28
Ruang Diskusi Apoteker Wadah Apoteker berbagi ilmu Beranda Tentang Penulis Ruang Konsultasi Kimia Farmasi Analisis Monografi Studi Kasus Selasa, 20 September 2011 Contoh Kajian Resep CONTOH ANALISA BEBERAPA RESEP Analisa resep dalam tugas khusus ini bertujuan untuk menilai apakah suatu resep obat yang diberikan oleh dokter kepada pasien telah rasional, serta apakah berpotensi menimbulkan Drugs Related Problems (DRP) serta kemungkinan terjadinya medication error (ME). Penggunaan obat yang rasional dapat dijabarkan sebagai penggunaan obat yang tepat dengan memperhitungkan aspek manfaat dan kerugiannya. Penggunaan obat yang rasional akan memberikan manfaat yang lebih besar dibanding kerugian yang diakibatkannya. DRP umumnya berhubungan dengan dosis, seperti kurang/ lebih dosis atau mungkin salah dosis, adanya indikasi yag tak terobati, atau bahkan obat diberikan tanpa indikasi. DRP yang lain mungkin disebabkan oleh adanya interaksi obat, dengan obat lain, maupun dengan makanan yang dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan terapi. Resiko efek samping dan kemungkinan terjadinya reaksi obat merugikan (ROM) juga merupakan faktor penyumbang terjadinya DRP. Sedangkan medication error (ME) lebih berupa suatu kejadian yang merugikan pasien, selama pasien tersebut berada dalam penanganan tenaga kesehatan. Instalasi farmasi Rumah Sakit sebagai satu-satunya bagian dalam Rumah Sakit yang berwenang menyelenggarkan pelayanan kefarmasian, harus dapat menjamin bahwa pelayanan yang dilakukannya rasional dan sesuai dengan

Ruang Diskusi Apoteker

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hjhj

Citation preview

Page 1: Ruang Diskusi Apoteker

Ruang Diskusi ApotekerWadah Apoteker berbagi ilmu

Beranda Tentang Penulis Ruang Konsultasi Kimia Farmasi Analisis Monografi Studi Kasus

Selasa, 20 September 2011

Contoh Kajian Resep

 CONTOH ANALISA BEBERAPA RESEP

Analisa resep dalam tugas khusus ini bertujuan untuk menilai apakah suatu resep obat yang diberikan oleh dokter kepada pasien telah rasional, serta apakah berpotensi menimbulkan Drugs Related Problems (DRP) serta kemungkinan terjadinya medication error (ME).

Penggunaan obat yang rasional dapat dijabarkan sebagai penggunaan obat yang tepat dengan memperhitungkan aspek manfaat dan kerugiannya. Penggunaan obat yang rasional akan memberikan manfaat yang lebih besar dibanding kerugian yang diakibatkannya.

DRP umumnya berhubungan dengan dosis, seperti kurang/ lebih dosis atau mungkin salah dosis, adanya indikasi yag tak terobati, atau bahkan obat diberikan tanpa indikasi. DRP yang lain mungkin disebabkan oleh adanya interaksi obat, dengan obat lain, maupun dengan makanan yang dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan terapi. Resiko efek samping dan kemungkinan terjadinya reaksi obat merugikan (ROM) juga merupakan faktor penyumbang terjadinya DRP.

Sedangkan medication error (ME) lebih berupa suatu kejadian yang merugikan pasien, selama pasien tersebut berada dalam penanganan tenaga kesehatan.

Instalasi farmasi Rumah Sakit sebagai satu-satunya bagian dalam Rumah Sakit yang berwenang menyelenggarkan pelayanan kefarmasian, harus dapat menjamin bahwa pelayanan yang dilakukannya rasional dan sesuai dengan ketentuan standar pelayanan kefarmasian yang telah ditetapkan. Pelayanan kefarmasian ini harus dapat mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah-masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan obat.

Dalam tugas khusus ini saya akan mencoba menganalisa beberapa resep pasien rawat jalan sebagai berikut :

1.      Resep 125/7/2011R/  Furosemid                               XXV      S 1-1/2-0R/  KSR                                        XV

Page 2: Ruang Diskusi Apoteker

      S 1 dd 1R/  Metformin 500                        XLV      S 3 dd 1R/  Glibenklamide 5                      XV      S 1-0-0R/  Diazepam 2                             XXX      S 2 dd 1R/  Aspilet                                     XV      S 1 dd 1R/  ISDN 5                                   XV      S 1 dd 1 SL bila nyeri dadaR/  Antasida Fl.                            I      S 4 dd ICR/  Simvastatin                             XV      S 0-0-1R/  Gemfibrozil 300                      XV      S 0-0-1

Pro             : Tn. A (40 Th)

a.       AnamnesaPasein menyatakan telah lama menderita penyakit kolesterol, sakit jantung, diabetes mellitus dan tekanan darah tinggi (140 mmHg).

b.      Analisa KasusDalam kasus ini Tn. A yang berusia 40 tahun, mendapat 10 item obat dalam satu kurun waktu pengobatan. Pasien mengalami diabetes mellitus dengan diagnosa penyerta tekanan darah tinggi, hiperlipidemia, dan gangguan jantung. Obat-obat yang diresepkan dokter adalah sebagai berikut:

-          Furosemid, sebagai antihipertensi golongan diuretik loops diuretik-          KSR/ Kalium klorida 600 mg, sebagai suplemen kalium untuk mencegah hipokalemia akibat penggunaan

diuretik-          Metformin dan glibenklamid sebagai antidiabetes oral-          Diazepam, sedative golongan benzodiazepin-          Aspilet sebagai antiplatelet-          ISDN, sebagai antiangina-          Antasida, untuk menetralkan asam lambung-          Simvastatin dan gemfibrozil sebagai antihiperlipidemia

Furosemid digunakan sebagai agen antihipertensi tunggal, karena hipertensi yang dialami pasien masih berada pada stage 1 (tekanan diastolik antara 140-159 mmHg). Sehingga penggunaan agen tunggal umumnya cukup efektif. Penggunaan furosemid (loop diuretik) pada pasien yang memiliki diagnose penyerta berupa diabetes mellitus dan gagal jantung seperti pada kasus ini, diperbolehkan. Sehingga pemilihan furosemid dapat dianggap rasional.

Dari segi dosis, umumnya furosemid diberikan sekali sehari (40 mg/hari), yaitu pada pagi hari. Namun dalam kasus ini, pasien menerima furosemid 40 mg pada pagi hari dan 20 mg pada siang hari (60 mg/hari). Dosis tersebut masih berada pada dosis yang dianjurkan, terlebih pasien juga menderita gagal

Page 3: Ruang Diskusi Apoteker

jantung, sehingga dosis yang lebih tinggi diperbolehkan. Waktu pemberian furosemid juga masih aman, yaitu pada pagi dan siang hari, sehingga resiko terjadinya diuresis nokturnal masih dapat dihindarkan. (Dipiro; 233-236)

Pemberian KSR/ kalium klorida, sebagai suplemen kalium, dapat dibenarkan, mengingat furosemid merupakan diuretik yang boros kalium, sehingga dapat memicu terjadinya hipokalemia. (Dipiro; 197).

Disamping kemungkinan terjadinya hipokalemia, pengguna furosemid juga berpeluang mengalami kekurangan kadar ion-ion lainnya, akibat peningkatan urinasi, seperti natrium (hiponatremia), magnesium (hipomagnesemia), serta kemungkinan terjadinya gout. (BNF 57; 76)

Pasien dapat dipastikan menderita diabetes mellitus tipe 2, karena dokter hanya meresepkan andiabetik oral, tanpa insulin. Pasien diberi kombinasi metformin 500 mg tiga kali sehari, dan glibenklamide 5 mg satu kali sehari.

Metformin merupakan antidiabetik golongan biguanide, yang bekerja dengan cara meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan resistensinya. Dan metformin merupakan agen antidiabetik utama untuk terapi diabetes tipe 2, selama penggunaannya tidak dikontraindikasikan pada pasien tersebut. Metformin yang dikombinasi dengan glibenklamide, sangat diperbolehkan. Dosis kombinasi kedua obat tersebut juga masih dalam batas aman. Dimana dosis maksimum keduanya adalah 20 mg/hari untuk glibenkalmid, dan 2000 mg/hari untuk metformin. (Dipiro; 1369, 1384, 1385).

Baik metformin maupun glibenklamide dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada saluran cerna berupa mual, muntah, dan diare. (BNF; 376).

Penggunaan ISDN, Aspilet dan diazepam kemungkinan digunakan untuk terapi gangguan jantungnya.

Diazepam kemungkinan diberikan untuk memberi efek antiansiolitik dan sedasi yang menenangkan sehingga, mengurangi beban kerja jantung. Kemungkinan juga untuk mengatasi insomnia yang dapat disebabkan oleh gemfibrozil. (BNF 57; 693, 146)

Aspilet diberikan sebagai antiplatelet yang dapat mengencerkan dan memperlancar peredaran darah. ISDN digunakan sewaktu-waktu saat terjadi serangan sesak nafas, atau nyeri dada, atau serangan angina. ISDN diberikan secara sublingual, untuk mempercepat onset kerja ISDN, dan mencegah terjadinya metabolism lintas pertama dihati.

Kombinasi simvastatin 10 mg/hari dan gemfibrozil 300 mg/hari dalam dosis tunggal pada malam hari ditujukan sebagai terapi antihiperlipidemia. Suatu studi menunjukkan bahwa pemberian simvastatin mampu mengurangi 42% resiko kejadian panyakit jantung koroner pada penderita diabetes mellitus yang memiliki konsentrasi kolesterol LDL dalam darahnya tinggi. Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner. Dalam studi ini simvastatin digunakan sebagai agen tunggal. (Dipiro; 476-479, 1398)

Penggunaan bersamaan simvastatin (golongan statin) dengan gemfibrozil (golongan fibrat) meningkatkan resiko rhabdomyolisis, sehingga kombinasi tersebut tidak boleh digunakan. (BNF 57; 140)

Penggunaan simvastatin lebih dari 10 mg/hari harus disertai dengan pemantauan klirens kreatininnya (harus >30 ml/menit). (BNF 57; 813)

Penggunaan antasida kemungkinan sebagai penanganan efek samping obat yang dapat mengiritasi lambung, sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Aspilet dapat mengiritasi lambung, akibat adanya penghambatan pada pembentukan prostaglandin. Diazepam dapat menyebabkan ketidaknyamanan lambung, begitu pun dengan furosemid.

Interaksi obat yang mungkin terjadi pada kasus ini antara lain:-          Jus anggur dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari simvastatin

Page 4: Ruang Diskusi Apoteker

-          Gemfibrozil dapat meningkatkan efek antidiabetik dari sulfonylurea (BNF 57; 746)c.       Saran

Berdasarkan ulasan pustaka diatas dapat disarankan :-          Sebaiknya antihiperlipidemia yang digunakan merupakan agen tunggal, yaitu simvastatin atau

gemfibrozil saja, bukan sebagai kombinasi keduanya. Dan tampaknya penggunaan simvastatin lebih aman, dibandingkan dengan gemfibrozil. Karena gemfibrozil berinteraksi dengan sulfonylurea, dan mengakibatkan peningkatan efek hipoglikemia sulfonylurea.

-          Ingatkan pada pasien untuk tidak mengkomsumsi jus anggur selama pasien masih mengkonsumsi simvastatin

-          Sarankan pada pasien untuk melakukan diet karbohidrat dan lemak yang ketat, untuk menjaga suapaya kadar glukosa dan lipid dalam darah tetap berada pada rentang yang aman

-          Sarankan juga pada pasien untuk selalu menyediakan asuapan glukosa cepat (permen, atau minuman manis) jika sewaktu-waktu terjadi hipoglikemia.

-          Pasien juga harus cukup istirahat, dan menghindari kelelahan, untuk menjaga kerja jantung tetap normal. Pasien juga harus menghindari rokok dan alkohol. Olah raga ringan yang teratur masih diperbolehkan, sebatas tidak menimbulkan kelelahan.

2.      Resep 222/7/2011R/  Captopril 25                            XLV      S 3 dd 1R/  HCT                                        XV      S 1-0-0R/  Bisoprolol 5                             XV      S 1 dd 1R/  ISDN 5                                   XV      S 1 dd 1 SL bila nyeri dadaR/  B1                                           XLV      S 3 dd 1R/  Meloxicam 15                         XV      S 2 dd 1R/  Antasida Fl.                            I      S 4 dd C

Pro             : Ny. N (61 Th)

a.       AnanmnesaPasien mengeluh nyeri dada, tekanan darah tinggi, sering tremor, dan pegal-pegal pada sekujur badan.

b.      AnalisaDalam kasus ini pasien menerima 7 item obat dalam sekali waktu konsumsi. 7 item obat tersebut yaitu :

-   captopril yang merupakan antihipertensi golongan inhibitor enzim pengkonversi angiotensin (ACEI),-          hidroklorotiazid (HCT) yang merupakan diuretik golongan tiazid,-          bisoprolol, suatu agen antihipertensi golongan  pemblok β yang kardioselektif-          isosorbid dinitrat (ISDN), antiangina golongan nitrat

Page 5: Ruang Diskusi Apoteker

-          tiamin (vitamin B1), untuk terapi defisiensi vitamin B1-          meloksikam, obat antiinflamasi nonsteroid, yang memiliki sifat antinyeri-          antasida, untuk menetralkan asam lambung

Dengan memperhatikan keluhan yang disampaikan oleh pasien dan obat-obat yang diresepkan oleh dokter dapat diduga pemberian captopril, HCT, bisoprolol, dan ISDN berhubungan dengan hipertensi dan keluhan nyeri dada. Nyeri dada, sering menjadi indikasi adanya gangguan jantung. Meski tidak semua nyeri dada diakibatkan oleh kelainan jantung. Meloksikam dan vitamin B1 ditujukan untuk mengatasi keluhan nyeri badan. Pasien tidak secara langsung mengeluhkan kondisi yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, namun dokter meresepkan antasida, hal ini mungkin ditujukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya iritasi lambung yang dapat  memicu peningkatan asam lambung.

Jika benar, keluhan nyeri dada pada kasus ini berhubungan dengan gangguan system jantung seperti halnya angina, maka pemilihan kombinasi antihipertensi berupa captopril (ACE inhibitor), HCT (diuretik tiazid), dan bisoprolol (β-bloker kardioselektif) relative merupakan pilihan yang tepat. Kombinasi tersebut sebagaimana disarankan oleh JNC7. Kecuali pasien tersebut memiliki riwayat infark myokardiak, penggunaan diuretik tidak disarankan.

Disamping diagnose penyerta dalam kasus hipertensi ini yang harus menjadi dasar pemilihan terapi, faktor usia juga harus dipertimbangkan. Dalam hal ini, pasien telah cukup lanjut usia, yaitu 61 tahun. Faktor usia lanjut sangat memungkinkan terjadinya pengaruh hipertensi terhadap kerusakan berbagai organ seperti jantung, hati, ginjal, dan otak. Sehingga pemilihan terapinya harus benar-benar diperhatikan.

Dosis captopril, pasien menerima captopril 75 mg/hr dalam dosis terbagi tiga, maka dosis tersebut masih dapat diterima sebagai dosis aman. Begitu pun dengan HCT satu kali sehari pada pagi hari, merupakan dosis yang lazim. Dalam hal ini perlu diingatkan pada pasien, agar jangan sampai mengkonsumsi HCT ini pada waktu sore atau malam hari, karena dapat menimbulkan efek diuresis nokturnal, yang akan sangat mengganggu waktu istirahat pasien pada malam hari. Bisoprolol 5 mg satu kali sehari juga merupakan dosis aman. Namun pasien harus diingatkan untuk tidak menghentikan penggunaan obat ini secara mendadak, karena dapat menyebabkan kambuhan hipertensi. (Dipiro; 221).

Pemberian ISDN yang bersifat insidental, yaitu saat terjadi gejala sesak nafas secara sublingual cukup tepat. Pemberian secara sublingual dapat memberikan efek yang lebih cepat daripada secara oral. ISDN akan dengan cepat mengakhiri serangan angina akut yang ditandai gejala sesak nafas dan nyeri dada. Terapi captopril akan membantu mencegah serangan angina yang berulang. Pasien yang menjalani terapi ISDN juga harus diapantau konsentrasi kreatinin serumnya, terutama pada pasien-pasien yang terindikasi mengalami kerusakan ginjal.

Peresepan vitamin B1, kemungkinan berhubungan dengan penanganan keluhan tremor dan salah satu efek obat  (bisoprolol).

Meloksikam diberikan untuk mengobati rasa nyeri. Meloksikam merupakan salah satu anti inflamasi nonsteroid yang relative selektif  pada COX-2. Sehingga obat ini relative aman terhadap lambung. Namun harus diwaspadai efeknya terhadap ginjal. (Dipiro; 688, 916)

Dosis meloksikam yang diresepkan tampaknya berlebih. Pada kasus nyeri osteoarthritis meloksikam hanya digunakan untuk terapi jangka pendek, kecuali pada penanganan rheumatoid arthritis dapat digunakan sebagai terapi jangka panjang. Dosis yang dianjurkan hanya 7,5 mg/hari, maksimum 15 mg/hari. Apalagi dalam kasus ini pasien telah lanjut usia, dosis yang disarankan hanya 7,5 mg/hari. Sedangkan pada resep tersebut dokter menuliskan 2 kali sehari masing-masing 15 mg, atau 30 mg/hari.

Page 6: Ruang Diskusi Apoteker

BNF maupun Pharmacotherapy-Dipiro menyebutkan bahwa pemberian meloksikam hanya sekali sehari. (BNF 57; 552, 559)

Pemberian antasida tampaknya kurang signifikan. Pasien tidak mengeluhkan gejala yang menunjukan adanya kelebihan asam lambung sehingga perlu mengkonsumsi antasida. Meskipun antasida ini hanya bekerja secara local pada lambung, namun tetap perlu diwaspadai interaksinya. Interaksi mungkin terjadi dengan captopril, dimana absorpsi captopril dapat terhambat, yang mengakibatkan bioavailabilitasnya rendah, dan konsentrasi efektif minimumnya dalam darah tak tercapai, sehingga terapi yang optimum juga tidak tercapai. Disamping itu, akumulasi kation Mg2+ dan Al3+ sangat mungkin berikatan dengan senyawa-senyawa phosphate, sehingga absorpsi phophat menurun dan  mengakibatkan hipophosphatemia. Terlebih pasien juga mengkonsumsi diuretik, yang akan meningkatkan aktivitas urinari, yang dapat semakin meningkatkan resiko hipophosphatemia. (Dipiro; 996).

Penggunaan beberapa item obat secara bersamaan, sangat memungkinkan terjadinya interaksi. Interaksi yang mungkin terjadi :

-     Captopril dapat berinteraksi dengan antasida. Antasida dapat menurunkan absorpsi captopril, sehingga antasida dan captopril tidak boleh dikonsumsi bersamaan. Harus ada jarak waktu yang cukup antara saat konsumsi antasida dan captopril, sehingga interaksi keduanya dapat dihindarkan.

-          ISDN, meningkatkan efek hipotensif dari captopril, dan bisoprolol-          Efek hipotensif ISDN diantagonis oleh AINS (meloksikam) (BN7 57; Appendix).c.       Saran

Berdasarkan hasil penelusuran pustaka diatas, maka:-      Dosis meloksikam sebaiknya dikurangi, yaitu hanya 7,5 mg/hari, mengingat pasien telah lanjut usia,

kemungkinan resiko reaksi obat merugikannya akan meningkat yang berupa  kerusakan atau penurunan fungsi ginjal. Begitu pun dengan lama terapinya sebaiknya dibatasi. Sampaikan pada pasien untuk segera menghentikan konsumsi meloksikam ini bila gejala nyeri pada badan telah mereda.

-      Saat pasien merasa nyeri dada, dan menggunakan ISDN, hindari mengkonsumsi meloksikam juga, karena meloksikam dapat mengantagonis kerja ISDN

-          Antasida sebaiknya tidak digunakan

3.      Resep 320-7-2011R/ Metformin 500                                    XLV      S 3 dd 1R/  Glibenklamide 5                                  XV      S 1 dd 1R/  Captopril 50                                        XLV      S 3 dd 1R/  furosemid                                           X      S ½-0-0R/  BC                                                       XLV      S 3 dd 1R/  Amlodipin 5                                        XV      S 1 dd 1R/  Na-diklofenak 50                                XXX

Page 7: Ruang Diskusi Apoteker

      S 0-0-1R/ Simvastatin 10                                                XV      S 0-0-1

Pro             : Tn. SS (66 tahun)

a.       Anamnesa/ diagnosePasien dinyatakan mengalami diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolesterolemia, ostheoartritis, dan sindrom dispepsia.

b.      Analisa resepDalam kasus ini pasien menerima 8 item obat, sebagai berikut :

-          Metformin, antidiabetes golongan biguanid-          Glibenklamide, antidiabetes golongan sulfonilurea-          Captopril, antihipertensi golongan inhibitor enzim pengkonversi angiotensin (ACEI)-          Furosemid, antihipertensi golongan loop diuretik-          BC/ vitamin B kompleks, suplemen kekurangan vitamin B-          Amlodipin, antihipertensi golongan pemblok kanal kalsium (CCB)-          Na-diklofenak, antiinflamasi nonsteroid-          Simvastatin, antihiperlipidemia golongan statin

Kombinsai metformin dan glibenklamid pada kasus pasien diagnose lain berupa hipertensi diperbolehkan. Seperti halnya pada kasus resep nomor  2. Dosis kombinasi kedua obat tersebut juga masih dalam batas aman. Dimana dosis maksimum keduanya adalah 20 mg/hari untuk glibenkalmid, dan 2000 mg/hari untuk metformin. (Dipiro; 1369, 1384, 1385).

Penanganan hipertensi dalam kasus ini digunakan kombinasi 3 antihipertensi, yaitu captopril (ACE inhibitor), furosemid (loop diuretik), dan amlodipin (Pemblok kanal kalsium). Kombinasi tersebut diperbolehkan. Dosis furosemid merupakan dosis terendah yaitu 20 mg, dengan waktu pemberian yang tepat yaitu pada pagi hari. Sedangkan dosis captopril merupakan dosis maksimum yaitu 150 mg/hari, dalam dosis terbagi 3. Sedangkan amlodipin yang diberikan adalah dosis menengah, yaitu 5 mg/hari, lazimnya 2,5-10 mg/hari. Perlu diperhatikan pasien telah cukup lanjut usianya (66 tahun), captopril diberikan pada dosis maksimum dikombinasi dengan furosemid, dan amlodipin, akan berpotensi menimbulkan efek hipotensi. Dengan pemberian furosemid, pasien akan mengalami diuresis, yang berarti volume darah menurun dan menurun pula tekanan darahnya, sedangkan pemberian ACE inhibitor dapat menyebabkan penurunan tekanan darah melalui berbagai mekanisme yang terlibat dalam pengaturan sistem rennin-angiotensin-aldosteron (RAAS), sehingga resiko hipotensinya semakin meningkat, terlebih pada pasien yang telah lanjut usia, ditambah dengan kombinasi dengan amlodipin. Tekanan darah harus senantiasa dipantau. (Dipiro: 233-234)

Meski ada kemungkinan lain, bahwa maksud penggunaan furosemid dalam dosis rendah adalah untuk mengatasi resiko efek samping amlodipin, berupa udema perifer. Amlodipin dapat menyebabkan terjadinya udema perifer, dengan pemberian furosemid, maka aktivitas urinary meningkat, sehingga tidak terjadi udema perifer.

Natrium diklofenak digunakan untuk mengobati gejala nyeri akibat osteoarthritis. Diklofenak merupakan antiinflamasi nonsteroid (AINS) nonselektif. Dosis yang diberikan adalah dosis tunggal pada malam hari sebesar 50 mg.

Page 8: Ruang Diskusi Apoteker

Sebagaimana AINS nonselektif lainnya, diklofenak dapat menginduksi terjadinya ulkus peptikum, sedangkan dalam diagnosanya dokter telah menyatakan bahwa pasien mengalami sindrom dispepsia. Meskipun efek buruk yang disebabkan diklofenak pada saluran cerna tidak sekuat aspirin, namun pemilihan obat lain yang lebih aman, perlu dipertimbangkan, mengingat pasien telah dinyatakan mengalami sindrom dispepsia. (Dipiro; 1131)

Dalam kasus ini, pasien telah didiagnose sindrome dispepsia, dan mendapat terapi AINS yang dapat memperparah sindrom tersebut, namun pasien tidak mendapat obat untuk indikasi ini. Tak ada obat yang diberikan untuk mengobati sindrom dispepsianya.

Simvastatin dosis tunggal pada malam hari 10 mg, untuk terapi hiperlipidemia. Penggunaan simvastatin pada penderita diabetes diperbolehkan. Pemberian vitamin B kompleks, yang mengandung asam nikotinat, akan membentu menghambat pembentukan kolesterol dan trigliserida, sehingga akan membantu menekan kadar lipid dalam darah. (BNF 57; 539)

Interaksi yang mungkin terjadi :-       Amlodipin (pemblok kanal kalsium) dan captopril (ACE inhibitor) yang digunakan bersama-sama,

cenderung berinteraksi menyebabkan efek hipotensif,  ACE inhibitor juga akan bekerja pada sistem kanal kalsium, meski tidak secara langsung, begitu pun dengan furosemid.

-          Captopril berinteraksi dengan makanan, dan menyebabkan absorpsi captopril menurun. (DIF)c.       Saran

Dari uraian diatas dapat disarankan :-          Kombinasi captopril, furosemid, dan amlodipin, perlu dipantau efeknya, ada baiknya dosis captopril

dikurangi-          Konsumsi captopril 1 jam sebelum makan, untuk menghindari interaksinya dengan makanan-          Pasien perlu diberi obat untuk mengatasi sindrome dispepsianya, terlebih dalam resep tersebut terdapat

obat-obat yang menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan pada saluran cerna, berupa iritasi lambung (natrium-diklofenak), mual, muntah, diare (metformin dan glibenklamid).Ranitidine dan antiemetic seperti domperidon atau metoklopramid mungkin perlu diberikan.

-          Pasien juga harus diingatkan untuk senantiasa melakukan terapi non farmakologis, berupa diet makanan rendah karbohidrat, lemak, dan garam.

-          Pasien juga harus menghindari konsumsi rokok dan atau alcohol-          Olah raga ringan secara teratur sangat dianjurkan

4.      Resep 427/7/2011R/  Furosemid                               XV      S 1-0-0R/  Aspilet                                     XV      S 1 dd 1R/  ISDN 5                                   XV      S 1 dd 1

Page 9: Ruang Diskusi Apoteker

R/  Diazepam 2                             XV      S 0-0-1R/  Ranitidin                                 XXX      S 2 dd 1R/ Antasida                      Fl.        I

S 4 dd C1 acR/ Bicnat                                      XLV      S 3 dd 1R/  Ketocid                                   XLV      S 3 dd 1R/ FA                                           XLV      S 3 dd 1

Pro             : Tn. T (54 Th)

a.       AnamnesaPasien mengeluh sering merasakan sesak nafas, nyeri dada, dan nyeri lambung.

b.      Analisa ResepEfek farmakologi masing-masing obat dalam resep :

1)      Furosemide adalah salah satu  loop diuretik.2)      Aspilet adalah sediaan branded dari asam asetil salisilat 80 mg/ tablet. Asam asetil salisilat pada

dasarnya adalah jenis dari antiinflamasi nonsteroid yang juga sering digunakan sebagai antiplatelet.3)      ISDN 5 atau isosorbid dinitrat 5 mg/tablet, merupakan senyawa nitrat kerja panjang yang sering

digunakan pada penanganan kasus angina.4)      Diazepam 2 mg/tablet. Diazepam merupakan hipnotikum golongan benzodiazepine.5)      Ranitidine, antihistamin H-26)      Antasida, antasida merupakan sediaan obat basa yang bekerja menetralkan asam lambung. Umumnya

natasida adalah sediaan tablet atau suspense yang mengandung Al(OH)3 atau Mg(OH)2.7)      Bicnat atau natrium bikarbonat merupakan garam, yang membawa sifat basa, dapat digunakan pula

sebagai antasida, alkalinisasi urin, dan untuk mengatasi ketidaknyamanan saluran urin pada penderita infeksi saluran urin.

8)      Ketocid/  ketoprofen 200 mg/kapsul merupakan obat antiinflamasi nonsteroid.9)      FA/ folic acide atau asam folat merupakan suplemen makanan yang berperan penting dalam

pembentukan sel darah merah.

Furosemid merupakan merupakan golongan obat diuretik yang sering digunakan dalam penanganan kasus hipertensi, namun dalam kasus ini pasien menyatakan tidak menderita hipertensi. Dan pada dosis yang lebih tinggi furosemide digunakan pada pasien dengan penurunan laju glomerular atau pun pasien gagal hati.

Dalam kasus ini pasien Tn. T yang telah berusia 54 tahun menerima 9 item obat dalam rentang waktu satu kali pengobatan, hal ini sangat memungkinkan terjadinya masalah penggunaan obat (DRP) dan interaksi serta terjadinya reaksi obat merugikan (ROM), antar obat-obat tersebut, maupun dengan makanan yang dapat menyebabkan tujuan terapi tidak tercapai secara optimum.

Page 10: Ruang Diskusi Apoteker

Berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh pasien menyatakan sering sesak nafas, nyeri dada dan nyeri ulu hati. Keluhan sesak nafas dan nyeri dada sering menjadi indikator adanya gangguan jantung. Adanya dugaan gangguan jantung ini didukung oleh adanya obat ISDN dan furosemid dalam resep dokter tersebut. Disamping adanya gangguan lambung.

Aspilet merupakan AINS, yang memiliki efek lain sebagai antiplatelet, dan sebagai antiinflamasi nonselektif, aspilet dapat menginduksi terjadinya ulkus peptikum, karena adanya penghambatan pembentukan prostaglandin yang berperan dalam melindungi dinding lambung. Begitu pun dengan ketoprofen. Dalam kasus ini pasien telah mengeluh nyeri lambung. Maka pemberian aspilet dalam kasus ini kurang tepat, karena aspilet dapat memperparah kondisi lambungnya, terlebih dengan adanya efek antiplatelet obat tersebut, dapat memungkinkan terjadinya pendarahan lambung, apalagi penggunaannya bersamaan dengan ketoprofen, yang semakin meningkatkan resiko nyeri dan pendarahan lambung. Walaupun dokter telah memberikan kombinasi ranitidine dan antacid untuk mengatasi nyeri lambungnya, namun mengganti obat yang dapat mengiritasi lambung dengan obat lain yang lebih aman bagi lambung tetap lebih baik.

Diazepam diberikan untuk menghasilkan efek penenang, sehingga dapat membantu mengurangi beban kerja jantung.

Interaksi obat dengan obat yang mungkin terjadi :1)      Furosemide dapat berinteraksi dengan diazepam (ansiolitik dan hipnotik), interaksi ini memungkinkan

terjadinya efek hipotensif. Namun dalam kasus ini kemungkinan tersebut telah dapat dianulir, karena furosemid dikonsumsi pagi hari, sedangkan diazepam malam hari menjelang tidur.

2)      Aspilet, berpeluang interaksi dengan alkali urin dan antasida, dalam kasus ini pasien juga menerima terapi antasida dan natrium bikarbonat yang meruapakan salah satu alkali. Antasida dan alkali lainnya akan mempercepat ekskresi aspilet

3)      Aspilet dan ketoprofen akan meningkatkan resiko pendarahan (meningkatkan efek antikoagulan) (BNF)c.       Saran

Dari urain diatas dapat saya sarankan :-          Penggunaan ketoprofen, sebaiknya dihindari, dari keluhan pasien, tidak ada keluhan yang

mengindikasikan perlunya penggunaan obat tersebut, disamping kemungkinan interaksinya dengan aspilet, dapat meningkatkan resiko perdarahan.

-         Pasien juga tidak mengungkapkan keluhan yang mengindikasikan perlunya penggunaanranitidine dan antasida, sehingga kedua obat tersebut tidak perlu digunakan

Diposkan oleh Purwa Teratai Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestLabel: Analisa Resep

Reaksi: 27 komentar:

1.

Anonim2 Februari 2013 22.12

Page 11: Ruang Diskusi Apoteker

saya perempuan usia 40 th, didiagnosa ginjal terganggu kemarin obatnya furosemide, omeprazole, metylprodinsolone dan elkana...tapi setelah cek lab terakhir dikasih aspilet sama renitidine....kenapa obatnya jadi diganti ya ? kayaknya indikasi ke sakit apa ?..terima kasih

Balas

2.

Purwa Teratai 5 Februari 2013 07.32

terima kasih ibu dah berkenan singgah di blog saya. sebelumnya saya menjelaskan tentang obat2 yang ibu terima, saya perlu mengetahui terlebih dahulu, tentang apa saja yg pernah dokter katakan pada ibu, selain adanya gangguan ginjal? dan klo boleh tahu cek lab apa saja dan bagaimana nilainya?

Balas

3.

Anonim8 Februari 2013 04.58

hasil cek lab sebelumnya, glukosa sewaktu 76, cholesterol total 276,trigliserida 184, HDL Cholesterol 42, LDL Cholesterol 197, Asam Urat 3,6, Ureum 32 dan Creatinin 1.08......HAsil cek lab terakhir sbb:Protein Total 6.7, Albumin 4.2, Globulin 2.5, Urine :Warna kuning, agak keruh Berat jenis 1.025, Ph 5.0, Nitrit Negatif, Protein (+) 25 mg/dl, Glukosa Normal, Keton Negataif, Biliburin (+) 1 mg/dl, Urobilinogen Normal. Mikroskopik : Epitel 20-30, Leukosit 1-2, Eritrosit 0-1, Silinder Negatif, Kristal Ca Oxalat (+), Bakteri (+)...Trimakasih sebelumnya... Diagnosa awal Syndrome Nefrotik...

BalasBalasan

1.

Purwa Teratai 11 Februari 2013 18.32

dengan melihat hasil lab, yang menunjukan tingginya kadar kolesterol dan trigliserida darah, serta protein dalam urin, diagnosa nefrotik sindrom sangatn mungkin. jika pada awal pengobatan diberi furosemide tujuannya untuk mengeluarkan cairan yg tertahan, metilprdnisolon akan membantu mengatasi edema (pembengkakan) akibat adanya timbunan cairan, sedangkan omeprazol diberikan untuk mengatasi gangguan pd saluran cerna.

2.

Purwa Teratai 11 Februari 2013 18.35

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

3.

Purwa Teratai 11 Februari 2013 18.45

Page 12: Ruang Diskusi Apoteker

adapun knp obat diganti menjadi aspilet dan ranitidin, kemungkinan krn adanya komplikasi antara nefrotik sindrome dengan trombosis, sedangkan ranitin digunakan untuk menggantikan omeprazol.

4.

Anonim11 September 2014 15.53

Ketocid bukanlah ketoprofen tetapi asam keto, sbg suplemen asam amino u gagal ginjal kronis. Pd px trsbt diet protein tdk boleh > 0,6 gr/kgBB/hr utk mngurangi beban ginjal. Sdgkn nabic mngkin untk mngurangi keasaman drh krn px dgn gagal ginjal serling jatuh pd asidosis metabolik.

5.

Anonim11 September 2014 16.12

Metil prednisolon bkn utk mngurangi udem pd nefrotik sindrom, tpi u anti inflamasi pd gnguan ginjal yg idiopatik. Sindroma nefrotik yg idiopatik seringkali trjadi pada anak, jarang pd dewasa. Pd dewasa, pnyebab sindrom nefrotik trsering adalh nefropati diabetik. Klo dilihat dr hasil lab, sprtinnya nefropati post renal

6.

Purwa Teratai 16 September 2014 20.51

terima kasih atas koreksinya. Saya harus lebih bnayak belajar lagi.

Balas

4.

Anonim28 Maret 2013 03.05

Saya niang, saya sangat tertarik dengan contoh kajian resep yang ibu buat. Tapi ada beberapa hal yang saya kurang mengerti. Yaitu tentang penggunaan HCT “S 1-0-0” , itu maksudnya bagaimana ia bu? Lalu penggunaan Antasida Fl. “S 4 dd C”, apa maksudnya penggunaannya 4xsehari?mohon penjelasannya bu. Terimakasih.

Balas

5.

Purwa Teratai 1 April 2013 23.30

Page 13: Ruang Diskusi Apoteker

terima kasih Niang. HCT S 1-0-0 artinya HCT Diminum sekali sehari pada pagi hari saja (siang dan malam tidak minum HCT). Sedangkan antasida Fl artinya antasida dalam kemasan botol, aturan pakainya 4 kali sehari satu sendok makan.

Balas

6.

Anonim10 April 2013 20.51

Mana yg lebih baik pemakaian pertama kali dari obat Ashma? Aminophilin atau Salbutamol? Dan pemberian injeksi Dexametasone apakah bernilai? Trims..Sukses..

Balas

7.

basuki NUGSA 17 Mei 2013 18.19

saya usia 38, tensi antara 90/140 100/160, saya di beri terapi obat amlodipine 10mg dan clonidine 75mg, kondisi saya tensi berapa di 80-90/130-140, tetapi cukup jarang tekanan bawah bisa dibawah 85, saya melakukan pengukuran dengan alat tensi digital hampir setiap hari. kombinasi obat apa yang bisa disarankan menurunkan tekanan bawag yang sulit mencapai angka 80salam

Balas

8.

Purwa Teratai 21 Mei 2013 20.52

pada pasien hipertensi tekanan darah bawah tidak terlalu berpengaruh, bagi pasien yg telah didiagnosa hipertensi tensi diastoliknya (tekanan bawahnya) antara 80-90 mmHg dapat dianggap normal, karena tensi yang turun lebih rendah justru dpt menyebabkan terganggunya keseimbangan pemompaan darah oleh jantung.

Balas

9.

Rifqi Alfian Al-idris 19 November 2013 07.38

terima kasieh bu untuk tulisannyasangat membantu........

Balas

10.

Anonim13 Desember 2013 04.49

mau tanya mba ,kalo ada resep irvask 150mg , cedocard, lasix, ksr, osteocare, trajenta, lancid, allopurinol, q-ten, selvigon . apakah ada interaksi obat yang signifikan antara obat-obat tsbt , trmksh

Page 14: Ruang Diskusi Apoteker

Balas

11.

Purwa Teratai 14 Desember 2013 22.28

diantara obat-obat tersebut memang relatif tidak ada interaksi yg signifikan, yg hrs diwaspadai dan dihindari adalah kemungkinan konsumsi alkohol yg dapat menimbulkan interaksi yg bermakna dgn alkohol terutama untuk selvigon (pipazetate HCl) dan cedocard (isosorbid dinitrat). Selain itu harus dipastikan mengapa trajenta (linagliptin) dan selvigon sebagai penekan batuk digunakan secara bersamaan, dimana trajenta dapat menyebabkan efek samping batuk, sehingga hrs diketahui apakah batuk tersebut merupakan efek samping penggunaan trajenta atau karena adanya penyebab lain, jika batuk disebabkan penggunaan trajenta, maka hrs dipertimbangkan penggunaan obat antidiabetes lain sebagai pengganti trajenta.

Balas

12.

Anonim31 Maret 2014 15.37

mau tanya, kenapa ISDN tidak pernah di minum malm hari? dan kenapa penggunaannya harus sub lingual?

BalasBalasan

1.

Purwa Teratai 5 Mei 2014 23.29

ISDN penggunaannya tidak harus sublingual, ISDN dapat juga diberikan secara oral, parenteral maupun transdermal, namun pemberian secara sublingual memberikan keuntungan lebih yaitu onset (mula kerja) obat yang lebih cepat dan terhindar dari efek metabolisme lintas pertama dihati, sehingga pemberian sublingual ini akan menghasilkan efek yg lebih cepat dengan dosis yang lebih kecil.

Balas

13.

Anonim8 September 2014 05.44

Sangat menarik sekali artikel yang ibu buat, adakah contoh kajian resep obat golongan angiotensin reseptor booker (ARB)? Perbedaannya ACEi dan ARB? Terima kasih.

BalasBalasan

1.

Purwa Teratai 16 September 2014 20.44

Page 15: Ruang Diskusi Apoteker

terima kasih sauaraku...ACE inhibitor dan ARB keduanya merupakan agen antihipertensi yg berbeda dalam hal mekanisme kerjanya. ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat kerja enzim yang mengkonversi angiotensin I menjadi angiotensin II Sedangkan ARB bekerja dengan cara memblok reseptor angitensinnya

Balas

14.

linda7 Oktober 2014 05.43

analisa yang lengkap dan mudah dipahami, saya ingin bertanya tentang kombinasi obat berikut:meloxicam 7.5 (2x1), ambroxol (3x1), amlodiphin 10 (1x1 pagi), furosemide 40 (1x1/2 pagi), spironolacton 25 (2x1), pasien diagnosa ISPA dan hipertensi. malam hari konsumsi obat meloxicam, ambroxol dan spironolacton kemudian terjadi reaksi sesak napas dan keringat/peluh. mohon kiranya dapat dijelaskan penyebab reaksi tersebut? apakah efek samping dari konsumsi obat tersebut? terimakasih

BalasBalasan

1.

Purwa Teratai 15 Oktober 2014 01.02

rasanya saya sudah pernah membalas komentar serupa ini

Balas

15.

jelly gamat 13 Oktober 2014 23.16

bagus sekali blognya. aku merasa mendapatkan manfaat yang besar di blog ini

BalasBalasan

1.

Purwa Teratai 15 Oktober 2014 01.00

terima kasih

Balas

16.

ilalang putih 5 April 2015 09.46

Buk, seseorang dapet resep Cholestat sama Magasida. orang tersebut obesitas, dan msh mengeluhkan maagnya, apakah sebaiknyaa mengganti obat maagnya aja atau tingkatin dosis atau gmn? mksh buk

Page 16: Ruang Diskusi Apoteker

Balas

17.

Anonim8 November 2015 19.22

Apa boleh penggunaan clonidine dikombinasikan dg irbesartan?karna TDnya bertahan di160/100..sebelumnya TD bisa sampai 190/110,konsumsi clonidine bisa turun sampe 160/100?atau ada resep lain?terimakasih infonya

Balas

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Kolom Iklan

info cpns

Page 17: Ruang Diskusi Apoteker

klik aja

klikBanner Flash 120x600 by KumpulBlogger.com

klik disiniBanner Flash 160x600 by KumpulBlogger.com

Label Postingan

Farmakoterapi  (47)

Studi Kasus  (14)Monografi  (10)Farmakologi  (9)

Page 18: Ruang Diskusi Apoteker

Kimia Farmasi Analisis  (9)Review Jurnal  (9)Analisa Resep  (3)Nutrisi  (2)thalasemia  (2)Enzim  (1)Teknologi Farmasi (1)coklat  (1)opioid  (1)

tuberkulosis  (1)

Klik

Tidak ada Iklan PPA saat ini(Kumpulblogger.com)

Langganan

 Pos

 Komentar

INFO CPNS

Page 20: Ruang Diskusi Apoteker

powered by

Daftar Blog Saya

Purwa TerataiSUKSES TERBESAR DALAM HIDUPKU1 bulan yang lalu

Ruang Diskusi ApotekerANTIBIOTIK SEBAGAI TERAPI ALTERNATIF APENDIKSITIS AKUT SELAIN APENDEKTOMI2 bulan yang lalu

TOKO ONLINE SERBA ADADOMPET LV CANTIK3 tahun yang lalu

ALBUM KENANGAN VIJ

Selamat Anda Pengunjung Ke..

 613,224

Page 21: Ruang Diskusi Apoteker

20 JUTA PERBULAN DENGAN MODAL 95 RIBU, MAU?KUNJUNGI WWW.NGALIRTERUS.COM INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ?KESEMPATAN TERAKHIR, HANYA HARI INI. MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95 RIBUKUNJUNGI WWW.NGALIRTERUS.COM SOLUSI PERKASA DI RANJANG!!FOREDI Herbal Oles Rekomendasi Boyke Untuk Tahan l Klik

 Aku dan Perajalanan Hidupku

Apoteker

Entri Populer

RANITIDIN Ranitidin merupakan salah satu obat yang cukup dikenal dikalangan masyarakat umum, yang disebabkan pemanfaatan obat ini yang cukup tinggi. ...

Contoh Kajian Resep  CONTOH ANALISA BEBERAPA RESEP Analisa resep dalam tugas khusus ini bertujuan untuk menilai apakah suatu resep obat yang diberik... FAKTA-FAKTA SEPUTAR ATORVASTATIN Atorvastatin sebagai salah satu obat yang laris manis dipasaran internasional telah memberikan banyak keuntungan finansial bagi Pfizer se... ASAM-BASA DAN APLIKASINYA DALAM ANALISIS SENYAWA Penggolongan berbagai senyawa kimia dialam yang sangat melimpah baik dari segi jumlah maupun jenisnya berdasarkan sifat asam dan basa sanga... SILDENAFIL SITRAT Sildenafil dikembangkan oleh sekelompok ilmuwan yang bekerja pada Pfizer Sandwich, di Inggris. Pada awalnya senyawa ini dikembangkan denga... DIGOKSIN Digoksin merupakan glikosida jantung yang berasal dari digitalis lanata yang memiliki efek inotropik positif (meningkatkan kekuatan kontra...

Search

Page 22: Ruang Diskusi Apoteker

KONSTIPASI DAN TERAPINYA Konstipasi atau dikenal juga dengan istilah sembelit adalah keadaan dimana seseorang kesulitan buang air besar  dengan pola harian yang no... ULKUS PEPTIKUM Ulkus peptikum adalah penyakit yang berbeda dengan gastritis dan erosi pada membran mukosa. Namun ulkus peptikum secara umum dapat digolong... HIPERLIPIDEMIA Hiperlipidemia adalah suatu penyakit yang mengakibatkan kadar lemak (kolesterol, trigliserida, atau keduanya) dalam darah meningka seba...

KERACUNAN DAN TOKSISITAS OBAT PENGANTAR Secara farmakologis, obat menawarkan terapi lengkap dengan paket sifat-sifat kimia dan karakteristiknya, mekanisme tindakan,...

Masuk

Follow by Email

Pengikut

Arsip Blog

►  2015 (2) ►  2014 (8) ►  2013 (23) ►  2012 (83) ▼  2011 (8)o ►  November(2)o ▼  September(3) Contoh Kajian Resep

LAPORAN PKPA KIMIA FARMA

Hipertensi o ►  Juli (3)

Translate

Powered by Translate

Mengenai Saya

Purwa Teratai

Submit

Page 23: Ruang Diskusi Apoteker

Aku adalah pribadi sederhana yang punya cita-cita besar. Menjadi farmasis adalah cita-citaku sejak dulu. Aku merasa masih terlalu sedikit yang telah aku kerjakan. Teman bantu aku tuk berbuat lebih baik lagi. Suat

Page 24: Ruang Diskusi Apoteker

u ketika aku akan memiliki rumah sakit besar yang tak hanya berorientasi keuntungan materi.

Lihat profil lengkapku

Amazon Contextual Product Ads

20 JUTA PERBULAN DENGAN MODAL 95 RIBU, MAU?

INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ?

MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95 RIBU

SOLUSI PERKASA DI RANJANG!!

Diberdayakan oleh Blogger.