1
o Senln o Se/asa 0 Rabu Kamis 0 Jumat 0 Sabtu 0 Minggu 23 17 18 19 4 5 6 7 8 9 10 11 @ 13 14 15 16 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OJan OPeb o Mar OApr OMei OJun .Ju/ 0 Ags OSep OOkt ONov ODes RUU Pendidikan Tinggi Bebas Komersialisasi, Negara Tetap Subsidi PTN [JAKARTA] Rancangan Un- dang-Undang Pendidikan Tinggi (RUU PT) dijanjikan bebas atau bisa melindungi kepentingan mahasiswa dari komersialisasi pendidikan. Salah satu bentuknya adalah pemerintah tetap mengucur- kan dana berupa subsidi seka- lipun perguruan tinggi negeri (PTN) berubah bentuk menja- di badan hukum. Hal itu dikatakan oleh ang- gota panitia kerja (panja) RUU Dikti dari Fraksi Partai Golkar Rully Chairul Azwar kepada SP di Jakarta, Rabu (11/7). Menurut RuHy, tujuh PTN yang pernah berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN) siap untuk meng- ubah tata kelola menjadi ba- dan hukum, yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), In- stitut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Pendidikan Indo- nesia (UPI), Universitas Air- langga (Unair), dan Universi- tas Sumatera Utara (USU). "Kami melindungi maha- siswa dengan keterjangkauan uang kuliah, kami pagari de- ngan standar biaya operasio- nal dan dalam pasal-pasalnya harus disesuaikan kemampuan orangtua dan mahasiswa," ujarRuHy. RUU Dikti membagi oto- nomi PTN menjadi dua, yaitu akademik \dan nonakademik. PTN memiliki otonomi penub dalam bidang akademik. Se- dangkan, dalam bidang nonaka- demik atau tata kelola, PTN memiliki tiga pilihan status, ya- itu otonomi terbatas berbentuk Satuan Kerja Pola Pengelolaan Keuangan (Satker PPK) Nega- ra, semiotonom berbentuk Sat- ker PPK Badan Layanan Umum (BLU), dan otonomi pe- nub berbentuk Badan Hukum. FOTO ANTAIwJRSAN MULYADI Seorang rnahasiswi dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FISIPUniversitas Sumatera Utara (USU) memegang poster ketika berunjuk rasa di depan kampus, di Medan, Rabu (11n). Mereka menolak disahkan- nya Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi (RUU PD karena dinilai sebagai bentuk komersialisasi pendidikan. . Rully mengatakan, per- ubahan bentuk PTN menjadi badan hukum bisa mendorong peningkatan mutu, karena tata kelola yang fleksibel. RUU Dikti mengatur agar peneri- maan PTN fleksibel, bisa da- lam bentuk endowment fund atau kerjasama industri, na- mun penerimaan dari maha- siswa akan dipatok. "Sebetulnya, persoalan BHMN mahal bukan karena tata kelolanya, tapi penerima- an uang dari PTN masih mengandalkan mahasiswa dan belum ada subsidi pemerin- tah," katanya. Saat ini, pemerintah dan DPR masih kebingungan un- tuk mencari dasar hukum pemberian subsidi kepada PTN badan hukum. Sebab, ji- ka dana subsidi diambil dari APBN maka subsidi harus berbentuk Daftar Isian Pelak- sanaan Aoggaran (DIPA). Itu berarti PTN kembali kepada pola pengelolaan semiotonom berupaBLU. Disahkan 13 Juli 2012 Rully mengungkapkan, RUU Dikti akan disahkan da- lam sidang paripuma DPR hari Jumat tanggal 13 Juli 2012. DPR pun akan melakukan pengambilan keputusan tingkat 1 atau Pansus, Kamis (12{l) ini. Menurutnya, DPR dan pe- merintah sudah menyepakati draft terakhir Rancangan Un- dang-undang Pendidikan Ting- gi (RUU Dikti) berisi 100 pasal. Jumlah pasal jauh lebih kecil di- bandingkan usulan dari peme- rintah sebanyak 56 pasal. Dalam rapat kerja (raker) Komisi X DPR dan menteri pendidikan dan kebudayaan pa- da 9 April 2012, pemerintah meminta penundaan pengesa- han RUU Dikti hingga masa si- dang kedua DPR. Saat itu, pe- merintah dan DPR sepakat un- tuk mengacu kepada draft RUU Dikti tanggal4April2012 yang berisi 11 bab dan 102 pasal. Rully mengatakan peme- rintah meminta pengurangan pasal dari draft 4 April 2012 yakni menjadi 56 pasal. Se- bab, pernerintah ingin sejum- lah pasal diatur lewat PP. Na- mun, akhirnya, panja gabung- an DPR dan pemerintah sepa- kat untuk memuat 100 pasal dalam RUU Dikti. Sebelumnya, Menteri Pen- didikan dan Kebudayaan Mo- hammad Nuh mengatakan pe- merintah setuju memuat bah- wa 30 persen dana Bantuan Operasional PTN (BOPTN) harus dialokasikan untuk pene- litian. Besar BOPTN adalah Rp 1,2 triliun yang sudah tera- lokasikan dalam APBNP. [C-5] Kllplng Humaa Onpad 2012.

RUU Pendidikan Bebas Komersialisasi, Negara Tetap Subsidi PTNpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/suarapembaruan-20120713... · Seorang rnahasiswi dari Himpunan Mahasiswa

  • Upload
    dothu

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RUU Pendidikan Bebas Komersialisasi, Negara Tetap Subsidi PTNpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/suarapembaruan-20120713... · Seorang rnahasiswi dari Himpunan Mahasiswa

o Senln o Se/asa 0 Rabu • Kamis 0 Jumat 0 Sabtu 0 Minggu2 3

17 18 194 5 6 7 8 9 10 11 @ 13 14 15 1620 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

OJan OPeb oMar OApr OMei OJun .Ju/ 0 Ags OSep OOkt ONov ODes

RUU Pendidikan Tinggi

Bebas Komersialisasi,Negara Tetap Subsidi PTN[JAKARTA] Rancangan Un-dang-Undang PendidikanTinggi (RUU PT) dijanjikanbebas atau bisa melindungikepentingan mahasiswa darikomersialisasi pendidikan.Salah satu bentuknya adalahpemerintah tetap mengucur-kan dana berupa subsidi seka-lipun perguruan tinggi negeri(PTN) berubah bentuk menja-di badan hukum.

Hal itu dikatakan oleh ang-gota panitia kerja (panja)RUU Dikti dari Fraksi PartaiGolkar Rully Chairul Azwarkepada SP di Jakarta, Rabu(11/7). Menurut RuHy, tujuhPTN yang pernah berstatusBadan Hukum Milik Negara(BHMN) siap untuk meng-ubah tata kelola menjadi ba-dan hukum, yaitu UniversitasIndonesia (UI), UniversitasGadjah Mada (UGM), InstitutTeknologi Bandung (ITB), In-stitut Pertanian Bogor (IPB),Universitas Pendidikan Indo-nesia (UPI), Universitas Air-langga (Unair), dan Universi-tas Sumatera Utara (USU).

"Kami melindungi maha-siswa dengan keterjangkauanuang kuliah, kami pagari de-ngan standar biaya operasio-nal dan dalam pasal-pasalnyaharus disesuaikan kemampuanorangtua dan mahasiswa,"ujarRuHy.

RUU Dikti membagi oto-nomi PTN menjadi dua, yaituakademik \dan nonakademik.PTN memiliki otonomi penubdalam bidang akademik. Se-dangkan, dalam bidang nonaka-demik atau tata kelola, PTNmemiliki tiga pilihan status, ya-itu otonomi terbatas berbentukSatuan Kerja Pola PengelolaanKeuangan (Satker PPK) Nega-ra, semiotonom berbentuk Sat-ker PPK Badan LayananUmum (BLU), dan otonomi pe-nub berbentuk Badan Hukum.

FOTO ANTAIwJRSAN MULYADI

Seorang rnahasiswi dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FISIPUniversitas Sumatera Utara (USU)memegang poster ketika berunjuk rasa di depan kampus, di Medan, Rabu (11n). Mereka menolak disahkan-nya Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi (RUU PD karena dinilai sebagai bentuk komersialisasipendidikan. .

Rully mengatakan, per-ubahan bentuk PTN menjadibadan hukum bisa mendorongpeningkatan mutu, karena tatakelola yang fleksibel. RUUDikti mengatur agar peneri-maan PTN fleksibel, bisa da-lam bentuk endowment fundatau kerjasama industri, na-mun penerimaan dari maha-siswa akan dipatok.

"Sebetulnya, persoalanBHMN mahal bukan karenatata kelolanya, tapi penerima-an uang dari PTN masihmengandalkan mahasiswa danbelum ada subsidi pemerin-tah," katanya.

Saat ini, pemerintah danDPR masih kebingungan un-tuk mencari dasar hukumpemberian subsidi kepadaPTN badan hukum. Sebab, ji-ka dana subsidi diambil dariAPBN maka subsidi harusberbentuk Daftar Isian Pelak-

sanaan Aoggaran (DIPA). Ituberarti PTN kembali kepadapola pengelolaan semiotonomberupaBLU.

Disahkan 13 Juli 2012Rully mengungkapkan,

RUU Dikti akan disahkan da-lam sidang paripuma DPR hariJumat tanggal 13 Juli 2012.DPR pun akan melakukanpengambilan keputusan tingkat1 atau Pansus, Kamis (12{l) ini.

Menurutnya, DPR dan pe-merintah sudah menyepakatidraft terakhir Rancangan Un-dang-undang Pendidikan Ting-gi (RUU Dikti) berisi 100 pasal.Jumlah pasal jauh lebih kecil di-bandingkan usulan dari peme-rintah sebanyak 56 pasal.

Dalam rapat kerja (raker)Komisi X DPR dan menteripendidikan dan kebudayaan pa-da 9 April 2012, pemerintahmeminta penundaan pengesa-

han RUU Dikti hingga masa si-dang kedua DPR. Saat itu, pe-merintah dan DPR sepakat un-tuk mengacu kepada draft RUUDikti tanggal4April2012 yangberisi 11 bab dan 102 pasal.

Rully mengatakan peme-rintah meminta penguranganpasal dari draft 4 April 2012yakni menjadi 56 pasal. Se-bab, pernerintah ingin sejum-lah pasal diatur lewat PP. Na-mun, akhirnya, panja gabung-an DPR dan pemerintah sepa-kat untuk memuat 100 pasaldalam RUU Dikti.

Sebelumnya, Menteri Pen-didikan dan Kebudayaan Mo-hammad Nuh mengatakan pe-merintah setuju memuat bah-wa 30 persen dana BantuanOperasional PTN (BOPTN)harus dialokasikan untuk pene-litian. Besar BOPTN adalahRp 1,2 triliun yang sudah tera-lokasikan dalam APBNP. [C-5]

Kllplng Humaa Onpad 2012.