMAGA

PASAL 1UMUM

(1) Lingkup Pekerjaan Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan–bahan, peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, yang meliputi : a. Pekerjaan Betonb. Pekerjaan Tiang Pancang BajaSemua penjelasan mengenai pekerjaan tersebut diatas akan dijelaskan dalam point–point penjelasan termasuk segala jenis peralatan, bahan dan teknis pekerjaan. Semua pekerjaan yang termasuk dalam ruang lingkup pekerjaan yang tidak dijelaskan kemudian dalam risalah aanwijzing dan pihak kontraktor harus melaksanakannya sesuai gambar kerja.

(2) Persiapan PelaksanaanSebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus mempelajari dengan seksama gambar kerja. Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi dilapangan. Kontraktor harus menyediakan bahan, tenaga kerja, peralatan dan lain–lain untuk membuat dan memasang semua struktur dermaga sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar rencana dan spesifikasi teknis.Dermaga dibangun menggunakan konstruksi beton bertulang. Untuk plat lantai, balok lantai, dan pile cap menggunakan beton cast in situ. Sedangkan untuk tiang pancang menggunakan beton pra cetak.

PASAL 2PEKERJAAN PENGUKURAN

(1) Agar pekerjaan dilapangan sesuai dengan gambar rencana, perlu dilakukan stake out dan pemasangan patok-patok.

(2) Untuk pemasangan stake out diperlukan titik tetap(3) Titik tetap yang dimaksud harus memenuhi syarat :

Posisi dan tinggi titik tetap diketahui, hal ini dapat dilakukan melalui pengikatan dengan bench mark atau detail lain yang sudah diketahui koordinat dan tingginya.

Bentuk titik tetap bisa berupa BM atau kontruksi lain yang stabil Letak titik tetap diusahakan berada disekitar detail yang akan di stake out.

(4) Pengikatan titik tetap dilakukan melalui pengukuran waterpass dengan alat ukur wild nak 2.

(5) Pengukuran harus dibuat dengan jarak 15 m dalam arah horizontal, sedangkan pada arah vertical dapat dibuat dengan jarak 10 m dan 15 m.

(6) Setelah dilaksanakan pengukuran/sounding, dan kontraktor sudah merasa yakin atas hasil pengukuran, dipasang profil sesuai dengan kebutuhan, baik posisi maupun ukurannya.

II-1

Page 2: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

PASAL 3PEKERJAAN BETON CAST IN SITU

(1) Persyaratan Mutu a. Dalam pekerjaan dermaga ini, beton yang digunakan adalah beton siap pakai atau

ready mix concrete.b. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pengecoran, kontraktor harus terlebih dahulu

menyampaikan contoh bahan yang akan dipakai dan harus membuat job mix formula (Mix Design) untuk mendapat persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas.

c. Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai mutu karakteristik minimal, sebagai berikut : Mutu beton untuk plat lantai K-400 Mutu beton untuk Balok K-400 Mutu beton untuk Pile Cap K-400

d. Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur ini harus memakai beton ready mix, dan harus dipadatkan dengan menggunakan concrete vibrator, dalam pemadatan concrete vibrator tidak boleh terkena baja tulangan.

e. Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah : Mutu baja tulangan s/d ∅12 mm adalah U-24, BJTP 240 ( fy = 240 MPa ) Mutu baja tulangan ≥ D13 mm adalah U-39, BJTD 390 (fy = 390 MPa)

(2) Persyaratan Bahan a. S e m e n

Persyaratan Umum Semua semen harus Cement Portland yang disesuaikan dengan persyaratan

dalam Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standard Inggris BS 12.

Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah setara TIGA RODA, GRESIK, serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.

Pemeriksaan Direksi / Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam

gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh

Direksi / Konsultan Pengawas untuk pemeriksaan tersebut. Semen yang tidak memenuhi syarat setelah diperiksa oleh Direksi / Konsultan

Pengawas tidak boleh dipergunakan. Jika semen yang dinyatakan tidak dapat diterima tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka Direksi / Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya kontraktor.

Tempat Penyimpanan Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen,

dan setiap saat harus terlindung dari kelembaban udara dan cuaca. Tempat penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar memudahkan waktu pengambilan.

II-2

Page 3: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30 cm dari tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah banyak, sehingga kelambatan atau kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah dan harus mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan tiap muatan truck semen secara terpisah-pisah dan menyediakan jalan yang mudah untuk mengambil contoh, menghitung zak-zak dan memindahkannya.

Semen dalam zak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter. Untuk mencegah semen dalam zak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan,

kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut urutan kronologis yang diterima ditempat pekerjaan.

Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya. Semua zak kosong harus disimpan dengan rapih dan diberi tanda yang telah disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas / Konsultan Manajemen Konstruksi.

b. Agregat Halus (Pasir) Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah pasir alam yaitu

pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas.

Persetujuan untuk sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai persetujuan dasar (pokok) untuk semua bahan yang diambil dari sumber tersebut. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualitas tiap jenis bahan yang dipakai dalam pekerjaan.

Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan kepada Direksi / Konsultan Pengawas untuk bahan pemeriksaan serta persetujuan sebelum bahan tersebut digunakan pada pelaksanaan pekerjaan.

Pasir harus bersih dan bebas dari kotoran serta substansi yang merugikan, jumlah prosentase dari segala macam substansi yang merugikan beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.

Pasir harus mempunyai modulus kehalusan butiran 2 sampai 32, atau jika diselidiki dengan saringan standard harus sesuai dengan standard Indonesia untuk beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah 20 persen atau kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no. 8 dapat naik sampai 20 persen.

Saringan No Persentase satuan timbangantertinggal di

saringin4 0 158 6 1516 10 2530 10 3050 15 35100 12 20PAN 3 7

II-3

Page 4: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

c. Agregrat Kasar (Kerikil) Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui oleh Direksi /

Konsultan Pengawas. Ini dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau yang berukuran panjang, bersih dari alkali, bahan-bahan organis atau dari substansi yang merugikan. Besarnya persentase dari substansi yang merugikan tidak boleh mencapai 3% dari agregat kasar. Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, kekal dan tidak berpori. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.

Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm - 25 mm dan harus memenuhi syarat-syarat berikut :- Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6% berat- Sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat- Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah

maksimum 60% dan minimum 10% berat- Harus menyesuaikan dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-

2 PBI-l971 Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi tersebut diatas, jika diperiksa oleh

Direksi / Konsultan Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas biaya sendiri, untuk menghasilkan agregat yang dapat disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.

d. A i r Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton harus bersih dan bebas dari

bahan-bahan yang merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.

Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Direksi / Konsultan Pengawas untuk menetapkan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-l971 untuk bahan campuran beton.

e. Baja Tulangan Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standard

Indonesia untuk beton NI-2, PBI-l971 atau ASTM Designation A-15, dan harus disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

Direksi / Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor, surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik dari semua baja tulangan beton yang disediakan, untuk persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas sesuai dengan persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti tercantum di dalam gambar rencana.

Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya lekat antara baja tulangan dengan beton.

f. Cetakan (Bekisting) Bekisting memakai multiplex tebal minimum 9 mm atau papan kayu meranti.

Bekisting tersebut harus diperkuat dengan rangka kayu meranti ukuran 5/7, 5/10 dan sebagainya, dan untuk bekisting plat lantai 2 menggunakan bondek, yang pelaksanaannya di periksa dan disetujui oleh pengawas dan direksi.

II-4

Page 5: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

Steiger cetakan/bekisting harus dari pipa-pipa besi standar pabrik atau kayu dan tidak diperkenankan memakai bambu.

(3) Beton Ready Mix Mutu beton yang disyaratkan untuk pekerjaan Pile Cap, Balok

Melintang/Memanjang, dan plat lantai adalah beton K-400. Kontraktor harus membuat/mengadakan campuran percobaan (trial mix desain)

untuk menentukan komposisi bahan adukan sesuai mutu karakteristik beton yang disyaratkan dan disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.

Kontraktor harus mengadakan slump test dan tes kuat tekan beton untuk mengetahui kualitas karakteristik beton satu sampel untuk setiap tes, umur 3 hari, 14 hari, dan 28 hari, tiap 5 m3 beton atau tiap 1 mobil mixer.

Persyaratan campuran beton rencana tetap mengikuti ketentuan SNI 2002. Semua beton ready mix harus disuplay dari perusahaan yang disetujui

Direksi/Konsultan Pengawas. Perbandingan berat dari semen, agregat kasar dan agregat halus harus terus menerus

dicatat pada batching plant dengan alat timbangan yang sudah dikalibrasi oleh badan yang berwenang.

Pencatatan dari semen, agregat dan jumlah air setiap truck mixer harus dapat diberikan kepada Direksi/Konsultan Pengawas jika diperlukan.

Secara periodik harus dilakukan testing untuk menentukan kadar air (moisture content ) dari agregat untuk menentukan pengaturan tambahan jumlah air yang akan dicampurkan.

Nama dan alamat dari perusahaan beton ready mix harus disampaikan untuk persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.

Jika diperlukan Kontraktor harus mengatur peninjauan ke perusahaan tersebut.(4) Persyaratan Pelaksanaan

a. Penulangan Baja tulangan beton harus dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan

ukuran-ukuran yang tertera pada gambar rencana. Baja tulangan tidak boleh diluruskan atau dibengkokan kembali dengan cara yang dapat merusak bahannya. Batang dengan bengkokan yang tidak ditunjukkan dalam gambar tidak boleh dipakai. Semua batang harus dibengkokan dalam keadaan dingin, pemanasan dari besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh cara pengerjaan disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk menempatkan tulangan tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton dengan bantalan blok-blok beton cetak (beton decking). Dalam segala hal untuk besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang yang tepat, sehingga tidak akan ada batang yang turun.

Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan dalam gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan harus memberikan kesempatam masuknya alat penggetar beton.

Jumlah tulangan harus sesuai dengan gambar rencana. Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang menentukan adalah luas tulangan, dalam hal ini kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari Direksi / Konsultan Pengawas.

II-5

Page 6: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

b. Selimut BetonPenempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-bagian konstruksi. Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut : Plat Lantai min.40 mm Balok min.40 mm Pile Cap min.40 mm

d. Sambungan baja tulanganJika diperlukan untuk menyambung tulangan, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus minimal 40 kali diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas.

e. S u h u Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32oC dan tidak kurang dari 4,5oC. Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 27oC dan 32oC, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton dicor pada waktu cuaca tidak stabil sehingga suhu dari beton melebihi 32oC, maka kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang efektif, seperti mengecor pada waktu malam hari bila diperlukan.

f. Cetakan Beton Cetakan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan dalam gambar

rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi / Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan, yang mungkin dapat timbul waktu pemakaian. Sewaktu-waktu Direksi / Konsultan Pengawas dapat mengafkir cetakan jika bentuknya yang tidak dapat diterima dan Kontraktor harus dengan segera mengambil bentuk yang diafkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.

Semua cetakan harus betul-betul teliti kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat dicegah pengembangan selama dan sesudah pengecoran beton.

Semua cetakan beton harus kokoh. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai harus tersedia. Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus diberi pelumas. Minyak tersebut dipakai hanya setelah disetujui Direksi / Konsultan Pengawas. Penggunaan minyak cetakan harus hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan mengakibatkan kurangnya daya lekat.

Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

f. Pengecoran Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak

baja tulangan beton sesuai dengan gambar rencana, pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lain-lainya selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

II-6

Page 7: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

Sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton (cetakan) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan bekisting harus dibasahi dengan merata sehingga kelembaban/air dari beton yang baru di cor tidak akan diserap.

Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu, dimana akan dicor beton baru, harus bersih dan lembab ketika dicor dengan beton baru. Pada sambungan pengecoran harus dipakai perekat beton yang disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru dicor. Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang masih berlanjut, terhadap sistem struktur/penulangan yang ada.

Beton boleh dicor hanya waktu Direksi / Konsultan Pengawas ada di tempat kerja, dan persiapan betul-betul telah memadai.

Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua penulangan beton harus selalu lapis-perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Direksi / Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm tidak dapat memenuhi spesifikasi ini.

Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama sedemikian rupa sehingga spesi/mortar terpisah dari agregat kasar.Selama hujan, air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joint dan air semen atau spesi yang hanyut terhampar harus dibuang sebelum pekerjaan dilanjutkan.

Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan material yang diletakkan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type immerson beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 3,000 putaran per menit ketika dibenamkan dalam beton.

g. Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan Waktu dan cara pembukaan cetakan harus mengikuti petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda/lunak tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.

h. Perawatan (Curing) Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah ini.

Direksi / Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan yang harus digunakan.

Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan dilakukan

II-7

Page 8: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

dengan menutupi permukaan beton dengan deklit atau karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan.

Perawatan beton setelah tiga hari, yaitu dengan melakukan penggenangan dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus. Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau dengan pipa yang berlubang-lubang atau dengan cara lain yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu dalam keadaan basah. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.

i. Perlindungan (Protection)Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

J. Perbaikan Permukaan Beton Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak sesuai

dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar, atau ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Direksi / Konsultan Pengawas memberikan izinnya untuk menambal tempat yang rusak.

Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos, ketidak rataan dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat, lobang-lobang pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan dicor sedemikian sehingga pengisian akan terikat (terkunci) ditempatnya. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor, dan seterusnya disempurnakan.

k. Bonding AgentDipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan / dicor secara terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan desain dan perhitungannya. Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik dan atas persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas.

l. AdmixtureAdmixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat pengerasan beton. Bahan admixture yang dipakai adalah setara dengan merek Feb, Cormix, atau Sika. Penggunaan bahan admixture tersebut harus mendapat persetujuan dari Direksi / Konsultan Pengawas.

PASAL 4

II-8

Page 9: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

PEKERJAAN PEMANCANGAN

(1) Ruang LingkupLingkup pekerjaan pemancangan Pipa Baja adalah :a. Pekerjaan ini meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pemancangan,

pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan dan material-material lain yang dibutuhkan dalam pemancangan.

b. Apabila dalam pengoperasian peralatan dibutuhkan perizinan, maka menjadi kewajiban kontraktor untuk memenuhinya. Biaya perizinan tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor.

c. Penentuan panjang Pile yang akan dipesan dan yang akan dipancang sesuai dengan gambar rencana.

d. Sebelum melakukan pemesanan Pile, kontraktor harus mengajukan jumlah kebutuhan Pile dan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

e. Pekerjaan Pile harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang diuraikan dibawah ini :Bahan, ukuran penampang dan panjang seperti yang ditunjukkan dalam gambar

kerja.Pile yang akan digunakan dalam proyek ini baru dapat dipancang setelah diperiksa

dan dinyatakan memenuhi syarat oleh Konsultan Pengawas.Kontraktor harus menyusun rencana urutan pemancangan dan harus mendapatkan

persetujuan dari Konsultan Pengawas.Pemancangan Pile dilakukan terus menerus sampai kedalaman yang telah

direncanakan.Kontraktor tidak memindahkan alat pancang dari kepala Pile tanpa persetujuan

Konsultan Pengawas.Pile hanya boleh dipancang bila disaksikan Konsultan Pengawas dan hanya jika

tersedia data-data mengenai pemancangan Pile yang diperlukan dan telah disampaikan kepada Konsultan Pengawas. Meskipun demikian kontraktor tetap bertanggung jawab atas pekerjaan ini.

Pile yang tidak memenuhi syarat akibat ‘over driving’ atau tidak memenuhi toleransi yang diijinkan harus dicabut dan Kontraktor harus memancang Pile extra pada tempat tersebut sebagai gantinya.

(2) Persyaratan Bahana. Material Pile yang digunakan dalam pekerjaan pemancangan ini harus mengikuti

persyaratan mutu bahan maupun tata cara pabrikasi yang menjamin agar semua Pile dapat terpasang dengan baik sesuai rencana.

b. Pile pada pekerjaan ini menggunakan Pile dari beton prategang dengan spesifikasi sebagai berikut :

Type Tiang Pancang Pipa BajaDimensi Ø 508 (Dermaga)

Ø 508 (Trestle)Mutu Beton BJ 41

c. Semua Pile Baja harus memenuhi persyaratan produksi yang berlaku. Setiap Pile

II-9

Page 10: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

yang diproduksi diberi tanda berupa nomor referensi, mutu baja, dimensi dan tanggal pembuatan.

d. Panjang masing-masing Pile ditentukan setelah ada hasil interprestasi data dari pekerjaan Sondir termasuk bagian kepala yang nantinya setelah pemancangan masuk ke dalam Pile Cap dan bagian yang mungkin dipotong sesuai dengan kondisi lapangan.

e. Pile dapat terdiri atas segmen tunggal sesuai dengan panjang yang dibutuhkan atau segmen-segmen yang disambung dengan las listrik. Penentuan panjang segmen adalah sedemikian sehingga pemancangan sambungan-sambungan Pile sedapat mungkin berada di dalam tanah.

(3) Alat Pancanga. Kontraktor harus menyediakan peralatan untuk pemancangan secara lengkap

sedemikian hingga semua persyaratan teknis yang diminta dapat dipenuhi.b. Mesin pancang yang diperkenankan adalah jenis Vibro/Diesel Hammer. Alat

pancang drop hammer tidak diperkenankan dipakai. Berat ram dari diesel hammer yang disyaratkan harus dapat mencukupi bearing capacity yang disyaratkan.

c. Alat harus dapat melakukan pemancangan secara kontinu sampai diperoleh daya dukung/setting yang disyaratkan dan/atau sampai pada kedalaman yang direncanakan, diambil yang paling memenuhi daya dukung yang disyaratkan.

d. Alat pancang harus dilengkapi dengan ladder yang cukup panjangnya dan dapat digerakkan secara hydrolic atau mekanik untuk menjamin pemancangan Pile dapat dilaksanakan dengan baik

e. Untuk kegiatan pemancangan di laut, kontraktor harus menyediakan pontoon dan tug boat.

f. Kontraktor harus dapat menunjukkan bahwa alat yang digunakan telah tersedia dan dapat digunakan pada waktu yang telah ditentukan.

g. Pada waktu pemancangan kepala Pile harus dilindungi dengan bantalan yang cukup kuat dan tidak mudah lepas serta disetujui terlebih dahulu oleh Direksi/Pengawas Lapangan.

(4) Pekerjaan Persiapana. Data mengenai ketinggian dan skema penempatan Pile tercantum dalam gambar.

Penentuan lokasi dan pekerjaan builtset Pile dilaksanakan oleh kontraktor, kontraktor harus memelihara semua ketinggian yang ditentukan, termasuk ketinggian dari ujung atas Pile sebelum Pile dipotong. Semua patok harus diperiksa secara teratur untuk menjamin agar kegiatan pemancangan Pile tidak sampai mengakibatkan patok itu bergerak. Pada gambar kerja, Pile harus diberi nomor.

b. Patok-patok referensi, bouwplank dan pengukuran, semua ukuran ketinggian yang dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan dinyatakan terhadap Datum ± 0.00 LWL (Low Water Level). Kontraktor harus membuat patok referensi, menara ketinggiannya terhadap Datum dengan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/Konsultan Pengawas. Penentuan patok-patok bouwplank dll, harus dilakukan dengan peralatan Theodolit/Waterpass yang sebelumnya harus diperiksakan/ disetujui.

c. Ukuran-ukuran dinyatakan dengan metrik, kecuali bila dinyatakan laind. Hasil pengukuran di lapangan harus dapat dikaitkan dengan patok-patok tetap

(Benchmark) yang telah ada menurut petunjuk Konsultan Pengawas lapangan, dan bila diperlukan Kontraktor harus memasang patok-patok pembantu untuk menentukan ketinggian dan koordinat lokal. yang harus dipelihara keutuhan letak dan

II-10

Page 11: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

ketinggiannya selama pekerjaan berlangsung. Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok pembantu/bouwplank harus diperiksa/ disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

(5) Pengangkatan Pilea. Pile diangkat dengan menggunakan sling baja.b. Sling baja harus diperiksa dengan baik, sebelum dan selama pelaksanaan

pemancangan.c. Pile harus diangkat dan diturunkan secara bertahap agar tidak terjadi goncangan atau

kejut pada Pile.d. Pada saat pengangkatan dan penurunan Tiang, 2 titik penyokong/titik angkat harus

pada satu level dan penggunaan satu titik angkat harus dihindari.e. Titik pengambilan haruslah ditandai dengan jelas.f. Letak titik penyokong/angkat untuk Pileberdasarkan ketentuan pabrikasi.g. Pile disokong pada dua titik tumpuan pada ujung-ujung Pile dengan menggunakan

penjepit/klem.h. Penjepit Pile tersebut dihubungkan dengan sling baja pengangkat yang ada pada crane.i. Sling baja pengangkat harus bebas dari keausan, simpul-simpul atau bengkok dan

karat.j. Diameter dan panjang terpakai dari sling baja pengangkat harus tepat disesuaikan

dengan : Panjang Tiang, Berat beban Pile, Sudut angkat.(6) Pemeriksaan

a. Pemeriksaan kegiatan pemancangan dapat dilakukan oleh Pengawas setiap waktu. Pile hanya boleh dipancang dengan sepengetahuan Pengawas.

b. Kontraktor harus menyimpan daftar pemancanagn setiap Tiang, setiap hari daftar asli tersebut harus diserahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas, bila terjadi hal-hal di luar kondisi pemancangan biasa, Pihak kedua harus segera melapor kepada Direksi/Konsultan Pengawas.

c. Pemancangan tidak membebaskan Pihak Kedua dari tanggungnya untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan RKS ini dan gambar yang terlampir pada Surat Perjanjian.

(7) Penandaana. Pile harus ditandai/diberi angka setiap jarak 1 m, mulai dari ujung sampai ke

pangkalnya dengan warna ditentukan Direksi /Konsultan Pengawas.b. Pada setiap Pile harus ditandai dengan :

Tanggal pemancangan Kode Pile Posisi titik pengangkatan (handling)

c. Untuk sambungan Tiang, angka harus melanjutkan dari Pile yang disambung.d. Sambungan Pile harus selalu diposisikan di dekat titik pancang yang sedang

dikerjakan.e. Persetujuan tidak membebaskan kontraktor dari tanggung jawabnya untuk

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan RKS ini dan gambar yang terlampir pada Surat Perjanjian.

II-11

Page 12: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

(8) Uji Pembebanana. Tes pemancangan dilaksanakan pada pemancangan pertama, sebelum melakukan

tes kontraktor diharuskan terlebih dahulu melaporkan kepada konsultan pengawas mengenai jadwal pelaksanaan tes, untuk diteruskan kepada konsultan perencana.

b. Tes pemancangan harus dihadiri dan disaksikan oleh Komite Pengguna Anggaran (KPA), konsultan pengawas dan konsultan perencana.

c. Segala biaya yang timbul atas pelaksanaan tes pemancangan menjadi tanggungan kontraktor sepenuhnya.

d. Jumlah titik PDA tes adalah sebesar 1% dari jumlah keseluruhan Pile untuk masing-masing kedalaman Tiang. Tujuan pengujian adalah untuk menguji daya dukung statis Pile tunggal sehingga dapat dievaluasi terhadap daya dukung rencana.

e. Alat yang digunakan : Pile Driving Analyzer (PDA) Sepasang accelerometer Sepasang Strain Transducer Kabel Utama Kabel Penghubung Adaptor

f. Massa hammer dengan berat sesuai dengan beban ultimate rencana dari Pile, alat penjatuh hammer (dapat digunakan crane/sejenisnya). Prinsip kerja pengujian adalah teori perambatan gelombang pada satu dimensi (1-D Wave propagation) dengan asumsi Pile uniform dan sifat elastic-linier, pengujian dilakukan sesuai dengan prosedur pengujian ASTM D4945-89.

(9) Terangkatnya Pilea. Segera setelah Pile dipancang, Kontraktor harus menentukan suatu titik reference dari

Pile dan ketinggiannya pada Pile. Setelah semua Pile dipasang, Kontraktor harus mengukur lagi ketinggian "titik reference" setiap Pile yang sudah dipancang dan menentukan "uplift" pipa yang disebabkan oleh pemancangan Pile lain.

b. Bila terjadi uplift Pile 1,6 cm atau lebih, Kontraktor harus mengambil langkah perbaikan tanpa biaya tambahan dari pemberi tugas.

c. Langkah tersebut diantaranya dapat meliputi : Memancang kembali Pile sampai kedalaman semula dan bila perlu lebih dalam lagi hingga mencapai tahanan tanah semula pada pemancangan terakhir. Setelah pemancangan kembali, Kontraktor harus memeriksa kembali ketinggian dari "titik reference" pada semua Pile dan harus memancang kembali Pile lain yang terangkat.

(10) Pemancangan Pilea. Pile hanya boleh dipancang, setelah ada persetujuan dari Pengawas Lapangan.b. Urutan pemancangan Pile agar direncanakan sesuai kondisi pekerjaan sedemikian

rupa sehingga pelaksanaan pemancangan dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga Pile yang telah dipancang lebih dahulu tidak terganggu. Kontraktor harus mengajukan rencana kerja pemancangan kepada Pengawas Lapangan untuk dievaluasi dan mendapatkan persetujuan tertulis.

c. Pemancangan Pile harus menerus sampai final set. Penghentian hanya boleh bila mendapat perintah dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.

d. Pile hanya dipancang selama ada Pengawas Lapangan dan harus tersedia fasilitas bagi Pengawas Lapangan untuk memperoleh informasi pemancangan Pile yang diperlukan. Namun demikian Kontraktor tetap bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan ini.

II-12

Page 13: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

e. Kontraktor harus memberitahu Pengawas Lapangan dengan segera apabila terjadi perubahan-perubahan yang tidak normal selama pekerjaan pemancangan Pile. Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus berhati-hati untuk mencegah timbulnya gaya lateral pada Pile selama pemancangan yang diakibatkan oleh alat pancang maupun pengaruh luar lainnya.

f. Apabila Pile rusak dan tidak dapat dipakai akibat overdriving atau tidak memenuhi toleransi yang diijinkan maka Pile yang tidak terpakai tersebut harus diganti dengan Pile baru harus dipancang sebagai pengganti, atau Kontraktor memancang Pile extra sesuai petunjuk Pengawas Lapangan. Segala biaya penggantian atau penambahan Piledan lain-lain ditanggung oleh kontraktor.

g. Apabila ternyata hasil pemancangan tidak memenuhi persyaratan ataupun batas-batas toleransi yang diperkenankan, Kontraktor harus memperbaiki, memperkuat, menambah Pile dan lain-lain atas petunjuk Pengawas Lapangan dengan menggunakan biaya Kontraktor.

h. Pemancangan dapat dihentikan apabila telah dicapai/diperoleh final set atau daya dukung yang diinginkan. Final set atau benaman akhir yang disyaratkan adalah sebagai berikut : Settlement (S) = 5 mm/pukulan

= (rata-rata 10 pukulan terakhir)

Berat Hammer (W) = 3,5 ton

Tinggi jatuh = 1,8 mi. Harga S di lapangan diambil dari harga rata-rata benaman dari pencatatan 3 seri

pukulan masing-masing 10 pukulan dimana perbedaan jumlah benaman masing-masing seri kurang dari 10% dan yang diambil adalah harga S 10 yang terakhir. Untuk pengamatan final set, harus disediakan peralatan sedemikian sehingga pada sisi Piledapat ditempelkan kertas grafik untuk mencatat rebound dan set pada saat Pilepancang akan disetting.

j. Untuk memudahkan kontrol pemancangan secara visual, sepanjang Piledibuat tanda dengan cat Pileinterval 50 cm dan 100 cm yang menunjukkan jarak tanda/titik tersebut dari kaki tiang.

k. Hasil pencatatan pemancangan atau kalendering diserahkan Kontraktor kepada Pengawas Lapangan untuk dievaluasi dan selanjutnya diambil langkah-lngkah yang diperlukan.

(11) Kalendering/Driving RecordSelama pemancangan kontraktor harus melakukan pencatatan pemancangan (Kalendering) untuk masing-masing Pile, yang disampaikan kepada konsultan pengawas untuk dievaluasi. Dalam catatan/kalendering tersebut harus dicatat hal-hal sebagai berikut :

Tanggal/hari pemancangan Nomor Pile Panjang Pile Ukuran penampang Type hammer Berat ram Elevasi dasar tanah pada titik pancang Pile masuk tanpa dipukul

II-13

Page 14: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

Benaman per interval jumlah pukulan atau sebaliknya (jumlah pukulan per interval 100 cm, 50 cm dan 25 cm)

Total set (benaman) (M, cm) Rebound (cm) Tinggi jatuh hammer (m) Peyimpangan posisi/kemiringan Pile dari rencana Hal-hal khusus yang ditemui pada pemancangan Daya dukung Pile Setiap lapisan harus diketahui dan disetujui oleh konsultan pengawas

(12) Penghentian Pemancangan/Refusala. Kecuali jika ditentukan lain atas dasar percobaan pembebanan atau perintah tertulis

dari Direksi/Konsultan Pengawas, Kontraktor baru boleh menghentikan pemancangan apabila telah dicapai benaman akhir (refusal) sesuai dengan rencana.

b. S (benaman) dihitung, setelah dilakukan 3 seri pemukulan yaitu 10 kali pukulan (S10), dan harga masing-masing seri (S10) satu sama lain perbedaannya tidak lebih 10 %, maka harga S1 adalah harga rata-rata benaman untuk satu pukulan dari S10 yang terkecil.

c. Ketentuan S1 tersebut adalah atas dasar bila peralatan Hammer yang dipakai mempunyai ketentuan seperti yang sudah dijelaskan di atas.

d. Bila dipakai Hammer dengan berat Ram, tinggi jatuh (stroke) dan besar rebound (elastic compression) yang berbeda-beda, harga S1 dapat berubah lebih besar atau lebih kecil. Segala perubahan harus berdasarkan analisa atas petunjuk dan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.

e. Untuk itu sebelum, sewaktu dan setelah pemancangan Kontraktor harus senantiasa berhubungan dengan Direksi/Konsultan Pengawas untuk mendapat petunjuk-petunjuknya.

(13) Final SetFinal set akan ditentukan dilapangan dengan menggunakan ”Hilley Formula”. Hilley Formula untuk diesel hammer adalah sebagai berikut :

Rd=f . En

S+12(c 1+c2+c3)

xWr+e .℘Wr+℘

Keterangan :Rd = Ultimate bearing capcity of pile (ton)F = Relative efficiency of hammer, untuk diesel hammer F=1 En = Hammer energy as stated by manufacturer, untuk diesel hammer En=2Wr = Ram mass (ton)H = Drop height of ram (m)E = Coeficient of restitution, E=0.26 untuk bahan betonWp = Pile mass (ton)S = Set (pile penetration) per blow (m)C1 = Elastic compression of cushion and caping beam (m)C2 = Elastic compression of capping beam (m)C3 = Elastic compression of soil (m)

(14) Gangguan/Kerusakana. Pihak Kedua harus menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan memperkecil

gangguan-gangguan dan kerusakan yang terjadi.

II-14

Page 15: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

b. Jika selama pelaksanaan pekerjaan terjadi gangguan pada hal-hal pelaksanaan, Pihak Kedua harus melaporkan gangguan-gangguan tersebut kepada Pengawas untuk dipertimbangkan.

c. Setelah Pile dipancang, Pihak Kedua harus menentukan suatu titik reference dari Pile dan ketinggian pada Pile.

d. Setelah semua Pile dipancang, Pihak Kedua harus mengukur lagi ketinggian setiap Pile yang sudah dipancang terhadap titik reference tersebut diatas dan menentukan "uplift" yang disebabkan oleh pemancangan Pile lain.

e. Bila terjadi uplift Pile 16 mm atau lebih, Pihak Kedua harus mengambil langkah perbaikan tanpa biaya tambahan dari Pihak Kesatu. Langkah tersebut meliputi : harus memeriksa kembali ketinggian dari "titik reference" pada semua Pile dan harus memancang kembali Pile lain yang terangkat

f. Pile yang rusak (luka) karena Memancang kembali Pile sampai kedalaman semula dan bila perlu lebih dalam lagi hingga mencapai tahanan tanah semula pada pemancangan terakhir. Setelah pemancangan kembali, Pihak Kedua pemancangan harus diganti dengan yang baru atau bagian yang rusak diperbaiki dengan persetujuan Pengawas.

(15) Pemotongan Tiang Pancanga. Untuk mencapai tanah keras atau daya dukung yang disyaratkan, panjang Pile sering

tidak sesuai dengan kedalaman yang dicapai.b. Apabila ujung Pile tepat pada elevasi penyambungan dengan capping beam, maka Pile

tidak perlu dipotong.c. Apabila Pile muncul di atas elevasi penyambungan dengan capping beam, maka Pile

harus dipotong untuk mencapai elevasi yang disyaratkan.d. Sisa-sisa potongan Pile harus dikumpulkan menjadi satu pada tempat yang telah

disetujui Pengawas.(16) Penyambungan Tiang

a. Sambungan Pile dilakukan dengan system las. Tebal las yang disyaratkan adalah 9mm.

b. Sebelum pengelasan dilakukan, pelat sambungan harus dibersihkan dari kotoran-kotoran atau karat yang menempel, agar las dapat menempel dengan sempurna.

c. Jenis las yang dipergunakan adalah RB26 atau RD 260 dengan tebal kawat las 3,2 mm atau 4 mm. Pengelasan dapat dilakukan 2 atau 3 kali sampai mencapai ketebalan 9 mm.

d. Untuk keamanan terhadap korosi, sambungan harus diberi lapisan penutup.(17) Hubungan Pile dan Pile Cap

a. Untuk menghubungkan konstruksi Pile dengan konstruksi capping beam/pile cap diatasnya, diperlukan stek-stek dari besi beton yang dicor di dalam rongga Pile dan dilas pada bagian luar Pilepancang.

b. Jenis baja yang digunakan sebagai stek-stek adalah D16 dan D19 mm (polos) U-24. Mutu beton pengisi harus memenuhi syarat K.175.

c. Pile yang lebih dari elevasi rencana dipotong dengan baik dengan memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut : Bagian ujung Pile harus tertanam dalam capping beam/pile cap minimal 10 cm Tulangan (stek) Pile harus dijadikan tulangan penyaluran dan tertanam dalam

capping beam. Kerusakan kepala Pile yang berlebihan harus diperbaiki terlebih dahulu. Untuk itu

kontraktor harus mengajukan rencana perbaikan kepada konsultan pengawas.

II-15

Page 16: Rks Dermaga Baubau 2014 2

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

Pada tiap-tiap Pile akan dibuatkan caping beam/pile cap sebagai pengunci dan pelindung Pile.

d. Sebelum melakukan pengecoran adukan semua tulangan harus sudah terpasang dengan baik, bersih dari kotoran dan pelaksanaan pengecoran harus diperhitungkan waktunya sedemikian sehingga adukan yang sudah dituangkan tidak terganggu oleh pengaruh pasang surut sebelum beton mencapai umur 3 jam.

II-16