91
KAPASITAS TEKAN DAN TARIK BETON DENGAN BAHAN TAMBAH FILLER ABU AMPAS TEBU DAN ABU ARANG BRIKET DENGAN FAS 0.45 Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh Rubianto Nugroho NIM : D 100 000 152 NIRM : 00.6.106.03010.5.0152 kepada JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2006

RUBIANTO NUGROHO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas akhirrr

Citation preview

Page 1: RUBIANTO NUGROHO

KAPASITAS TEKAN DAN TARIK BETON DENGAN BAHAN TAMBAH FILLER ABU AMPAS TEBU DAN ABU ARANG BRIKET

DENGAN FAS 0.45

Tugas Akhir

untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

diajukan oleh

Rubianto Nugroho NIM : D 100 000 152

NIRM : 00.6.106.03010.5.0152

kepada

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2006

Page 2: RUBIANTO NUGROHO

LEMBAR PENGESAHAN

KAPASITAS TEKAN DAN TARIK BETON DENGAN BAHAN TAMBAH FILLER ABU AMPAS TEBU DAN ABU ARANG BRIKET

DENGAN FAS 0.45

Tugas Akhir

Diajukan dan dipertahankan pada Ujian Pendadaran Tugas Akhir dihadapan Dewan Penguji

pada tanggal 24 Juni 2006

diajukan oleh :

Rubianto Nugroho NIM : D 100 000 152

NIRM : 00.6.106.03010.5.0152

Susunan Dewan Penguji :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Ir. Suhendro Trinugroho, MT Ir.H.Aliem Sudjatmiko, MT

NIK : 732 NIK : 131 683 033 Anggota,

Much. Solikhin, S.T, M.T. NIK : 792

Tugas Akhir ini diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Surakarta, Juni 2006

Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Sipil

Ir. H. Sri Widodo, M.T. M. Ujianto, S.T, M.T. NIK : 542 NIK : 728

Page 3: RUBIANTO NUGROHO

ii

MOTTO

“Sikap bersabar terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk

sesuatu yang diwajibkan Allah “.

(QS LUKMAN : 17)

“Manakala yang dicari itu bermutu tinggi serta mulia akan sulit mencapainya, panjang

jalannya dan banyak akibatnya “.

(Al Ghozali)

“Manusia mengerjakan yang wajib ia kerjakan, apapun resikonya. Ujian keberanian yang

terbesar dibumi adalah menanggung kekalahan tanpa putus asa”.

(J.F.Kennedy)

“Aku selalu meyakini bahwa ngarai yang curam tak akan pernah menangkap nyanyian

bintang-bintang. Itulah semangat yang mendorongku menentang kelemahanku, guna

menggapai apa yang belum aku miliki. Itulah yang menyebabkan perlawananku menjelma

menjadi sebuah kekuatan maha dahsyat, yang menghasilkan satu daya penciptaa”.

(Kahlil Gibran)

“Tenang setenang langit, cepat secepat kilat”

(Aditya Galih Wijaya)

“Bekerja tidak cukup hanya dengan berpikir dan berbicara, namun diiringi langkah kaki

menuju kesuksesan”.

(Rubianto Nugroho)

Page 4: RUBIANTO NUGROHO

iii

PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan Tugas Akhir ini kepada :

1. Tuhan semesta alam Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta taufiq dan hidayah−

NYA sehingga penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Nabi akhirul zaman Nabi Muhammad SAW suri tauladan serta panutanku yang telah meng

hantarkan kita menjadi umat pilihan untuk seluruh umat manusia menuju ridha−NYA.

3. Emakku tercinta Parinem Hartini yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya yang

tiada henti. makasih doanya ya mak....!!! I love You mom.

4. Adik−adikku tersayang Tom dan Koko yang tak pernah lelah memberiku semangat .

5. Semua keponakan−keponakannku yang lucu−lucu, Ana, Anis, Atik, Uwik, Syifa, Sarah...mas

sayaaang buanget, jangan nakal ya..

6. Sahabat−sahabatku, Nanang, Afik, Arif Pewe, Eko Petho, Eko Brewok ,Eko koplak, Supri.

terima kasih telah setia menemani langkahku selama aku berjuang di Solo.

7. Cah−cah kost mBah Gito...pak Untung ayo nyusul!!,Gendon ojo ER−A wae, Fugus (kamar

mu yen go mbojo jotosi wae Sinyo!!wani ra?),Sinyo...jenggotmu lho Nyo pengen tak kenyot

, pak Eko...Manukmu ono piro?,Anom ayo le kuliah ojo PE−ES wae, Piyan halllah podo wae

anom mugakno gering, Bayu...yen wes terkenal ojo lali yo, Arnes Bean kapan nikahe? Vir

gan ojo ledha−ledhe le..nak jogo PE−ES ojo pelit ok, Doni wetengmu sebelah endi aku bingu

ng?Amin thanxs guyone min OK BUOS!!!

8. Rekan seperjuangan menuju Wisuda, Aditya Galih Wijaya D 100 000 145 thanx men!!

9. Anak−anak Civil 2000 Football Club, kiper (ponco), Bek (awal, hari, farhan, petho,

anang (C), syairu), tengah (hendro, pitoyo, didik, kenthus, koplak, tom, oho), depan

(bayu, krezy, dedi, langgeng), dukun (mbah purwoto) JAYA SELALU !!!

10. Teman−teman se−angkatan 2000, hatta, riyas, tarman, ricad, anton gambis, rofiq ser

ta temen temen yang ga bisa aku sebutin satu persatu. JAGA SELALU PERSAHABATAN

11. My Ride...Honda Grand H 5191 FB yang selalu setia menemani setiap langkahku.

12. Temen−temen yang selalu mengenal dan mengenangku....Peace

Page 5: RUBIANTO NUGROHO

iv

PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur alhamdulilllah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Karunia, Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul KAPASITAS TEKAN DAN

KUAT TARIK BETON BAHAN TAMBAH FILLER ABU AMPAS TEBU DAN

ABU ARANG BRIKET DENGAN FAS 0,45.

Penyusunan Tugas Akhir ini adalah merupakan salah satu syarat yang harus

ditempuh untuk menyelesaikan studi di Jurusan Fakultas Teknik Sipil Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Dengan selesainya dan penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu

membimbing serta meluangkan waktu sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1). Bapak Ir. H. Sri Widodo, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

2). Bapak M Ujianto, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3). Bapak Ir. Suhendro Trinugroho, M.T., selaku Dosen Pembimbing Utama Tugas

Akhir, terima kasih untuk semua bimbingan, ilmu, nasehat dan kesabaranya.

4). Bapak Ir. H. Aliem Sudjatmiko, M.T., selaku Dosen Pembimbing Pendamping,

terima kasih untuk semua bimbingan, ilmu, nasehat dan kesabaranya.

5). Ibu Qunik Wiqoyah, S.T, M.T., selaku Dosen Koordinator Tugas Akhir.

6). Bapak Much. Solikhin, S.T., M.T., selaku Anggota Dewan Penguji Tugas Akhir.

7). Bapak Ir. H. A. Karim Fatchan, M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik

Page 6: RUBIANTO NUGROHO

v

8). Seluruh Dosen Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, terima

kasih atas bantuannya.

9). Emakku, adik-adikku serta keponakan-keponakanku yang telah memberikan

dorongan dan semangat baik moril maupun materiil dalam menyelesaikan

laporan ini.

10). Teman-teman Teknik Sipil Angkatan 2000, terima kasih atas persahabatannya.

11). Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih bantuan dan

dukungannya dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari keterbatasan dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih

banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya

membangun penulis harapkan demi kesempurnaan penyusunan laporan selanjutnya.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

pembaca. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta, Juni 2006

Penulis

Page 7: RUBIANTO NUGROHO

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i

MOTTO ........................................................................................................... ii

PERSEMBAHAN............................................................................................ iii

PRAKATA....................................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR TABEL............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv

DAFTAR NOTASI.......................................................................................... xv

INTISARI......................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................ 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 2

1. Tujuan penelitian.................................................................... 2

2. Manfaat penelitian.................................................................. 2

D. Batasan Masalah .......................................................................... 3

E. Keaslian Penelitian ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5

A. Umum .......................................................................................... 5

B. Pengertian Beton.......................................................................... 5

C. Sifat – sifat Beton ........................................................................ 6

1. Sifat umum beton ................................................................... 6

2. Sifat khusus beton .................................................................. 7

D. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Beton............... 8

1. Faktor air semen..................................................................... 8

2. Jumlah semen ........................................................................ 8

3. Sifat agregat ........................................................................... 9

4. Umur beton............................................................................. 10

Page 8: RUBIANTO NUGROHO

vii

5. Jenis semen............................................................................. 11

E. Bahan Tambah Beton................................................................... 12

1. Bahan tambah kimia............................................................... 12

2. Pozolan................................................................................... 13

3. Serat........................................................................................ 14

BAB III LANDASAN TEORI........................................................................ 15

A. Umum .......................................................................................... 15

B. Bahan Penyusun beton ................................................................. 15

1. Semen portland ...................................................................... 16

2. Agregat .................................................................................. 17

2a). Agregat halus ................................................................. 17

2b). Agregat kasar.................................................................. 18

3. Air .......................................................................................... 18

4. Pengisi pori-pori (Filler) ........................................................ 19

5. Abu arang briket..................................................................... 20

6. Abu ampas tebu...................................................................... 20

C. Perencanaan Campuran Beton ..................................................... 20

D. Kuat Tekan Beton ........................................................................ 30

E. Kuat Tarik Beton.......................................................................... 30

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 32

A. Umum .......................................................................................... 32

B. Bahan Penelitian dan Peralatan Penelitian................................... 32

1. Bahan penelitian..................................................................... 32

2. Peralatan Penelitian................................................................ 32

2a). Ayakan standar ............................................................... 33

2b). Penggetar ayakan (Siever) ............................................. 33

2c). Timbangan ...................................................................... 34

2d). Gelas ukur....................................................................... 35

2e). Kerucut Conus ................................................................ 35

2f). Oven................................................................................. 36

2g). Desicator ........................................................................ 36

Page 9: RUBIANTO NUGROHO

viii

2h). Volumetric Flash ............................................................ 37

2i). Mesin uji Los Angeles...................................................... 37

2j). Molen ............................................................................... 37

2k). Kerucut Abram’s............................................................. 38

2l). Tongkat baja .................................................................... 38

2m). Cetakan silinder............................................................. 39

2n). Bak tempat perendaman benda uji ................................. 39

2o). Mesin uji tekan................................................................ 39

2p). Peralatan penunjang lain ............................................... 40

C. Tahap Penelitian .......................................................................... 40

1. Tahap I : Persiapan alat dan penyediaan bahan .................. 41

2. Tahap II : Pemeriksaan bahan dasar...................................... 41

3. Tahap III : Penyediaan benda uji ........................................... 41

4. Tahap IV : Pengambilan data ................................................. 41

5. Tahap V : Analisis data dan kesimpulan.............................. 42

D. Pelaksanaan Penelitian................................................................. 44

1. Pemeriksaan bahan................................................................. 44

1a). Pemeriksaan kadar lumpur pasir ................................... 44

1b). Pemeriksaan zat organik pasir ....................................... 45

1c). Pemeriksaan Saturated Surface Dry (SSD) pasir ........... 46

1d). Pemeriksaan Specific Gravity dan Absorbtion pasir...... 47

1e). Pemeriksaan gradasi agregat pasir................................ 48

1f). Pemeriksaan keausan agregat kasar ............................... 49

1g) Pemeriksaan Specific Gravity dan Absorbtion kerikil..... 50

1h). Pemeriksaan berat satuan volume batu pecah ............... 51

1i). Pemeriksaan gradasi batu pecah .................................... 52

2. Perencanaan campuran beton................................................. 53

3. Pengujian Slump..................................................................... 54

4. Pembuatan benda uji .............................................................. 55

5. Perawatan benda uji (Curing) ................................................ 55

6. Pemeriksaan berat jenis beton................................................ 56

Page 10: RUBIANTO NUGROHO

ix

7. Pengujian kuat tekan dan tarik beton ..................................... 56

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 60

A. Pengujian Agregat........................................................................ 60

1. Hasil pengujian agregat halus ................................................ 60

2. Hasil pengujian agregat kasar ................................................ 62

B. Pengujian Slump .......................................................................... 64

C. Pengujian Berat Jenis Beton ........................................................ 65

D. Pengujian Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Beton ............................. 67

E. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 71

A. Kesimpulan .................................................................................. 71

B. Saran ............................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: RUBIANTO NUGROHO

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II. 1. Hubungan antara faktor air semen dan kuat tekan silinder beton 8

Gambar II. 2. Hubungan antara kuat tekan beton dan jumlah semen .............. 9

Gambar II. 3. Pengaruh jenis agregat terhadap kuat tekan beton .................... 10

Gambar II. 4. Pengaruh suhu pada laju kuat tekan beton ................................ 10

Gambar II. 5. Pengaruh umur beton terhadap laju kenaikan kuat tekan beton

pada beberapa fas ...................................................................... 11

Gambar II. 6. Grafik kuat tekan beton untuk berbagai jenis semen................. 12

Gambar IV.1. Satu set ayakan dan Siever ........................................................ 33

Gambat IV. 2. Timbangan digital .................................................................... 34

Gambar IV. 3. Timbangan besar...................................................................... 34

Gambar IV. 4. Gelas ukur ................................................................................ 35

Gambar IV. 5. Kerucut Conus ......................................................................... 35

Gambar IV.6. Oven .......................................................................................... 36

Gambar IV.7. Desicator................................................................................... 36

Gambar IV. 8. Volumetric flash ....................................................................... 37

Gambar IV.9. Mesin Los Angeles .................................................................... 37

Gambar IV.10. Molen ...................................................................................... 38

Gambar IV.11. Kerucut Abram’s dan tongkat baja ......................................... 38

Gambar IV.12. Cetakan beton silinder............................................................. 39

Gambar IV.13. Bak tempat perendaman benda uji .......................................... 39

Gambar IV.14. Mesin uji kuat tekan dan kuat tarik merk Milano Italy........... 40

Gambar IV.15. Peralatan penunjang lainnya ................................................... 40

Gambar IV.16. Bagan alir tahapan penelitian.................................................. 43

Gambar IV.17. Perawatan benda uji beton ...................................................... 56

Gambar IV.18. Benda uji sebelum dicat .......................................................... 57

Gambar IV.19. Benda uji setelah dicat ............................................................ 57

Gambar IV.20. Hasil pengujian kuat tekan beton............................................ 58

Page 12: RUBIANTO NUGROHO

xi

Gambar IV.21. Pengujian kuat tekan beton ..................................................... 58

Gambar IV.22. Pengujian kuat tarik beton ...................................................... 59

Gambar IV.23. Hasil pengujian kuat tarik beton ............................................. 59

Gambar V. 1. Batas gradasi pasir dalam daerah gradasi No. II ..................... 62

Gambar V. 2. Batas gradasi kerikil ................................................................ 64

Gambar V. 3. Grafik gabungan hubungan kuat tekan rata-rata dengan variasi

tebu bahan tambah filler abu ampas dan abu arang briket...... 68

Gambar V. 4. Grafik gabungan hubungan kuat tarik rata-rata dengan variasi

tebu bahan tambah filler abu ampas dan abu arang briket...... 69

Page 13: RUBIANTO NUGROHO

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. 1. Rincian jumlah benda uji kuat tekan dan uji kuat tarik ................ 3

Tabel III. 1 Jenis-jenis semen Portland .......................................................... 16

Tabel III. 2. Faktor pengali deviasi standar ..................................................... 21

Tabel III. 3. Nilai deviasi standar untuk tingkat pengendalian mutu pekerjaan 22

Tabel III. 4. Perkiraan kuat tekan beton dengan faktor air semen 0.5 dan jenis

semen dan agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia ........... 23

Tabel III. 5. Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen

maksimum untuk berbagai macam pemberonan dalam lingkungan

khusus .......................................................................................... 24

Tabel III. 6. Ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air................. 24

Tabel III. 7. Ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan air tanah yang

mengandung sulfat ....................................................................... 25

Tabel III. 8. Penetapan nilai Slump .................................................................. 26

Tabel III. 9. Perkiraan kadar air bebas yang dibutuhkan untuk beberapa tingkat

kemudahan pengerjaan adukan beton .......................................... 26

Tabel III. 10.Batas gradasi pasir ...................................................................... 28

Tabel IV. 1. Hasil penurunan SSD pasir .......................................................... 46

Tabel IV. 2. Proporsi kebutuhan material tiap 3 sampel untuk uji kuat tekan

dan 3 sampel untuk uji kuat tarik dengan fas 0.45....................... 53

Tabel IV. 3. Rincian jumlah benda uji untuk kuat tekan beton ....................... 54

Tabel IV. 4. Rincian jumlah benda uji untuk kuat tarik beton......................... 54

Tabel V. 1. Hasil pengujian agregat halus ...................................................... 60

Tabel V. 2. Hasil pengujian agregat kasar ...................................................... 62

Tabel V. 3. Hasil pengujian Slump beton umur 14 hari .................................. 64

Tabel V. 4. Hasil pemeriksaan berat jenis rata-rata kuat tekan beton dengan

Fas 0.45 ........................................................................................ 66

Tabel V. 5. Hasil pemeriksaan berat jenis rata-rata kuat tarik beton dengan

Fas 0.45 ........................................................................................ 66

Page 14: RUBIANTO NUGROHO

xiii

Tabel V. 6. Kuat tekan rata-rata beton dengan variasi penambahan filler abu

abu arang briket dan abu ampas tebu dengan Fas 0.45................ 67

Tabel V. 7. Kuat tarik rata-rata beton dengan variasi penambahan filler abu

abu arang briket dan abu ampas tebu dengan Fas 0.45................ 68

Page 15: RUBIANTO NUGROHO

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran IV. 1. Pemeriksaan kadar lumpur pada pasir................................... L-1

Lampiran IV. 2. Periksaan kandungan zat organik pada pasir......................... L-2

Lampiran IV. 3. Pengujian Saturated Surface Dry (SSD) pasir ...................... L-3

Lampiran IV. 4. Pemeriksaan Spesific Gravity dan Absorbtion pasir ............. L-4

Lampiran IV. 5. Pemeriksaan berat satuan volume pasir ................................ L-5

Lampiran IV. 6. Pemeriksaan gradasi pasir ..................................................... L-6

Lampiran IV. 7. Pemeriksaan keausan agregat kasar ...................................... L-7

Lampiran IV. 8. Pemeriksaan Spesific Gravity dan Absorbtion batu pecah .... L-8

Lampiran IV. 9. Pemeriksaan berat satuan volume batu pecah ....................... L-9

Lampiran IV.10. Pemeriksaan gradasi batu pecah........................................... L-10

Lampiran IV.11. Pemeriksaan berat satuan volume agregat kasar .................. L-11

Lampiran IV.12. Perencanaan campuran adukan beton metode SK SNI ........ L-12

Lampiran IV.13. Proporsi campuran................................................................ L-13

Lampiran IV.14. Pemeriksaan Slump adukan beton ........................................ L-14

Lampiran IV.15. Hasil pengujian kuat tekan beton ......................................... L-15

Lampiran IV.16. Hasil pengujian kuat tarik beton........................................... L-19

Page 16: RUBIANTO NUGROHO

xv

DAFTAR NOTASI

K = Kadar lumpur (gram)

G 0 = Berat pasir mula – mula (gram)

G1 = Berat pasir setelah dicuci (gram)

B = Berat picnometer + air (gram)

BT = Berat picnometer + air + pasir (gram)

BJ = Berat batu pecah dalam keadaan jenuh (gram)

BA = Berat batu pecah dalam air (gram)

Wо = Berat pasir mula – mula (gram)

W 1 = Berat agregat halus yang tertahan saringan ukuran 2 mm (gram)

M = nilai margin

Sd = standart deviasi

f’c = Kuat tekan beton (MPa)

f’cr = Kuat tarik beton (MPa)

W = Berat benda uji (gram)

V = Volume silinder beton (cm³)

P = Beban maksimal (N)

d = Diameter silinder (mm)

h = Tinggi silinder (mm)

π = 3,14

Page 17: RUBIANTO NUGROHO

ABSTRAKSI

KAPASITAS TEKAN DAN TARIK BETON DENGAN BAHAN TAMBAH FILLER ABU AMPAS TEBU DAN ABU ARANG BRIKET

DENGAN FAS 0,45

Beton merupakan bahan bangunan yang telah banyak dikenal masyarakat Indonesia karena bahan penyusun beton mudah didapat dan relatif murah. Penelitian tentang beton telah banyak dilakukan, adapun penelitian ini mencoba memanfaatkan abu ampas tebu dari Pabrik Gula Tasik Madu yang ada di Karanganyar dan abu arang briket dari PT. Skatex yang ada di Karanganyar. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan filler abu ampas tebu dan abu arang briket terhadap kuat tekan dan kuat tarik beton. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan dan Struktur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret. Perancangan adukan beton menggunakan metode rancangan SK.SNI.T-15-1990-03, variasi bahan tambah abu ampas tebu sebesar 7,5% ; 10% ; 12,5% dari berat semen dan abu arang briket sebesar 7,5% ; 10% ; 12,5% dari berat semen. Pada penelitian ini menggunakan fas sebesar 0,45 dengan umur beton 14 hari. Beton yang dibuat berbentuk silinder dengan tinggi 30 cm dan diameter 15 cm. Dari hasil pengujian kuat tekan rata-rata optimum tertinggi diperoleh pada variasi abu ampas tebu 10% dan abu arang briket 12,5% sebesar 90% dari kuat tekan beton normal. Dari pengujian kuat tarik rata-rata optimum tertinggi diperoleh pada variasi abu ampas tebu 10% dan abu arang briket 12,5% sebesar 43,85% dari kuat tarik beton normal.

Kata kunci : abu ampas tebu, abu arang briket, kuat tekan, kuat tarik

Page 18: RUBIANTO NUGROHO

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi sekarang ini sangat pesat seiring dengan

perkembangan zaman. Teknologi dibidang konstruksi bangunan juga mengalami

perkembangan pesat, termasuk teknologi beton yang hampir pada setiap aspek

kehidupan manusia selalu terkait dengan beton baik secara langsung maupun tidak

langsung. Beton merupakan salah satu faktor penting dalam bidang konstruksi

mengingat fungsinya sebagai salah satu pembentuk struktur. Struktur yang terbuat

dari beton antara lain : jalan dan jembatan yang strukturnya terbuat dari beton,

lapangan terbang, bendungan dan sebagainya. Jadi perkembangan beton sangat

perlu dalam kehidupan sehari-hari yang mempengaruhi konstruksi struktur.

Beton banyak digunakan karena keunggulan-keunggulannya antara lain

kuat tekan beton tinggi, mudah dalam perawatan, mudah dalam pembentukan,

serta mudah dalam mendapatkan bahan penyusunnya. Beton merupakan bahan

bangunan yang awet dan tidak mudah berkarat, hal ini sangat berbeda dengan

elemen struktur baja yang memerlukan perawatan untuk mencegah terjadinya

karat. Struktur dari beton mempunyai tegangan tarik yang rendah. Beban tarik

pada plat atau balok beton dipikul oleh tulangan baja pada beton.

Peningkatan kualitas campuran beton akan menghasilkan beton yang lebih

berkualitas. Pemakaian beton diharapkan dapat menghasilkan bangunan-bangunan

berkualitas yang tidak mungkin diperoleh dari beton normal. Kualitas yang baik

pada campuran beton ditambah dengan bahan tambah (admixture), bertujuan

untuk mengubah satu atau lebih sifat-sifat bahan penyusun beton baik dalam

keadaan segar atau setelah keras, seperti bahan tambah arang briket.

Penambahan abu arang briket pada campuran beton yang bersifat pozolan,

sehingga bisa menjadi addictive mineral yang baik untuk beton. Pozolan adalah

bahan yang mempunyai kandungan utama senyawa silicon dioksida alami atau

buatan, yang tidak mempunyai sifat seperti semen.

Page 19: RUBIANTO NUGROHO

2

Penambahan abu ampas tebu sebagai bahan tambah dalam campuran beton

telah dilakukan dalam beberapa pengujian dengan beberapa variasi takaran

penambahan abu ampas tebu terhadap adukan tersebut. Pemilihan abu ampas tebu

sebagai bahan tambah merupakan salah satu alternatif yang cukup mengena,

mengingat abu ampas tebu berasal dari sisa penggilingan tebu. Sedangkan pohon

tebu tumbuh subur di daerah tropis seperti di Indonesia ini, selain itu abu ampas

tebu mudah didapat dan bisa dibedakan atau diketahui cukup dengan indra

manusia.

Pada penelitian ini dicoba untuk mengetahui kapasitas tekan dan tarik

beton dengan bahan tambah filler abu ampas tebu dan abu arang briket dengan fas

0,45. Penelitian ini ingin mengetahui berapa besar kuat tekan dan tarik beton

tersebut setelah diberi bahan tambah dibandingkan dengan beton normal.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah seberapa besar

pengaruh penambahan filler abu ampas tebu dan abu arang briket terhadap kuat

tekan dan kuat tarik beton.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kuat tekan dan

kuat tarik beton yang dihasilkan dengan menggunakan bahan tambah filler abu

ampas tebu dan abu arang briket

2. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain :

a). Manfaat teoritis, untuk mengembangkan pengetahuan tentang teknologi

beton terutama pemanfaatan abu arang briket sebagai bahan tambah.

b). Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan, bahwa pemakaian bahan

tambah filler abu ampas tebu dan abu arang briket mampu menambah kuat

tekan dan tarik beton yang lebih baik.

Page 20: RUBIANTO NUGROHO

3

D. Batasan Masalah

Agar tidak terjadi perluasan dalam pembahasan tugas akhir ini, maka

penulis memberikan batasan-batasan masalah pada penelitian sebagai berikut :

1. Agregat kasar (batu pecah) dan agregat halus (pasir), berasal dari Boyolali.

2. Abu arang briket didapat dari PT. Skatex di Karanganyar.

3. Abu ampas tebu berasal dari PG. Tasik Madu di Karanganyar.

4. Faktor air semen yang digunakan 0,45.

5. Metode mix design menggunakan Metode SK.SNI.T-15-1990-03.

6. Pengujian kuat tekan dan tarik beton tidak menggunakan tulangan.

7. Benda uji berupa silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

8. Persentase variasi campuran abu arang briket adalah 0%, 7,5%, 10%, 12,5%

dari berat semen.

9. Persentase variasi campuran abu ampas tebu adalah 0%, 7,5%, 10%, 12,5%

dari berat semen.

10. Semen yang digunakan adalah semen Portland, jenis I merk Holcim.

11. Tinjauan analisis pada kuat tekan dan kuat tarik beton.

12. Umur pengujian kuat tekan dan kuat tarik beton benda uji silinder beton

dilaksanakan pada umur 14 hari.

13. Jumlah benda uji 3 buah tiap variasi filler abu ampas tebu dan abu arang briket.

14. Jumlah seluruh benda uji yaitu (3 x 4 x 4) x 2 = 96 benda uji.

15. Variasi campuran bahan tambah yang digunakan untuk adukan beton dan

variasi perendaman seperti pada Tabel I.1.

Tabel I.1. Rincian jumlah benda uji untuk kuat tekan dan tarik beton. Umur

pengujian (hari) Fas

Abu Ampas Tebu

(%)

Abu Arang Briket

(%)

Jumah total

benda uji

Ukuran benda

uji (cm)

0 0 3

7,5 ; 10 ;12,5 - 9

7,5 ; 10 ;12,5 7,5 ; 10 ;12,5 27 14 hari 0.4

- 7,5 ; 10 ;12,5 9

d=15;h=30

Jumlah benda uji 48 x 2 = 96

Page 21: RUBIANTO NUGROHO

4

E. Keaslian Penelitian

Penelitian beton dengan bahan tambah abu batu bara telah dilakukan oleh

Murgiyanto (2003). Penelitian yang dilakukan oleh Murgiyanto (2003) adalah

tinjauan pemakaian abu batubara terhadap karakteristik beton dengan

menggunakan faktor air semen 0,45. Penelitian lain tentang analisis kuat tekan

beton dengan penambahan larutan gula dan abu arang briket batubara pernah

diteliti oleh Muctar Rifai (2005), di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik,

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penelitian tersebut untuk mengetahui pengaruh bahan tambah larutan gula dan abu

arang briket batubara terhadap kuat tekan beton mutu tinggi.

Penelitian tentang analisis kuat rekan beton mutu tinggi dengan

penambahan fly ash pernah diteliti oleh Priyanto, 2004 di Laboratorium Bahan

Konstruksi Teknik, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Penelitian tersebut menggunakan perendaman air laut

untuk membandingkan antara kuat tekan beton normal dengan kuat tekan beton

setelah penambahan fly ash dan direndam pada air laut. Perendaman air laut

berfungsi sebagai pemisalan apabila campuran beton tersebut digunakan untuk

bangunan-bangunan di tepi pantai atau bahkan di laut.

Dalam penulisan tugas akhir ini dikaji tentang pengaruh penambahan

bahan tambah filler abu ampas tebu dan abu arang briket terhadap kuat tekan dan

tarik beton. Untuk perencanaan campuran menggunakan metode SK.SNI.T-15-

1990-03.

Page 22: RUBIANTO NUGROHO

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Umum

Beton merupakan suatu material yang sangat sering dijumpai. Hampir pada

setiap aspek kegiatan pembangunan sehari-hari tergantung pada beton, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh jalan, jembatan, dan gedung

yang sering ditempati. Jadi dapat diambil kesimpulan, bahwa kegiatan sehari-hari

sering dipengaruhi oleh dampak perkembangan teknologi beton. Semakin modern

suatu bangsa, maka peranan teknologi tentang beton akan sangat dominan dan

sangat berpengaruh pada proses pembangunan yang menggunakan teknologi

beton. (Subakti, 1995)

Kemajuan pengetahuan tentang beton telah dapat memenuhi berbagai

tuntutan pembangunan, misalnya dengan pemanfaatan bahan-bahan lokal yang

didapat di daerah tertentu dengan mengubah perbandingan bahan dasarnya, maka

akan menghasilkan suatu mutu beton yang dapat memenuhi persyaratan.

Beton yang bermutu sangat baik merupakan material yang sangat awet dan

bebas dari pemeliharaan untuk beberapa tahun. Dengan perencanaan yang tepat

dan sesuai rencana serta pengontrolan pada pemilihan material yang baik, maka

akan didapat suatu fungsi beton maksimum.

B. Pengertian Beton

Beton merupakan campuran antara semen, agregat, air dan kadang-kadang

memakai bahan tambah yang sangat bervariasi, mulai dari bahan kimia tambah,

serat sampai bahan bangunan non kimia pada prosentase tertentu. Campuran

tersebut bila dituangkan dalam cetakan kemudian dibiarkan maka akan mengeras

seperti batuan, yang diakibatkan oleh reaksi kimia antara air dan semen.

(Tjokrodimuljo, 1996).

Kekuatan, keawetan dan sifat beton bergantung pada sifat bahan dasar

penyusunnya, nilai perbandingan bahan-bahannya, cara pengadukannya maupun

cara pengerjaannya selama penuangan adukan beton dan cara perawatan selama

proses pengerasan. (Tjokrodimuljo, 1996).

Page 23: RUBIANTO NUGROHO

6

C. Sifat – Sifat Beton

Sifat beton merupakan hal yang erat kaitannya dengan kualitas beton yang

dituntut untuk suatu tujuan konstruksi. Diharapkan dari suatu konstruksi adalah

hasil yang didapat sesuai harapan secara maksimal tetapi secara ekonomis tidak

terjadi pemborosan.

Sifat-sifat beton pada umumnya digolongkan menjadi dua, yaitu sifat yang

berhubungan langsung dengan kelebihan beton dan sifat yang berhubungan

dengan kekurangan beton ( Tjokrodimuljo, 1996 ).

1. Sifat umum beton

Secara umum beton mempunyai sifat kebaikan dan kekurangan tertentu

jika dibandingkan dengan bahan-bahan lain (Tjokrodimuljo,1996).

Kelebihan beton antara lain :

1) Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi.

2) Harga relatif murah.

3) Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak

4) Akibat kuat tekannya tinggi maka jika dikombinasikan dengan baja tulangan

(yang kuat tariknya tinggi) maka dapat dikatakan mampu dibuat untuk struktur

berat.

5) Beton segar dapat disemprotkan dipermukaan beton lama yang retak maupun

diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.

6) Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada

tempat-tempat yang sulit.

7) Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran sehingga biaya perawatan

termasuk rendah.

Kekurangan beton antara lain :

1) Beton mempunyai kuat tarik rendah sehingga mudah retak oleh karena itu

perlu diberi tulangan.

2) Beton segar mengalami proses pengerutan saat terjadi proses pengeringan dan

beton mengeras mengalami pengembangan jika basah.

3) Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga

perlu kelonggaran untuk mencegah retak-retak akibat perubahan suhu.

Page 24: RUBIANTO NUGROHO

7

4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna sehingga selalu dapat dimasuki

air, dan air yang mengandung garam dapat merusak beton.

5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dilindungi dan didetail

secara seksama agar diperoleh struktur yang komposit.

2. Sifat khusus beton

Sifat secara khusus bagi beton adalah sifat-sifat yang ditinjau atau

berhubungan dengan :

a). Kuat Tekan

Kuat tekan beton lebih besar daripada kuat tariknya. Kuat tekan ini selalu

bertambah bersamaan dengan bertambahnya umur beton.

b). Besarnya kuat tarik dan lentur

Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat tekan pada umur yang masih

muda dan berkisar sepersepuluh sesudahnya. Biasanya ini tidak

diperhitungkan dalam perencanaan struktur beton.

c). Besarnya kuat geser.

Dalam praktek, kuat geser beton selalu diikuti oleh kuat tekan, tarik dan

lentur, bahkan di dalam pengujian tidak mungkin menghilangkan elemen

lentur (Murdock & K.M. Brook, 1991)

d). Perubahaan bentuk akibat pembebanan

Bilamana beton dibebani, perubahaan bentuk terjadi dan bertambah sesuai

dengan pertambahan beban, sebagaimana baja dan bahan-bahan lain. Beton

berubah bentuk sebagian mengikuti regangan elastis dan sebagian mengalami

regangan plastis.

e). Modulus elastisitas

Yang menjadi tolok ukur yang umum dari sifat elastis bahan adalah modulus

elastisitas yang merupakan perbandingan dari tekanan yang diberikan dan

perubahan bentuk persatuan panjang sebagai akibat dari tekanan yang

diberikan.

Page 25: RUBIANTO NUGROHO

8

D. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Beton

Kesempurnaan semua sifat dasar beton dicapai dengan tidak meninggalkan

segi ekonomis, karena penggunaa beton yang diharapkan yaitu dengan kualitas

yang baik dan mempunyai kuat tekan tinggi, serta murah dari segi ekonomisnya.

Pencapaian nilai kuat tekan beton yang maksimal harus dipertimbangkan hal-hal

yang mempengaruhi kualitas beton tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas beton antara lain :

1. Faktor air semen

Faktor air semen adalah angka yang menyatakan perbandingan antara

berat air dengan berat semen. Semakin besar faktor air semen, makin rendah kuat

tekan betonnya. Walaupun semakin rendah faktor air semen, kekuatan beton

semakin tinggi, akan tetapi dibawah faktor air semen tertentu, kuat tekan beton

akan rendah. Hal ini terjadi karena kesulitan dalam pemadatan adukan beton,

sehingga beton menjadi kurang padat (Tjokrodimuljo, 1996).

Gambar II.1. Hubungan antara faktor air semen dan kuat tekan silinder beton (Tjokrodimuljo, 1996)

2. Jumlah semen

Beton dengan jumlah kandungan semen tertentu mempunyai kuat tekan

tinggi. Pada jumlah semen yang terlalu sedikit, berarti jumlah air juga sedikit, dan

adukan beton sulit didapatkan, sehingga kuat beton rendah. Namun jika jumlah

Ideal

Dipadatkan dengan alat getar

Dipadatkan dengan tangan

Padat penuh

tidak padat

Kua

t tek

an b

eton

Faktor air - semen

Page 26: RUBIANTO NUGROHO

9

semen terlalu berlebihan berarti jumlah air juga berlebihan sehingga beton

mengandung banyak pori dan akibatnya kuat tekan beton rendah.

Beton dengan kandungan semen lebih banyak mempunyai kuat tekan lebih

tinggi, sehingga penambahan semen berarti pengurangan nilai faktor air semen,

yang berakibat penambahan kuat tekan (Tjokrodimuljo,1996).

Gambar II.2. Hubungan antara kuat tekan beton dan jumlah semen ( Tjokrodimuljo, 1996)

3. Sifat agregat

Sifat agregat yang berpengaruh terhadap kekuatan beton adalah kekuatan

agregat, kekasaran permukaan agregat dan gradasi butir agregatnya. Pengaruh

kekuatan agregat terhadap kekuatan beton, sebenarnya tidak begitu besar karena

pada umumnya kekuatan agregat lebih tinggi daripada pastanya. Namun apabila

dikehendaki kekuatan beton yang lebih tinggi, diperlukan agregat yang lebih kuat.

Kekasran permukaan agregat mempengaruhi daya lekat dan besarnya tegangan

saat retak-retak beton mulai terbentuk, sedangkan gradasi butiran juga sangat

mempengaruhi kekuatan beton, gradasi agregat dengan ukuran butiran yang

bervariasi berarti sedikit pula pori-pori betonnya sehingga memerlukan jumlah

pasta yang sedikit untuk mengisi rongga-rongga antar butirnya dan secara teoritis

kekuatannya lebih tinggi (Tjokrodimuljo, 1996).

Page 27: RUBIANTO NUGROHO

10

Gambar II. 3. Pengaruh jenis agregat terhadap kuat tekan beton

(Tjokrodimuljo, 1996)

4. Umur beton

Kuat tekan beton bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton.

Yang dimaksud umur beton adalah dihitung sejak umur beton dibuat. Kenaikan

kekuatan beton tersebut mula-mula cepat kemudian semakin melambat selaras

dengan umur betonnya. Hal ini disebabkan oleh reaksi kimia yang terjadi antara

bahan-bahan penyusun beton, terutama antara semen dan air yang mengalami

proses hidrasi. Selama proses ini, butir-butir semen akan menghasilkan endapan,

dan pada permukaan endapan butiran semen ini akan membuat difusu air ke

bagian dalam, hal inilah yang menyebabkan semakin sulitnya proses hidrasi

seiring dengan bertambahnya umur beton.

Gambar II. 4. Pengaruh suhu pada laju kuat tekan beton

(Tjokrodimuljo,1996)

Page 28: RUBIANTO NUGROHO

11

Gambar II. 5. Pengaruh umur beton terhadap laju kenaikan kuat tekan beton pada

beberapa fas (Tjokrodimuljo,1996)

5. Jenis semen

Menurut PUBI, Departemen Pekerjaan Umum (1982) membagi semen

portland dalam lima jenis yaitu :

Jenis semen Karakteristik Umum

Jenis I Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.

Jenis II Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi.

Jenis III Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.

Jenis IV Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah.

Jenis V Semen portland yang dalam penggunaannya persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.

(Sumber : Tjokrodimuljo, 1996)

Page 29: RUBIANTO NUGROHO

12

Gambar II. 6. Grafik Kuat tekan beton untuk berbagai jenis semen

(Tjokrodimuljo, 1996)

E. Bahan Tambah Beton

Dalam pembuatan konstruksi beton, bahan tambah merupakan bahan yang

dianggap penting, terutama untuk pembuatan beton di daerah yang beriklim tropis

seperti Indonesia. Bahan tambah ialah bahan selain unsur pokok beton (air, semen

dan agregat) yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum, segera atau selama

pengadukan beton (Tjokrodimuljo, 1996). Penggunaan bahan tambah tersebut

dimaksudkan untuk memperbaiki dan menambah sifat beton sesuai dengan yang

diinginkan. Penggunaan bahan tambah (admixture) harus didasarkan pada alasan-

alasan yang tepat misalnya memperbaiki kelecakan beton, penampilan beton bila

mengeras, menghemat harga beton menambah daktalitas (mengurangi sifat getas),

mengurangi retak-retak pengerasan dan menambah kuat tekan beton. Bahan

tambah beton ini dapat berupa bahan tambah kimia, pozolan dan serat

(Tjokrodimuljo, 1996).

1. Bahan tambah kimia

Bahan tambah kimia adalah suatu bahan kimia yang dapat membantu

mempermudah dalam proses pembuatan beton. Bahan kimia (berupa bubuk

atau cairan) ini dicampurkan ke dalam adukan beton dengan jumlah tertentu

selama pengadukan, untuk mengubah beberapa sifat beton dan memperoleh

sifat-sifat khusus yang diinginkan (Departemen Pekerjaan Umum, 1982).

Page 30: RUBIANTO NUGROHO

13

Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI), 1982 bahan

kimia tambahan dibedakan menjadi lima jenis antara lain :

a. Jenis A : Bahan kimia tambahan untuk mengurangi jumlah air yang

dipakai. Dengan pemakaian bahan ini diperoleh adukan dengan

faktor air semen lebih rendah pada nilai slump yang sama.

b. Jenis B : Bahan tambah kimia untuk memperlambat proses ikatan dan

pengerasan beton.

c. Jenis C : Bahan tambah kimia untuk mempercepat proses ikatan dan

pengerasan beton.

d. Jenis D : Bahan kimia tambahan yang berfungsi ganda yaitu mengurangi

air dan memperlambat proses ikatan dan pengerasan beton.

e. Jenis E : Bahan tambah kimia berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air

dan mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.

Selain lima jenis di atas, ada dua jenis lain yang lebih khusus, yaitu :

1) Bahan kimia tambahan yang digunakan untuk mengurangi jumlah air

campuran sampai sebesar 12% atau bahkan lebih, untuk menghasilkan

adukan beton dengan kekentalan sama (air dikurangi sampai 12% lebih

namun adukan beton tidak bertambah kental).

2) Bahan kimia tambahan dengan fungsi ganda, yaitu mengurangi air sampai

12% atau lebih, memperlambat pengikatan awal. (Tjokrodimuljo, 1996).

2. Pozzolan

Pozolan merupakan bahan tambah mineral yang mengandung silika (SiO2)

dan alumina (Al2O3). Bahan pozolan tidak mempunyai sifat mengikat seperti

semen, akan tetapi dalam bentuknya yang halus dengan adanya air, maka

senyawa tersebut akan bereaksi dengan Calsium Hidroksida Ca(OH)2 pada

suhu biasa membentuk kalsium hidrat yang bersifat hidrolis. Menurut

pembentukannya pozolan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1) Pozolan buatan, yang merupakan sisa pembakaran dari tungku ataupun

hasil pemanfaatan limbah yang diolah menjadi abu yang mengandung

silika reaktif dengan melalui proses pembakaran, seperti abu terbang (fly

ash), abu sekam padi (rice husk ash), silika fume dan lain-lain.

Page 31: RUBIANTO NUGROHO

14

2) Pozolan alam, yang merupakan sedimentasi dari abu atau lava gunung

berapi yang mengandung silika aktif yang bila dicampur dengan kapur

padam akan mengadakan proses sedimentasi.

Abu arang briket batubara termasuk bahan kimia jenis E, dan mengandung

pozolan.

3. Serat

Tujuan utama penambahan serat ke dalam beton adalah untuk menambah kuat

tarik beton yang sangat rendah berakibat beton mudah retak, dan mengurangi

keawetan beton. Pemakaian serat pada beton lebih tahan retak dan tahan

terhadap benturan, pemberian serat pada beton tidak banyak menambah kuat

tekan beton, namun hanya menambah daktalitas, (Tjokrodimuljo, 1996)

Page 32: RUBIANTO NUGROHO

15

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Umum

Pada saat ini, beton merupakan bahan bangunan yang banyak dipakai

secara luas, banyaknya pemakaian beton disebabkan terbuat dari bahan-bahan

yang umumnya mudah didapat serta mudah diolah sesuai dengan bentuk yang

diinginkan.

Bahan-bahan dasar penyusun beton harus diketahui oleh perencana,

sehingga dapat mengembangkan dan memilih bahan penyusun yang baik serta

dapat menentukan komposisi yang tepat. Perencanaan campuran beton

dimaksudkan untuk mendapatkan beton yang sebaik-baiknya, yaitu yang kuat

tekannya tinggi, mudah dikerjakan, murah, tahan lama dan tahan aus.

Produksi beton yang efektif dapat dicapai dengan pemilihan, pengontrolan

dan perbandingan yang tepat untuk semua bahan serta untuk perancangan

campuran beton mutu tinggi lebih kompleks bila dibandingkan dengan

perancangan campuran beton normal. Kesulitan timbul karena di dalamnya

banyak parameter yang harus diperhitungkan, misalnya: ukuran maksimum

agregat, penambahan bahan dari sifat-sifat bahan dasar yang dipakai,

perbandingan bahan-bahan yang dipakai, cara pengadukan maupun pengerjaan

selama penuangan adukan beton, cara pemadatan dan cara perawatan selama

proses pengerasan.

B. Bahan Penyusun Beton

Dasar penyusun material beton normal terdiri dari semen, agregat halus,

agregat kasar, air dan bahan tambah (admixture) bila diperlukan. Untuk

pembuatan beton, material-material tersebut harus melalui tahap penelitian dan

berkualitas baik. Tahap-tahap penelitian harus diselesaikan sesuai standar

penelitian yang baku untuk mendapatkan material yang berkualitas baik.

Page 33: RUBIANTO NUGROHO

16

1. Semen Portland

Semen merupakan bahan yang mempunyai sifat adhesif dan kohesif,

kedua sifat fisis ini memiliki fungsi sebagai bahan perekat. Semen portland

adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan penghaluskan clinker, terutama

terdiri dari silikat calsium yang bersifat hidrolis, dengan gips sebagai bahan

tambahnya. Semen hidrolis adalah semen yang akan mengeras apabila

bereaksi dengan air, menghasilkan bahan yang tahan terhadap air (water

resistance) dan stabil tahan air. Clinker adalah bahan baku yang dibutuhkan

dalam pembuatan semen, sebagai hasil dari pembakaran pada suhu tinggi

terhadap bahan-bahan mentah pembentuk semen.

Perubahan komposisi kimia semen dengan mengubah 4 komponen

utama semen, yaitu : Trikalsium Silikat (C3S), Dikalsium Silikat (C2S),

Trikalsium Aluminat (C3A) dan Tetrakalsium Alumina Ferit (C4AF),

menghasilkan beberapa jenis semen sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

Sesuai dengan tujuan pemakaiannya PUBI (1982) membagi semen portland

dalam lima jenis seperti yang dapat dilihat pada Tabel III.1. Jenis-jenis semen

Portland, sebagai berikut :

Tabel III.1. Jenis-jenis semen Portland. Jenis semen Karakteristik Umum

Jenis I Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.

Jenis II Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi.

Jenis III Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.

Jenis IV Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah.

Jenis V Semen portland yang dalam penggunaannya persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.

(Sumber : Tjokrodimuljo, 1996)

Selain semen-semen yang disebut di atas, juga telah dibuat semen

dengan tujuan khusus (Subakti, 1995). Semen-semen itu adalah :

1) Oil well cement, semen ini digunakan untuk penyemenan sumur minyak

yang dalam. Adukan dari semen halus ini tahan sampai tekanan 1000

atmosfir. Semen ini sangat cepat proses hidrasinya karena itu digunakan

serbuk khusus untuk menghambat proses hidrasi semen ini.

Page 34: RUBIANTO NUGROHO

17

2) Semen dengan kadar alkali rendah, semen ini digunakan di negara-negara

penghasil agregat yang reaktif terhadap iklim. Jenis semen ini tidak

mengandung alkali dalam komposisinya.

3) Semen putih, jenis semen ini dibuat dari batu kapur yang bebas besi,

quarsa pasir dan kaolin, oleh karena itu penggilingan serbuk mahal.

2. Agregat.

Agregat merupakan bahan utama pembentuk beton disamping pasta

semen. Kadar agregat dalam campuran berkisar antara 70-75% dari volume

total beton, oleh karena itu kualitas agregat berpengaruh terhadap kualitas

beton (Nugroho, 1983).

Agregat beton dapat berasal dari bahan alami, buatan (batu pecah)

maupun bahan sisa produk tertentu. Selain persyaratan teknis yang harus

dipenuhi, hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis agregat

beton mengacu pada Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971

N.1-2, Bab 3 Pasal 3.3-3.5 dan standar ASTM C 33-97.

Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir

dan lain-lain) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang

dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan

karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses

pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap

penyusutan (Murdock dan K.M. Brook, 1999).

2a). Agregat halus, agregat halus mempunyai butiran yang lolos

ayakan 4,75 mm (No. 4 standar ASTM) dan lebih besar dari 0,075 mm.

Agregat halus beton dapat berupa pasir alami sebagai disintegrasi alami atau

berupa pasir buatan (artifical sand) yang dihasilkan dari alat-alat pemecah

batu. Agregat halus bersama dengan semen dan air membentuk mortar yang

akan mengikat agregat kasar menjadi satu kesatuan yang kuat dan kompak.

Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, agregat

halus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Butir-butirannya tajam, kuat dan bersudut.

2) Tidak mengandung tanah dan kotoran lain yang lolos ayakan 0,075 mm.

Page 35: RUBIANTO NUGROHO

18

3) Tidak mengandung garam yang menghisap air udara.

4) Tidak mengandung zat organik karena dapat mengurangi mutu beton.

5) Harus mempunyai variasi besar butir atau gradasi yang baik.

6) Bersifat kekal, tidak hancur.

7) Agregat harus mempunyai sifat reaktif terhadap alkali.

2b). Agregat kasar, Agregat kasar adalah kerikil sebagai disintegrasi

alami batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah

batu dan mempunyai ukuran antara 5 sampai 40 mm. Agregat kasar yang

akan dicampurkan sebagai adukan beton harus mempunyai syarat mutu yang

ditetapkan.

Menurut persyaratan umum bahan bangunan di Indonesia, tahun 1982,

maka agregat harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir keras dan tidak berpori apabila

agregat kasar mengandung butir pipih, maka jumlah butir pipih tidak boleh

lebih 20% dari agregat seluruhnya. Agregat kasar bersifat kekal, yaitu

tidak hancur oleh pengaruh cuaca.

2) Agregat tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditententukan

terhadap berat kering), bila kadar lumpur lebih dari 1% agregat harus

dicuci.

3) Tidak mengandung zat-zat yang merusak beton, seperti zat-zat yang

reaktif alkali.

4) Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji

Los Angeles.

5) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya.

6) Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil

antar bidang samping cetakan, 1/3 tebal plat atau ¾ jarak bersih minimum

antara batang tulangan.

3. Air

Air merupakan bahan pembuat beton yang sangat penting. Air

diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi bahan pelumas

antara butir-butir agregat agar lebih mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk

Page 36: RUBIANTO NUGROHO

19

bereaksi dengan semen, air hanya diperlukan 25% dari berat semen saja.

Selain itu air juga digunakan untuk perawatan beton dengan cara pembasahan

setelah pengecoran. (Tjokrodimuljo, 1996).

Persyaratan air yang digunakan dalam campuran beton adalah sebagai

berikut :

a) Air tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter.

b) Air tidak boleh mengandung garam-garaman lebih dari 15 gram/liter.

c) Air tidak boleh mengandung Chlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.

Pemakaian air yang terlalu banyak akan menimbulkan gelembung air

sehingga beton menjadi porous. Selain itu dapat menurunkan kekuatan beton,

kelebihan air juga dapat memberikan penyusutan yang besar pada beton.

4. Bahan pengisi pori-pori (Filler)

Sejumlah bahan berbentuk tepung, yang dapat digunakan untuk

menambah karakteristik kohesip dari beton dan oleh karenanya memperbaiki

ketahanan terhadap bleeding. Bahan-bahan ini meliputi kapur mentah, kapur

padam, tanah diatomaceus, bentonite, kaolin dan tepung batu. Dapat

ditambahkan, bahwa “fly ash” dan “slag” (sisa benda tambang) yang berasal

dari dapur etus dapat digolongkan sebagai pengisi pori-pori meskipun bahan-

bahan ini biasanya digunakan karena sifat “pozzolanic”-nya.

Didalam peranannya sebagai pengisi pori-pori, bahan ini

menguntungkan untuk beton tumbuk yang kasar/kaku, yang kekurangan

partikel halus. Meskipun demikian keuntungan dari bahan ini sangat

diragukan, karena di dalam meningkatkan workabilitas dan kohesip biasanya

dibutuhkan penambahan perbandingan air/semen beton, dengan kehilangan

kekuatan yang sepadan. Selanjutnya penyusutan kering beton ditambah oleh

bahan ini, beberapa diantaranya, pada kenyataannya, sedikit bedanya dengan

tanah liat, lumpur dan debu batu yang sebaiknya dikeluarkan dari agregat

beton.

Dibeberapa hal, tampaknya tiada keuntungan penambahan pori-pori

daripada penggunaan campuran kaya (banyak semen).

Page 37: RUBIANTO NUGROHO

20

5. Abu arang briket.

Abu arang briket adalah abu terbang limbah pembakaran batubara

yang keluar dari tabung pembakaran. Kandungan abu akan tebawa barsama

gas pembakaran melalui ruang bakar dan daerah konversi dalam bentuk abu

terbang. Sekitarc 20% dalam bentuk abu dasar dan 80% dalam bentuk abu

terbang. Abu terbang memiliki ukuran yang lebih halus dan warna lebih

terang dari abu dasar,(Sukandarrumidi, 1995)

Abu arang briket didefinisikan sebagai sisa pembakaran dari tungku

pemanas yang dikeluarkan dari ruang perapian suatu ketel uap gas buang

yang lolos saringan No. 200. Abu yang terjadi pada pembakaran batubara

akan membentuk oksida-oksida, antara lain : SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO,

Na2O,K2O. Kadar abu batubara di Indonesia biasanya hanya berkisar antara

5%- 20%. Abu arang briket yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

PT. Skatex yang berada di Karanganyar. Abu arang briket yang bersifat

pozolan merupakan additive mineral yang baik untuk beton.

6. Abu ampas tebu.

Abu ampas tebu adalah hasil sisa penggilingan tebu yang ada di pabrik

gula kemudian dibakar. Abu ampas tebu yang digunakan dalam penelitian ini

berasal dari Pabrik Gula Tasik Madu di Karanganyar Jawa Tengah. Abu

ampas tebu bersifat sebagai pengikat dalam campuran beton.

C. Perencanaan Campuran Beton

Perencanaan adukan beton pada setiap hasil hitungan harus dikontrol dengan uji coba berupa campuran pekerjaan (trial mixes) untuk memastikan hasilnya. Hal ini karena bahan-bahan dasar beton sangat variabel dan banyak, dari sifat bahan tersebut hanya perhitungan awal yang berguna untuk membuat campuran percobaan, agar hasil yang diperoleh dari campuran percobaan tidak menyimpang terlalu jauh.

Perencanaan campuran menggunakan metode SK.SNI.T-15-1990-03 yang

dalam perencanaan ini digunakan tabel-tabel dan grafik. Adapun langkah-langkah

Page 38: RUBIANTO NUGROHO

21

pokok perencanaan campuran dengan metode SK.SNI.T-15-1990-03

(Tjokrodimuljo, 1996) adalah sebagai berikut :

1. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c) pada umur tertentu.

Kuat tekan beton yang disyaratkan ditetapkan sesuai dengan persyaratan

perencaaan strukturnya dan kondisi setempat. Di Indonesia yang

dimaksudkan dengan kuat tekan beton yang disyaratkan ialah kuat tekan

beton dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itu hanya sebesar 5% saja.

2. Penetapan nilai deviasi standar (s)

Deviasi standar ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaa

pencampuran betonnya. Makin baik mutu pelaksanaan makin kecil nilai

standar deviasi standarnya. Penetapan nilai standar deviasi standar ini

berdasar pada pengalaman praktek pelaksanaan pada waktu yang lalu, untuk

pembuatan beton mutu sama dan menggunakan bahan dasar yang sama pula.

a. Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa

pada masa yang lalu, maka persyaratannya (selain yang disebut diatas)

jumlah data hasil uji minimum 30 buah. Satu data hasil uji kuat tekan

adalah hasil rata-rata dari uji tekan dua silinder yang dibuat dari contoh

beton yang sama dan diuji pada umur 28 hari atau umur pengujian lain

yang ditetapkan. Jika jumlah hasil uji kurang dari 30 buah maka

dilakukan koreksi terhadap nilai deviasi standar dengan suatu faktor

pengali, lihat Tabel. III. 2.

Tabel.III.2. Faktor pengali deviasi standar Jumlah data 30 25 20 15 <15

Faktor pengali 1.0 1.03 1.08 1.16 Lihat butir b

(SK. SNI. T-15-1990-03)

b. Jika pelaksana tidak mempunyai catatan/pengalaman hasil pengujian

beton pada masa lalu yang memenuhi persyaratan (termasuk data hasil

uji kurang dari 15 buah), maka nilai margin langsung diambil sebesar 12

MPa, (f’c+12).

Page 39: RUBIANTO NUGROHO

22

Tabel.III.3. Nilai deviasi standar untuk berbagai tingkat pengendalian mutu pekerjaan.

Tingkat pengendalian mutu pekerjaan Sd (Mpa) Memuaskan Sangat baik Baik Cukup Jelek Tanpa kendali

2.8 3.5 4.2 5.6 7.0 8.4

(Tjokrodimuljo, 1996)

3. Penghitungan nilai tambah (margin) (M)

Jika nilai tambah ini sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa maka langsung ke

langkah (4).

Jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standar Sd maka

dilakukan dengan rumus berikut :

M = k . Sd

dengan :

M = nilai tambah ( Mpa )

k = tetapan statistic yang nilainya tergantung pada prosentase hasil uji yang

lebih rendah dari f’c. dalam hal ini diambil 5 % dari nilai k = 1,64

Sd = deviasi standart ( Mpa )

4. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan

Kuat tekan beton rata-rata yang direncanakan diperoleh dengan rumus :

f’cr = f’c+ M

dengan :

f’cr

f’c

M

=

=

=

kuat tekan rata-rata, Mpa

kuat tekan yang disyaratkan, MPa

nilai tambah, MPa

5. Penetapan jenis semen Portland

Menurut PUBI 1982 di Indonesia semen Portland dibedakan menjadi 5 jenis,

yaitu jenis I, II, III, IV dan V. Jenis I merupakan jenis semen biasa, adapun

jenis III merupakan jenis semen yang dipakai untuk struktur yang menuntut

persyaratan kekuatan awal yang tinggi, atau dengan kata lain sering disebut

Page 40: RUBIANTO NUGROHO

23

semen cepat mengeras. Pada langkah ini ditetapkan apakah dipakai semen

biasa atau semen yang cepat mengeras.

6. Penetapan jenis agregat

Jenis kerikil dan pasir ditetapkan apakah berupa agregat alami (tak

dipecahkan) ataukah agregat jenis batu pecah (crushed aggregate).

7. Tetapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut :

a. Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata silinder

beton yang direncanakan pada umur tertentu ditetapkan nilai faktor air

semen.

b. Berdasar jenis semen yang dipakai, jenis agregat kasar dan kuat tekan

rata-rata yang direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan nilai faktor

air semen, lihat Tabel. III. 4.

Tabel. III. 4. Perkiraan kuat tekan beton dengan faktor air semen 0.5 dan jenis semen dan agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia

Kekuatan tekan (Mpa) Pada umur (hari) Jenis semen Jenis agregat kasar

3 7 28 91 Bentuk

benda uji Batu tak dipecahkan 17 23 33 40 Silinder Batu pecah 19 27 37 45 Kubus Batu tak dipecahkan 20 28 40 48 Silinder

Semen portland tipe I atau semen tahan sulfat tipe

II, IV Batu pecah 23 32 45 54 Kubus Batu tak dipecahkan 21 28 38 44 Silinder Batu pecah 25 33 44 48 Kubus Batu tak dipecahkan 25 31 46 53 Silinder

Semen Portland tipe III

Batu pecah 30 40 53 60 Kubus (SK. SNI. T-15-1990-03)

8. Penetapan faktor air maksimum Agar beton yang diperoleh tidak cepat rusak misalnya, maka perlu ditetapkan nilai faktor air semen maksimum. Penetapan faktor air semen maksimum dapat dilihat pada Tabel. III. 5. Jika nilai faktor air semen maksimum ini lebih rendah dari langkah (7) maka nilai faktor air semen maksimum ini yang dipakai untuk perhitungan selanjutnya.

Page 41: RUBIANTO NUGROHO

24

Tabel. III. 5. Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkungan khusus

Jenis pembetonan Jumlah semen

minimum per m3 beton (kg)

Nilai faktor semen maksimum

Beton didalam ruang bangunan : a. keadaan keliling korosif b. keadaan keliling korosif disebabkan oleh

kondensasi atau uap korosif Beton diluar ruangan bangunan : a. tidak terlindung dari hujan dan terik

matahari langsung b. terlindung dari hujan dan terik matahari

langsung Beton yang masuk ke dalam tanah : a. mengalami keadaan basah dan kering

berganti-ganti b. dapat terpengaruh sulfat dan alkali dari

tanah Beton yang kontinue berhubungan : air tawar dan air laut

275

325

325

275

325 - -

0.60

0.52

0.60

0.60

0.52

lihat tabel. III. 6

lihat tabel. III. 7 (SK. SNI. T-15-1990-03)

Tabel. III. 6. Ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air

Kandungan semen minimum (kg/m3) Ukuran nominal

maksimum agregat

Jenis beton Kondisi lingkungan berhubungan dengan

Faktor air semen

maksimum

Tipe semen

40 mm 20 mm

Beton bertulang

atau prategang

Air tawar Air payau Air laut

0.50

0.45

0.50

0.45

Tipe I-V Tipe I + pozzolan (15-40%) atau Semen Portland Tipe II atau tipe V

280

340

290

330

300

380

330

370 (SK. SNI. T-15-1990-03)

Page 42: RUBIANTO NUGROHO

25

Tabel. III. 7. Ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat Konsentrasi sulfat dalam

bentuk SO3

Dalam tanah

Kandungan semen minimal

(kg/m3) Ukuran nominal

agrgegat maksimum Kadar

gangguan sulfat Total

SO3 (%) SO3 dlm

camp air : tnh = 2 : 1 (gr/lt)

Sulfat (SO3) dlm air tanah (gr/ltr) Tipe semen

40 mm

20 mm

10 mm

fas

1. < 0.2 < 1.0 < 0.3

Tipe I dengan atau tanpa pozzolan (15-40%)

280 300 350 0.5

Tipe I dengan atau tanpa pozzolan (15-40%)

290 330 380 0.5

Tipe I pozzolan (15-40%) atau Semen Portland Pozzolan

270 310 360 0.55

2. 0.2-0.5 1.0-1.9 0.3-1.2

Tipe II atau tipe V 250 290 340 0.55

Tipe I pozzolan (15-40%) atau Semen Portland Pozzolan

340 380 430 0.45 3. 0.5-1.0 1.9-3.1 1.2-2.5

Tipe II atau tipe V 290 330 380 0.50

4. 1.0-2.0 3.1-5.0 2.5-5.0 Tipe II atau tipe V 330 370 420 0.45

5. > 2.0 > 5.0 > 5.0

Tipe II atau tipe V *lapisan pelindung

330 370 420 0.45

(SK. SNI. T-15-1990-03)

9. Penetapan nilai slump

Penetapan nilai slam dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan

pembuatan, pengangkutan, penuangan, pemadatan maupun jenis strukturnya.

Cara pengangkutan adukan beton dengan aliran dalam pipa yang dipompa

Page 43: RUBIANTO NUGROHO

26

dengan tekanan membutuhkan nilai slam yang besar, adapun pemadatan

adukan dengan alat getar (triller) dapat dilakukan dengan nilai slam yang

agak kecil. Nilai slam yang diinginkan dapat dilihat pada Tabel III. 8.

Tabel. III. 8. Penetapan nilai slump (cm) Pemakaian beton Maksimal Minimum

Dinding, plat pondasi dan pondasi

Pondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan struktur di bawah

tanah

Plat, balok, kolom dan dinding

Pengerasan jalan

Pembetonan massal

12.5

9.0

15.0

7.5

7.5

5.0

2.5

7.5

5.0

2.5

(Tjokrodimuljo, 1996)

10. Tetapkan jumlah air

Jumlah air yang diperlukan permeter kubik beton, berdasarkan ukuran

maksimum agregat, jenis agregat, dan slam yang diinginkan, di lihat pada

dibawah ini yaitu table III. 9.

Tabel. III. 9. Perkiraan kadar air bebas (kg/m3) yang dibutuhkan untuk beberapa tingkat kemudahan pengerjaan adukan beton

Slam (mm) Besar ukuran

maksimal kerikil

(mm) Jenis agregat

0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180

10

20

40

Batu tak dipecahkan

Batu pecah

Batu tak dipecahkan

Batu pecah

Batu tak dipecahkan

Batu pecah

150

180

135

170

115

155

180

205

160

190

140

175

205

230

180

210

160

190

225

250

195

225

175

205

(SK. SNI. T-15-1990-03)

11. Penetapan besar butir agregat maksimum

Penetapan besar butir agregat maksimum dilakukan berdasarkan nilai terkecil

dari ketentuan –ketentuan berikut :

a. Tiga per empat kali jarak bersih minimum antar baja tulangan atau berkas

baja tulangan atau tendon prategang atau selongsong.

Page 44: RUBIANTO NUGROHO

27

b. Sepertiga kali tebal plat

c. Seperlima jarak terkecil antara bidang samping cetakan

12. Hitung berat semen yang diperlukan

Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air dari

langkah (10) dengan faktor air semen yang didapat dari langkah (7) dan (8).

13. Kebutuhan semen minimum

Kebutuhan semen minimum ditetapkan dengan tabel.

Kebutuhan semen minimum ini ditetapkan untuk menghindari beton dari

kerusakan akibat lingkungan khusus, misalnya lingkungan korosif, air payau

dan air laut..

14. Penyesuaian kebutuhan semen

Apabila kebutuhan air semen yang didapat dari langkah (12) ternyata lebih

sedikit daripada kebutuhan semen minimum (13) maka kebutuhan semen

harus dipakai yang minimum (yang nilainya lebih besar).

15. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen

Jika jumlah semen ada perubahan akibat langkah (14) maka faktor air

semennya berubah. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara berikut :

a. faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi jumlah air

dengan jumlah air minimum.

b. Jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen dengan faktor

air semen.

Catatan :

cara pertama akan menurunkan faktor air semen sedangkan cara kedua

menaikan jumlah air yang diperlukan.

16. Penentuan daerah gradasi agregat halus

Berdasarkan gradasinya (hasil analisis ayakan) agregat halus yang akan

dipakai dapat diklasifikasikan menjadi 4 daerah. Penentuan daerah itu

didasarkan atas grafik gradasi yang diberikan dalam Tabel. III. 10.

Page 45: RUBIANTO NUGROHO

28

Tabel. III. 10. Batas gradasi pasir Persen berat butir yang lewat ayakan

Lubang ayakan (mm) 1 2 3 4

10

4.8

2.4

1.2

0.6

0.3

0.15

100

90 - 100

60 - 95

30 - 70

15 - 34

5 - 20

0 - 10

100

90 - 100

75 - 100

55 - 90

35 - 59

8 - 30

0 - 10

100

90 - 100

85 - 100

75 - 100

60 - 79

12 - 40

0 - 10

100

90 - 100

95 - 100

90 - 100

80 - 100

15 - 50

0 - 15

(SK. SNI. T-15-1990-03)

17. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar

Nilai perbandingan antara berat agregat halus dan agregat kasar diperlukan

untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang baik. Pada langkah ini

dicari nilai banding antara berat agregat halus dengan berat agregat campuran.

Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar butir maksimumagregat

kasar, nilai slam, faktor air semen, dan daerah gradasi agregat halus.

Berdasarkan data tersebut dan grafik persentase agregat dapat diperoleh

persentase agregat halus terhadap berat agregat campuran.

18. Berat jenis agregat campuran

Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus :

Bj camp = 100P x Bj agregat halus +

100K x Bj agregat kasar

Dengan :

Bj campuran

Bj agregat hls

Bj agregat ksr

P

K

=

=

=

=

=

Berat jenis agregat campuran

Berat jenis agregat halus

Berat jenis agregat kasar

Persentase agregat halus terhadap agregat campuran

Persentase agregat kasar terhadap agregat campuran

Berat jenis agregat halus dan agregat kasar didapat dari hasil pemeriksaan

laboratorium, namun jika tidak ada dapat diambil sebesar 2,60 gr/cm3untuk

agregat tak pecah/alami dan 2,70 gr/cm3 untuk agregat pecahan.

19. Penentuan berat jenis beton

Page 46: RUBIANTO NUGROHO

29

Dengan data berat jenis agregat campuran dari langkah (18) dan kebutuhan

air tiap meter kubik betonnya maka dengan grafik hubungan kandungan air,

berat jenis agregat campuran dan berat beton dapat diperkirakan berat jenis

betonnya.

20. Kebutuhan agregat campuran

Kebutuhan agregat campuran dihitung dengan cara mengurangi berat beton

permeter kubik dikurangi kebutuhan air dan semen.

21. Hitung berat agregta halus yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (17)

dan (20)

Kebutuhan agregat halus dihitung dengan cara mengalikan kebutuhan agregat

campuran dengan persentase berat agregat halusnya.

22. Hitung berat agregat kasar yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (20)

dan (21)

Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi kebutuhan agregat

campuran dengan kebutuhan agregat halus.

Dalam perhitungan diatas agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam

keadaan jenuh kering muka, sehingga dilapangan yang pada umumnya keadaan

agregatnya tidak jenuh kering muka maka harus dilakukan koreksi terhadap

kebutuhan bahannya. Koreksi harus selalu dilakukakan minimum satu kali per

hari.

1.

2.

3.

Air

Agregat halus

Agregat kasar

=

=

=

B – ( Ck - Ca ) x C/100 - ( Dk - Da ) x D/100

C + ( Ck – Ca ) x C/100

D + ( Dk - Da ) x D/100

Dimana : B = jumlah air (kg/m3)

C = jumlah agregat halus (kg/m3)

D = jumlah kerikil (kg/m3)

Ca = absorpsi air pada agregat halus (%)

Da = absorpsi agregat kasar (%)

Ck = kandungan air dalam agregat halus (%)

Dk = kandungan air dalam agregat kasar (%)

Page 47: RUBIANTO NUGROHO

30

D. Kuat Tekan Beton

Untuk mengetahui kuat tekan beton yang telah mengeras yang disyaratkan,

dilakukan pengujian kuat tekan beton. Prosedur pengujian kuat tekan beton

menggunakan Standart Test Methode For Commpressive of Cylindrical Concrete.

Adapun langkah-langkah pengujian sebagai berikut :

a. Benda uji ditimbang dan dicatat beratnya.

b. Benda uji diletakkan pada mesin penekan dan posisinya diatur agar supaya

tepat berada ditengah-tengah plat penekan.

c. Pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan secara continue dengan mesin

hidrolik sampai benda uji mengalami kehancuran (jarum petunjuk berhenti

kemudian salah satunya bergerak turun).

d. Beban maksimum yang ditunjukkan oleh jarum petunjuk dicatat.

Kuat tekan beton antara lain tergantung pada : faktor air semen, gradasi

batuan, bentuk batuan, ukuran maksimum batuan, cara pengerjaan (campuran,

pengangkutan, pemadatan dan perawatan) dan umur beton (Tjokrodimuljo, 1996).

Menurut Murdock dan K.M. Brook (1991), beton dapat mencapai kuat

tekan 80 MPa atau lebih, bergantung pada perbandingan air dan semen dan tingkat

pemadatannya. Di samping dipengaruhi oleh perbandingan air dan semen kuat

beton juga dipengaruhi oleh faktor lainnya, yaitu : jenis semen, kualitas agregat,

efisiensi perawatan, umur beton dan jenis bahan admixture.

Kuat tekan beton f’c = AP =

2

maks

d..41P

π………………………………………..(III.1)

dengan :

Pmaks = beban maksimum (N)

d = diameter silinder beton (mm2)

E. Kuat Tarik Beton

Kuat tarik beton adalah kemampuan beton yang diletakkan pada dua

perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji, yang

diberikan padanya, sampai benda patah dan dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa)

gaya tiap satuan.

Page 48: RUBIANTO NUGROHO

31

Peralatan yang dipakai adalah mesin tekan beton yang dapat menguji kuat

tarik yang dilengkapi dengan 2 jarum pembacaan beban, 2 buah perletakan benda

uji berbentuk titik, dan 2 buah titik pembebanan, ketelitian pembacaan sebesar

12,5 kg. Alat bantu lain berupa timbangan kapasitas 50 kg dengan ketelitian 0,01

%, pengukuran panjang dan jangka sorong.

Adapun langkah pengujian sebagai berikut :

a. Ukur dimensi penampang benda uji.

b. Timbang berat benda.

c. Buat garis melintang sebagai penunjuk untuk perletakan dan titik pembebanan.

d. Pasang 2 perletakan serta alat pembebanan.

e. Letakkan benda uji diatas tumpuan.

f. Hidupkan mesin uji tekan.

g. Atur pembebanan dengan kecepatan 8-10 kg/cm2 per menit.

h. Hentikan pembebanan setelah beban maksimum tercapai.

Kuat tarik beton antara lain tergantung pada : faktor air semen, gradasi

batuan, bentuk batuan, ukuran maksimum batuan, cara pengerjaan (campuran,

pengangkutan, pemadatan dan perawatan) dan umur beton (Tjokrodimuljo, 1996).

Kuat tarik beton f’cr = h.d.

P.2π

………………………………………………. (III.2)

dengan: P = beban maksimum (N)

d = diameter silinder (mm)

h = tinggi silinder (mm)

Page 49: RUBIANTO NUGROHO

32

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Umum

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara eksperimental, yang dilakukan di

Laboratorium Bahan dan Struktur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Sebelas Maret. Obyek dalam penelitian ini adalah beton yang

menggunakan bahan tambah filler abu ampas tebu dengan abu arang briket.

Pengujian kuat tekan dan tarik dilakukan setelah beton berumur 14 hari di

Laboratorium Bahan dan Struktur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Sebelas Maret.

B. Bahan Penelitian dan Peralatan Penelitian

1. Bahan penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Semen yang digunakan adalah semen Portland jenis I, merk Holcim

b) Agregat halus berupa pasir, berasal dari Boyolali.

c) Agregat kasar berupa batu pecah, berasal dari Boyolali.

d) Air yang digunakan diambil dari Laboratorium Bahan dan Struktur, Jurusan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret.

e) Bahan tambah filler abu arang briket berasal dari PT. Skatex di Karanganyar

dan abu ampas tebu berasal dari PG. Tasik Madu di Karanganyar.

2. Peralatan penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini tersedia di Laboratorium

Bahan dan Struktur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Maret. Peralatan-peralatan yang digunakan terdiri atas :

a) Ayakan standart, untuk memisahkan agregat sesuai ukuran yang diinginkan.

b) Penggetar ayakan (Siever), untuk menggetarkan ayakan agregat dapat

terpisahkan sesuai lubang ayakan yang diinginkan.

c) Timbangan, untuk mengukur benda uji sesuai yang diinginkan.

d) Gelas ukur, untuk pemeriksaan kadar Lumpur dan pemeriksaan bahan organik.

Page 50: RUBIANTO NUGROHO

33

e) Oven, untuk mengeringkan agregat.

f) Desicator, untuk menjaga suhu kamar agregat setelah dioven.

g) Volumetric Flash, untuk mengukur benda jenis pasir yang digunakan sebagai

bahan penyusun beton.

h) Mesin uji Los Angeles, untuk pengujian agregat kasar.

i) Molen, untuk mengaduk campuran beton.

j) Kerucut Abram’s, untuk pengujian Slump.

k) Bak tempat perendaman benda uji.

l) Mesin uji tekan, untuk pengujian tekan dan tarik.

m) Peralatan penunjang lain seperti tongkat baja, cetok, ember, penggaris, siku,

dan bak perendam sample.

Penggunaan dan gambar alat-alat tersebut di atas adalah sebagai berikut :

2a). Ayakan standart. Ayakan digunakan pada uji gradasi yang terdiri dari

saringan dengan ukuran : 19 mm; 12,5 mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18

mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm dan pan. Saringan dipasang dari ukuran terbesar

hingga lubang terkecil dan paling bawah adalah pan. Satu set ayakan dapat dilihat

pada Gambar IV.1.

2b). Penggetar ayakan (siever). Alat ini digunakan untuk menggetarkan

ayakan yang berisi agregat agar terdistribusi sesuai dengan ukuran butirnya. Alat

ini digetar dengan tenaga listrik selama 15 menit. Alat ini dapat dilihat pada

Gambar IV.1.

Gambar IV.1. Satu set ayakan dan Siever

Page 51: RUBIANTO NUGROHO

34

2c). Timbangan. Timbangan yang digunakan adalah timbangan kecil

dengan digital yang mempunyai kapasitas 3 kg dan timbangan besar dengan

kapasitas 100 kg. Timbangan kecil digunakan untuk menimbang briket, dan abu

ampas tebu. Sedangkan timbangan besar digunakan untuk menimbang semen,

pasir dan batu pecah sebagai bahan beton sebelum dicampur dan juga untuk

penimbangan berat benda uji sebelum dilakukan uji tekan dan tarik beton. Alat ini

dapat dilihat pada Gambar IV.2. dan Gambar IV.3.

Gambar IV.2. Timbangan digital

Gambar IV.3. Timbangan besar

Page 52: RUBIANTO NUGROHO

35

2d). Gelas ukur. Gelas ukur yang digunakan berkapasitas 1000 cc dan

500 cc. Alat ini digunakan pada saat pemeriksaaan kadar lumpur dan pemeriksaan

bahan organik. Alat dapat dilihat pada Gambar IV.4.

Gambar IV.4. Gelas ukur

2e). Kerucut Conus. Alat ini berbentuk corong dengan ukuran diameter

atas 3,8 cm dan diameter bawah 8,9 cm, tinggi 7,6 cm dan digunakan untuk

pengujian SSD (Saturated Surface Dry). Alat ini dapat dilihat pada Gambar IV.5.

Gambar IV.5. Kerucut Conus

Page 53: RUBIANTO NUGROHO

36

2f). Oven. Alat ini digunakan untuk mengeringkan agregat kasar pada

waktu pemeriksaaan kadar lumpur pasir, pemeriksaan berat jenis dan penyerapan

pada agregat, dan pemeriksaan kandungan bahan organik. Alat ini dapat dilihat

pada Gambar IV.6.

Gambar IV.6. Oven

2g). Desicator. Alat ini digunakan untuk menjaga suhu kamar agregat

setelah dioven pada pemeriksaan kadar lumpur, penyerapan dan berat jenis

agregat. Manfaat lain alat ini adalah untuk menjaga berat bahan setelah dioven

supaya tidak berubah karena pengaruh udara luar. Alat ini dapat dilihat pada

Gambar IV.7.

Gambar IV.7. Desicator

Page 54: RUBIANTO NUGROHO

37

2h). Volumetric Flash. Alat yang berkapasitas 500 cc ini digunakan untuk

pemeriksaan berat jenis serta penyerapan agregat halus. Alat ini dapat dilihat pada

Gambar IV.8.

Gambar IV.8. Volumetric flash

2i). Mesin uji Los Angeles. Alat ini digunakan untuk pengujian keausan

agregat kasar. Alat ini dapat dilihat pada Gambar IV.9.

Gambar IV.9. Mesin Los Angeles

2j). Molen. Alat ini digunakan untuk pembuatan adukan beton. Dengan

alat ini dimaksudkan agar campuran yang terjadi lebih homogen dan dapat

mempersingkat waktu pelaksanaan dibanding dengan pengadukan manual. Mesin

pengaduk campuran beton mempunyai kapasitas 1 m3, dengan merk SINGLE

Page 55: RUBIANTO NUGROHO

38

PHASE MOTOR Type JY1B-2, buatan Cina pada tahun 1987. alat ini dapat

dilihat pada Gambar IV.10.

Gambar IV.10. Molen

2k). Kerucut Abram’s. Alat ini digunakan untuk pengujian slump

pembuatan benda uji. Alat ini mempunyai diameter atas 10 cm, diameter bawah

20 cm dan tinggi 30 cm. Alat ini dapat dilihat pada Gambar IV.11.

2l). Tongkat baja.

Tongkat baja mempunyai ukuran panjang 60 cm dan diameter 16 mm,

digunakan untuk pengujian slump dan pemadatan beton segar yang dicetak pada

cetakan silinder. Alat ini dapat dilihat pada Gambar IV.11.

Gambar IV.11. Kerucut Abram’s dan tongkat baja.

Page 56: RUBIANTO NUGROHO

39

2m). Cetakan silinder. Alat ini berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30

cm, digunakan untuk mencetak beton mutu tinggi. Alat ini digunakan untuk

pemeriksaan berat satuan, pemeriksaan rasio pasir – agregat total dan pembuatan

benda uji. Alat ini dapat dilihat pada Gambar IV.12.

Gambar IV.12. Cetakan silinder

2n). Bak tempat perendaman benda uji. Bak yang berisi air untuk

merawat benda uji silinder sampai umur yang direncanakan. Alat ini dapat dilihat

pada Gambar IV.13.

Gambar IV.13. Bak tempat perendaman benda uji

2o). Mesin uji tekan. Alat ini digunakan untuk menguji kuat tekan beton.

Untuk alat yang ada di Laboratorium Bahan dan Struktur, Teknik Sipil

Universitas Sebelas Maret memiliki kapasitas 1500 kN dan 2000 kN dengan merk

Mylano Italy. Alat tersebut dapat dilihat pada Gambar IV.14.

Page 57: RUBIANTO NUGROHO

40

Gambar IV.14. Mesin uji tekan dan tarik merk Mylano Italy

2p). Peralatan penunjang lain. Peralatan penunjang lain yang digunakan

antara lain cetok, sekop, ember, cangkul dan kawat bendrat untuk membantu

pembuatan benda uji. Alat ini dapat dilihat pada Gambar IV.15.

Gambar IV.15. Peralatan penunjang lain

C. Tahapan Penelitian

Penelitian dilaksanakan terbagi atas lima tahap, seperti tercantum dalam

bentuk bagan alir pada Gambar IV.1. Adapun tahap penelitian tersebut dijelaskan

seperti uraian berikut ini :

Page 58: RUBIANTO NUGROHO

41

1. Tahap I : Persiapan alat dan penyediaan bahan

Tahap ini merupakan tahap persiapan penelitian di laboratorium yang

meliputi persiapan alat diantaranya yaitu menyiapkan cetakan silinder ukuran

diameter 15 cm tinggi 30 cm yang terbuat besi dan penyediaan bahan susun beton

(semen, pasir, batu pecah, bahan tambah filler arang briket dan abu ampas tebu)

di Laboratorium Bahan dan Struktur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Sebelas Maret.

2. Tahap II : Pemeriksaan bahan dasar

Sebelum digunakan dalam pembuatan campuran, maka pada tahap ini

dilakukan pengujian terhadap bahan dasar beton berupa pasir dan batu pecah.

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan zat organik dalam pasir, pemeriksaan kadar

lumpur pada pasir dan batu pecah, pemeriksaan specific gravity dan absorption

pasir dan batu pecah, pemeriksaan SSD pasir, pengujian gradasi batu pecah,

pemeriksaan berat satuan volume, dan pemeriksaan kadar keausan batu pecah.

Sedangkan untuk semen dan air yang dipakai, dilakukan uji visual. Setelah bahan-

bahan dasar beton memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan, maka dilakukan

pemeriksaan terhadap rasio pasir - agregat total.

3. Tahap III : Penyediaan benda uji

Tahap ini merupakan tahap perencanaan campuran beton, pembuatan

benda uji dan perawatan beton. Perbandingan jumlah proporsi bahan campuran

beton ditentukan/dihitung dengan menggunakan Metode SK.SNI.T-15-1990-03.

Selanjutnya dibuat adukan beton sesuai dengan proporsi masing-masing bahan,

dan dilakukan pengujian slump sampai berhasil baik. Benda uji dibuat dengan

cetakan silinder beton. Setelah dilepas dari cetakan, benda uji silinder tersebut

direndam dalam bak perendaman yang berisi air selama 14 hari.

4. Tahap IV : Pengambilan data

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan berat jenis beton dan pengujian kuat

tekan beton benda uji silinder pada umur 14 hari. Prosedur pengujian kuat tekan

Page 59: RUBIANTO NUGROHO

42

dan kuat tarik mengacu pada standard ASTM C 39 – 86, dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a). Mengukur dan mencatat dimensi benda uji silinder beton.

b). Menimbang dan mencatat berat benda uji silinder sebelum dilakukan

pembebanan.

c). Meletakkan benda uji silinder pada alat penekan dan diatur posisinya agar

tepat berada di tengah-tengah pelat penahan.

d). Pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan dengan mesin hidrolik sampai

benda uji mengalami keretakan atau kehancuran (jarum penunjuk bergerak

kembali ke arah semula).

e). Mencatat beban maksimum yang ditunjukkan jarum penunjuk.

Berat jenis beton dihitung dengan rumus sebagai berikut :

VW

c =γ ……………………………………………………………(IV.1)

dengan : γc = berat jenis beton (gr/cm3)

W = berat beton (gr)

V = volume silinder beton (cm3)

Kuat tekan beton dihitung dengan rumus sebagai berikut :

AP

f maks'c = = 2

maks

d4/1Pπ

………………………………………………..(IV.2)

dengan : 'cf = kuat tekan beton (MPa)

Pmaks = beban maksimum (N)

A = luas permukaan benda uji yang ditekan (mm2)

d = diameter silinder beton (mm)

5. Tahap V : Analisis data dan kesimpulan

Dari hasil pengujian yang dilakukan pada Tahap IV, kemudian dilakukan

analisis data. Analisis tersebut merupakan pembahasan dari hasil penelitian, yang

kemudian dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian.

Page 60: RUBIANTO NUGROHO

43

Tahap I

Mulai

Persiapan alat dan bahan

AirAmpas tebudan filler arang

briket lolosayakan no.200

Uji visual

Semen Agregat halus Agregat kasar

Uji visualUji visualMemenuhi syarat

Slump test

diganti diganti

kadar lumpurkandunganorganikgradasi pasirspecificgravity danabsorption

gradasiagregat kasarberat satuanvolumespecificgravity danabsorptionkeausan

Perb

aika

nku

alita

s/di

gant

i

Rencana campuran(mix design)

Pembuatan adukan beton

Pembuatan benda uji

Perbaikan komposisi campuran

Perawatan (curing)

Pengujian kuat tekan dan tarikbeton

Pengolahan data

Analisis data

Kesimpulan dan saran

Selesai

Tahap II

Tahap III

Tahap V

Tahap IV

Memenuhisyarat

Tidakmemenuhi

syarat

baik baik baikbaik

TidakbaikTidak

baik

Tidakbaik

Gambar IV.16. Bagan Alir Tahapan Penelitian

Page 61: RUBIANTO NUGROHO

44

D. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap yang telah

dijelaskan pada Bab IV.C. Adapun pelaksanaan penelitian tersebut diuraikan

seperti berikut ini.

1. Pemeriksaan bahan

Pemeriksaan bahan digunakan sebagai pedoman dalam perancangan

adukan beton dan kelayakan bahan untuk campuran beton. Adapun bahan-bahan

yang akan diperiksa antara lain pasir, batu pecah, dan agregat campuran. Jenis-

jenis pemeriksaan bahan sebelum digunakan adalah sebagai berikut:

1a). Pemeriksaan kadar lumpur pada pasir. Tujuan pemeriksaan ini

adalah untuk mengetahui kandungan lumpur pada pasir sehingga diperoleh

kualitas beton yang bermutu. Yang dimaksud lumpur adalah bagian yang lolos

ayakan 0,063 mm.

Alat-alat yang digunakan antara lain : oven, gelas ukur, cawan dan

timbangan digital.

Adapun langkah-langkah pemeriksaan kadar lumpur pada pasir adalah

sebagai berikut :

(1). Menyediakan pasir yang akan diuji seberat 500 gram (H0).

(2). Menyediakan cawan dan menimbangnya, kemudian didapat berat 393 gram.

(3). Memasukkan pasir ke cawan dan memasukkan ke dalam oven selama 24 jam

pada suhu 105° C.

(4). Setelah pasir kering, pasir beserta cawan ditimbang dengan berat 893 gram.

(5). Memasukkan pasir ke dalam gelas ukur, kemudian diberi air dan dikocok-

kocok. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mengganti air yang sudah

keruh dengan yang air yang baru sampai benar-benar jernih.

(6). Memasukkan pasir ke dalam cawan kemudian di oven lagi selama 24 jam

pada suhu 105° C.

(7). Menimbang pasir yang berada dalam cawan tersebut, diperoleh 474 gram (H1)

(8). Kadar lumpur dihitung dengan rumus sebagai berikut :

K= %1000

10 xH

HH −……………………………………………….(IV.3)

Page 62: RUBIANTO NUGROHO

45

K= %100100

5,95100 x−

K= 5 %

dengan : K = kandungan lumpur

H0 = berat pasir mula-mula (gr)

H1 = berat pasir setelah dicuci (gr)

Perhitungan pada pemeriksaan kadar lumpur pasir ini dapat dilihat pada

Lampiran IV.1.

1b). Pemeriksaan zat organik pada pasir. Pemeriksaan zat organik dalam

pasir bertujuan untuk mengetahui sifat kandungan bahan organik yang terdapat

pada pasir sehingga dapat diketahui kelayakannya sebagai campuran beton.

Alat-alat yang digunakan antara lain : oven, desicator, gelas ukur, cawan

dan larutan NaOH 3%.

Adapun langkah-langkah pemeriksaan zat organik pada pasir adalah

sebagai berikut :

(1). Memasukkan pasir kedalam gelas ukur sebanyak 130 cc, kemudian

dimasukkan ke dalam dua buah cawan.

(2). Pasir dikeringkan dengan dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam pada

suhu 105° C.

(3). Mendinginkan pasir ke dalam desicator selama 15 menit sehingga mencapai

suhu ruang.

(4). Memasukkan pasir ke dalam gelas ukur yang berkapasitas 500 cc.

(5). Menuangkan larutan NaOH 3% ke dalam gelas ukur sampai volume tetap

200 cc.

(6). Gelas ukur dikocok-kocok sehingga larutan NaOH 3% dapat tercampur secara

merata, kemudian didiamkan selama 24 jam.

(7). Setelah 24 jam warna diamati dan dibandingkan dengan standard warna yang

berlaku.

(8). Hasil pengamatan diperoleh warna kuning kecoklatan jadi pasir yang akan

digunakan tidak banyak mengandung zat organik.

Page 63: RUBIANTO NUGROHO

46

Hasil pemeriksaan kandungan bahan organik pasir dapat dilihat pada

Lampiran IV.2.

1c). Pemeriksaan Saturated Surface Dry (SSD) pasir. Pemeriksaan ini

bertujuan untuk mengetahui kekeringan pasir yang sebenarnya (kekeringan

permukaan) yang dapat digunakan dalam campuran beton.

Alat-alat yang digunakan antara lain : kerucut conus, tongkat penumbuk,

sendok datar dan penggaris.

Langkah-langkah pengujian SSD pasir adalah sebagai berikut :

(1). Pasir yang akan diuji diangin-anginkan terlebih dahulu.

(2). Meletakkan kerucut conus di tempat yang datar dan mengisikan pasir ke

dalam kerucut conus hingga penuh.

(3). Menumbuk permukaan pasir dalam kerucut dengan tongkat penumbuk secara

gravitasi ± 5 cm dari atas permukaan pasir. Dilakukan variasi tumbukan pada

percobaan, yaitu dengan 15 kali, 20 kali dan 25 kali. Setiap percobaan

dilakukan sebanyak dua kali pengujian.

(4). Kerucut conus diangkat perlahan-lahan ke arah vertikal kemudian dicatat

penurunan pasir yang terjadi.

(5). Menghitung penurunan rata-rata dari masing-masing percobaan sehingga

diperoleh hasil pada Tabel IV.1 sebagai berikut:

Tabel IV.1. Tabel hasil penurunan SSD pasir. Penurunan tinggi pasir(cm) Percobaan Jumlah Sample A Sample B

Rata-rata Penurunan(cm)

I 15 3,6 3,5 3,55 II 20 4,2 4,4 4,3 III 30 4,9 4,7 4,8

Jumlah penurunan rata-rata 12,65

Diperoleh hasil SSD pasir = 365,12

= 4,22 cm

Hasilnya lebih kecil dari setengah tinggi pasir mula-mula sehingga pasir

tersebut sudah dalam keadaan SSD.

Hasil pemeriksaan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran IV.3.

Page 64: RUBIANTO NUGROHO

47

1d). Pemeriksaan specific gravity dan absorption pasir. Pemeriksaan ini

bertujuan untuk mengetahui berat jenis dan daya penyerapan air oleh pasir.

Alat-alat yang digunakan adalah : volumetric flash, oven, panci dan

timbangan digital.

Langkah-langkah Pemeriksaan specific gravity dan absorption pasir adalah

sebagai berikut :

(1). Menyediakan pasir pada kondisi SSD sebanyak 500 gram (A) dan

dimasukkan ke dalam volumetric flash, kemudian ditambah dengan air

sampai garis batas, lalu dikocok-kocok sampai hilang gelembung-gelembung

udara dalam pasir, selanjutnya ditimbang, diperoleh 964 gram (C) dan

didiamkan selama 24 jam.

(2). Membuang airnya kemudian pasir diambil kemudian dioven selama 24 jam.

(3). Menimbang volumetric flash dan air sesuai garis batas, didapat 652 gram (B).

(4). Menimbang sample setelah dioven selama 24 jam, didapat sebesar 494,44

gram (D).

(5). Berat jenis dan penyerapan agregat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Berat jenis kering (bulk specific gravity) :

= CAB

D−+

.......................................................................................... (IV.4)

= 27,100650042,699

477−+

= 2,47 gram/cm3

Berat jenis kering permukaan jenuh air (bulk specific gravity SSD) :

= CAB

A−+

......................................................................................... (IV.4)

= 27,100650042,699

500−+

= 2,59 gram/cm3

Penyerapan (absorption) :

DDAp −

= x 100% ................................................................................ (IV.4)

Page 65: RUBIANTO NUGROHO

48

477477500 −

=p x 100 % = 4,82 %

dengan : A = berat pasir SSD (gr)

B = berat volumetricflash + air (gr)

C = berat volumetricflash + air + pasir (gr)

D = berat pasir tungku kering (gr)

p = penyerapan (%)

Perhitungan hasil penelitian secara lengkap bisa dilihat pada

Lampiran IV.4.

1e). Pemeriksaan gradasi pasir. Pemeriksaan gradasi pasir bertujuan

untuk mengetahui distribusi ukuran butiran pasir modulus halus butirnya.

Alat-alat yang digunakan antara lain : satu set ayakan dengan ukuran 9,5

mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; pan, timbangan

digital, siever dan cetok.

Langkah-langkah pemeriksaan gradasi pasir adalah sebagai berikut :

(1). Menyediakan pasir uji kering oven sebanyak 500 gram.

(2). Menyiapkan ayakan dan menimbang masing-masing ayakan.

(3). Menyusun ayakan secara urut dari ukuran terbesar sampai ukuran terkecil dan

paling bawah adalah pan.

(4). Memasukkan pasir uji ke dalam ayakan dan digetarkan dengan siever selama

15 menit.

(5). Menimbang pasir pada tiap-tiap ayakan dan kemudian dihitung modulus halus

butirnya.

Modulus halus butir = 100

tertahankumulatifpersentaseJumlah

= 100

46,293

= 2,93

Untuk hasil perhitungan pemeriksaan gradasi pasir dapat dilihat pada

Lampiran IV.6.

Page 66: RUBIANTO NUGROHO

49

1f). Pemeriksaan keausan agregat kasar. Pemeriksaan ini bertujuan

untuk mengetahui keausan agregat kasar dan mengetahui daya tahan agregat

terhadap degradasi atau perpecahan. Semakin kecil nilai abrasi maka semakin

baik agregat tersebut untuk digunakan sebagai campuran beton.

Alat-alat yang digunakan antara lain : mesin Los Angeles, timbangan,

ayakan ukuran 2 mm atau yang mendekati, ayakan ukuran 19,0 mm; 12,5 mm; 9,5

mm dan oven.

Langkah-langkah pemeriksaan keausan agregat kasar adalah sebagai

berikut :

(1). Menyediakan batu pecah lolos ayakan 19,0 mm dan tertahan 12,5 mm

sebanyak 2500 gr.

(2). Menyediakan batu pecah lolos ayakan 12,5 mm dan tertahan 9,5 mm

sebanyak 2500 gr.

(3). Memasukkan semua batu pecah yang sudah disediakan yaitu 2500 + 2500 =

5000 gram (A) beserta bola-bola baja sebanyak 11 buah ke dalam mesin Los

Angeles, kemudian diputar dengan kecepatan 30 – 35 rpm sebanyak 500

putaran.

(4). Mengeluarkan batu pecah dari mesin Los Angeles kemudian diayak dengan

ayakan ukuran 2 mm.

(5). Batu pecah yang tertahan ayakan ukuran 2 mm tersebut kemudian dicuci dan

selanjutnya dikeringkan dengan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105°

selama 24 jam.

(6). Menimbang batu pecah, didapat 3653,5 gram (B) kemudian dihitung nilai

keausannya.

(7). Keausan agregat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Prosentase keausan = x100%A

B-A ……………….………………..(IV.7)

= x100%5000

4985-5000

= 0,3 %

Page 67: RUBIANTO NUGROHO

50

dengan : A = berat agregat mula-mula (gr)

B = berat agregat yang tertahan saringan 2 mm setelah dicuci dan

dioven (gr)

Untuk perhitungan keausan agregat selengkapnya bisa dilihat pada

Lampiran IV.7.

1g). Pemeriksaan specific gravity dan absorption batu pecah.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis dan daya penyerapan air

oleh agregat kasar.

Alat-alat yang digunakan antara lain : panci, lap kering, timbangan digital,

oven, ember perendam dan desicator.

Langkah-langkah Pemeriksaan specific gravity dan absorption batu pecah.

Adalah sebagai berikut :

(1). Menyediakan kerikil sebanyak 1000 gram.

(2). Kerikil dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105° selama 24 jam. Berat

benda uji kering oven 998,5 gram (C).

(3). Mendinginkan batu pecah dengan cara dimasukkan ke dalam desicator selama

15 menit.

(4). Merendam kerikil dalam air selama 24 jam, kemudian kerikil ditimbang

dalam air dan diperoleh berat 649,5 gram (B).

(5). Kerikil diambil dan dibuat dalam keadaan SSD dengan cara dilap

menggunakan lap kering.

(6). Menimbang kerikil dalam keadaan SSD, diperoleh berat 1014 gram (A).

Berat jenis kering (bulk specific gravity) :

= BA

C−

.............................................................................................. (IV.8)

= 5,18325,3032

3000−

= 2,5 gram/cm3

Berat jenis kering permukaan jenuh air (bulk specific gravity SSD) :

= BA

A−

............................................................................................. (IV.8)

Page 68: RUBIANTO NUGROHO

51

= 5,18325,3032

5,3032−

= 2,53 gram/cm3

Penyerapan (absorption) :

CCAp −

= x 100% .............................................................................. (IV.8)

300030005,3032 −

=p x 100%

p = 1,08 %

dengan : A = berat pasir SSD (gr)

B = berat volumetricflash + air (gr)

C = berat volumetricflash + air + pasir (gr)

D = berat pasir tungku kering (gr)

p = penyerapan (%)

Hasil dari pemeriksaan specific gravity dan absorption batu pecah dapat

dilihat pada Lampiran IV.8.

1h). Pemeriksaan berat satuan volume batu pecah. Pemeriksaan berat

satuan volume batu pecah ini bertujuan untuk mengetahui berat agregat tiap

satuan volume.

Alat-alat yang digunakan antara lain : cetakan silinder baja (diameter 15

cm dan tinggi 30 cm) dan tongkat baja (diameter 16 mm dan panjang 60cm).

Langkah-langkah pemeriksaan berat satuan volume batu pecah adalah

sebagai berikut :

(1). Menimbang berat silinder baja didapat 13200 gram (A).

(2). Memasukan batu pecah ke dalam silinder baja secara bertahap sebanyak tiga

lapis (masing-masing lapis diisi batu pecah kemudian ditumbuk dengan

tongkat baja sebanyak 25 kali dan diratakan permukaannya).

(3). Menimbang silinder baja yang diisi batu pecah tersebut diperoleh 20250 gram

(B). Hal ini diulang sampai lima kali percobaan.

(4). Menghitung volume silinder :

Volume silinder = 0.25 x π x d 2 x t

Page 69: RUBIANTO NUGROHO

52

= 0.25 x π x 15 2 x 30

= 5301,438 cm 3

(5). Rata-rata berat satuan volume batu pecah :

= 3

4,771 ................................................................... (IV.9)

= 1,59 gr/cm3

dengan : A = berat silinder baja (gr)

B = berat silinder baja setelah diisi batu pecah (gr)

C = volume silinder (cm3)

Untuk hasil pemeriksaan dan perhitungan berat satuan volume batu pecah

secara lengkap bisa dilihat pada Lampiran IV.9

1i). Pemeriksaan gradasi batu pecah. Pemeriksaan gradasi batu pecah

ini bertujuan untuk mengetahui distribusi ukuran batu pecah dan modulus halus

butirnya.

Alat-alat yang digunakan antara lain : satu set ayakan dengan ukuran (19,0

mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; pan),

timbangan digital, cetok, siever, ember.

Langkah-langkah pemeriksaan gradasi batu pecah adalah sebagai berikut :

(1). Menyediakan batu pecah kering oven sebanyak 1000 gram.

(2). Menyiapkan ayakan dan menimbang masing-masing ayakan tersebut.

(3). Menyusun ayakan secara urut dari yang berukuran besar sampai yang kecil

dan paling bawah adalah pan.

(4). Memasukkan batu pecah uji ke dalam ayakan dan digetarkan dengan siever

selama 15 menit.

(5). Melakukan penimbangan batu pecah pada tiap-tiap ayakan kemudian dihitung

modulus halus butirnya.

Modulus halus butir = 100

tertahankumulatifpersentaseJumlah

= 100

25,706

= 7,06

Page 70: RUBIANTO NUGROHO

53

Untuk hasil penelitian dan perhitungan pemeriksaan gradasi batu pecah

secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran IV.10.

2. Perencanaan campuran beton

Dalam perencanaan proporsi campuran digunakan perencanaan menurut

SK.SNI.T-15-1990-30.

Data-data untuk perencanaan campuran adukan beton adalah sebagai berikut :

1). Faktor air semen = 0,45

2). Berat jenis pasir = 2,47 gr/cm3

3). Berat jenis batu pecah = 2,5 gr/cm3

4). Modulus halus butir pasir = 2,93

5). Modulus halus butir batu pecah = 7,06

6). Ukuran maksimum batu pecah = 40 mm

7). Berat jenis semen = 3,150 ton/m3

8). Nilai slump rencana = 60 – 100 mm

Langkah-langkah perhitungan rencana campuran beton dapat dilihat pada

Lampiran IV.10. Kebutuhan pembuatan benda uji untuk tiap 3 benda uji adalah

sebagai berikut:

Tabel.IV.2. Proporsi kebutuhan material tiap 3 sampel untuk uji tekan dan tiap 3 sampel untuk uji tarik dengan fas 0,45

Abu ampas tebu (kg) Abu arang briket (kg) No Air (kg)

Semen (kg)

Pasir (kg)

Kerikil (kg) 7,5 % 10 % 12,5 % 7,5 % 10 % 12,5 %

1. 7,056 15,679 22,761 42,271 - - - - - -

2. 7,056 15,679 22,761 42,271 1,176 - - - - -

3. 7,056 15,679 22,761 42,271 - 1,568 - - - -

4. 7,056 15,679 22,761 42,271 - - 1,960 - - -

5. 7,056 15,679 22,761 42,271 - - - 1,176 - - 6. 7,056 15,679 22,761 42,271 - - - - 1,568 - 7. 7,056 15,679 22,761 42,271 - - - - - 1,960 8. 7,056 15,679 22,761 42,271 1,176 - - 1,176 - - 9. 7,056 15,679 22,761 42,271 1,176 - - - 1,568 - 10. 7,056 15,679 22,761 42,271 1,176 - - - - 1,960 11. 7,056 15,679 22,761 42,271 - 1,568 - 1,176 - - 12. 7,056 15,679 22,761 42,271 - 1,568 - - 1,568 - 13. 7,056 15,679 22,761 42,271 - 1,568 - - - 1,960 14. 7,056 15,679 22,761 42,271 - - 1,960 1,176 - - 15. 7,056 15,679 22,761 42,271 - - 1,960 - 1,568 - 16. 7,056 15,679 22,761 42,271 - - 1,960 - - 1,960

Page 71: RUBIANTO NUGROHO

54

Tabel IV.3. Rincian jumlah benda uji untuk kuat tekan beton. Abu ampas tebu (%) Fas Abu arang Briket

(%) 0 7,5 10 12,5 Jumlah

total Ukuran

benda uji (cm) 0 3 3 3 3 12 d=15; h=30

7,5 3 3 3 3 12 d=15; h=30 10 3 3 3 3 12 d=15; h=30 0,45

12,5 3 3 3 3 12 d=15; h=30 Jumlah total benda uji 48

Tabel IV.4. Rincian jumlah benda uji untuk kuat tarik beton.

Abu ampas tebu (%) Fas Abu arang Briket (%) 0 7,5 10 12,5

Jumlah total

Ukuran benda uji (cm)

0 3 3 3 3 12 d=15; h=30 7,5 3 3 3 3 12 d=15; h=30 10 3 3 3 3 12 d=15; h=30 0,45

12,5 3 3 3 3 12 d=15; h=30 Jumlah total benda uji 48

3. Pengujian nilai slump

Pengujian nilai slump ini dimaksudkan untuk mendapatkan kekentalan

beton segar. Pengujian dilakukan dengan menggunakan kerucut Abram’s, yaitu

berbentuk kerucut dengan diameter atas 10 cm, diameter bagian bawah 20 cm dan

tinggi 30 cm dengan bagian atas maupun bawah berlubang.

Langkah-langkah pengujian slump sebagai berikut :

a). Kerucut Abram’s dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan, dan bagian

dalam dibasahi dengan air.

b). Meletakkan kerucut Abram’s ditempat yang rata dan tidak mudah goyah.

c). Dengan menginjak kaki kerucut Abram’s kuat-kuat, adukan beton diisikan 1/3

dari volume kerucut, kemudian ditumbuk sebanyak 25 kali dengan

menggunakan tongkat diameter 16 mm dan panjang 60 cm.

d). Pengisian adukan beton dilakukan sampai 2 lapis berikutnya dan masing-

masing lapis ditusuk sebanyak 25 kali. Setelah terisi penuh oleh adukan beton,

bagian atas cetakan diratakan dengan cetok.

e). Setelah pengisian adukan selesai, ditunggu ± 1 menit dan cetakan diangkat

secara perlahan-lahan.

Page 72: RUBIANTO NUGROHO

55

f). Meletakkan kerucut Abram’s di samping adukan, dan diukur selisih antara

kerucut dan adukan beton tersebut

Hasil pengujian slump test selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran IV.14.

4. Pembuatan benda uji

Pembuatan benda uji sesuai dengan perhitungan proporsi campuran beton yang

telah direncanakan, dan telah diuji nilai slump-nya. Masing-masing variasi dibuat

3 buah benda uji sehingga jumlah total benda uji adalah 100 buah (lihat Tabel

IV.1). Cara pembuatan benda uji silinder beton adalah sebagai berikut:

a). Adukan beton dimasukkan ke dalam cetakan silinder dengan cetok setinggi

sepertiga bagian dan memampatkan adukan beton tersebut dengan

menusukkan tongkat baja tumpul sebanyak 25 kali.

b). Mengisikan adukan beton sepertiga bagian berikutnya dan diperlakukan sama,

sampai cetakan silinder penuh.

c). Meratakan bagian atasnya serta membiarkannya sampai 24 jam

d). Setelah 24 jam membuka cetakan, silinder benda uji disimpan di udara lembab

(direndam di dalam bak yang berisi air) untuk perawatan beton.

e). Agar benda uji satu dan yang lainnya tidak tertukar, masing-masing benda uji

diberi kode.

5. Perawatan

Perawatan beton dimaksudkan untuk menjaga permukaan beton segar

selalu lembab, sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup

keras. Perawatan beton yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara

merendam silinder beton di dalam bak yang berisi air sampai beton berumur 14

hari, dapat dilihat pada Gambar IV.17. Suhu air saat perendaman berkisar antara

26° – 25° C.

Page 73: RUBIANTO NUGROHO

56

Gambar IV.17. Perawatan benda uji beton

6. Pemeriksaan berat jenis

Sebelum pengujian benda uji, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan

terhadap berat jenis. Berat jenis dapat diketahui dengan cara menimbang dan

mengukur tinggi serta diameter benda uji, sehingga dapat diketahui berat dan

volume benda uji tersebut.

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran IV.12.

7. Pengujian kuat tekan dan kuat tarik benda uji

Untuk mengetahui keretakan yang terjadi pada saat pengujian, maka

permukaan benda uji diberi cat putih Gambar IV.18, Gambar IV.19. Benda uji

diletakkan pada mesin uji tekan dengan posisi vertikal dan posisi jarum penunjuk

kuat tekan harus pada angka nol. Kemudian mesin uji dihidupkan dan

penambahan beban dapat terlihat pada jarum penunjuk manometer. Pada saat

beban maksimum yang mampu ditahan benda uji terlampaui (benda uji hancur),

maka salah satu jarum yaitu jarum merah akan tetap pada posisi nilai beban

maksimum yang mampu ditahan, sedangkan jarum hitam akan bergerak turun

kembali pada posisi semula (nol). Angka yang ditunjuk oleh jarum merah inilah

yang dicatat sebagai beban maksimum yang mampu ditahan oleh benda uji. Hasil

pengujian benda uji dapat dilihat pada Gambar IV.20, Gambar IV.21.

Page 74: RUBIANTO NUGROHO

57

Gambar IV.18. Benda uji sebelum dicat

Gambar IV.19. Benda uji setelah dicat

Page 75: RUBIANTO NUGROHO

58

Gambar IV.20. Hasil pengujian kuat tekan beton

Gambar IV.21. Pengujian kuat tekan beton

Page 76: RUBIANTO NUGROHO

59

Gambar IV.22. Pengujian kuat tarik beton

Gambar IV.23. Hasil pengujian kuat tarik beton

Page 77: RUBIANTO NUGROHO

60

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengujian Agregat

1. Hasil pengujian agregat halus

Pemeriksaan agregat halus dilakukan melalui beberapa tahap pengujian

yang sudah diuraikan pada Bab IV. Hasil pemeriksaan agregat halus secara

lengkap dapat dilihat pada Lampiran IV.1 sampai dengan Lampiran IV.5, atau

dituliskan pada Tabel V.1.

Tabel V.1. Hasil pengujian agregat halus Jenis pengujian Hasil pengujian Syarat SK SNI Keterangan

Kadar lumpur Kandungan bahan organik Apparent spesific gravity Nilai Saturated Surface Dry (SSD) Bulk specific gravity Absorption Modulus halus butir

5 % Kuning

kecoklatan 2,8 gram/cm3

3,75 cm

2,59 gram/cm3

4,82 % 2,96

5 %

> 2,5 gram/cm3

½ dari tinggi kerucut

2,5 - 2,7 gram/cm3 < 5 %

1,5 – 3,8

Memenuhi syarat Memenuhi syarat

Memenuhi syarat

Memenuhi syarat

Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat

(Sumber: Hasil penelitian) Hasil pengujian agregat halus Tabel V.1. tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1). Hasil uji kadar lumpur menunjukkan 5 % sehingga memenuhi persyaratan

agregat halus sebagai campuran adukan beton karena batas persyaratan

campuran beton yaitu 5 %.

2). Hasil pengujian zat organik di dalam pasir dengan cara menambah larutan

NaOH 3 % dan didiamkan selama 24 jam, diperoleh larutan berwarna kuning

kecoklatan. Warna ini menunjukkan bahwa pasir tidak banyak mengandung

zat organik dan layak digunakan sebagai bahan campuran beton. Karena

adanya bahan organik dalam pasir akan mempengaruhi mutu beton.

3). Untuk mencapai SSD pasir, maka penurunan puncak kerucut pasir harus

kurang lebih setengah tinggi kerucut. Pada pengujian ini diperoleh penurunan

pasir rata- rata sebesar 3,75 cm, sedangkan tinggi pasir mula-mula 7,5 cm.

Page 78: RUBIANTO NUGROHO

61

Keadaan ini membuktikan bahwa pasir masih agak basah, oleh karena itu pasir

perlu diangin-anginkan sebelum digunakan.

4). Berdasarkan berat jenisnya, agregat dibagi menjadi 3 macam yaitu agregat

ringan (mempunyai berat jenis kurang dari 2,0 gram/cm3), agregat normal

(mempunyai berat jenis antara 2,5 gram/cm3 – 2,7 gram/cm3), dan agregat

berat (mempunyai berat jenis lebih dari 2,8 gram/cm3). Dari pengujian agregat

halus diperoleh berat jenis pasir 2,59 gram/cm3. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pasir ini termasuk agregat normal.

5). Absorbsi agregat akan mempengaruhi jumlah air dalam campuran yang

direncanakan. Semakin besar absorbsi maka jumlah air yang digunakan dalam

campuran akan semakin berkurang. Persyaratan absorbsi agregat yang

digunakan dalam campuran beton 5 %. Dari hasil pengujian yang dilakukan

diperoleh nilai absorbsi pasir 4,82 %. Hal ini menunjukan bahwa absorbsi

pasir masih dalam batasan yang diisyaratkan.

6). Hasil pengujian gradasi pasir diperoleh modulus halus butir 2,96 Pada

umumnya pasir mempunyai nilai modulus halus butir antara 1,5 – 3,8. Oleh

karena modulus halus butir pasir yang digunakan berada dalam batasan

modulus halus butir pada umumnya, maka pasir ini memenuhi syarat untuk

digunakan sebagai bahan susun beton.

7). Hasil pemeriksaan gradasi pasir secara lengkap dapat dilihat pada

Lampiran IV.6, dan dilukiskan pada Gambar V.1.

Page 79: RUBIANTO NUGROHO

62

GRADASI PASIR

0

20

40

60

80

100

120

0 0,15 0,3 0,85 1,18 2,35 4,75 9,5

LUBANG AYAKAN (mm)

PE

RSE

N L

OLO

S (

%)

HASIL HITUNGAN BATAS ATAS SK SNI BATAS BAWAH SK SNI

Gambar V.1. Batas gradasi pasir dalam daerah gradasi No. II (Departemen Pekerjaan Umum,1990)

Menurut Gambar V.1. di atas, gradasi pasir memenuhi persyaratan

campuran beton dan termasuk ke dalam kelompok daerah II (pasir agak kasar).

2. Hasil pengujian agregat kasar

Pemeriksaan agregat kasar dilakukan melalui beberapa tahap pengujian

yang diuraikan pada Bab IV.D. Hasil pemeriksaan agregat kasar secara lengkap

dapat dilihat pada Lampiran IV.6 sampai Lampiran IV.9, hasil pemeriksaan

tersebut tercantum pada Tabel V.2.

Tabel V.2. Hasil pengujian agregat kasar Jenis pengujian Hasil pengujian Syarat SK SNI Keterangan

Keausan agregat batu pecah Apparent spesific gravity Bulk specific gravity Absorption Berat satuan volume Modulus halus butir

0,3 %

2,57 gram/cm3

2,53 gram/cm3 1,08 %

1,59 gram/cm3 7,89 gram/cm3

20 %

> 2,5 gram/cm3

2,5 – 2,7 gram/cm3 < 5 %

1,2 – 1,6 gram/cm3 5 - 8

Memenuhi syarat

Memenuhi syarat

Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat

(Sumber: Hasil penelitian)

Hasil pengujian agregat kasar pada Tabel V.2. tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Page 80: RUBIANTO NUGROHO

63

1). Kekerasan butir-butir batu pecah yang diperiksa dengan mesin Los Angeles

harus memenuhi syarat yaitu tidak terjadi kehilangan berat lebih dari 20 %

untuk kekuatan beton diatas 20 MPa. Hasil pengujian keausan batu pecah dari

Boyolali 0,3 %. Hal ini menunjukkan batu pecah tersebut dapat digunakan

sebagai bahan campuran beton, karena memiliki kekerasan butiran yang masih

ada dalam batasan yang disyaratkan.

2). Dari pengujian agregat batu pecah diperoleh berat jenis batu pecah 2,53

gram/cm3. Hasil pengujian berat jenis batu pecah yang digunakan dalam

penelitian dapat disimpulkan bahwa agregat batu pecah tersebut termasuk

agregat normal (berat jenis 2,5 gram/cm3 – 2,7 gram/cm3) dan agregat berat

(berat jenis 2,8 gram/cm3).

3). Batu pecah yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai absorbsi 1,08%.

Hal ini menunjukan bahwa batu pecah tersebut mempunyai daya serap yang

kecil, sehingga batu pecah tersebut dapat digunakan sebagai campuran beton.

4). Berat satuan agregat kasar normal yaitu 1,2 gram/cm3 – 1,6 gram/cm3. Hasil

pengujian berat satuan batu pecah 1,59 gram/cm3. Pengujian tersebut

membuktikan batu pecah mempunyai berat satuan sesuai yang diisyaratkan

untuk berat satuan normal.

5). Dari hasil pengujian gradasi batu pecah diperoleh modulus halus butir 7,89

Modulus halus butir untuk agregat kasar yang digunakan sebagai campuran

beton yaitu 5 sampai dengan 8, maka batu pecah tersebut dapat digunakan

sebagai bahan campuran beton.

6). Hasil pemeriksaan gradasi batu pecah secara lengkap dapat dilihat pada

Lampiran IV.9. Hasil pemeriksaan gradasi batu pecah dapat dilukiskan seperti

pada Gambar V.2. Dengan melihat grafik batu pecah dapat diketahui bahwa

gradasi batu pecah ini masih masuk dalam batasan SK SNI.

7). Hasil pemeriksaan gradasi pasir secara lengkap dapat dilihat pada

Lampiran IV.9, dan dilukiskan pada Gambar V.2.

Page 81: RUBIANTO NUGROHO

64

GRADASI KERIKIL

0

20

40

60

80

100

120

2,36 4,75 9,5 19 38,1

LUBANG AYAKAN (mm)

PER

SEN

LO

LOS

(%)

HASIL HITUNGAN BATAS BAWAH SK SNI BATAS ATAS SK SNI

Gambar V.2. Batas gradasi kerikil (Departemen Pekerjaan Umum,1990)

B. Pengujian Slump

Pengujian nilai slump dilaksanakan sebelum campuran beton dituang

dalam cetakan. Pengujian slump dilakukan untuk mengetahui workabilitas adukan

beton dari setiap percobaan. Pemberian bahan tambah dengan proporsi

penambahan yang berbeda, akan dianalisis pengaruhnya terhadap workabilitas

beton. Hasil pengujian slump dapat dilihat pada Tabel V.5 dan Lampiran IV. 11.

Dari hasil pengujian slump pada Tabel V.5 dan Lampiran IV.11 dapat

dilihat bahwa slump yang dicapai pada adukan beton dengan penambahan abu

ampas tebu dan abu arang briket tidak memenuhi persyaratan yang direncanakan

yaitu antara 2 – 4 in atau 5,08 – 10,16 cm.

Tabel V.3. Hasil pengujian slump beton umur 14 hari

Abu ampas tebu (%) Abu arang Briket (%) No Beton Normal

7,5 10 12,5 7,5 10 12,5

Slump (cm)

1. √ - - - - - - 8 2. √ √ - - - - - 3 3. √ - √ - - - - 3,5 4. √ - - √ - - - 2,5 5. √ - - - √ - - 4

Page 82: RUBIANTO NUGROHO

65

Tabel V.3. Lanjutan

6. √ - - - - √ - 4 7. √ - - - - - √ 4,5 8. √ √ - - √ - - 5,5 9. √ √ - - - √ - 4,5 10. √ √ - - - - √ 4,5 11. √ - √ - √ - - 3 12. √ - √ - - √ - 3 13. √ - √ - - - √ 0 14. √ - - √ √ - - 2,5 15. √ - - √ - √ - 2 16. √ - - √ - - √ 3

(Sumber: Hasil penelitian)

Dari hasil pengujian nilai slump menunjukkan bahwa nilai slump menurun

dengan penambahan persentase abu arang briket dan abu ampas tebu dalam

campuran beton. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah bahan

tambah yang digunakan maka air akan terserap oleh bahan tambah sehingga

nilai fas akan berkurang, maka nilai slump yang dihasilkan kecil. Data dan hasil

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran IV.11.

C. Pengujian Berat Jenis Beton

Pengujian berat jenis beton dilakukan sebelum diadakannya pembebanan

terhadap benda uji silinder. Berat jenis beton dapat diketahui dengan cara

menimbang dan mengukur tinggi serta diameter benda uji, sehingga didapatkan

berat dan volume benda uji tersebut. Hasil pemeriksaan berat jenis beton secara

lengkap dapat dilihat pada Lampiran IV.12 sampai dengan Lampiran IV.16,

sedangkan berat jenis rata-rata dapat dilihat pada Tabel V.6.

Besarnya berat jenis dapat dihitung dengan rumus :

Berat jenis beton (γ) = VB …………………………………………….(V.1)

V = 0.25 x π x d 2 x t …………………………………………………(V.2)

dengan :

γ = berat jenis beton (gram/cm3)

B = berat beton setelah direndam (gram)

Page 83: RUBIANTO NUGROHO

66

V = Volume beton (cm3)

d = diameter cetakan beton

t = tinggi cetakan beton

Volume silinder = 0.25 x π x d 2 x t

= 0.25 x π x 15 2 x 30

= 5301,438 cm 3

Dari hasil pemeriksaan berat jenis beton Tabel V.6, diperoleh berat jenis

tertinggi 2,301 gram/cm3. Berat jenis akan menurun seiring dengan penambahan

abu arang briket. Hal ini disebabkan karena berat jenis briket lebih kecil dari

pada berat jenis semen. Berat jenis briket adalah 2,64 gram/cm3 sedangkan berat

jenis semen adalah 3,15 gram/cm3.

Tabel V.4. Hasil pemeriksaan berat jenis rata-rata pada kuat tekan beton dengan fas 0,45

Kadar abu ampas tebu Berat jenis rata-rata

0% 7,5% 10% 12,5%

0% 2,264 2,226 2,226 2,232 7,5% 2,295 2,204 2,242 2,220 10% 2,301 2,191 2,238 2,232

Kad

ar a

bu

aran

g br

iket

12,5% 2,295 2,204 2,226 2,248 (Sumber: Hasil penelitian)

Tabel V.5. Hasil pemeriksaan berat jenis rata-rata pada kuat tarik beton dengan fas 0,45

Kadar abu ampas tebu Berat jenis rata-rata

0% 7,5% 10% 12,5%

0% 2,238 2,232 2,238 2,245 7,5% 2,251 2,257 2,232 2,229 10% 2,254 2,248 2,191 2,239

Kad

ar a

bu

aran

g br

iket

12,5% 2,270 2,260 2,235 2,269 (Sumber: Hasil penelitian)

Page 84: RUBIANTO NUGROHO

67

D. Pengujian Kuat Tekan Dan Tarik Beton

Pengujian kuat tekan beton dilaksanakan setelah benda uji silinder telah

berumur 14 hari. Pengujian kuat tekan beton dilakukan untuk memperoleh nilai

kuat tekan beton dengan adanya perbedaan kadar penambahan bahan tambah abu

arang briket serta penambahan abu ampas tebu. Hasil pengujian kuat tekan beton

secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran IV.17. Sedangkan estimasi kuat tekan

beton rata-rata dapat dilihat pada Tabel V.7.

Besarnya kuat tekan dari benda uji dilakukan perhitungan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

f’c = A

Pmaks …………………………………………………………….(V.3)

A = ¼ .π.d2……………………………………………………………(V.4)

A = ¼ .π.d2

= ¼ x π x 152

= 176,714 cm2

dengan :

f’ = kuat tekan beton salah satu benda uji (kg/cm2)

Pmaks = beban tekan maksimum (kg)

A = luas permukaan benda uji yang tertekan (cm2)

d = diameter cetakan

Tabel V.6. Kuat tekan rata-rata beton dengan variasi penambahan filler abu arang

briket - abu ampas tebu pada fas 0,45 Kadar abu ampas tebu

Kuat tekan rata-rata 0% 7,5% 10% 12,5%

0% 14,147 18,580 25,088 25,465 7,5% 22,541 23,013 23,484 21,503 10% 24,899 23,578 24,993 23,673

Kad

ar a

bu

aran

g br

iket

12,5% 24,239 22,541 26,880 24,899 (Sumber: Hasil penelitian)

Page 85: RUBIANTO NUGROHO

68

0

5

10

15

20

25

30

0 7,5 10 12,5

ABU AMPAS TEBU (%)

KU

AT

TEK

AN

RA

TA-R

ATA

(MPA

ABU ARANG BRIKET 0% ABU ARANG BRIKET 7,5%

ABU ARANG BRIKET 10% ABU ARANG BRIKET 12,5%

Tabel V.7. Kuat tarik rata-rata beton dengan variasi penambahan filler abu arang briket - ampas tebu pada fas 0,45

Kadar abu ampas tebu Kuat tarik rata-rata

0% 7,5% 10% 12,5%

0% 1,934 1,957 2,122 2,405 7,5% 2,476 2,263 2,358 2,311 10% 2,711 2,358 2,617 2,287

Kad

ar a

bu

aran

g br

iket

12,5% 2,735 2,688 2,782 2,452 (Sumber: Hasil penelitian)

Hasil pengujian kuat tekan rata-rata silinder beton dengan bahan tambah

abu briket dan abu ampas tebu dapat dilihat pada Gambar V.3.

Gambar V.3. Grafik gabungan hubungan kuat tekan rata-rata dengan variasi bahan tambah filler abu ampas tebu - abu arang briket.

Dari hasil pengujian kuat tekan beton di atas, dapat diketahui bahwa beton

normal dengan penambahan bahan tambah abu ampas tebu mengalami kenaikan

pada kuat tekan. Sedangkan beton normal mengalami kenaikan kuat tekan

optimum pada penambahan filler abu arang briket 10%, sedangkan pada

penambahan diatas 10% kuat tekan beton mengalami penurunan.

Dari Gambar V.3 bisa disimpulkan bahwa penambahan filler abu ampas

tebu dan abu arang briket pada umumnya mengalami kenaikan kuat tekan

Page 86: RUBIANTO NUGROHO

69

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

0 7,5 10 12,5ABU AMPAS TEBU (%)

KU

AT

TAR

IK R

ATA

-RA

TA (M

PA)

ABU ARANG BRIKET 0% ABU ARANG BRIKET 7,5%ABU ARANG BRIKET 10% ABU ARANG BRIKET 12,5%

optimum pada penambahan abu ampas tebu 10% untuk setiap penambahan filler

abu arang briket. Kuat tekan optimum tertinggi diperoleh dari variasi penambahan

abu ampas tebu 10% dan abu arang briket 12,5%

Hasil pengujian kuat tarik rata-rata silinder beton dengan bahan tambah abu arang

briket dan abu ampas tebu dapat dilihat pada Gambar V.4.

Gambar V.4. Grafik gabungan hubungan kuat tarik rata-rata dengan variasi bahan

tambah abu ampas tebu - abu arang briket.

Dari hasil pengujian kuat tarik beton di atas, dapat diketahui bahwa beton

normal dengan penambahan bahan tambah abu ampas tebu mengalami kenaikan

pada kuat tarik. Demikian juga pada penambahan filler abu arang briket pada

beton normal mampu menaikan kuat tekan beton.

Dari Gambar V.4 bisa disimpulkan bahwa penambahan filler abu ampas

tebu dan abu arang briket pada umumnya mengalami kenaikan kuat tarik optimum

pada penambahan abu ampas tebu 10% untuk setiap penambahan filler abu arang.

Kuat tarik optimum tertinggi diperoleh dari penambahan variasi abu ampas tebu

10% dan abu arang briket 12,5%.

Page 87: RUBIANTO NUGROHO

70

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini dengan topik kapasitas tekan dan tarik beton

dengan bahan tambah filler abu ampas tebu dan abu arang briket dengan fas 0,45,

diperoleh kuat tekan beton tertinggi adalah 26,880 MPa dan kuat tarik tertinggi

adalah 2,782 MPa. Kuat tekan tertinggi dan kuat tarik tertinggi tersebut diperoleh

dari kadar filler abu ampas tebu 10% dan abu arang briket 12,5%. Untuk

penambahan filler abu ampas tebu diatas 10% untuk setiap penambahan abu arang

briket, baik kuat tekan maupun kuat tarik mengalami penurunan.

Kelebihan dan kekurangan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan

a) Dalam penelitian ini tidak terjadi penundaan ikatan semen karena dalam

waktu 24 jam dari pengecoran, benda uji langsung dapat dibuka dari

cetakannya kemudian dilakukan perawatan benda uji.

b) Kuat tekan beton yang dihasilkan lebih tinggi pada penambahan filler abu

ampas tebu dan abu arang briket.

c) Kuat tarik beton yang dihasilkan lebih tinggi pada penambahan filler abu

ampas tebu dan abu arang briket.

2. Kekurangan

a) Kemudahan pengerjaan lebih rendah karena filler abu ampas tebu dan abu

arang briket mempunyai sifat menyerap air.

b) Karena sifatnya yang menyerap air mengakibatkan nilai slump rendah.

Kuat tekan beton pada penambahan kadar filler abu ampas tebu 10 % dan

abu arang briket 12,5 % mengalami peningkatan sebesar 90 % dari beton normal

atau pada kadar filler abu arang briket 0 % dan abu ampas tebu 0 %.

Kuat tarik beton pada penambahan kadar filler abu ampas tebu 10 % dan

abu arang briket 12,5 % mengalami peningkatan sebesar 43,85 % dari beton

normal atau pada kadar filler abu arang briket 0 % dan abu ampas tebu 0 %.

Page 88: RUBIANTO NUGROHO

71

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah diadakan tahap pembuatan benda uji, perendaman benda uji,

pengujian kuat tekan dan kuat tarik untuk silinder beton, serta analisis yang telah

dilakukan, akhirnya penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1). Hasil pemeriksaan agregat baik agregat halus maupun agregat kasar

memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan campuran beton.

2). Semakin besar persentase penambahan filler abu arang briket dan abu ampas

tebu pada adukan beton maka nilai slump makin kecil.

3). Berat jenis akan menurun seiring dengan penambahan filler abu arang briket

dan abu ampas tebu.

4). Kuat tekan dan kuat tarik beton maksimum terjadi pada penambahan abu

ampas tebu 10% untuk setiap variasi penambahan abu arang briket, dan

mengalami penurunan kuat tekan dan kuat tarik beton untuk penambahan abu

ampas tebu diatas 10% untuk setiap variasi penambahan abu arang briket.

5). Kuat tekan beton maksimum pada fas 0,45 dengan penambahan abu arang

briket pada penelitian ini sebesar 24,899 Mpa pada penambahan abu arang

briket 10%. Sedangkan pada penelitian Galih Wijaya untuk fas 0,4 kuat tekan

beton maksimum dengan penambahan abu arang briket pada penelitian ini

sebesar 34,141 Mpa pada penambahan abu arang briket 12,5%, jadi masih ada

kemungkinan untuk kuat tekan mengalami kenaikan. Untuk hasil penelitian

Much. Rifa’I, kuat tekan beton dengan bahan tambah abu arang briket dengan

fas 0,3 pada variasi pencampuran 0%, 10%,20%, 30% dan 40% didapat kuat

tekan optimum sebesar 46,572 Mpa pada variasi abu arang briket 20%.

6). Kuat tekan beton optimum tertinggi terjadi pada penambahan kadar filler abu

arang briket 12,5 % dan abu ampas tebu 10 % sebesar 90 % dari beton normal

atau pada kadar filler abu arang briket 0% dan kadar abu ampas tebu 0%.

7). Kuat tarik beton optimum tertinggi terjadi pada penambahan kadar filler abu

arang briket 10 % dan abu ampas tebu 12,5 % sebesar 43,85 % dari beton

Page 89: RUBIANTO NUGROHO

72

normal atau pada kadar filler abu arang briket 0 % dan kadar abu ampas tebu

0 %.

B. Saran

Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan penelitian, kesulitan-

kesulitan yang dialami pada saat penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka

peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1). Dalam penelitian ini menggunakan bahan tambah filler abu ampas tebu-abu

arang briket dengan prosentase tertentu yaitu 7,5%, 10%, 12,5% sehingga

dapat dilakukan penelitian selanjutnya tentang besarnya prosentase

penambahan filler abu ampas tebu-abu arang briket yang dapat menambah

kuat tekan dan tarik beton sampai optimum.

2). Untuk pembuatan, sebaiknya digunakan beton dengan pencampuran bahan

tambah abu ampas tebu kurang dari 10 % dan abu arang briket kurang dari

12,5% bila menggunakan pencampuran beton dengan fas 0,45.

3). Untuk pembuatan beton dengan penggunaan kedua bahan tambah tersebut

diatas sebaiknya digunakan pencampuran bahan tambah filler abu ampas tebu

10% - abu arang briket 12,5% pada pencampuran beton menggunakan fas

0,45.

4). Sebaiknya dalam pembuatan beton dengan bahan tambah filler abu ampas

tebu-abu arang briket perlu dilakukan pengawasan yang teliti dalam

pengolahan adukan beton mengingat kedua bahan tersebut bila tercampur

dengan air dan semen akan mempunyai sifat ikatan awalnya tinggi, sehingga

akan sulit dalam pengerjaannya.

5). Material pembuatan beton harus menggunakan mutu bahan yang baik agar

didapat hasil kuat tekan beton yang tinggi serta memenuhi syarat yang telah

direncanakan.

Page 90: RUBIANTO NUGROHO

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia, N.1-2 1971, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum. 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di

Indonesia, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. Departemen Pekerjaan Umum. 1991. Standar Tata Cara Perhitungan Struktur

Beton Untuk Bangunan Gedung, SK SNI T-15-1990-03, Badan Pengembangan Pekerjaan Umum.

Departemen Pekerjaan Umum. 1991. Standar Tata Cara Perhitungan Struktur

Beton Untuk Bangunan Gedung, SK SNI T-15-1990-03, Yayasan LPMB Puslitbang Pemukiman Balitbang PU, Bandung.

Murdock, L.J. Brook K.M. 1991. Bahan Dan Praktek Beton, Terjemahan

Stephany Hindarko, Erlangga, Jakarta. Murgiyanto. 2003. Tinjauan Pemakaian Abu Abu Batu Bara Terhadap

Karakteristik Beton Dengan Menggunakan Faktor Air Semen 0,45, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta..

Rifa’I, M. 2005. Pemakaian Variasi Bahan Tambah Larutan Gula dan Abu Arang

Briket Pada Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Subakti, A. 1995. Teknologi Beton Dalam Praktek, Institut Teknologi Sepuluh

November, Surabaya. Tjokrodimuljo, K. 1996. Teknologi Beton, PT. Naviri, Yogyakarta.

Page 91: RUBIANTO NUGROHO