22
BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori yang akan dijadikan dasar dalam melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan kasus Sesarea pada kehamilan kembar. Penulis akan menguraikan secara singkat tentang konsep dasar dan Asuhan Keperawatan sesuai dengan masalah yang diambil dari beberapa referensi lebih jelasnya akan dibahas di bawah ini. A. Konsep Dasar Medis 1. Definisi a. Persalinan merupakan fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produk konsepsi (janin, air ketuban, placenta, dan selaput ketuban) dilepas dan dikeluarkan ke dunia luar. (Harry Oxorn, 1990) b. Ruptur merupakan robeknya atau koyaknya jaringan, (Dorland, 1998) 2. Anatomi fisiologi a. Anatomi fisiologi 1) Alat genetalia a) Genetalia eksterna Mons veneris Merupakan bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang menutupi bagiam depan simfisis pubis. 4

Rupture Perineum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rupture Perineum

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori yang akan dijadikan dasar dalam

melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan kasus Sesarea pada kehamilan kembar.

Penulis akan menguraikan secara singkat tentang konsep dasar dan Asuhan Keperawatan

sesuai dengan masalah yang diambil dari beberapa referensi lebih jelasnya akan dibahas di

bawah ini.

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

a. Persalinan merupakan fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produk

konsepsi (janin, air ketuban, placenta, dan selaput ketuban) dilepas dan

dikeluarkan ke dunia luar. (Harry Oxorn, 1990)

b. Ruptur merupakan robeknya atau koyaknya jaringan, (Dorland, 1998)

2. Anatomi fisiologi

a. Anatomi fisiologi

1) Alat genetalia

a) Genetalia eksterna

Mons veneris

Merupakan bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan

lemak yang menutupi bagiam depan simfisis pubis.

Labia mayora

Merupakan bagian yang berbentuk lonjong dan menonjol

berasal dari mons veneris berjalan kebawah dan belakang.

Labia minora

Merupakan lipatan sebelah medial dari libia mayora.

Klitoris

Merupakan tunggal yang erektis mengandung banyak urat

saraf, lateral oleh labia minora dan posterior oleh perineum. Disini

terdapat saluran skene yang arolok dengan prostat pada laki-laki.

4

Page 2: Rupture Perineum

5

Vulva

Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka

kebelakang, disebelah muka dibatasi oleh labia minora dan posterior

oleh perineum. Disini terdapat orifisium uretra eksternum yang kiri

kanannya terdapat saluran skene yang orolog dengan prostat pada

laki-laki.

Glandula

Vestibularis mayoris bastholiri merupakan kelenjar

terpenting didaerah vagina dan vulva yang mengeluarkan secret

mucus terutama pada waktu koitus.

Himen

Himen (selaput dara) merupakan lapisan dan menutupi

sebagian introitus vagina.

Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus.

Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan

diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,

m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator

ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan,

kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir

dan mencegah ruptur.

b) Genetalia internal

Vagina

Merupakan saluran muskiod membranosa yang

menghubungkan uterus dengan vulva. Ukuran dinding depan 6,5 cm

dan belakang 9,5 cm. Faal penting vagina; sebagai saluran kalvein

dari uterus dapat mengalirkan darah waktu haid dan secret dari

uterus sebagai alat persetubuhan dan sebagai jalan lahir pada waktu

partus.

Page 3: Rupture Perineum

6

Uterus

Merupakan organ yang berbentuk seperti buah peer yang

sedikit gepeng, panjang 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal 2,5 cm

terdiri dari korpus uteri (⅔ bagian atas) dari seviks uteri (⅓ bagian

atas) dab fundus yteri terdiri dari tiga lapis dalam kelvan

endometrium merupakan lapisan bagian dalam yang melapisi karung

uteri, terdapat muara-muara dari saluran kelenjar dan stoma banyak

pembuluh darah berkelok-kelok. Pertumbuhan dan fungsi

endometrium dipengaruhi oleh hormone steroid ovarium . Pada saat

persalinan terdapat kekuatan yang mendorong janin keluar

diantaranya adalah his. His merupakan kontraksi uterus karena otot-

otot rahim bekerja dengan baik, akibatnya otot teraba keras, ibu

merasa nyeri, peningkatan tekanan darah, nadi, pertukaran oksigen

pada utera plasenter kurang (Mochtar, 1994). Pada saat post partum

otot-otot uterus berkontraksi dengan segera pembuluh -pembuluh

darah yang berada diatas anyaman otot uterus akan terjepit sehingga

dapat menghentikan perdarahan segera setelah plasenta keluar. Pada

hari pertama post partum tinggi fundus uteri kira-kira 1 jari dibawak

pusat dan semakin lama bertambah kecil sampai tidak teraba.

Secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa

nifas (lochea) pada 1 sampai 2 hari post partum lochea lubra (warna

merah darah segar), pada 3 sampai 7 hari post partum lochea

sanginalenta (warna kuning berisi darah dan lender), pada 7 hari

sampai berikutnya lochea serosa (warna kuning tidak berdarah lagi),

setelah 2 minggu post partum lochea alba (cairan putih), lochea

puralental (cairan seperti nanah) jika terjadi infeksi (Mochtar, 1998).

Tuba fallofi

Merupakan alat yang terdapat pada tepi atas ligamentum latum,

bagian kearah literal mulai dari konu kanan dan kiri, panjangnya

kira-kira 12 cm dan diameternya 7,8 cm.

Page 4: Rupture Perineum

7

Ovarium

Merupakan organ yang berfungsi menghasilkan telur, hormone

progesterone dan berfungsi dalam pengaturan haid.

Parametrium

Merupakan jaringan ikat yang terdapat antara ke-2 ligementum

latum.

3. Etiologi

Sebab-sebab mulainya persalinan dan kenapa terjadi lebih kurang pada umur

kehamilan 40 minggu tidak diketahui dengan pasti. Beberapa teori dikemukakan untuk

mejelaskan fenomena ini:

a. Diduga persalinan mulai apabila uterus telah teregang sampai pada derajat tertentu.

Dengan demikian dapat diterangkan terjadinya persalinan yang awal pada

kehamilan kembar dan hydroamnion.

b. Tekanan bagian terendah janin pada cervix dan segmen bawah Rahim, demikian

pula pada plexus di sekitar cervix dan vagina, merangsang permulaan persalinan

c. Siklus menstruasi berulang setiap 4 minggu, dan persalinann biasanya mulai pada

akhir minggu ke-40 atau 10 siklus menstruasi.

d. Begitu kehamilan mencapai cukup bulan, setiap factor emsional dan fisik dapat

memulai perasalinan. Stimulasi yang demikian antara lain adalah jatuh, kejadian-

kejadian dalam perut misalnya diarrhea, enema dan minyak kastor, atau shock

mental, (Harry Oxorn, 1990)

4. Patoisiologi

Tanda-tanda persalinan sungguhan:

a. Kontraksi uterus terjadi dengan interval yang teratur. Mula-mula timbul setiap 20

atau 30 menit, semakin lama semakin sering. Dengan demikian lajunya persalinan

maka kontraksi menjadi tambah kuat dan tambah lama.

b. Kontraksi uterus dirasakan nyeri

c. Dapat diraba uterus yang mengeras

d. Nyeri dirasakan baik di belakang maupun di depan abdomen

Page 5: Rupture Perineum

8

e. Persalinan sungguhan secara efektif menyebabkan pembukaan cervix.

f. Bagian terendah janin turun

g. Pada waktu tidak ada his kepala terfixasi

h. Seringkali mengakibatkan penonjolan ketuban.

His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung

kemih dan otot-otot dinding hati sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan.

Kadang-kadang ditimbulkan oleh gangguan pencernaan atau pencahar yang kuat.

Umumnya his palsu timbul sendiri. Datangnya tidak teratur dan sebentar, lebih

dirasakan di bagian depan daripada di bagian belakang.

Kala persalinan:

a. Kala I: dari saat mulainya persalinan sungguhan sampai pembukaan lengkap. Pada

primigravida lamanya 6-18 jam dan pada multipara sampai 10 jam.

b. Kala II: dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Pada primigravida lamanya

30 menit sampai 3 jam, dan pada multipara 5 sampai 30 menit. Median lamnya

persalinan kala dua pada multipara sedikit kurang dari 20 menit dan primigravida

sedikit kurang 50 menit.

c. Kala III: dari lahirnya bayi sampai keluarnya placenta. Lamanya 5 sampai 30

menit.

d. Kala IV: dari keluarnya placenta sampai keadaan ibu postpartum menjadi stabil.

(Harry Oxorn, 1990)

5. Manifestasi klinis

a. Fenomena yang mendahului permulaan perasalinan

1) Lighteningterjadi 2 atau 3 minggu sebelumnya dan merupakan sensasi subjektif

yang dirasakan oleh ibu ketika janin mulai menempati segmen bawah Rahim.

2) Engagement terjadi sampai 2 sampai 3 minggu sebelum kehamilan cukup bulan

pada gravida.

3) Sekresi vagina bertambah banyak.

4) Turunnya berat badan oleh karena eksresi cairan tubuh.

5) Sumbat lender dikeluarkan dari cervix

6) Ada lender daarah (blood show)

7) Cervix menjadi luna dan mendatar

Page 6: Rupture Perineum

9

8) Nyeri pinggang yang terus-menerus.

9) Terjadi his palsu dengan bermacam-macam frekuensi.

b. Tanda-tanda persalinan sungguhan:

1) Kontraksi uterus terjadi dengan interval yang teratur. Mula-mula timbul setiap

20 atau 30 menit, semakin lama semakin sering. Dengan demikian lajunya

persalinan maka kontraksi menjadi tambah kuat dan tambah lama.

2) Kontraksi uterus dirasakan nyeri

3) Dapat diraba uterus yang mengeras

4) Nyeri dirasakan baik di belakang maupun di depan abdomen

5) Persalinan sungguhan secara efektif menyebabkan pembukaan cervix.

6) Bagian terendah janin turun

7) Pada waktu tidak ada his kepala terfixasi

8) Seringkali mengakibatkan penonjolan ketuban, (Harry Oxorn, 1990)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pada bagian ini penulis akan menguraikan tentang konsep dasar asuhan keperawatan

pada klien dengan post seksio sesarea, ini menggunakan pendekatan proses

keperawatan proses keperawatan yang melalui 5 tahap yaitu Pengkajian, Perumusan

Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.

1. Pengkajian

Ini merupakan tahap awal dan dasar dari tahapan berikutnya, dalam tahap ini

dilakukan pengumpulan data secara anamnesa yang diperoleh dengan wawancara

observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta mempelajari status

klien. Data yang dikumpulkan terdiri dari data dasar dan data fokus

(Nursalam,2001). Setelah mengumpulkan data langkah berikutnya dalam

pengkajian adalah pengelompokan data yang terdiri atas data fisioligis atau

biologis, data psikologis, sosial, dan spritual.untuk kasus seksio sesarea pengkajian

meliputi:

Page 7: Rupture Perineum

10

a. Data dasar

1) Identitas klien

2) Riwayat kesehatan masa lalu

3) Riwayat kesehatan sekarang

4) Riwayat kesehatan keluarga

5) Riwayat psikologis

b. Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital, karakter lochea, fundus uteri, payudara, abdomen,

(keadaan luka insisi), kandung kemih, kebersihan diri dan genital.

Bila ibu telah dirawat di ruangan pemulihan postpartum selama persalinan

kala IV, ibu dapat dipindahkan ke unit perawtan postpartum bila kondisinya

telah stabil. Pengkajian awal meliputi pelaporan pada perawat penerima.

Catatan pasien ditinjau kembali untuk mendapatkan informasi dari catatan

prenatal dan persalinan yang akan mempengaruh perawatan selanjutnya.

Catatan prenatal mengingatkan tim pemberi asuhan tentang kemungkinan

kebutuhan pasien untuk vaksnasi rubella atau perlindungan terhadap Rh

isoimunisasi. Pemeriksaan darah janin memperjelas kebutuhan akan

immunoglobulin Rh0.

Perawat mewawancarai pasien secara tidak formal untuk menentukan status

emosional, tingkat energy, letak dan derajat ketidaknyamanan, lapar, haus,

pengetahuannya terhadap perawatan diri dan perawatan bayi, apakah ia akan

menyusui bayinya atau memberikan susu botol. Factor-faktor etik dan

kebudayaan seperti bahasa atau variasi diet dikaji karena mempengaruhi

perawatan dan pemulihan.

Pengkajian tanda-tanda vital, fundus, lokea, kandung kemih,

asupan/haluran, perineum da episiotomy, payudara, eliminasi, dan status

emosional dibuat pada saat ini. Kecuali bila berkembang masalah, pemeriksaan

laboratorium jarang diresepkan. Pengkajian dilakukan setiap 4 sampai 8 jam

sampai pemulangan.

Page 8: Rupture Perineum

11

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

mausia dan individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status

kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah (Carpenito,200)

Menurut Doenges et,al.(2001), diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada

klien dengan rupture perineum adalah:

1) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan trauma jaringan sekunder

terhadap insisi bedah.

2) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak dan trauma

jaringan akibat insisi bedah.

3) Resiko tinggi gangguan eliminasi BAB: konstipasi diare berhubungan dengan

bedah abdominal dan melemah nya otot abdominal serta nyeri.

4) Resiko kompliksi perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan dan cedra

pada insisi.

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses perawatan postpartum.

3. Intervensi

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka dapat dibuat rencana

keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.

a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan trauma jaringan sekunder

terhadap insisi bedah.

Tujuan: klien tidak nyeri dengan mampu menggunakan teknik relaksasi

sebagai pengontrol serta pencapaian kesembuhan luka.

Kriteris hasil:

1) Skala intensitas nyeri berkurang sampai hilang.

2) Ekspresi wajah rileks.

3) Kien mampu mendemontrasikan teknik relaksasi dan tarik nafas dalam.

4) klien akan melaporkan penurunan progresif dari nyeri dan peningkatan

dalam beraktifitas.

Page 9: Rupture Perineum

12

Intervensi:

1) Kaji nyeri, lokasi dan intensitas dengan skala 0-10.

Rasional::

Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan

untuk keefektifan analgesik (Doenges,1999).

2) Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi, berikan posisi nyaman,

latihan nafas dalam dan saat batuk berikan bantal.

Rasional::

Mengurangi dan melepaskan tegangan emosional dan otot (Doenges,1999).

3) Dorong mengendalikan nyeri dengan teknik imajinasi.

Rasional::

Meningkatkan kemampuan koping terhadap nyeri yang timbul.

(Doenges,1999).

4) Kolaboresi dengan dokter pemberian obat analgesik IV, menyediakan

analgesik setiap saat.

Rasional::

Analgesik IV akan segera mencapai pusat rasa sakit, menimbulkan

penghilangan yang lebih efektif denga obat dosis kecil. (Doenges,1999).

5) Beri informasi mengenai sifat ketidaknyamanan sesuai kebutuhan.

Rasional::

Kurang memahami keadaan dan penyebab nyeri membuat kecemasan

sehingga koping tidak efektif untuk meredakan nyeri. (Doenges,1999).

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak dan trauma

jaringan akibat rupture.

Tujuan:

Klien tidak infeksi pada luka OP dan tidak demam.

Kriteria:

1) Suhu tubuh klien normal 36,5-37,5ºC

2) TTV stabil TD 100-140/60-90 mmHg

3) Luka bersih tidak bereksudat

Page 10: Rupture Perineum

13

4) WBC normal 4000-11000

Intervensi:

1) Kaji kulit sekitar luka dan kemerahan, eksudat.

Rasional:

Gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan luka OP adalah sumber

kontaminasi luka (Doenges,1999).

2) Cuci luka dan ganti balutan operasi secara asepsis dan antiseptik.

Rasional:

Tindakn ini untuk mencegah terjadinya kontaminasi. (Doenges,1999).

3) Identifikasi gangguan pada tekhnik aseptik dengan mengingatkan klien

untuk tidak memegang luka dan tidak membasahkn nya pada saat mandi

Rasional:

Kontaminasi dengan lingkungan atau kontak personal akan menyebabkan

daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan resiko

infeksi. (Doenges,1999).

4) Kolaborasi dokter tentang pemberian obat antibiotik sesuai program medis.

Rasional:

Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau

kontaminasi. (Doenges,1999).

5) Ulangi studi laboratorium untuk kemungkinan sistemik .

Rasional:

Peningkatan SDP akan mengidentifikasi adanya infeksi dimana prosedur

operasi akan mengurangi (misalnya appendistis, abses, inflamasi, dan

trauma) atau munculnya infeksi sistemik atau organ. (Doenges,1999).

c. Resiko tinggi gangguan eliminasi BAB: konstipasi diare berhubungan dengan

bedah abdominal dan melemah nya otot abdominal serta nyeri.

Tujuan:

Konstipasi atau diare tidak terjadi dengan mempertahankan pola eliminasi .

Kriteria hasil:

1) Klien dapat melakukan BAB dengan lancar.

Page 11: Rupture Perineum

14

2) Klien dapat BAB dengan teratur.

3) Konstipasi feses normal.

Intervensi:

1) Auskultasi bising usus, perhatikan distensi abdomen adanya mual muntah.

Rasional:

Indikator adanya perbaikan ileus,mempengaruhi pillihan intervensi,

(Doenges,1999).

2) Bantu klien untuk dapat duduk ditepi tempat tidur dan berjalan

Rasional:

Ambulasi diri membantu merangsang fungsi intestinal dan mengembalikan

peristaltik, (Doenges,1999).

3) Dorong pemasukan cairan adekuat termasuk sari buah, bila dimasukan

peroral dimulai.

Rasional:

Meningkatkan pelunakan tesis, dapat membantu merangsang peristaltik.

(Doenges,1999).

4) Berikan rendam duduk.

Rasional:

Meningkatkan relaksasi otot, meminimalkan ketidaknyamanan.

(Doenges,1999).

5) Kolaborasi pembatasan oral sesuai indikasi.

Rasional:

Mencegah mual muntah sampai paristaltik kembali (1-2 hari).

(Doenges,1999).

d. Resiko kompliksi perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan dan cedra

pada insisi.

Tujuan:

Komplikasi perdarahan tidak terjadi selama proses penyembuhan luka.

Page 12: Rupture Perineum

15

Kriteris hasil:

1) Luka insisi menyatu.

2) Nilai HCT 37%-47% klien tidak pucat.

3) Perdarahan pada luka atau tersembunyi tidak ditemukan.

Intervensi:

1) Kaji tanda perdarahan nyata maupun tersembunyi.

Rasional:

Mengidentifikasi adanya keadaan gawat yang perlu penanganan yang akurat

(Carpenito,1999)

2) Pantau tekanan darah dengan teliti

Rasional:

Hipotensi segera setelah operasi menunjukan perdarahan (Carpenito,1999).

3) Palpasi uterus dan kaji nyeri dan perdarahan pervaginam.

Rasional:

Tindakan ini untuk mencegah terjadinya kontamidasi. (Carpenito,1999)

4) Pantau keadaan luka, hindari terjadinya cedera.

Rasional:

Luka yang baru, mudah mengalami cedera seminimal mungkin.

(Carpenito,1999).

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses perawatan postpartum.

Tujuan:

Pengetahuan klien tentang perawatan luka post operasi seksio terpenuhi

Kriteria hasil:

Mengungkapkan pemahaman tentang perawatan luka, kaji kebutuhan belajar

dan catat apakah prosedur direncanakan atau tidak

Intervensi:

1) Kaji kebutuhan belajar dan catat tingkat stress dan apakah prosedur

direncakan atau tidak

Rasional:

Mengidentifikasikan kesiapan klien dan pasangan untuk menerima informs

Page 13: Rupture Perineum

16

2) Berikan informasi akurat dengan istilah-istilah sederhana, anjurkan

pertanyaan dan mengungkapkan pemahaman mereka

Rasional:

Memberikan informasi dan mengklarifikasikan kesalahan konsep,

memberikan kesempatan untuk mengevaluasi pemahaman klien

Rasional:

3) Bantu klien untuk mengidentifikasikan cara memahami brbagai perubahan

sebagai akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi

Rasional:

Klien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat

penyakitnya.

4. Implementasi

Penatalaksanaan adalah intensif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tujuannya adalah mambantu klien dalam mencapai tujuan yang lebih

diterapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan

perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dengan baik, jika ada

keinginan klien untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan

selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan

memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.

(Narusalam,2001)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan.tindakan dan pelaksanaannya

yang sudah berhasil dicapai. (Ignatavicus dan Bayn,1994).

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.

Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan

respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. (Narusalam,2001)

Page 14: Rupture Perineum

17

6. Perencanaan Pulang

a. Menjelaskan tentang komplikasi dari ruptur yaitu:

1) Infeksi pada luka.

Terjadi akibat: tubuh tidak bersih sehingga kuman banyak, tidak atau jarang

dicuci oleh perawat (cara steril), klien memegang luka.

2) Infeksi dalam kandungan.

Terjadi akibat: luka infeksi (bernanah) sehingga kuman dapat menyebar

kedalam kandungan melalui bekas operasi dan ibu akan demam, lemah dan

sakit diperut.

3) Perdarahan.

Terjadi akibat bekas luka tidak menyatu dan meregang karena banyak

mengerakan otot anus.

b. Menjelaskan bahwa cara untuk menghindari komplikasi tersebut adalah:

1) Badan tetap bersih dan bebas dari keringat dan mandi dengan sabun tanpa

membasahi luka.

2) Tidak menyentuh luka dengan barang lain karena bisa terkontaminasi.

3) Istirahat sampai luka menyatu dan sembuh.

4) Jangan mengangkat barang yang berat.

5) Minum obat secara teratur.

6) Makan makanan yang bergizi dan berprotein.

c. Menjelaskan kepada klien dan suami tentang penundaan kehamilan berikutnya

selama proses penyembuhan belum tercapai.

d. Menganjurkan kepada klien untuk meminta persetujuan suami dalam mengikuti

program KB.

e. Informasikan kepada klien untuk segera melaporkan kepada petugas kesehatan

dengan segera bila terjadi tanda-tanda komplikasi dari ruptur perineum.