Upload
nguyenkhanh
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kata Pengantar
Robohnya MK Kami
Tepat 10 tahun setelah Mahkamah Konstitusi (MK) didirikan pada tahun 2003, MK
mengalami musibah maha dahsyat. Ketua MK Akil Mochtar tertangkap tangan oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diduga menerima suap (tindak pidana korupsi)
terkait dengan jabatan dan kewenangannya dalam menyelesaikan sengketa pemilukada.
Sehari setelahnya Akil Mochtar ditetapkan sebagai tersangka. Kasus ini merupakan
kejadian paling menghebohkan dalam sejarah pemberantasan korupsi dan penangkapan
pejabat negara paling tinggi yang pernah dilakukan KPK. Jelas, kasus ini tidak hanya
musibah Akil Mochtar, namun juga musibah MK sebagai pemegang kekuasaan kehakiman
tertinggi bersama Mahkamah Agung (MA).
Untuk pertama kalinya, kepercayaan terhadap Mahkamah Konstitusi berada pada titik
nadir. Pasca penangkapan ketuanya, kepercayaan publik terhadap MK merosot dibawah
30 %. Publik yang masih percaya kepada MK hanya 28.0 %. Sedangkan mayoritas publik
yaitu sebesar 66.5 % tidak lagi percaya kepada MK sebagai benteng terakhir penegakan
hukum di Indonesia.
Sebelum “malapetaka Akil” ini, kepercayaan terhadap MK justru sebaliknya selalu diatas
60 %. LSI pernah menanyakan pertanyaan yang sama tentang kepercayaan publik
terhadap MK pada survei nasional LSI tahun 2010, 2011, 2012, dan terakhir Maret 2013.
2 Survey Nasional LSI September 2013
Pada survei Oktober 2010, kepercayaan terhadap MK sebesar 63. 7 %. Pada survei
September 2011, mereka yang percaya terhadap MK masih sebesar 61.5 %. Bahkan pada
Maret 2013, kurang lebih 7 (tujuh) bulan sebelum “Malapetaka Akil”, kepercayaan terhadap
MK masih sebesar 65.5 %. Artinya hanya dalam tempo 7 bulan, kepercayaan terhadap MK
merosot 37 %. “Hanya butuh seorang Akil dalam sehari untuk merobohkan MK”. Hal ini
dimaklumi karena sakralnya lembaga MK selama ini dan posisi Akil Mochtar sendiri sebagai
ketuanya.
Demikian salah satu temuan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI). LSI langsung
mengadakan survei khusus mengenai trust publik terhadap MK pasca penangkapan Ketua
MK. Survei ini dapat dilakukan dengan cepat karena LSI memiliki perangkat handset yang
disebut quick poll yang telah digunakan sejak tahun 2011 untuk survei opini publik. Survei
ini menggunakan metode multistage random sampling dengan 1200 responden dan margin
of error sebesar +/- 2.9 %. Survei dilaksanakan di 33 propinsi di Indonesia pada tanggal 4-5
Oktober 2013. Untuk memperkuat data dan analisa, kami juga menggunakan data tracking
survey terkait kinerja MK pada survei-survei nasional sebelumnya. Kami juga melengkapi
survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth
interview untuk memperkaya analisa.
Mereka yang tidak percaya lagi dengan kredibilitas MK merata di semua segmen
penduduk. Baik mereka yang tinggal di desa maupun mereka yang tinggal di kota, berjenis
laki-laki maupun perempuan, berpendidikan tinggi maupun rendah, dan berpendapatan
tinggi maupun rendah. Rata-rata diatas 60 % pada setiap segmen penduduk.
3 Survey Nasional LSI Januari 2013
4
Namun demikian mereka yang berjenis kelamin laki-laki, tinggal di desa, dan berpendidikan
rendah, paling mencolok tingkat ketidakpercayaan terhadap kredibilitas MK. Hal ini
dimaklumi karena dari berbagai hasil survei yang dilakukan LSI, laki-laki biasanya lebih aktif
dalam mengikuti pemberitaan politik dibanding perempuan. Masyarakat di desa dan
berpendidikan rendah juga lebih tinggi tingkat ketidakpercayaan terhadap MK karena
biasanya mereka menilai sebuah kasus dengan “kacamata kuda”, hitam-putih,dan benar-
salah. Sehingga ketika muncul kasus Akil, mereka pun menghukum lembaga yang
dipimpinnya. Sedangkan sebagian masyarakat kota masih mampu membedakan antara
persoalan individu Akil, dan lembaganya. Mereka tak secara otomatis menghukum lembaga
yang dipimpinnya. Namun jika persoalan suap Akil Mochtar ini berkembang dan menyeret
hakim konstitusi lainnya, dapat dibayangkan bahwa ketidakpercayaan terhadap lembaga
MK pun akan merebak merata dan mencolok baik di segmen masyarakat kota maupun
desa.
Ketika kasus suap yang melibatkan Ketua MK Akil Mochtar ini terkuak, banyak orang
terheran-heran. Lembaga semulia MK, yang selama ini dipercaya sebagai benteng terakhir
penegakan hukum akhirnya terperangkap dalam kubangan korupsi. Mayoritas publik (64.16
%) menyatakan terkejut dan tak menduga sebelumnya bahwa hakim konstitusi apalagi
ketuanya sendiri akan melakukan tindak pidana korupsi. Namun demikian terdapat 35.40 %
publik yang mengaku tidak terkejut dan sudah menduga bahwa ada kasus-kasus korupsi
dalam lembaga semulia MK. Mereka yang mengaku tidak terkejut lebih banyak berada dan
tinggal di Kota. Akses media publik kota yang lebih intens memungkinkan mereka
mengetahui lebih banyak soal seluk beluk MK dan track record dari hakim-hakimnya.
Survey Nasional LSI Januari 2013
5
Kasus Akil ternyata tidak hanya berdampak pada kepercayaan terhadap institusi
MK, namun juga penegakan hukum secara umum. Kini mereka yang puas
terhadap penegakan hukum di Indonesia hanya 25.0 %. Turun kurang lebih 10 %
dibanding survei Maret 2013 yang saat itu mereka yang puas terhadap penegakan
hukum masih sekitar 35.6 % (tetap masih rendah dibawah 40 %).
Kasus Akil juga berdampak pada kepercayaan publik terhadap hakim-hakim
konstitusi MK . Kini publik menilai bahwa hakim-hakim di MK tidak berbeda dengan
hakim-hakim peradilan lainnya yang diopinikan rawan korup dan minim integritas.
Hanya 19.91 % publik yang menilai bahwa hakim MK lebih bersih dari hakim-hakim
di peradilan lainnya. Sedangkan 72.69 % menilai hakim-hakim konstitusi di MK
berkelakuan sama saja (rawan korup dan minim integritas) dengan hakim di
peradilan lainnya.
Dengan kasus Akil, kini mayoritas publik juga menilai bahwa tidak ada hakim yang
bersih, bermoral, dan punya integritas (58. 18 %). Namun demikian, masih ada
36.64 % publik yang menaruh harapan. Mereka percaya bahwa masih ada dan
akan ada hakim yang bisa dipercaya, bermoral, dan punya integritas.
Survey Nasional LSI Januari 2013
6 Survey Nasional LSI Januari 2013
Kasus Akil yang menghebohkan dan berdampak pada kepercayaan publik terhadap
MK ini juga memicu kemarahan dari publik. Publik berharap adanya hukuman yang
setimpal kepada Akil Mochtar. Selain karena korupsi yang telah menjadi musuh
bersama bangsa ini, Akil Mochtar melakukan tindakan itu dalam jabatanya sebagai
ketua dari lembaga MK yang sangat terhormat di rumah dinasnya sendiri. Mereka
yang setuju ada hukuman yang seberat-beratnya sebesar 48.56 %. Mereka yang
setuju hukuman seumur hidup sebesar 20.86 %. Bahkan banyak juga publik yang
setuju ada hukuman mati yaitu sebesar 28.42 %.
Tingginya publik yang setuju terhadap hukuman seumur hidup maupun hukuman
mati menunjukan ekspresi kemarahan publik yang tanpa ampun. Publik mungkin
saja makin muak dengan berbagai kasus korupsi yang terus menimpa pejabat
negara terhormat.
Rendahnya kepercayaan publik terhadap MK kini sama dengan partai politik, DPR,
dan polisi yang selama ini selalu rendah tingkat kepercayaan publiknya. Tingkat
kepercayaan publik terhadap partai politik, DPR, dan polisi selama ini rata-rata
dibawah 40 %. Terhadap MK, kepercayaan publik bahkan lebih rendah lagi di
bawah 30%.
7
Merosotnya kepercayaan publik terhadap MK tentunya sangat berbahaya bagi
kelangsungan demokrasi di Indonesia. Hukum sebagai “panglima” dalam
berdemokrasi terancam, karena lembaga pemegang kekuasaan kehakiman dinilai
korup. Putusan-putusan hukum yang dibuat MK akan mengalami delegitimasi.
Seperti yang diakui sendiri oleh salah satu hakim konstitusi MK “putusan sebaik
apapun akan dinilai salah”. Dengan kewenangan MK yang sangat penting seperti
judicial review, menyelesaikan sengketa lembaga negara, dan menangani
perselisihan pemilu dan pemilukada, maka dapat dibayangkan akan ada
ketidakpastiaan hukum yang menghadang ke depan, jika MK tak cepat dibenahi
secara radikal.
Masih ada titik harapan karena publik pun yakin MK masih bisa dibenahi. Sebesar
68.40 % yakin bahwa MK masih bisa dibenahi. Sebesar 17. 82 % menyatakan tidak
yakin MK bisa dibenahi.
LSI menemukan bahwa ada tiga rekomendasi yang bisa dilakukan untuk
membenahi MK. Pertama, perlu dibentuk tim ahli untuk mereformasi MK. Tim ahli
ini adalah mereka yang berkompeten berbagai bidang yang berkaitan dengan MK,
berintegritas dan dipercaya oleh publik. Tim ini yang akan bertugas mereformasi
MK guna meminimalisir peluang penyalahgunaan kewenangan oleh hakim MK.
8
Kedua, rekruitmen terhadap hakim MK harus diperketat. Terkait dengan polemik
apakah hakim konstitusi boleh berasal dari partai politik atau tidak? Mayoritas
publik lebih setuju jika hakim konstitusi tidak berasal dari partai politik. Sebesar 54.
18 % publik menilai bahwa sebaiknya hakim konstitusi tidak berasal dari partai
politik. Sedangkan sebesar 23. 64 % menyatakan tidak mempersoalkan jika ada
hakim konstitusi berasal dari partai politik.
Ketiga, harus ada tim atau lembaga yang mengawasi kinerja MK. Lembaga
superpower seperti MK dikhawatirkan rawan penyalahgunaan kewenangan. Dan
kekhawatiran tersebut diperkuat dengan kasus Akil Mochtar. Oleh karena itu, publik
berharap ada lembaga yang bisa mengawasi kinerja MK. Sebesar 77.0 % publik
percaya MK bisa dibenahi jika ada pengawasan.
9
Temuan Penting Survei : • Kepercayaan Publik terhadap MK berada di titik terendah (Dibawah 30 %) • Kasus Penangkapan Akil Mochtar Ketua MK berdampak besar terhadap kredibilitas MK. • Kasus Akil, Kepuasaan terhadap penegakan hukum terus merosot • Kasus Akil, hakim MK mengalami delegitimasi. Dianggap sama saja dengan hakim lainnya. • Kasus Akil, mayoritas hakim dinilai korup. •Kasus Akil, publik mensejajarkan MK dengan lembaga yang tak dipercaya lainnya (DPR, Partai, Polisi). • Publik inginkan hakim MK yang tidak berasal dari partai politik Minggu, 6 September 2013 Narasumber : Ade Mulyana (0812.8379.7506 / 0811.880.3080) Moderator : Dewi Arum (0812.8038.2407)
Lingkaran Survei Indonesia Tim Riset LSI (Setia Darma, Adjie Alfaraby, Ardian Sopa, Ade Mulyana, Rully Akbar, Fitri Hari, Dewi Arum)
Survey Nasional LSI September 2013
REKOR MURI Survei Paling Akurat dan Presisi
10
6 Rekor terbaru MURI
( Museum Rekor Indonesia)
Paling Presisi 1. Quick Count yang diumumkan tercepat (1 jam setelah TPS ditutup)
2. Quick Count akurat secara berturut-turut sebanyak 100 kali
3. Quick Count dengan selisih terkecil dibandingkan hasil KPUD yaitu
0,00 % (Pilkada Sumbawa, November 2010)
Prediksi Paling Akurat 1. Survei prediksi pertama yang akurat mengenai Pilkada yang
diiklankan
2. Survei prediksi akurat Pilpres pertama yang diiklankan
3. Survei prediksi akurat Pemilu Legislatif pertama yang diiklankan
METODOLOGI SURVEI
• Metode sampling : multistage random sampling
• Jumlah responden awal : 1200 responden
• Metode Multi Stage Random Sampling
• Wawancara Handset (Quick Poll)
• Margin of error : 2.9%
• Data tracking survey nasional LSI
Survei dilengkapi dengan Riset Kualitatif
• FGD di tujuh ibu kota propinsi terbesar
• In Depth Interview
• Analsis media nasional
Pengumpulan Data : 4 – 5 Oktober 2013
11
Pasca Penangkapan Ketua MK oleh KPK Kepercayaan terhadap MK di titik terendah dibawah 30 %
12
Variabel Prosentase
Sangat percaya / percaya 28. 0 %
Kurang percaya/ tidak percaya sama sekali
66. 5%
Tidak Tahu/Tidak Jawab 5.5 %
Sebesar 66. 5 % tidak percaya
lagi dengan kredibilitas MK
Q : Seberapa percayakah anda bahwa Mahkamah Konstitusi (MK) bekerja untuk kepentingan
rakat dan dapat menetapkan putusan-putusan hukum yang adil?
Sebelum “Malapetaka Akil”
Kepercayaan terhadap MK selalu diatas 60 %
13
Dalam tempo hanya 7 bulan, kasus Akil membuat kepercayaan terhadap institusi MK merosot
sebesar +/-37%
Kepercayaan terhadap MK
Oktober 2010
September 2011
September 2012
Maret 2013
Oktober 2013
Percaya 63.7% 61.5% 63.0% 65.5% 28.0 %
Q : Seberapa percayakah anda bahwa Mahkamah Konstitusi (MK) bekerja untuk kepentingan
rakat dan dapat menetapkan putusan-putusan hukum yang adil?
Publik laki-laki dan mereka yang tinggal
di desa lebih tak percaya
14
Kategori Percaya Tidak Percaya TT/TJ
Desa 28. 44 67.11% 4. 44%
Kota 27. 42 62.90 % 9.68 %
Kategori Percaya Tidak Percaya TT/TJ
Laki - Laki 23.78 % 68.53 % 7.69 %
Perempuan 32.64 % 63.89 % 3.47 %
Q : Seberapa percayakah anda bahwa Mahkamah Konstitusi (MK) bekerja untuk kepentingan
rakat dan dapat menetapkan putusan-putusan hukum yang adil?
Laki-laki umumnya lebih aktif dalam mengikuti pemberitaan politik dibanding perempuan. Publik di Kota berpikir lebih selektif dan membedakan antara persoalan individu dan institusi. Mereka yang tingggal di desa +/- 75 % dari penduduk Indonesia.
Segmen Pendidikan Rendah
Lebih Tak Percaya
15
Kategori Percaya Tidak Percaya TT/TJ
Tamat SD/Dibawahnya 5. 50 % 75. 00 % 19. 50 %
Tamat SLTP/Dibawahnya 28.30 % 66. 04 % 5.66 %
Tamat SLTA/Dibawahnya 29.25 % 61. 32 % 9.43 %
Tamat Kuliah/Pernah Kuliah 37.84 % 60. 81 % 1.35 %
Q : Seberapa percayakah anda bahwa Mahkamah Konstitusi (MK) bekerja untuk kepentingan
rakat dan dapat menetapkan putusan-putusan hukum yang adil?
Semua segmen pendidikan ketidakpercayaanya ke MK diatas 60 %
Segmen Pendapatan Rendah
Lebih Tak Percaya
16
Kategori Percaya Tidak Percaya TT/TJ
Menengah ke atas 30. 86 % 66. 67 % 2. 47 %
Menengah – Menengah 29. 03 % 67. 74 % 3. 23 %
Menengah ke bawah 25.00 % 70. 83 % 4.17 %
Q : Seberapa percayakah anda bahwa Mahkamah Konstitusi (MK) bekerja untuk kepentingan
rakat dan dapat menetapkan putusan-putusan hukum yang adil?
Semua segmen pendapatan ketidakpercayaanya ke MK diatas 60 %
Mayoritas Tidak Menduga Sebelumnya Akan terjadi Kasus Suap di MK
17
Variabel Prosentase
Terkejut. Tidak menduga sebelumnya ada kasus seperti itu di MK
64.16 %
Tidak Terkejut. Telah menduga sebelumnya ada kasus seperti itu di MK
35.40%
Tidak Tahu/Tidak Jawab 0.44%
Sebesar 35.40 % telah menduga ada kasus seperti
itu di MK. Umumnya mereka tinggal di Kota.
Q: Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) kemarin ditangkap oleh KPK karena diduga menerima
uang suap. Apakah Anda merasa terkejut atau tidak dengan kasus ini?
Dampak Kasus Akil (1) Kepuasaan terhadap Penegakan Hukum Terus Merosot
18
Kepuasaan terhadap penegakan hukum merosot +/-
10 % pasca penangkapan Ketua MK.
Q: Seberapa puaskah bapak/ibu dengan upaya penegakan hukum sampai saat ini?
Kategori Maret 2013 Oktober 2013
Puas 35. 6 % 25. 0 %
Dampak Kasus Akil (2) Hanya 19. 91 % yang Menilai Hakim MK Lebih Bersih
19
Mayoritas publik kini menilai hakim konstitusi di MK
berkelakuan sama saja (rawan korup, minim integritas)
dengan hakim di lembaga peradilan lainnya.
Q : Dibandingkan dengan hakim di lembaga pengadilan lain, Bagaimana Anda menilai
hakim di Mahkamah Konstitusi (MK)?
Kategori %
Hakim MK Lebih Bersih dibanding hakim di Peradilan lain.
19. 91 %
Hakim MK sama saja dengan hakim di peradilan lain
72. 69 %
Tidak Tahu/ Tidak Jawa 7.40 %
Dampak Kasus Akil (3) Mayoritas Hakim dinilai Korup
20
Mayoritas publik pesimis ada hakim yang bersih
Kategori %
Tidak percaya ada hakim yang bersih
58. 18 %
Masih percaya ada hakim yang bersih
36. 64 %
Tidak Tahu/ Tidak Jawa 5.18 %
Q : Dengan kasus suap ketua MK ini, apakah Anda masih percaya atau tidak adanya hakim
yang bersih?
Dampak Kasus Akil (4) Kini Kepercayaan terhadap MK Lebih rendah dibandingkan DPR, Partai, dan Polisi !
21
Kepercayaan Publik terhadap lembaga-lembaga tersebut
dibawah 40 %, sedangkan terhadap MK di bawah 30 %
Lembaga Kepercayaan
Mahkamah Konstitusi 28. 0 %
DPR 36. 64 %
Partai Politik 35.2 %
Polisi 33. 10 %
Q : Seberapa percayakah bapak/ibu lembaga-lembaga berikut ini bekerja untuk
kepentingan rakyat?
Mayoritas Berharap Akil di Hukum Berat Hukuman Mati Pun ditolerir
22
Persetujuan hukuman mati merupakan ekspresi kemarahan
publik.
Kategori %
Hukuman seberat-beratnya sesuai hukum
48. 56 %
Hukuman seumur hidup 20. 86 %
Hukuman mati 28. 42 %
Tidak Tahu/ Tidak Jawab 2. 16 %
Q : Jika ketua MK nantinya terbukti bersalah, hukuman apa sebaiknya dijatuhkan kepada
ketua MK tersebut?
Mayoritas Publik Yakin MK Bisa Dibenahi
23
Publik masih berharap MK menjadi benteng penegakan
hukum yang terpercaya.
Kategori %
Yakin 68. 40 %
Tidak Yakin 17. 82 %
Tidak Tahu/ Tidak Jawab 13.78 %
Q : Dengan kasus yang menimpa Ketua MK ini, apakah bapak/ibu yakin bahwa MK masih
bisa dibenahi?
1. Bentuk tim Ahli untuk mereformasi MK
24
Tiga Rekomendasi LSI
2. Rekruitmen hakim konstitusi diperketat
3. Ada Lembaga yang mengawasi kinerja MK
Tim ahli ini adalah mereka yang berkompeten,berintegritas dan
dipercaya publik,yang akan bertugas mereformasi MK guna
meminimalisir peluang penyalahgunaan kewenangan oleh hakim
MK.
Mayoritas publik lebih setuju jika hakim konstitusi tidak berasal dari partai
politik. Sebesar 54. 18 % publik menilai bahwa sebaiknya hakim konstitusi
tidak berasal dari partai politik. Sedangkan sebesar 23. 64 % menyatakan
tidak mempersoalkan jika ada hakim konstitusi berasal dari partai politik.
Publik berharap ada lembaga yang bisa mengawasi kinerja MK.
Sebesar 77.0 % publik percaya MK bisa dibenahi jika ada pengawasan.