Upload
tina-s-agustina
View
130
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PERMINTAAN AKAN JASA AUDIT DAN JASA ASSURANCE LAINNYA
KASUS PEMBUKA
Kasus Worldcom
Auditor internalnya menemukan indikasi kecurangan (pencatatan aset yang tak ada
bukti transaksinya)
Berusaha menggali informasi lebih lanjut walaupun dihalangi oleh CEO
Akhirnya menemukan bahwa perusahaan menggelembungkan aset 11 M.
Dikeluarkan UU Sarbanes-Oxley Persyaratan section 404Auditor eksternal harus
mengeluarkan laporan efektifitas IC.
Kesimpulan Kasus
Pengendalian Internal PENTING!!!
Peran auditor dalam mendeteksi kecurangan
Auditing (audit)
Pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan
melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
SIFAT AUDIT
1) Informasi dan Kriteria yang telah ditetapkan
Untuk melakukan audit, harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat
diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang dapat digunakan auditor
untuk mengevaluasi informasi tersebut, yang dapat dan memang memiliki banyak
bentuk. Kriteria untuk mengevaluasi informasi juga bervariasi, tergantung pada
informasi yang sedang diaudit. Untuk audit atas laporan keuangan historis
menggunakan kriteria yang berlaku biasanya yaitu standar akuntansi
keuangan yang berlaku.
2) Mengumpulkan dan Mengevaluasi Bukti
Bukti adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan
apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan criteria yang telah
ditetapkan. Auditor harus memperoleh bukti yang berkualitas (memadai) dan jumlah
yang mencukupi. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria yang berlaku.
3) Kompeten dan Independen
KOMPETEN dimaksud dengan auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami
criteria yang digunakan dan mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan
dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti
tersebut.
INDEPENDEN tidak memihak, walau dibayar fee tapi tetep independen.
4) Pelaporan Laporan Audit
Menyampaikan temuan-temuan audit.
Memberi Tahu Tingkat Derajat Kesesuaian Dengan Kriteria Yang Berlaku.
Pada intinya Audit Laporan Keuangan Tujuannya untuk menilai WAJAR/TIDAK
Lapkeu
PERBEDAAN AKUNTANSI DAN AUDIT
AKUNTANSI berusaha memastikan bahwa peristiwa-peristiwa ekonomi dari
entitas yang bersangkutan dicatat secara tepat waktu dengan biaya yang
wajar.
Sedangkan AUDIT berfokus pada penentuan apakah informasi yang dicatat
itu mencerminkan dengan tepat peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi
selama periode akuntansi dan sesuai dengan Standar yang Berlaku.
Terjadi KERANCUAN…”Banyak yang berpikir kalau auditing adalah bagian dari
akuntansi”, karena memang kebanyakan auditor adalah akuntan, tp TIDAK DEMIKIAN
Auditing ≠ Akuntansi!!!
Auditing memang berkaitan dengan akuntansi, TAPI bukan bagian
akuntansi
Hubungan antara auditing dan akuntansi SANGAT DEKAT, seperti Mitra Bisnis,
tapi bukan anak atau orang tua
Akuntansi pengumpulan, pengelompokan, pengikhtisaran dan
pengkomunikasian data keuangan
Kompeten
+Independe
n
Mengumpulkan& Evalusi Bukti
Informasi
Kriteria
Derajat
Kesesuaian
Laporan
Audit
Auditing TIDAK MELAKUKAN yang dilakukan akuntansi, auditing
mempertimbangkan peristiwa ekonomi, tetapi tidak berurusan dengan
pengukuran dan pengkomunikasian
Auditing bersifat ANALITIKAL, Tidak bersifat menyusun atau membangun
(seperti akuntansi), KRITIKAL, INVESTIGATIF
Mautz dan Sharaf akuntansi & auditing seperti pekerjaan penulis buku dan
editor buku.
ASPEK EKONOMI DALAM PERMINTAAN JASA AUDIT
Kebutuhan auditing??
Misal ada Bank pengen ngasih kredit ke Perusahaan, Nah salah satu hal penting yang
perlu ditelaah Bank adalah terkait dengan RISIKO INFORMASIpenting kaitannya ma
auditing, diharapkan mampu mengurangi risiko informasi (dengan memberikan opini
terhadap lapkeu perusahaan).
Penyebab Risiko Informasi:
Jauhnya informasi
Bias dan motif si penyedia
Data yang sangat banyak
Transaksi pertukaran yang kompleks
Mengurangi Risiko Informasi:
Pemakai memverifikasi informasi
Pemakai berbagi risiko informasi dengan manajemen
Laporan keuangan diaudit
JASA ASSURANCE
Jasa assurance adalah jasa profesional yang MENINGKATKAN KUALITAS
INFORMASI bagi para pengambil keputusan.
Contoh selain KAP: jasa peringkat televisi, customers report tentang mutu produk
Salah satu kategori jasa assurance adalah Jasa Atestasi adalah jenis jasa
assurance di mana KAP mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu
asersi yang disiapkan pihak lain. Jenis jasa atestasi adalah sebagai berikut ini:
1) Audit atas laporan keuangan historis
auditor mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan pendapat tentang
apakah laporan keuangan tersebut telah dinyatakan secara wajar sesuai
dengan Standar Akuntansi.
Hubungan antara auditor, klien dan pemakai eksternal
2) Atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan
Auditor harus memberikan atestasi mengenai efektivitas pengendalian internal
atas pelaporan keuangan suatu perusahaan.
3) Telaah (review) laporan keuangan historis
Sama seperti audit atas laporan keuangan historis. Tetapi akuntan public hanya
memberikan tingkat kepastian yang moderat atau sedang atau lebih sedikit
bukti yang diperlukan.
4) Jasa atestasi mengenai teknologi informasi
Jasa ini dilakukan hanya untuk perusahaan yang bersinggungan dengan teknologi
internet dan perdagangan elektronik (e-commerce). Jasa atestasi yang diberikan
adalah Jasa WebTrust, yang memberikan lisensi kepada situs tersebut berkaitan
dengan criteria praktik bisnis, integritas transaksi, serta proses informasi, dan Jasa
SysTrust, yang mengevaluasi dan menguji reliabilitas sistem dalam berbagai bidang
seperti pengamanan dan integritas data.
5) Jasa atestasi lain yang dapat diterapkan pada berbagai permasalahan
Misal: Atestasi mengenai informasi dalam prakiraan lapkeu klien yang digunakan untuk
memperoleh pembiayaan.
Jasa Assurance Lainnya
Berbeda dengan jasa atestasi karena akuntan public tidak diharapkan mengeluarkan
laporan tertulis, dan kepastian itu tidak mengenai reliabilitas asesi pihak lain
tentang ketaatan pada criteria tertentu. Penugasan jasa Assurance lainnya berfokus
pada peningkatan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Contohnya adalah
audit lingkungan, sertifikasi ISO 9000, penilaian risiko kecurangan, tindakan legal dan lain-
lain.
Auditor
Klien
Pemaka
i Ekstena
l
KliK Klien menugaskan auditor
Audit Auditor Mengeluarkan laporan yang diandalkan pemakai
Jasa-Jasa Non-Assurance yang diberikan Akuntan Publik
Jasa di luar lingkup jasa assurance adalah jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pajak, dan
konsultasi manajemen.
Tujuan utama jasa Assurancemeningkatkan mutu informasi
Tujuan utama jasa konsultasi (non assurance)memberikan rekomendasi
pada manajemen
Meskipun mutu informasi seringkali menjadi criteria penting dalam konsultasi
manajemen, tapi biasanya bukan merupakan tujuan utama
JENIS-JENIS AUDIT
Jenis Audit Pengertian Contoh Informasi Kriteria Bukti-Bukti yang tersedia
AUDIT OPERASIONAL
Mengevaluasi efisiensi dan efektivitas prosedur dan metode operasi dari beberapa bagian dari suatu perusahaan.Hasilnyadiharapkan dapat digunakan untuk pengembangan operasional perusahaan tersebut.
Mengevaluasi apakah pemrosesan gaji yang terkomputerisasi untuk anak perusahaan H telah beroperasi secara efektif dan efisien
Jumlah catatan gaji yang diproses dalam 1 bulan, biaya departemen dan jumlah kesalahan yang terjadi
Standar perusahaan untuk efisiensi dan efektivitas departemen penggajian
Laporan kesalahan, catatan gaji, dan biaya pemrosesan gaji.
AUDIT KETAATAN (Compliance Audit)
Menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan yang ditetapkan
Menentukan apakah persyaratan bank untuk perpanjangan pinjaman telah dipenuhi
Catatan perusahaan
Ketentuan perjanjian peminjaman
Lapkeu dan perhitungan oleh auditor
AUDIT LAPKEU
Menentukan wajar tidaknya lapkeu
Audit tahunan atas lapkeu PT CherryBee
Laporan keuangan PT CherryBee
Standar Akuntansi Keuangan yang
Dokumen, catatan dan sumber
Berlaku buktidari luar
JENIS-JENIS AUDITOR
Certifiedpublic accounting firm (CPA) atau akuntan publik
bertanggungjawab untuk mengaudit laporan keuangan dari perusahaan go public baik
perusahaan yang besar, kecil ataupun perusahaan nirlaba.
Government accountability office auditor (GAO) atau Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
auditor yang merupakan bagian dari instansi pemerintahan dimana mereka
bertugas untuk mengaudit segala pengeluaran dan pemasukan pemerintah. Auditor ini
harus bersertifikasi akuntan publik.
Internal Revenue agents (IRS)
bertanggungjawab untuk menyelenggarakan peraturan pajak seperti apa yang telah
ditetapkan oleh kongres dan telah diinterpretasikan oleh pengadilan.
Internal auditor
dipekerjakan oleh perusahaan untuk mengaudit manajemen. Auditor internal memiliki
tanggungjawab yang berbeda tergantung pada kebijakan pemilik perusahaan.
CERTIFIED PUBLIC ACCOUNTANT(CPA)
CPA diatur oleh Undang-Undang yang telah disahkan oleh departement yang berwenang di negara
tersebut.
Untuk menjadi CPA , tiga ketentuan yang harus dibuat:
Keperluan pendidikan
Sertifikat CPA bisa di dapat oleh mahasiswa atau lulusan jurusan akuntansi yang telah
menempuh batas minimum SKS yang telah ditentukan.
Standar Pelatihan CPA
Ada beberapa tes yang perlu dilewati, diantaranya adalah tes basis komputer, simulasi
konsep, dan sebagainya
Keperluan pengalaman
Memiliki minimal pengalaman kerja di bidang auditing selama 2 tahun.
BAB 2 PROFESI AKUNTAN PUBLIK (CPA)
BAPEPAM-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) adalah
badan pemerintah pusat yang membantu menyediakan informasi yang andal
bagi investor untuk membantu keputusan investasi. BAPEPAM-LK sangat berperan
dalam penetapan Standar Akuntansi dan persyaratan pengungkapan bagi
laporan keuangan, karena kewenangannya menetapkan persyaratan pelaporan yang
dianggap perlu demi wajarnya pengungkapan kepada investor serta menetapkan aturan
bagi setiap akuntan public.
INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI) bertugas menetapkan persyaratan
(Standar dan Aturan) profesional bagi para CPA, melakukan riset dan
mempublikasikan bahan-bahan mengenai berbagai topic yang berkaitan dengan
akuntansi, audit, jasa atestasi dan assurance, serta jasa konsutasi manajemen.
Fungsi lain IAPI adalah menyusun dan memberi nilai dalam ujian sertifikasi akuntan
public serta melakukan banyak fungsi pendidikan dan fungsi-fungsi lain bagi para akuntan
public.
STANDAR AUDIT YANG BERLAKU UMUM
Pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya.
BAB 3 LAPORAN AUDIT
LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN/WTP (UNQUALIFIED)
Standar Audit yang Berlaku
Umum
STANDAR LAPORAN
Pelaporan Hasil
STANDAR LAPANGAN
Pekerjaan lapangan pelaksanaan aktivitas
STANDAR UMUM
Kualitas Pribadi
Pelatihan dan Kecakapan teknis memadai
Sikap mental independenKecermatan profesional
Perencanaan dan pengawasan yang memadai
Memahami entitas dan lingkungannya termasuk IC
Bukti yang cukup dan tepat
Apakah laporan tersebut telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keadaan bila standar akuntansi tidak dipatuhi secara konsisten
Kecukupan pengungkapan informasi
Pengungkapan opini atas lapkeu
Bagian dari Laporan Audit WTP (7 bagian) :
1) Judul laporan Dapat berupa kata-kata “Laporan Auditor Independen”.
Adanya kewajiban mencantumkan kata independen.
2) Alamat laporan audit Umumnya ditujukan kepada pemegang saham atau dewan direksi perusahaan
Contohnya: “u.p. Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi”
3) Paragraf pendahuluan Menunjukkan 3 hal:
a. Pernyataan bahwa KAP telah melakukan audit.
b. Menyatakan lapkeu yang telah diaudit (beserta periode akuntansinya)
c. Menyatakan lapkeu adalah tanggung jawab manajemen serta tanggung jawab auditor adalah
menyatakan opini atas lapkeu berdasarkan audit.
4) Paragraf ruang lingkup Pernyataan faktual tentang apa yang dilakukan auditor dalam proses audit.
Auditor melaksanakan audit berdasarkan standar audit yang berlaku
Menyatakan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa lapkeu telah
bebas salah saji material
Membahas bukti audit yang dikumpulkan dan menyatakan bahwa auditor yakin bahwa bukti audit yang
dikumpulkan sudah memadai guna penyatakan pendapat.
5) Paragraf opini Menyatakan kesimpulan auditor atau pendapat auditor berasarkan hasil audit.
6) Nama KAP Dituliskan adalah nama kantor akuntan publik.
7) Tanggal laporan audit Tanggal ketika auditor menyelesaikan prosedur audit di lokasi pemeriksaan.
Keadaan yang menyebabkan penyimpangan dari pendapat wajar tanpa
pengecualian:
Pembatasan lingkup audit
Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Auditor tidak independen
STANDAR LAPORAN AUDIT DENGAN PARAGRAF PENJELAS ATAU MODIFIKASI
PERKATAAN
Laporan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi perkataan
memenuhi kriteria proses auditing yang lengkap dengan hasil yang memuaskan pada
laporan keuangan tetapi auditor merasa perlu memberikan sejumlah informasi
tambahan.
Semua lapkeu sudah tercakup, Standar umum sudah diikuti sepenuhnya dalam penugasan, Bukti yang cukup telah dikumpulkan dan Standar lapangan terpenuhi, Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, Tidak terdapat situasi yang memerlukan
Penyebab
Kurang konsisten dalam melaksanakan
standar audit
Keraguan mengenai going concern
Auditor menyetujui suatu penyimpangan
standar akuntansi
Penekanan pada suatu hal/masalah
Laporan yang melibatkan auditor lain
Kurang konsisten dalam menerapkan standar keuangan
Jika material, Auditor harus memodifikasi laporannya dengan menambahkan
paragraf penjelas setelah paragraf opini, yang membahas sifat perubahan
tersebut dan mengarahkan pembaca pada catatan kaki yang berkaitan.
Auditor harus dapat membedakan Perubahan yang mempengaruhi
KONSISTENSI pelaporan dengan perubahan yang mempengaruhi
KOMPARABILITAS tapi tidak mempengaruhi konsistensi.
Contoh perubahan yang mempengaruhi konsistensi:
1. Perubahan prinsip akuntansi (LIFO jadi FIFO)
2. Perubahan entitas pelaporan (penambahan perusahaan baru dalam lapkeu
konsolidasi)
3. Koreksi kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akuntansi
Contoh perubahan yang memperngaruhi komparabilitas:
1. Perubahan estimasi (penuruanan masa manfaat aset)
2. Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi (kesalahan matematis
tahun sebelumnya)
3. Variasi format penyusunan lapkeu
4. Perubahan yang terjadi akibat transaksi/peristiwa yang sangat berbeda (usaha
dalam RnD baru)
Pos-pos yang material mempengaruhi komparabilitas biasanya diungkapkan
dalam catatan kaki
Keraguan mengenai going concern
Faktor-faktor yang menimbulkannya:
1. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan
2. Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajiban ketika jatuh tempo
3. Kehilangan pelanggan utama
4. Pengadilan, perundang-undangan yang membahayakan kelangsungan operasi
perusahaan
Auditor menyetujui penyimpangan estándar akuntansi
Mungkin tidak memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat
tidak wajar, tetapi untuk menjustifikasi pendapat wajar tanpa pengecualian
auditor harus yakin dan harus menyatakan serta menjelaskan dalam 1
atau beberapa paragraf terpisah pada laporan audit, bahwa dengan menaati
prinsip akuntansi akan menimbulkan hasil yang menyesatkan pada situasi tersebut.
Penekanan pada suatu masalah
Contoh:
1. Ada transaksi dengan pihak terkait bernilai besar
2. Peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal neraca
3. Ketidakpastian material yang diungkapkan dalam catatan kaki
Laporan Keuangan yang melibatkan auditor lain
Ada 3 alternatif:
1. Tidak memberikan referensi dalam laporan audit
Pendapat WTP diberikan kecuali ada situasi lain yang mengharuskan ada
penyimpangan.
Auditor lain mengaudit bagian yang tidak material dari lapkeu
Auditor utama mereview secara mendalam atas pekerjaan auditor lain
2. Memberikan referensi dalam laporan (laporan dengan modifikasi kata-
kata)
Merupakan laporan/pendapat bersama
Laporan bersama WTP tepat diterbitkan jika tidak praktis mereview pekerjaan
auditor lain atau jika proporsi lapkeu yang diaudit auditor lain material
Tidak menambahkan paragraf terpisah yang membahas mengenai pembagian
tanggung jawab, tapi membahasnya dalam paragraf pendahuluan dan mengacu
pada auditor lain dalam paragraf ruang lingkup serta pendapat
3. Mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian
Tergantung pada materialitas
Jika auditor utama tidak ingin memikul tanggung jawab apapun atau pekerjaan
auditor lain
PENYIMPANGAN DARI LAPORAN WTP
Ada tiga jenis laporan audit selain laporan wajar tanpa pengecualian yaitu:
1. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified opinion)
adanya keterbatasan ruang lingkup audit, atau tidak ditaatinya prinsip
akuntansi yang berlaku.
Bila auditor yakin bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan
dengan wajar.
Harus menggunakan kata “keculi untuk (except for)” dalam paragraph
pendapat
2. Pendapat Tidak Wajar (Adverse)
pendapat ini akan diberikan jika auditor merasa yakin bahwa keseluruhan
laporan keuangan yang disajikan memuat salah saji material atau
menyesatkan sehingga tidak berhasil menunjukkan posisi keuangan atau hasil
operasi perusahaan dengan wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
3. Penolakan Untuk Memberikan Pendapat (Disclaimer)
diberikan apabila auditor tidak berhasil untuk meyakinkan dirinya sendiri
bahwa keseluruhan laporan keuangan yang diperiksanya tersaji secara
wajar.
Karena pembatasan ruang lingkup dan tidak independen
Hanya dapat terjadi jika auditor kurang memiliki pengetahuan atas lapkeu
Kondisinya sangat material
MATERIALITAS
suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan
atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan
keuangan yang rasional.
Level materialitasSignifikansi dengan keputusan-
keputusan pemakaiTipe opini
1.tidak material Keputusan biasanya tidak terpengaruh WTP
2.material
Keputusan biasanya terpengaruh jika
informasi dimaksud penting terhadap
keputusan yang akan diambil. Laporan
keuangan keseluruhan dianggap
disajikan secara wajar
pendapat wajar
dengan
pengecualian
3.sangat material
kebanyakan atau semua keputusan
pemakai yang didasarkan pada laporan
keuangan akan nampak signifikan
dipengaruhi
pernyataan tidak
memberikan
pendapat atau
pendapat tidak
wajar
PROSES KEPUTUSAN AUDITOR DALAM LAPORAN AUDIT
Langkah-langkah tersebut terdiri dari :
Menentukan apakah ada kondisi yang ada memerlukan laporan pengecualian
Memutuskan materialitas untuk masing-masing kondisi
Memutuskan jenis laporan yang sesuai untuk masing-masing kondisi, memberi
tingkatan materialitas.
Membuat laporan audit
LAPORAN AUDIT UNTUK SETIAP KONDISI YANG MEMERLUKAN PENYIMPANGAN DARI LAPORAN WTP PADA TINGKAT MATERIALITAS YANG BERBEDA
Kondisi yang memerlukan Laporan WTP dengan Modifikasi Kata atau
paragraph penjelas
Tingkat Materialitas
Tidak Material MaterialPrinsip-prinsip akuntansi tidak diterapkan
secara konsistenWTP WTP paragraph
penjelasKeraguan going concern WTP WTP paragraph
penjelasPenyimpangan yang dibenarkan dari
standar akuntansiWTP WTP paragraph
penjelasPenekanan pada masalah WTP WTP paragraph
penjelasPenggunaan Auditor Lain WTP WTP modifikasi kata
Kondisi yang memerlukan Laporan WTP dengan Modifikasi Kata atau paragraph penjelas
Tingkat MaterialitasTidak
MaterialMaterial, Tetapi
Tidak Mempengaruhi Lapkeu secara keseluruhan
Sangat material, sehingga
kewajaran secara keseluruhan diragukan
Ruang lingkup dibatasi oleh klien atau kondisi lain
WTP Pengecualian ruang lingkup, paragraph
tambahan, dan pendapat wajar
dengan pengecualian
(kecuali untuk)
Menolak memberikan
pendapat
Lapkeu tidak disajikan sesuai standar akuntansi
WTP Paragraf tambahan dan pendapat wajar
dengan pengecualian
(kecuali untuk)
Tidak wajar
Auditor tidak independen Menolak memberikan pendapat tanpa melihat materialitas
JUMLAH PARAGRAF, MODIFIKASI KATA-KATA DALAM PARAGRAF DAN LOKASI PARAGRAF TAMBAHAN
Jenis Laporan Jumlah paragraf Kata-Kata Standar Paragraf yang Dimodifikasi
Lokasi Paragraf Tambahan
WTP 3 No NoWTP dengan
paragraph penjelas4 No Sesudah pendapat
WTP bersama auditor lain
3 Ketiga paragraf No
Wajar dengan pengecualian-hanya
pendapat
4 Hanya pendapat Sebelum pendapat
Wajar dengan pengecualian-ruang
lingkup dan pendapat
4 Ruang lingkup dan pendapat
Sebelum pendapat
Menolak memberikan
pendapat
3 Paragraf pendahuluan dan
pendapat dimodifikasi,
paragraph ruang lingkup dihilangkan
Sebelum pendapat
Pendapat tidak wajar 4 Hanya pendapat Sebelum pendapat
BAB 4 ETIKA PROFESIONAL
APAKAH ETIKA ITU?Etika serangkaian prinsip atau nilai moral.
Ada dua alasan utama mengapa seseorang bertindak tidak etis:
1. Standar etika seseorang berbeda dengan standar etika yang berlaku di masyarakat secara keseluruhan.
2. Orang itu memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri.
DILEMA ETIKA
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana ia harus mengambil keputusan tentang perilaku
yang tepat.
Contoh sederhana, apabila seseorang menemukan cincin berlian, di mana seseorang harus menentukan apakah
mencari pemilik cincin tersebut atau akan menyimpannya.
Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi dilema etika dalam karier mereka. Auditor
menghadapi klien yang mengancam akan mencari auditor baru kecuali bersedia menerbitkan suatu pendapat
wajar tanpa pengecualian, akan mengalami dilema etika bila pendapat wajar tanpa pengecualian itu tidak tepat.
Ada cara-cara alternatif untuk menyelesaikan dilema etika, tetapi harus berhati-hati untuk menghindari metode
merasionalkan perilaku tidak etis.
Berikut ini adalah metode-metode rasionalisasi yang sering digunakan, yang dengan mudah dapat
mengakibatkan tindakan tidak etis:
a. Setiap orang melakukannyab. Jika sah menurut hukum, hal itu etisc. Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya.
Pendekatan enam langkah berikut ini dimaksudkan agar dapat menjadi suatu pendekatan yang relative sederhana
untuk menyelesaikan dilema etika:
a. Memperoleh fakta yang relevanb. Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebutc. Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema tersebut dan bagaimana setiap
orang atau kelompok itu terpengaruhi.d. Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus menyelesaikan dilema
tersebute. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatiff. Memutuskan tindaka yang tepat.
Kebutuhan Khusus akan Perilaku Etis dalam Profesi
Alasan utama mengharapkan tingkat tingkat perilaku profesional yang tinggi oleh setiap profesi adalah
kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan oleh profesi, tanpa memandang
individu yang menyediakan jasa tersebut. Bagi akuntan publik, kepercayaan klien da pemakai laporan keuangan
eksternal atas kualitas audit dan jasa lainnya sangatlah penting.jika para pemakai jasa tidak lagi mempunyai
kepercayaan terhadap para akuntan, maka kemampuan profesional untuk melayani klien serta masyarakat secara
efektif akan hilang.
IndependensiIndependensi adalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias.
Ada dua independensi yang harus dimiliki oleh seorang auditor:
1. Independensi dalam fakta, ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap tidak bias
sepanjang audit atau berarti bahwa auditor benar-benar mempunyai keahlian dan kemampuan secara
teknis untuk melakukan pekerjaan audit.
2. Independensi dalam penampilan, ada bila antara auditor dengan klien benar-benar tidak mempunyai
hubungan khusus kecuali karena pekerjaan audit tersebut.
BAB 5 KEWAJIBAN HUKUM
Membedakan Kegagalan Bisnis, Kegagalan Audit, dan Risiko Bisnis
Banyak profesional akuntansi dan hukum yakin bahwa penyebab utama tuntutan hukum kepada kantor akuntan
publik adalah kurangnya pemahaman para pemakai laporan keuangan atas dua konsep:
1) Perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit
2) Perbedaan antara kegagalan audit dengan risiko audit
Kegagalan bisnis terjadi apabila bisnis tersebut tidak mampu mengembalikan pinjamannya atau memenuhi
harapan para investor karena keadaan ekonomi atau bisnis, seperti resesi, keputusan bisnis yang buruk, atau
persaingan yang tak terduga dalam industri itu.
Kegagalan audit terjadi apabila auditor mengeluarkan pendapat audit tidak benar karena gagal memenuhi
persyaratan standar audit.
Contohnya adalah kantor yang ,enugaskan asisten yang tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas audit
tertentu, di mana mereka gagal menemukan salah saji yang material dalam catatan klien yang seharusnya dapat
ditemukan oleh auditor yang memenuhi syarat.
Risiko audit merupakan kemungkinan bahwa auditor akan menyimpulkan, setelah melaksanakan audit yang
memadai, bahwa laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar, sedangkan dalam kenyataan mengandung
salah saji yang material.
Konsep-konsep Hukum yang Mempengaruhi Kewajiban
Seorang akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek pekerjaan akuntansi publiknya, termasuk auditing,
perpajakan, jasa bantuan manajemen, dan jasa mengisi SPT pajak klien dengan benar, akuntan publik itu dapat
dituntut untuk membayar denda dan bunga yang harus dibayar oleh klien ditambah fee penyiapan SPT pajak.
Sumber kewajiban hukum auditor : kewajiban kepada klien, dan kewajiban kriminal
A. Kewajiban kepada Klien
Tuntutannya sangat bervariasi, meliputi klaim seperti kegagalan menyelesaikan penugasan nonaudit pada
tanggal yang telah disepakati, menarik diri dari audit secara tidak semestinya, kegagalan untuk
menemukan penggelapan (pencurian aktiva), dan melanggar persyaratan kerahasiaan bagi para akuntan
publik. Biasanya, nilai tuntutan ini relatif kecil, dan tidak ada publisitas untuk tuntutan jenis ini.
B. Kewajiban Kriminal
Akuntan publik dapat disalahkan karena tindakan kriminal menurut hukum. Seorang auditor adapat
dihukum karena menyerahkan laporan keuangan yang palsu milik klien atau hal-hal lain yang melangggar
Kode Perilaku Profesional.
C. Respons Profesi terhadap Kewajiban Hukum
AICPA dan profesi secara keseluruhan dapat melakukan sejumlah hal untuk mengurangi risiko para
praktisi terkena tuntutan hukum:
1) Mencari perlindungan dari proses pengadilan atau litigasi yang tidak terpuji.
2) Meningkatkan performa auditing agar dapat memenuhi kebutuhan para pemakai dengan lebih
baik.
3) Mendidik para pemakai mengenai batas-batas auditing.
D. Melindungi Akuntan Publik Individual dari Kewajiban Hukum
Seorang auditor yang berpraktik juga dapat pula mengambil tindakan tertentu untuk meminimalkan
kewajibannya. Beberapa tindakan yang umum itu adalah sebagai berikut:
1) Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
2) Mempekerjakan personil yang kompeten dan melatih serta mengawasi mereka secara layak
3) Mengikuti standar profesi
4) Mempertahankan independensi
5) Memahami bisnis klien
6) Melaksanakan audit yang bermutu
7) Mendokumentasikan pekerjaan secara layak
8) Mendapatkan surat penugasan dan surat representasi
9) Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
10) Mengadakan asuransi yang memadai
BAB 6 TUJUAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDIT
Langkah-langkah Mengembangkan Tujuan Audit
1) Memahami tujuan dan tanggung jawab audit
Tujuan pengauditan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen
merupakan pemberian opini atas kewajaran di mana laporan tersebut telah
disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha dan arus kas, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
Tanggung jawab Manajemen adalah menerapkan kebijakan akuntansi yang
memadai, menjaga kecukupan pengendalian internal dan menyajikan laporan
keuangan yang wajar.
Tanggung jawab Auditor adalah mendeteksi kesalahan penyajian yang
sifatnya material dalam laporan keuangan. Ketika auditor juga melaporkan
efektivitas pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan, maka auditor juga
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kelemahan yang signifikan dalam
pengendalian internal terhadap laporan keuangan.
2) Membagi laporan keuangan dalam siklus-siklus
Pembagian dilakukan dengan pengelompokkan audit dengan tetap menjaga
jenis atau kelompok transaksi dan saldo akun yang terkait erat ke dalam
kelompok yang sama. Pembagian ini membuat pengauditan menjadi mudah untuk
dilakukan dan membantu dalam menetapkan tugas-tugas kepada anggota dalam tim
audit. Logikanya adalah bahwa pendekatan ini menghubungkan bagaimana transaksi-
transaksi dicatat dalam jurnal dan diikhtisarkan dalam buku besar dan laporan
keuangan.
3) Menetapkan Tujuan Pengauditan
Asersi manajemen adalah pernyataan yang tersirat atau tertulis oleh manajemen
mengenai kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun terkait serta pengungkapan
dalam laporan keuangan.
Asersi ManajemenTentang Transaksi
Tujuan Umum AuditTerkait Transaksi
Tujuan Khusus Audit Terkait Transaksi
Keterjadian – yang telah dicatat benar2 terjadi dan terkait dengan entitas tsb
Keterjadian Penjualan yg dicatat adalah untuk pengiriman kepada konsumen yang bukan fiktif
Kelengkapan –semua yg seharusnya dicatat telah dicatat
Kelengkapan Transaksi penjualan yang ada telah dicatat
Akurasi –jumlah dan data telah dicatat dgn tepat
Akurasi Penjualan yang dicatat adalah untuk sejumlah
Kas Umum
Siklus akuisisi modal
dan pelunasanSiklus Pembelian
dan pembayaran
Siklus Penggajian
dan Kepegawaian
Siklus Persedian
dan pergudangan
Siklus penjualan
dan penagihan
barang dikirim dan telah dicatat dan ditagih dengan benar
Pemindahbukuan dan Pengikhtisaran – yg dicatat telah dimasukkan dalam arsip utama dgn tepat dan telah diikhtisarkan dgn tepat
Transaksi penjualan telah dimasukkan ke dalam arsip utama dengan benar dan telah diikhtisarkan dengan benar
Klasifikasi – dicatat diakun yang tepat
Klasifikasi Transaksi penjualan telah diklasifikasi dengan benar
Pisah Batas – dicatat pada periode pembukuan yg benar
Penetapan Waktu -- dicatat pd tanggal yg benar
Transaksi Penjualan dicatat pada tanggal yg benar
Asersi ManajemenTentang Saldo Akun
Tujuan Umum AuditTerkait Saldo Akun
Tujuan Khusus Audit Terkait Saldo Akun
Keberadaan – jumlah yg dicatat memang benar-benar ada.
Keberadaan Semua persedian yg tercatat ada pada tanggal neraca.
Kelengkapan Kelengkapan Semua persedian yang ada sudah dihitung dan dimasukkan dalam ringkasan persedian
Penilaian dan Alokasi – telah dimasukkan dalam LK dgn jumlah yg tepat serta setiap hasil penilaian penyesuaian telah dicatat dengan tepat
Akurasi Jumlah persedian dicatatan perpetual dgn digudang telah sama.
Hasil perkalian harga dengan kuantitas adalah benar dan rincian telah ditambahkan dengan benar
Klasifikasi Persedian telah diklasifikasi dengan benar
Hak dan Kewajiban Pisah Batas
Keterikatan Rincian –antra arsip utama, jumlah total saldo akun dan jumlah buku besar semua telah sesuai.
Nilai Terealisasikan – dicatat pada estimasi yang dapat terealisasi
Hak dan Kewajiban
Pisah batas pembelian di akhir tahun sudah benar.
Total persedian sama dengan jumlah total persedian di buku besar
Nilai persedian sudah diturunkan ketika terjadi penurunan atas nilai realisasi bersih.
Perusahaan memiliki hak
atas seluruh persedian yang ada di daftar
Asersi Manajemen Tentang Penyajian dan
Pengungkapan
Tujuan Umum AuditTerkait Penyajian dan
Pengungkapan
Tujuan Khusus Audit Terkait Penyajian dan
PengungkapanKeterjadian dan Hak dan
KewajibanKeterjadian dan Hak dan
KewajibanWesel bayar sebagaimana
dijelaskan dalam catatan kaki benar-benar ada dan merupakan kewajiban perusahaan
Kelengkapan Kelengkapan Semua pengungkapan yang diharuskan terkait dengan wesel bayar telah dimasukkan dalam catatan kaki laporan keuangan.
Penilaian dan alokasi Penilaian dan alokasi Catatan kaki pengungkapan terkait wesel bayar adalah akurat
Klasifikasi dan Pemahaman Klasifikasi dan Pemahaman
Wesel bayar diklasifikasikan dengan benar ke dalam kewajiban jangka pendek dan panjang serta dapat dipahami.
BAB 7 BUKTI AUDIT
Bukti Audit Dibandingkan dengan Bukti-bukti yang dibutuhkan profesi lainnya
Bukti adalah segala informasi yang digunakan auditor untuk menentukan
apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan criteria yang telah
ditetapkan. Informasi dapat berbeda-beda. Dalam hal bahan bukti ini mampu
meyakinkan auditor apakah laporan keuangan dinyatakan sesuai dengan standar
akuntansi –Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Keputusan utama yang harus dihadapi oleh setiap auditor adalah untuk
menentukan ketepatan jenis dan jumlah bahan bukti yang dikumpulkan untuk
memenuhi ketentuan bahwa komponen laporan keuangan klien dan laporan keuangan
keseluruhan telah disajikan dengan wajar. TERDAPAT EMPAT JENIS KEPUTUSAN
MENGENAI BAHAN BUKTI, yaitu:
1) Prosedur Pengauditan yang mana akan digunakan
2) Berapa ukuran sampel yang dipilih untuk prosedur tertentu
3) Unsur-unsur mana yang akan dipilih dari populasi
4) Kapan menjalankan prosedur tersebut
Keandalan Bukti
Dua penentu keandalan bahan bukti adalah ketepatan dan kecukupan, yang
diambil langsung dari standar ketiga pekerjaan lapangan.
Ketepatan bukti – Pengukuran terhadap kualitas bahan bukti yang berarti
bahan bukti tersebut relevan dan andal dalam memenuhi tujuan audit.
Ketepatan bukti terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Relevansi Bukti – bahan bukti harus terkait dengan atau relevan terhadap tujuan
audit
2) Keandalan Bukti – mengacu pada tingkat di mana bahan bukti
dapat dipercaya
a) Independensi Pemberi Informasi –bahan bukti dari pihak luar lebih andal
b) Efektivitas Pengendalian Internal Klien – jika SPI efektif, maka bahan bukti lebih
andal
c) Pengetahuan Langsung Auditor –bahan bukti yang didapat langsung lebih andal
d) Kualifikasi individu yang memberikan informasi – orang yg kompeten
dibidangnya bahan bukti menjadi lebih andal
e) Tingkat Objektivitas – bahan bukti objektif lebih dapat diandalkan dibandingkan
bahan bukti yang memerlukan penilaian
Kecukupan – kuantitas bahan bukti yang didapatkan mencerminkan kecukupan.
Kecukupan bahan bukti umumnya diukur dengan:
1) Ukuran sampel yang dipilih oleh auditor
2) Pemilihan unsur populasi yang tepat
Jenis Bukti Audit
Terdapat DELAPAN KATEGORI UMUM BUKTI AUDIT, yaitu:
1) Pemeriksaan Fisik – pemeriksaan atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas
aset berwujud
2) Konfirmasi – jawaban lisan atau tertulis yang diterima dari pihak ketiga yang
independen untuk memverifikasi atas keakuratan informasi yang diminta auditor
3) Dokumentasi – pem eriksaan auditor atas dokumen-dokumen dan catatan klien
4) Prosedur analitis – Melakukan perbandingan dan keterkaitan untuk menilai apakah
saldo-saldo akun atau data lain yang muncul telah disajikan secara wajar dibandingkan
dengan perkiraan auditor
5) Tanya Jawab dengan Klien
6) Perhitungan Ulang – pengecekan ulang atas contoh-contoh perhitungan yang dilakukan
oleh klien
7) Pengerjaan Ulang (Rekontruksi) – pengujian kembali prosedur atau pengendalian
perusahaan
8) Pengamatan (Observasi) – penggunaan panca indera untuk menilai aktivitas-aktivitas
klien
Dokumentasi Audit
DOKUMENTASI AUDIT ialah catatan utama atas prosedur audit yang diterapkan,
bukti yang didapatkan dan kesimpulan yang dicapai oleh auditor dalam suatu
kontrak kerja. Kepemilikan dokumen audit merupakan milik auditor. Tujuan
dokumentasi audit, yaitu:
1) Sebuah dasar perencanaan audit
2) Sebuah catatan bukti yang dikumpulkan dan hasil-hasil pengujian yang dilakukan
3) Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat
4) Sebuah dasar untuk penelaahan oleh supervisor dan partner
MATERI DAN SUSUNAN ARSIP-ARSIP AUDIT terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Arsip Permanen – data historis atau data yang sifatnya terus menerus terkait
dengan pengauditan periode berjalan. Contoh: Akta Pendirian perusahaan,
Peraturan, Kebijakan akuntansi
2) Arsip Periode Berjalan – semua dokumentasi audit yang dapat diterapkan
pada tahun pengauditan. Contoh: Program audit, informasi umum, neraca saldo
Kertas Kerja, Penyesuaian dan Reklasifikasi Ayat Jurnal, dan daftar pendukung
(perincian yang disiapkan klien atau auditor untuk mendukung jumlah yang khusus
pada laporan keuangan.
Dampak E-Commerce terhadap Bukti Audit dan Dokumentasi Audit
Makin banyak yang disajikan dan disimpan dalan bentuk elektronik. Para auditor harus
mempertimbangkan ketersedian bukti elektronik pada permulaan audit dan
merencanakan pengumpulan buktinya bagaimana. Selain itu, ada bukti yang hanya
bisa dinilai dengan formulir yang dibaca oleh mesin, sehingga auditor harus
menggunakan computer untuk membacanya.
Auditor juga menggunakan teknolgi untuk mengalihkan dokumentasi berbasis
kertas yang tradisional menjadi data elektronik untuk mengatur dan
menganalisis dokumentasi audit.
BAB 8 PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIS
Terdapat TIGA ALASAN UTAMA mengapa auditor harus melakukan PERENCANAAN
yang tepat, yaitu:
1) Untuk menjaga supaya biaya audit tetap terjangkau
2) Mencegah kesalahpahaman dengan klien
3) Meminimalkan kewajiban hukum dan menjaga reputasi dalam komunitas bisnisnya
Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk) – sebuah ukuran
seberapa besar auditor menerima kemungkinan adanya salah saji dalam laporan
keuangan dapat setelah pengauditan selesai dilaksanakan dan opini wajar tanpa
pengecualian telah diterbitkan.
Risiko bawaan (Inherent Risk) – sebuah ukuran penilaian auditor atas kemungkinan
adanya salah saji material dalam saldo akun sebelum mempertimbangkan efektivitas
pengendalian internal.
MENERIMA KLIEN DAN MELAKUKAN PERENCANAAN AWAL AUDIT
Perencanaan awal audit melibatkan empat hal, yaitu:
a) Penerimaan Klien dan Keberlanjutan
Tanggung jawab hukum dan profesional mengharuskan KAP selektif dalam memilih
klien. Untuk klien baru, KAP harus melakukan penyelidikan (investigasi) terhadap calon
kliennya baik menguji kemungkinan posisi keuangan calon kliennya dalam komunitas
bisnisnya, stabilitas keuangan dan hubungan dengan KAP sebelumnya.
Untuk Klien lama, KAP diwajibkan melakukan evaluasi klien-klien yang sudah ada
setiap tahunnya. Konflik-konflik sebelumnya mengenai ruang lingkup audit, jenis opini
yang dikeluarkan, imbal jasa dan lain-lain.
b) Mengidentifikasi Alasan Klien untuk Melakukan Audit
Mengetahui alasan utama klien dapat mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima
sehingga kemungkinan akan mengumpulkan bukti yang lebih banyak dapat
dikendalikan.
c) Mendapatkan Kesepahaman dengan Klien
Pemahaman yang jelas atas kondisi kontrak kerja yang akan dijalankan harus dimiliki
klien dan KAP mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan kesepakatan mereka
dengan klien dalam perjanjian kontrak kerja.
d) Menyusun Strategi Audit secata Keseluruhan
Setelah memahami alasan klien untuk melakukan audit, auditor harus menyusun
strategi pengauditan awal. Strategi ini harus mempertimbangkan keberadaan klien,
jumlah lokasi-lokasi klien dan pengendalian internal. Selain itu dalam hal penugasan,
auditor harus melakukan:
a) Memilih staf untuk Kontrak Kerja
b) Mengevaluasi Kebutuhan akan Para Ahli dari Pihak Luar – jika dalam kontrak
terdapat penugasan di luar kompetensi auditor.
MEMAHAMI BISNIS DAN INDUSTRI KLIEN
Sifat bisnis dan industry memengaruhi risiko bisnis klien (Risiko di mana klien gagal
memenuhi tujuannya) dan risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Terdapat
beberapa aspek dari pendekatan untuk memahami bisnis dan industri klien, yaitu:
1) Industri dan Lingkungan Eksternal
Tiga alasan utama untuk mendapatkan pemahaman yang baik atas industri
klien dan lingkungan eksternal, yaitu:
a) Risiko terkait dengan industri tertentu dapat memengaruhi penilaian auditor atas
risiko bisnis klien dan risiko audit yang dapat diterima
b) Umumnya terdapat Risiko bawaan di beberapa industry
c) Terdapat ketentuan akuntansi yang khusus di mana auditor harus memiliki
pemahaman tersebut.
2) Operasi dan Proses Bisnis
Auditor harus memahami faktor-faktor seperti sumber utama pendapatan,
pelanggan, dan pemasok utama, sumber pendanaan, dan informasi mengenai
pihak yang memiliki hubungan istimewa yang dapat meningkatkan risiko.
CARA YANG DILAKUAKAN adalah mengunjungi pabrik dan kantor, dan
identifikasi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa.
3) Manajemen dan Tata Kelola Perusahaan
Auditor harus menilai filosofis manajemen dan gaya kepemimpinannya serta
kemampuannya untuk mengidentifikasi dan menghadapi risiko. Hal ini dapat
dilakukan dengan memahami akta pendirian dan peraturan-peraturan perusahaan,
kode etik, dan notulensi rapat.
4) Tujuan dan Strategi
Strategi merupakan pendekatan yang dilakukan oleh suatu entitas untuk mencapai
tujuan organisasi. Auditor harus memahami tujuan klien terkait dengan (1)
keandalan laporan keuangan dan (2) Efektivitas dan efisiensi operasional
perusahaan untuk menilai risiko bisnis klien dan risiko bawaan dalam laporan
keuangan. Auditor juga harus memahami tujuan klien terkait (3) kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan seperti mengenali istilah-istilah dalam kontrak dan
kewajiban hukum lainnya.
5) Pengukuran dan Kinerja
Risiko bawaan dalam salah saji laporan keuangan dapat meningkat jika klien telah
menetapkan seperangkat tujuan yang tidak masuk akal atau jika sistem pengukuran
kinerja memicu pembukuan yang agresif.
MENILAI RISIKO BISNIS KLIEN
Risiko bisnis klien dapat muncul dari setiap faktor yang memengaruhi klien dan
lingkungannya. Manajemen merupakan sumber utama untuk melakukan identifikasi
bisnis klien. Manajemen harus melakukan evaluasi menyeluruh atas risiko bisnis yang
relevan yang dapat memengaruhi laporan keuangan per kuartal dan per tahun.
MELAKUKAN PROSEDUR ANALITIS AWAL
Auditor melakukan prosedur analitis awal agar dapat memahami dengan lebih baik bisnis
klien dan untuk menilai risiko bisnis klien. Salah satu prosedur yang digunakan adalah
membandingkan rasio-rasio klien dengan industry atau competitor yang dijadikan acuan
untuk memberikan indikasi kinerja perusahaan.
Dalam mengidentifikasi bagian-bagian risiko spesifik, auditor kemungkinan akan
mengutamakan rasio aktivitas likuiditas perusahaan klien.
Prosedur Analitis
Prosedur Analitis merupakan evaluasi atas laporan keuangan yang disusun
dengan mempelajari kemungkinan hubungan-hubungan antara data keuangan
dan nonkeuangan… yang melibatkan perbandingan antara jumlah yang tercatat
dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur Analitis berikut
dapat dilakukan pada setiap fase selama sebuah penugasan kerja berlangsung.
1) Fase Perencanaan – untuk membantu menentukan sifat, keluasan dan waktu dalam
prosedur pengauditan.
2) Selama fase Pengujian audit sebagai pengujian substantive – untuk mendukung
saldo-saldo akun
3) Fase penyelesaian audit – penelaahan akhir atas salah saji material atau masalah
keuangan dan membantu auditor dalam mengambil “pandangan objektif” akhir atas
laporan keuangan yang telah diaudit.
BAB 9 MATERIALITAS DAN RISIKO
Frase mendapatkan tingkat keyakinan yang memadai dimaksudkan untuk
menginformasikan kepada para pengguna laporan bahwa auditor tidak
memberikan jaminan atau keyakinan absolute atas penyajian yang wajar dalam
laporan keuangan. Sedangkan bebas dari salah saji material dimaksudkan untuk
menginformasikan para pengguna laporan keuangan bahwa tanggung jawab
auditor terbatas hanya pada informasi keuangan yang material.
Materialitas merupakan besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang
yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya
penghilangan atau salah saji tersebut.
Auditor bertanggung jawab untuk menentukan apakah terdapat salah saji material dalam
laporan keuangan. Jika auditor menemukan suatu salah saji material tetapi jika klien
menolak koreksi salah saji tersebut maka opini dengan pengecualian atau tidak wajar
dapat diterbitkan.
Langkah-Langkah Penerapan Materialitas
MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL
Auditor diharuskan untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji dalam laporan
keuangan yang akan mereka anggap material di awal pengauditan bersamaan dengan
ketika mereka mengembangkan strategi audit secara keseluruhan untuk membantu
merencanakan pengumpulan bukti-bukti audit yang tepat. FAKTOR YANG
MEMENGARUHI MATERIALITAS , yaitu:
1) Materialitas merupakan konsep relatif
2) Dibutuhkan Dasar untuk mengevaluasi Materialitas
3) Faktor kualitatif – Contoh: kecurangan lebih penting daripada kesalahan tidak
disengaja, masalah kewajiban kontraktual.
MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KE SETIAP BAGIAN (SALAH SAJI
YANG DAPAT DITERIMA)
Pengalokasian pertimbangan materialitas awal ke setiap bagian maksudnya adalah
pengumpulan bukti audit per bagian lebih baik daripada laporan keuangan keseluruhan.
Sebagian besar praktisi mengalokasikan materilitas pada akun-akun neraca daripada
akun-akun laba rugi karena sebagian besar salah saji dalam laporan rugi memiliki
pengaruh yang sama pada neraca karena adanya sistem pencatatan berganda. Auditor
menghadapi tiga kesulitan utama berikut dalam mengalokasikan materialitas ke
dalam akun-akun neraca, yaitu:
1) Auditor memperkirakan akun-akun tertentu memiliki salah saji yang lebih banyak
dibandingkan dengan akun-akun lainnya
2) Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan
3) Biaya audit relative memengaruhi alokasi tersebut.
MEMPERKIRAKAN SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKANNYA DENGAN PENILAIAN AWAL
Pada langkah ini, auditor membuat proyeksi langsung salah saji yang diketahui dari
sampel ke populasi dan kemudian menambahkan estimasi untuk sampling error. Salah
saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu dari dua jenis ini, yaitu:
1) Salah saji yang diketahui – salah saji di mana auditor dapat menentukan jumlah
salah saji dalam akun tersebut. Contoh kapitalisasi Aset yang disewa mungkin
merupakan kegiatan sewa operasi.
2) Salah saji yang mungkin , dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Muncul karena perbedan antara penilaian manajemen dan penilaian auditor –
perbedaan estimasi
b. Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari
populasi
RISIKO
Jenis-jenis risiko audit terbagi menjadi 4, yaitu:
1) Risiko Deteksi yang Direncanakan
Merupakan risiko di mana bukti audit untuk suatu bagian tidak mampu mendeteksi
salah saji yang melebihi salah saji yang dapat diterima
2) Risiko Audit yang dapat Diterima
Ialah pengukuran tingkat kesedian auditor untuk menerima kemungkinan adanya salah
saji dalam laporan keuangan setelah audit telah selesai dijalankan dan opini wajar
tanpa pengecualian telah diterbitkan.
3) Risiko Bawaan
Ialah pengukuran penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya salah saji material
(baik kecurangan maupun kesalahan) dalam sebuah bagian pengauditan sebelum
mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal klien.
4) Risiko Pengendalian
Ialah pengukuran penilaian auditor mengenai apakah salah saji melebihi jumlah yang
dapat diterima di suatu bagian pengauditan akan dapat dicegah atau dideteksi dengan
tepat waktu oleh pengendalian internal klien.
MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA
Penilaian awal auditor untuk menetapkan risiko audit yang dapat diterima
adalah menerapkan risiko kontrak dan menggunakan risiko kontrak tersebut
untuk memodifikasi yang dapat diterima. Risiko Kontrak kerja adalah risiko di mana
auditor atau KAP akan mendapatkan masalah setelah audit diselesaikan, meskipun
laporan keuangan sudah benar. Contoh jika klien mengumumkan kebangkrutan setelah
audit telah selesai dilakukan.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Risiko Audit
Terdapat tiga faktor yang memengaruhi risiko audit yang dapat diterima, yaitu:
1) Tingkat Ketergantungan Pengguna Eksternal Laporan Keuangan
Ketika pengguna eksternal sangat mengandalkan laporan keuangan, maka sangat
tepat untuk menurunkan risiko audit yang dapat diterima. Tetapi masalah besar dapat
terjadi jika salah saji yang signifikan tetap tidak terdeteksi dalam laporan keuangan.
Terdapat indicator yang baik untuk menilai tingkat ketergantungan para pengguna
terhadap laporan keuangan, yaitu: (1) Ukuran Klien, (2) Distribusi Kepemilikan, dan (3)
Sifat dan jumlah liabilitas.
2) Kemungkinan bahwa klien akan mendapatkan kesulitan keuangan setelah laporan
audit diterbitkan
Terdapat beberapa indicator yang baik atas meningkatnya kemungkinan kegagalan
keuangan, yaitu: (1) posisi keuangan, (2) Laba (rugi) di tahun-tahun sebelumnya, (3)
Metode pertumbuhan pembiayaan, (4) sifat kegiatan operasi klien, dan (5) kompetensi
manajemen.
3) Integritas manajemen
Meliputi investigasi terhadap calon klien baru dan evaluasi terhadap klien laman.
MENILAI RISIKO BAWAAN
Auditor harus mempertimbangkan beberapa faktor utama berikut ketika menilai
risiko pengendalian, yaitu:
1) Sifat bisnis klien
2) Hasil pengauditan sebelumnya
3) Kontrak kerja yang pertama atau kontrak kerja yang berulang
4) Pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
5) Transaksi-transaksi yang tidak rutin
6) Penilaian yang diperlukan untuk mencatat saldo-saldo akun dan transaksi-transaksi
dengan benar
7) Membuat populasi
8) Faktor-faktor yang terkait dengan kecurangan dalam laporan keuangan
9) Faktor-faktor yang terkait dengan penyalahgunaan aset.
BAB 10 PENGENDALIAN INTERNAL DAN RISIKO PENGENDALIAN
Tujuan pengendalian internal
Manajemen biasanya memiliki tiga tujuan umum berikut dalam merancang sistem
pengendalian internal, yaitu:
1) Keandalan laporan keuangan
2) Efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi
3) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
Tanggung Jawab Manajemen Dan Auditor Dalam Pengendalian Internal
Manajemen – terdapat dua konsep penting yang mendasari merancang dan
menerapkan pengendalian internal, yaitu:
1) Keyakinan yang Memadai – harus member keyakinan yang memadai, bukan absolute.
2) Keterbatasan-Keterbatasan Bawaan – memedulikan kehati-hatian dalam merancang
dan menerapkan pengendalian internal
Auditor – pada umumnya sangat menekankan pada pengandalan melalui, yaitu:
1) Pengendalian terhadap keandalan laporan keuangan
2) Pengendalian terhadap kelompok-kelompok transaksi
Komponen Pengendalian Internal COSO
1) Lingkungan Pengendalian
Terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang menggambarkan
keseluruhan sikap manajemen, direksi, dan pemilik dari suatu entitas atas
pengendalian internal dan pentingnya pengendalian internal tersebut
terhadap entitas. Auditor harus mempertimbangkan subkomponen pengendalian
internal yang sangat penting, yaitu: (1) integritas dan nilai etika, (2) komitmen
terhadap kompetensi, (3) Partisipasi dewan direksi dan komisaris atau komite audit, (4)
filosofi manajemen dan gaya operasi, (5) Struktur Organisasi, dan (6) Kebijakan dan
Praktik SDM.
2) Penilaian Risiko
Merupakan identifikasi dan analisis manajemen terhadap risiko-risiko yang
relevan terhadap penyusunan laporan keuangan sesuai dengan PABU.
3) Aktivitas Pengendalian
Merupakan kebijakan dan prosedur, selain yang telah dimasukkan dalam
keempat komponen lainnya, yang membantu untuk meyakinkan bahwa
tindakan-tindakan yang penting telah dilakukan untuk mengatasi risiko-risiko
dalam mencapai tujuan organisasi.
AKTIVITAS PENGENDALIAN terdiri dari:
a) Pemisahan tugas yang memadai
b) Otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas
c) Dokumentasi dan catatan yang memadai
d) Pengendalian fisik atas aset dan catatan-catatan
e) Pengecekan terhadap pekerjaan secara independen
4) Informasi dan Komunikasi
Tujuan dari sistem dan komunikasi akuntansi suatu entitas adalah untuk memulai,
mencatat, memproses dan melaporkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu
entitas dan untuk menjaga akuntabilitas aset-aset yang terkait.
5) Pengawasan
Berkaitan dengan penilaian yang berjalan atau penilaian berkala atas kualitas
pengendalian internal oleh manajemen untuk menentukan bahwa
pengendalian dijalankan sesuai dengan tujuannya dan dimodifikasi jika
diperlukan jika terjadi perubahan kondisi.
PENGUJIAN PENGENDALIAN
Auditor kemungkinan akan menggunakan empat jenis prosedur untuk mendukung
efektivitas pelaksanaan pengendalian internal, yaitu:
1) Melakukan tanya jawab dengan personel klien yang tepat
2) Menguji dokumen, catatan dan laporan
3) Mengamati aktivitas terkait pengendalian
4) Mengerjakan ulang prosedur klien
BAB 11 DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PROSES AUDIT
Penggunaan TI dapat meningkatkan pengendalian internal dengan menambah prosedur
pengendalian baru yang dilakukan oleh computer dan dengan mengganti pengendalian
baru yang biasa dilakukan secara manual yang rentan kesalahan manusia. Perubahan
yang terjadi, yaitu:
1) Pengendalian computer menggantikan pengendalian manual
2) Menyediakan informasi dengan kualitas yang lebih tinggi
MENILAI RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI
Risiko-risiko khusus terkait dengan sistem TI, yaitu:
1) Risiko terhadap perangkat keras (hardware) dan data
Meskipun TI memiliki keunggulan dalam pemrosesan secara signifikan, tetapi juga
dapat menciptakan risiko-risiko, yaitu:
a) Ketergantungan terhadap kemampuan kerja perangkat keras dan lunak
b) Kesalahan sistemik dan kesalahan acak
c) Akses yang tidak diotorisasi
d) Kehilangan data
2) Berkurangnya jejak audit
Salah saji mungkin tidak dapat dideteksi dengan meningkatnya penggunaan TI karena
(1) hilangnya jejak audit yang nyata, dan juga (2) berkurangnya keterlibatan manusia
serta (3) kurangnya otorisasi tradisional.
3) Kebutuhan akan pengalaman di bidang TI dan pemisahan tugas-tugas TI
Sistem TI mengurangi (1) pemisahan tugas dan (2) menciptakan suatu kebutuhan
tambahan akan pengalaman di bidang TI.
Pengendalian Internal Khusus untuk TI
Pengendalian Internal Khusus untuk TI terbagi menjadi dua kategori, yaitu:
1) Pengendalian Umum
Auditor mengevaluasi pengendalian umum (semua aspek dalam fungsi TI) untuk
perusahaan secara keseluruhan meliputi:
a. Pengaturan Fungsi TI – Anggapan direksi dan manajemen senior memengaruhi
pentingnya TI
b. Pemisahan tugas-tugas Ti – Pemisahaan fungsi-fungsi pada tiap aktivitas
c. Pengembangan Sistem – membeli dan mengembangkan perangkat lunak serta uji
coba
d. Pengamanan fisik dan online terhadap akses pada perangkat lunak, keras, dan data
terkait
e. Rencana cadangan dan kontijensi – perencanaan untuk gangguan yang tidak pasti
yang akan mempengaruhi TI perusahaan
f. Pengendalian perangkat keras – pengendalian untuk mendeteksi dan melaporkan
kerusakannya
2) Pengendalian Aplikasi
Auditor harus mengevaluasi pengendalian aplikasi (untuk memproses transaksi-
transaksi) untuk setiap kelompok transaksi atau akun. Pengendalian aplikasi hanya
dapat menjadi efektif jika pengendalian umumnya efektif. Pengendalian aplikasi
terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Pengendalian Input
Dirancang untuk menyakinkan bahwa informasi yang dimasukkan ke dalam
computer adalah sah, akurat dan lengkap.
b. Pengendalian Proses
Pengendalian proses dilakukan untuk mencegah dan mendeteksi kesalahan ketika
pemrosesan data transaksi
c. Pengendalian Output
Pengendalian output lebih menekankan pada pendeteksian kesalahan setelah
pemrosesan selesai dilakukan daripada mencegah kesalahan atau mengkaji
keandalan data oleh seseorang yang memiliki pengetahuan dan pengetahuan
mengenai output.
Dampak TI dalam Proses Audit
1) Pengaruh PU terhadap Risiko Pengendalian
Auditor harus mengevaluasi efektivitas PU sebelum mengevaluasi pengendalian
aplikasi, meliputi:
a. Pengaruh PU terhadap Aplikasi Sistem secara Keseluruhan
PU tidak efektif menghasilkan potensi salah saji material pada seluruh aplikasi
sistem.
b. Pengaruh PU terhadap Perubahan Perangkat Lunak
Perubahan perangkat lunak mempengaruhi kepercayaan terhadap pengendalian
otomatis.
c. Mendapatkan Pemahaman Atas Pengendalian Umum Klien
Pemahaman dapat dilakukan dengan (1) melakukan wawancara dengan personel TI
dan para pengguna utama, (2) Memeriksa dokumentasi sistem, dan (3) Mengkaji
hasil perincian kuesioner yang diisi oleh para staf TI.
2) Dampak dari Pengendalian TI terhadap Risiko Pengendalian dan Pengujian Substantif
Pengendalian umum memengaruhi tujuan audit dalam beberapa siklus, jika
pengendalian umum tidak efektif, kemampuan auditor untuk mengandalkan
pengendalian aplikasi untuk mengurangi risiko pengendalian dalam semua siklus akan
menurun.
3) Pengauditan dalam lingkungan TI yang tidak terlalu Kompleks
Pada perusahaan-perusahaan yang lebih kecil seringkali mengaudit di sekitar computer
(auditor tidak menggunakan pengendalian otomatis) ketika pengendalian umum
kurang efektif dibandingkan dengan lingkungan TI yang lebih kompleks. Pemahaman
atas pengendalian internal dan pengujian-pengujian dengan cara yang sama seperti
pengauditan secara manual.
4) Pengauditan dalam lingkungan TI yang terlalu Kompleks
Ketika organisasi memperluas penggunaan TI-nya, pengendalian internal seringkali
dimasukkan ke dalam aplikasi-aplikasi yang hanya tersedia secara elektronik atau
biasa disebut pengauditan melalui computer. Pendekatan tersebut dilakukan dengan:
a. Pendekatan Pengujian Data
Auditor memproses pengujian data mereka sendiri dengan menggunakan sistem
computer klien dan program aplikasi untuk menentukan apakah pengendalian
otomatis sudah memproses data yang diuji dengan tepat. Pertimbangan utama
pengujian data adalah:
Pengujian data harus memasukkan semua kondisi yang ingin diuji oleh auditor
Program aplikasi yang diuji oleh harus sesuai dengan aplikasi yang digunakan
oleh klien.
Data yang diuji harus dihapuskan dari catatan klien
b. Simulasi Paralel
Auditor menggunakan perangkat lunak yang dikendalikan auditor untuk melakukan
operasi yang sama dengan yang dikerjakan oleh klien, dengan menggunakan arsip
data yang sama untuk menentukan efektivitas pengendalian otomatis dan untuk
mendapatkan bukti mengenai saldo secara elektronik
c. Pendekatan Modul Audit yang Melekat
Auditor memasukkan sebuah modul audit dalam sistem aplikasi klien untuk
mengidentifikasi jenis transaksi khusus. Contoh meminta modul terkait transaksi
pembelian dari data elektronik klien.
BAB 12 KESELURUHAN PERENCANAAN DAN PROGRAM AUDIT
Jenis-Jenis Pengujian
1) Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk
mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi
untuk mendapatkan pemahaman apakah pengendalian sudah diterapkan.
Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun otomatis, dapat mencakup jenis
bukti berikut ini, yaitu:
a) Melakukan tanya jawab
b) Memeriksa dokumen, catatan dan laporan
c) Mengamati aktivitas terkait pengendalian
d) Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien
2) Pengujian Substantif Transaksi
Merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji rupiah (sering
kali disebut salah saji moneter) yang secara langsung berpengaruh pada
ketepatan saldo laporan keuangan. Pengujian substantive transaksi digunakan
untuk menentukan apakah keenam tujuan audit terkati transaksi telah terpenuhi untuk
setiap kelompok transaksi.
3) Prosedur Analitis
Prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah yang
tercatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Dua tujuan
utama dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah untuk:
a) Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
b) Memberi bukti substantive
4) Pengujian Terinci Saldo
Memfokuskan pada saldoo akhir buku besar baik untuk akun-akun nerasa
maupun laba rugi. Penekanan utama sebagian besar pengujian atas perincian
saldo adalah pada neraca.
EMPAT FASE UNTUK KESELURUHAN PROSES AUDIT
1) Merencanakan dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit
2) Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi
3) Melakukan Prosedur Analitis dan Pengujian Terperinci Saldo
4) Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Suatu Laporan Audit
Fase ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a) Melakukan Pengujian Tambahan Untuk Tujuan Penyajian dan
Pengungkapan – auditor melakukan prosedur terkait dengan kewajiban
kontijensi dan kejadian-kejadian setelah tanggal neraca.
b) Pengumpulan Bukti Akhir , terdiri dari:
Melakukan Prosedur analitis akhir
Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha (going concern)
Mendapatkan surat representasi klien
Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk meyakinkan bahwa informasi
yang disajikan konsisten dengan laporan keuangan
c) Menerbitkan Laporan Audit
d) Komunikasi dengan Komite audit dan Manajemen – mengkomunikasikan
setiap kekurangan dalam pengendalian internal yang signifikan.