52
Jumlah Atau Besarnya Penghasilan Bruto Bagi Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut : Jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 adalah seluruh jumlah penghasilan sebagai Objek PPh Pasal 21 / Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang diterima atau diperoleh dalam suatu periode atau pada saat dibayarkan kecuali bagi : Bukan Pegawai apabila mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya dan atau melakukan penyerahan material atau barang, maka Penghasilan bruto berlaku ketentuan sebagai berikut : 1. Apabila bukan pegawai mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya maka besarnya jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jumlah pembayaran setelah dikurangi dengan bagian gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan bagian gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut maka besarnya penghasilan bruto tersebut adalah sebesar jumlah yang dibayarkan; 2. Apabila bukan pegawai selain melakukan penyerahan jasa juga melakukan penyerahan material atau barang maka besarnya jumlah penghasilan bruto hanya atas pemberian jasanya saja, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan antara pemberian jasa dengan material atau barang maka besarnya penghasilan bruto tersebut termasuk pemberian jasa dan material atau barang . Contoh : Arman mendapatkan pekerjaan dari CV.Bunga Merah berupa perbaikan AC dengan nilai Rp.6.000.000,- . Untuk memperbaiki AC tersebut Arman menggunakan tenaga kerja dengan upah Rp.1.000.000,- dan membeli spare part AC seharga Rp.3.000.000,-. Apabila dalam kontrak antara Arman dengan CV.Bunga Merah dapat dipisahkan antara jasa perbaikan AC dengan Tenaga Kerja serta sparepart AC, maka penghasilan bruto sebagai objek pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebesar Rp.2.000.000 atau : 6.000.000 – 1.000.000 – 3.000.000 = 2.000.000

Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Jumlah Atau Besarnya Penghasilan Bruto Bagi Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :

Jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 adalah seluruh jumlah penghasilan sebagai Objek PPh Pasal 21 / Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang diterima atau diperoleh dalam suatu periode atau pada saat dibayarkan kecuali bagi :

Bukan Pegawai apabila  mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya dan atau melakukan penyerahan material atau barang, maka Penghasilan bruto berlaku ketentuan sebagai berikut :

1. Apabila bukan pegawai mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya maka besarnya jumlah penghasilan bruto  adalah sebesar jumlah pembayaran setelah dikurangi dengan bagian gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan bagian gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut maka besarnya penghasilan bruto tersebut  adalah sebesar jumlah yang dibayarkan;

2. Apabila bukan pegawai selain melakukan penyerahan jasa juga melakukan penyerahan material atau barang maka besarnya jumlah penghasilan bruto  hanya atas pemberian jasanya saja, kecuali  apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan antara pemberian jasa dengan material atau barang maka besarnya penghasilan bruto tersebut termasuk pemberian jasa dan material atau barang .

Contoh :

Arman mendapatkan pekerjaan dari CV.Bunga Merah berupa perbaikan AC dengan nilai Rp.6.000.000,- . Untuk memperbaiki AC tersebut Arman menggunakan tenaga kerja dengan upah Rp.1.000.000,- dan membeli spare part AC seharga Rp.3.000.000,-.

Apabila dalam kontrak antara Arman dengan CV.Bunga Merah dapat dipisahkan antara jasa perbaikan AC dengan Tenaga Kerja serta sparepart AC, maka penghasilan bruto sebagai objek pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebesar Rp.2.000.000 atau :

6.000.000 – 1.000.000 – 3.000.000 = 2.000.000

Apabila dalam kontrak antara Arman dengan CV.Bunga Merah tidak  dapat dipisahkan antara jasa perbaikan AC dengan Tenaga Kerja serta sparepart maka penghasilan bruto sebagai objek pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebesar Rp.6.000.000

Dokter Yang Melakukan Praktik Di Rumah Sakit Dan/Atau Klinik, Penghasilan brutonya adalah sebesar jasa dokter yang dibayar oleh pasien melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasil oleh rumah sakit dan/atau klinik.

Contoh  :

dr.Kumala membuka praktek di Rumah Sakit Asyifa setiap hari Rabu dengan perjanjian bagi hasil untuk dr.Kumala 70 % dan untuk Rumah Sakit Asyifa 30%.  Selama bulan Maret 2013 pembayaran pasien atas Jasa dr.Kumala adalah  sebesar Rp.20.000.000,-

Page 2: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Maka penghasilan bruto sebagai dasar pemotongan PPh Pasal 21  atas penghasilan dr.Kumala adalah sebesar Rp.20.000.000,- yaitu penghasilan bruto sebelum dikurangi bagian Rumah Sakit Asyifa.

Jumlah Atau Besarnya Penghasilan Bruto Bagi Bukan Pegawai adalah sebagai berikut :

Jumlah seluruh penghasilan  yang diterima atau diperoleh dalam suatu periode atau pada saat dibayarkan, tetapi apabila  mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya dan atau melakukan penyerahan material atau barang, maka berlaku ketentuan sebagai berikut :

1. Apabila bukan pegawai mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya maka besarnya jumlah penghasilan bruto  adalah sebesar jumlah pembayaran setelah dikurangi dengan bagian gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan bagian gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut maka besarnya penghasilan bruto tersebut adalah sebesar jumlah yang dibayarkan;

2. Apabila bukan pegawai selain melakukan penyerahan jasa juga melakukan penyerahan material atau barang maka besarnya jumlah penghasilan bruto  hanya atas pemberian jasanya saja, kecuali  apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan antara pemberian jasa dengan material atau barang maka besarnya penghasilan bruto tersebut termasuk pemberian jasa dan material atau barang .

Jumlah penghasilan bruto  bagi dokter yang melakukan praktik di rumah sakit dan/atau klinik  adalah :

sebesar jasa dokter yang dibayar oleh pasien melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasil oleh rumah sakit dan/atau klinik.

Contoh :

Budiman melakukan jasa perawatan AC kepada CV.Abadi Makmur dengan imbalan Rp5.000.000,00. Budiman mempergunakan tenaga kerja 2 orang pekerja dengan membayarkan upah harian masing-masing sebesar Rp100.000,00. Upah harian yang dibayarkan untuk 2 orang selama melakukan pekerjaan sebesar Rp1.000.000,00. selain itu, Budiman membeli spare part AC yang dipakai untuk perawatan AC sebesar Rp500.000,00.

Perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong CV.Abadi Makmur Atas Penghasilan Budiman adalah :

Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Budiman, dapat diketahui bagian imbalan bruto yang merupakan upah yang harus dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh Budiman dan biaya untuk membeli spare part AC, maka jumlah imbalan bruto sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh CV.Abadi Makmur atas imbalan yang diberikan kepada Budiman adalah sebesar imbalan bruto dikurangi bagian upah tenaga kerja harian yang dipekerjakan Budiman dan biaya spare part AC,  adalah sebesar:

Rp5.000.000,00 – Rp1.000.000,00 – Rp500.000,00 = Rp3.500.000,00

PPh Pasal 21 yang harus dipotong CV.Abadi Makmur atas penghasilan yang diterima Budiman adalah sebesar:

Page 3: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

5% x 50% x Rp3.500.000,00 = Rp87.500,00

Apabila Budiman tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh CV.Abadi Makmur menjadi:

120% x 5% x 50% x Rp3.500.000,00 = Rp105.000,00

Jumlah Atau Besarnya Penghasilan Bruto Bagi Dokter Yang Melakukan Praktik Di Rumah Sakit Dan/Atau Klinik adalah sebagai berikut :

Maka besarnya penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang dibayar oleh pasien melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasil oleh rumah sakit dan/atau klinik.

Contoh :

dr.Amira membuka praktek dokter umum di Rumah Sakit Alamanda dengan ketentuan bagi hasil sebesar 60 % dari penghasilan yang diterima dari pasien untuk dr.Amira dan 40 % untuk Rumah Sakit Alamanda , sehingga apabila pada bulan Maret 2012 menerima penghasilan kotor dari pasien yang berobat sebesar Rp.10.000.000,-, dengan perincian bagi hasil Rp.6.000.000,- untuk dr. Amira dan Rp.4.000.000,- untuk Rumah Sakit Alamanda. Selain praktek di Rumah Sakit Alamanda dokter Amira juga membuka praktek dirumahnya.

Maka penghasilan bruto sebagai objek PPh Pasal 21 bagi penghasilan yang diterima oleh dr.Amira adalah tetap sebesar Rp.10.000.000,-

PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh Rumah Sakit Alamanda Sentosa atas penghasilan dr.Amira adalah sebesar :

Bulan Perhitungan PPh Pasal 21

Bulan Maret 5 % x 50 % x 10.000.000 250.000

Pengertian dan perhitungan PPh Pasal 21 tersebut diatas berlaku untuk Tahun Pajak 2013 atau mulai 1 Januari 2013

Jumlah Atau Besarnya Penghasilan Neto Bagi Pegawai Tetap adalah :

jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan:

1. Biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah).

2. iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

Pengertian diatas untuk Tahun Pajak 2012 dan 2013.

Contoh :

Page 4: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Aditya sebagai karyawan PT.Markisa Sirup Maju memperoleh penghasilan berupa gaji sebesar Rp.10.000.000,-  dan tunjangan makan sebesar Rp.300.000,- sebulan serta tunjangan transportasi sebesar Rp.500.000,-. Aditya membayar iuran pensiun sebesar Rp.400.000,- sebulan.

Penghasilan Neto Sebulan adalah :

Penghasilan Bruto :

Gaji                                 :    10.000.000

Tunjangan Makan            :         300.000

Tunjangan Transportasi  :              500.000 +

Total Penghasilan Bruto            :    10.800.000

Pengurangan :

Biaya Jabatan  :  500.000

(10.000.000 x 5 %)

Iuran Pensiun   : 400.000 +                 900.000 –

Penghasilan Neto                                 9.900.000

Jumlah Atau Besarnya Penghasilan Neto Bagi Penerima Pensiun Berkala Yang Dipotong PPh Pasal 21  adalah :

jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan:

1. Biaya pensiun,  sebesar  5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp 2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun.

Biaya Pensiun tersebut diatas adalah untuk tahun pajak 2012 dan 2013

Contoh :

Amira sebagai penerima pensiun dari PT.Dana Pensiun Suka Maju memperoleh penghasilan berupa pensiun sebulan sebesar Rp.1.000.000,-

Penghasilan Neto Sebulan adalah :

Penghasilan Bruto :

Pensiun                                    :    1.000.000

Pengurangan :

Biaya Pensiun  :                                  50.000 -

(1.000.000 x 5 %)

Page 5: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Penghasilan Neto                              950.000

Pengertian Biaya Jabatan adalah :

Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.

Besarnya Biaya Jabatan Untuk Tahun Pajak 2012 dan 2013 adalah :

Biaya jabatan bagi pegawai tetap yang dipotong PPh Pasal 21 yaitu sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun.

Contoh :

Aditya bekerja sebagai pegawai tetap di CV.Gunung Slamet dengan gaji sebesar Rp.1.000.000,- sebulan  atau Rp.12.000.000,- setahun.

Biaya Jabatan untuk Aditya sebesar :

1. Satu bulan : 5 % x 1.000.000 = 50.000

2. Satu tahun : 5 % x 12.000.000 = 600.000

Nunik bekerja sebagai pegawai tetap di CV.Markisa Manis dengan gaji sebesar Rp.10.000.000,- sebulan  atau Rp.120.000.000,- setahun.

Biaya Jabatan untuk Aditya sebesar :

1. Satu bulan : 5 % x 10.000.000 = 500.000

2. Satu tahun : 5 % x 120.000.000 = 6.000.000

Kumala bekerja sebagai pegawai tetap di PT.Serayu Jaya Sakti dengan gaji sebesar Rp.30.000.000,- sebulan  atau Rp.360.000.000,- setahun.

Biaya Jabatan untuk Aditya sebesar :

1. Satu bulan : 5 % x 30.000.000 = 1.500.000, maksimal 500.000

2. Satu tahun : 5 % x 360.000.000 = 18.000.000, maksimal 6.000.000

Jadi biaya jabatan yang diperbolehkan untuk dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar 500.000 sebulan atau 6.000.000 setahun.

Pengertian Biaya Pensiun adalah :

biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang menerima penghasilan dari pensiun.

Besarnya Biaya Pensiun untuk Tahun Pajak 2013 dan 2012 adalah :

Page 6: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Biaya pensiun bagi penerima pensiun yang dipotong PPh Pasal 21 yaitu sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp 2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun

Contoh :

Aditya memperoleh uang pensiun dari Dana Pensiun Gunung Slamet dengan uang pensiun sebesar Rp.1.000.000,- sebulan  atau Rp.12.000.000,- setahun.

Biaya Pensiun untuk Aditya sebesar :

1. Satu bulan : 5 % x 1.000.000   = 50.000

2. Satu tahun : 5 % x 12.000.000 = 600.000

Nunik memperoleh uang pensiun dari Dana Pensiun Markisa Manis dengan uang pensiun sebesar Rp.4.000.000,- sebulan  atau Rp.48.000.000,- setahun.

Biaya pensiun untuk Aditya sebesar :

1. Satu bulan : 5 % x 4.000.000   = 200.000

2. Satu tahun : 5 % x 48.000.000 = 2.400.000

Kumala memperoleh uang pensiun dari Dana Pensiun Serayu Jaya Sakti dengan uang pensiun sebesar Rp.30.000.000,- sebulan  atau Rp.360.000.000,- setahun.

Biaya pensiun untuk Aditya sebesar :

1. Satu bulan : 5 % x 30.000.000 = 1.500.000, maksimal 200.000

2. Satu tahun : 5 % x 360.000.000 = 18.000.000, maksimal 2.400.000

Jadi biaya pensiun  yang diperbolehkan untuk dikurangkan dari penghasilan bruto Kumala adalah sebesar 200.000 sebulan atau 2.400.000 setahun.

Jumlah Atau Besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) Bagi Pegawai Tetap adalah Dalam Perhitungan PPh Pasal 21 adalah :

Sebesar penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Contoh :

Amira sebagai karyawati CV.Sandal Bandol dengan status belum menikah memperoleh penghasilan sebulan meliputi gaji sebesar Rp.2.000.000,-  dan tunjangan makan sebesar Rp.300.000,-  serta tunjangan transportasi sebesar Rp.200.000,-.

Perhitungan Penghasilan Kena Pajak Untuk Tahun Pajak 2013 adalah sebagai berikut :

Penghasilan Bruto Sebulan :

Gaji : 2.000.000

Page 7: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Tunjangan Makan : 300.000

Tunjangan Transportasi : 200.000

Total Penghasilan Bruto : 2.500.000

Pengurangan :

Biaya Jabatan

(2.500.000 x 5 %)

: 125.000

Penghasilan Neto  Sebulan

(2.500.000-125.000)

: 2.375.000

Penghasilan Neto Setahun

(2.375.000 x 12)

: 28.500.000

PTKP  (Tk/-) : 24.300.000

Penghasilan Kena Pajak

(28.500.000 – 24.300.000)

: 4.200.000

PPh Terutang setahun

(4.200.000 x 5 %)

: 210.000

PPh Terutang sebulan

(210.000/12)

: 17.500

Perhitungan Penghasilan Kena Pajak  Untuk Tahun Pajak 2012 adalah sebagai berikut  :

Penghasilan Bruto Sebulan :

Gaji                                                  :      2.000.000

Tunjangan Makan                             :         300.000

Tunjangan Transportasi                     :              200.000 +

Total Penghasilan Bruto                     :      2.500.000

Pengurangan :

Biaya Jabatan (2.500.000 x 5 %)       :                 125.000   -

Penghasilan Neto  Sebulan              :      2.375.000

Penghasilan Neto Setahun               :     28.500.000

(2.375.000 x 12)

Dikurangi :

Page 8: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

PTKP  (Tk/-)                                             :         24.300.000 –

Penghasilan Kena Pajak                :     12.660.000

PPh Terutang setahun                           :         633.000

(12.660.000 x 5 %)

PPh Terutang sebulan                           :            52.750

(633.000/12)

Jumlah/Besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) Bagi Penerima Pensiun Berkala adalah Dalam Perhitungan PPh Pasal 21 adalah :

Sebesar penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Contoh Perhitungan Penghasilan Kena Pajak Untuk Tahun Pajak 2013 :

Rasiman sebagai Pensiunan PNS  dengan status menikah tidak mempunyai tanggungan memperoleh penghasilan sebulan berupa uang pensiun sebesar Rp.3.000.000,-

Perhitungan Penghasilan Kena Pajak dan PPh Pasal 21

Uang Pensiun : 3.000.000

Pengurangan :

Biaya Jabatan

(3.000.000 x 5 %)

: 150.000

Penghasilan Neto  Sebulan

(3.000.000-150.000)

: 2.850.000

Penghasilan Neto Setahun

(2.850.000 x 12)

: 34.200.000

PTKP  (K/-) : 26.325.000

Diri Wajib Pajak : 24.300.000

Status Kawin      :   2.025.000

Penghasilan Kena Pajak

(34.200.000 – 26.325.000)

: 7.875.000

PPh Terutang setahun

(7.875.000 x 5 %)

: 393.750

PPh Terutang sebulan

(393.750/12)

: 32.813

 

Page 9: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Contoh  Perhitungan Penghasilan Kena Pajak Untuk Tahun Pajak 2012 dan 2011 :

Tukiman sebagai Pensiunan PNS  dengan status menikah tidak mempunyai tanggungan memperoleh penghasilan sebulan berupa uang pensiun sebesar Rp.2.000.000,-

Penghasilan Kena Pajak  Setahun adalah :

Penghasilan Bruto Sebulan :

Gaji                                                 :      2.000.000

Pengurangan :

Biaya Jabatan (2.000.000 x 5 %)        :                 100.000   -

Penghasilan Neto  Sebulan                 :      1.900.000

Penghasilan Neto Setahun                  :     22.800.000

(1.900.000 x 12)

Dikurangi :

PTKP  (k/0)                                     :             17.160.000 –

Penghasilan Kena Pajak                 :        5.640.000

Jumlah/ Besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) Bagi Pegawai Tidak Tetap adalah Dalam Perhitungan PPh Pasal 21 adalah :

Sebesar penghasilan bruto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Contoh 1 :

Samino sebagai Pegawai Tidak Tetap PT.Abadi Jaya Sentosa  dengan status belum menikah memperoleh penghasilan sebulan sebesar Rp.3.000.000,-

Perhitungan Penghasilan Kena Pajak Untuk Tahun Pajak 2013 adalah sebagai berikut :

Penghasilan Bruto Sebulan berupa Gaji : 3.000.000

Penghasilan Bruto Setahun

(3.000.000 x 12)

: 36.000.000

PTKP  (Tk/-) : 24.300.000

Penghasilan Kena Pajak

(36.000.000 – 24.300.000)

: 11.700.000

PPh Terutang setahun : 585.000

Page 10: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

(11.700.000 x 5 %)

PPh Terutang sebulan

(585.000/12)

: 48.750

Contoh 2 :

Wagino sebagai Pegawai Tidak Tetap CV.Rukun Makmur  dengan status menikah dan mempunyai tanggungan Satu Anak memperoleh penghasilan sebulan sebesar Rp.2.000.000,-

Perhitungan Penghasilan Kena Pajak Untuk Tahun Pajak 2012 adalah sebagai berikut :

Penghasilan Kena Pajak  Setahun adalah :

Penghasilan Bruto Sebulan :

Gaji                                                   :   2.000.000

Penghasilan Bruto Setahun                  : 24.000.000

(2.000.000 x 12)

Dikurangi :

PTKP  (K/1) :

Diri WP Sendiri           : 15.840.000

Tambahan WP Kawin :   1.320.000

Tambahan 1 Anak      :    1.320.000 :   18.480.000 –

Penghasilan Kena Pajak   :               5.520.000

Besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) Bagi Bukan Pegawai Yang Menerima Imbalan Bersifat Berkesinambungan Dalam Perhitungan PPh Pasal 21 adalah :

sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan dengan syarat :

1. Penerima penghasilan bukan pegawai dapat memperoleh pengurangan berupa PTKP sepanjang yang bersangkutan telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak dan  hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26  serta tidak memperoleh penghasilan lainnya.

2. Untuk dapat memperoleh pengurangan berupa PTKP sebagaimana dimaksud pada angka 1, penerima penghasilan bukan pegawai harus menyerahkan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, dan bagi wanita kawin harus menyerahkan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak suami serta fotokopi surat nikah dan kartu keluarga.

Apabila Bukan Pegawai  Yang Menerima Imbalan Bersifat Berkesinambungan tidak memenuhi syarat 1 dan 2 maka Besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) adalah :

Page 11: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto.

Contoh Perhitungan Penghasilan Kena Pajak dan PPh Pasal 21 Bagi Bukan Pegawai Yang Menerima Imbalan Bersifat Berkesinambungan Untuk Tahun Pajak 2013 adalah sebagai berikut :

Contoh 1 :

Subur sebagai Pengajar (Bukan Pegawai) di tempat kursus Brevet Pajak Tunas Jaya . Pada bulan Maret 2013  memperoleh penghasilan sebesar  Rp.4.00.000,- (honor 8 kali mengajar) dengan status belum menikah. Subur hanya bekerja di kursus Brevet Pajak Tunas Jaya dan dapat menyerahkan fotocopi NPWP.

Perhitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut :

Penghasilan kena pajak :

50 % x (4.000.000-2.025.000) =987.500

PPh Pasal 21 yang harus dipotong :

5 % x 987.500 =49.350

Contoh 2 :

Musafri sebagai Pengajar (Bukan Pegawai) di tempat kursus Brevet Pajak Tunas Jaya. Pada bulan Januari 2013 memperoleh penghasilan sebesar  Rp.4.000.000,-  (honor 8 kali mengajar) dengan status belum menikah. Musafri  belum memiliki NPWP.

Perhitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut :

Penghasilan kena pajak :

50 % x 4.000.000 = 2.000.000

PPh Pasal 21 yang harus dipotong :

(5 % +( 20 % x 5 %)) x 2.000.000 = 120.000

(5 % +( 1 %)) x 2.000.000 = 120.000

6 %  x 2.000.000 = 120.000

Contoh Perhitungan Penghasilan Kena Pajak dan PPh Pasal 21 Bagi Bukan Pegawai Yang Menerima Imbalan Bersifat Berkesinambungan Untuk Tahun Pajak 2012 adalah sebagai berikut :

Contoh 1 :

Wagino sebagai Pengajar (Bukan Pegawai) di tempat kursus Bahasa Inggris Harapan Bangsa . Pada bulan Januari 2012  memperoleh penghasilan sebesar  Rp.1.500.000,- (honor 4 kali mengajar) dengan status belum menikah. Wagino hanya bekerja di kursus Bahasa Inggris Harapan Bangsa dan dapat menyerahkan fotocopi NPWP.

Perhitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut :

Penghasilan kena pajak :

Page 12: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

50 % x (1.500.000-1.320.000) = 90.000

PPh Pasal 21 yang harus dipotong :

5 % x 90.000 = 4.500

Contoh 2 :

Fatimah sebagai Pengajar (Bukan Pegawai) di tempat kursus Bahasa Inggris Harapan Bangsa. Pada bulan Pebruari 2012  memperoleh penghasilan sebesar  Rp.1.500.000,-  (honor 4 kali mengajar) dengan status belum menikah. Fatimah selain sebagai pengajar juga bekerja sebagai Guru di sebuah sekolah swasta dan belum memiliki NPWP.

Perhitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut :

Penghasilan kena pajak :

50 % x 1.500.000 = 750.000

PPh Pasal 21 yang harus dipotong :

(5 % +( 20 % x 5 %)) x 750.000 = 45.000

(5 % +( 1 %)) x 750.000 = 45.000

6 %  x 750.000 = 45.000

Pengertian PTKP

PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan neto Wajib Pajak Orang Pribadi jumlahnya dibawah PTKP tidak akan terkena Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 dan apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek PPh Pasal 21, maka penghasilan tersebut tidak akan dilakukan pemotongan PPh Pasal 21.

Besarnya PTKP Untuk Tahun Pajak 2013

Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk tahun pajak 2013 sebagai berikut :

1. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

2. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;

3. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan  Undang-Undang Nomor 36 TAHUN 2008;

4. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak

Page 13: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

PTKP ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2013 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menjalankan kewajiban PPh Pasal 21 dan PPh Orang Pribadi

Penerapan PTKP Dalam Perhitungan PPh Pasal 21 Dan PPh Orang Pribadi Tahun 2013

Penerapan ketentuan tersebut ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.

Contoh :

Tahun 2013 Tuan Tugiyo status Kawin anak 1 .

Pada Pebruari Tahun 2013 Isteri Tuan Tugiyo melahirkan anak.

PTKP Tahun 2013 untuk status Tuan Tugiyo adalah Kawin anak 1

Penerapan PTKP Tahun 2013 untuk satu tahun :

PTKP Untuk Laki-laki Tidak Kawin dan Wanita (kawin/tidak kawin)STATUS TK/0 TK/1 TK/2 TK/3Wajib Pajak (Laki-laki tidak kawin & Wanita)

24.300.000 26.325.000 28.350.000 30.375.000

Penjelasan  :

Status Wanita meskipun sudah kawin tetap mempunyai PTKP tidak kawin kecuali dapat membuktikan bahwa suami tidak bekerja (dari Instansi terkait/kelurahan)

TK/0  = Tidak Kawin tidak ada tanggungan ( 24.300.000 )

TK/1  = Tidak Kawin memiliki 1 (satu) tanggungan ( 24.300.000 + 2.025.000)

TK/2  = Tidak Kawin memiliki 2 (dua) tanggungan ( 24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000)

TK/3  = Tidak Kawin memiliki 3 (tiga) tanggungan ( 24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000 + 2.025.000)

PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Tidak Bekerja/Tidak UsahaSTATUS K/0 K/1 K/2 K/3Istri Tdk Kerja/ Tdk Usaha

26.325.000 28.350.000 30.375.000 32.400.000

Penjelasan Isteri Tidak Bekerja:

K/0  = Kawin tidak ada tanggungan ( 24.300.000 + 2.025.000 )

K/1  = Kawin memiliki 1 (satu) tanggungan ( 24.300.000 + 2.025.000+2.025.000)

K/2  = Kawin memiliki 2 (dua) tanggungan ( 24.300.000 + 2.025.000+2.025.000+2.025.000)

Page 14: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

K/3  = Kawin memiliki 3 (tiga) tanggungan ( 24.300.000 + 2.025.000+2.025.000+2.025.000+2.025.000)

PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Bekerja/UsahaSTATUS K/I/0 K/I/1 K/I/2 K/I/3Istri Kerja/Usaha 50.625.00 52.650.000 54.675.000 56.700.000Penjelasan Isteri Bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja atau usaha :

PTKP untuk isteri yang bekerja pada satu pemberi kerja tidak digabung dengan suami, yang digabung dengan PTKP suami hanya yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja dan/atau isteri yang usaha (penghasilan digabung dengan penghasilan suami)

K/I/0  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha tidak ada tanggungan ( 24.300.000 + 24.300.000+2.025.000 )

K/I/1  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 1 (satu) tanggungan ( 24.300.000 + 24.300.000+2.025.000+2.025.000)

K/I/2  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 2 (dua) tanggungan ( 24.300.000 +24.300.000+ 2.025.000+2.025.000+2.025.000)

K/I/3  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 3 (tiga) tanggungan ( 24.300.000 + 24.300.000+2.025.000+2.025.000+2.025.000+2.025.000)

PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan neto wajib pajak orang pribadi jumlahnya dibawah PTKP tidak akan terkena Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29.

PTKP digunakan untuk perhitungan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi dan Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21.

PTKP ditetapkan oleh pemerintah dengan melihat kondisi perekonomian yang terjadi di Indonesia, sehingga jumlah PTKP bisa saja berbeda dari Tahun ke Tahun.

Jumlah  PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) Tahun 2011 dan Tahun 2012 adalah sebagai berikut :

a. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

b. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;

c. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan

d. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Page 15: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Penerapan ketentuan tersebut ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.

Contoh :

Tahun 2010 Tuan A status Kawin anak 1 .

Pada Pebruari Tahun 2011 Isteri Tuan A melahirkan anak.

PTKP Tahun 2011 untuk status Tuan A adalah Kawin anak 1

Penerapan PTKP Tahun 2012 Dan 2011 untuk satu tahun :

PTKP Untuk Laki-laki Tidak Kawin dan Wanita (kawin/tidak kawin)STATUS TK/0 TK/1 TK/2 TK/3Wajib Pajak (Laki-laki tidak kawin & Wanita)

15.840.000 17.160.000 18.480.000 19.800.000

Penjelasan  :

Status Wanita meskipun sudah kawin tetap mempunyai PTKP tidak kawin kecuali dapat membuktikan bahwa suami tidak bekerja (dari Instansi terkait/kelurahan)

TK/0  = Tidak Kawin tidak ada tanggungan (15.840.000)

TK/1  = Tidak Kawin memiliki 1 (satu) tanggungan (15.840.000+ 1.320.000)

TK/2  = Tidak Kawin memiliki 2 (dua) tanggungan (15.840.000+ 1.320.000+ 1.320.000)

TK/3  = Tidak Kawin memiliki 3 (tiga) tanggungan (15.840.000+ 1.320.000+ 1.320.000+ 1.320.000)

PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Tidak Bekerja/Tidak UsahaSTATUS K/0 K/1 K/2 K/3Istri Tdk Kerja/ Tdk Usaha

17.160.000 18.480.000 19.800.000 21.120.000

Penjelasan Isteri Tidak Bekerja:

K/0  = Kawin tidak ada tanggungan (15.840.000+ 1.320.000)

K/1  = Kawin memiliki 1 (satu) tanggungan (15.840.000+ 1.320.000+1.320.000)

K/2  = Kawin memiliki 2 (dua) tanggungan (15.840.000+ 1.320.000+1.320.000+1.320.000)

K/3  = Kawin memiliki 3 (tiga) tanggungan (15.840.000+ 1.320.000+1.320.000+1.320.000+1.320.000)

PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Bekerja/Usaha

STATUS K/I/0 K/I/1 K/I/2 K/I/3

Istri Kerja/Usaha 33.000.000 34.320.000 35.640.000 36.960.000

Page 16: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Penjelasan Isteri Bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja atau usaha :

PTKP untuk isteri yang bekerja pada satu pemberi kerja tidak digabung dengan suami, yang digabung dengan PTKP suami hanya yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja dan/atau isteri yang usaha (penghasilan digabung dengan penghasilan suami)

K/I/0  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha tidak ada tanggungan (15.840.000+ 15.840.000+1.320.000)

K/I/1  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 1 (satu) tanggungan (15.840.000+ 15.840.000+1.320.000+1.320.000)

K/I/2  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 2 (dua) tanggungan (15.840.000+15.840.000+ 1.320.000+1.320.000+1.320.000)

K/I/3  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 3 (tiga) tanggungan (15.840.000+ 15.840.000+1.320.000+1.320.000+1.320.000+1.320.000)

Besarnya PTKP Bagi Pegawai Tidak Tetap Atau Tenaga Lepas  Untuk Tahun Pajak 2013 diatur sebagai berikut :

Atas penghasilan bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang tidak di bayar secara bulanan atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah), berlaku ketentuan sebagai berikut:

1. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari belum Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah).

2. dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari melebihi Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah), dan jumlah sebesar Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) tersebut merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Yang dimaksud dengan Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah satuan atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.

Dalam hal Pegawai Tidak Tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender melebihi Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) maka jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar PTKP yang sebenarnya.

PTKP yang sebenarnya  adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya.

PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP per tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)  PER-31/PJ/2012 Tanggal 27 Desember 2012   dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) hari.

Dalam hal berdasarkan ketentuan di bidang ketenagakerjaan diatur kewajiban untuk mengikutsertakan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas dalam program jaminan hari tua atau tunjangan hari tua, maka iuran jaminan hari tua atau iuran tunjangan hari tua yang dibayar sendiri oleh pegawai tidak tetap kepada badan penyelenggara

Page 17: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

jaminan sosial tenaga kerja atau badan penyelenggara tunjangan hari tua, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Dalam hal berdasarkan ketentuan di bidang ketenagakerjaan diatur kewajiban untuk mengikutsertakan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas dalam program jaminan hari tua atau tunjangan hari tua, maka iuran jaminan hari tua atau iuran tunjangan hari tua yang dibayar sendiri oleh Pegawai Tidak Tetap kepada badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja atau badan penyelenggara tunjangan hari tua, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan  Pegawai Tidak Tetap Atau Tenaga Lepas  Untuk Tahun Pajak 2013 :

Radi dengan status belum menikah pada bulan April  2013 bekerja sebagai buruh harian CV. Kayu Jati Indah. Ia bekerja selama 15 hari dan menerima upah harian sebesar Rp 150.000,00

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang sehari  s/d hari ke-13 :

Upah sehari 150.000

Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan pemotongan PPh

200.000

Penghasilan Kena Pajak sehari 0

PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari: 0

Sehingga sampai dengan hari ke-13 karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp2.025.000,00, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong.

Pada hari ke-14 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp2.025.000,00, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang pada hari ke-14 :

Upah s/d hari ke-14(150.000 x 14) 2.100.000

PTKP sebenarnya14 x (24.300.000/360) 945.000

Penghasilan Kena Pajak  s/d hari ke-14(2.100.000-945.000)

1.155.000

PPh Pasal 21 terutang s/d hari ke-14(5 % x 1.155.000)

57.750

PPh Pasal 21 yang telah dipotong s/d hari ke-13 0

PPh Pasal 21 yang harus dipotong 57.750

Sehingga pada hari ke-14, upah bersih yang diterima Radi sebesar:Rp 150.000,00 – Rp 57.750,00 = Rp 92.250,00

Apabila Radi bekerja selama 15 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke – 15 adalah sebagai berikut :

Page 18: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Pada hari kerja ke-15, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:

Upah sehari 150.000

PTKP sehari(untuk WP sendiri : 24.300.000/360)

67.500

Penghasilan Kena Pajak 82.500

PPh Pasal 21 terutang(5% x 82.000) 4.100

Sehingga pada hari ke-15, Radi menerima upah bersih sebesar:Rp 150.000,00 – Rp 4.100,00 = Rp 145.900,00

Catatan :

Apabila Radi tidak memiliki NPWP maka tarif PPh Pasal 21 ditambah 20 % dari Tarif tersebut atau ditambah 1 %, jadi kalau tidak memiliki NPWP Tarif PPh Pasal 21 untuk Radi menjadi 6 % x PKP (Penghasilan Kena Pajak)

Besarnya PTKP Bagi Pegawai Tidak Tetap Atau Tenaga Lepas Untuk Tahun Pajak 2012 diatur sebagai berikut :

Atas penghasilan bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang tidak di bayar secara bulanan atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah), berlaku ketentuan sebagai berikut:

1. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari belum melebihi Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah).

2. Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari melebihi Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah), dan jumlah sebesar Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) tersebut merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Yang dimaksud dengan Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah satuan atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.

Dalam hal pegawai tidak tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender melebihi Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) , maka jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar PTKP yang sebenarnya.

PTKP yang sebenarnya  adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari    kerja yang sebenarnya.

PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP per tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) PER DJP No. PER-57/PJ/2009 Tanggal 12 Oktober 2009  Tentang Perubahan Atas PER DJP No.PER-31/PJ/2009   dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) hari.

Page 19: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Dalam hal berdasarkan ketentuan di bidang ketenagakerjaan diatur kewajiban untuk mengikutsertakan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas dalam program jaminan hari tua atau tunjangan hari tua, maka iuran jaminan hari tua atau iuran tunjangan hari tua yang dibayar sendiri oleh pegawai tidak tetap kepada badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja atau badan penyelenggara tunjangan hari tua, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Dalam hal pegawai tidak tetap memperoleh penghasilan yang dibayarkan secara bulanan, maka jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar PTKP yang sebenarnya (sama dengan PTKP untuk pegawai tetap)

Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Pengawai Tidak Tetap Untuk Tahun Pajak 2012 :

Tugino dengan status belum menikah pada bulan Oktober  2012 bekerja sebagai buruh harian CV. Sapu Jagat. Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp 150.000,00

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang:

Upah sehari 150.000

Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan pemotongan PPh

150.000

Penghasilan Kena Pajak sehari 0

PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari: 0

Sampai dengan hari ke-8, karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp 1.320.000,00, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong.

Pada hari ke-9 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp 1.320.000,00, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang pada hari ke-9 :

Upah s/d hari ke-9(150.000 x 9) 1.350.000

PTKP sebenarnya9 x (15.840.000/360) 396.000

Penghasilan Kena Pajak  s/d hari ke-9(1.350.000-396.000)

954.000

PPh Pasal 21 terutang s/d hari ke-9(5 % x 954.000) 47.700

PPh Pasal 21 yang telah dipotong s/d hari ke-8 0

PPh Pasal 21 yang harus dipotong 47.700

Sehingga pada hari ke-9, upah bersih yang diterima Tugino sebesar:Rp 150.000,00 – Rp 47.700,00 = Rp 102.300,00

Apabila Tugino bekerja selama 10 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke – 10 adalah sebagai berikut :

Page 20: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Pada hari kerja ke-10, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:

Upah sehari 150.000

PTKP sehari(untuk WP sendiri : 15.840.000/360)

44.000

Penghasilan Kena Pajak 106.000

PPh Pasal 21 terutang(5% x 106.000) 5.300

Sehingga pada hari ke-10, Tugino menerima upah bersih sebesar:Rp 150.000,00 – Rp 5.300,00 = Rp 144.700,00

Bukan Pegawai Yang Menerima Imbalan Bersifat Berkesinambungan memperoleh pengurangan PTKP per bulan dengan syarat :

1. Penerima penghasilan bukan pegawai dapat memperoleh pengurangan berupa PTKP sepanjang yang bersangkutan telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak

2. Penerima penghasilan bukan pegawai dapat memperoleh pengurangan berupa PTKP sepanjang yang bersangkutan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26  serta tidak memperoleh penghasilan lainnya.

3. Untuk dapat memperoleh pengurangan berupa PTKP sebagaimana dimaksud pada angka 1, penerima penghasilan bukan pegawai harus menyerahkan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, dan bagi wanita kawin harus menyerahkan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak suami serta fotokopi surat nikah dan kartu keluarga.

4. Ketiga syarat diatas bersifat kumulatif, yaitu untuk memperoleh pengurangan PTKP maka bukan pegawai yang menerima imbalan bersifat berkesinambungan harus memenuhi ketiga syarat diatas sehingga apabila salah satu syarat tidak terpenuhi maka tidak akan memperoleh pengurangan PTKP.

Besarnya PTKP Per Bulan Bagi Bukan Pegawai Yang Menerima imbalan Bersifat Berkesinambungan Untuk Tahun Pajak 2013 adalah PTKP per tahun dibagi 12 (dua belas), sebesar :

1. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

2. Rp168.750,00 (seratus enam puluh delapan ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;

3. Rp168.750,00 (seratus enam puluh delapan ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis

Page 21: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Untuk Tahun Pajak 2013 :

Indah Purnama adalah petugas dinas luar asuransi dari PT. Asuransi Life. Suami Indah Purnama telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan

mempunyai NPWP, dan yang bersangkutan bekerja pada PT. Jaya Abadi Sentoda. Indah Purnama telah menyampaikan fotokopi kartu NPWP

suami, fotokopi surat nikah dan fotokopi kartu keluarga kepada pemotong pajak. Indah Purnama hanya memperoleh penghasilan dari kegiatannya sebagai petugas dinas luar asuransi, dan telah menyampaikan surat pernyataan yang menerangkan hal tersebut kepada PT Asuransi Life. Indah Purnama memulai sebagai Petugas Dinas Luar Asuransi sejak tanggal 1 Nopember 2013, penghasilan yang diterima oleh Indah Purnama sebagai petugas dinas luar asuransi dari PT. Asuransi Life adalah sebagai berikut:

Bulan Penghasilan

Nopember 38.000.000

Desember 38.000.000

Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Indah Purnama yang harus dipotong oleh PT Asuransi Life adalah sebagai berikut :

Bulan Penghasilan Bruto

50 % Dari Penghasilan Bruto

PTKP PKP Tarif Pajak

PPh Pasal 21

Nopember 38.000.000 19.000.000 2.025.000 16.975.000 5 % 848.750

Desember 38.000.000 19.000.000 2.025.000 16.975.000 5 % 848.750

Total 1.697.500

 Sehingga atas penghasilan Indah Purnama selama Tahun 2013 dipotong PPh Pasal 21 sebesar Rp.1.697.500,-

Besarnya PTKP Per Bulan Bagi Bukan Pegawai Yang Menerima imbalan Bersifat Berkesinambungan untuk Tahun Pajak 2012 adalah PTKP per tahun dibagi 12 (dua belas), sebesar :

1. Rp 1.320.000,00 (15.840.000/12) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.

2. Rp 110.000,00 (1.320.000/12) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.

3. Rp 110.000,00 (1.320.000/12) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Contoh  :

Page 22: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Sukisno sebagai Pengajar (Bukan Pegawai Yang menerima imbalan bersifat berkesinambungan) di tempat kursus Bahasa Mandarin Putra Fajar. Pada bulan Pebruari 2012  memperoleh penghasilan sebesar  Rp.1.500.000,- (untuk pembayaran honor 8 kali pertemuan) dengan status belum menikah. Sukisno hanya bekerja di kursus Bahasa Mandarin Putra Fajar dan telah mempunyai NPWP serta dapat menyerahkan fotocopi NPWP.

Maka PTKP Sukisno pada bulan Pebruari 2012 adalah sebesar 1.320.000

Penghasilan Kena Pajak :

50 % x (1.500.000-1.320.000) = 90.0000

PPh Pasal 21 yang harus dipotong :

5 % x 180.000 = 4.500

Besarnya PTKP Bagi Karyawati Untuk Pemotongan PPh Pasal 21

Untuk menghitung besarnya pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh Wanita yang bekerja/karyawati maka dikurangi terlebih dahulu dengan PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak).

Besarnya PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) Bagi Karyawati Untuk Pemotongan PPh Pasal 21 untuk Tahun Pajak 2013 adalah sebagai berikut :

Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya yaitu :

1. Rp 24.300.000,-  untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.

2. Rp 2.025.000,-  tambahan untuk setiap anggota keluarga menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga (anak, anak angkat dan orang tua).

Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri yaitu sebesar Rp 24.300.000,-

Bagi karyawati kawin yang dapat menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya, yaitu :

1. Rp 24.300.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.

2. Rp 2.025.000 tambahan untuk Wajib Pajak status kawin.

3. Rp 2.025.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.

Page 23: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Besarnya PTKP untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender yang bersangkutan.

Contoh 1 :

Sumarni menikah pada tanggal 2 Januari 2013, maka PTKP Sumarni untuk tahun 2013 adalah tetap status tidak kawin (TK) yaitu sebesar Rp 24.300.000,-

Contoh 2 :

Diana menikah pada tanggal 30 Desember 2012, maka PTKP Diana untuk tahun 2013 adalah status kawin (K) yaitu sebesar Rp 24.300.000,-

Contoh 3 :

Srikandi menikah pada tanggal 25 Maret  2012 dan dapat menunjukkan surat keterangan dari Kecamatan bahwa Suaminya tidak memperoleh penghasilan/tidak bekerja/nganggur  maka PTKP Srikandi untuk tahun 2013 adalah status kawin (K) yaitu sebesar Rp 26.325.000,- dengan perhitungan sebagai berikut :

PTKP untuk diri sendiri 24.300.000

PTKP status kawin 2.025.000

Total PTKP 26.325.000

Besarnya PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) Bagi Karyawati Untuk Pemotongan PPh Pasal 21 Tahun Pajak 2012 adalah sebagai berikut :

Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri yaitu sebesar 15.840.000.

Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya yaitu :

1. 15.840.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.

2. 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Bagi karyawati kawin yang dapat menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya, yaitu :

1. 15.840.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.

2. 1.320.000 tambahan untuk Wajib Pajak status kawin.

Page 24: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

3. 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. 

Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.

Besarnya PTKP untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender yang bersangkutan.

Contoh :

Rini menikah pada tanggal 2 Januari 2012, maka PTKP Rini untuk tahun 2012 adalah status tidak kawin (TK)

Tarif Pajak PPh Pasal 21 Untuk Pegawai Tetap Untuk Tahun Pajak 2012 dan 2013 adalah sebagai berikut :

Tarif PPh Pasal 21 Berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, yaitu :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

5%(lima persen)

di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

15%(lima belas persen)

di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

25%(dua puluh lima persen)

di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

30%(tiga puluh persen)

Contoh Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Pegawai Tetap Untuk Tahun Pajak 2013  :

Mikha bekerja sebagai Karyawan Tetap pada CV.Musik Jaya Abadi dengan gaji setiap bulan sebesar Rp.10.000.000,- . Mikha mempunyai status belum kawin. Mikha sudah bekerja pada CV.Musik Jaya Abadi sejak Tahun 2012.

Perhitungan PPh Pasal 21  Untuk Tahun Pajak 2013 adalah sebagai berikut :

Gaji 1 bulan :  10.000.000

Biaya Jabatan :     500.000

(5 % x 10.000.000 )

Page 25: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Penghasilan Neto Sebulan : 9.500.000

(10.000.000 – 500.000)

Penghasilan Neto Setahun : 114.000.000

(9.500.000 x 12)

PTKP (TK/0) : :  24.300.000

Penghasilan Kena Pajak :   89.700.000

(114.000.000 -24.300.000)

PPh Terutang setahun :     8.455.000

5   % x 50.000.000 = 2.500.000

15 % x 39.700.000 = 5.955.000

PPh Pasal 21 sebulan :         704.583

(8.455.000 / 12 )

Jadi PPh Pasal 21 yang harus dipotong CV.Musik Jaya Abadi atas penghasilan Mikha adalah :

PPh Pasal 21 setahun sebesar        Rp. 8.455.000,-

PPh Pasal 21 setiap bulan sebesar Rp.    704.583,-

 

Contoh Perhitungan  Pemotongan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Pegawai Tetap Untuk Tahun Pajak 2012 :

Tugimin sebagai karyawan CV.Sandal Jepit dengan status belum menikah memperoleh penghasilan sebulan berupa gaji sebesar Rp.10.000.000,-

Perhitungan PPh Pasal 21  Untuk Tahun Pajak 2012 adalah sebagai berikut :

Gaji 1 bulan :  10.000.000

Biaya Jabatan :     500.000

(5 % x 10.000.000 )

Penghasilan Neto Sebulan : 9.500.000

(10.000.000 – 500.000)

Penghasilan Neto Setahun : 114.000.000

(9.500.000 x 12)

PTKP (TK/0) : :  15.840.000

Penghasilan Kena Pajak :   98.160.000

Page 26: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

(114.000.000 -15.840.000)

PPh Terutang setahun : 9.724.000

5   % x 50.000.000 = 2.500.000

15 % x 48.160.000 = 7.224.000

PPh Pasal 21 sebulan :         810.333

(9.724.000 / 12 )

Jadi PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh CV.Sandal Jepit atas penghasilan Tugimin adalah :

PPh Pasal 21 setahun sebesar Rp.9.724.000,-

PPh Pasal 21 sebulan sebesar Rp.    810.833,-

Dasar Pengenaan Dan Pemotongan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Bagi Pegawai Tidak Tetap Atau Tenaga Kerja Lepas Yang Tidak Di Bayar Secara Bulanan Untuk Tahun Pajak 2013 adalah sebagai berikut :

Atas penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang tidak dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah), berlaku ketentuan sebagai berikut:

1. tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari belum melebihi Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah);

2. dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari melebihi Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah), dan jumlah sebesar Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) tersebut merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Rata-rata penghasilan sehari sebagaimana tersebut diatas adalah rata-rata upah mingguan, upah satuan, atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.

Dalam hal Pegawai Tidak Tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender melebihi Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) maka jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar PTKP yang sebenarnya.

PTKP yang sebenarnya sebagaimana dimaksud diatas adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya.

PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP per tahun dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) hari.

Page 27: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Dalam hal berdasarkan ketentuan di bidang ketenagakerjaan diatur kewajiban untuk mengikutsertakan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas dalam program jaminan hari tua atau tunjangan hari tua, maka iuran jaminan hari tua atau iuran tunjangan hari tua yang dibayar sendiri oleh Pegawai Tidak Tetap kepada badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja atau badan penyelenggara tunjangan hari tua, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Bagi Pegawai Tidak Tetap Atau Tenaga Kerja Lepas Yang Tidak Di Bayar Secara Bulanan Untuk Tahun Pajak 2013 adalah sebagai berikut :

Sumarno yang mempunyai status belum menikah selama bulan Maret 2013 bekerja sebagai buruh harian pada CV Arjuna Maju dengan upah sehari sebesar Rp. 200.000,-.

Apabila Sumarno bekerja selama 10 hari maka Penghitungan PPh Pasal 21 terutang adalah :

Upah sehari 200.000

Dikurangi batas upah harian tidak dilakukanpemotongan PPh

200.000

Penghasilan Kena Pajak sehari(200.000 – 200.000) 0

PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari 0

Sampai dengan hari ke-10, karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp2.025.000,00 maka tidak ada PPh Pasal 21 yang

dipotong.

Apabila Sumarno bekerja selama 11 hari maka Penghitungan PPh Pasal 21 terutang adalah :

Pada hari ke-11 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp2.025.000,00, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah

setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya, yaitu :

Upah s.d hari ke-11(Rp200.000,00 x 11) 2.200.000

PTKP sebenarnya:11 x (Rp24.300.000,00/ 360) 742.500

Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-11(2.200.000 – 742.500)

1.457.500

PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-11(5% x 1.457.500)

72.875

PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke-10

0

PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-11(72.875 – 0)

72.875

Page 28: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Sehingga pada hari ke-11, upah bersih yang diterima oleh Sumarno adalah  sebesar: Rp200.000,00 – Rp72.875,00= Rp127.125,00

Apabila Sumarno bekerja selama 12 hari maka Penghitungan PPh Pasal 21 terutang adalah :

Pada hari ke-12 jumlah kumulatif upah yang diterima oleh Sumarno telah melebihi Rp2.025.000,00, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya, yaitu :

Upah sehari 200.000

PTKP Sehari :

untuk WP sendiri (24.300.000 : 360)

67.500

Penghasilan Kena Pajak hari ke-12(200.000- 67.500)

132.500

PPh Pasal 21 terutang hari ke-12(5% x 132.500)

6.625

Sehingga pada hari ke-12, Sumarno menerima upah bersih sebesar: Rp200.000,00 – Rp6.625,00 = Rp193.375,00

 

Dasar Pengenaan Dan Pemotongan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Bagi Pegawai Tidak Tetap Atau Tenaga Kerja Lepas Yang Tidak Di Bayar Secara Bulanan Untuk Tahun Pajak 2012 .

Bagi Perusahaan yang mempunyai karyawan dengan status Pegawai Tidak Tetap Atau Tenaga Kerja Lepas Yang Tidak Di Bayar Secara Bulanan  Atau Jumlah Kumulatifnya Dalam 1 (satu) Bulan Kalender Belum Melebihi Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah), maka berlaku ketentuan sebagai sebagai berikut :

1. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari belum melebihi Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah).

2. Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari melebihi Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah), dan jumlah sebesar Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) tersebut merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan upah satuan atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.

Dalam hal pegawai tidak tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender melebihi Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) , maka jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar PTKP yang sebenarnya.

PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya.

Page 29: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP per tahun dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) hari.

Dalam hal berdasarkan ketentuan di bidang ketenagakerjaan diatur kewajiban untuk mengikutsertakan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas dalam program jaminan hari tua atau tunjangan hari tua, maka iuran jaminan hari tua atau iuran tunjangan hari tua yang dibayar sendiri oleh pegawai tidak tetap kepada badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja atau badan penyelenggara tunjangan hari tua, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Dasar Pengenaan Dan Pemotongan PPh Pasal 21 Untuk Tahun Pajak 2013 adalah sebagai berikut :

Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi:

1. Pegawai Tetap;

2. penerima pensiun berkala;

3. Pegawai Tidak Tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah);

4. Bukan Pegawai yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan dengan syarat hanya bekerja pada satu pemberi kerja dan tidak mempunyai penghasilan lain serta sudah memiliki NPWP.

Jumlah penghasilan yang melebihi Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sehari, yang berlaku bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah);

50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi Bukan Pegawai  yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan;

50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi Bukan Pegawai  yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja atau mempunyai penghasilan lain atau tidak memiliki NPWP.

Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima penghasilan tersebut diatas.

 

Dasar Pengenaan Dan Pemotongan PPh Pasal 21 Untuk Tahun Pajak 2012 adalah sebagai berikut :

Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi :

Page 30: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

1. Pegawai tetap.

2. Penerima pensiun berkala.

3. Pegawai tidak tetap yang penghasilannya di bayar secara bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah).

4. Bukan pegawai yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan.

Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) sehari, yang berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah).

50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi bukan pegawai yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan.

Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima penghasilan sebagaimana di maksud diatas yaitu :

1. Jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama.

2. Jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi , tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.

3. Jumlah penghasilan bruto berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

4. Jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah, yang diterima oleh peserta kegiatan

Cara Dan Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Pegawai Tidak Tetap Atau Tenaga Lepas Yang Dibayar Secara Harian Tahun 2013

Sujarwo dengan status belum menikah dan telah memiliki NPWP, pada bulan Maret  2013 bekerja sebagai buruh harian CV. Besi Tulen. Ia bekerja selama 15 hari dan menerima upah harian sebesar Rp 150.000,00

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang:

Upah sehari 150.000

Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan pemotongan PPh

200.000

Page 31: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Penghasilan Kena Pajak sehari 0

PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari: 0

Sampai dengan hari ke-13, karena jumlah kumulatif upah yang diterima sebesar Rp.1.950.000,00 sehingga belum melebihi Rp 2.025.000,00, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong.

Pada hari ke-14 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp 2.025.000,00, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang pada hari ke-14 :

Upah s/d hari ke-14

(150.000 x 14)

2.100.000

PTKP sebenarnya

14 x (24.300.000/360)

945.000

Penghasilan Kena Pajak  s/d hari ke-14

(2.100.000-945.000)

1.155.000

PPh Pasal 21 terutang s/d hari ke-14

(5 % x 1.155.000)

57.750

PPh Pasal 21 yang telah dipotong s/d hari ke-13 0

PPh Pasal 21 yang harus dipotong 57.750

Sehingga pada hari ke-14, upah bersih yang diterima Sujarwo sebesar:Rp 150.000,00 – Rp 47.750,00 = Rp 92.250,00

Apabila Sujarwo bekerja selama 15 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke – 15 adalah sebagai berikut :

Pada hari kerja ke-15, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:

Upah sehari 150.000

PTKP sehari

(untuk WP sendiri : 24.300.000/360)

67.500

Penghasilan Kena Pajak 82.500

PPh Pasal 21 terutang

(5% x 82.500)

4.125

Sehingga pada hari ke-15, Sujarwo menerima upah bersih sebesar:Rp 150.000,00 – Rp 4.125,00 = Rp 145.875,00

Page 32: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Cara Dan Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Bonus Dan THR (Tunjangan Hari Raya) Yang Diterima Oleh Pegawai Tetap Untuk Tahun Pajak 2013

Radite pada tahun 2013 bekerja di PT. Abadi Jaya Sentosa dengan gaji sebulan Rp 4.000.000,-  . Pada bulan Juli 2013 selain menerima gaji Radite juga menerima THR (Tunjangan Hari Raya) sebesar Rp.4.000.000,-.

Radite memiliki status tidak menikah.

Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR (penghasilan setahun):

Gaji (12 x 4.000.000) 48.000.000

THR   4.000.000

Penghasilan Bruto Setahun (48.000.000 + 4.000.000) 52.000.000

Pengurangan  :   2.600.000

- Biaya jabatan (5 % x 52.000.000)

Penghasilan Neto setahun (52.000.000 – 2.600.000) 49.400.000

PTKP

- Untuk WP sendiri 24.300.000

Penghasilan Kena Pajak (49.400.000-24.300.000)  25.100.000

PPh Pasal 21 Terutang (5% x 25.100.000) 1.255.000

 PPh Pasal 21 atas Gaji setahun :

Gaji (12 x 4.000.000) 48.000.000

Pengurangan  :   2.400.000

- Biaya jabatan (5 % x 48.000.000)

Penghasilan Neto setahun (48.000.000 – 2.400.000) 45.600.000

PTKP

- Untuk WP sendiri 24.300.000

Penghasilan Kena Pajak (45.600.000-24.300.000)  21.300.000

PPh Pasal 21 Terutang (5% x 21.300.000) 1.065.000

PPh Pasal 21 Terutang  sebulan

(1.065.000 : 12) 88.750

  PPh Pasal 21 atas THR :

Page 33: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

1. PPh Pasal 21 atas (Gaji + THR) -  PPh Pasal 21 atas Gaji

2. PPh Pasal 21 atas THR : 1.255.000-1.065.000= 190.000

Jadi PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT. Abadi Jaya Sentosa atas penghasilan Radite atas penghasilan bulan Juli 2013 adalah :

PPh Pasal 21 atas Gaji Bulan Juli 2013 88.750

PPh Pasal 21 atas THR 190.000

Pemotongan PPh Pasal 21 Masa Pajak Juli 2013

(88.750+190.000) 278.250

Page 34: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Pengertian PPh Pasal 26 adalah :

Pajak Penghasilan yang dikenakan Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia. Wajib Pajak Luar Negeri bertempat tinggal di Indonesia atau di luar Indonesia

Pengenaan PPh Pasal 26 menganut dua sistem pengenaan pajak, yaitu :

Pemenuhan sendiri kewajiban perpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

PPh Pasal 26 dikenakan terhadap laba BUT setelah dikurangi pajak penghasilan yang tidak ditanamkan kembali di Indonesia dan PPh Pasal 26 dilunasi melalui penyetoran sendiri serta dilaporkan sebagai lampiran SPT Tahunan PPh Badan.

Pemenuhan kewajiban perpajakan melalui pemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar negeri lainnya selain bentuk usaha tetap.

Pemotongan PPh Pasal 26 wajib dilakukan oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia.

Penghasilan Objek Pajak PPh Untuk BUT (Bentuk Usaha Tetap)

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, dikenakan pajak di Indonesia melalui bentuk usaha tetap tersebut.

Jenis Objek Pajak PPh Untuk BUT (Bentuk Usaha Tetap)  antara lain :

Penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap tersebut dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai.

Bentuk usaha tetap dikenakan pajak atas penghasilan yang berasal dari usaha atau kegiatan dan dari harta yang dimiliki atau dikuasainya. Dengan demikian semua penghasilan tersebut dikenakan pajak di Indonesia.

Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap di Indonesia.

Berdasarkan ketentuan ini penghasilan kantor pusat yang berasal dari usaha atau kegiatan, penjualan barang dan pemberian jasa, yang sejenis dengan yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap dianggap sebagai penghasilan bentuk usaha tetap, karena pada hakikatnya usaha atau kegiatan tersebut termasuk dalam ruang lingkup usaha atau kegiatan dan dapat dilakukan oleh bentuk usaha tetap.

Page 35: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Usaha atau kegiatan yang sejenis dengan usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap, misalnya terjadi apabila sebuah bank di luar Indonesia yang mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia, memberikan pinjaman secara langsung tanpa melalui bentuk usaha tetapnya kepada perusahaan di Indonesia.

Penjualan barang yang sejenis dengan yang dijual oleh bentuk usaha tetap, misalnya kantor pusat di luar negeri yang mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia menjual produk yang sama dengan produk yang dijual oleh bentuk usaha tetap tersebut secara langsung tanpa melalui bentuk usaha tetapnya kepada pembeli di Indonesia.

Pemberian jasa oleh kantor pusat yang sejenis dengan jasa yang diberikan oleh bentuk usaha tetap, misalnya kantor pusat perusahaan konsultan di luar Indonesia memberikan konsultasi yang sama dengan jenis jasa yang dilakukan bentuk usaha tetap tersebut secara langsung tanpa melalui bentuk usaha tetapnya kepada klien di Indonesia.

Penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara bentuk usaha tetap dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud.

Penghasilan seperti dimaksud dalam Penjelasan Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat dianggap sebagai penghasilan bentuk usaha tetap di Indonesia, apabila terdapat hubungan efektif antara harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dengan bentuk usaha tetap tersebut. Misalnya, X Inc. menutup perjanjian lisensi dengan PT Y untuk mempergunakan merek dagang X Inc. Atas penggunaan hak tersebut X Inc. menerima imbalan berupa royalti dari PT Y. Sehubungan dengan perjanjian tersebut X Inc. juga memberikan jasa manajemen kepada PT Y melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, dalam rangka pemasaran produk PT Y yang mempergunakan merek dagang tersebut.

Dalam hal demikian, penggunaan merek dagang oleh PT Y mempunyai hubungan efektif dengan bentuk usaha tetap di Indonesia, dan oleh karena itu penghasilan X Inc. yang berupa royalti tersebut diperlakukan sebagai penghasilan bentuk usaha tetap.

Jenis Biaya/Pengeluaran Yang Boleh Dikurangkan Dari Penghasilan Kena Pajak Untuk BUT (Bentuk Usaha Tetap)  adalah : Biaya/Pengeluaran yang dikeluarkan untuk operasional usaha dari BUT itu sendiri. Biaya/Pengeluaran yang dikeluarkan sehubungan dengan penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap di Indonesia yang menjadi penghasilan BUT tersebut. Biaya/Pengeluaran yang dikeluarkan sehubungan dengan penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara bentuk usaha tetap dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud yang menjadi penghasilan BUT. Biaya-biaya administrasi yang dikeluarkan oleh kantor pusat sepanjang digunakan untuk menunjang usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap di Indonesia, boleh dikurangkan dari penghasilan bentuk usaha tetap tersebut. Jenis serta besarnya biaya yang boleh dikurangkan tersebut ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Page 36: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

enis Biaya Deductible/Biaya Yang Boleh Dikurangkan Dari Penghasilan Kena Pajak Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, Badan Dan BUT  adalah :

biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah dan sebagainya, sedangkan pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi.

Biaya tersebut antara lain :

Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Dengan demikian, apabila pengeluaran yang melampaui batas kewajaran tersebut dipengaruhi oleh hubungan istimewa, jumlah yang melampaui batas kewajaran tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Selain itu pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan yang telah dipotong PPh Final tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha antara lain:

1. Biaya pembelian bahan.

2. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang.

3. Bunga, sewa, dan royalty. Tetapi bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang dividen yang diterimanya tidak merupakan objek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f UU No.36 Tahun 2008 Tentang PPh. Bunga pinjaman yang tidak boleh dibiayakan tersebut dapat dikapitalisasi sebagai penambah harga perolehan saham.

4. Biaya perjalanan.

5. Biaya pengolahan limbah.

6. Premi asuransi. Termasuk Pembayaran premi asuransi oleh pemberi kerja untuk kepentingan pegawainya boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan, tetapi bagi pegawai yang bersangkutan premi tersebut merupakan penghasilan.

7. Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

8. Biaya administrasi.

9. Pajak kecuali Pajak Penghasilan. Pajak-pajak yang menjadi beban perusahaan dalam rangka usahanya selain Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan

Page 37: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Bangunan (PBB), Bea Meterai (BM), Pajak Hotel, dan Pajak Restoran, dapat dibebankan sebagai biaya.

Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A UU No.36 Tahun 2008 Tentang PPh. Pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan pembayaran di muka, misalnya sewa untuk beberapa tahun yang dibayar sekaligus, pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi.

Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

Kerugian selisih kurs mata uang asing.

Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.

Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat :

1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.

2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan.

3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.

4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; UU No.36 Tahun 2008 Tentang PPh.

yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 38: Rmk Pph 21 (Buat Baca2)

Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pembentukan atau pemupukan dana cadangan untuk usaha :

1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.

2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan.

4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.

5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan.

6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industry

yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan pemberian natura dan kenikmatan berikut ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja dan bukan merupakan penghasilan pegawai yang menerimanya, yaitu :

1. penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tersebut dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah terpencil;

2. pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, seperti pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam), antar jemput karyawan, serta penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya

3. pemberian atau penyediaan makanan dan atau minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.