Upload
kamilla-rd
View
35
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rumah sehat
Citation preview
RUMAH SEHAT
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Kesehatan Lingkungan
Yang dibina oleh drg. Sri Widiati, MPH
Oleh
Kelompok 1
1. Sukma Wilis Wijaya (14/368636/KG/9952)
2. Rizki Gisma Wandari (14/368700/KG/9955)
3. Diah Armiati U (14/368704/KG/9958)
4. Farisah Raudina F (14/368727/KG/9961)
5. Elvira Purnamasari (14/368732/KG/9964)
6. Tiara Putri K (14/368745/KG/9967)
7. Dian Nur Safitri (14/368748/KG/9970)
8. Kamila Rufaidah (14/368778/KG/9973)
9. Ayu Dewi Sri Y (14/368785/KG/9976)
10.Hiediyati Raudah (14/368790/KG/9979)
11.Dimas Hanif (14/368796/KG/9982)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN GIGI
Desember 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang
“Rumah Sehat” ini dengan baik. Makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kesehatan Lingkungan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Gadjah Mada.
Makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu karena tidak lepas dari
bantuan teman-teman semua yang telah memberikan ide-ide, maupun pemikiran.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu penulis sangat memerlukan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini menjadi lebih bermanfaat untuk para mahasiswa khususnya
mahasiswa Progam Studi Ilmu Keperawatan Gigi.
Yogyakarta, Desember 2014
` Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Rumah....................................................8
2.3 Penilaian Rumah Sehat.............................................................................................9
2.4 Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal..................................................................15
2.5 Penyakit Akibat Kondisi Rumah............................................................................19
BAB III............................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan............................................................................................................20
3.2 Saran......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan pemukiman dan perumahan merupakan kebutuhan dasar yang
penting untuk semua orang karena tanpa adanya tempat tinggal tidak ada tempat
untuk berteduh dari hujan dan panasnya matahari. Memiliki tempat tinggal yang
nyaman merupakan idaman para keluarga agar mereka dapat tinggal dengan
nyaman tanpa adanya gangguan atau penyakit karena hampir separuh hidup
manusia akan berada dirumah. Sehingga lingkungan tempat tinggal sangat
mempengaruhi kondisi tubuh manusia.
Rumah seharusnya menjadi tempat yang bebas dari gangguan sehingga
yang ada hanya rasa kebersamaan. Rumah yang sehat mampu melindungi dari
panas dan dingin yang ekstrim, hujan dan matahari, angin, hama, bencana seperti
banjir dan gempa bumi, serta polusi dan penyakit (Wicaksono, 2009). Untuk
menciptakan kondisi nyaman pada lingkungan rumah, diperlukan adanya
perumahan sehat yang memiliki syarat syarat tertentu supaya orang-orang yang
tinggal merasa nyaman dan terhindar dari berbagai macam penyakit yang
mungkin timbul.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian rumah sehat?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi lingkungan rumah?
3. Bagaimana seharusnya penilaian rumah sehat?
4. Apa saja syarat untuk menjadi perumahan yang sehat ?
5. Apa saja dampak penyakit yang dapat timbul jika rumah tidak sehat?
1.3 Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian perumahan sehat.
2. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi lingkungan rumah.
3. Dapat mendeskripsikan penilaian rumah sehat termasuk sarana yang
dibutuhkan.
5
4. Dapat memahami syarat untuk menjadi perumahan yang sehat.
5. Dapat mengidentifikasikan penyakit yang dapat timbul jika rumah tidak
sehat.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Rumah Sehat
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang
dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan
pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada
lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan
rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur rumah tersebut
memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak,
mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran manusia maupun
limbah lainnya (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat
apabila :
1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari
udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman,
dan kebisingan 45-55 dB.A.;
2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan;
3) Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu
memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan
saluran pembuangan air limbah yang saniter dan memenuhi syarat
kesehatan; serta
4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak
curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan
dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992; Azwar, 1996).
Komponen yang harus dimiliki rumah sehat (Ditjen Cipta Karya, 1997)
adalah :
1) Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah
dasar, memberi kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi
penghubung antara bagunan dengan tanah;
7
2) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari
pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk
rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu;
3) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan
masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;
4) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau
menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari
panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan (privacy)
penghuninya;
5) Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari,
minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman
bambu, tripleks atau gipsum; serta
6) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari
serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.
Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan. Menurut Wicaksono, rumah adalah sebuah
tempat tujuan akhir dari manusia. Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca
dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan
tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup
manusia.
Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi
seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya
dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari
faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007). Rumah sehat
dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk
beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani,
maupun sosial (Sanropie dkk., 1989).
8
Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah,
beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari, sebagai tempat
bergaul dengan keluarga, sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya,
sebagai lambang status sosial, tempat menyimpan kekayaan (Azwar, 1996).
Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung, dimana
lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (WHO dalam
Keman, 2005). Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi
syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik,
kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari
tanah (Depkes RI, 2003).
Dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung
dan beristirahat yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan
sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat memperoleh derajat kesehatan
yang optimal.
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Rumah
Beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar rumah
(Azwar, 1996):
a. Lingkungan di mana masyarakat itu berada, baik fisik, biologis, maupun
sosial. Suatu daerah dengan lingkungan fisik pegunungan, tentu saja
perumahannya berbeda dengan perumahan di daerah pantai. Selanjutnya
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah lingkungan biologis yang
banyak hewan buasnya tentu saja mempunyai bentuk rumah yang lebih
terlindung, dibanding dengan perumahan di lingkungan biologis yang
tidak ada hewan buasnya. Demikian pula lingkungan sosial, seperti adat,
kepercayaan dan lainnya, banyak memberikan pengaruh pada bentuk
rumah yang didirikan.
b. Tingkat sosial ekonomi masyarakat, ditandai dengan pendapatan yang
dimiliki, tersedianya bahan-bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan dan
atau dibeli dan lain sebagainya. Jelaslah bahwa suatu masyarakat yang
9
lebih makmur, secara relatif akan mempunyai perumahan yang lebih baik,
dibanding dengan masyarakat miskin.
c. Tingkat kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi bangunan.
Masyarakat yang telah maju teknologinya, mampu membangun
perumahan yang lebih komplek dibandingkan dengan masyarakat yang
masih sederhana.
d. Kebijaksanaan pemerintah tentang perumahan menyangkut tata-guna
tanah, program pembangunan perumahan (RumahSederhana, Rumah
Susun (Rusun), Rumah Toko (Ruko), Rumah Kantor (Rukan)).
2.3 Penilaian Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping
sandang dan papan, sehingga rumah harus sehat agar penghuninya dapat bekerja
secara produktif. Konstruksi rumah dan lingkungannya yang tidak memenuhi
syarat kesehatan merupakan faktor risiko sebagai sumber penularan berbagai
penyakit, khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.
Berdasar Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan
tahun 1995 (Ditjen PPM dan PL, 2002) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) yang merupakan penyebab kematian terbanyak kedua dan tuberkulosis
yang merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga erat kaitannya dengan
kondisi sanitasi perumahan yang tidak sehat. Penyediaan air bersih dan dan
sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor risiko terhadap
penyakit diare (penyebab kematian urutan nomor empat) disamping penyakit
kecacingan yang menyebabkan produktivitas kerja menurun. Disamping itu,
angka kejadian penyakit yang ditularkan oleh vektor penular penyakit demam
berdarah, malaria, pes dan filariasis yang masih tinggi. Upaya pengendalian faktor
risiko yang mempengaruhi timbulnya ancaman kesehatan telah diatur dalam
Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan
perumahan.
Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes tersebut diatas,
parameter rumah yang dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok komponen
penilaian, yaitu :
10
(1) kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela
kamar tidur, jendela kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur, pencahayaan;
(2) kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan
kotoran, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah; dan
(3) kelompok perilaku penghuni, meliputi perilaku membuka jendela kamar tidur,
membuka jendela ruang keluarga dan tamu, membersihkan halaman rumah,
membuang tinja bayi/anak ke kakus, dan membuang sampah pada tempatnya.
Formulir penilaian rumah sehat terdiri komponen yang dinilai, kriteria
penilaian, nilai dan bobot serta hasil penilaian secara terinci dapat dilihat pada
lampiran dari Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan
kesehatan perumahan.
Sarana menjadi rumah sehat:
1. Bahan bangunan
Syarat bahan bangunan yang diperbolehkan antara lain:
a) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari 150 μg/m3,
asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam, dan timah hitam tidak
melebihi 300 mg/kg.
b) Tidak terbuat dari bahan yang dapat memungkinkan tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis seperti
berikut:
a. Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Menurut Sanropie (1989),
lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan
akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap
penghuninya. Oleh karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air
seperti disemen, dipasang tegel, keramik, teraso dan lain-lain. Untuk
mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-
kira 20 cm dari permukaan tanah.
11
b. Dinding, dengan pembagian: (i) Untuk di ruang tidur dan ruang keluarga
dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara; (ii)
Untuk di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan. Berdasarkan Sanropie (1989), fungsi dinding selain sebagai
pendukung atau penyangga atap, dinding juga berfungsi untuk melindungi
ruangan rumah dari gangguan, serangga, hujan dan angin, juga melindungi
dari pengaruh panas dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik
adalah bahan yang tahan api, yaitu dinding dari batu.
c. Langit-langit
Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
d. Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, dan
ruang bermain anak.
Menurut Sanropie (1989), banyaknya ruangan di dalam rumah biasanya
tergantung kepada jumlah penghuni. Banyaknya penghuni dalam suatu rumah
akan menuntut jumlah ruangan yang banyak terutama ruang tidur. Tetapi pada
umumnya jumlah ruangan dalam suatu rumah disesuaikan dengan fungsi ruangan
tersebut, seperti:
a. Ruang untuk istirahat/tidur (ruang tidur)
Rumah yang sehat harus mempunyai ruang khusus untuk tidur. Ruang
tidur ini biasanya digunakan sekaligus untuk ruang ganti pakaian, dan
ditempatkan di tempat yang cukup tenang, tidak gaduh, jauh dari tempat
bermain anak-anak. Diusahakan agar ruang tidur mendapat cukup sinar
matahari. Agar terhindar dari penyakit saluran pernafasan, maka luas
ruang tidur minimal 9 m2 untuk setiap orang yang berumur diatas 5 tahun
atau untuk orang dewasa dan 4 ½ m2 untuk anak-anak berumur dibawah 5
tahun. Luas lantai minimal 3 ½ m2 untuk setiap orang, dengan tinggi
langit-langit tidak kurang dari 2 ¾ m.
12
b. Ruang tamu
Ruang tamu yaitu suatu ruangan khusus untuk menerima tamu, biasanya
diletakkan di bagian depan rumah. Ruang tamu sebaiknya terpisah dengan
ruang duduk yang dapat dibuka/ditutup atau dengan gorden, sehingga
tamu tidak dapat melihat kegiatan orang-orang yang ada di ruang duduk.
c. Ruang duduk (ruang keluarga)
Ruang duduk harus dilengkapi jendela yang cukup, ventilasi yang
memenuhi syarat, dan cukup mendapat sinar matahari pagi. Ruang duduk
ini sebaiknya lebih luas dari ruang-ruang lainnya seperti ruang tidur atau
ruang tamu karena ruang duduk sering digunakan pula untuk berbagai
kegiatan seperti tempat berbincang-bincang anggota keluarga, tempat
menonoton TV, kadang-kadang digunakan untuk tempat membaca/belajar
dan bermain anak-anak. Selain itu ruangan ini juga sering digunakan
sekaligus sebagai ruang makan keluarga.
d. Ruang makan
Ruang makan sebaiknya mempunyai ruangan yang khusus, ruangan
tersendiri, sehingga bila ada anggota keluarga sedang makan tidak akan
terganggu oleh kegiatan anggota keluarga lainnya. Tetapi untuk suatu
rumah yang kecil/sempit, ruang makan ini boleh jadi satu dengan ruang
duduk.
e. Ruang dapur
Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil
pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang
dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat
teralirkan keluar (ke udara bebas). Luas dapur minimal 4 m2 dan lebar
minimal 1,5 m. Di dapur harus tersedia alat-alat pengolahan makanan,
alat-alat memasak, tempat cuci peralatan serta tempat penyimpanannya.
Tersedia air bersih yang memenuhi syarat kesehatan dan mempunyai
sisitem pembuangan air kotor yang baik, serta mempunyai tempat
pembuangan sampah sementara yang baik/tertutup. Selain itu dapur harus
tersedia tempat penyimpanan bahan makanan atau makanan yang siap
13
disajikan. Tempat ini harus terhindar dari gangguan serangga (lalat) dan
tikus. Oleh karena itu ruangan harus bebas serangga dan tikus.
f. Kamar mandi/W.C
Lantai kamar mandi dan jamban harus kedap air dan selalu terpelihara
kebersihannya agar tidak licin. Dinding minimal setinggi 1 ½ m dari
lantai. Setiap kamar mandi dan jamban yang letaknya di dalam rumah,
diusahakan salah satu dindingnya yang berlubang ventilasi harus
berhubungan langsung dengan bagian luar rumah. Bila tidak, ruang/kamar
mandi dan jamban ini harus dilengkapi dengan alat penyedot udara untuk
mengeluarkan udara dari kamar mandi dan jamban tersebut keluar,
sehingga tidak mencemari ruangan lain (bau dari kamar mandi dan W.C.)
Jumlah kamar mandi harus cukup sesuai dengan jumlah penghuni rumah.
Selain itu kebersihannya harus selalu terjaga. Jamban harus berleher angsa
dan 1 jamban tidak boleh dipergunakan untuk lebih dari 7 orang.
g. Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat atau bahan-bahan
lainnya yang tidak dapat ditampung di ruangan lain, seperti alat-alat untuk
memperbaiki rumah (tangga, dan lain–lain).
h. Ruang dapur harus dilengkapi sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan dalam ruangan dapat berupa pencahayaan alami dan atau
buatan, yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menerangi seluruh
ruangan. Intensitas minimal pencahayaan dalam ruangan adalah 60 lux dan tidak
menyilaukan.
4. Kualitas udara
Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai
berikut:
a.Suhu udara nyaman berkisar 18° sampai 30° C
b. Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%
c.Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per
penghuni
14
e.Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
f. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai. Menurut Sanropie (1989), ventilasi sangat penting untuk suatu rumah
tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai
lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan
keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross ventilation). Dengan adanya
ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar
dalam ruangan.
Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari
luar seperti cahaya matahari, sehingga didalam rumah tidak gelap pada waktu
pagi, siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah yang
memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak harus ada. Suatu ruangan yang tidak
memiliki sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan keadaan yang merugikan
kesehatan, antara lain:
a.Kadar oksigen akan berkurang, padahal manusia tidak mungkin dapat hidup
tanpa oksigen dalam udara.
b. Kadar karbondioksida yang bersifat racun bagi manusia, akan meningkat.
c.Ruangan akan berbau, disebabkan oleh bau tubuh, pakaian, pernafasan, dan
mulut.
d. Kelembapan udara dalam ruangan akan meningkat disebabkan oleh
penguapan cairan oleh kulit dan pernafasan (Azwar,1990).
Berdasarkan Azwar (1990), ada dua cara yang dapat dilakukan agar
ruangan mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu (i) Ventilasi alamiah,
yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah dimana udara masuk melalui jendela,
pintu, ataupun lubang angin yang sengaja dibuat untuk itu. Proses terjadinya
aliran udara ialah karena terdapatnya perbedaan suhu, udara yang panas lebih
ringan dari pada udara yang dingin. (ii) Ventilasi buatan, ialah ventilasi berupa
alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya penghisap udara (exhaust
ventilation) dan air condition.
15
6. Binatang penular penyakit
Di dalam rumah tidak boleh ada tikus yang bersarang.
7. Air
a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau air
minum sesuai perundang-undangan yang berlaku.
8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman.
9. Limbah
i. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
ii. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran
terhadap permukaan tanah, serta air tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 9 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih
dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun.
11. Atap
Fungsi atap adalah untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan
angin, panas dan hujan, juga melindungi isi rumah dari pencemaran udara seperti:
debu, asap, dan lain-lain. Atap yang paling baik adalah atap dari genteng karena
bersifat isolator, sejuk dimusim panas dan hangat di musim hujan (Sanropie,
1989).
2.4 Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut : (Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007)
1. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah,
adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing
penghuni;
2. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
16
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup;
3. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan
kecelakaan di dalam rumah;
Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium, rumah
susun (rusun), rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman.
Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan kesehatan perumahan dan
lingkungan pemukiman menjadi tanggung jawab pengembang atau penyelenggara
pembangunan perumahan, dan pemilik atau penghuni rumah tinggal.
Penyelenggara pembangunan perumahan (pengembang) yang tidak
memenuhi ketentuan tentang persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan
pemukiman dapat dikenai sanksi pidana dan/atau sanksi administrasi sesuai
dengan UU No. 4 /1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, dan UU No. 23
/1992 tentang Kesehatan, serta peraturan pelaksanaannya.
Bagi pemilik rumah yang belum memenuhi ketentuan tersebut diatas tidak
dapat dikenai sanksi, tetapi dibina agar segera dapat memenuhi persyaratan
kesehatan rumah. Persyaratan Rumah Sehat Menurut Winslow Dan APHA
(American Public Health Association), antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan
(ventilasi), ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang
mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman bagi
masing-masing penghuni rumah, privasi yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, lingkungan tempat
tinggal yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah
17
rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam
persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya
kebakaran, tidak menyebabkan keracunan gas, terlindung dari kecelakaan
lalu lintas, dan lain sebagainya.
2.5 Penyakit Akibat Kondisi Rumah
Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan
penyakit berbasis lingkungan. Rumah yang tidak sehat dan juga perilaku tidak
sehat dapat menyebabkan dan menularkan penyakit bagi penghuninya, seperti
sakit batuk-batuk, pilek, sakit mata, demam, sakit kulit, maupun kecelakaan.
Kebiasaan tidur beramai-ramai dalam satu kamar tidur atau terlalu padat
penghuni adalah kebiasaan tidak baik dalam rumah, karena dapat menularkan
penyakit dengan cepat. Biasanya bila salah seorang menderita batuk dan pilek
maka semua yang tidur bersama-sama dengan orang tersebut akan tertular sakit
batuk dan pilek. Penyakit-penyakit lain yang dapat menular akibat tidur ramai-
ramai yaitu sakit mata, kulit, batuk darah (TB).
Merokok adalah kebiasaan yang sangat tidak sehat bagi perokok tersebut,
apalagi dilakukan di dalam rumah maka akibatnya dapat mengenai penghuni
rumah lainnya. Asap yang dikeluarkan dari rokok mengandung zat yang sifatnya
racun bagi tubuh dan dapat menyebabkan sakit kanker, jantung dan gannguan
janin pada ibu hamil.
Dapur merupakan tempat kegiatan untuk mengolah, menyiapkan dan
menyimpan makanan, kegiatan memasak sering dilakukan oleh ibu-ibu sambil
menggendong anaknya yang masih kecil. Tanpa disadari bahwa menggendong
anak sambil memasak merupakan perilaku tidak sehat terutama untuk sang anak
karena dapat terkena asap dapur yang berasal dari pembakaran bahan bakar
(minyak, kayu, arang, daun, batu bara). Dari kegiatan memasak sambil
menggendong anak dapat terkena sakit saluran pernafasan seperti batuk-batuk.
18
Menjamah makanan tanpa cuci tangan pakai sabun terlebih dahulu adalah
sangat berbahaya karena di tangan terdapat banyak kotoran setelah tangan
melakukan banyak kegiatan. Kegiatan manusia sebagian besar menggunakan
tangan, sehingga tangan dapat menjadi sumber penularan penyakit. Penyakit yang
dapat ditularkan melalui tangan antara lain diare, kecacingan, keracunan, sakit
kulit dan lain-lain.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang
dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan
pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada
lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan
rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur rumah tersebut
memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak,
mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran manusia maupun
limbah lainnya (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar rumah (Azwar, 1996)
antara lain; lingkungan di mana masyarakat itu berada, tingkat sosial ekonomi
masyarakat, tingkat kemajuan teknologi yang dimiliki, kebijaksanaan pemerintah
tentang perumahan menyangkut tata-guna tanah dan program pembangunan
perumahan.
Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes, parameter rumah yang
dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu: kelompok
komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, dan kelompok perilaku penghuni.
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
(Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007)
1. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah,
adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing
penghuni;
2. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup;
20
3. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan
kecelakaan di dalam rumah;
Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan
penyakit berbasis lingkungan. Rumah yang tidak sehat dan juga perilaku tidak
sehat dapat menyebabkan dan menularkan penyakit bagi penghuninya, seperti
sakit batuk-batuk, pilek, sakit mata, demam, sakit kulit, maupun kecelakaan.
3.2 Saran
Disarankan kepada masyarakat untuk membangun rumah sesuai kriteria
rumah sehat karena rumah akan menentukan kualitas kesehatan penghuni rumah,
jika tidak maka kesehatan penghuni juga akan terganggu. Bagi pemerintah juga
disarankan untuk menyediakan lahan perumahan sesuai kriteria rumah sehat
karena jika penduduk sehat maka kualitas sumber daya manusia juga akan
meningkat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Keman, Soedjajadi. 2005. Kesehatan Perumahan dan Llingkungan Pemukiman.
Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2 (1): 29-42.
Wicaksono, Andrie A. 2009. Menciptakan Rumah Sehat. Jakarta: Penebar
Swadaya.
(online) (http://repository.usu.ac.id/), diakses 30/11/2014
(online) (http://digilib.ump.ac.id/download) , diakses 30/11/2014
(online) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22479/4/Chapter
%20II.pdf), diakses 30/11/2014
(online) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23722/4/Chapter
%20II.pdf), diakses 30/11/2014
22