RPJMD 2016-2020

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    1/73

    DRAFT RANCANGAN AWAL

    RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    KABUPATEN MALANG TAHUN 2016-2020

    PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

    BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHJL. PANJI NO 156 KEPANJEN, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

    KODE POS: 65163, TELP (0341) 392323

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    2/73

    I-1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1  Latar Belakang

    Penetapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang

    Pemerintahan daerah, terakhir direvisi menjadi Undang-Undang Republik Indonesia

    Nomor 23 Tahun 2014, menandai dimulainya babak baru penyelenggaraan tata

    pemerintahan di Indonesia, yaitu implementasi otonomi daerah secara luas, nyata

    dan bertanggung jawab. Dengan berlandaskan azas desentralisasi, pemerintah

    Kabupaten/Kota diberi kewenangan oleh pemerintah pusat untuk mengatur dan

    mengurus rumah tangganya sendiri. Pemerintah pusat, mendelegasikan hampir

    seluruh kewenangannya kepada pemerintah Kabupaten/Kota, kecuali enam bidang

    urusan yaitu; Politik Luar Negeri, Pertahanan dan Keamanan, Yustisi, Moneter/Fiskal

    Nasional dan Agama. Sesuai Pasal 12 Undang-Undang No 23 Tahun 2014, urusan-

    urusan yang didelegasikan (urusan pemerintahan Konkruen) ditetapkan sebanyak 28

    (dua puluh delapan) urusan wajib dan 8 (delapan) urusan pilihan. Urusan-urusan

    yang didelegasikan tersebut, didasarkan atas prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan

    eksternalitas serta kepentingan strategsi nasional.

    Sebagai produk hukum terbaru terkait desentralisasi, keberadaan Undang-

    Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah semakin memperkokoh

    peran strategis daerah dalam kontribusinya untuk peningkatan dan pemerataan

    pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, lapangan berusaha, meningkatkan akses

    dan kualitas pelayanan publik serta daya saing daerah. Kelemahan-kelemahan dalam

    peraturan perundang-undangan terkait otonomi daerah yang terdahulu (Undang-

    Undang Nomor 22 tahun 1999, Undang-Undang Nomor 24 tahun 1999 dan Undang-

    undang Nomor 32 tahun 2004), telah disempurnakan dalam regulasi yang lahir saat

    masa transisi kepemimpinan nasional ini. Salah satu yang menjadi fokus

    penyempurnaan adalah perencanaan pembangunan daerah. Kebijakan perencanaan

    pembangunan daerah diatur secara meluas, sistematis dan mengedepankan

    sinergisitas melalui penetapan mekanisme evaluasi yang terstruktur dan berkala

    (Bab X Pasal 258-278).

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    3/73

    I-2

    Urusan Perencanaan Pembangunan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun

    2014 memang ‘dihilangkan’ dari daftar urusan pemerintahan yang didelegasikan.

    Penghapusan salah satu urusan pemerintahan konkruen tersebut sempat

    menimbulkan polemik diantara para akademisi, pengamat maupun praktisi, karena

    diindikasikan sebagai sebuah intervensi kebijakan yang bermuara pada re-sentralisasi

    oleh negara (baca: pemerintah pusat). Sebelumnya, Undang-Undang 32 Tahun 2014

    tentang pemerintahan Daerah, berikut aturan pelaksanaannya yaitu Peraturan

    Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

     Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

    Kabupaten/Kota menegaskan bahwa perencanaan pembangunan menjadi salah satu

    urusan wajib yang didelegasikan (pasal 7 ayat (2) huruf f). Perencanaan

    pembangunan daerah, selanjutnya diatur dalam Bab Pembangunan Daerah dalam

    Undang-Undang tentang tata kelola pemerintahan daerah ini. Hal tersebut

    dimaksudkan untuk memperluas cakupan pengaturan perencanaan pembangunan

    daerah agar tercipta sinkronisasi dan harmonisasi sehingga mempercepat

    tercapainya target pembangunan nasional. Jika perencanaan pembangunan tetap

    menjadi urusan wajib daerah, apalagi tanpa memiliki mekanisme pengendalian dan

    evaluasi yang baik, dikhawatirkan memunculkan persoalan-persoalan yang

    kontraproduktif bagi perjalanan pembangunan itu sendiri.

    Perencanaan pembangunan secara umum adalah aspek yang fundamental dalam

    kontestasi pembangunan, disamping aspek pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi.

    Rasionalisasinya, perencanan yang berkualitas akan menuntun pada keberhasilan

    pembangunan. Sebaliknya, perencanaan pembangunan yang buruk berpotensi

    menghadirkan kegagalan (inefisiensi dan inefektifitas) dalam pembangunan. Dengan

    demikian, rumusan perencanan pembangunan, selain dituntut mengedepankan

    keterpaduan dengan komponen pembangunan lain, baik secara kewilayahan maupun

    sektoral, juga dikontruksi secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel,

    partisipatif, terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan.

    Perencanaan pembangunan di Indonesia adalah sebuah sistem, dimana

    komponen-komponen yang membentuk kerangka perencanaan pembangunan saling

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    4/73

    I-3

    terkait satu sama lain. Perencanan Pembangunan daerah misalnya, merupakan

    bagian integral atau satu kesatuan dari sistem perencanaan pembangunan nasional.

    Pembangunan yang dilaksanakan di daerah tidak terlepas dari konsep pembangunan

    nasional. Oleh karena itu, ketika melakukan penyusunan program-program

    pembangunan daerah, wajib mengacu pada rencana pembangunan nasional, baik

    rencana pembangunan jangka panjang maupun menengah. Untuk menjamin

    berjalanannya sistem perencanaan pembangunan yang dimaksud, sebelumnya telah

    dibuat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional (SPPN). Prasyarat lain yang menopang sinergisitas

    perencanaan pembangunan daerah adalah pengaplikasian beragam pendekatan

    dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah seperti pendekatan politik,

    teknokratik, partisipatif, atas-bawah dan bawah-atas (Pasal 261 UU 23 Tahun 2014).

    Salah satu komponen yang penting dalam perencanaan pembangunan daerah

    adalah perencanaan pembangunan jangka menengah yang tertuang dalam bentuk

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dalam Undang-Undang

    Nomor 25 Tahun 2004 telah diamanatkan bahwa setiap daerah Kabupaten/Kota

    wajib memiliki dokumen RPJMD yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

    Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

    Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Undang-Undang 23 Tahun 2004 yang dimaksud

    RPJMD merupakan merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah

    yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan Daerah dan

    keuangan Daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah

    yang disertai dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5

    (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN.

    Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

    tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 bahwa RPJMD

    ditetapkan paling lambat 6 bulan setelah Kepala Daerah baru, dilantik.

    Pemerintah Kabupaten Malang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12

    Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan

    Propinsi Jawa Timur sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    5/73

    I-4

    Tahun 1965. Tujuan umum dibentuknya Kabupaten Malang selaras dengan

    semangat dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat yang merupakan

    warisan leluhur pendahulu yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur material

    spiritual diatas dasar kesucian yang langgeng (abadi) dan dikenal dengan sesanti

    Satata Gama Karta Raharja.  Sampai saat ini, capaian pembangunan pembangunan

    Kabupaten Malang telah dirasakan hasil dan manfaatnya oleh masyarakat.

    Kabupaten Malang telah mampu mentransformasikan diri menjadi pusat

    pertumbuhan ekonomi, pusat perkembangan budaya dan Pusat pengendalian

    keamanan yang penting di regional Jawa Timur. Walaupun demikian, seiring dengan

    dinamika masyarakat dan tantangan yang semakin kompleks, diperlukan

    keberlanjutan dan perubahan yang lebih baik (sustain and change ) dari aktivitas

    pembangunan yang sedang berlangsung sehingga dapat benar benar mewujudkan

    tujuan yang diinginkan.

    Terkait dengan upaya untuk mewujudkan perencanaan pembangunan daerah

    yang ideal di Kabupaten Malang sekaligus menjalankan amanat peraturan

    perundang-undangan yang berlaku maka telah disusun dan ditetapkan Peraturan

    Daerah (Perda) Nomor … Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Malang Tahun 2016-2020. Penyusunan dan

    Penetapan RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2016 – 2020 dilakukan pasca dilantiknya

    Sdr….. sebagai Bupati Malang dan Sdr .…. sebagai Wakil Bupati Malang oleh

    Gubernur Jawa Timur pada tanggal ..…. berdasarkan Surat Keputusan … RI No … .

    Penyusunan RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2016-2020 berpedoman pada

    RPJPD Kabupaten Malang 2005-2025 dan RTRW Kabupaten Malang 2010-2030

    serta memperhatikan RPJP Nasional, RPJM Nasional 2015 - 2019, RPJMD Provinsi

    Jawa Timur 2014-2019, dan RTRW Provinsi Jawa Timur 2011-2031. RPJMD

    selanjutnya menjadi acuan untuk membuat Rencana Kerja Pembangunan Daerah

    (RKPD). RKPD merupakan perencanan tahunan yang memuat rancangan kerangka

    ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya.

    Sebagaimana amanat Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

    dinyatakan bahwa RKPD menjadi pedoman penyusunan Rancangan Anggaran

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    6/73

    I-5

    Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). RPJMD juga menjadi pedoman dalam

    penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD, yaitu dokumen perencanaan SKPD 5

    (lima) tahunan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan

    kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD

    serta bersifat indikatif. Setiap SKPD di lingkup Peemrintahan Kabupaten Malang

    selanjutnya menjabarkan renstra tersebut dengan Rencana Kerja (Renja) SKPD.

    Dengan demikian, RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016 - 2020 dapat dikatakan

    sebagai hulu dari seluruh alur pelaksanaan pembangunan yang wajib dijadikan

    pedoman bagi seluruh stakeholders yang terkait dengan pembangunan di Kabupaten

    Malang.

    1.2  Dasar Hukum Penyusunan

    Landasan hukum penyusunan dan penetapan Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Daerah (RPJMD) Kabupten Malang 2016 – 2020 adalah

    1.  Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 75);

    2.  Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-

    daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur, sebagaimana

    telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 32);

    3.  Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara

    yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 3851);Undang-Undang Nomor 17

    Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 4286);

    4.  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    7/73

    I-6

    5.  Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 4421);

    6.  Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

    antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4483);

    7. 

    Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

    Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 4700);

    8.  Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

    9.  Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

    Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

    10.  Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

    11.  Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

    Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

    Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    5234);

    12.  Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235);

    13. 

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    8/73

    I-7

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4844, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224);

    14.  Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

    Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

    15. 

    Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

    Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

    16.  Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara

    Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 4664);

    17.  Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

    Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

    Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

    Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4737);

    18.  Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

    Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4741);

    19.  Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

    Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

    Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4817)

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    9/73

    I-8

    20.  Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

    Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

    Nomor 21);

    21.  Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014;

    22.  Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan

    Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025;

    23. 

    Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10 Tahun 2007 tentang

    Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Malang Dalam Urusan

    Pemerintahan Wajib dan Pilihan;

    24. 

    Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2008 tentang

    Organisasi Perangkat Daerah;

    25.  Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2008 tentang

    RPJPD Kabupaten Malang 2005 – 2025

    26.  Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2010 tentang

    Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang;

    1.3  Hubungan Antar Dokumen

    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional secara substansi menegaskan bahwa perencanaan

    pembangunana di Indonesia adalah sebuah sistem. Keterkaitan dan keselaran antara

    komponen perencanaan pembangunan baik dalam skala lokal, regional maupun

    nasional dan dokumen-dokumen lainnya menjadi kata kunci untuk mewujudkan

    keberhasilan pembangunan.

    1.3.1  RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Nasional (RPJM Nasional)

    RPJM Nasional Tahun 2015-2020 menyebutkan bahwa visi Indonesia Tahun 2015-

    2020 adalah terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan berkepribadian

    berlandaskan Gotong Royong. Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    10/73

    I-9

    sebagai berikut; 1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga

    kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber

    daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan,

    2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan

    negara hukum, 3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati

    diri sebagai negara maritim, 4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang

    tinggi, maju dan sejahtera, 5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing, 6)

    Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan

    berbasiskan kepentingan nasional, 7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian

    dalam kebudayaan. Adapun agenda prioritas pembangunan yang ditetapkan yaitu; 1)

    Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan

    rasa aman kepada seluruh warga negara, 2) Membuat Pemerintah selalu hadir

    dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan

    terpercaya, 3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-

    daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, 4) Memperkuat kehadiran negara

    dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,

    bermartabat, dan terpercaya, 5) Meningkatkan kualitas hidup manusia dan

    masyarakat Indonesia, 6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

    Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-

    bangsa Asia lainnya, 7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan

    sektorsektor strategis ekonomi domestik, 8) Melakukan revolusi karakter bangsa, 9)

    Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Sembilan

    agenda prioritas pembangunan pemerintahan tersebut, lebih dikenal dengan ‘Nawa

    Cita’. Agar RPJM Nasional mampu dioperasionalkan secara optimal dan tercipta

    harmonisasi irama pembangunan, RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016 -2020 wajib

    mengacu pokok-pokok ‘Nawa Cita’ tersebut. Pada konteks inilah pendekatan atas-

    bawah (top down) diimplementasikan dalam penyusunan RPJM Daerah.

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    11/73

    I-10

    1.3.2  RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi jawa Timur

     Visi pembangunan Jawa Timur yang ingin diwujudkan pada periode 2014-2019

    adalah: “Jawa Timur Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berdaya Saing, dan

    Berakhlak”. Visi tersebut diurakan dalam beberapa misi, yaitu: 1) Meningkatkan

    kesejahteraan rakyat yang berkeadilan, 2) Meningkatkan pembangunan ekonomi

    yang inklusif, mandiri, dan berdaya saing, berbasis agrobisnis/agroindustri, dan

    industrialisasi, 3) Meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan, dan penataan

    ruang, 4) Meningkatkan reformasi birokrasi dan pelayanan publik, 5) Meningkatkan

    kualitas kesalehan sosial dan harmoni sosial. Sama halnya dengan RPJM Nasional,

    Substansi RPJMD Propinsi Jawa Timur tahun 2014-2019 juga wajib menjadi acuan

    dalam penyusunan dan penetapan RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016-2020

    sehingga tercipta sinkronisasi pembangunan.

    1.3.3  Hubungan RPJMD dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)

    Propinsi Jawa Timur

     Arah Pengembangan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur yang terkait

    dengan pembangunan di Kabupaten Malang adalah tentang rencana struktur

    pemanfaatan ruang wilayah, menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan

    permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem jaringan sarana perwilayahan di

    Provinsi Jawa Timur. Diharapkan dengan penetapan struktur pemanfaatan ruang

    tersebut mampu mendorong pemerataan pelayanan, khususnya pertumbuhan

    wilayah di perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Malang sendiri maupun daerah

    lain di lingkup wilayah Jawa Timur. Dalam rencana sistem perkotaan, Kabupaten

    Malang bersama Kota Malang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional yang

    selanjutnya disingkat PKN. PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk

    melayani kegiatan skala internasional, kegiatan nasional, atau kegiatan beberapa

    provinsi. Perwilayahan Jawa Timur juga direncanakan dalam Satuan Wilayah

    Pengembangan (SWP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman

    perkotaan yang dibagi dalam 8 SWP yaitu 1) SWP Gerbangkertosusila Plus, 2) SWP

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    12/73

    I-11

    Malang Raya, 3) SWP Madiun dan sekitarnya, 4) SWP Kediri dan sekitarnya, 5) SWP

    Probolinggo, Lumajang, 6) SWP Blitar, 7) SWP Jember, dan 8) SWP Banyuwangi.

    1.3.4  RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Pembanguann Jangka Panjang

    Daerah (RPJPD) Kabupaten Malang

    RPJPD Kabupaten Malang saat ini memasuki Kebijakan Pembangunan tahap ke-3

    (2016-2020) yang secara spesifik diarahkan pada sasaran melanjutkan program-

    program pembangunan tahap ke-2 (2010-2015) yang belum terselesaikan dengan

    penekanan kebijakan sebagai berikut; 1) Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan

    ekonomi berdasarkan potensi SSWP guna memperkecil kesenjangan antar kawasan,

    2) Meningkatkan kualitas pelayanan publik, 3) Meningkatkan mutu pendidikan, olah

    raga dan seni budaya, 4) Meningkatkan dan mengembangkan sistem kesehatan

    masyarakat mandiri, 5) Mengembangkan penataan dan pengelolaan wilayah dalam

    rangka efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, serta pelestarian

    lingkungan hidup, 6) Mengembangkan industri berbasis pertanian, pertambangan,

    kelautan dan pariwisata yang didukung infrastuktur yang memadai dan daya dukung

    lingkungan, dan 7) Meningkatkan kualitas struktur keuangan daerah. Tahapan dan

    skala prioritas yang ditetapkan tersebut diatas mencerminkan urgensi permasalahan

    yang hendak diselesaikan tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Posisi RPJMD

    Kabupaten Malang 2016-2020 selanjutnya menjadi dokumen yang menjabarkan

    Perencanan jangka panjang secara lebih terfokus

    1.3.5  RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah

    (RTRW) Kabupaten Malang

    Penyusunan RPJMD perlu memperhatikan dan mempertimbangkan struktur dan pola

    penataan ruang yang sesuai dengan Peraturan Daerah No 3 tahun 2010 tentang

    Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang Tahun 2010-2030 sebagai dasar

    untuk menetapkan lokasi program pembangunan yang berkaitan dengan

    pemanfaatan ruang daerah di Kabupaten Malang. Sebagaimana diketahui, Kebijakan

    dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Malang terdiri atas 1) Kebijakan dan

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    13/73

    I-12

    strategi perencanaan ruang wilayah yang meliputi penetapan struktur ruang wilayah,

    penetapan pola ruang wilayah, penetapan kawasan strategis serta penetapan fungsi

    kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. 2) Kebijakan dan strategi penetapan struktur

    ruang wilayah daerah memuat kebijakan dan strategi sistem perdesaan; kebijakan

    dan strategi sistem perkotaan; kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan

    perdesaan dan kawasan perkotaan; kebijakan dan strategi pengembangan sistem

     jaringan prasarana wilayah. Lebih lanjuntuk mengembangkan rencana fungsi dan

    sistem kewilayahan, ditetapkan sebanyak 6 (enam) Wilayah Pengembangan

    Kabupaten Malang, yang terdiri atas yang terdiri 1) WP I lingkar kota Malang 2) WP

    II Kepanjen 3) WP III Ngantang, 4) WP IV Tumpang, 5) WP V Turen dan Dampit, 6)

    WP VI Sumbermanjing Wetan.

    1.3.6  RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Strategis (renstra) SKPD

    RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD. Renstra SKPD

    merupakan penjabaran teknis RPJMD yang berfungsi sebagai dokumen perencanaan

    teknis operasional dalam menentukan arah kebijakan serta indikasi program dan

    kegiatan setiap urusan bidang dan/atau fungsi pemerintahan untuk jangka waktu 5

    (lima) tahunan, yang disusun oleh setiap SKPD di bawah koordinasi Badan

    Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Malang. Dalam konteks

    ini, adalah sangat penting bagi SKPD untuk mengkarifikasikan secara eksplisit visi

    dan misi Bupati terpilih dan RPJMD. Penyajian Renstra SKPD dilakukan secara

    sistematis, dan terpadu ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan

    prioritas SKPD serta dilengkapi dengan indikator atau tolok ukur pencapaiannya.

    1.3.7  RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

    (RKPD)

    RKPD merupakan dokumen perencanaan pemerintah untuk periode satu tahun dan

    merupakan penjabaran dari RPJMD kabupaten Malang Tahun 2016-2020 yang

    memuat a) rancangan kerangka ekonomi daerah b) program prioritas pembangunan

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    14/73

    I-13

    daerah dan c) rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju, yang selanjutnya akan

    dipakai sebagai dasar penyusunan KUA-PPAS.

    1.3.8  RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat

    Daerah (Renja SKPD)

    Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016-2020 dijabarkan ke dalam RKPD

    sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan daerah yang memuat prioritas

    program dan kegiatan dari Rencana Kerja SKPD. RKPD menjadi acuan dalam

    pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang

    dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan,

    kabupaten. Selanjutnya SKPD dengan berpedoman pada Renstra SKPD dan RKPD

    menyusun rencana kerja tahunan berupa Rencana Kerja (Renja) SKPD.

    1.3.9  RPJMD Kabupaten Malang dengan Beberapa Dokumen Lainnya

    Guna mensinergiskan pembangunan kewilayahan dan sektoral, maka dalam

    Penyusunan dan penetapan RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016-2020 juga

    memperhatikan keberadaan dokuemn-dokumen lain diluar komponen perencanan.

    Pada bagian lain, dokumen berupa perencanaan sektoral dan bersifat mikro juga

    perlu mengacu pada RPJMD. Adapun contoh dari dokumen-dokumen lain yang

    dimaksud meliputi (1) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

    Indonesia (MP3EI) dan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan

    Kemiskinan di Indonesia (MP3KI), (2) Roadmap Pengembangan Sistem Inovasi

    Daerah (SIDa) Ponco Wismo Jatu, (3) Rencana Aksi Pengurangan Dampak

    Perubahan Iklim.

    Untuk memperjelas skema hubungan antar dokumen dalam RPJMD Kabuapten

    Malang tahun 2016-2020 dapat dilihat pada gambar berikut:

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    15/73

    I-14

    Gambar 1.1

    Hubungan Antar Dokumen

    1.4  Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2016-2020 intinya adalah

    skema atas penjabaran visi dan misi Bupati Malang terpilih yang terjabarkan dalam

    beberapa tujuan pembangunan. Untuk mencapai tujuan pembangunan yang

    dimaksud, ditetapkanlah sasaran pembangunan beserta besaran target yang harus

    dicapai. Selanjutnya untuk mencapai target sasaran tersebut, dirumuskan strategi,

    arah kebijakan dan program prioritas. Sebelumnya ditentukan pula indikator outcome

    dari masing-masing program beserta kerangka pendanaannya. Rumusan tersebut

    menjadi pedoman bagi Pemerintah Pemerintah Kabuapaten Malang beserta

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    16/73

    I-15

    masyarakat dalam melaksanakan pembangunan dalam 5 (lima) tahun yang akan

    datang.

     Adapun format penulisan penjabaran visi misi tersebut sebagaimana diatur

    dalam Permendagri No. 54 Tahun 2010 adalah sebagai berikut :

    Bab I Pendahuluan

    Bab ini berisikan gambaran umum penyusunan RPJMD yang terdiri atas

    latar belakang penyusunan RPJMD, dasar hukum penyusunan RPJMD,

    hubungan antar dokumen RPJMD dengan dokumen rencana

    pembangunan daerah lainnya, sistematika penulisan serta maksud dan

    tujuan.

    Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah

    Bab ini memaparkan gambaran umum kondisi Kabupaten Malang

    beberapa tahun terakhir yang meliputi empat aspek, yaitu aspek geografi

    dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum,

    dan aspek daya saing daerah.

    Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

    Bab ini memaparkan tentang kinerja keuangan tahun 2010-2015 meliputi

    kinerja pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

    dan neraca daerah; kebijakan pengelolaan keuangan tahun 2010-2015

    meliputi proporsi penggunaan anggaran dan analisis pembiayaan;

    kerangka pendanaan yang mencakup analisis pengeluaran periodik wajib

    dan mengikat serta prioritas utama; dan proyeksi keuangan daerah tahun

    2016-2020, serta penghitungan kerangka pendanaannya.

    Bab IV Analisis Isu-Isu Strategis

    Bab ini menjelaskan tentang permasalahan pembangunan Kabupaten

    Malang yang terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan, dan

    isu-isu strategis yang dapat berasal dari permasalahan pembangunan

    sendiri maupun yang berasal dari dunia internasional, kebijakan nasional

    maupun regional, yang memberikan pengaruh terhadap perencanaan

    pembangunan Kabuapten Malang di masa yang akan datang.

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    17/73

    I-16

    Bab V Penyajian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

    Bab ini menjelaskan visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah

    tahun 2016 – 2020 yang merupakan visi dan misi kepala daerah terpilih.

    Pada bagian ini juga diuraikan tujuan dan sasaran pembangunan beserta

    indikator yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang yang terkait

    dengan isu strategis daerah.

    Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah

    Bab ini menguraikan strategi dalam mencapai tujuan dan sasaran serta

    arah kebijakan dari setiap strategi yang terpilih, sebagai rumusan

    perencanaan komprehensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah

    mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien.

    Karena strategi dan arah kebijakan adalah rumusan dalam upaya

    mencapai sasaran, tujuan dan visi misi maka hanya mengcover beberapa

    urusan pemerintahan yang sangat terkait dari 26 urusan wajib dan 8

    (delapan) urusan pilihan yang dilimpahkan kewenangannya oleh

    Pemerintah kepada Pemerintah Daerah.

    Untuk urusan pemerintahan yang tidak terkait langsung dengan visi dan

    misi, maka yang menjadi pedoman dalam perumusan kebijakannya adalah

    penerapan Standar Pelayanan Minimal yang sudah ditetapkan oleh 15

    Kementerian/Lembaga.

    Bab VII Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah

    Bab ini menguraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah

    kebijakan pembangunan secara umum dan program prioritas beserta

    target capaian indikator kinerja outcome yang disertai indikasi kerangka

    pendanaannya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Adapun program yang

    disajikan dalam bab ini hanya program yang bersifat prioritas karena

    terkait dengan penjabaran visi misi, tujuan, sasaran, strategi dan arah

    kebijakan. Sementara itu untuk program-program yang tidak terkait

    secara langsung dengan visi misi diarahkan dalam rangka penerapan

    Standar Pelayanan Minimal yang akan disajikan dalam Bab VIII.

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    18/73

    I-17

    Dari program-program prioritas tersebut, selanjutnya akan ditentukan

    program program unggulan yang merupakan prioritas utama kepala

    daerah yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun yang akan datang.

    Bab VIII Indikasi Rencana Program yang disertai Kebutuhan Pendanaan

    Bab ini menguraikan seluruh program yang akan dilaksanakan oleh

    Pemerintah Kabupaten Malang selama 5 (lima) tahun, baik yang bersifat

    program unggulan, program prioritas, maupun program penerapan

    Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang disertai dengan indikator

    pencapaian target yang disajikan menurut urusan pemerintahan. Selain itu

     juga akan disajikan program teknis bersama dan program bersama

    penunjang organisasi sebagai dasar operasional Satuan Kerja Perangkat

    Daerah (SKPD).

    Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah

    Bab ini menguraikan gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian

    visi dan misi Bupati pada akhir periode masa jabatan, dengan

    menggambarkan akumulasi pencapaian indikator dampak (impact ) pada

    tujuan dan sasaran sebagaimana disajikan dalam Bab V serta pencapaian

    indikator hasil (outcome) pada masing-masing program sebagaimana

    disajikan dalam Bab VII.

    Bab X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan

    Bab ini menguraikan tentang RPJMD menjadi pedoman penyusunan

    RKPD dan RAPBD tahun pertama dibawah kepemimpinan kepala daerah

    terpilih hasil pemilihan pada periode berikutnya. Selain itu, RPJMD juga

    dijadikan pedoman dalam penyusunan Peraturan Daerah tentang Struktur

    Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) dan peraturan lainnya (Peraturan

    Daerah maupun Peraturan Bupati) agar selaras dengan visi, misi, dan arah

    kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD.

    Bab XI Penutup

    Bab ini menyampaikan dengan singkat harapan pencapaian dari dokumen

    RPJMD yang telah ditetapkan.

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    19/73

    I-18

    1.5  Maksud dan Tujuan

    Penyusunan dan penetapan RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016-2020 memiliki

    maksud:

    1. Memberikan arah atau petunjuk dalam penyelenggaraan pembangunan

     jangka menengah di Kabupaten Malang, khususnya periode tahun 2016 -

    2020;

    2. Menjadi landasan dalam penyusunan Rencana Strategis (renstra) SKPD di

    lingkup pemerintahan kabupaten Malang;

    3. Sebagi pedoman dalam penyusunan RKPD Kabupaten Malang. Selanjutnya,

    RKPD tersebut menjadi dasar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Daerah (APBD);

    4. 

    Sebagai alat ukur untuk penilaian keberhasilan penyelenggaraan

    pemerintahan daerah dibawah kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati;

    5. Sebagai parameter untuk mengukur kinerja Kepala SKPD dalam

    melaksanakan amanat pembangunan berdasarkan tugas, fungsi,

    kewenangan dan tanggung jawab yang dimiliki masing-masing dalam rangka

    mewujudkan visi, misi dan program Bupati terpilih;

    6. Sebagai pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholder’s )

    pembangunan di wilayah Kabupaten Malang;7. Sebagai instrument untuk menjalankan fungsi pengawasan bagi Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Malang, khususnya dalam

    pengendalian penyelenggaraan pembangunan daerah agar sesuai dengan

    prioritas dan sasaran program pembangunan yang ditetapkan dan aspirasi

    masyarakat.

    Tujuan penyusunan dan Penetapan RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016 –

    2020 adalah:1. Menjabarkan visi dan misi dalam agenda-agenda pembangunan daerah

    selama 5 (lima) tahun ke depan, sehingga rencana pembangunan daerah

    yang telah ditetapkan dapat terwujud, sesuai dengan visi, misi, tujuan dan

    sasaran, dan arah kebijakan yang telah ditetapkan;

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    20/73

    I-19

    2. Menjamin terwujudnya konsistensi antara perencanaan, pembiayaan,

    pelaksanaan dan pengawasan pembangunan di Lingkup Kabupaten Malang;

    3. Mendukung upaya pencapaian kesejahteraan bersama melalui sinergitas,

    koordinasi dan sinkronisasi oleh masing-masing pelaku pembangunan di

    dalam satu pola sikap dan pola tindak;

    4. Mewujudkan keseimbangan lingkungan, sosial dan ekonomi dalam

    pembangunan pedesaan maupun perkotaan di lingkup Kabupaten Malang;

    5. 

    Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi perencanaan

    pembangunan daerah antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan

    Kabupaten/Kota sekitar, Kabupaten Malang dengan propinsi jawa Timur dan

    pemerintah pusat;

    6. 

    Mewujudkan penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan,

    dan berkelanjutan.

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    21/73

    II-1

    BAB II

    GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

    2.1 Aspek Geografi dan Demografi

    2.1.1 Aspek Geografi

    2.1.1.1 Karakter Lokasi dan Wilayah

    Wilayah Kabupaten Malang terletak pada koordinat 112o17’10,90”–

    122o57’00,00” Bujur Timur, 7o44’55,11” – 8o26’35,45” Lintang Selatan. Luas

    wilayah Kabupaten Malang adalah 3.534,86 km2 atau 353.486 ha, menempatkan

    Kabupaten Malang sebagai daerah dengan luas wilayah terbesar kedua di Jawa

    Timur setelah Kabupaten Banyuwangi. Total luasan Kabupaten Malang tersebut

    terbagi atas kawasan daratan dan lautan, masing-masing seluas 2.977,05 km2 

    dan 557,81 km2.

    Secara administratif kewilayahan, Kabupaten Malang terbagi atas 33

    Kecamatan 12 Kelurahan, 378 Desa, 1.349 Dusun, 3.156 Rukun Warga (RW) dan

    14.695 Rukun Tetangga (RT). Pusat pemerintahan kabupaten Malang berada di

    Kecamatan Kepanjen sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah

    (PP) Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Malang dari

    Wilayah Kota Malang ke Wilayah Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.

     Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Malang meliputi:

    Sebelah Utara : Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto,

    Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten

    Probolinggo

    Sebelah Timur : Kabupaten Lumajang

    Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

    Sebelah Barat : Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri

    Bagian Tengah (Lingkar Dalam) : Kota Malang dan Kota Batu

    Topografis Kabupaten Malang sangat beragam, mulai dari pesisir, dataran

    rendah, dataran tinggi, perbukitan, gunung aktif maupun tidak aktif, dan sungai.

    Kawasan pesisir pantai terletak di wilayah selatan Kabupaten Malang yang

    berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, membentang mulai dari

    Kecamatan Donomulyo, Bantur, Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo,sampai Ampelgading. Wilayah dengan kontur datar terletak sebagian besar di

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    22/73

    II-2

    Kecamatan Bululawang, Gondanglegi, Tajinan, Turen, Kepanjen, Pagelaran,

    Pakisaji, sebagian Kecamatan Singosari, Lawang, Karangploso, Dau, Pakis,

    Dampit, Sumberpucung, Kromengan, Pagak, Kalipare, Donomulyo, Bantur,

    Ngajum, Gedangan. Wilayah dengan kontur bergelombang terletak di wilayahSumbermanjing Wetan, Wagir dan Wonosari. Kawasan dengan kontur perbukitan

    yang terjal sebagian besar di Kecamatan Pujon, Ngantang, Kasembon,

    Poncokusumo, Jabung, Wajak, Ampelgading dan Tirtoyudo.

    Kondisi topografis dataran tinggi yang dikelilingi beberapa gunung dan

    dataran rendah atau lembah berada pada ketinggian 250-500 meter dari

    permukaan laut (dpl) terletak di bagian tengah wilayah Kabupaten Malang.

    Daerah dataran tinggi terbagi pada beberapa wilayah meliputi, daerah perbukitan

    kapur (Gunung Kendeng) di bagian Selatan pada ketinggian 0-650 meter dpl,

    daerah lereng Tengger Semeru di bagian Timur membujur dari utara ke selatan

    pada ketinggian 500-3600 meter dpl dan daerah lereng Kawi Arjuno di bagian

    Barat dengan ketinggian 500-3.300 meter dpl.

    Wilayah Kabupaten Malang diidentifikasi terdapat 9 (sembilan) gunung dan 1

    (satu) pegunungan yang terdiri atas Gunung Kelud (1.731 m), Gunung. Kawi

    (2.651 m), Gunung Panderman (2.040 m), Gunung Anjasmoro (2.277 m), Gunung

    Welirang (2.156 m), Gunung Arjuno (3.339 m), Gunung Bromo (2.329 m),

    Gunung Batok (2.868 m), Gunung Semeru (3.676 m), dan Pegunungan Kendeng

    (600 m). Keberadaan gunung dan pegunungan tersebut, menjadikan Kabupaten

    Malang memiliki potensi hutan yang luas, berikut sumber mata air yang mengalir

    sepanjang tahun melalui sungai-sungainya. Tercatat, di Kabupaten Malang

    mengalir 5 (lima) sungai besar dan 68 sungai kecil. Sungai besar anatara lain

    Sungai Brantas, Sungai Lesti, Sungai Amprong, Sungai Konto, dan Sungai Metro.

    Diantara sungai-sungai besar tersebut, Sungai Brantas adalah sungai terbesar dan

    terpanjang di Jawa Timur.

    Bentang alam yang sebagian besar terdiri atas pegunungan dan perbukitan,

    menjadikan Kabupaten Malang berhawa sejuk sehingga menarik minat

    masyarakat untuk menjadikannya tempat peristirahatan maupun tempat tinggal

    secara permanen. Hawa yang sejuk tersebut juga menjadikan Kabupaten Malang

    sebagai wilayah pengembangan pertanian dan perkebunan yang prospektif. Suhu

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    23/73

    II-3

    udara rata-rata berkisar antara 19,1º C hingga 26,6º C. Kelembaban udara rata-

    rata berkisar antara 71º C hingga 89º C dan curah hujan rata-rata berkisar antara

    2 mm hingga 780 mm. Curah hujan rata-rata terendah terjadi pada bulan Juni,

    dan tertinggi pada bulan Desember.Struktur penggunaan lahan meliputi: permukiman/kawasan terbangun

    22,89%; industri 0,21%; sawah 13,10%; pertanian lahan kering 23,70%;

    perkebunan 6,21%; hutan 28,75%; rawa/waduk 0,2%; tambak kolam 0,03%

    padang rumput 0,3%; tanah tandus/tanah rusak 1,55%; tambang galian C

    0,26%; lain-lain 2,82% (LKPJ Akhir Masa Jabatan 2010-2015 ).

    2.1.1.2 Potensi Pengembangan WilayahKlasifikasi pengembangan wilayah Kabupaten Malang adalah hutan bakau,

    perikanan darat, perkebunan, permukiman dan hutan. Seiring dinamika sosial

    ekonomi masyarakat, pengembangan kawasan di Kabupaten Malang senantiasa

    menimbulkan masalah berupa kerusakan alam dan lingkungan, seperti banjir,

    erosi, longsor, kerusakan hutan, kekeringan, alih fungsi lahan, sumber daya

    manusia yang rendah, pengangguran, dan terbatasnya ketersediaan lahan. Oleh

    karena itu, tata kelola pengembangan wilayah perlu dilakukan secara terfokus

    agar aspek keberlanjutan dan aspek keberdayaan masyarakat dapat terwujud

    secara bersama. Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Malang diarahkan ke

    pengembangan kawasan a) Agroekowisata yang berpusat di Kecamatan

    Poncokusumo, berupa pengembangan potensi pertanian yang diintegrasikan

    dengan potensi pariwisata. Wisata Gunung Bromo sebagai salah satu destinasi

    wisata alam andalan Kabupaten Malang, berupaya dikembangkan melalui

    optimalisasi potensi pada kawasan sekitar seperti pertanian holtikultura yang

    melimpah dan aktifitas religi dan budaya masyarakat Tengger; b) Gunung Kawi di

    Kecamatan Wonosari dengan suguhan wisata ritualnya antara lain pesarean,

    mitos dan kepercayaan yang berkembang dan ekspresi-ekspresi budaya

    masyarakat seperti Gebyar Suroan dan Kirab Budaya Agung; c) Wisata Selorejo di

    Kecamatan Ngantang menawarkan keindahan bendungan yang dikelilingi gunung,

    penginapan yang artistik dan aneka produk olahan perikanan; d) Potensi alam

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    24/73

    II-4

    pesisir Sendangbiru di Kecamatan Sumbermanjing Wetan yang memiliki potensi

    perikanan tangkap dan olahan yang sangat besar.

    Guna efektifitas dan efisiensi percepatan dan pemerataan pembangunan

    Kabupaten Malang dibagi menjadi 6 wilayah pengembangan (WP) sebagaimanadiatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana

    Tata ruang dan Wilayah (RTRW):

    1)  WP lingkar Kota Malang yang berorientasi ke Kota Malang (meliputi

    Kecamatan Dau, Kecamatan Karangploso, Kecamatan Lawang,

    Kecamatan Singosari, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Wagir, Kecamatan

    Tajinan, Kecamatan Bululawang, Kecamatan Pakis), memiliki potensi

    pengembangan sub sektor perdagangan dan jasa, pertanian (tanaman

    pangan, hortikultura, perkebunan), industri, pariwisata serta transportasi

    udara, dengan prioritas pengembangan infrastruktur; 1) Peningkatan

    akses jalan tembus terkait Kota Malang, 2) Pengembangan jalan Malang–

    Batu, 3) Peningkatan konservasi lingkungan, 4) Peningkatan kualitas

    koridor jalan Kota Malang-Bandara Abdul Rahman Saleh; dan

    pengembangan permukiman.

    2) 

    WP Kepanjen dengan pusat di perkotaan Kepanjen (meliputi Kecamatan

    Kepanjen, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Ngajum, Kecamatan

    Kromengan, Kecamatan Pagak, Kecamatan Sumberpucung, Kecamatan

    Kalipare, Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Gondanglegi, Kecamatan

    Pagelaran), memiliki potensi pengembangan sub sektor perdagangan dan

     jasa skala Kabupaten, pertanian (tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan), peternakan, perikanan darat, industri, pariwisata,

    kehutanan serta pariwisata pilgrim, dengan prioritas pengembangan

    infrastruktur 1) Jalan Lingkar Timur dan penyelesaian Jalan Lingkar Barat

    Kepanjen, 2) Peningkatan akses menuju Gunung Kawi dan Wisata

    Ngliyep, 3) Jalan penghubung antar sentra ekonomi di perdesaan dengan

    pusat kecamatan, 4) Percepatan penyelesaian JLS, 5) Peningkatan

    sediaan air bersih pada kawasan rawan kekeringan; dan pengembangan

    permukiman.

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    25/73

    II-5

    3)  WP Ngantang dengan pusat pelayanan di perkotaan Ngantang (meliputi

    Kecamatan Ngantang, Kecamatan Pujon, Kecamatan Kasembon), memiliki

    potensi pengembangan di sub sektor pariwisata antara lain Bendungan

    Selorejo, pertanian (tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan),peternakan, industri serta perikanan air tawar, dengan prioritas

    pengembangan infrastruktur 1) Jalan menuju sentra produksi pertanian di

    perdesaan, 2) Jalan penghubung dengan Blitar dari Ngantang, 3)

    Peningkatan pengelolaan tanah pada kawasan rawan longsor sepanjang

    Pujon–Ngantang–Kasembon–Kandangan, 4) Peningkatan sediaan air di

    perdesaan dan penunjang irigasi.

    4) 

    WP Tumpang dengan pusat pelayanan di perkotaan Tumpang (meliputi

    Kecamatan Tumpang, Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Wajak,

    Kecamatan Jabung), memiliki potensi pengembangan sub sektor

    pariwisata, pertanian (tanaman pangan, sayuran, hortikultura, dan

    perkebunan), Peternakan, Perikanan serta Industri; dengan prioritas

    pengembangan infrastruktur 1) Jalan utama Pakis–Tumpang–

    Poncokusumo–Ngadas–Bromo, 2) Jalan pada pusat ekonomi di

    perdesaan, 3) Jalan tembus utama antar kecamatan, 4) Perbaikan sistem

    irigasi dan sediaan air; di WP ini dikembangkan Kawasan Agropolitan

    Poncokusumo termasuk pengembangan kawasan wisata menuju Gunung

    Bromo dan kawasan Minapolitan Wajak.

    5)  WP Turen dan Dampit (meliputi Kecamatan Turen, Kecamatan Dampit,

    Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan Ampelgading) dengan pusat pelayanan

    sosial di Turen, dan pusat pelayanan ekonomi di Dampit, memiliki potensi

    pengembangan sub sektor pertanian (tanaman pangan dan perkebunan),

    peternakan, perikanan laut, industri, pariwisata serta kehutanan, dengan

    prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan menuju perdesaan pusat

    produksi, 2) Jalan menuju pantai selatan (untuk perikanan dan

    pariwisata), 3) Jalan khusus penunjang ekonomi sekaligus untuk evakuasi

    bencana (bila terjadi letusan Gunung Semeru) dan kemungkinan tsunami,

    4) Peningkatan irigasi dan sediaan air; dikawasan ini dikembangkan

    peternakan kambing Peranakan Etawa (PE).

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    26/73

    II-6

    6)  WP Sumbermanjing Wetan dengan pusat pelayanan di perkotaan

    Sendangbiru (meliputi Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan

    Gedangan, Kecamatan Bantur), memiliki potensi pengembangan sub

    sektor pertanian (perkebunan, tanaman pangan), perikanan laut,pertambangan, industri, pariwisata serta kehutanan, dengan prioritas

    pengembangan infrastruktur 1) Jalan kearah perdesaan pusat produksi,

    2) Jalan menuju pantai selatan terutama ke Sendangbiru dan Bajulmati

    (untuk perikanan dan pariwisata), 3) Pengembangan pelabuhan berskala

    nasional, 4) Jalur jalan khusus untuk evakuasi bencana (kemungkinan

    tsunami), 5) Peningkatan irigasi dan sediaan air; dikawasan ini

    dikembangkan Pelabuhan Perikanan Nusantara Sendangbiru dan

    direncanakan pembangunan pelabuhan umum.

    Untuk memperjelas pembagian Wilayah pengembangan dapat dilihat pada

    gambar berikut 2.1 berikut

    Gambar 2.1

    Peta Rancangan Sistem Perwilayahan kabupaten Malang

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    27/73

    II-7

    Bila dilihat dari luas Wilayah Pengembangan (WP), maka Wilayah

    Pengembangan yang paling luas adalah Wilayah Pengembangan (WP) Kepanjen

    dan sekitarnya dengan luas 743,07 Km2  atau sebanding dengan 26 persen dari

    seluruh luas Kabupaten Malang. Sedangkan Wilayah Pengembangan (WP) yangpaling kecil adalah Wilayah Pengembangan (WP) Ngantang dan sekitarnya yakni

    278,45 Km2 (10 persen).

    2.1.1.3 Wilayah Rawan Bencana

    Dengan kondisi topografis Kabupaten Malang yang bergunung-gunung serta

    memiliki bentang wilayah yang sangat luas selain memiliki potensi keindahan dan

    kesuburan juga memiliki potensi rawan bencana berupa banjir, erosi, longsor,

    tsunami dan erupsi gunung meletus. Peta wilayah rawan bencana di Kabupaten

    Malang, yaitu:

    1)  Daerah rawan longsor berada di wilayah sebelah Timur dan Selatan

    meliputi Kecamatan Tumpang, Jabung, Poncokusumo, Bantur, Gedangan

    dan Sumbermanjing Wetan.

    2)  Daerah rawan banjir meliputi wilayah Kabupaten Malang sebelah Barat

    yaiku Kecamatan Ngantang, Pujon dan Kasembon.

    3)  Daerah rawan tsunami meliputi wilayah Kabupaten Malang bagian Selatan

    yaitu Donomulyo, Bantur, Gedangan, Sumbermanjing Wetan dan

     Ampelgading.

    4)  Daerah rawan gunung meletus meliputi Kecamatan Ngantang, Kasembon,

    Pujon, Poncokusumo, Dampit, Tirtoyudho dan Ampelgading.

    2.1.2 

     Aspek Demografi

    Perkembangan penduduk Kabupaten Malang berdasarkan perhitungan Badan

    Pusat Statistik (BPS) per tahun 2014 adalah 2.527.087 jiwa. Jumlah tersebut

    terdiri dari laki-laki 1.269.613 jiwa (50,24%) dan perempuan 1.257.474 jiwa

    (49,76%). Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,73%, dan tingkat

    kepadatan sebesar 780 jiwa/Km². Sedangkan jumlah penduduk menurut

    perhitungan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Malang pada

    tahun 2014 berjumlah 3.092.714 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    28/73

    II-8

    1.549.678 jiwa (50,10%) dan penduduk perempuan 1.543.036 jiwa (49.90%).

    Perbedaan hasil perhitungan antara BPS dengan Dinas Kependudukan dan

    Catatan Sipil disebabkan karena perbedaan penggunaan pendekatan atau metode

    perhitungan. BPS menganggap penduduk adalah orang-orang yang secara riilpada saat sensus dan atau selama 6 (enam) bulan telah berdomisili pada suatu

    tempat. Adapun Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil melakukan perhitungan

     jumlah penduduk berdasarkan data yang diperoleh dari dokumen kependudukan

    yang diterbitkan, seperti akta kelahiran, Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu

    Keluarga (KK). Berikut tabel perkembagan Kependudukan di Kabupaten Malang

    dalam 5 (lima) tahun terakhir.

    Tabel 2.1

    Perkembangan Kependudukan Kabupaten Malang

    Tahun 2011 – 2015

    URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

    Luas Wilayah km2 3.534,86 3.534,86 3.534,86 3.534,86

    Jumlah Penduduk jiwa 2.471.990 2.490.878 2.508.698 2.527.087

    Jumlah Laki-Laki jiwa 1.241.022 1.250.780 1.260.414 1.269.613

    Jumlah Perempuan jiwa

     

    1.230.968 1.240.098 1.248.284 1.257.474

    Pertambahan penduduk % 0,82 0,76 0,72 0,73

    Kepadatan penduduk jiwa/km2  699 705 710 780

    Sumber: BPS Kabupaten Malang

    Berdasarkan informasi tabel diatas, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten

    Malang dalam 5 (lima) tahun rata-rata sebesar 0,76%. Bertambahnya jumlah

    penduduk Kabupaten Malang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal

    mengingat Kabupaten Malang telah menjadi salah satu pusat pertumbuhan

    ekonomi baru di Jawa Timur. Disamping itu, Kabupaten Malang merupakan

    daerah penyangga Kota Malang dan Kota Batu, dimana kedua daerah tersebut

    sedang bergerak sebagai pusat perdagangan dan jasa serta pariwisata sehingga

    turut mempercepat pertambahan penduduk di Kabupaten Malang. Diasumsikan,

    untuk 5 (lima) tahun mendatang pertambahan jumlah penduduk diuraiakan

    sebagai berikut:

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    29/73

    II-9

    Tabel 2.2

    Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Malang

    Tahun 2016-2020

    URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

    Luas Wilayah km2 3.534,86 3.534,86 3.534,86 3.534,86 3.534,86

    Jumlah Penduduk

    - BPS Jiwa 2.567.682 2.588.224 2.608.929 2.629.801 2.650.839

    - Dispenduk Jiwa 3.142.395 3.167.535 3.192.875 3.218.418 3.244.165

    Kepadatan

    - BPS jiwa/km2  726 732 738 744 745

    - Dispenduk jiwa/km2 889 896 903 910 918

    Sumber : BPS dan Dinas Kependudukan dan Capil Kab. Malang, 2015 diolah

    Walaupun jumlah penduduk di kabupaten Malang semakin meningkat, tetapi

    prosentase atau laju pertumbuhan penduduk semakin menurun dari tahun ke

    tahun. Pada medio 2011 laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Malang

    mencapai 0,82%, selanjutnya pada periode 2012-2014 prosentase pertumbuhan

    penduduk menurun sampai pada angka 7,2%. Salah satu faktor internal yang

    berpengaruh terhadap pelambatan laju pertumbuhan penduduk tersebut adalah

    keberhasilan implementasi program Keluarga Berencana di Kabupaten Malang.

    Jika dilihat dari perkembangan jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Malang

    Tahun 2011-2015 mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan demikian,

    dapat dikatakan bahwa kesadaran masyarakat tentang KB sudah meningkat, hal

    ini dapat dilihat pada tabel di berikut ini:

    Tabel 2.3

    Perkembangan Jumlah Peserta KB dan PUS

    Tahun 2010 -2014

    URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

    Rasio Peserta KB % 76,68 75,55 76,72 76,20

    Total Fertility Rate(TFR)

    % 1,97 2,10 2,10 2,10

    Pesrta KB Baru Orang 72.589 67.324 59.457 53.409

    PUS Pasangan  507.607 520.578 522.800 521.995

    Peserta KB aktif Orang 399.367 408.896 401.087 397.748

    Prosentase PesertaKB dengan PUS

    % 78,68 78,55 76,72 76,20

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    30/73

    II-10

    URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

    Peserta KB Mandiri Orang 208.875 210.700 211.769 205.403

    Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2015

    Penduduk Kabupaten Malang jika ditinjau berdasarkan komposisi matapencaharian, maka diperoleh data sebagai berikut: 36,4% penduduk bekerja di

    sektor pertanian, 0,34% Sektor Penggalian dan Pertambangan, 14,6% di sektor

    industri, 6,6% di sektor jasa dan sisanya 42 % di sektor yang lain. Berdasarkan

    informasi tersebut, bertani baik on-farm   maupun of-farm   menjadi mata

    pencaharian mayoritas penduduk Kabupaten Malang, yaitu sebanyak 524.372

    orang. Sedangkan, penduduk yang bermata pencaharian pada sektor penggalian

    dan pertambangan hanya berjumlah 4.950 orang, terendah dibandingkan sektoryang lain. Walaupun sektor lain-lain jumlahnya tertinggi, tetapi sektor tersebut

    merupakan gabungan dari berbagai jenis mata pencaharian yang tidak tercakup

    dalam sektor-sektor yang sudah ada. Secara rinci mata pencaharian penduduk

    dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

    Tabel 2.4

    Mata Pencaharian Penduduk

    Tahun 2011 - 2015 

    URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

    Sektor Pertanian Orang  524.372 524.372 524.372 524.372

    Sektor Penggaliandan Pertambangan

    Orang 4.950 4.950 4.950 4.950

    Sektor IndustriPengolahan

    Orang209.633 209.633 209.633 209.633

    Sektor Jasa Orang 95.376 95.376 95.376 95.376

    Lain – Lain Orang 606.431 606.431 606.431 606.431Jumlah Orang 1.440.762 1.440.762 1.440.762 1.440.762

    Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2015

     Aspek keagamaan menjadi indikator kunci untuk melihat dinamika penduduk

    Kabupaten Malang. Secara umum, diperoleh informasi bahwa mayoritas penduduk

    Kabupaten Malang beragama Islam. Selanjutnya diikuti Kristen, Katolik, Hindu,

    Budha dan lain-lain. Perkembangan jumlah pemeluk agama dalam kurun waktu 5

    (lima) tahun akan dirinci sebagai berikut:

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    31/73

    II-11

    Tabel 2.5

    Perkembangan Jumlah Pemeluk Agama

    Tahun 2011 – 2015

    URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

    Islam Orang  2.338.238 2.338.238 2.654.176 2.654.176

    Kristen Orang 56.750 63.433 64.013 64.013

    Katolik Orang 26.377 26.377 26.382 26.382

    Hindu Orang 22.872 22.872 23.132 23.132

    Budha Orang 7.831 7.831 8.250 8.250

    Lain-lain Orang 98 98 98 98

    Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2015  

    2.2 Aspek Kesejahteraan masyarakat

    2.2.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

    Untuk melihat kinerja perekonomian Kabupaten Malang, dapat diketahui

    melalui penggunaan pendekatan besaran Produk Domestik Regional Bruto

    (PDRB). Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang kegiatan

    ekonomi suatu daerah sebenarnya dapat dilihat melalui neraca ekonomi yang

    terintegrasi dalam 4 (empat) neraca pokok yaitu Neraca Produksi, Neraca

    Konsumsi, Neraca Akumulasi dan Neraca Transaksi Luar Negeri. Gambaran

    perekonomian yang sampai saat ini dapat dihitung pada tingkat wilayah

    Kabupaten Malang adalah hanya dari neraca produksi, yaitu gambaran mengenai

    besaran produksi barang dan jasa, yang biasa disebut dengan Produk Domestik

    Regional Bruto (PDRB) yang dihitung baik atas dasar harga berlaku (ADHB)

    maupun atas dasar harga konstan (ADHK). Secara khusus, hasil dari perhitungan

    PDRB akan diperoleh Pendapatan Regional suatu wilayah. Jika Pendapatan

    Regional ini dibagi dengan jumlah penduduk akan mencerminkan tingkat

    perkembangan pendapatan per kapita yang dapat digunakan sebagai indikator

    untuk membandingkan tingkat kemakmuran materiil suatu daerah terhadap

    daerah lain. Adapun PDRB yang disajikan dengan harga konstan dapat

    menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah itu dan apabila ini

    dibagi dengan jumlah penduduk akan mencerminkan tingkat perkembangan

    produk per kapita.

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    32/73

    II-12

    Secara umum, aktifitas perekonomian di Kabupaten Malang tergolong tinggi

    selama 5 (lima) tahun terakhir sehingga kinerja perekonomian kabupaten Malang

    dapat dikategorikan bergerak positif. Pertumbuhan PDRB baik Atas Dasar Harga

    Berlaku (PDRB ADHB) maupun PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK)mampu meningkat setiap tahunnya. Perkembangan PDRB ADHB Kabupaten

    Malang pada tahun 2011 sebesar Rp 31.890.584.510.000,- sedangkan pada tahun

    2014 mencapai Rp53.794.768.470.000,-. PDRB ADHK Kabupaten Malang pada

    tahun 2011 sebesar Rp 14.578.967.810.000,- sedangkan posisi pada akhir tahun

    2014 sebesar Rp 18.992.150.120.000,-. PDRB per kapita ADHB pada tahun 2011

    sebesar Rp. 14.537.724,90,- sedangkan pada akhir tahun 2014 mencapai Rp

    19.274.046,-. Sejalan dengan pertumbuhan PDRB perkapita ADHB, PDRB

    perkapita ADHK juga mengalami kenaikan. PDRB perkapita ADHK Kabupaten

    Malang pada tahun 2011 sebesar Rp 6.366.760,25,-sedangkan pada tahun 2014

    meningkat menjadi Rp 7.552.943,40,-. Rendahnya progresifitas peningkatan dan

    nilai PDRB perkapita Kabupaten Malang dikarenakan jumlah penduduk yang besar

    yaitu 2.527.087 jiwa, sehingga bilangan pembaginya cukup besar. Dengan

    demikian tingkat PDRB perkapita tergolong rendah. Secara rinci, progresifitas

    kenaikan PDRB ADHB, PDRB ADHK, PDRB perkapita ADHB dan PDRB perkpita

     ADHK dapat dilihat dari tabel berikut ini.

    Tabel 2.6

    Perkembangan PDRB dan PDRB Per Kapita

    Tahun 2011 – 2015

    URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

    PDRB ADHBJuta Rp 

    35.674.997,97 40.763.813,14 46.830.737,76 53.794.468,47

    PDRB ADHK Juta Rp 15.624.096,52 16.786.415,78 17.901.923,01 18.992.150,12

    PDRB PERKAPITA ADHB

    Rp14.537.724,90 16.437.806,62 18.623.826,61 19.274.046,00

    PDRB PERKAPITA ADHK

    Rp6.366.760,25 6.816.890,23 7.119.305,10 7.552.943,40

    Sumber: Hasil-hasil Pembangunan Kabupaten Malang, 2015

    Berdasarkan pertimbangan kondisi objektif kinerja perekonomian Kabupaten

    Malang dan tantangan ekonomi regional, nasional dan global, diproyeksikan PDRB

     ADHB Kabupaten Malang pada Tahun 2020 sebesar Rp. 89.576.852.730.000,- dan

    PDRB ADHK sebesar Rp. 24.533.512.780.000,-. PDRB perkapita ADHB pada tahun

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    33/73

    II-13

    2020 diperkirakan akan mencapai Rp 23.175.362,34 dan PDRB perkapita ADHK

    sebesar Rp 9.654.773,2. Secara rinci progresifitas proyeksi tahunan PDRB dan

    PDRB perkapita dapat dilihat pada table berikut ini.

    Tabel 2.7

    Proyeksi PDRB dan PDRB per Kapita Kabupaten Malang

    Tahun 2016-2020

    URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

    PDRB ADHBJuta Rp 

    62.721.929,89 71.685.660.60 77.649.391,31 83.613.122,02 89.576.852,73

    PDRB ADHKJuta Rp

    20.172.604,34 21.262.831,45 22.353.058,56 23.443.285,67 24.533.512,78

    PDRB PERKAPITA ADHB

    Rp20.574.484,78 21.224.704,17 21.874.923,56 22.525.142,95 23.175.362,34

    PDRB PERKAPITA

     ADHK

    Rp

    8.220.220 8.553.858,30 8.987.496,6 9.321.134,9 9.654.773,2

    Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah tingkat

    pertumbuhan ekonominya. Dengan asumsi bahwa dengan pertumbuhan yang

    tinggi akan menyerap tenaga kerja yang tinggi pula, yang pada hakekatnya

    meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat sehingga pertumbuhan yang

    tinggi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran penduduk.

    Pertumbuhan ekonomi diukur dari PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000.

    Dengan demikian, perhitungan pertumbuhan ekonomi sudah tidak dipengaruhi

    oleh faktor harga atau dengan kata lain benar-benar murni disebabkan oleh

    kenaikan produksi sektor pendukungnya.

    Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang senantiasa mengalami

    perubahan setiap tahunnya. Terdapat Peningkatan dari tahun 2011 – 2012

    dengan angka pertumbuhan sebesar 6,27% sampai mencapai 7,44%. Pada tahun

    2013 dan 2014 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang menunjukkan tren

    negatif atau menurun, sampai pada angka 6,09%. Kondisi negatif pertumbuhan

    ekonomi Kabupaten Malang lebih disebabkan karena hambatan makro ekonomi.

    Diawali kenaikan harga BBM dan terdepresiasinya nilai tukar rupiah hingga

    menyentuh level Rp 12.000 per dollar AS dari sekitar Rp.9.358 per dollar AS

    menjadi penyebab kinerja perekonomian melambat. Selanjutnya, kejadian

    bencana alam seperti bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Kabupaten

    Malang pada akhir 2013 dan awal 2014 juga menjadi pemicu melemahnya kinerja

    pembangunan ekonomi.

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    34/73

    II-14

    Menghadapi situasi yang demikian pemerintah Kabupaten Malang sudah

    berusaha mengambil serangkaian kebijakan untuk mendorong stabilitas

    perekonomian terutama dalam mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi

    yang meningkat. Akan tetapi, kompleksitas permasalahan yang cukup tinggimenyebabkan pencapaian hasil yang ditempuh belum maksimal. Perubahan siklus

    global berupa menurunnya permintaan global dan turunnya harga komoditas

    global turut menjadi penyebab kinerja perekonomian Kabupaten Malang pada

    tahun 2013 dan 2014 melambat. Faktor domestik seperti keterbatasan kapasitas

    industri domestik dalam memenuhi permintaan juga menjadi salah satu akar

    permasalahan ekonomi di Kabupaten Malang. Sejalan dengan karakter ekonomi

    Kabupaten Malang yang cukup terbuka, pengaruh gejolak ekonomi nasional

    tertransmisikan melalui jalur perdagangan yang ditunjukkan oleh pertumbuhan

    ekspor barang dan jasa yang melambat, yang pada gilirannya berdampak pada

    perlambatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Di tengah kinerja

    perdagangan tumbuh melambat, konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup

    kuat sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

    Disamping pertumbuhan ekonomi, indikator inflasi atau tingkat

    perkembangan harga menjadi salah satu komponen penting dalam

    menggambarkan kinerja perekonomian daerah. Perkembangan harga dari PDRB

    dapat tercermin dari perubahan indeks harga implisit. Peningkatan indeks implisit

    menunjukkan kenaikan harga barang dan jasa dan demikian pula sebaliknya.

    Perubahan indeks implisit dari PDRB Kabupaten Malang merupakan gambaran

    dari peningkatan harga seluruh barang dan jasa dalam periode satu tahun. Yang

    dimaksud perubahan harga adalah perubahan harga di tingkat produsen sehingga

    faktor margin perdagangan dan transportasi telah dihilangkan.

    Di tengah tren perlambatan ekonomi tahun 2013-2014, tekanan inflasi selama

    dua tahun tersebut juga turut meningkat. Inflasi pada tahun 2014 mencapai

    8,28% persen, lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun sebelumnya (2013) sebesar

    7,73%. Sama halnya dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi, tekanan inflasi

     juga sebagai akibat dari kenaikan harga BBM bersubsidi dan kenaikan harga

    pangan. Pemberian gaji ke-13 oleh pemerintah juga menjadi pendorong

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    35/73

    II-15

    terjadinya inflasi. Berikut gambaran pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi dalam

    5 (lima) tahun terakhir.

    Tabel 2.8

    Pertumbuhan Ekonomi dan InflasiTahun 2011 - 2015 

    URAIAN SATUAN 2011*) 2012*) 2013*) 2014**) 2015

    PertumbuhanEkonomi

    persen 7,17 7,44 6,65 6,09

    Inflasi persen 6,05 6,35 7,73 8,28

    Sumber: Hasil-Hasil Pembangunan Kabuapten Malang

    Pada periode 5 (lima) tahun mendatang, Pertumbuhan Ekonomi dan Laju

    Inflasi Kabuapten Malang diperkirakan masih akan mengalami pelambatan danteknanan yang hampir sama dengan periode sebelumnya. Hambatan ekonomi

    nasional maupun global masih menjadi faktor yang determinan dalam

    mempengaruhi kinerja perekonomian Kabupaten Malang. Walaupun demikian,

    optimisme tetap perlu ditumbuhkan karena fakta membaiknya perekonomian

    domestik menjadi entitas yang tidak dapat dikesampingkan guna mendongkrak

    pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang diproyeksikan

    meningkat sebesar 8% dan laju inflasi diperkirakan 9% pada tahun 2020.

    Proyeksi tahunan pertumbuhan ekonomi dan inflasi 5 (lima) tahun mendatang

    dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 2.9

    Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kabupaten Malang

    Tahun 2016-2020

    URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

    PertumbuhanEkonomi

    Persen 7,01 7, 28 7,54 7,71 8,02

    Inflasi Persen 8,28 8,41 8,64 8,86 9,08

    Selain faktor makro ekonomi (eksternal), pelambatan pertumbuhan ekonomi

    Kabupaten Malang juga disebabkan oleh dominasi sektor primer (pertanian dan

    pertambangan serta penggalian), dimana secara umum masih menghasilkan nilai

    tambah sedikit atau dengan kata lain harga jualnya masih relatif rendah

    dibandingkan sektor lainnya. Oleh karena itu, kontribusi sektoral diharapakan

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    36/73

    II-16

    dapat bergeser dari pertanian dan pertambagan serta penggalian menuju sektor

    industri pengolahan. Pertumbuhan ekonomi sektoral secara lengkap dapat dilihat

    pada tabel dibawah ini dimana sektor yang memiliki pertumbuhan ekonomi

    tertinggi dibanding pertumbuhan Kabupaten Malang secara rerata adalah sektorBangunan sebesar 11,89 %, sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar

    8,43%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran sebesar 8,35%, sektor

    Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 7,94%, sektor Listrik Gas

    dan Air sebesar 7,34% dan sektor Industri Pengolahan 7.30%. Sektor Jasa-jasa

    sebear 6,04%, berada dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten

    Malang. Sektor Pertanian dan Pertambangan serta penggalian walaupun trend

    pertumbuhannya meningkat besaran agrergatnya relatif rendah, masing-masing

    4,34% dan 3,371%.

    Tabel 2.10

    Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK

    Tahun 2011-2015 (dalam persen)

    URAIAN 2011 2012 2013 2014* 2015

    Tradable  5,86 5,87 5,43 5,51

    1. Pertanian  4,08 4,16 5,87 5,60

    2. Pertambangan dan Penggalian 4,38 3,29 3,71 3,51

    3. Industri Pengolahan  9,03 8.94 7.30 8,32

    Non-Tradable 8,54 9,05 7,86 8,61

    4. Listrik, Gas dan Air Bersih 6,55 7,42 7,34 7,89

    5. Bangunan 13,41 12,91 11,89 12,78

    6. Perdag, Hotel & Restoran  9,58 10,32 8,35 8,97

    7. Pengangkutan & Komunikasi 8,60 9,34 8,43 9,02

    8. Keu, Persewaan & Jasa Persh. 8,09 8,44 7,98 8,88

    9. Jasa-jasa 6,10 6,13 6,04 5,99

    Kabupaten Malang 7,17 7,44 6,65 6,09

    Sumber : PDRB Kabupaten Malang, 2008 -2013

    Kontribusi sektoral dalam menopang pertumbuhan ekonomi Kabupaten

    Malang selama 5 (lima) tahun ke depan diproyeksikan terus mengalami

    peningkatan pertumbuhan dengan pertumbuhan terbesar pada sektor sekunder

    dan sektor tersier (non tradable), sementara pertumbuhan sektor primer

    (tradable) relatif stagnan

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    37/73

    II-17

    Tabel 2.11

    Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK

    Tahun 2016-2020 (dalam persen)

    URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015

    Tradable  5,51

    1. Pertanian  5,60

    2. Pertambangan dan Penggalian 3,51

    3. Industri Pengolahan  8,32

    Non-Tradable 8,61

    4. Listrik, Gas dan Air Bersih 7,89

    5. Bangunan 12,78

    6. Perdag, Hotel & Restoran  8,97

    7. Pengangkutan & Komunikasi 9,02

    8. Keu, Persewaan & Jasa Persh. 8,88

    9. Jasa-jasa 5,99

    Kabupaten Malang 7,01 7, 28 7,54 7,71 8,02

    Komposisi yang membentuk ekonomi suatu wilayah atau yang berperan

    dalam ekonomi dapat diartikan sebagai struktur ekonomi. Pada jangka pendek

    struktur ekonomi berguna untuk menggambarkan corak perekonomian suatu

    daerah, bila sektor primer yang dominan berarti daerah tersebut menganut tipe

    agraris, demikian pula apabila sektor sekunder yang dominan maka daerah

    tersebut dikatakan menganut tipe industri. Untuk jangka panjang struktur

    ekonomi dapat menunjukkan arah dan keberhasilan pembangunan ekonomi

    dengan melihat transformasi ekonomi yang terjadi.

    Berdasarkan klasifikasinya, pembagian PDRB sektoral dianalisis dengan

    membedakan tiga sektor yaitu sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier.

    Di mana sektor primer mencakup sektor pertanian, dan sektor pertambangan dan

    penggalian. Sektor sekunder meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik dan

    air bersih serta sektor bangunan. Sedangkan sektor tersier mencakup sektor

    perdagangan, hotel dan restauran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor

    keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.

    Dari sisi penawaran, transformasi struktural dapat dideteksi dengan

    karakteristik turunnya pangsa sektor primer yang tradisional. Pada saat yang

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    38/73

    II-18

    bersamaan sektor sekunder meningkat dan selanjutnya diikuti oleh peningkatan

    sektor tersier. Dalam proses ini, pergeseran pangsa tetap harus diikuti oleh

    pertumbuhan dari masing-masing sektor meskipun dengan laju yang berbeda.

    Lebih lanjut, laju percepatan dari suatu proses transformasi akan berbeda untukmasing-masing daerah, tergantung dari karakteristik daerah yang bersangkutan.

    Untuk daerah yang kaya sumber daya alam seperti Kabupaten Malang, proses

    transformasinya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan-daerah kawasan

    industri seperti Surabaya, Gresik dan sebagainya. Perbedaan ini karena untuk

    daerah-daerah yang kaya sumber daya alam cenderung masih membutuhkan

    pertumbuhan yang relatif tinggi pada sektor primer untuk mendukung percepatan

    pertumbuhan pada sektor lainnya.

    Di Kabupaten Malang, sektor yang mengalami perubahan pangsa terhadap

    PDRB Kabupaten Malang dan memiliki kecenderungan meningkat adalah

    Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu mencapai 29,04% pada tahun 2013,

    meningkat 1,19 poin sejak tahun 2011. Gejala pergeseran pangsa yang memiliki

    kecenderungan yang sama juga berlangsung pada sektor Industri Pengolahan

    (rata-rata 21,79%) dan sektor Bangunan (rata-rata 2,38%), yang notabene  

    mewakili komponen sekunder. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, serta sektor

    Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, tidak dapat dikesampingkan

    peranannya untuk mengidentifikasi pergeseran sturktur ekonomi Kabupaten

    Malang, kedua sektor ini mengalami peningkatan tipis masing-masing sebesar

    0,05 dan 0,03 poin. Di pihak lain, sektor pertanian walaupun tergolong dominan

    dalam struktur ekonomi Kabupaten Malang, dalam beberapa tahun terakhir

    prosentasenya cenderung menurun. Pada tahun 2011, sumbangsih sektor

    pertanian berada di angka 26,30% sedangkan pada tahun 2013 menurun hingga

    mencapai angka 24,74% dengan rata-rata 25,67%. Sektor lain yang mengalami

    pergeseran negatif (menurun) pada tahun yang sama adalah sektor

    Pertambangan dan Penggalian (0,20 poin), sektor Listrik, Gas Dan Air (0,02 poin),

    serta sektor Jasa-Jasa (0,32 poin).

    Dari gambaran tentang pergeseran struktur ekonomi Kabupaten Malang

    tersebut, dapat ditarik kesimpulan, yaitu (1) peranan sektor pertanian semakin

    tertinggal dibandingkan sektor perdagangan, hotel dan restaurant; (2) sektor

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    39/73

    II-19

    sekunder yang diharapkan sebagai motor pengerak ekonomi dalam pembentukan

    PDRB Kabupaten Malang ternyata masih memiliki sumbangan yang paling kecil

    dibanding kedua sektor lainnya; dan (3) pergeseran perekonomian Kabupaten

    Malang dari sektor primer ke sektor sekunder dan tertier tengah berlangsung.Pergeseran adalah sesuatu yang wajar terjadi pada suatu pembangunan ekonomi.

    Namun, pergeseran yang terjadi di Kabupaten Malang nampaknya telah menyeret

    aset penting sektor pertanian ke dalamnya. Keadaan ini dengan mudah dapat

    dilihat dari berubahnya hamparan tanaman menjadi lahan bangunan baik

    pemukiman, perkantoran, perumahan maupun lainnya. Apabila keadaan ini terus

    dibiarkan berlangsung tanpa pengendalian yang jelas, maka bukan tidak mungkin

    pada suatu saat nanti, Kabupaten Malang bukan lagi pemasok sayur-sayuran dan

    buah-buahan ke daerah lain.

    Tabel 2.12

    Perkembangan Struktur Ekonomi PDRB ADHB Kabupaten Malang

    Tahun 2011-2015 (dalam persen)

    URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015 Rerata

    Primer 28,44 27,42 26,68 26,68 27.72

    1. Pertanian  26,30 25,35 24,74 24,74 25,67

    2. Pertambangan dan Penggalian 2,14 2,07 1,94 1,94 2,05

    Sekunder 24,53 25,11 25,33 25,33 24.99

    1. Industri Pengolahan  21,48 21,90 22,00 22,00 21,79

    2. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,83 0,81 0,81 0,81 0,82

    3. Bangunan 2,22 2,40 2,52 2,52 2,38

    Tersier 47,02 47,47 47,99 47,99 47,50

    1. Perdag, Hotel & Restoran  27,85 28,51 29,04 29,04 28,47

    2. Pengangkutan & Komunikasi 3,55 3,56 3,60 3,60 3,57

    3. Keu, Persewaan & Jasa Persh. 4,20 4,23 4,26 4,26 4,23

    4. Jasa-jasa 11,42 11,17 11,10 11,10 11.23

    Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kabupaten Malang, 2015

    Ket : Data Tahun 2014 dan 2015 masih dalam proses penghitungan karena ada perubahan TahunDasar 2000 dengan 9 sektor menjadi Tahun Dasar 2010 dengan 17 sektor.

    Selain menggunakan perhitungan berdasarkan atas dasar harga berlaku,

    pergeseran struktur ekonomi Kabupaten Malang juga dapat dihitung berdasarkan

    indikator atas dasar harga konstan tahun 2000. Gejala pergeseran pangsa

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    40/73

    II-20

    struktur ekonomi atas dasar harga konstan tahun 2000 (PDRB ADHK)

    menunjukkan gejala yang sama dengan metode perhitungan dengan atas dasar

    harga berlaku (PDRB ADHB). Dimana sektor-sektor primer mengalami pergerakan

    yang stagnan bahkan menurun, sebaliknya sektor sekunder dan tersier padaumumnya bergerak naik. Berikut ini tabel gambaran Struktur Ekonomi Kabupaten

    Malang berdasarkan PDRB ADHK.

    Tabel 2.13

    Struktur Ekonomi PDRB ADHK Kabupaten Malang

    Tahun 2011-2015 (dalam persen)

    URAIAN 2011 2012 2013 2014* 2015 RERATA

    Primer  32,05 31,05 30,37 30,37 30,371. Pertanian  29,38 28,48 27,28 27,28 27,28

    2. Pertambangan dan Penggalian 2,67 2,57 2,50 2,50 2,50

    Sekunder  21,18 21,53  21,76  21,76  21,76 

    1. Industri Pengolahan  18,58 18,84 18,96 18,96 18,96

    2. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,72 0,72 0,73 0,73 0,73

    3. Bangunan 1,88 1,97 2,07 2,07 2,07

    Tersier  46,76 47,41  47,87  47,87  47,87 

    1.Perdagangan, Hotel & Restoran  26,28 26,98 27,41 27,41 27,412.Pengangkutan & Komunikasi 3,26 3,32 3,38 3,38 3,38

    3. Keu, Persewaan & Jasa Persh. 4,27 4,31 4,36 4,36 4,36

    4. Jasa-jasa 12,95 12,79 12,72 12,72 12,72

    Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kabupaten Malang, 2015

    Untuk proyeksi 5 (lima) tahun mendatang, struktur perekonomian Kabupaten

    Malang masih diproyeksikan mengalami gejala pergeseran yang sama dengan

    periode 5 (lima) tahun lalu. Sektor primer diperkirakan tidak lagi mendominasi

    struktur perekonomian Kabupaten Malang, penurunan diperkirakan mencapai

    22,89% pada tahun 2020. Adapun sector sekunder dan tersier akan meningkat,

    masing-masing mencapai angka 23.27% dan 51,28% pada hitungan tahun yang

    sama. Dari data tersebut pergeseran tersebut, focus kebijakan pembangunan

    terlihat bahwa dalam kurun 5 tahun mendatang secara perlahan struktur ekonomi

    Kabupaten Malang mengalami pergeseran dengan semakin meningkatnya sektor

    sekunder dan tersier.

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    41/73

    II-21

    Tabel 2.14

    Proyeksi Struktur Ekonomi PDRB ADHK Kabupaten Malang

    Tahun 2016 - 2020 (dalam persen)

    Uraian 2016 2017 2018 2019 2020 Rerata

    Primer 26.97 25.7 24.43 23.16 22.89

    1. Pertanian 24.68 23.48 22.28 21.08 20.88

    2. Pertambangan dan Penggalian2.29 2.22 2.15 2.08 2.01

    Sekunder 22.43 22.65 22.87 23.09 23.27

    3. Industri Pengolahan 19.32 19.44 19.56 19.68 19.8

    4. Listrik, Gas dan Air Bersih0.72 0.71 0.71 0.7 0.7

    5. Bangunan2.37 2.47 2.57 2.67 2.77

    Tersier  49.32 49.81 50.3 50.79 51.28

    6. Perdag, Hotel & Restoran 28.7 29.13 29.56 29.99 30.42

    7. Pengangkutan & Komunikasi3.56 3.62 3.68 3.74 3.8

    8. Keu, Persewaan & Jasa Persh.4.51 4.56 4.61 4.66 4.71

    9. Jasa-jasa12.55 12.5 12.45 12.4 12.35

    Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kabupaten Malang, 2015

    2.2.2 Kesejahteraan Sosial

    2.2.2.1 Kemiskinan, Pengangguran, IPM dan Desa Tertinggal

    Permasalahan kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi

    oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan,

    kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi geografis, gender,

    dan kondisi lingkungan. Dengan demikian kemiskinan tidak lagi dipahami hanya

    sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak

    dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam

    menjalani kehidupan secara bermartabat.

    Kompleksitas masalah kemiskinan tentu tidak bisa dijawab melalui program

    pembangunan yang bersifat parsial apalagi kontradiktif, tetapi diperlukan sebuah

    rumusan kebijakan yang bersifat holistik, ada keterkaitan satu sama lain meskipun

    tidak bisa menghindari pendekatan sektoral. Rumusan kebijakan pembangunan

    hendaknya disatukan oleh dua isu sentral dan mendasar yaitu penanggulangan

    kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Program yang khusus ditujukan untuk

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    42/73

    II-22

    mengatasi masalah kemiskinan diorientasikan pada upaya peningkatan

    pendapatan dan pengurangan beban masyarakat miskin melalui pendekatan

    pemberdayaan usaha, pemberdayaan manusia dan pemberdayaan lingkungan.

    Implementasi pendekatan program disesuaikan dengan kondisi potensi danmasalah yang dihadapi oleh masyarakat miskin setempat, dengan menghindari

    penyeragaman program.

    Sebagai amanat Milenium Development Goals  (MDGs) yaitu komitmen dunia

    untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan,

    dimana Pemerintah Indonesia termasuk salah satu negara yang menandatangani

    deklarasi millenium untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan millenium

    yaitu 1) pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim; 2) pemerataan

    pendidikan dasar; 3) mendukung adanya persamaan gender dan pemberdayaan

    perempuan; 4) mengurangi tingkat kematian anak; 5) meningkatkan kesehatan

    ibu; 6) perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya; 7)

    menjamin daya dukung lingkungan hidup; dan 8) mengembangkan kemitraan

    global untuk pembangunan. Begitu juga dengan arahan RPJM Provinsi Jawa

    Timur maupun Nasional masalah kemiskinan, pengangguran menjadi urusan

    bersama yang sangat prioritas. Sama halnya dengan Kabupaten Malang yang

    sudah dimulai dari RPJMD Kabupaten Malang periode 2006-2010 sudah

    memprioritaskan pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja yang

    dikaitkan dengan seluruh program prioritas pembangunan yang pada dampaknya

    dapat mengurangi angka kemiskinan dan menurunkan angka pengangguran. 

    Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir kondisi kemiskinan, pengangguran, IPM

    serta pemberdayaan gender di Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel berikutini

    Tabel 2.15

    Perkembangan Angka Kemiskinan, Pengangguran dan IPM

    Kabupaten Malang Tahun 2011-2015

    URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015*

    Tingkat Kemiskinan persen

    Tingkat Pengangguranterbuka persen 4,63 4,09 3 4,45

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    43/73

    II-23

    IPM persen 71,17 71,94 72,34 73,03

     Angka Harapan Hidup tahun 73,24 74,16 74,59 74,75

    Indeks pendidikan persen 75,31 76,22 76,56 76,92

    Indeks Daya Beli persen 64,49 65,45 65,97 67,15

    Pemberdayaan Gender persen

    Pembangunan Gender persen

    Sumber: hasil – hasil pembangunan Kabupaten Malang, 2015

    Dari data diatas dapat kita lihat tingkat kemiskinan di Kabupaten Malang

    berada pada level .. persen di Tahun 2014. Kemudian, angka pengangguran

    terbuka mencapai 4.45% di Tahun 2014. Angka kemiskinan di Kabupaten Malang

    menunjukkan trend yang menurun. Dengan kata lain, jumlah masyarakat miskin

    di Kabupaten Malang semakin berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa program-

    program pengentasan kemiskinan telah berjalan dengan baik meski belum

    optima. Khusus untuk mengurangi angka pengangguran, pemerintah masih perlu

    melakukan perluasan kesempatan kerja sektor formal maupun informal, baik di

    pedesaan maupun perkotaan, atau bahkan di kantong-kantong pengangguran. Di

    sampin itu, upaya peningkatan kualitas dan produktifitas tenaga kerja, serta

    pengembangan usaha mandiri melalui optimalisasi fungsi dan pendayagunaan

    fasilitas yang ada harus menjadi fokus perhatian pula.

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indicator dalam

    mengukur keberhasilan kinerja pembangunan di Kabupaten Malang. Berdasarkan

    tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa IPM Kabupaten Malang senantiasa

    mengalami peningkatan dalam 5 (lima) tahun terakhir. Posisi IPM Kabuapten

    Malang pada tahun 2011 berada pada level 71,17%, sedangkan Tahun 2012

    sebesar 71,94%, Tahun 2013 sebesar 72,34%, Tahun 2014 sebesar 73,03% danmeningkat menjadi 73,98% di Tahun 2015. Peningkatan IPM ini disebabkan

    karena mulai membaiknya pelayanan pada bidang pendidikan, kesehatan dan

    komponen daya beli.

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    44/73

    II-24

    Tabel 2.16

    Proyeksi Angka Kemiskinan, Pengangguran dan IPM

    Kabupaten Malang Tahun 2016-2020 

    URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

    Tingkat Kemiskinan persen 4,55 4,14 3,80 3,58 3,25

    Tingkat Pengangguran persen 4,73 4,19 4,01 3,89 3,50

    IPM persen 74,98 75,48 75,80 76,35 76,78

    Indeks Harapan Hidup tahun 77,72 77,91 78,23 78,46 78,61

    Indeks pendidikan persen 68,10 69,01 69,67 69,88 70,01

    Indeks Daya Beli persen 4,45 4,51 4,77 4,59 4,15

    Pemberdayaan Gender persen 73,03 73,97 74,54 74,96 75,07

    Pembangunan Gender persen 74,75 74,99 75,21 75,99 76,29

    Sumber : Bappeda Kabupaten Malang, 2015

    Dari gambaran proyeksi pada table di atas, trend angka kemiskinan

    Kabupaten Malang akan semakin menurun sejalan dengan target RPJMD Provinsi

    Jawa Timur dan MDG’s yaitu pada Tahun 2016 sebesar 4,55%, Tahun 2017

    sebesar 4,14%, Tahun 2018 sebesar 3,80%, Tahun 2019 sebesar 3,58%, dan

    Tahun 2020 ditargetkan turun hingga sebesar 3,25%. Adapun untuk tingkat

    pengangguran, diproyeksikan menurun pula pada level 4,73% di Tahun 2016kemudian Tahun 2017 sebesar 4,19%, Tahun 2018 sebesar 4,01%, Tahun 2019

    sebesar 3,89% dan Tahun 2020 ditargetkan turun sampai pada angka 3,5%.

    Untuk IPM Kabupaten Malang, diproyeksikan dapat meningkat secara progresif

    dalam 5 (lima) tahun kedepan, per tahun masing-masing diproyeksikan sebesar

    74,98% pada Tahun 2016 sebesar 75,48% pada Tahun 2017, 75,80% pada

    Tahun 2018, 76,35% pada Tahun 2019 dan pada Tahun 2020 ditargetkan

    75,78%.

    Terkait posisi desa tertinggal di Kabupaten Malang, Berdasarkan Surat

    Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor B.025/Sesmen-

    PDT/I/2010, tanggal 29 Januari 2010 tentang Verifikasi dan Updating Status Desa

    tahun 2010 dan berdasarkan surat Bupati Malang Nomor 050/999/421.203/2010,

    tanggal 15 April 2010, perihal Updating Desa Tertinggal dan Maju, terdapat 110

    desa tertinggal dari 390 desa/kelurahan atau 28%, sedangkan berdasarkan Surat

    Kepala BPM Kabupaten Malang Nomor:414.56/1478/421.208/2012, tanggal 22

  • 8/15/2019 RPJMD 2016-2020

    45/73

    II-25

    Nopember 2012, perihal hasil Self Assesment Penentuan Desa Tertinggal terdapat

    51