31
RUMAH SEHAT MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Kesehatan Lingkungan Yang dibina oleh drg. Sri Widiati, MPH Oleh Kelompok 1 1.Sukma Wilis Wijaya (14/368636/KG/9952) 2.Rizki Gisma Wandari (14/368700/KG/9955) 3.Diah Armiati U (14/368704/KG/9958) 4.Farisah Raudina F (14/368727/KG/9961) 5.Elvira Purnamasari (14/368732/KG/9964) 6.Tiara Putri K (14/368745/KG/9967) 7.Dian Nur Safitri (14/368748/KG/9970)

RUMAH SEHAT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rumah sehat

Citation preview

Page 1: RUMAH SEHAT

RUMAH SEHAT

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Kesehatan Lingkungan

Yang dibina oleh drg. Sri Widiati, MPH

Oleh

Kelompok 1

1. Sukma Wilis Wijaya (14/368636/KG/9952)

2. Rizki Gisma Wandari (14/368700/KG/9955)

3. Diah Armiati U (14/368704/KG/9958)

4. Farisah Raudina F (14/368727/KG/9961)

5. Elvira Purnamasari (14/368732/KG/9964)

6. Tiara Putri K (14/368745/KG/9967)

7. Dian Nur Safitri (14/368748/KG/9970)

8. Kamila Rufaidah (14/368778/KG/9973)

9. Ayu Dewi Sri Y (14/368785/KG/9976)

10.Hiediyati Raudah (14/368790/KG/9979)

11.Dimas Hanif (14/368796/KG/9982)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN GIGI

Desember 2014

Page 2: RUMAH SEHAT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang

“Rumah Sehat” ini dengan baik. Makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas

mata kuliah Kesehatan Lingkungan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Gadjah Mada.

Makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu karena tidak lepas dari

bantuan teman-teman semua yang telah memberikan ide-ide, maupun pemikiran.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu penulis sangat memerlukan kritik

dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga

makalah ini menjadi lebih bermanfaat untuk para mahasiswa khususnya

mahasiswa Progam Studi Ilmu Keperawatan Gigi.

Yogyakarta, Desember 2014

` Penulis

2

Page 3: RUMAH SEHAT

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................5

PENDAHULUAN.............................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5

1.3 Tujuan......................................................................................................................5

BAB II...............................................................................................................................6

PEMBAHASAN................................................................................................................6

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Rumah....................................................8

2.3 Penilaian Rumah Sehat.............................................................................................9

2.4 Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal..................................................................15

2.5 Penyakit Akibat Kondisi Rumah............................................................................19

BAB III............................................................................................................................20

PENUTUP.......................................................................................................................20

3.1 Kesimpulan............................................................................................................20

3.2 Saran......................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21

3

Page 4: RUMAH SEHAT

4

Page 5: RUMAH SEHAT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan pemukiman dan perumahan merupakan kebutuhan dasar yang

penting untuk semua orang karena tanpa adanya tempat tinggal tidak ada tempat

untuk berteduh dari hujan dan panasnya matahari. Memiliki tempat tinggal yang

nyaman merupakan idaman para keluarga agar mereka dapat tinggal dengan

nyaman tanpa adanya gangguan atau penyakit karena hampir separuh hidup

manusia akan berada dirumah. Sehingga lingkungan tempat tinggal sangat

mempengaruhi kondisi tubuh manusia.

Rumah seharusnya menjadi tempat yang bebas dari gangguan sehingga

yang ada hanya rasa kebersamaan. Rumah yang sehat mampu melindungi dari

panas dan dingin yang ekstrim, hujan dan matahari, angin, hama, bencana seperti

banjir dan gempa bumi, serta polusi dan penyakit (Wicaksono, 2009). Untuk

menciptakan kondisi nyaman pada lingkungan rumah, diperlukan adanya

perumahan sehat yang memiliki syarat syarat tertentu supaya orang-orang yang

tinggal merasa nyaman dan terhindar dari berbagai macam penyakit yang

mungkin timbul.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian rumah sehat?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi lingkungan rumah?

3. Bagaimana seharusnya penilaian rumah sehat?

4. Apa saja syarat untuk menjadi perumahan yang sehat ?

5. Apa saja dampak penyakit yang dapat timbul jika rumah tidak sehat?

1.3 Tujuan

1. Dapat menjelaskan pengertian perumahan sehat.

2. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi lingkungan rumah.

3. Dapat mendeskripsikan penilaian rumah sehat termasuk sarana yang

dibutuhkan.

5

Page 6: RUMAH SEHAT

4. Dapat memahami syarat untuk menjadi perumahan yang sehat.

5. Dapat mengidentifikasikan penyakit yang dapat timbul jika rumah tidak

sehat.

6

Page 7: RUMAH SEHAT

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rumah Sehat

Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang

dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan

pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada

lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan

rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur rumah tersebut

memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak,

mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran manusia maupun

limbah lainnya (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat

apabila :

1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari

udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman,

dan kebisingan 45-55 dB.A.;

2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan;

3) Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu

memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan

saluran pembuangan air limbah yang saniter dan memenuhi syarat

kesehatan; serta

4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan

bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak

curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan

dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992; Azwar, 1996).

Komponen yang harus dimiliki rumah sehat (Ditjen Cipta Karya, 1997)

adalah :

1) Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah

dasar, memberi kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi

penghubung antara bagunan dengan tanah;

7

Page 8: RUMAH SEHAT

2) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari

pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk

rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu;

3) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan

masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;

4) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau

menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari

panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan (privacy)

penghuninya;

5) Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari,

minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman

bambu, tripleks atau gipsum; serta

6) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari

serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.

Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana lingkungan. Menurut Wicaksono, rumah adalah sebuah

tempat tujuan akhir dari manusia. Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca

dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan

tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup

manusia.

Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi

seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya

dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari

faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007). Rumah sehat

dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk

beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani,

maupun sosial (Sanropie dkk., 1989).

8

Page 9: RUMAH SEHAT

Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah,

beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari, sebagai tempat

bergaul dengan keluarga, sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya,

sebagai lambang status sosial, tempat menyimpan kekayaan (Azwar, 1996).

Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung, dimana

lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani

serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (WHO dalam

Keman, 2005). Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi

syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,

tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik,

kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari

tanah (Depkes RI, 2003).

Dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung

dan beristirahat yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan

sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat memperoleh derajat kesehatan

yang optimal.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Rumah

Beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar rumah

(Azwar, 1996):

a. Lingkungan di mana masyarakat itu berada, baik fisik, biologis, maupun

sosial. Suatu daerah dengan lingkungan fisik pegunungan, tentu saja

perumahannya berbeda dengan perumahan di daerah pantai. Selanjutnya

masyarakat yang bertempat tinggal di daerah lingkungan biologis yang

banyak hewan buasnya tentu saja mempunyai bentuk rumah yang lebih

terlindung, dibanding dengan perumahan di lingkungan biologis yang

tidak ada hewan buasnya. Demikian pula lingkungan sosial, seperti adat,

kepercayaan dan lainnya, banyak memberikan pengaruh pada bentuk

rumah yang didirikan.

b. Tingkat sosial ekonomi masyarakat, ditandai dengan pendapatan yang

dimiliki, tersedianya bahan-bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan dan

atau dibeli dan lain sebagainya. Jelaslah bahwa suatu masyarakat yang

9

Page 10: RUMAH SEHAT

lebih makmur, secara relatif akan mempunyai perumahan yang lebih baik,

dibanding dengan masyarakat miskin.

c. Tingkat kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi bangunan.

Masyarakat yang telah maju teknologinya, mampu membangun

perumahan yang lebih komplek dibandingkan dengan masyarakat yang

masih sederhana.

d. Kebijaksanaan pemerintah tentang perumahan menyangkut tata-guna

tanah, program pembangunan perumahan (RumahSederhana, Rumah

Susun (Rusun), Rumah Toko (Ruko), Rumah Kantor (Rukan)).

2.3 Penilaian Rumah Sehat

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping

sandang dan papan, sehingga rumah harus sehat agar penghuninya dapat bekerja

secara produktif. Konstruksi rumah dan lingkungannya yang tidak memenuhi

syarat kesehatan merupakan faktor risiko sebagai sumber penularan berbagai

penyakit, khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.

Berdasar Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan

tahun 1995 (Ditjen PPM dan PL, 2002) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) yang merupakan penyebab kematian terbanyak kedua dan tuberkulosis

yang merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga erat kaitannya dengan

kondisi sanitasi perumahan yang tidak sehat. Penyediaan air bersih dan dan

sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor risiko terhadap

penyakit diare (penyebab kematian urutan nomor empat) disamping penyakit

kecacingan yang menyebabkan produktivitas kerja menurun. Disamping itu,

angka kejadian penyakit yang ditularkan oleh vektor penular penyakit demam

berdarah, malaria, pes dan filariasis yang masih tinggi. Upaya pengendalian faktor

risiko yang mempengaruhi timbulnya ancaman kesehatan telah diatur dalam

Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan

perumahan.

Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes tersebut diatas,

parameter rumah yang dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok komponen

penilaian, yaitu :

10

Page 11: RUMAH SEHAT

(1) kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela

kamar tidur, jendela kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana

pembuangan asap dapur, pencahayaan;

(2) kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan

kotoran, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah; dan

(3) kelompok perilaku penghuni, meliputi perilaku membuka jendela kamar tidur,

membuka jendela ruang keluarga dan tamu, membersihkan halaman rumah,

membuang tinja bayi/anak ke kakus, dan membuang sampah pada tempatnya.

Formulir penilaian rumah sehat terdiri komponen yang dinilai, kriteria

penilaian, nilai dan bobot serta hasil penilaian secara terinci dapat dilihat pada

lampiran dari Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan

kesehatan perumahan.

Sarana menjadi rumah sehat:

1. Bahan bangunan

Syarat bahan bangunan yang diperbolehkan antara lain:

a) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat

membahayakan kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari 150 μg/m3,

asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam, dan timah hitam tidak

melebihi 300 mg/kg.

b) Tidak terbuat dari bahan yang dapat memungkinkan tumbuh dan

berkembangnya mikroorganisme patogen.

2. Komponen dan penataan ruang rumah

Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis seperti

berikut:

a. Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Menurut Sanropie (1989),

lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan

akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap

penghuninya. Oleh karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air

seperti disemen, dipasang tegel, keramik, teraso dan lain-lain. Untuk

mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-

kira 20 cm dari permukaan tanah.

11

Page 12: RUMAH SEHAT

b. Dinding, dengan pembagian: (i) Untuk di ruang tidur dan ruang keluarga

dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara; (ii)

Untuk di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah

dibersihkan. Berdasarkan Sanropie (1989), fungsi dinding selain sebagai

pendukung atau penyangga atap, dinding juga berfungsi untuk melindungi

ruangan rumah dari gangguan, serangga, hujan dan angin, juga melindungi

dari pengaruh panas dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik

adalah bahan yang tahan api, yaitu dinding dari batu.

c. Langit-langit

Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.

d. Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus dilengkapi

dengan penangkal petir

e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,

ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, dan

ruang bermain anak.

Menurut Sanropie (1989), banyaknya ruangan di dalam rumah biasanya

tergantung kepada jumlah penghuni. Banyaknya penghuni dalam suatu rumah

akan menuntut jumlah ruangan yang banyak terutama ruang tidur. Tetapi pada

umumnya jumlah ruangan dalam suatu rumah disesuaikan dengan fungsi ruangan

tersebut, seperti:

a. Ruang untuk istirahat/tidur (ruang tidur)

Rumah yang sehat harus mempunyai ruang khusus untuk tidur. Ruang

tidur ini biasanya digunakan sekaligus untuk ruang ganti pakaian, dan

ditempatkan di tempat yang cukup tenang, tidak gaduh, jauh dari tempat

bermain anak-anak. Diusahakan agar ruang tidur mendapat cukup sinar

matahari. Agar terhindar dari penyakit saluran pernafasan, maka luas

ruang tidur minimal 9 m2 untuk setiap orang yang berumur diatas 5 tahun

atau untuk orang dewasa dan 4 ½ m2 untuk anak-anak berumur dibawah 5

tahun. Luas lantai minimal 3 ½ m2 untuk setiap orang, dengan tinggi

langit-langit tidak kurang dari 2 ¾ m.

12

Page 13: RUMAH SEHAT

b. Ruang tamu

Ruang tamu yaitu suatu ruangan khusus untuk menerima tamu, biasanya

diletakkan di bagian depan rumah. Ruang tamu sebaiknya terpisah dengan

ruang duduk yang dapat dibuka/ditutup atau dengan gorden, sehingga

tamu tidak dapat melihat kegiatan orang-orang yang ada di ruang duduk.

c. Ruang duduk (ruang keluarga)

Ruang duduk harus dilengkapi jendela yang cukup, ventilasi yang

memenuhi syarat, dan cukup mendapat sinar matahari pagi. Ruang duduk

ini sebaiknya lebih luas dari ruang-ruang lainnya seperti ruang tidur atau

ruang tamu karena ruang duduk sering digunakan pula untuk berbagai

kegiatan seperti tempat berbincang-bincang anggota keluarga, tempat

menonoton TV, kadang-kadang digunakan untuk tempat membaca/belajar

dan bermain anak-anak. Selain itu ruangan ini juga sering digunakan

sekaligus sebagai ruang makan keluarga.

d. Ruang makan

Ruang makan sebaiknya mempunyai ruangan yang khusus, ruangan

tersendiri, sehingga bila ada anggota keluarga sedang makan tidak akan

terganggu oleh kegiatan anggota keluarga lainnya. Tetapi untuk suatu

rumah yang kecil/sempit, ruang makan ini boleh jadi satu dengan ruang

duduk.

e. Ruang dapur

Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil

pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang

dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat

teralirkan keluar (ke udara bebas). Luas dapur minimal 4 m2 dan lebar

minimal 1,5 m. Di dapur harus tersedia alat-alat pengolahan makanan,

alat-alat memasak, tempat cuci peralatan serta tempat penyimpanannya.

Tersedia air bersih yang memenuhi syarat kesehatan dan mempunyai

sisitem pembuangan air kotor yang baik, serta mempunyai tempat

pembuangan sampah sementara yang baik/tertutup. Selain itu dapur harus

tersedia tempat penyimpanan bahan makanan atau makanan yang siap

13

Page 14: RUMAH SEHAT

disajikan. Tempat ini harus terhindar dari gangguan serangga (lalat) dan

tikus. Oleh karena itu ruangan harus bebas serangga dan tikus.

f. Kamar mandi/W.C

Lantai kamar mandi dan jamban harus kedap air dan selalu terpelihara

kebersihannya agar tidak licin. Dinding minimal setinggi 1 ½ m dari

lantai. Setiap kamar mandi dan jamban yang letaknya di dalam rumah,

diusahakan salah satu dindingnya yang berlubang ventilasi harus

berhubungan langsung dengan bagian luar rumah. Bila tidak, ruang/kamar

mandi dan jamban ini harus dilengkapi dengan alat penyedot udara untuk

mengeluarkan udara dari kamar mandi dan jamban tersebut keluar,

sehingga tidak mencemari ruangan lain (bau dari kamar mandi dan W.C.)

Jumlah kamar mandi harus cukup sesuai dengan jumlah penghuni rumah.

Selain itu kebersihannya harus selalu terjaga. Jamban harus berleher angsa

dan 1 jamban tidak boleh dipergunakan untuk lebih dari 7 orang.

g. Gudang

Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat atau bahan-bahan

lainnya yang tidak dapat ditampung di ruangan lain, seperti alat-alat untuk

memperbaiki rumah (tangga, dan lain–lain).

h. Ruang dapur harus dilengkapi sarana pembuangan asap.

3. Pencahayaan

Pencahayaan dalam ruangan dapat berupa pencahayaan alami dan atau

buatan, yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menerangi seluruh

ruangan. Intensitas minimal pencahayaan dalam ruangan adalah 60 lux dan tidak

menyilaukan.

4. Kualitas udara

Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai

berikut:

a.Suhu udara nyaman berkisar 18° sampai 30° C

b. Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%

c.Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam

d. Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per

penghuni

14

Page 15: RUMAH SEHAT

e.Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam

f. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3

5. Ventilasi

Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari

luas lantai. Menurut Sanropie (1989), ventilasi sangat penting untuk suatu rumah

tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai

lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan

keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross ventilation). Dengan adanya

ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar

dalam ruangan.

Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari

luar seperti cahaya matahari, sehingga didalam rumah tidak gelap pada waktu

pagi, siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah yang

memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak harus ada. Suatu ruangan yang tidak

memiliki sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan keadaan yang merugikan

kesehatan, antara lain:

a.Kadar oksigen akan berkurang, padahal manusia tidak mungkin dapat hidup

tanpa oksigen dalam udara.

b. Kadar karbondioksida yang bersifat racun bagi manusia, akan meningkat.

c.Ruangan akan berbau, disebabkan oleh bau tubuh, pakaian, pernafasan, dan

mulut.

d. Kelembapan udara dalam ruangan akan meningkat disebabkan oleh

penguapan cairan oleh kulit dan pernafasan (Azwar,1990).

Berdasarkan Azwar (1990), ada dua cara yang dapat dilakukan agar

ruangan mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu (i) Ventilasi alamiah,

yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah dimana udara masuk melalui jendela,

pintu, ataupun lubang angin yang sengaja dibuat untuk itu. Proses terjadinya

aliran udara ialah karena terdapatnya perbedaan suhu, udara yang panas lebih

ringan dari pada udara yang dingin. (ii) Ventilasi buatan, ialah ventilasi berupa

alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya penghisap udara (exhaust

ventilation) dan air condition.

15

Page 16: RUMAH SEHAT

6. Binatang penular penyakit

Di dalam rumah tidak boleh ada tikus yang bersarang.

7. Air

a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau air

minum sesuai perundang-undangan yang berlaku.

8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman.

9. Limbah

i. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak

menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.

ii. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran

terhadap permukaan tanah, serta air tanah.

10. Kepadatan hunian ruang tidur

Luas ruang tidur minimal 9 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih

dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun.

11. Atap

Fungsi atap adalah untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan

angin, panas dan hujan, juga melindungi isi rumah dari pencemaran udara seperti:

debu, asap, dan lain-lain. Atap yang paling baik adalah atap dari genteng karena

bersifat isolator, sejuk dimusim panas dan hangat di musim hujan (Sanropie,

1989).

2.4 Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal

Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut : (Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007)

1. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,

komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah,

adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing

penghuni;

2. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni

rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah

16

Page 17: RUMAH SEHAT

tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak

berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan

minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang

cukup;

3. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang

timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan

garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan

kecelakaan di dalam rumah;

Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium, rumah

susun (rusun), rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman.

Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan kesehatan perumahan dan

lingkungan pemukiman menjadi tanggung jawab pengembang atau penyelenggara

pembangunan perumahan, dan pemilik atau penghuni rumah tinggal.

Penyelenggara pembangunan perumahan (pengembang) yang tidak

memenuhi ketentuan tentang persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan

pemukiman dapat dikenai sanksi pidana dan/atau sanksi administrasi sesuai

dengan UU No. 4 /1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, dan UU No. 23

/1992 tentang Kesehatan, serta peraturan pelaksanaannya.

Bagi pemilik rumah yang belum memenuhi ketentuan tersebut diatas tidak

dapat dikenai sanksi, tetapi dibina agar segera dapat memenuhi persyaratan

kesehatan rumah. Persyaratan Rumah Sehat Menurut Winslow Dan APHA

(American Public Health Association), antara lain:

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan

(ventilasi), ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang

mengganggu.

2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman bagi

masing-masing penghuni rumah, privasi yang cukup, komunikasi yang

sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, lingkungan tempat

tinggal yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama.

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni

rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah

17

Page 18: RUMAH SEHAT

rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang

berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan

minuman dari pencemaran.

4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang

timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam

persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya

kebakaran, tidak menyebabkan keracunan gas, terlindung dari kecelakaan

lalu lintas, dan lain sebagainya.

2.5 Penyakit Akibat Kondisi Rumah

Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan

penyakit berbasis lingkungan. Rumah yang tidak sehat dan juga perilaku tidak

sehat dapat menyebabkan dan menularkan penyakit bagi penghuninya, seperti

sakit batuk-batuk, pilek, sakit mata, demam, sakit kulit, maupun kecelakaan.

Kebiasaan tidur beramai-ramai dalam satu kamar tidur atau terlalu padat

penghuni adalah kebiasaan tidak baik dalam rumah, karena dapat menularkan

penyakit dengan cepat. Biasanya bila salah seorang menderita batuk dan pilek

maka semua yang tidur bersama-sama dengan orang tersebut akan tertular sakit

batuk dan pilek. Penyakit-penyakit lain yang dapat menular akibat tidur ramai-

ramai yaitu sakit mata, kulit, batuk darah (TB).

Merokok adalah kebiasaan yang sangat tidak sehat bagi perokok tersebut,

apalagi dilakukan di dalam rumah maka akibatnya dapat mengenai penghuni

rumah lainnya. Asap yang dikeluarkan dari rokok mengandung zat yang sifatnya

racun bagi tubuh dan dapat menyebabkan sakit kanker, jantung dan gannguan

janin pada ibu hamil.

Dapur merupakan tempat kegiatan untuk mengolah, menyiapkan dan

menyimpan makanan, kegiatan memasak sering dilakukan oleh ibu-ibu sambil

menggendong anaknya yang masih kecil. Tanpa disadari bahwa menggendong

anak sambil memasak merupakan perilaku tidak sehat terutama untuk sang anak

karena dapat terkena asap dapur yang berasal dari pembakaran bahan bakar

(minyak, kayu, arang, daun, batu bara). Dari kegiatan memasak sambil

menggendong anak dapat terkena sakit saluran pernafasan seperti batuk-batuk.

18

Page 19: RUMAH SEHAT

Menjamah makanan tanpa cuci tangan pakai sabun terlebih dahulu adalah

sangat berbahaya karena di tangan terdapat banyak kotoran setelah tangan

melakukan banyak kegiatan. Kegiatan manusia sebagian besar menggunakan

tangan, sehingga tangan dapat menjadi sumber penularan penyakit. Penyakit yang

dapat ditularkan melalui tangan antara lain diare, kecacingan, keracunan, sakit

kulit dan lain-lain.

19

Page 20: RUMAH SEHAT

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang

dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan

pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada

lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan

rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur rumah tersebut

memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak,

mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran manusia maupun

limbah lainnya (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar rumah (Azwar, 1996)

antara lain; lingkungan di mana masyarakat itu berada, tingkat sosial ekonomi

masyarakat, tingkat kemajuan teknologi yang dimiliki, kebijaksanaan pemerintah

tentang perumahan menyangkut tata-guna tanah dan program pembangunan

perumahan.

Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes, parameter rumah yang

dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu: kelompok

komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, dan kelompok perilaku penghuni.

Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

(Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007)

1. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,

komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah,

adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing

penghuni;

2. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni

rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah

tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak

berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan

minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang

cukup;

20

Page 21: RUMAH SEHAT

3. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang

timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan

garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan

kecelakaan di dalam rumah;

Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan

penyakit berbasis lingkungan. Rumah yang tidak sehat dan juga perilaku tidak

sehat dapat menyebabkan dan menularkan penyakit bagi penghuninya, seperti

sakit batuk-batuk, pilek, sakit mata, demam, sakit kulit, maupun kecelakaan.

3.2 Saran

Disarankan kepada masyarakat untuk membangun rumah sesuai kriteria

rumah sehat karena rumah akan menentukan kualitas kesehatan penghuni rumah,

jika tidak maka kesehatan penghuni juga akan terganggu. Bagi pemerintah juga

disarankan untuk menyediakan lahan perumahan sesuai kriteria rumah sehat

karena jika penduduk sehat maka kualitas sumber daya manusia juga akan

meningkat.  

21

Page 22: RUMAH SEHAT

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Keman, Soedjajadi. 2005. Kesehatan Perumahan dan Llingkungan Pemukiman.

Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2 (1): 29-42.

Wicaksono, Andrie A. 2009. Menciptakan Rumah Sehat. Jakarta: Penebar

Swadaya.

(online) (http://repository.usu.ac.id/), diakses 30/11/2014

(online) (http://digilib.ump.ac.id/download) , diakses 30/11/2014

(online) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22479/4/Chapter

%20II.pdf), diakses 30/11/2014

(online) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23722/4/Chapter

%20II.pdf), diakses 30/11/2014

22