7

Click here to load reader

RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH

JANUARI 2014/SHAFAR 1435 21

Kristenisasi

Berkedok Pernikahan

Pemurtadan berkedok pernikahan merupakan salah satu dari banyak program Kristenisasi di Tanah Air. Mereka menyiapkan pemuda-pemuda terlatih untuk melancarkan aksinya.

Mereka mengincar Muslimah. Awalnya di pa cari, lalu dinikahi dengan cara pura-pura menjadi muallaf. Setelah mempunyai anak, lalu si suami kem bali ma suk Kristen dengan mengajak paksa istrinya me nga-nut agama Kristen.

Modus ini sudah terjadi sejak akhir tahun 80-an, te-tapi belakangan ini kembali marak. Tentunya, Mus li mah harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam masalah ini.

Seberapa parahnya kasus ini terjadi di Indonesia, dan bagaimana cara umat menghadapinya? Simak Laporan Utama Suara Hidayatullah edisi kali ini.

laporan utama

TIM LAPORAN UTAMA

PeNANGGUNG JAWAB/

koordINATorNiesky Hafur Permana

rePorTerAbu Gaza, Ainuddin Chalik,

Ibnu Syafaat, dodi Nurja, Ngadiman djojonegoro,

Samsul Bahri

edITordadang kusmayadi

Page 2: RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com22

Pemurtadan Berujung ancaman nyawa

Awalnya pura-pura memeluk Islam, lalu berbalik memaksa istri untuk murtad. Bahkan taruhannya nyawa.

Senin, 4 Mei 2009, hati Rini Fitriana (30) berbunga-bunga. Hari itu, Rini melangsungkan pernikahan dengan lelaki bernama

Yung Indrajaya Kosasih alias Ayung. Pernikahan mereka tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Hati Rini bertambah senang ketika pria dambaan hatinya itu, yang semula beragama Kristen mau diajak masuk Islam. Ayah Rini, Yoyo Halim Mulyana, memang memberi syarat kepada Ayung, jika ingin menikahi anaknya, maka harus memeluk Islam.

Bulan madu pun direngkuh bersama. Karena tidak ingin merepotkan orangtua maupun mertua, Rini memutuskan membeli rumah di Cirebon, Jawa Barat dengan cara mencicil.

Bahtera rumah tangga Rini awalnya berjalan baik, tapi beberapa bulan setelah menikah petaka itu datang. Ayung mulai menampakkan aslinya. Ayung tidak mau diajak shalat dan belajar Islam.

Hingga pada suatu hari, Ayung berterus terang mengatakan kepada Rini bahwa ia kembali memeluk agama Kristen. Rini terkejut mendengar pengakuan Ayung.

Arogansi Ayung semakin menjadi saat hadirnya Jansen, buah hati hasil pernikahan dengan Rini. Ayung mengubah status agama Rini di Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) dengan agama Kristen. Bukan hanya itu, Ayung melarang Rini mengajarkan

Islam kepada Jansen. Bahkan, Ayung marah besar jika

Jansen dipakaikan atribut-atribut keislaman, seperti kopiah dan baju koko. “Awas ya kamu ngajar-ngajarin Jansen Islam!” kata Rini meniru ancaman Ayung.

Percekcokan tidak terhindarkan. Atas masukan sang ayah, akhirnya Rini memutuskan pisah ranjang. Sementara Ayung menyampaikan ke Yoyo bahwa dirinya telah ber-ce rai dengan Rini. Namun, Ayung

ke mu dian meminta izin ke Yoyo untuk rujuk dengan Rini.

Kontan saja permintaan Ayung ini ditolak Yoyo. “Bapak takut

laporan utama

Suasana di persidangan Ayung

Page 3: RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH

JANUARI 2014/SHAFAR 1435 23

dosa menikahkan kalian,” kata Rini meniru pesan sang ayah.

muRKa aYunGSikap Yoyo ini membuat

Ayung ge lap mata. Puncak kemarahan Ayung terjadi pada 23 Mei 2013. Malam itu hujan tidak begitu lebat. Kedua orangtua Rini tengah berkunjung ke rumah Rini di Cire bon. Meski telah pisah ranjang, Ayung sering berkunjung ke rumah Rini dengan alasan menjenguk Jansen.

Kunjungan orangtua Rini rupanya semakin membuat Ayung marah besar. Selepas menjemput Rini dari tempat kerjanya, Ayung bergegas masuk ke rumah melalui pintu belakang. Ayung tidak menjawab ketika ayahnya Rini menyapa.

Dengan langkah bergegas, Ayung mengambil sebuah botol bekas air mineral ukuran 1,5 liter berisi bensin yang berada di mobil boks-nya. Ayung lantas menyiramkan bensin tersebut ke tubuh Yoyo.

Beberapa detik kemudian Ayung menyalakan korek api dan melemparkan ke tubuh Yoyo. Dengan terus mengerang kesakitan, Yoyo berlari keluar rumah dan berusaha memadamkan api yang membakar tubuhnya dengan air hujan.

Yoyo terus berlari menuju rumah tetangga terdekat. Tapi, Ayung tidak tinggal diam, ia terus memburunya dan menyiramkan sisa bensin ke tubuh Yoyo. Melihat peristiwa itu, Rini lantas menghalang-halangi Ayung agar menghentikan aksinya, hingga Ayung dan Rini pun ikut terbakar.

Api bisa dipadamkan setelah warga berdatangan. Yoyo, Rini, dan Ayung akhirnya dirawat di Rumah Sakit Sumber Kasih. Takdir

berkehendak lain. Pada 31 Mei 2013, Yoyo menghembuskan napas terakhir setelah dirawat di rumah sakit selama sepekan.

Kini, atas perbuatannya itu, Ayung divonis penjara seumur hidup oleh Pengadilan Negeri Cirebon, pada 25 November 2013 silam.

DipaCaRi, DiHamiLi, Dan DimuRtaDKan

Pada kisah lain, Nurmala (33), Muslimah asal Desa Situ Wetan Plered, Cirebon, Jawa Barat me-nye sal dengan keputusan yang ia

lakukan 13 tahun silam. Petaka itu berawal saat ia bekerja di Jakarta dan bertemu Stefanus, pemuda asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Karena sering bertemu, Stefanus dan Nurmala memutuskan ber pacaran.

Hubungan mereka terlampau jauh. Dengan bujuk rayu, akhirnya Stefanus menghamili Nurmala. Kabar ini diketahui oleh orangtua Nurmala di Cirebon. Nurmala lantas diminta orangtuanya untuk pulang. Ia diwanti-wanti agar tidak berhubungan lagi dengan Stefanus.

Namun, selang beberapa hari Stefanus menyusul Nurmala ke Cirebon. Stefanus minta ke Nur mala agar mau menyerahkan anak nya jika sudah melahirkan. Jika tidak menuruti kemauannya, Stefanus me ngancam akan membelah perut Nurmala dengan pedang. Mendapat ancaman itu, keluarga Nurmala ter te kan. Sang ayah lantas memberi pilihan, Stefanus boleh menikahi Nurmala asal terlebih dahulu memeluk Islam.

Stefanus menyanggupinya. Sepekan sebelum menikahi Nurmala, Stefanus mengucapkan dua kalimat Syahadat. Beberapa jam setelah akad nikah, Stefanus meminta izin membawa pergi Nurmala ke Flores. Karena Nurmala sudah menjadi tanggung jawab Stefanus, maka orangtua Nurmala Nurmala

Page 4: RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com24

laporan utama

mengizinkannya.“Di Flores, Agustus 2000,

saya dimasukan Stefanus bekerja di SMA Katolik sebagai tata usaha. Awal saya bekerja di sana, mereka memperlakukan saya dengan baik,” kenang Nurmala dengan linangan air mata.

Tetapi, petaka itu datang. Nurmala mulai didoktrin. Ia dipaksa keluarga Stefanus untuk memeluk Katolik. Ia juga meminta Nurmala untuk menikah secara Katolik.

“Akhirnya dengan sangat terpaksa, pada 2 Agustus 2002, saya dinikahkan kembali dengan cara Katolik di Gereja Katedral, Ende. Stefanus bilang, ‘waktu itu aku sudah menuruti kemauan keluarga kamu menikah secara Islam, maka sekarang kamu harus ikuti kemauan keluarga saya, menikah secara Katolik’,” ujar Nurmala ketika ditemui Suara Hidayatullah, di Attaqwa Islamic Center Cirebon, akhir November 2013.

Setelah dinikahi secara Katolik, Nurmala mendapat nama baptis Theresia Nurmala. Meski telah di paksa masuk Katolik, Nurmala me -nga ku tetap menjalankan shalat lima waktu. Inilah yang membuat Stefanus naik pitam. Nurmala kerap men dapat intimidasi dan ancaman dari Stefanus maupun keluarga be sarnya.

Tidak tahan dengan penderitaan yang dialaminya, Nurmala sempat beberapa kali mencoba kabur. “Saya pernah mencoba kabur bersama anak saya. Sempat sampai di pelabuhan dan bersiap-siap naik kapal, tetapi tertangkap lagi oleh keluarga Stefanus.”

Agar tidak kabur lagi, Nurmala selalu dicekoki obat tidur. Sela ma ber tahun-tahun Nurmala hidup dengan pengaruh obat tidur. Ka-ta nya, ia tidak pernah men ce ri ta-kan penderitaan yang dialami ke orangtuanya, karena tidak mau me reka ikut menderita memikirkan anak nya. Apalagi Flores yang sangat jauh dari Cirebon. Sementara

orang tua nya berasal dari keluarga tidak mampu.

Beberapa tahun kemudian, Nur mala diboyong oleh Stefanus pin dah rumah ke Perumahan Grand Ka hu ripan Cileungsi, Jawa Barat. Di sana ia tinggal di perumahan baru yang mayoritas tetangganya dari Flores. Selama tinggal di Cileungsi, Nur mala tidur di samping golok dan pe dang. “Saya selalu diancam. Kalau berani lari, saya mau dibunuh,” kata Nurmala.

Saat menjalankan shalatnya, ia selalu berharap kepada Allah SWT agar dapat keluar dari pen-de ritaan yang dialaminya. Suatu ketika Stefanus berhenti bekerja dan memilih berdagang. Stefanus berdagang hingga ke Flores. Ke sem-pa tan ini ia gunakan untuk kabur. “Saat Stefanus sedang ke Flores, saya kabur dibantu oleh tetangga saya yang Muslim. Saya bawa ba rang-barang saya dan anak-anak saya ke Cirebon,” katanya.

Fenomena GununG esKetua Gerakan Anti Pemurtadan

dan Aliran Sesat (GAPAS) Cirebon, Andi Mulya mengatakan, selain kasus pemurtadan berkedok per-ni kahan dengan korban Rini dan Nurmala, GAPAS juga menerima aduan dari korban-korban lainnya.

Setelah kasus Rini terekspos ke media, banyak pengaduan

kasus-kasus serupa yang masuk ke GAPAS. “Se muanya adalah perempuan. Para korban itu ada yang perawat dan juga guru,” kata Andi kepada Suara Hidayatullah.

Menurut Andi, banyaknya laporan pengaduan ini mem buk ti-kan bahwa pemurtadan berkedok pernikahan merupakan fenomena gunung es.

Menurut Kristolog Abu Deedat Syihabuddin, pemurtadan berkedok pernikahan merupakan cara lama yang dilakukan misionaris. Modus pemurtadan lewat pernikahan relatif mudah dilakukan dan banyak yang berhasil. Kata Abu Deedat, si lelaki Kristen tinggal berpura-pura masuk Islam, lalu menikah dengan Muslimah. Setelah beberapa lama menikah kemudian murtad, dan mengajak anak-istrinya masuk Kristen. “Pemurtadan dengan cara ini banyak yang berhasil,” katanya.

Abu Deedat mengatakan, Muslimah yang dijadikan sasaran target pemurtadan berkedok pernikahan berasal dari berbagai golongan. “Tim Fakta menangani banyak kasus Muslimah yang jadi korban pemurtadan berkedok pernikahan. Ada orang biasa, artis, juga ada anak pejabat yang kasusnya kami tangani,” jelasnya.

Menurutnya, pihak gereja memberi restu pemurtadan dengan cara ini. Dalam Hukum Gereja

Kemudian demi kepentingan

misi, gereja memberkati pernikahan campur mereka, setelah pihak yang bukan Protestan membuat pernyataan bahwa ia bersedia ikut agama Kristen Protestan dan anak-anaknya harus dididik dan dibaptis secara Protestan,”

abu Deedat syihabuddinKristolog

Page 5: RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH

JANUARI 2014/SHAFAR 1435 25

Kanon 1086 dijelaskan, seorang Katolik diperbolehkan setelah mendapat dispensasi dari pejabat gereja untuk menikah dengan bukan pemeluk Katolik.

Pembolehan ini tentu dengan syarat, yakni si Katolik tetap memegang teguh ajaran Katolik dan berusaha mengajak dan mendidik anak-anaknya dengan cara Katolik. Tidak jauh berbeda dengan Katolik, Kristen Protestan pun memiliki aturan yang sama.

Kata Abu Deedat, mengutip Pen deta Fridolin Ukur, jika pemeluk Protestan menikah dengan pemeluk agama lain, maka mereka dianjurkan untuk menikah secara sipil di mana kedua belah pihak tetap menganut agama masing-masing. “Kemudian demi kepentingan misi, gereja

Waspadai Program Kristenisasi

memberkati pernikahan campur mereka, setelah pihak yang bukan Protestan membuat pernyataan bahwa ia bersedia ikut agama Kristen Protestan dan anak-anaknya harus dididik dan dibaptis secara Protestan,” jelas Abu Deedat.

Suara Hidayatullah sempat meng hubungi Ketua Umum Per sa-tuan Gereja Indonesia (PGI), Pdt. Andreas A Yewangoe dan Sekretaris Eksekutif Bidang Mar turia PGI, Favor Adelaide Ban cin, terkait hu-kum gereja ter se but, namun ke dua-nya enggan mem berikan tanggapan.

“Baiknya tanya kepada Kon-ferensi Wali Gereja Indonesia. Mereka lebih tahu tentang hukum Kanon. Terima kasih,” kata Pdt. Andreas melalui pesan singkat kepada Suara Hidayatullah, awal

Desember lalu.Namun, ketika Suara

Hidayatullah beberapa kali menghu bungi saluran kontak resmi Konferensi Wali Gereja Indonesia, juga tak diangkat. Surat elektronik yang dikirim pun, hingga berita ini ditulis belum juga ditanggapi.

Kasus Muslimah yang menjadi korban pemurtadan disertai ancaman dan kekerasan ini mendapat perhatian dari LSM Banati, Cirebon. “Agar kasus-kasus ini tidak terulang kembali, maka saya menyarankan agar para Muslimah tidak menikah dengan laki-laki yang tidak seiman. Ini penting untuk kesamaan visi dalam mendidik anak,” kata Ketua Sub Bidang Perlindungan Perempuan LSM Banati, Euis Suhartati.

Agar berhasil mendapat korban, berbagai cara dilakukan. Diantaranya dengan hipnotis.

Umat Islam di Padang, Sumatera Barat gempar, tidak terkecuali Ma jelis Ulama Indonesia

(MUI) Sumatera Barat. Pe nye bab-nya, dari pedalaman Sumatera Barat terendus kasus murtadnya seorang Muslimah Minang.

Ketua Paga Nagari, Ibnu Aqil D. Gani langsung mencari kebenaran kabar itu ke Kampung Kapalo Koto, Nagari Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota, Padang.

Jarak yang ditempuh untuk sampai ke kabupaten di bagian timur wilayah Provinsi Sumatera Barat itu cukup jauh, hampir 150 km dari Kota Padang. Ketika sampai di dusun tersebut, Ibnu Aqil baru

percaya bahwa kabar miris itu bukan bohong.

“Ternyata benar, sudah bertambah lagi  kasus  urang awak yang  dimurtadkan,” ujar Ibnu Aqil kepada Suara Hidayatullah, Desember lalu.

Desa tersebut, kata Ibnu Aqil, cukup terpencil. Suasananya sepi, penduduknya juga tidak terlalu banyak. Muslimah bernama Yeni Mariati itu baru diketahui telah murtad pada bulan Juli 2013.

Kejadian bermula pada tahun 2009. Yeni adalah seorang janda yang mengurus kedua anaknya seorang diri. Lantaran faktor ekonomi, wanita berusia 33 tahun itu memutuskan untuk merantau ke Jambi. Di sana, ia  berkenalan dengan Lumba Sihombing, pria asal Medan, Sumatera Utara. Dari perkenalan itulah keduanya akhirnya menikah. Namun pernikahan dilakukan tidak dengan tata cara Islam, sebab pernikahan dilangsungkan di sebuah gereja di Medan. Masyarakat di kampungnya

dan orangtuanya tidak ada yang tahu kalau Yeni telah murtad.

“Saya sudah melihat  surat pembabtisannya. Ini merupakan tamparan bagi masyarakat  Minang yang dikenal memegang teguh filosofi Adat Basandi Syara’ dan Syara’ Basandi Kitabullah,” kata Ibnu Aqil.

Dari pernikahan dengan pria Kristen itu, Yeni telah dikaruniai dua orang anak. Tokoh agama, masyarakat, dan ulama di Sumatera Barat tidak tinggal diam. Akhirnya, ketika Yeni balik ke kampungnya, ia terus dinasehati dan dibimbing  hingga akhirnya menyesali  perbuatannya. Pada Agustus 2013 lalu, ia kembali disyahadatkan dan bertobat.

Sejak itu, kata Ibnu Aqil, ada kesepakatan dengan Yeni, bahwa dia tidak diperbolehkan kembali pada suaminya. Bila mantan suaminya itu datang untuk melihat, maka tidak boleh masuk ke rumah.  Jika ingin kembali juga, mantan suaminya itu harus memeluk Islam dengan penuh

Page 6: RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com26

laporan utama

kesadaran sendiri dan mereka dinikahkan kembali secara

Islam.

Program terencanaPendiri dan Pembina Advokasi

Rehabilitasi Imunisasi Aqidah Terpadu Efektif & Aktual (ARIMATEA), Diki Candra mengatakan, cara pemurtadan berkedok nikah merupakan agenda yang tersusun dan sudah menjadi program Kristen.

Kata Diki, ARIMATEA sudah mempelajari modus ini sejak lama. Gerakan ini telah dirumuskan sejak 1984 di Jawa Timur. “Namanya gerakan rahasia sandi ‘Airmata’,” kata Diki kepada Suara Hidayatullah di Bekasi, Desember lalu.

Menurutnya, target operasi ini adalah Muslimah dan untuk men-dapatkan anak sebanyak-ba nyak-nya. Jika Muslimah yang dihamili itu mau masuk Kristen, maka itu prestasi besar. Tapi jika tidak, maka anaknya yang dilahirkan akan di-ambil paksa untuk ikut ayah nya dan dibesarkan dalam iman Kristiani.

Lebih lanjut Diki mengatakan, sandi ‘Airmata’ ini adalah singkatan dari “Akhlak, Iman, Remaja Muslim Akan Tetap ter-Ambil”. Ini adalah gerakan untuk menculik remaja-

remaja Islam. Pelakunya anak-anak muda Kristen yang telah dididik dan memahami tujuan gerakan. Mereka mampu merahasiakan misinya.

Sandi ini berasal dari Daniel Sukarno, dari Sekolah Theologia Etheos Solo, Jawa Tengah. Gerakan ini pada akhir tahun 1987 (malam tahun baru 1988) melepas sejumlah anak-anak muda Kristen ke tempat-tempat hiburan. Misi mereka mengincar remaja Muslimah dari kalangan biasa hingga terpandang, seperti anak tokoh berpengaruh, atau anak kiai.

Diki mengatakan, semua data yang dibeberkannya berdasarkan dari aduan kasus yang ditanganinya, pengakuan dari mantan pengurus Laskar Kristus yang telah masuk Islam dan investigasi di lapangan. “Saya jamin ini benar seratus persen,” ucapnya tegas.

Bahkan, Diki mengaku pernah menangani kasus putri seorang kiai pemilik sebuah pesantren. Kata Diki, modusnya, mengakrabi calon korban hingga kemudian mau diajak ke vila, atau hotel untuk dihamili. “Semua ongkos vila, motel, atau hotel dibayar oleh komandan lapangannya masing-masing.”

Jika korbannya sudah hamil, harus dijaga agar tidak melakukan aborsi. Ketika usia kehamilannya menginjak bulan keempat, korban dipaksa agar masuk Kristen.

Kata Diki, menurut kesaksian mantan Pendeta Ev. Andronikus MH Kaparang, gerakan ini cukup berhasil. Ada anggota Laskar Kristus yang “berhasil” mempunyai anak

belasan hingga puluhan. Seperti penginjil Yulianto, asal Blitar, Jawa Timur. Dia berhasil mempunyai 19 anak dari gadis-gadis Islam yang dihamilinya. Kini, Yulianto sudah hidup enak karena berbagai fasilitas yang diberikan gereja. Dia dipandang cukup berprestasi. Sedang anak-anaknya ditampung di panti asuhan dan gadis-gadis Islam yang telah dihamili itu ada yang akhirnya masuk Kristen, ada pula yang kembali ke Islam tanpa membawa anaknya.

Sementara itu, menurut pakar Kristologi dari Abdullah Wasian Foun dation (AWF), Masyhud M.S, kasus yang terjadi di Cirebon bukan yang pertama dan terakhir. Itu akan terus berlanjut sampai mereka berhasil menjalankan misinya. Bagi seorang Kristen, kata Masyhud, apa pun langkah hidupnya pasti mem-ba wa misi. Karena hal itu amanat dari Yesus untuk membaptis semua orang di dunia. “Jika pernikahan terjadi antara Muslim dan Kristen, dari pihak Islam murni hanya cinta, tapi dari pihak Kristen pasti memiliki misi,” tutur Masyhud.

HipnotisDi Bandung, Jawa Barat, ada

cara lain untuk memurtadkan Muslimah, yakni dengan hipnotis. Hari Nugraha, pengurus Komite Peduli Umat Bandung (KPUB) menceritakan pengalamannya saat menangani kasus hipnotis yang menimpa seorang Muslimah.

Seorang mahasiswi yang masih kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung itu hendak dilamar seorang pemuda Kristen. Namun karena beda agama, ia menolaknya. Si pemuda Kristen tidak putus asa. Dalam suatu kesempatan, ia mendatangi tempat kost sang Muslimah. Dengan mengaku sebagai kakaknya, ia berhasil mengelabui si pemilik kost dan masuk ke kamar sang Muslimah.

nIE

SKI H

. PER

MA

nA

/SU

ARA

HID

AYAT

ULL

AH

Target operasi ini adalah Muslimah dan untuk mendapatkan anak sebanyak-banyaknya. Jika Muslimah yang dihamili itu mau masuk Kristen, maka itu prestasi besar

Diki candraPendiri dan Pembina ARIMATEA

Page 7: RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH

JANUARI 2014/SHAFAR 1435 27

“Entah apa yang dilakukan pemuda tersebut. Sang Muslimah yang awalnya sangat benci malah berbalik arah mengejar-ngejar si pemuda. Bahkan, orangtua gadis tersebut sangat terpukul, mengapa itu bisa terjadi dan secepat itu perubahannya,” jelas Hari.

Ragam cara telah diupayakan agar dua sejoli ini dapat dipisahkan. Namun tak jua membuahkan hasil.

Akhirnya, orangtua si Muslimah menyerah dan menikahkan keduanya dengan cara Islam, karena si pemuda bersedia memeluk Islam. Namun menurut Hari, setelah itu, masih ada upaya-upaya untuk mengkristenkan keluarga tersebut dengan berbagai cara, termasuk hipnotis dan ancaman.

Kata Hari, pihaknya juga menangani kasus pemuda Islam yang menikah dengan gadis Kristen. Awalnya, si pemuda sudah diingatkan bahwa langkah tersebut berisiko secara aqidah. Tapi, pemuda itu tetap nekad menikahi sang gadis.

Pada awal tahun pernikahannya, mereka masih rukun dan bahagia karena sang istri bersedia memeluk Islam. Namun, beberapa bulan lalu Hari menyambangi pasutri tersebut,

keadaannya justru terbalik, sang suami malah murtad.

“Keluarganya melapor ke kami dan berdasarkan investigasi, anak itu sekarang sudah pindah rumah dan menjadi penginjil. Sesekali masih suka datang ke keluarganya namun dengan membawa misi Kristen,” ujar Hari yang juga Humas Forum Islami (FIS) Jawa Barat.

Menurut Hari, kasus-kasus Kristenisasi yang terus marak, selain faktor internal umat Islam yang lemah, juga sisi penegakan hukum yang masih lemah. Terbukti, tidak ada satu pun pasal KUHP yang mengatur dan dapat menjerat pelaku pemurtadan.

Jika demikian, pesan Hari, maka jalan terakhir umat harus melawan dengan gigih terhadap program-program Kristenisasi.

nIE

SKI H

. PER

MA

nA

/SU

ARA

HID

AYAT

ULL

AH

Agar memperdalam Islam, minimal setahun baru diberi izin menikah.

Pertengahan November lalu, berbagai media massa ramai memberitakan kasus penistaan agama yang

dilakukan oleh aktor sinetron. Penodaan tersebut menyangkut murtadnya kembali sang artis setelah dirinya mengaku Muslim.

Ketua DPW Front Pembela Islam (FPI) Depok, Habib Idrus Al-Ghadri mengecam dan melaporkan aktor itu ke polisi. Tidak hanya FPI, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat juga mengecam ulah pasangan artis yang hendak menikah itu.

Ketua MUI Pusat, KH Amidhan mengatakan, bisa jadi yang dilakukan aktor tersebut adalah modus untuk mengajak sang istri

masuk Kristen, namun hal itu telanjur muncul ke publik. “Bisa jadi ada motivasi begitu walaupun tidak terbuka. Nampak dari kesimpangsiuran pernyataannya di media,” kata Amidhan. 

Selang dua pekan setelah laporan tersebut, akhirnya sang artis membatalkan pernikahannya.

Bagi Muslimah yang belum menikah, Diki menyarankan agar berhati-hati jika tidak ingin menjadi korban Kristenisasi berkedok pernikahan. Ia berpesan kepada para orangtua, jangan mudah percaya dengan pria yang baru memeluk Islam (muallaf ).

“Setiap orang yang baru memeluk Islam perlu ada filter yang kuat, jangan begitu saja percaya,” imbuhnya.

Kata Diki, untuk lebih mempercayainya, lihat keseharian muallaf tersebut, apakah taat belajar tentang Islam dan sudah berapa lama masuk Islamnya.

“Jangan baru tiga bulan masuk Islam sudah percaya,” tegas Diki.

Umat harus hati-hati terhadap muallaf. Namun, himbau Diki, jangan juga memvonis muallaf gadungan, karena banyak juga muallaf yang tulus dan benar.

Kristolog Abu Deedat mengatakan hal serupa. Salah satu penyebab maraknya kasus ini karena kelonggaran orangtua dalam memberikan izin. Untuk itu, ia menyarankan agar para orangtua tidak mudah memberikan izin jika ada pria non Muslim yang ingin menikahi anak perempuannya.

Jika pun mengizinkan, maka si pria harus terlebih dahulu mendalami Islam minimal satu tahun. “Jadi, begitu masuk Islam, jangan langsung dinikahkan dengan anak gadisnya. Suruh dia perdalam Islam dulu, kalau perlu ngaji dengan saya. Paling tidak selama setahun. Dari situ kita bisa lihat motivasinya,” tegasnya.

Waspadai muallaf gadungan