126
Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik 1 RUU Pendidikan Tinggi Versi 17 Maret 2012 ( Hasil Konsinering) Hasil Pembahasan TIMUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12 Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kepada Pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia; b. bahwa pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan; c. bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi dalam segala bidang, diperlukan pendidikan tinggi yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan/atau profesionalis yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa; d. bahwa untuk mewujudkan keterjangkauan dan pemerataan yang berkeadilan dalam memperoleh pendidikan tinggi yang bermutu dan relevan dengan kepentingan masyarakat bagi kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan, perlu penataan pendidikan tinggi secara terencana, terarah, dan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek demografis dan geografis; e. bahwa untuk menjamin penyelenggaraan pendidikan tinggi diperlukan pengaturan sebagai dasar dan kepastian hukum;

RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

  • Upload
    vannga

  • View
    218

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

1

RUU Pendidikan Tinggi Versi 17 Maret 2012 ( Hasil Konsinering)

Hasil Pembahasan TIMUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN 2012 TENTANG

PENDIDIKAN TINGGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kepada

Pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia;

b. bahwa pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan;

c. bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi dalam segala bidang, diperlukan pendidikan tinggi yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan/atau profesionalis yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa;

d. bahwa untuk mewujudkan keterjangkauan dan pemerataan yang berkeadilan dalam memperoleh pendidikan tinggi yang bermutu dan relevan dengan kepentingan masyarakat bagi kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan, perlu penataan pendidikan tinggi secara terencana, terarah, dan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek demografis dan geografis;

e. bahwa untuk menjamin penyelenggaraan pendidikan tinggi diperlukan pengaturan sebagai dasar dan kepastian hukum;

Page 2: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

2

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Pendidikan Tinggi;

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENDIDIKAN TINGGI.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

2. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, program magister, program doktor, program spesialis, dan program diploma yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

3. Ilmu pengetahuan adalah rangkaian pengetahuan yang digali, disusun, dan dikembangkan secara sistematis dengan menggunakan pendekatan tertentu, yang dilandasi oleh metodologi ilmiah untuk

Page 3: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

3

menerangkan secara gejala alam dan/atau kemasyarakatan tertentu. TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

4. Teknologi adalah penerapan dan pemanfaatan berbagai cabang ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

5. Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Perguruan Tinggi adalah lembaga ilmiah yang mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di atas perguruan tingkat menengah, dan yang memberikan pendidikan dan pengajaran berdasarkan kebudayaan kebangsaan Indonesia dan dengan cara ilmiah.

6. Perguruan Tinggi Negeri, selanjutnya disingkat PTN, adalah Perguruan Tinggi yang didirikan dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

7. Perguruan Tinggi Swasta, selanjutnya disingkat PTS, adalah Perguruan Tinggi yang didirikan dan/atau diselenggarakan oleh Masyarakat.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

8. Tridharma Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut Tridharma, adalah kewajiban perguruan tinggi untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

9. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian dalam suatu cabang ilmu pengetahuan dan teknologi.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Catatan: Timus merumuskan ketentuan umum mengenai pengabdian masyarakat.

Pengabdian masyarakat adalah “pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni langsung kepada masyarakat secara melembaga melalui metodologi ilmiah sebagai tanggungjawab luhur perguruan tinggi dalam usaha mengembangkan kemampuan masyarakat sehingga dapat mempercepat tercapainya tujuan pembangunan nasional” (Slamet, 1986)

10. Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Page 4: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

4

Catatan: FPPP tidak mengetujui (diusulkan dihapus).

11. Sivitas Akademika adalah masyarakat akademik yang terdiri atas dosen dan mahasiswa. TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

12. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

13. Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

14. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan tinggi.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

15. Program Studi adalah kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan pendidikan vokasi.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

16. Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik, dan/atau pendidikan vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan teknologi dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik, pendidikan vokasi, dan/atau pendidikan profesi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan teknologi

17. Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik, dan/atau pendidikan vokasi dalam sekelompok cabang ilmu pengetahuan dan teknologi dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akedemik, pendidikan vokasi, dan/atau pendidikan profesi dalam sekelompok cabang ilmu pengetahuan dan teknologi

18. Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam lingkup satu cabang ilmu tertentu dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Sekolah tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik, pendidikan vokasi, dan/atau pendidikan profesi dalam lingkup satu cabang ilmu tertentu

19. Politeknik adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

20. Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau

Page 5: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

5

sebagian cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi tertentu. TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Akademi Komunitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi yang berbasis keunggulan lokal.

21 Akademi Komunitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi untuk memenuhi dan mengembangkan tenaga kerja yang berbasis keunggulan lokal dan/atau kebutuhan khusus. Perbaikan redaksi dari timja: Akademi Komunitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi untuk memenuhi kebutuhan dan mengembangkan kemampuan tenaga kerja yang berbasis keunggulan lokal dan/atau kebutuhan khusus.

PERUBAHAN SUBSTANSI DISETUJUI PANJA 14/03/12

22 Pemerintah adalah Pemerintah Pusat. TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

23 Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, atau pemerintah kota. TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang pendidikan. 24 Kementerian adalah perangkat pemerintahan yang membidangi urusan pemerintahan dibidang

pendidikan DISETUJUI PANJA 14/03/12

Perubahan Substansi Sesuai UU No. 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara.

Kementerian lain adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang selain pendidikan.

25 Kementerian Lain adalah perangkat pemerintahan yang membidangi urusan pemerintahan diluar bidang

pendidikan. DISETUJUI PANJA 14/03/12

Perubahan Substansi Sesuai UU No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Lembaga Pemerintah Non-Kementerian, selanjutnya disingkat LPNK, adalah badan atau lembaga Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk dalam tugas dan fungsi Kementerian atau kementerian lain.

26 Lembaga Pemerintah Non-Kementerian, selanjutnya disingkat LPNK, adalah lembaga pemerintah pusat

Page 6: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

6

yang melaksanakan tugas pemerintahan tertentu. ,

DISETUJUI PANJA 14/03/12 Perubahan Substansi Sesuai Kepres No.103 Tahun 2001.

Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang pendidikan. 27 Menteri adalah pembantu presiden yang memimpin kementerian di bidang pendidikan.

DISETUJUI PANJA 14/03/12 Perubahan Substansi Sesuai UU No 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara.

Pasal 2 Pendidikan Tinggi berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Pasal 3 Pendidikan Tinggi berasaskan: a. kebenaran ilmiah; b. penalaran; c. kejujuran; d. keadilan; e. manfaat; f. kebajikan; g. tanggung jawab; h. kebhinnekaan; dan i. keterjangkauan.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Penambahan asas : kemandirian bangsa

Pasal 4 Pendidikan Tinggi berfungsi: a. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; b. mengembangkan sivitas akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing dan

kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; dan

Page 7: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

7

c. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. DISETUJUI PANJA 14/03/12

Huruf a menambahkan kata “membentuk” dan huruf b menambahkan frasa “berdaya saing”.

Catatan : F-PPP Tetap mengusulkan tetap harus ada frasa “ilmu agama, dan/atau seni untuk

memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa” dalam huruf c.

Pasal 5 Pendidikan Tinggi bertujuan: a. berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten dan berbudaya untuk kepentingan bangsa;

b. dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa;

c. dihasilkannya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian agar bermanfaat bagi kemandirian dan kemajuan bangsa, serta kemajuan paradaban dan kesejahteraan umat manusia; dan

d. terwujudnya pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

BAB II PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Bagian Kesatu Prinsip dan Tanggung Jawab Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi

Pasal 6

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi diselenggarakan dengan prinsip: a. pencarian kebenaran ilmiah oleh sivitas akademika; b. demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai

agama, nilai budaya, kemajemukan, persatuan, dan kesatuan bangsa. c. pengembangan budaya akademik dan pembudayaan kegiatan baca-tulis bagi sivitas akademika

pembudayaan dan pemberdayaan bangsa yang berlangsung sepanjang hayat;

Ditambahkan point k : Nirlaba

Page 8: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

8

d. keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas mahasiswa dalam pembelajaran; e. pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa dengan memperhatikan lingkungan secara selaras dan

seimbang; f. kebebasan dalam memilih program studi berdasarkan minat, bakat, dan kemampuan mahasiswa; g. satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna; h. keberpihakan pada kelompok masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi dan memiliki kelayakan

akademik; dan i. pemberdayaan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan

pengendalian mutu layanan pendidikan tinggi. TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Pasal 7 (1) Menteri bertanggung jawab atas penyelenggaraan Pendidikan Tinggi. (2) Tanggung jawab Menteri atas penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) mencakup pengaturan, perencanaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi, serta pembinaan dan koordinasi.

(3) Dalam hal penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terkait dengan ilmu agama, Menteri Agama bertanggungjawab melakukan pengaturan, perencanaan, pengawasaan, pemantauan, dan evaluasi, serta pembinaan dan koordinasi.

(4) Tugas dan wewenang Menteri atas penyelenggaraan pendidikan tinggi meliputi: a. mengembangkan dan mengkoordinasikan pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan

nasional untuk mewujudkan tujuan pendidikan tinggi; b. menetapkan kebijakan nasional dan menyusun rencana pengembangan jangka panjang,

menengah, dan tahunan pendidikan tinggi yang berkelanjutan; c. menjamin peningkatan mutu, relevansi, keterjangkauan, pemerataan yang berkeadilan dan akses

pendidikan tinggi secara berkelanjutan; d. memantapkan dan meningkatkan kapasitas pengelolaan akademik dan pengelolaan sumber daya

perguruan tinggi; e. memberikan dan mencabut izin penyelenggaraan program studi; f. menghimpun dan mendayagunakan seluruh potensi masyarakat untuk mengembangkan pendidikan

tinggi; g. membentuk dewan, majelis, komisi dan/atau konsorsium yang melibatkan masyarakat untuk

merumuskan kebijakan pengembangan pendidikan tinggi; dan h. melakukan tugas lain untuk menjamin pengembangan dan pencapaian tujuan pendidikan tinggi.

Page 9: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

9

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai lingkup tanggung jawab Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penyelenggaraan pendidikan tinggi dan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diatur dalam Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI PANJA 14/03/12 Catatan: Perubahan Substansi dengan penambahan ayat (3) dan catatan untuk timus sebagai berikut: 1. Perlu dicermati kembali apa saja yang menjadi kewenangan Menteri. 2. Perlu dipertimbangkan kembali wewenang izin prodi oleh Menteri yang terlalu luas sebaiknya ada

di setiap provinsi. 3. Perlu ditanyakan kepada ahli bahasa kata “akses” dan “keterjangkauan” apakah memiliki makna

sama atau berbeda.

Bagian Kedua Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Paragraf 1

Kebebasan Akademik, Kebebasan Mimbar Akademik, dan Otonomi Keilmuan

Pasal 8 (1) Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlaku

kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan. (2) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh

sivitas akademika melalui pembelajaran dan/atau penelitian ilmiah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia.

(3) Pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan di Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tanggung jawab pribadi sivitas akademika dan wajib dilindungi dan difasilitasi oleh pimpinan perguruan tinggi.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Pasal 9 (1) Kebebasan akademik sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 8 ayat (1) merupakan

kebebasan sivitas akademika dalam pendidikan akademik untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bertanggung jawab melalui pelaksanaan tridharma.

(2) Kebebasan mimbar akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) merupakan wewenang profesor dan/atau dosen yang memiliki otoritas dan wibawa ilmiah untuk menyatakan secara terbuka

Page 10: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

10

dan bertanggung jawab mengenai sesuatu yang berkenaan dengan cabang ilmunya. (3) Otonomi keilmuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) merupakan otonomi sivitas

akademika dari suatu cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dalam menemukan, mengembangkan, mengungkapkan, dan/atau mempertahankan kebenaran ilmiah menurut kaidah, metode keilmuan, dan budaya akademik.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Pasal 10 (1) Profesor merupakan jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di Perguruan Tinggi. (2) Profesor berkewajiban dan bertanggung jawab dalam mengembangkan suatu cabang ilmu pengetahuan

dan/atau teknologi dengan melakukan penalaran dan/atau penelitian. (3) Profesor memiliki kewajiban khusus menulis buku dan karya ilmiah serta menyebarluaskan gagasannya

untuk mencerahkan masyarakat. DISETUJUI PANJA 14/03/12

Alternatif dari tim kerja: (1) Profesor merupakan jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di Perguruan Tinggi. (2) Profesor sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (2) berkewajiban dan bertanggung jawab dalam

mengembangkan suatu cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dengan melakukan penalaran dan/atau penelitian.

(3) Profesor memiliki kewajiban khusus menulis buku dan karya ilmiah serta menyebarluaskan gagasannya untuk mencerahkan masyarakat.

Catatan: Ayat (1) dijadikan penjelasan dari pasal 9 untuk ayat (2). Catatan: Dicarikan letak yang tepat untuk Pasal 10 karena tidak sesuai dengan judul paragraf, dan disesuaikan dengan UU mengenai sebutan “Guru Besar” atau “Profesor”.

Paragraf 2 Rumpun Ilmu Pengetahuan

Pasal 11

(1) Rumpun ilmu pengetahuan merupakan kumpulan sejumlah pohon, cabang, dan ranting ilmu pengetahuan yang berkembang secara alamiah dan disusun secara sistematis.

(2) Rumpun ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas:

Page 11: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

11

a. ilmu agama; b. ilmu – ilmu humaniora; c. ilmu – ilmu sosial; d. ilmu – ilmu alam; e. ilmu – ilmu formal; dan f. ilmu – ilmu terapan.

(3) Rumpun ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditransformasikan, dikembangkan, dan/atau disebarluaskan oleh sivitas akademika melalui Tridharma.

(4) Rumpun ilmu pengetahuan lainnya selain rumpun ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diatur dengan Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 14/03/12 Disetujui tetap dengan catatan pada ayat (1) dirumuskan kembali oleh timus, pada ayat (2) perlu penjelasan tentang “ilmu agama” dan diserahkan kepada Kemenag untuk dapat memberikan rumusan tersebut.

Paragraf 3 Sivitas Akademika

Pasal 12

(1) Sivitas akademika berfungsi sebagai komunitas yang memiliki tradisi ilmiah dengan mengembangkan budaya akademik.

(2) Budaya akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan seluruh sistem nilai, gagasan, norma, tindakan, dan karya yang bersumber dari ilmu pengetahuan sesuai dengan asas pendidikan tinggi.

(3) Mengembangkan budaya akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan melakukan interaksi sosial tanpa membedakan: suku, agama, ras dan antar golongan, jenis kelamin, kedudukan sosial, tingkat kemampuan ekonomi, serta aliran politik.

(4) Interaksi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dalam pembelajaran, pencarian kebenaran ilmiah, penguasaan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan perguruan tinggi sebagai lembaga ilmiah.

(5) Sivitas akademika berkewajiban memelihara dan mengembangkan budaya akademik dengan memperlakukan ilmu pengetahuan sebagai proses dan produk, serta sebagai amal dan paradigma moral.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Page 12: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

12

Pasal 13 (1) Dosen sebagai anggota sivitas akademika memiliki tugas mentransformasikan ilmu pengetahuan yang

dikuasainya dengan mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar mahasiswa secara aktif mengembangkan potensinya.

(2) Dosen sebagai ilmuwan memiliki tugas mengembangkan suatu cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah serta menyebarluaskannya.

(3) Dosen secara perorangan atau berkelompok wajib menulis buku ajar atau buku teks, yang wajib diterbitkan oleh perguruan tinggi sebagai salah satu sumber belajar yang penting dalam pembelajaran dan untuk pengembangan budaya akademik dan pembudayaan kegiatan baca tulis bagi sivitas akademika.

TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Pasal 14 (1) Mahasiswa sebagai anggota sivitas akademika diposisikan sebagai insan dewasa yang memiliki

kesadaran sendiri mengembangkan potensinya di Perguruan Tinggi untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi dan/atau profesionalis.

(2) Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara aktif mengembangkan potensinya dengan melakukan pembelajaran, dan pencarian kebenaran ilmiah, dan/atau penguasaan, pengembangan, dan pengamalan suatu cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dalam mempersiapkan diri menjadi ilmuwan, intelektual, praktisi dan/atau profesionalis yang berbudaya.

(3) Mahasiswa memiliki kebebasan akademik dengan mengutamakan penalaran dan akhlak mulia, serta bertanggung jawab sesuai dengan budaya akademik.

(4) Mahasiswa berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan kemampuannya.

(5) Mahasiswa dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak melebihi ketentuan batas waktu yang ditetapkan oleh Perguruan Tinggi.

(6) Mahasiswa berkewajiban menjaga etika dan mentaati norma pendidikan tinggi untuk menjamin terlaksananya tridharma dan pengembangan budaya akademik.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai mahasiswa diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 14/03/12

Disetujui tetap dengan catatan untuk rumusan pada ayat (6) ada pemenambahan kata “mentaati” dan frasa “terlaksananya tridharma” dan pada ayat (7) di pending untuk dihapus atau tetap.

Page 13: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

13

Pasal 15 (1) Mahasiswa mengembangkan bakat, minat, potensi, dan kemampuan melalui kegiatan kokurikuler dan

ekstra kurikuler sebagai bagian dari proses pendidikan. (2) Kegiatan kokurikuler dan ekstra kurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan

melalui organisasi kemahasiswaan. (3) Ketentuan mengenai kegiatan kokurikuler dan ekstra kurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dalam Peraturan Menteri. TETAP DISETUJUI PANJA 14/03/12

Bagian Ketiga Jenis Pendidikan Tinggi

Paragraf 1

Pendidikan Akademik

Pasal 16 (1) Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan program pascasarjana yang

diarahkan terutama pada penguasaan cabang ilmu pengetahuan, teknologi, ilmu agama, dan/atau seni tertentu.

(2) Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada dalam tanggung jawab pembinaan, koordinasi, dan pengawasan Kementerian.

DISETUJUI PANJA 15/03/12 Pada ayat (2) perlu ada penjelasan yang mengatur tentang “ilmu agama” koordinasi dengan Kemenag. Atau ayat (2) diberikan penjelasan yang mengatur peran kemeterian agama yang berkaitan dengan ilmu agama. Pendidikan akademik perlu untuk dirumuskan oleh timsin dan dimasukkan kedalam ketentuan umum karena disebutkan berkali-kali dalam batang tubuh.

Paragraf 2 Pendidikan Profesi

Pasal 17

(1) Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian khusus.

Pendidikan profesi merupakan pendidikan setelah program sarjana yang mempersiapkan

Page 14: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

14

(2) Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi bekerjasama dengan Kementerian, Kementerian Lain, LPNK dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu pelayanan profesi.

DISETUJUI PANJA 15/03/12

Pada ayat (1) Kata “untuk” diganti menjadi kata “dalam” dan pada ayat (2) penambahan kata “atau”.

mahasiswa untuk meningkatkan tingkat profesionalitas dalam bidang ilmu yang ditekuni yang memerlukan persyaratan keahlian khusus

Paragraf 3 Pendidikan Vokasi

Pasal 18

(1) Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi program diploma yang mempersiapkan mahasiswa dalam pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana.

(2) Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikembangkan sehingga sederajat dengan program magister atau program doktor yang bersifat terapan.

(3) Penyelenggaraan pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan atas izin Menteri.

(4) Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada dalam tanggung jawab pembinaan, koordinasi, dan pengawasan Kementerian.

DISETUJUI PANJA 15/03/12

Pada Ayat (1) frasa “untuk memperoleh” diganti dengan kata “dalam”, dan pada ayat (3) mengenai izin dihapus untuk dicarikan tempatnya yang tepat.

Page 15: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

15

Bagian Keempat Program Pendidikan Tinggi

Paragraf 1

Program Sarjana, Program Magister, dan Program Doktor

Pasal 19 (1) Program sarjana merupakan pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan

menengah atau sederajat yang berminat untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya dalam memahami, menguasai, dan/atau mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan meningkatkan kemampuan intelektual, akhlak mulia, penalaran, kecerdasan, dan keterampilan.

(2) Program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh universitas, institut, atau sekolah tinggi yang memiliki program sarjana.

(3) Program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi mempersiapkan mahasiswa menjadi intelektual dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja, serta mampu mengembangkan diri menjadi profesionalis dengan keterampilan tinggi.

(4) Program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengutamakan kemampuan pemahaman, dan pengamalan teori serta memperhatikan kemampuan praktik mahasiswa. dengan beban studi paling sedikit 144 (seratus empat puluh empat) satuan kredit semester dan paling banyak 160 (seratus enam puluh) satuan kredit semester termasuk skripsi atau tugas akhir. (usulan tim kerja angka ini dipindahkan dalam penjelasan).

(5) Program sarjana wajib memiliki dosen yang berkualifikasi akademik minimum lulusan program magister atau sederajat.

(6) Lulusan program sarjana berhak menggunakan gelar sarjana. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai program sarjana diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 15/03/12 Catatan: Pada ayat (4) akan dirumuskan oleh timus agar tidak memunculkan angka sebab tidak perlu ada angka (terlalu teknis). Perlu disinkronkan pada pasal 19 ayat (1), pasal 20 ayat (1), dan pasal 21 ayat (1) sesuai dengan peraturan yang ada, oleh timsin.

Pasal 20

Page 16: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

16

(1) Program magister merupakan pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi lulusan program sarjana atau sederajat yang berminat untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya menguasai, memperdalam, mengembangkan, dan mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengutamakan pengembangkan kemampuan intelektual, akhlak mulia, penalaran, dan kecerdasan, serta pemberian keterampilan.

(2) Program magister sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh universitas, institut, atau sekolah tinggi yang memiliki program pascasarjana.

(3) Program magister sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi mengembangkan mahasiswa menjadi intelektual, ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja serta mengembangkan diri menjadi profesionalis dengan keterampilan yang lebih tinggi.

(4) Program magister sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih mengutamakan kemapuan penguasaan dan pengembangan teori berdasarkan penelitian daripada kemampuan praktik mahasiswa dengan beban studi paling sedikit 36 (tiga puluh enam) satuan kredit semester dan paling banyak 50 (lima puluh) satuan kredit semester termasuk tesis.

(5) Program magister wajib memiliki dosen yang berkualifikasi akademik lulusan program doktor atau yang sederajat dengan jabatan akademik minimum lektor.

(6) Lulusan program magister berhak menggunakan gelar magister. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai program magister diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 15/03/12

Pukul 15.48 Catatan: Pada Ayat (2) Ditambahkan frasa “sekolah tinggi”. Timus menyempurnakan dan menyederhanakan kalimat terkait kedalaman dan substansinya dan agar tidak memunculkan angka, mulai dari pasal 19, pasal 20, pasal 21 dan pasal 23 .

Pasal 21 (1) Program doktor merupakan pendidikan akademik tertinggi yang diperuntukkan bagi lulusan program

magister atau sederajat yang berminat untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya lebih mengusai, memperdalam, mengembangkan, dan mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian dengan mengutamakan peningkatan kemampuan intelektual, akhlak mulia, penalaran, kecerdasan, dan memiliki keterampilan ilmiah.

(2) Program doktor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh universitas, institut atau

Page 17: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

17

sekolah tinggi yang memiliki program pascasarjana. (3) Program doktor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi mengembangkan dan memantapkan

mahasiswa untuk menjadi lebih bijaksana dengan meningkatkan kemampuan dan kemandirian sebagai filosof dan/atau intelektual, ilmuwan yang berbudaya dan menghasilkan dan/atau mengembangkan teori melalui penelitian yang komprehensif dan akurasi tinggi dalam memajukan peradaban dan kesejahteraan umat manusia.

(4) Program doktor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih mengutamakan pengembangan dan pemantapan kemampuan penguasaan, dan pengembangan teori berdasarkan penelitian yang komprehensif dan akurasi tinggi dengan beban studi paling sedikit 40 (empat puluh) satuan kredit semester termasuk disertasi.

(5) Program doktor wajib memiliki dosen yang berkualifikasi akademik lulusan program doktor atau yang sederajat dengan jabatan akademik minimum lektor kepala.

(6) Lulusan program doktor berhak menggunakan gelar doktor. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai program doktor diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 15/03/12

Catatan: Timus menyempurnakan dan menyederhanakan kalimat terkait kedalaman dan substansinya, mulai dari pasal 19, pasal 20, dan pasal 21. Pada ayat (2) ditambah frasa “sekolah tinggi” karena:

1. Mengikuti keputusan sebelumnya tentang program magister lihat pasal 21 ayat (1). 2. Dalam RUU DIKTI, pendidikan vokasi dapat diselenggarakan hingga program magister dan

program doktor lihat pasal 18 ayat (2). 3. Ketentuan tentang sekolah tinggi lihat pasal 1 angka 18, dan pasal 66 ayat (2).

Paragraf 2 Program Profesi dan Program Spesialis

Pasal 22

(1) Program profesi merupakan pendidikan profesi yang diperuntukkan bagi lulusan program sarjana atau sederajat yang berminat untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya memperoleh keahlian khusus dan kecakapan yang diperlukan.

(2) Program profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerjasama dengan Kementerian, Kementerian Lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu pelayanan profesi.

Page 18: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

18

(3) Program profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi profesionalis yang berbudaya melalui pendidikan yang mengutamakan pencapaian kemampuan minimal untuk menjalankan profesinya.

(4) Program profesi wajib memiliki dosen berkualifikasi akademik minimum lulusan program profesi dan/atau lulusan program magister atau yang sederajat dengan pengalaman kerja paling sedikit 2 (dua) tahun.

(5) Lulusan program profesi berhak menggunakan gelar profesi. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai program profesi diatur dalam Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI TETAP PANJA 15/03/12

Pada ayat (2) ditambah kata “/atau” merujuk konsisten pada keputusan sebelumnya lihat pasal 17 ayat (2).

Pasal 23 (1) Program spesialis merupakan pendidikan profesi yang diperuntukkan bagi lulusan program profesi yang

telah berpengalaman sebagai profesionalis dan berminat untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya menjadi spesialis yang berakhlak mulia dan berbudaya dengan meningkatkan keahlian khusus yang diperlukan.

(2) Program spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerjasama dengan Kementerian, Kementerian Lain, LPNK dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu pelayanan profesi.

(3) Program spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi meningkatkan kemampuan spesialisasi mahasiswa dalam cabang ilmu tertentu.

(4) Program spesialis memiliki dosen yang berkualifikasi akademik minimum lulusan program spesialis dan/atau lulusan program doktor atau yang sederajat dengan pengalaman kerja paling sedikit 2 (dua) tahun.

(5) Lulusan program spesialis berhak menggunakan gelar spesialis. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai program spesialis diatur dalam Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI PANJA 15/03/12 Catatan: Ayat (1) penambahan frasa “berakhlak mulia dan”. Ayat (1) ditambahkan penjelasan pasal sesuai usulan Panja Dikdok mengenai subspesialis. Rumusan diserahkan ke TIMUS.

Tambahan Pasal : Usulan Rumusan (Pendidikan

Page 19: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

19

Pada ayat (2) ditambah kata “/atau” merujuk pada keputusan sebelumnya lihat pasal 17 ayat (2). Subspesialis)

(1) Program subspesialis merupakan pendidikan spesialis yang diperuntukkan bagi lulusan program spesialis yang telah berpengalaman sebagai spesialis dan berminat untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya menjadi subspesialis yang berbudaya dengan meningkatkan keahlian super khusus yang diperlukan.

(2) Program subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerjasama dengan Kementerian, Kementerian Lain, LPNK dan organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu pelayanan profesi.

(3) Program subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi meningkatkan kemampuan spesialisasi mahasiswa dalam cabang ilmu tertentu.

(4) Program subspesialis memiliki dosen yang berkualifikasi akademik minimum lulusan program spesialis dan/atau lulusan program doktor atau yang sederajat dengan pengalaman kerja paling sedikit 2 (dua) tahun.

(5) Lulusan program Subspesialis berhak menggunakan gelar subspesialis.

Keterangan: Pendidikan Kedokteran sudah jelas ada pendidikan kedokteran subspesialis dan harus dilaksanakan secara formal. Dalam proses pendidikan kedokeran subspesialis memerlukan penelitian, tehnologi, laboratorium, rumah sakit

Page 20: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

20

pendidikan, dosen yang mumpuni, dan lainnya yang terkait untuk menunjang proses belajar mengajar tersebut.

Paragraf 3 Program Diploma

Pasal 24

(1) Program diploma merupakan pendidikan vokasi yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat yang berminat, mengembangkan bakat dan kemampuan memahami, dan menguasai penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengutamakan keterampilan berdasarkan akhlak mulia, penalaran, dan kecerdasan.

(2) Program diploma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh politeknik yang memiliki pendidikan vokasi.

(3) Program diploma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi mempersiapkan mahasiswa menjadi praktisi yang terampil untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan bidang keahliannya.

(4) Program diploma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas program: a. diploma satu; b. diploma dua; c. diploma tiga; dan d. diploma empat.

(5) Program diploma sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib memiliki Dosen yang berkualifikasi akademik minimum lulusan program magister atau sederajat.

(6) Pada program diploma satu dan program diploma dua sebagaimana dimaksud pada ayat (4) butir a dan b dapat diangkat instruktur yang berkualifikasi akademik minimum lulusan diploma tiga atau sederajat yang memiliki pengalaman minimum 2 tahun.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai program diploma diatur dalam Peraturan Menteri. (8) Lulusan program diploma berhak menggunakan gelar ahli atau sarjana sains terapan. (9) Ketentuan lebih lanjut mengenai program diploma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan

ayat (7) diatur dalam Peraturan Menteri. DISETUJUI PANJA 15/03/12

Catatan: Jika ada yang sama maka akan disinkronkan oleh timus.

Page 21: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

21

Pasal 24 ayat (7) “Ketentuan lebih lanjut mengenai program diploma diatur dalam Peraturan Menteri.” dihapus diganti dengan ayat (5) dan ayat (6) dari pasal 25 menjadi ayat (7) dan ayat (8) dipasal 24. Catatan: Ayat (2) sudah diatur di belakang (lihat pasal 66). Ayat (3) sudah termasuk dalam ayat (1). Ayat (5) dapat digabungkan dengan yang mengatur dosen, namun bila tetap ingin ada ayat (2) ayat (3) hilang. Pasal 24 menjelaskan perogram diplomanya apa, untuk siapa, dan persyaratan lainnya. Ayat (2) yang menyelenggarakan. Dari depan kerangkanya sudah singkron sehingga tidak perlu di rubah. Khusus pasal 24 ayat 2 disingkronkan dengan pasal lain (lihat pasal 66).

Pasal 25 (1) Program diploma satu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4) huruf a mengutamakan

pengembangan keterampilan mahasiswa berdasarkan prosedur baku yang telah ditetapkan dengan beban studi paling sedikit 40 (empat puluh tiga) satuan kredit semester dan paling banyak 50 (lima puluh) satuan kredit semester, termasuk tugas akhir.

(2) Program diploma dua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4) huruf b mengutamakan pengembangan keterampilan mahasiswa berdasarkan prosedur baku dan pengembangannya dengan beban studi paling sedikit 80 (delapan puluh) satuan kredit semester dan paling banyak 90 (sembilan puluh) satuan kredit semester, termasuk tugas akhir.

(3) Program diploma tiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4) huruf c mengutamakan pengembangan keterampilan mahasiswa berdasarkan prosedur baku dan pengembangannya berdasarkan pengalaman yang diperolehnya dengan beban studi paling sedikit 110 (seratus sepuluh) satuan kredit semester dan paling banyak 120 (seratus dua puluh) satuan kredit semester, termasuk tugas akhir.

(4) Program diploma empat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4) huruf d mengutamakan pengembangan keterampilan mahasiswa berdasarkan prosedur baku dan pengembangannya berdasarkan pengalaman yang diperolehnya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan beban studi paling sedikit 144 (seratus empat puluh empat) satuan kredit semester dan paling banyak 160 (seratus enam puluh) satuan kredit semester, termasuk tugas akhir.

(5) Lulusan program diploma berhak menggunakan gelar ahli atau sarjana sains terapan. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai program diploma sebagaimana dimaksud diatur dalam Peraturan

Page 22: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

22

Menteri. DISETUJUI PANJA 15/03/12

pk. 16.09 Catatan: Disetujui pasal 25 dihapus dengan catatan ketentuan pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri. Pada ayat (5) dan ayat (6) akan dimasukkan ke dalam pasal 24.

Pasal 26 25 (1) Beban studi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4), Pasal 20 ayat (4), Pasal 21 ayat (4) dan

Pasal 25 ayat (1) sampai dengan ayat (4) dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(2) Ketentuan mengenai penyesuaian beban studi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 15/03/12 pk 16.15

Catatan: Dibahas ditimus apakah di hapus ataupun disinkronisasi. Ayat (1) Disingkronkan dengan hasil perubahan Panja (lihat pasal terkait).

Paragraf 4 Gelar Akademik, Gelar Profesi, dan Gelar Vokasi

Pasal 27 26

(1) Gelar akademik, diberikan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik. (2) Gelar akademik terdiri atas:

a. sarjana; b. magister; dan c. doktor.

(3) Gelar Sarjana sebagaima dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan gelar yang diberikan kepada lulusan program sarjana yang ditulis dibelakang nama yang berhak dengan mencantumkan huruf S. yang diikuti dengan inisial program studi atau cabang ilmu.

(4) Gelar Magister sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan gelar yang diberikan kepada lulusan program magister yang ditulis dibelakang nama yang berhak dengan mencantumkan huruf M. yang diikuti dengan inisial program studi atau cabang ilmu.

Page 23: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

23

(5) Gelar Doktor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan gelar yang diberikan kepada lulusan program doktor yang ditulis di depan nama yang berhak dengan mencantumkan singkatan Dr.

(3) Gelar profesi diberikan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesi. (4) Gelar profesi sebagaimana pada ayat (1) ditetapkan oleh perguruan tinggi bersama dengan

Kementerian, Kementerian Lain, LPNK dan/atau organisasi profesi yang bertanggungjawab terhadap mutu layanan profesi.

(5) Gelar profesi terdiri atas: a. profesi; dan b. spesialis.

(1) Gelar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a merupakan gelar yang diberikan kepada lulusan program profesi yang ditulis di depan atau di belakang nama yang berhak dengan mencantumkan singkatan profesinya.

(2) Gelar spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b merupakan gelar yang diberikan kepada lulusan program spesialis yang ditulis dibelakang nama yang berhak dengan mencantumkan singkatan Sp. dan diikuti dengan singkatan bidang spesialisasinya.

(6) Gelar vokasi diberikan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi. (7) Gelar vokasi terdiri atas:

a. ahli pratama; b. ahli muda; c. ahli madya; d. sarjana sain terapan; e. magister sain terapan; dan f. doktor sain terapan.

(1) Ahli pratama sebagaima dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan gelar yang diberikan kepada lulusan program diploma satu yang ditulis dibelakang nama yang berhak dengan mencantumkan singkatan A.P dan diikuti dengan singkatan bidang keahliannya.

(2) Ahli muda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan gelar yang diberikan kepada lulusan program diploma dua yang ditulis di belakang nama yang berhak dengan mencantumkan singkatan A.Ma dan diikuti dengan singkatan bidang keahliannya.

(3) Ahli madya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan gelar yang diberikan kepada lulusan program diploma tiga yang ditulis di belakang nama yang berhak dengan mencantumkan singkatan A.Md dan diikuti dengan singkatan bidang keahliannya.

(4) Sarjana sain terapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan gelar yang diberikan

c.subspesialis

Page 24: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

24

kepada lulusan program diploma empat yang ditulis di belakang nama yang berhak dengan mencantumkan singkatan S.S.T dan diikuti dengan singkatan bidang keahliannya.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai gelar akademik, gelar profesi, atau gelar vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (7) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI PANJA 15/03/12

pk 16.46 Catatan: Pasal 27-29 bisa dirumuskan menjadi satu pasal. Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) tetap ada ayat lainnya dihapus. Pasal 28 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tetap ada ayat lainnya dihapus. Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) tetap ada ayat lainnya dihapus. Pasal 29 ayat (2) huruf e ditambahkan magister sain terapan dan huruf f ditambahkan doktor sain terapan disesuaikan dengan keputusan sebelumnya lihat pasal 18 ayat (2). Pasal 30 pengaturan khusus mengenai gelar konsisten diatur oleh Peraturan Pemerintah. Pada ayat (4) ditambah kata “/atau” merujuk pada keputusan sebelumnya lihat pasal 17 ayat (2) dan mengingatkan agar ditambahkan kata “pendidikan” sebelum kata “akademik”, “profesi” dan “vokasi” sebab satu kesatuan frasa.

Pasal 31 27 (1) Perseorangan, organisasi atau penyelenggara pendidikan tinggi yang bukan perguruan tinggi dilarang

memberikan gelar akademik, gelar profesi, atau gelar vokasi sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29.

(2) Gelar akademik, gelar profesi, atau gelar vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari perguruan tinggi yang dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, gelar profesi, atau gelar vokasi.

(3) Gelar akademik, gelar profesi, atau gelar vokasi lulusan pendidikan tinggi hanya dibenarkan dalam bentuk dan inisial atau singkatan yang diterima dari perguruan tinggi.

(4) Gelar akademik, gelar profesi, atau gelar vokasi dinyatakan tidak sah atau dicabut oleh Menteri atau Perguruan Tinggi apabila: a. dikeluarkan oleh Perguruan Tinggi dan/atau program studi yang tidak terakreditasi; b. penyelenggara pendidikan tinggi yang bukan perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1); dan/atau c. karya ilmiah yang digunakan untuk memperoleh gelar akademik, gelar profesi, atau gelar vokasi

terbukti merupakan hasil jiplakan atau plagiat.

Page 25: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

25

DISETUJUI PANJA 15/03/12 pk 16.48

Catatan dari timja: rumusan ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan UU Sisdiknas pada pasal 21 ayat (2) dan ayat (3). Catatan diserahkan ke TIMUS sebab: Masih membingungkan kalimatnya, masalah konsistensi kalimat pada ayat (1) dan ayat (2). Istilah pendidikan tinggi yang berhak dan tidak berhak perlu konsistensi. Pasal ini masih mengatur mengenai gelar, sebaiknya norma diatur dalam pasal 26 dan pasal ini dihapus.

Pasal 32 28 (1) Selain gelar doktor sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 27 ayat (2) huruf c, Perguruan

Tinggi yang memiliki program doktor berhak memberikan gelar doktor kehormatan atau doctor honoris causa kepada perseorangan yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam cabang ilmu pengetahuan, teknologi, kemanusiaan, kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni.

(2) Gelar doktor kehormatan atau doctor honoris causa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disingkat Dr.Hc dan diletakkan di depan nama yang berhak.

(3) Jasa-jasa yang luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat monumental.

DISETUJUI PANJA 15/03/12 pk 16.55

Catatan tim kerja: rumusan gelar ini berbeda dengan pendidikan akademik dan rumusan ini sesuai dengan sistematika UU Sisdiknas pasal 22. Catatan: Pasal 32 sebaiknya ditempatkan untuk digabung dibawah Pasal 27, 28, 29 mengenai gelar. Untuk ayat (1): a. perlu diberikan penjelasan mengenai pemberian gelar Dr.Hc. b. perlu penjelasan kata “monumental”. c. serta diusulkan gelarnya dirubah kedalam bahasa Indonesia (Doktor Kehormatan). Untuk ayat (2) dan (3) sebaiknya konsisten dengan kesepakatan sebelumnya di atur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal ini masih mengatur mengenai gelar, sebaiknya norma diatur dalam pasal 26 dan pasal ini dihapus atau tidak digabung namun menjadi pasal sendiri sebab gelar kehormatan bukan gelar pendidikan

Page 26: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

26

akademik.

Bagian Kelima Pendidikan Tinggi Keagamaan

Pasal 33 29

(1) Pemerintah atau masyarakat dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi keagamaan. (2) Pendidikan tinggi keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jenis pendidikan yang

mempersiapkan mahasiswa untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan yang lebih tinggi tentang ajaran agama menjadi ahli agama.

(3) Pendidikan tinggi keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang lebih memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya menjadi ahli agama dengan kemampuan tinggi.

(4) Pendidikan tinggi keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk Ma’had Aly. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan tinggi keagamaan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI PENDING PANJA 15/03/12

Pk 20.15 Catatan:

1. Usulan Pasal 33 masih perlu didalami dalam berbagai aspek sehingga dirumuskan oleh timus dengan prinsip pendidikan tinggi keagamaan di akomodasi di dalam RUU DIKTI.

2. Diusulkan judul bagian kelima menjadi “Pendidikan Tinggi Agama” agar sesuai dengan UU Sisdiknas dan sesuai usulan dari Kemenag.

3. Catatan dalam sisdiknas pasal 15 tentang jenis pendidikan, apakah pendidikan tinggi agama ini masuk ke pendidikan umum atau pendidikan keagamaan?.

4. Diusulkan penambahan pada ayat (4) sebagai berikut: “Pendidikan Tinggi Agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk Universitas, Institut, Sekolah Tinggi dan Ma’had Aly.”

5. Diusulkan pada ayat (4) harus mengakomodasi semua agama dan untuk pemikiran baru mengenai pendidikan keagamaan atau pendidikan tinggi agama sebab akan berbeda secara konten, seharusnya difikirkan dengan matang.

Ayat 2 dan 3 dihapus Pendidikan Tinggi Agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, Ma’had Aly dan bentuk lain yang sejenis

Bagian Keenam Pendidikan Jarak Jauh

Page 27: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

27

Pasal 34 30 (1) Pendidikan jarak jauh merupakan pendidikan yang mahasiswanya terpisah dari dosen dan

pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar antara lain melalui teknologi komunikasi, informasi, dan/atau multi media.

(2) Pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi: a. memberikan layanan pendidikan tinggi kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti

pendidikan secara tatap muka atau regular; b. mempermudah layanan pendidikan tinggi dalam proses pendidikan dan pembelajaran; dan c. memberikan layanan pendidikan khusus kepada mahasiswa di daerah terpencil, terluar, terdepan,

dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung

oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai standar nasional pendidikan tinggi.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dalam Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI TETAP PANJA 15/03/12 Pk 20.20

Bagian Ketujuh Proses Pendidikan dan Pembelajaran

Paragraf 1

Program Studi

Pasal 35 31 (1) Program pendidikan dilaksanakan melalui program studi. (2) Program studi memiliki kurikulum dan metode pembelajaran sesuai dengan program pendidikan. (3) Program studi diselenggarakan atas izin Menteri setelah memenuhi persyaratan minimum akreditasi. (4) Program studi dikelola oleh suatu satuan unit pengelola yang ditetapkan oleh perguruan tinggi. (5) Program studi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendapatkan akreditasi pada saat memperoleh

izin penyelenggaraan. (6) Program studi wajib diakreditasi ulang pada saat jangka waktu akreditasinya berakhir. (7) Penyelenggaraan program studi yang tidak melakukan akreditasi ulang sebagaimana dimaksud pada

ayat (6) wajib dihentikan oleh perguruan tinggi.

Page 28: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

28

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan penghentian penyelenggaraan program studi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

DISETUJUI TETAP PANJA 15/03/12 Pk 20.46

Catatan: Ayat 7, Bagaimana pimpinan perguruan tinggi, mahasiswa sudah banyak namun tidak diakreditasi?

Pasal 36 32 (1) Program studi dapat dilaksanakan melalui pendidikan khusus dan/atau bagi mahasiswa yang memiliki

tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. (2) Selain pendidikan khusus dan/atau sebagaimana dimaksud pada ayat (1), program studi juga dapat

dilaksanakan melalui pendidikan layanan khusus dan/atau pembelajaran layanan khusus. (3) Pelaksanaan Program studi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat diselenggarakan

dengan sistem pendidikan jarak jauh dengan berbasis teknologi informasi dan multi media. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai program studi yang melaksanakan pendidikan khusus dan/atau

pembelajaran khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pendidikan layanan khusus dan/atau pendidikan pembelajaran khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 15/03/12 Pk 20.54

Catatan: Frasa “dan/atau pembelajaran khusus” pada ayat (1) dan ayat (2) dihapus serta perlu mempertajam penjelasan pasal.

Pasal 37 33 (1) Program studi diselenggarakan di kampus utama perguruan tinggi. (2) Selain diselenggarakan di kampus utama perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

program studi juga dapat diselenggarakan di luar kampus utama dalam suatu provinsi atau diprovinsi lain dengan bekerja sama dengan perguruan tinggi setempat.

(3) Program studi di luar kampus utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat diselenggarakan apabila di luar kampus utama tidak terdapat perguruan tinggi yang mampu menyelenggarakan program studi yang sama.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan program studi di kampus utama perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penyelenggaraan program studi di luar kampus utama

Page 29: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

29

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri. DISETUJUI TETAP PANJA 15/03/12

Pk 21.18 Catatan: 1. Pembukaan prodi diluar kampus utama dikhawatirkan akan mematikan PT di wilayah tersebut,

hal ini perlu diatur dalam PP, jika pengaturannya sudah diperintahkan dalam Permen (harus dengan catatan tidak membunuh yang ada di daerahnya).

2. Ada hal yang belum didalami terutama dalam pasal 37 ayat 2, kembali pada akreditasi untuk PT yang menyelenggarakan 2 kampus.

Paragraf 2 Akreditasi

Pasal 38 34

(1) Akreditasi merupakan kegiatan penilaian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan standar nasional pendidikan tinggi.

(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menentukan kelayakan program studi dan perguruan tinggi atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.

(3) Akreditasi dilakukan oleh pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

(4) Pemerintah membentuk Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi yang selanjutnya disingkat BAN PT untuk mengembangkan sistem akreditasi.

(5) Lembaga mandiri yang berwenang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) adalah lembaga mandiri bentukan masyarakat yang diakui oleh pemerintah atas rekomendasi dari BAN PT.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi diatur dalam Peraturan Menteri. DISETUJUI PANJA 15/03/12

Pk 21. Catatan: Ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tetap. Ayat (4) dan ayat (5) penempatannya disesuaikan oleh timus disatukan dengan hal yang terkait evaluasi sebab akreditasinya tidak hanya untuk program studi termasuk dalam lembaganya juga (lihat pasal 92) atau dimasukkan dengan hal yang terkait penjaminan mutu (lihat pasal 64).

Paragraf 3 Kurikulum

Page 30: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

30

Pasal 39 35

(1) Kurikulum pendidikan tinggi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi tertentu.

(2) Kurikulum pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh setiap perguruan tinggi dengan mengacu pada standar nasional pendidikan tinggi untuk setiap program studi yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan.

(3) Kurikulum pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memuat: a. pendidikan agama; b. pendidikan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara

Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika; c. pendidikan kewarganegaraan; dan d. bahasa Indonesia.

(4) Kurikulum pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan: a. kurikuler; b. kokurikuler; dan c. ekstra kurikuler.

(5) Kegiatan kurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a merupakan serangkaian kegiatan yang terstruktur untuk mencapai tujuan program studi tertentu.

(6) Kegiatan kokurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara terprogram atas bimbingan dosen, sebagai bagian kurikulum dan dapat diberikan bobot setara satu atau dua satuan kredit semester.

(7) Kegiatan ekstra kurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai penunjang kurikulum dan dapat diberikan bobot setara satu atau dua satuan kredit semester.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai kurikulum diatur dalam Peraturan Menteri. DISETUJUI PANJA 15/03/12

Pk 21.43 Catatan: Ayat (3) huruf d kata “bahasa” menjadi “bahasa Indonesia” dan dengan memasukkan dalam penjelasan dapat menggunakan bahasa daerah. Ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) tidak perlu sebaiknya dielaborasi dalam penjelasan saja, kemudian

Page 31: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

31

ditutup dengan ayat (8).

Pasal 40 36 Kurikulum pendidikan profesi dirumuskan bersama Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu pelayanan profesi dengan mengacu kepada standar nasional pendidikan tinggi.

DISETUJUI PANJA 15/03/12 Pk 21.45

Catatan: Konsisten ditambah kata “/atau” merujuk pada keputusan sebelumnya lihat pasal 17 ayat (2).

Paragraf 4 Sistem Kredit Semester

Pasal 41 37

(1) Program studi diselenggarakan dengan menerapkan Sistem Kredit Semester yang bobot pembelajaran dinyatakan dalam satuan kredit semester.

(2) Sistem Kredit Semester sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kesatuan proses pembelajaran yang saling berkaitan untuk melaksanakan kegiatan akademik yang dilaksanakan secara bertahap, sistematis, dan terukur dalam kurikulum untuk penyelesaian program studi.

(3) Penyelesaian program studi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung berdasarkan satuan kredit semester yang merupakan ukuran yang dipergunakan untuk menyatakan besarnya beban studi, tugas, pekerjaan yang diukur dengan banyaknya waktu yang diperlukan.

(4) Sistem Kredit Semester sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi: a. mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa

mengembangkan bakat, minat, dan kemampuannya; b. merencanakan dan mengatur waktu pembelajaran serta beban studi sesuai dengan kemampuan

dan kepentingan mahasiswa atas bimbingan penasihat akademik; dan c. mengukur beban studi mahasiswa dan beban kegiatan akademik dan nonakademik dosen dengan

satuan kredit semester. (5) Beban kegiatan akademik dan non akademik dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c,

paling sedikit 12 (dua belas) satuan kredit semester dan paling banyak 16 (enam belas) satuan kredit semester, mencakup pembelajaran, penelitian, pengabdian pada masyarakat, pembimbingan skripsi, tesis, dan/atau disertasi, tugas bidang administrasi, penasehat akademik dan tugas lainnya.

(6) Selain fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sistem kredit semester dapat dipakai oleh

Page 32: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

32

perguruan tinggi untuk menetapkan biaya pendidikan yang ditanggung oleh mahasiswa dan/atau menetapkan honorarium dosen dalam satu semester.

(7) Kurikulum dalam penerapan Sistem Kredit Semester harus memuat mata kuliah pilihan paling sedikit satu kali jumlah mata kuliah wajib.

(8) Dalam penerapan Sistem Kredit Semester wajib dilengkapi dengan penasehat akademik serta bimbingan dan konseling.

(9) Pada program studi tertentu yang memerlukan proses pembelajaran khusus dapat menerapkan sistem pembelajaran selain Sistem Kredit Semester melalui penyetaraan atas izin Menteri.

(10) Pada Program studi tertentu dapat diterapkan sistem selain Sistem Kredit Semester. Penjelasan: Yang dimaksud program studi tertentu yang memerlukan proses pembelajaran khusus misalnya program berbasis kompetensi, program berbasis pembelajaran dan lain-lain. Penetapan sistem selain SKS ini dilakukan melalui penyetaraan.

(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Kredit Semester sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 15/03/12 Pk 21.50

Catatan tim kerja: untuk rumusan baru pada ayat (6) diperlukan penjelasan “maksud mengenai program studi tertentu” Catatan: Ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (9), dan ayat (10) tetap lainnya dihapus. Ayat (9): “Pada Program studi tertentu dapat diterapkan sistem selain Sistem Kredit Semester.”

Paragraf 5 Bahasa Pengantar

Pasal 42 38

(1) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar utama dalam pendidikan tinggi. (2) Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam program studi bahasa daerah atau

sastra daerah. (3) Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam Perguruan Tinggi dan/atau program

studi yang mengkaji dan mengembangkan bahasa asing serta Perguruan Tinggi dan/atau program studi tertentu untuk mendukung pengembangan keilmuan dan kemampuan berbahasa asing bagi mahasiswa.

Page 33: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

33

DISETUJUI PANJA 15/03/12 Pk 22.07

Catatan tim kerja: alternatif kata “keilmuan” di ganti dengan “ilmu pengetahuan dan teknologi” jika disepakati kata “dan” diganti “serta”. Catatan: Penambahan ayat untuk ayat (2) yaitu “Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada program studi bahasa daerah atau sastra daerah.” dan menambahkan frasa “pengembangan keilmuan” pada ayat (3).

Paragraf 6 Perpindahan dan Penyetaraan

Pasal 43 39

(1) Perpindahan mahasiswa dapat dilakukan antar: a. program studi pada program pendidikan yang sama; b. jenis pendidikan tinggi; dan/atau c. perguruan tinggi.

(2) Ayat (2) Ketentuan tentang perpindahan mahasiswa sebagaimana pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

(3) Perpindahan mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat minimum yang ditetapkan oleh Menteri dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh perguruan tinggi yang akan menerima.

(4) Perpindahan mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui penyetaraan kompetensi atau capaian pembelajaran.

(5) Penyetaraan capaian pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan pengakuan pembelajaran lampau.

DISETUJUI PANJA 15/03/12 Pk 22.12

Catatan: Pasal 43 ayat (1) tetap, dan penambahan ayat pada ayat (2) “Ketentuan tentang perpindahan mahasiswa sebagaimana pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.” Pasal 43, pasal 44, dan pasal 45 disederhanakan dan disinkronisasi oleh timus.

Pasal 44 (1) Capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan nonformal dan/atau pengalaman kerja dapat

diakui dan diberi bobot satuan kredit semester oleh Perguruan Tinggi.

Page 34: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

34

(2) Pengakuan capaian pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan pengakuan pembelajaran lampau.

DISETUJUI PANJA 15/03/12 Pk 22.12

Catatan: Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2) dihapus. Pasal 43, pasal 44, dan pasal 45 disederhanakan dan disinkronisasi oleh timus.

Pasal 45 Ketentuan lebih lanjut mengenai perpindahan mahasiswa sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 43 ayat (1) dan pengakuan pembelajaran lampau sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 43 ayat (4) dan Pasal 44 ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 15/03/12 Pk 22.12

Catatan:

Pasal 45 menjadi ayat (3) pada Pasal 43.

Pasal 43, pasal 44, dan pasal 45 disederhanakan dan disinkronisasi oleh timus.

Pasal 46 40 (1) Lulusan pendidikan vokasi atau lulusan pendidikan profesi dapat melanjutkan pendidikan pada

pendidikan akademik melalui proses penyetaraan. (2) Lulusan pendidikan akademik dapat melanjutkan pendidikan pada pendidikan vokasi atau pendidikan

profesi melalui proses penyetaraan. DISETUJUI PANJA 15/03/12

Pk 22.14

Catatan: Pasal 46, pasal 47, dan pasal 48 disederhanakan dan disinkronisasi oleh timus dengan memperhatikan KKNI (lihat pasal 63).

Pasal 47 41 Lulusan perguruan tinggi negara lain dapat mengikuti pendidikan tinggi di Indonesia setelah melalui proses

Page 35: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

35

penyetaraan. DISETUJUI PANJA 15/03/12

Pk 22.14

Catatan: Pasal 46, pasal 47, dan pasal 48 disederhanakan dan disinkronisasi oleh timus dengan memperhatikan KKNI (lihat pasal 63).

Pasal 48 42 Ketentuan mengenai proses penyetaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47 diatur dengan Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 15/03/12 Pk 22.14

Catatan: Pasal 46, pasal 47, dan pasal 48 disederhanakan dan disinkronisasi oleh timus dengan memperhatikan KKNI (lihat pasal 63).

Paragraf 7 Sumber Belajar, Sarana, dan Prasarana

Pasal 49 43

(1) Sumber belajar pada lingkungan pendidikan tinggi wajib disediakan, difasilitasi atau dimiliki oleh Perguruan Tinggi sesuai dengan program studi yang dikembangkan.

(2) Sumber belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk: a. alam semesta; b. lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif; c. rumah sakit pendidikan; d. laboratorium; e. perpustakaan; f. museum; g. studio; h. bengkel; i. stadion; j. stasiun penyiaran; dan

Page 36: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

36

k. sumber belajar lainnya. (3) Sumber belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan secara bersama oleh beberapa

perguruan tinggi. (4) Sarana dan prasarana untuk memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan bakat, minat,

pertumbuhan potensi fisik, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, sosial, emosional, dan kejiwaan mahasiswa wajib disediakan oleh Perguruan Tinggi.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) dan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI PANJA 15/03/12 Pk 22.25

Catatan: Pasal 49 ayat (2) di masukkan dalam penjelasan untuk ayat (1). Ayat (1) tetap, ayat (3) tetap, ayat (4) tetap dengan penambahan kata “kecerdasan spiritual” setelah kata kecerdasan intelektual, dan ayat (5) tetap.

Paragraf 8 Ijazah

Pasal 50 44

(1) Ijazah diberikan kepada lulusan pendidikan akademik dan pendidikan vokasi sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu program studi yang terakreditasi yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi.

(2) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan Tinggi dan memuat program studi dan gelar yang berhak dipakai oleh lulusan pendidikan tinggi.

(3) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh rektor, ketua, atau direktur Perguruan Tinggi dan diserahkan kepada lulusan pendidikan tinggi yang berhak pada saat dinyatakan lulus.

(4) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan tinggi, memperoleh pekerjaan, dan/atau menduduki jabatan tertentu.

(5) Ijazah yang diterbitkan oleh perguruan tinggi yang tidak terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan tidak sah.

(6) Lulusan pendidikan tinggi yang memakai karya ilmiah untuk memperoleh ijazah dan gelar, yang terbukti merupakan hasil jiplakan atau plagiat, maka ijazahnya dinyatakan tidak sah dan gelarnya dicabut oleh

Page 37: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

37

Perguruan Tinggi. DISETUJUI PANJA 15/03/12

Pk 23.12

Catatan:

Ayat (5) “Ijazah yang diterbitkan oleh perguruan tinggi yang tidak terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan tidak sah.” dihapus dan redaksi ayat (6) diperbaiki oleh tim perumus.

FPPP mengusulkan adanya syarat akreditasi bagi Perguruan Tinggi untuk mengeluarkan ijazah.

Paragraf 9 Sertifikat Profesi dan Sertifikat Kompetensi

Pasal 51 45

(1) Sertifikat profesi merupakan pengakuan yang diperoleh lulusan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama dengan Kementerian, Kementerian Lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi yang bertangungjawab atas mutu pelayanan profesi.

(2) Sertifikat profesi sebagaimana pada ayat (1) diterbitkan oleh perguruan tinggi bersama dengan Kementerian, Kementerian Lain, LPNK dan/atau organisasi profesi yang bertanggungjawab terhadap mutu layanan profesi.

(3) Ketentuan mengenai sertifikat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 09.19

Catatan: Tetap dengan konsisten ditambah kata “/atau” merujuk pada keputusan sebelumnya lihat pasal 17 ayat (2).

Pasal 52 46 (1) Sertifikat kompetensi merupakan pengakuan kompetensi atas prestasi lulusan yang sesuai dengan

keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi diluar program studinya. (2) Serifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan Tinggi bekerja

Page 38: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

38

sama dengan organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi, setelah dinyatakan lulus uji kompetensi.

(3) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat digunakan sebagai syarat untuk memperoleh pekerjaan tertentu.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 09.26

Catatan: Pada ayat (1) ditambahkan kata “kompetensi” setelah kata “pengakuan”. Pada ayat (3) ditambah “diatur” sebelum kata dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedelapan Penelitian

Pasal 53 47

(1) Penelitian di Perguruan Tinggi merupakan kegiatan sivitas akademika sebagai proses pencarian dan penemuan kebenaran ilmiah, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menggunakan metode ilmiah.

(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh sivitas akademika sesuai dengan otonomi keilmuan dan budaya akademik.

(3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan berdasarkan jalur kompetensi dan jalur kompetisi.

(4) Penelitian dapat berbentuk: a. penelitian dasar; dan/atau b. penelitian terapan.

(5) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa penelitian empirik dan/atau teoritik. (6) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) dilakukan oleh sivitas

akademika sebagai bagian dari proses pendidikan, pembelajaran dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(7) Ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 16/03/12

Page 39: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

39

Pk 09.30

Catatan: Ayat (4), Ayat (5), Ayat (6) dihapus karena terlalu teknis, dan penambahan untuk ayat (4) “Ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.” Digabung dengan ayat (1) dan ayat (2) pasal 54 dan Timus diharapkan merumuskan penelitian di Perguruan Tinggi mendorong agar menjadi masyarakat pengetahuan.

Pasal 5448 (1) Hasil penelitian berfungsi:

a. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperkaya pembelajaran dan hazanah ilmu pengetahuan;

b. sebagai indikator tingkat kemajuan perguruan tinggi, serta kemajuan dan tingkat peradaban bangsa; dan

c. meningkatkan kemandirian, kemajuan, dan daya saing bangsa, serta mutu kehidupan manusia. d. memenuhi kebutuhan strategis pembangunan nasional. e. mendorong perubahan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat pengetahuan.

(2) Hasil penelitian wajib disebarluaskan dengan cara diseminarkan, dipublikasikan dan/atau dipatenkan, oleh perguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan, kecuali penelitian yang bersifat rahasia, mengganggu, dan/atau membahayakan kepentingan umum.

(3) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diakui sebagai penemuan baru atau kebenaran ilmiah.

(4) Hasil penelitian sivitas akademika yang diterbitkan dalam jurnal internasional, memperoleh paten yang dimanfaatkan oleh industri, teknologi tepat guna, dan/atau buku yang digunakan sebagai sumber belajar, wajib diberikan anugerah yang bermakna oleh Pemerintah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 09.49

Catatan: Pada ayat (1) huruf d ditambahkan frasa “memenuhi kebutuhan strategis pembangunan nasional.” sebab perlu ada tambahan norma untuk menegaskan perlunya anggaran untuk penelitian pada Pasal 54 huruf d.

Page 40: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

40

Pada ayat (2) rumusan yang disepakati adalah “Hasil penelitian wajib disebarluaskan dengan cara diseminarkan, dipublikasikan dan/atau dipatenkan, oleh perguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan, kecuali penelitian yang bersifat rahasia, mengganggu, dan/atau membahayakan kepentingan umum.” Ayat (1) dan Ayat (2) di integrasikan ke dalam Pasal 53. Ayat (3) dihapus dan Ayat (4) tetap. Ayat (5) perbaikan redaksional. Panja menyerahkan kepada Timus menyempurnakan pengintegrasian pasal 53 dan pasal 54.

Pasal 55 49 (1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mendayagunakan Perguruan Tinggi sebagai pusat

penelitian atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (2) Perguruan tinggi dapat mendayagunakan fasilitas penelitian di Kementerian lain, dan/atau LPNK. (3) Perguruan Tinggi berperan aktif menggalang kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri dalam

bidang penelitian. (4) Pemerintah, pemerintah daerah, Perguruan Tinggi dan Menteri proaktif menggalang dan memfasilitasi

kerja sama dan kemitraan antar Perguruan Tinggi dan antara Perguruan Tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri dalam bidang penelitian.

(5) Pemerintah memfasilitasi kerja sama dan kemitraan antar Perguruan Tinggi dan antara Perguruan Tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri dalam bidang penelitian.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pendayagunaan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 10.15

Catatan: 1. Timus perlu merumuskan kembali: 2. Ayat (1) mengenai peran pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat untuk di pisah

dan dikembangkan dengan baik oleh timus untuk disempurnakan. 3. Perlu untuk dirumuskan norma lekspesialis untuk hubungan penelitian di Perguruan Tinggi

dengan Pemerintah dan selain pusat pengembangan ilmu pengetahuan juga pengembangan masyarakat.

4. Penambahan untuk Ayat (3) “Perguruan Tinggi berperan aktif menggalang kerjasama dengan

Page 41: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

41

dunia usaha dan dunia industri dalam bidang penelitian.” 5. Pada ayat (3) menambahkan frasa “Pemerintah, pemerintah daerah, dan perguruan tinggi” agar

turut proaktif dan frasa “dunia usaha dan” sebab istilah dunia industri sebaiknya diperkaya menjadi dunia usaha dan dunia industri.

6. Ayat (4) Pemerintah memfasilitasi kerja sama dan kemitraan antar Perguruan Tinggi dan antara Perguruan Tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri dalam bidang penelitian.

7. Untuk diingat mengenai pembiayaan penelitian dan pengadaan yang terkait dengan penelitian diatur dalam Pasal 108.

Bagian Kesembilan Pengabdian Kepada Masyarakat

Pasal 56 50

(1) Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan sivitas akademika dalam mengamalkan dan membudayakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

(2) Pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan sesuai dengan budaya akademik, keahlian dan/atau otonomi keilmuan sivitas akademika serta kondisi sosial budaya masyarakat.

(3) Pengabdian kepada masyarakat oleh sivitas akademika dilakukan sebagai proses pendidikan dan pembelajaran. Usulan Tim Kerja: Pengabdian kepada masyarakat merupakan proses pendidikan untuk menumbuhkan keberpihakan sivitas akademika kepada masyarakat.

(4) Hasil pengabdian kepada masyarakat digunakan untuk sebagai proses pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengayaan sumber belajar, dan/atau untuk pembelajaran dan pematangan sivitas akademika.

(5) Hasil pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang diterbitkan dalam jurnal internasional, memperoleh paten yang dimanfaatkan oleh industri, dan/atau teknologi tepat guna, wajib diberikan penghargaan anugerah yang bermakna oleh Pemerintah.

(6) Pemerintah memberikan perhatian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang diterbitkan dalam jurnal internasional, memperoleh patern yang dimanfaatkan oleh dunia usaha dan dunia industri, dan/atau teknologi tepat guna, dapat diberikan penghargaan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Page 42: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

42

sampai dengan ayat (6) diatur dalam Peraturan Menteri. DISETUJUI PANJA 16/03/12

Pk 10.33

Catatan: Perumusan diserahkan ke Timus. Ayat (1) dan Ayat (2) tetap. Ayat (3) dihapus. Ayat (4) perubahan redaksional, frasa “untuk” dihapus dan menambahkan frasa “sebagai proses”. Ayat (5) perubahan redaksional subjeknya dipindah ke depan. Penghargaan perlu untuk diberikan!

Bagian Kesepuluh Pelaksanaan Tridharma

Pasal 57 51

(1) Ruang lingkup, kedalaman, dan kombinasi pelaksanaan Tridharma dilakukan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan setiap jenis dan program pendidikan tinggi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai ruang lingkup, kedalaman, dan kombinasi pelaksanaan Tridharma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 10.36

Catatan: Perbaiki bahasanya oleh Timus.

Bagian Kesebelas Internasionalisasi dan Kerjasama Internasional

Paragraf 1

Internasionalisasi

Pasal 58 52 (1) Internasionalisasi merupakan proses bagi pendidikan tinggi di In (2) donesia untuk berperanan dalam pergaulan internasional tanpa kehilangan keindonesiaan guna

meningkatkan kedaulatan dan martabat bangsa.

Page 43: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

43

(3) Intenasionalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pengintegrasian dimensi internasional dan lintas budaya ke dalam kegiatan akademik.

(4) Internasionalisasi pendidikan tinggi diselenggarakan dalam mengaktualisasikan prinsip bebas dan aktif, solidaritas, toleransi, dan rasa saling menghormati dengan mempromosikan nilai-nilai dan standar keindonesiaan dan kemanusiaan yang memberikan manfaat bagi kesejahteraan, kemuliaan kehidupan dan peradaban.

(5) Internasionalisasi pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui: a. pengembangan pusat kajian Indonesia dan budaya lokal di Perguruan Tinggi di dalam negeri dan di

luar negeri; b. penyelenggaraan pembelajaran yang bertaraf internasional; c. kerja sama internasional antara lembaga penyelengara pendidikan tinggi Indonesia dan lembaga

penyelenggara pendidikan tinggi negara lain; d. Kerjasama internasional dilakukan dengan kerjasama formal dengan Perguruan Tinggi yang

terakreditasi di negara asalnya; dan e. Kerjasama internasional menganut dengan bersifat resiprokal.

(6) Kebijakan nasional mengenai Internasionalisasi pendidikan tinggi ditetapkan oleh menteri; (7) Kebijakan nasional mengenai internasionalisasi pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

paling sedikit memuat: a. pembentukan komunitas ilmiah yang mandiri; b. pemberian wawasan pada sivitas akademika sebagai bagian dari masyarakat internasional; dan c. pemajuan nilai-nilai dan budaya bangsa Indonesia dalam pergaulan internasional.

DISETUJUI PANJA 16/03/12

Pk 10.58 Catatan: 1. Pasal ini seolah-olah Perguruan Tinggi ingin digeneralisasi, pasal 58 dan pasal 59 digabung

dengan judul “kerjasama internasional” dan perumusannya diserahkan kepada timus. 2. Diusulkan judul bagian sebelas “Kemandirian dan jati diri bangsa”, “Interaksi dan kerjasama

internasional” dan definisi internasionalisasi sebaiknya dimasukkan dalam penjelasan. 3. Usulan sebaiknya jangan alergi dengan kata internasionalisasi. 4. Usulan Ayat (1) rumusan perlu dirubah sesuai substansi yang disampaikan pak ainun yaitu

mengenai bagaimana kita memiliki kemampuan atau memiliki daya saing dengan dunia internasional sebab maksudnya benar namun bahasanya dikhawatirkan salah tafsir dan diserahkan ke timus untuk perumusannya.

Paragraf 1 Ayat 4 b & 6 b dihapus (karena menunjukkan inferioritas). Artinya segala sesuatu yang memuat sifat inferior, potensi liberalisasi dan eksklusif harus dihapus dari ketentuan ini

Comment [SAKURA1]: Integrasi dimensi lintas budaya??

Page 44: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

44

5. Ayat (3) Menambahkan kata “ dan standar”. 6. Usulan Ayat (4) ditambahkan:

Huruf d Kerjasama internasional dilakukan dengan kerjasama formal dengan Perguruan Tinggi yang terakreditasi di negara asalnya. Huruf e Kerjasama internasional menganut dengan bersifat resiprokal.

7. Usulan ayat 5 sebaiknya ditempatkan di bagian belakang.

Paragraf 2 Kerja Sama Internasional

Pasal 59 52

(1) Kerja sama internasional dapat dilakukan oleh Perguruan Tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi.

(2) Kerja sama internasional dilaksanakan berdasarkan prinsip: a. kesetaraan, saling menghormati, dan saling memberikan manfaat; b. memperhatikan hukum nasional maupun hukum internasional; dan c. tidak mengganggu kepentingan politik, ekonomi, kebijakan pembangunan, pertahanan, dan keamanan nasional.

(3) Kerja sama internasional dapat mencakup bidang: a. pendidikan; b. penelitian; c. pengabdian kepada masyarakat; d. pengembangan pendidikan tinggi; dan e. bidang lain yang menjadi kepentingan nasional yang berupa penugasan negara.

(4) Kerja sama internasional bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dapat mencakup kegiatan pendidikan bergelar atau kegiatan pendidikan non gelar.

(5) Kerja sama internasional dapat dikembangkan bersama-sama dengan perwakilan Indonesia di luar negeri dan perwakilan negara lain di Indonesia.

DISETUJUI PANJA 16/03/12

Pk 10.58 Catatan: Pasal ini seolah-olah Perguruan Tinggi ingin digeneralisasi, pasal 58 dan pasal 59 digabung dengan

Page 45: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

45

judul “kerjasama internasional” dan perumusannya diserahkan kepada timus.

BAB III PENJAMINAN MUTU

DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12

Pk 10.58

Bagian Kesatu Sistem Penjaminan Mutu

Pasal 60 53

(1) Pendidikan tinggi yang bermutu merupakan pendidikan tinggi yang menghasilkan lulusan yang mampu secara aktif mengembangkan potensinya dan menghasilkan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.

(2) Pemerintah menyelenggarakan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi untuk mendapatkan pendidikan bermutu.

DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12

Pk 10.59

Pasal 61 54 (1) Penjaminan mutu pendidikan tinggi merupakan kegiatan sistemik untuk meningkatkan mutu pendidikan

tinggi secara berencana dan berkelanjutan. (2) Penjaminan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penetapan, pelaksanaan,

evaluasi, pengendalian, dan peningkatan standar pendidikan tinggi. (3) Menteri menetapkan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi dan standar nasional pendidikan tinggi

atas rekomendasi lembaga penjaminan mutu. (4) Sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan pada

Pangkalan Data Pendidikan Tinggi. DISETUJUI PANJA 16/03/12

Pk 11.00 Catatan: F PKS mengusulkan ditambah frasa “atas rekomendasi lembaga penjaminan mutu.” pada Pasal 61 ayat (3).

Pasal 62 55 Sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) terdiri atas: a. sistem penjaminan mutu internal yang dikembangkan oleh perguruan tinggi; dan

Page 46: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

46

b. sistem penjaminan mutu eksternal yang dilakukan melalui akreditasi. DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12

Pk 11.03

Bagian Kedua Standar Pendidikan Tinggi

Pasal 63 56

(1) Standar pendidikan tinggi terdiri atas: a. Standar Nasional Pendidikan Tinggi, yang selanjutnya disingkat SNPT, ditetapkan oleh Menteri atas

usul suatu badan yang bertugas menyusun dan mengembangkan SNPT; dan b. Standar Pendidikan Tinggi, yang selanjutnya disingkat SPT, ditetapkan oleh setiap perguruan tinggi

dengan mengacu pada SNPT. (2) SNPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan satuan standar yang meliputi Satuan

Nasional Pendidikan ditambah dengan standar penelitian dan standar pengabdian kepada masyarakat. Atau “SNPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satu kesatuan standar yang meliputi SNPT ditambah dengan standar penelitian dan pengabdian masyarakat.”

(3) SNPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan satu kesatuan standar yang meliputi: a. standar isi; b. standar proses yang meliputi:

1. proses pendidikan; 2. proses penelitian; dan 3. proses pengabdian kepada masyarakat.

c. standar kompetensi lulusan; d. standar dosen dan tenaga kependidikan; e. standar sarana dan prasarana; f. standar pengelolaan; g. standar pembiayaan; h. standar penilaian; i. standar hasil penelitian; dan j. standar hasil pengabdian masyarakat.

(4) SNPT dikembangkan dengan memerhatikan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan perguruan tinggi untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi.

(5) SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas sejumlah standar dalam bidang

Page 47: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

47

akademik dan nonakademik yang melampaui SNPT. (6) Dalam mengembangkan SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, perguruan tinggi memiliki

keleluasaan mengatur pemenuhan standar SNPT dengan mengutamakan pencapaian standar keluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c.

(7) Kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c untuk setiap jenis dan program pendidikan tinggi disusun berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

(8) Ketentuan mengenai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(9) Menteri secara berkala melakukan evaluasi dan penilaian pelaksanaan SPT. (10) Menteri mengumumkan hasil evaluasi dan penilaian SPT kepada masyarakat.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 11.20

Catatan: 1. Rumusan terlalu panjang sebaiknya dipisah untuk disederhanakan dan diserahkan ke timus. 2. Ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) tetap dan diserahkan ketimus. 3. Ayat (8) dan ayat (9) sebaiknya di Peraturan Menteri. 4. Pasal 63 ayat (2) disepakati disederhanakan, ayat 3 sampai ayat 9 diformulasikan agar lebih

sederhana dan tidak terlalu panjang. 5. Penambahan untuk ayat (2):

“SNPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satuan standar yang meliputi SNPT ditambah dengan standar penelitian dan standar pengabdian kepada masyarakat.” atau “Satu sistem pendidikan yang menyeluruh dengan sistem pendidikan yang lainnya, SNPT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan satu kesatuan standar yang meliputi SNP ditambah dengan standar penelitian dan pengabdian masyarakat.”

6. Menteri berwenang untuk setiap kali terjadi akreditasi menetapkan mutu pendidikan atau posisi standar mutu pendiidkan tinggi.

Bagian Ketiga Kelembagaan Penjaminan Mutu

Pasal 64 57

(1) Sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi dilaksanakan oleh:

Page 48: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

48

a. badan yang bertugas menyusun dan mengembangkan SNPT; b. perguruan tinggi yang bertugas melaksanakan sistem penjaminan mutu internal; c. lembaga akreditasi mandiri yang diakui oleh pemerintah setelah mendapat rekomendasi dari Badan

Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang bertugas melaksanakan sistem penjaminan mutu eksternal; dan

d. unit yang bertugas mengelola pangkalan data pendidikan tinggi. (2) Badan, lembaga, atau unit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melakukan koordinasi dalam

melaksanakan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi. (3) Penyelenggaraan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi dipimpin dan dikoordinasikan oleh Menteri

atau pejabat yang ditunjuk. DISETUJUI PANJA 16/03/12

Pk 11.46

Catatan: Perumusan dielaborasi oleh timus.

Pasal 65 58 (1) Menteri membentuk lembaga pelayanan pendidikan tinggi di wilayah untuk meningkatkan mutu

pendidikan tinggi secara berkelanjutan. (2) Menteri menetapkan fungsi dan lingkup tugas lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai

dengan kebutuhan. (3) Menteri secara berkala mengevaluasi kinerja lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan lembaga pelayanan pendidikan tinggi di wilayah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah. DISETUJUI PANJA 16/03/12

Pk 11.49

Catatan: Rumusan disederhanakan dan diserahkan ke Timus. Rumusan ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) menjadi sebagai berikut dengan ayat (4) dihapus. (1) Untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berkelanjutan Menteri membentuk lembaga

pelayanan pendidikan tinggi di wilayah sesuai ketentuan perundang-undangan. (2) Menteri menetapkan fungsi dan lingkup tugas lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sesuai dengan kebutuhan. (3) Menteri secara berkala mengevaluasi kinerja lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB IV

Page 49: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

49

PERGURUAN TINGGI

Bagian Kesatu Bentuk Perguruan Tinggi

Paragraf 1

Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi

Pasal 66 59 (1) Universitas menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam sejumlah

cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang beragam serta memiliki paling sedikit 3 (tiga) 4 (empat) fakultas.

(2) Institut menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam sekelompok cabang ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki paling sedikit 3 (tiga) fakultas.

(3) Sekolah Tinggi menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam suatu cabang ilmu tertentu serta memiliki paling sedikit 1 (satu) 2 (dua) jurusan.

(4) Universitas, instititut, dan sekolah tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dapat menyelenggarakan pendidikan profesi bekerjasama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK dan/atau organisasi profesi yang bertanggungjawab atas mutu pelayanan profesi.

(5) Universitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan instititut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh seorang rektor dan dibantu oleh beberapa orang wakil rektor.

(6) Sekolah tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu oleh beberapa orang wakil ketua.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 14.02

Catatan: Lakukan singkronisasi Timus. Pasal 1 angka 5 rumusan tentang Perguruan Tinggi di elaborasi oleh timsin. Ayat 1 menghilangkan kata “atas”. universitas 3 fakultas, institut paling sedikit 3 fakultas, sekolah tinggi paling sedikit 1 jurusan Pada ayat (4) ditambah kata “/atau” merujuk pada keputusan sebelumnya lihat pasal 17 ayat (2).

Paragraf 2 Politeknik, Akademi, dan Akademi Komunitas

Page 50: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

50

Pasal 67 60

(1) Politeknik yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus dapat menyelenggarakan jenis pendidikan vokasi yang terdiri atas program diploma satu, program diploma dua, program diploma tiga, dan program diploma empat.

(2) Politeknik dapat menyelenggarakan program pendidikan setingkat program program magister, dan program doktor dengan syarat : a. memiliki sumber daya yang diperlukan; atau b. dilakukan dengan bekerja sama dengan perguruan tinggi yang menyelenggarakan program

magister atau program doktor pada cabang ilmu yang sama. (3) Akademi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu,

terdiri atas program diploma satu, program diploma dua, dan program diploma tiga. (4) Akademi Komunitas merupakan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan vokasi untuk

memenuhi dan mengembangkan tenaga kerja yang berbasis keunggulan lokal dan/atau kebutuhan khusus.

(5) Politeknik, akademi, atau akademi komunitas dipimpin oleh seorang direktur dan dapat dibantu oleh wakil direktur.

DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12 Pk 14.05

Catatan: Untuk akademi komunitas sudah disinkronkan sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.

Pasal 68 61 Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dan Pasal 60 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12 Pk 14.06

Catatan: Rujukan pasal disesuaikan.

Bagian Kedua Organisasi Penyelenggara Perguruan Tinggi

Pasal 69 62

(1) Organisasi Penyelenggara merupakan unit kerja Perguruan Tinggi yang secara bersama melaksanakan kegiatan tridharma serta fungsi manajemen sumber daya.

Page 51: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

51

(2) Organisasi penyelenggara sebagaimana dimaksud ayat (1) paling sedikit terdiri atas unsur: a. penyusun kebijakan; b. pelaksana akademik; c. pengawas dan penjaminan mutu; d. penunjang akademik atau sumber belajar; dan e. pelaksana administrasi atau tata usaha.

(3) Penyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan unsur perguruan tinggi yang menetapkan kebijakan manajemen sumber daya dan kebijakan akademik perguruan tinggi yang dilaksanakan oleh pimpinan perguruan tinggi dan senat akademik, serta majelis pemangku kepentingan dalam hal perguruan tinggi badan hukum.

(4) Pelaksana akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan unit pelaksana program akademik yang dapat terdiri atas fakultas, sekolah, departemen, jurusan, lembaga, pusat, dan/atau bagian sesuai keperluan.

(5) Pengawas dan penjaminan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan unit kerja yang berfungsi menjamin transparansi dan akuntabilitas pengelolaan serta penjaminan mutu akademik perguruan tinggi, yang dapat terdiri atas satuan pengawas dan satuan penjaminan mutu.

(6) Penunjang akademik atau sumber belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan unit kerja perguruan tinggi untuk mendukung penyelenggaraan tridharma.

(7) Pelaksana administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e merupakan unit kerja perguruan tinggi yang melaksanakan tugas keadministrasian perguruan tinggi.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 14.15

Catatan: Ayat (1) dan Ayat (2) tetap. Ayat (3) menambahkan frasa “majelis pemangku kepentingan dalam hal perguruan tinggi badan hukum”. Ayat (7) dimasukkan kedalam penjelasan.

Bagian Ketiga Pendirian Perguruan Tinggi

Pasal 70 63

(1) PTN didirikan oleh Pemerintah dengan Peraturan Presiden. (2) PTS didirikan dengan izin Menteri.

Comment [SAKURA2]: Istilah yang ada tidak dijelaskan dalam ketentuan umum. Senat akademik masih ada?? Majelis pemangku kepentingan???

Page 52: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

52

(3) PT yang didirikan harus memenuhi standar minimum akreditasi. (4) Setiap Perguruan Tinggi yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah Menteri. (5) Setiap PTS didirikan oleh masyarakat dengan membentuk badan penyelenggara yang berbadan

hukum bersifat nirlaba. (6) PTN didirikan oleh Pemerintah dengan Peraturan Presiden atau Peraturan Pemerintah bagi yang

berbentuk badan hukum pendidikan nirlaba. (7) Pemerintah dapat mengubah atau mencabut izin perguruan tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin, pendirian, perubahan, dan pencabutan pendirian perguruan tinggi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri. DISETUJUI PANJA 16/03/12

Pk 14.30 Catatan: Disempurnakan kembali oleh timus. Penambahan rumusan untuk Ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) sebagai berikut: (1) PTN didirikan oleh Pemerintah dengan Peraturan Presiden. (2) PTS didirikan dengan izin Menteri. (3) PT yang didirikan harus memenuhi standar minimum akreditasi. Ayat (1) “Setiap Perguruan Tinggi yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah Menteri.” dihapus. Ayat (2) ditambah kata “setiap”. Ayat (3) “PTN didirikan oleh Pemerintah dengan Peraturan Presiden atau Peraturan Pemerintah bagi yang berbentuk badan hukum pendidikan nirlaba.” dihapus. Ayat (5) menambahkan frasa “pendirian, perubahan, dan pencabutan”. Catatan usulan Prof Rizal berubah menjadi: Pasal 70 diubah menjadi: (Lihat Usulan Prof Rizal 19 Maret 2012) (1) PTN didirikan oleh Pemerintah dengan Peraturan Presiden atau Peraturan Pemerintah bagi PTN

badan hukum. (2) PTS didirikan olehmasyarakat dengan membentuk badan penyelenggara yang berbadan hukum

bersifat nirlaba. (3) Setiap PTS yang didirikan wajib memperoleh izin menteri. (4) Manteri dapat mengubah atau mencabut izin PTS sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

Comment [SAKURA3]: Kenapa dihapus ya?? Kan penekanannya pada nirlaba

Page 53: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

53

(5) Setiap perguruan tinggi yang didirikan harus memenuhi persyaratan akreditasi minimum. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian PTN dan PTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2), pemberian izin dan pencabutan izin PTS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) serta persyaratan akreditasi minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 71 64 (1) Perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 harus memiliki statuta perguruan tinggi. (2) Statuta perguruan tinggi paling sedikit memuat:

a. nama, bentuk, dan tempat kedudukan; b. dasar dan tujuan; c. ciri khas dan ruang lingkup kegiatan; d. jangka waktu berdiri; e. struktur organisasi serta nama dan fungsi setiap unit organisasi; f. susunan, tata cara pembentukan organ, kriteria dan persyaratan pengangkatan dan pemberhentian,

serta pembatasan masa jabatan pimpinan dan keanggotaan unit organisasi; g. sumber daya; h. tata cara penggabungan atau pembubaran; i. perlindungan terhadap dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa; dan j. tata cara pengubahan statuta.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai statuta perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 14.30

Catatan: Ayat (2) tentang statuta dihapus sebab sebaiknya diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 72 .

Perubahan izin perguruan tinggi meliputi: a. perubahan nama diri dan/atau bentuk perguruan tinggi; b. penggabungan 2 (dua) perguruan tinggi atau lebih menjadi 1 (satu) perguruan tinggi baru; c. 1 (satu) perguruan tinggi atau lebih menggabungkan diri ke perguruan tinggi lain; d. pemecahan dari 1 (satu) bentuk perguruan tinggi menjadi 2 (dua) bentuk Perguruan Tinggi atau lebih;

atau

Page 54: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

54

e. pengalihan perguruan tinggi yang didirikan dan/atau diselenggarakan oleh masyarakat menjadi perguruan tinggi yang didirikan dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah.

f. perubahan status pengelolaan perguruan tinggi. DISETUJUI DIHAPUS PANJA 16/03/12

Pk 14.38 Catatan: Pasal 72 dihapus sebab sebaiknya diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 73 (1) Pencabutan izin pendirian perguruan tinggi sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 70 ayat

(4) dilakukan apabila: a. perguruan tinggi tidak lagi memenuhi persyaratan pendirian dan/atau penyelenggaraan perguruan

tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau b. terjadi sengketa antar unit organisasi perguruan tinggi yang tidak dapat diselesaikan oleh para

pihak. (2) Dalam hal perguruan tinggi dicabut izinnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perguruan tinggi yang

bersangkutan bertanggung jawab untuk menjamin penyelesaian masalah dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa serta aset yang dimiliki.

(3) Penyelesaian masalah dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. pengembalian dosen dan tenaga kependidikan yang berstatus pegawai negeri sipil yang

dipekerjakan kepada instansi induk; b. pemenuhan hak mahasiswa dosen, dan tenaga kependidikan; dan c. pemindahan mahasiswa dan dosen ke perguruan tinggi lain yang difasilitasi oleh Pemerintah atau

pemerintah daerah. DISETUJUI DIHAPUS PANJA 16/03/12

Pk 14.41 Catatan: Pasal 73 dihapus sebab sebaiknya diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Keempat Pengelolaan Perguruan Tinggi

Paragraf 1

Umum

Page 55: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

55

Pasal 74 65

(1) Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.

(2) Otonomi pengelolaan perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan dasar dan tujuan, serta kemampuan Perguruan Tinggi.

(3) Dasar dan tujuan serta dan kemampuan perguruan tinggi untuk melaksanakan otonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinilai oleh Menteri.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai otonomi pengelolaan perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 14.42

Catatan: Ayat (4) dalam pasal ini bisa diletakkan terahir (lihat di Pasal 76). Pasal 74, Pasal 75 dan Pasal 76 diakhiri dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 75 66 Otonomi pengelolaan perguruan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip: a. akuntabilitas; b. transparan; c. evaluasi; d. nirlaba; e. jaminan mutu; f. efektivitas dan efisiensi; dan g. kreativitas dan inovasi.

DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12 Pk 14.42

Pasal 76 67 (1) Otonomi pengelolaan perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 meliputi bidang

akademik dan/atau bidang non akademik. (2) Otonomi pengelolaan dalam bidang akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelaksanaan tridharma: (3) Otonomi pengelolaan dalam bidang nonakademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelaksanaan dalam bidang:

Comment [SAKURA4]: Jadi yang mengelola siapa? Bagaimana dengan aset yang sudah dimiliki oleh perguruan tinggi???

Page 56: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

56

a. organisasi; b. keuangan; c. kemahasiswaan; d. ketenagaan; e. sumber belajar; dan f. sarana dan prasarana lainnya.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai otonomi pengelolaan perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sampai ayat (3) dan dalam pasal 65, serta pasal 66 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12

Pk 14.47 Catatan: FPKS huruf f belum setuju dan ayat (4) dari pasal 74 dipindah ke ayat (4) dalam pasal 76 sebagai penutup.

Paragraf 2 Status Pengelolaan Perguruan Tinggi

Pasal 77

(1) Status pengelolaan perguruan tinggi terdiri atas: a. otonom terbatas; b. semi otonom, atau c. otonom.

(2) Status otonom terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan perguruan tinggi yang hanya memiliki otonomi pengelolaan bidang akademik.

(3) Status semi otonom sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan perguruan tinggi yang memiliki otonomi pengelolaan bidang akademik dan memiliki sebagian dari wewenang non akademik yang diberikan oleh Pemerintah atau badan penyelenggara.

(4) Status otonom sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan perguruan tinggi yang memiliki otonomi pengelolaan bidang akademik dan non akademik.

(5) Sebagian dari wewenang non akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah wewenang pengelolaan keuangan secara mandiri.

(6) Pengelolaan keuangan secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan secara transparan dan akuntabel.

Comment [SAKURA5]: Ayo dibahas

Page 57: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

57

DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12 Pk 15.37

Catatan: Rumusan mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi dan pasal terkait pending dirumuskan oleh timus dengan catatan melibatkan Pemerintah (Kemenkeu), Pemerintah dan Fraksi mencari format Bagaimana ini diatur di UU atau di PP memiliki daya kerja yang efektif dengan prinsip: 1. Memberikan otonomi untuk Perguruan Tinggi. 2. Tidak semua Perguruan Tinggi dapat otonomi penuh. 3. Memiliki daya yang efektif untuk terimplementasi.

Pasal 77, Pasal 78, Pasal 79, Pasal 80 dan Pasal 81, Pasal 82, Pasal 83, Pasal 84 dan Pasal 85. Catatan: Harus ada prinsip otonom yang diberlakukan. Mengenai kewenangan Perguruan Tinggi diatur dalam peraturan dibawahnya. Catatan: Prinsipnya sama otonomi diberikan untuk Perguruan Tinggi. Perlu UU untuk lekspesialis terhadap UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan dari Kemenkeu. Catatan: Ada tawaran rumusan tentang status pengelolaan Perguruan Tinggi oleh Bapak I Wayan Koster (terlampir), secara substansi prinsipnya sama memberikan otonomi secara luas kepada Perguruan Tinggi namun dalam kemasan legal drafting yang berbeda dalam pemaparannya atau perumusannya dalam UU DIKTI. Catatan: Rumusan yang ada dalam Draf RUU DIKTI Versi 22 Februari 2012 untuk Uji Publik sudah baik hanya untuk menghindari dari “kasta” maka kata “status” dirubah menjadi “pola”/ “bentuk”. Perlu penjelasan substansi ini harus ada di dalam UU bukan pada peraturan dibawahnya. Catatan: Rumusan ini diharapkan bisa terimplementasi jika dalam UU daripada diatur dalam PP.

Pasal 78

Page 58: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

58

(1) Pemerintah menetapkan status pengelolaan PTN pada saat pemberian atau perubahan izin perguruan tinggi.

(2) Penetapan perubahan status pengelolaan PTN dilakukan atas usul perguruan tinggi berdasarkan penilaian Pemerintah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan status pengelolaan perguruan tinggi diatur dengan Peraturan Menteri.

DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12 Pk 15.37

Catatan: Rumusan mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi dan pasal terkait pending dirumuskan oleh timus.

Pasal 79 (1) PTN yang berstatus semi otonom menerima pendelegasian wewenang pengelolaan perguruan tinggi

dari Pemerintah. (2) Wewenang pengelolaan perguruan tinggi pada PTN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. tata kelola berdasarkan ketentuan satuan kerja Pemerintah; b. unit organisasi yang melaksanakan fungsi akuntabilitas dan transparansi; c. hak untuk mengelola aset negara; d. wewenang untuk mengelola dana secara mandiri, transparan, dan akuntabel; dan e. ketenagaan yang diangkat oleh Pemerintah dan/atau lembaganya.

DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12 Pk 15.37

Catatan: Rumusan mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi dan pasal terkait pending dirumuskan oleh timus.

Pasal 80 (1) PTN yang berstatus otonom menerima mandat penyelenggaraan perguruan tinggi dari Pemerintah

melalui pembentukan badan hukum pendidikan yang bersifat nirlaba. (2) PTN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki:

a. tata kelola dan pengambilan keputusan tersendiri; b. unit organisasi yang melaksanakan fungsi akuntabilitas dan transparansi; c. hak untuk memiliki kekayaan negara yang terpisah; f. wewenang untuk mengelola dana secara mandiri, transparan, dan akuntabel g. ketenagaan yang diangkat oleh lembaganya; d. wewenang untuk mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi; dan

Page 59: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

59

e. wewenang yang diberikan oleh Menteri untuk menyelenggarakan dan menghentikan penyelenggaraan program studi.

DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12 Pk 15.37

Catatan: Rumusan mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi dan pasal terkait pending dirumuskan oleh timus.

Pasal 81 (1) Badan penyelenggara memiliki wewenang untuk menetapkan status semi otonom atau status otonom

kepada PTS sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 77 ayat (3) dan ayat (4) sesuai peraturan perundang-undangan.

(2) PTS yang memiliki status semi otonom atau status otonom sebagaimana dimaksud ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan layanan pendidikan terutama guna memenuhi hak mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan sesuai peraturan perundang-undangan.

DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12 Pk 15.37

Catatan: Rumusan mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi dan pasal terkait pending dirumuskan oleh timus.

Paragraf 3 Susunan Organisasi Perguruan Tinggi

Pasal 82

(1) Perguruan Tinggi yang dikelola secara otonom terbatas dan semi-otonom sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 77 ayat (2) dan ayat (3) paling sedikit memiliki unit organisasi yang terdiri dari: a. rektor, ketua, atau direktur; dan b. senat akademik;

(2) Perguruan Tinggi yang dikelola secara otonom sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 77 ayat (4) paling sedikit memiliki unit organisasi: a. majelis pemangku kepentingan/majelis wali amanah; b. rektor, ketua, atau direktur; c. senat akademik; dan d. auditor dan/atau pengawas.

DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12 Pk 15.37

Comment [SAKURA6]: Bahas-bahas

Comment [SAKURA7]: Ada unsur mahasiswa ga ya???

Page 60: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

60

Catatan: Rumusan mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi dan pasal terkait pending

dirumuskan oleh timus. Pasal 83

(1) Majelis pemangku kepentingan/majelis wali amanah sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 82 ayat (2) huruf a merupakan unit organisasi yang menjalankan fungsi penentuan kebijakan umum dan pengawasan umum, yang paling sedikit terdiri dari unsur: a. Pemerintah atau Badan Penyelenggara; b. tokoh masyarakat; c. dosen; d. mahasiswa; e. tenaga kependidikan; dan f. alumni.

(2) Rektor, ketua, atau direktur sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 82 ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf b merupakan jabatan tertinggi dalam struktur perguruan tinggi yang menjalankan fungsi pengelolaan.

(3) Senat akademik sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 82 ayat (1) huruf b dan ayat (2) huruf c merupakan unit organisasi yang menjalankan fungsi perencanaan dan pengawasan kebijakan akademik yang terdiri atas unsur: a. profesor; dan/atau b. dosen non-profesor.

(4) Auditor dan/atau pengawas sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 82 ayat (2) huruf d merupakan unit organisasi yang menjalankan fungsi audit dan/atau pengawasan yang terdiri atas: a. ahli keuangan; b. ahli manajemen organisasi; c. ahli hukum; dan d. ahli manajemen aset.

DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12 Pk 15.37

Catatan: Rumusan mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi dan pasal terkait pending dirumuskan oleh timus.

Pasal 84 Ketentuan mengenai fungsi, tugas dan wewenang, dan masa jabatan unit organisasi perguruan tinggi sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 82 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Comment [SAKURA8]: Siapa ni maksudnya??

Comment [SAKURA9]: Berapa banyak ya??

Page 61: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

61

DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12 Pk 15.37

Catatan: Rumusan mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi dan pasal terkait pending dirumuskan oleh timus.

Bagian Kelima Ketenagaan

Paragraf 1

Pengangkatan dan Penempatan

Pasal 85 (1) Ketenagaan perguruan tinggi terdiri atas:

a. dosen; dan b. tenaga kependidikan.

(2) Dosen dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b pada Perguruan Tinggi yang memiliki status otonom terbatas dan semi otonom diangkat dan ditempatkan di perguruan tinggi oleh Pemerintah atau badan penyelenggara.

(3) Pengangkatan dan penempatan dosen dan tenaga kependidikan pada Perguruan Tinggi oleh Pemerintah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Pengangkatan dan penempatan dosen dan tenaga kependidikan oleh badan penyelenggara atau Perguruan Tinggi yang memiliki status otonom dilakukan berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Setiap orang yang memiliki keahlian dan/atau prestasi yang luar biasa dapat diangkat menjadi dosen atas persetujuan senat akademik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(6) Badan penyelenggara atau Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), wajib memberikan gaji pokok diatas kebutuhan hidup minimum atau diatas upah minimum regional, serta tunjangan lain kepada dosen dan tenaga kependidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(7) Menteri dapat menempatkan dosen yang diangkat oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) di perguruan tinggi untuk peningkatan mutu pendidikan tinggi.

(8) Menteri memberikan insentif kepada dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (7). (9) PTN dapat mengangkat dosen tetap sesuai dengan SNPT atas persetujuan Menteri.

Page 62: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

62

(10) Menteri memberikan gaji kepada dosen tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (9). (11) Menteri memberikan tunjangan profesi dan/atau tunjangan kehormatan kepada dosen sebagaimana

dimaksud pada ayat (9) sesuai peraturan perundang-undangan. (12) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan dosen tetap atau dosen sementara sebagaimana diatur

pada ayat (7), pemberian insentif kepada dosen sebagaimana diatur pada ayat (8), pengangkatan dosen tetap pada PTN sebagaimana dimaksud pada ayat (9), dan pemberian gaji kepada dosen tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (10) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12 Pk 15.37

Catatan: Rumusan mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi dan pasal terkait pending dirumuskan oleh timus.

Paragraf 2 Jenjang Jabatan Akademik

Pasal 86

(1) Jenjang jabatan akademik dosen tetap terdiri atas: asisten ahli, lektor, lektor kepala, dan profesor. (2) Jenjang jabatan akademik dosen tidak tetap diatur dan ditetapkan oleh penyelenggara perguruan tinggi

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Peningkatan ke jenjang jabatan akademik yang lebih tinggi hanya dapat dilakukan oleh dosen yang

memiliki jenjang jabatan akademik asisten ahli dan lektor atas bimbingan dosen yang memiliki jabatan akademik lektor kepala atau profesor.

(4) Dosen yang telah memiliki pengalaman kerja dua tahun dan telah memiliki jabatan akademik asisten ahli serta telah membuat buku ajar atau buku teks yang diterbitkan oleh perguruan tinggi sebagai sumber belajar pada setiap mata kuliah yang diampunya, dapat dinyatakan lulus sertifikasi oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh Pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan.

(5) Dosen yang telah memiliki pengalaman kerja 10 (sepuluh) tahun sebagai dosen tetap dan memiliki publikasi ilmiah serta telah lulus program doktor atau yang sederajat, dan telah memenuhi persyaratan dapat diusulkan ke jenjang jabatan akademik profesor.

(6) Pemerintah memberikan tunjangan profesi dan tunjangan kehormatan kepada profesor yang mampu dan aktif menulis buku dan karya ilmiah sampai usia 70 tahun sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 15.45

Page 63: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

63

Catatan: Disetujui tetap dengan catatan ayat (3) bahasanya dirumuskan kembali oleh timus.

Bagian Keenam Kemahasiswaan

Paragraf 1

Penerimaan Mahasiswa Baru

Pasal 87 (1) Penerimaan mahasiswa baru PTN untuk setiap program studi dapat dilakukan melalui pola penerimaan

mahasiswa secara nasional atau bentuk lain. (2) Pemerintah menanggung biaya kepada calon mahasiswa yang akan mengikuti pola penerimaan

mahasiswa baru secara nasional. (3) Calon mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) yang telah memenuhi

persyaratan akademik wajib diterima oleh Perguruan Tinggi. (4) Perguruan tinggi menjaga keseimbangan antara jumlah maksimum mahasiswa dalam setiap program

studi dan kapasitas sarana dan prasarana, dosen dan tenaga kependidikan, serta layanan dan sumber daya pendidikan lainnya.

(5) Penerimaan mahasiswa baru PTS untuk setiap program studi diatur oleh masing-masing PTS atau dapat mengikuti pola penerimaan mahasiswa baru PTS dengan mengikuti pola penerimaan mahasiswa baru PTN secara nasional.

(6) Penerimaan mahasiswa baru merupakan seleksi akademis dan dilarang dikaitkan dengan tujuan komersial.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerimaan mahasiswa PTN diatur dalam Peraturan Menteri. DISETUJUI PANJA 16/03/12

Pk 16.51 Catatan: 1. F-PPP dan F-PKS catatan untuk ayat (1) tetap dengan catatan frasa “bentuk lain” dihapus, namun

boleh tetap ada asal ada penjelasannya. 2. Ayat (2) menghapus frasa “memberi bantuan” dan frasa “tetapi mereka tidak mampu secara

ekonomi” dan menambahkan frasa “menanggung biaya” sehingga rumusan menjadi “Pemerintah menanggung biaya kepada calon mahasiswa yang akan mengikuti pola penerimaan mahasiswa baru secara nasional.”

Comment [SAKURA10]: Ni berarti gratis atau Cuma subsidi ya??

Page 64: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

64

3. Ayat (3) tetap. 4. Ayat (4) ditambahkan rumusan ayat baru:

“Perguruan tinggi menjaga keseimbangan antara jumlah maksimum mahasiswa dalam setiap program studi dan kapasitas sarana dan prasarana, dosen dan tenaga kependidikan, serta layanan dan sumber daya pendidikan lainnya.”

5. Ayat (5) “Penerimaan mahasiswa baru PTS untuk setiap program studi diatur oleh masing-masing PTS atau dapat mengikuti pola penerimaan mahasiswa baru PTS dengan mengikuti pola penerimaan mahasiswa baru PTN secara nasional.” yang ada dihapus catatan untuk Timus ada rumusan jasa pendidikan tinggi bukan komersial, namun dalam bentuk nirlaba.

6. Usulan rumusan baru ayat (5). “Penerimaan mahasiswa baru merupakan seleksi akademis dan dilarang dikaitkan dengan tujuan komersial.” namun disempurnakan bahasanya oleh Timus.

Pasal 88 (1) Warga negara lain dapat diterima menjadi mahasiswa pada Perguruan Tinggi. (2) Penerimaan mahasiswa yang berasal dari warga negara lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus memenuhi persyaratan: a. kualifikasi akademik; b. program studi; c. jumlah mahasiswa; dan d. lokasi perguruan tinggi.

(3) Ketentuan mengenai persyaratan penerimaan mahasiswa warga negara lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 16.57

Catatan untuk ayat (2) substansi disetujui bahasanya disempurnakan oleh Timus.

Pasal 89 (1) PTN wajib mencari dan menjaring calon mahasiswa yang memiliki potensi akademik tinggi, tetapi

kurang mampu secara ekonomi, untuk diterima paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari seluruh mahasiswa baru yang diterima dan tersebar pada semua program studi.

(2) Program studi menerima calon mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 5% (lima persen) dari jumlah seluruh mahasiswa baru yang diterima pada program studi yang bersangkutan.

(3) Program studi yang menerima calon mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

Comment [SAKURA11]: ‘tapi’ diganti ‘dan’

Comment [SAKURA12]: pending

Page 65: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

65

memperoleh bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, dan/atau masyarakat.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 17.21

Catatan: Rumusan Pasal 89 digabung ke dalam Pasal 87 atau menjadi Pasal 88 dengan catatan rumusan pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) disempurnakan oleh Timus.

Paragraf 2 Pemenuhan Hak Mahasiswa

Pasal 90

(1) Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau perguruan tinggi berkewajiban memenuhi hak mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi agar dapat menyelesaikan studinya sesuai peraturan akademik.

(2) Pemenuhan hak mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara: a. memberikan beasiswa kepada mahasiswa berprestasi; b. memberikan bantuan atau membebaskan biaya pendidikan kepada mahasiswa yang tidak mampu

secara ekonomi; atau c. memberikan dan/atau mengusahakan pinjaman dana kepada mahasiswa;

(3) Pinjaman dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diberikan tanpa bunga. atau dengan bunga paling tinggi 50% dari suku bunga Bank Indonesia.

(4) Pinjaman dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c wajib dilunasi oleh mahasiswa setelah lulus dan/atau memperoleh pekerjaan.

(5) Perguruan tinggi atau penyelenggara perguruan tinggi menerima pembayaran yang ikut ditanggung oleh mahasiswa untuk membiayai studinya sesuai dengan kemampuan mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak yang menanggungnya.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemenuhan hak mahasiswa baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri Pemerintah.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 20.14

Catatan: Ayat (1), Ayat (2), Ayat (4) dan Ayat (5) tetap. Rumusan Ayat (3) “Pinjaman dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diberikan tanpa bunga. atau dengan bunga paling tinggi 50% dari suku bunga Bank Indonesia.” di rubah menjadi

Comment [SAKURA13]: Kenapa ga peraturan menteri???

Page 66: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

66

“Pinjaman dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diberikan tanpa bunga.” Ayat (6) frasa “Peraturan Menteri” menjadi “Peraturan Pemerintah” dan kata “baru” dihapus.

Paragraf 3 Organisasi Kemahasiswaan

Pasal 91

(1) Mahasiswa dapat membentuk organisasi kemahasiswaan yang diselenggarakan oleh, dari, dan untuk mahasiswa.

(2) Organisasi kemahasiswaan berfungsi: a. mewadahi kegiatan mahasiswa dalam mengembangkan bakat, minat, dan potensi mahasiswa; b. mengembangkan kreatifitas, kepekaan, daya kritis, keberanian, dan kepemimpinan serta rasa

kebangsaan mahasiswa; dan c. memenuhi kepentingan dan kesejahteraan mahasiswa.

(3) Organisasi mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan organisasi intra perguruan tinggi.

(4) Pengurus organisasi kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari, oleh, dan untuk mahasiswa.

(5) Perguruan tinggi wajib menyediakan sarana dan prasarana serta dana untuk mendukung kegiatan organisasi kemahasiswaan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemenuhan hak mahasiswa baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi kemahasiswaan diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi Kemahasiswaan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi kemahasiswaan diatur oleh Perguruan Tinggi. . DISETUJUI PANJA 16/03/12

Pk 20.30 Catatan: Ayat (1), Ayat (3), Ayat (4) tetap. Ayat (2) huruf b: menambahkan frasa “serta kebangsaan”. Ayat (5) kata “wajib” dihapus. Ayat (6) dihapus dan diganti dengan rumusan: “Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi kemahasiswaan diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi Kemahasiswaan.” menjadi “Ketentuan lebih lanjut mengenai

Comment [SAKURA14]: Kesejahteraan dari segi apa???

Comment [SAKURA15]: Redaksi harap diganti karena efisiensiny rendah

Page 67: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

67

organisasi kemahasiswaan diatur oleh Perguruan Tinggi.”

Bagian Ketujuh Akuntabilitas dan Evaluasi Perguruan Tinggi

Pasal 92

(1) Evaluasi dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas atau pertanggung jawab perguruan tinggi kepada masyarakat.

(2) Akuntabilitas perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bentuk pertanggung jawab perguruan tinggi kepada masyarakat, terdiri atas: a. akuntabilitas akademik; dan b. akuntabilitas nonakademik.

(3) Akuntabilitas perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib diwujudkan melalui keseimbangan antara jumlah maksimum mahasiswa dalam setiap program studi dan kapasitas sarana dan prasarana, dosen dan tenaga kependidikan, serta layanan dan sumber daya pendidikan lainnya, sesuai dengan standar nasional pendidikan tinggi.

(4) Akuntabilitas perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui sistem pelaporan tahunan.

(5) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dipublikasikan kepada masyarakat. (6) Sistem pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam statuta sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12

Pk 20.30

Catatan: Pasal 92-97 dipending sebab termasuk pasal terkait pending dirumuskan oleh timus mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi. Catatan: 1. Pasal 92 perlu ditata ulang oleh timus 2. Judul paragraf dirubah menjadi “Akuntabilitas dan evaluasi”. 3. Harus ditata ulang pasalnya, karena ada evaluasi ada akuntabilitas. 4. Evaluasi tidak terkait langsung dengan akuntabilitas dalam pasal ini sebab akuntabilitas terkait

dengan keuangan dll 5. Evaluasi sebenarnya cocok digandengan dengan akreditasi sehingga perlu disingkronkan oleh

Timus.

Page 68: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

68

Pasal 93 (1) Laporan tahunan perguruan tinggi terdiri atas:

a. laporan bidang akademik; dan b. laporan bidang nonakademik.

(2) Laporan bidang akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas laporan penyelenggaraan: a. pendidikan; b. penelitian; dan c. pengabdian kepada masyarakat.

(3) Laporan bidang nonakademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas laporan: a. manajemen; dan b. keuangan.

(4) Laporan tahunan PTN disampaikan kepada Menteri. DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12

Pk 20.30

Catatan: Pasal 92-97 dipending sebab termasuk pasal terkait pending dirumuskan oleh timus mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi.

Pasal 94 (1) Evaluasi PTN yang dikelola secara otonom dilaksanakan melalui rapat pleno majelis pemangku

kepentingan. (2) Evaluasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan laporan

keuangan tahunan yang sudah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan atau kantor akuntan publik yang diakui oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

(3) Laporan keuangan tahunan PTN yang dikelola secara otonom diumumkan kepada masyarakat dan disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku.

(4) Administrasi dan laporan keuangan tahunan PTN yang dikelola secara otonom merupakan tanggung jawab pimpinan perguruan tinggi.

DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12 Pk 20.30

Catatan: Pasal 92-97 dipending sebab termasuk pasal terkait pending dirumuskan oleh timus mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi.

Page 69: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

69

Pasal 95 (1) Evaluasi PTN yang dikelola secara semi-otonom dilaksanakan oleh Menteri. (2) Evaluasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan laporan

keuangan tahunan yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan atau kantor akuntan publik yang diakui oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

(3) Laporan keuangan tahunan PTN yang dikelola secara semi-otonom sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

(4) Penyusunan laporan keuangan tahunan dan audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan atau kantor akuntan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan yang merupakan pengecualian ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.

DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12 Pk 20.30

Catatan: Pasal 92-97 dipending sebab termasuk pasal terkait pending dirumuskan oleh timus mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi.

Pasal 96 (1) Evaluasi PTN yang dikelola secara otonom terbatas dilaksanakan oleh Menteri. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap laporan keuangan tahunan PTN

yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan. (3) Laporan keuangan tahunan PTN yang dikelola secara otonom terbatas sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku bagi instansi pemerintah. DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12

Pk 20.30

Catatan: Pasal 92-97 dipending sebab termasuk pasal terkait pending dirumuskan oleh timus mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi.

Pasal 97 (1) Evaluasi PTS dilaksanakan dan diatur oleh badan penyelenggara. (2) PTS otonom wajib membuat laporan tahunan bidang akademik dan diumumkan kepada masyarakat. (3) PTS otonom wajib membuat laporan tahunan keuangan dan diaudit yang diatur oleh badan

penyelenggara. (4) Laporan tahunan akademik PTS disampaikan kepada Menteri.

Page 70: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

70

DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12 Pk 20.30

Catatan: Pasal 92-97 dipending sebab termasuk pasal terkait pending dirumuskan oleh timus mengenai status tata kelola Perguruan Tinggi.

Bagian Kedelapan Pengembangan Perguruan Tinggi

Paragraf 1

Umum

Pasal 98 (1) Pemerintah mendorong dan memfasilitasi kerja sama antar Perguruan Tinggi dan antara Perguruan

Tinggi dengan dunia usaha, industri, alumni, pemerintah daerah, dan/atau pihak lain. (2) Pemerintah mengembangkan sistem pengelolaan informasi pendidikan tinggi. (3) Pemerintah mengembangkan sistem pembinaan berjenjang melalui kerjasama antar perguruan tinggi. (4) Pemerintah mengembangkan jejaring antar-perguruan tinggi dengan memanfaatkan teknologi

informasi. DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12

Pk 20.39

Paragraf 2 Pola Pengembangan Perguruan Tinggi

Pasal 99

(1) Pemerintah mengembangkan secara bertahap pusat unggulan pada perguruan tinggi. (2) Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12 Pk 20.40

Pasal 100 (1) Pemerintah mengembangkan perguruan tinggi untuk menjadi perguruan tinggi riset yang bertaraf

internasional. (2) Perguruan tinggi riset sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat:

a. paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) pembiayaan operasional berasal dari kegiatan riset, kerja

Comment [SAKURA16]: What’s the meaning????????

Page 71: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

71

sama industri, dan hak kekayaan intelektual; dan b. telah melampaui pencapaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT).

(3) Perguruan tinggi riset sebagaimana dimaksud pada ayat (1): a. melaksanakan tugas utama riset dan inovasi sesuai kebutuhan pembangunan nasional; dan/atau b. menghasilkan doktor paling sedikit 50 (lima puluh) orang setiap tahun.

(4) Perguruan tinggi riset sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan Menteri. DISETUJUI DIHAPUS PANJA 16/03/12

Pk 20.44

Pasal 101 (1) Pemerintah mengembangkan paling sedikit 1 (satu) PTN berbentuk universitas, institut, dan/atau,

politeknik di setiap provinsi dan/atau di daerah perbatasan. (2) PTN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berbasis tridharma sesuai dengan unggulan

potensi daerah untuk mendukung kebutuhan pembangunan nasional. DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12

Pk 20.45

Pasal 102 (1) Pemerintah bersama pemerintah daerah mengembangkan secara bertahap paling sedikit 1 (satu)

akademi komunitas dalam bidang yang sesuai dengan unggulan potensi daerah di kabupaten/kota dan /atau di daerah perbatasan.

(2) Akademi Komunitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berbasis kebutuhan daerah untuk mempercepat kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 20.48

Catatan: Ayat (1) tetap. Ayat (2) disesuaikan dengan keputusan sebelumnya mengenai akademi komunitas.

Pasal 103 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan perguruan tinggi sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 98 sampai dengan Pasal 102 diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12 Pk 20.51

BAB V PENDANAAN DAN PEMBIAYAAN

Page 72: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

72

Bagian Kesatu Tanggung Jawab dan Sumber Pendanaan

Pendidikan Tinggi

Pasal 104 (1) Pemerintah bertanggungjawab dalam pendanaan pendidikan tinggi yang dialokasikan dalam APBN. (2) Pemerintah daerah dapat memberi dukungan dalam pendanaan pendidikan tinggi yang dialokasikan

dalam APBD. (3) Masyarakat dapat berperan serta dalam pendanaan pendidikan tinggi. (4) Pendanaan pendidikan tinggi yang diperoleh dari peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) dapat diberikan kepada Perguruan Tinggi dalam bentuk: a. hibah; b. wakaf; c. zakat; d. sumbangan individu dan/atau perusahaan; e. dana abadi pendidikan tinggi; dan f. bentuk lain sesuai peraturan perundang-undangan.

(5) Perguruan Tinggi dapat berperan serta dalam pendanaan pendidikan tinggi melalui kerjasama pelaksanaan tridharma.

(6) Pendanaan pendidikan tinggi selain yang bersumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (5) dapat juga bersumber dari biaya pendidikan yang ditanggung oleh mahasiswa sesuai dengan kemampuan, orang tua, atau pihak lain yang membiayainya.

(7) Menteri membentuk lembaga yang menghimpun dan mengelola dana abadi pendidikan tinggi yang bersumber dari APBN dan APBD peran serta masyarakat untuk membantu memenuhi hak mahasiswa dan pelaksanaan tridharma.

(8) Dana pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (5), dan ayat (6) diinformasikan dilaporkan kepada Menteri untuk keperluan pendataan dan pengembangan.

(9) Dana pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), (4), dan (5) untuk PTN yang berstatus otonomi terbatas dan semi otonom dicatat sebagai PNBP yang langsung dapat digunakan oleh perguruan tinggi.

(10) Penerimaan dan penggunaan dana pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaporkan setiap enam bulan sekali akhir tahun anggaran.

Page 73: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

73

(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 21.20

Catatan: Ayat (1) tetap Ayat (2) tetap Ayat (3) tetap Ayat (4) tetap Ayat (5) tetap Ayat (6) tetap Ayat (7) Pending Catatan untuk ayat (7) masukan dari kemenkeu: 1. lembaga sudah ada di kemenkeu, kemdikbud, dan kemenag. (diusulkan di pending karena harus

dikonfirmasi terlebih dahulu). 2. Implikasi dari pengaturan ayat ini maka Perguruan Tinggi tidak dapat menerima dana dari

masyarakat karena akan diatur oleh kemdikbud. Catatan: Frasa “Peran Masyarakat” di hapus. Ayat (8) perubahan “diinformasikan” menjadi “dilaporkan.”. Ayat (9) Ayat (10) dan Ayat (11) Pending. Catatan: Ditimuskan karena berkaitan dengan status tata kelola Perguruan Tinggi dengan catatan “dilaporkan setiap 6 bulan sekali” bukan “setahun sekali”.

Pasal 105 (1) Pemerintah mendorong dunia usaha dan dunia industri agar secara aktif memberikan bantuan dana

kepada perguruan tinggi. (2) Pemerintah memberikan insentif kepada dunia usaha dan dunia industri atau anggota masyarakat yang

memberikan bantuan atau sumbangan untuk penyelenggaraan pendidikan tinggi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pemerintah memberikan keringanan dalam bentuk pengurangan dan/atau penghapusan pajak tertentu kepada perguruan tinggi.

Page 74: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

74

(4) Pemerintah memfasilitasi terbentuknya lembaga pengelolaan keuangan masyarakat untuk menghimpun dana bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa.

(5) Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan hak khusus pengelolaan aset negara kepada PTN dengan status pengelolaan otonom yang memenuhi persyaratan.

(6) Ketentuan mengenai pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan pemberian keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) serta hak khusus pengelolaan aset negara oleh PTN dengan status pengelolaan otonom sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 21.40

Catatan: Ayat (1) Tetap. Ayat (2) Tetap. Ayat (3) Tetap. Ayat (4) Tetap. frasa “keuangan”. Ayat (5) dipending ke timus sesuai tata kelola Perguraun Tinggi. Ayat (6) dipending ke timus sesuai tata kelola Perguraun Tinggi.

Bagian Kedua Pembiayaan dan Pengalokasian

Pasal 106

Dana pendidikan tinggi sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 104 dialokasikan dan digunakan oleh perguruan tinggi untuk menyelenggarakan kegiatan akademik dan non akademik.

DISETUJUI DIHAPUS PANJA 16/03/12

Pk 21.41

Pasal 107 (1) Pemerintah menetapkan standar satuan biaya operasional pendidikan tinggi secara periodik

berdasarkan: a. standar nasional pendidikan tinggi; b. jenis program studi; dan c. indeks kemahalan wilayah perguruan tinggi.

(2) Standar satuan biaya operasional pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi

Comment [SAKURA17]: Aturan perhitungan???

Page 75: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

75

dasar untuk mengalokasikan anggaran dalam APBN kepada PTN perguruan tinggi. (3) Standar satuan biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar oleh

PTN perguruan tinggi untuk menetapkan biaya yang ditanggung oleh mahasiswa. (4) Biaya yang ditanggung oleh seluruh mahasiswa PTN sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai

kemampuannya dan tidak membebani perguruan tinggi. (5) Penetapan biaya pendidikan tinggi yang ditanggung oleh mahasiswa sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) harus dengan persetujuan Menteri. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar satuan biaya operasional pendidikan tinggi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri. DISETUJUI PANJA 16/03/12

Pk 22.37 Catatan: Ayat (1) frasa “dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia” dihapus. Catatan: Perlu penjelasan tentang “satuan biaya operasional pendidikan” walaupun sudah diatur PP 48 Tahun 2008. Ayat (2) Tetap. Catatan: Hal ini hanya untuk PTN jadi semua frasa “perguruan tinggi” menjadi “PTN”. Ayat (3) Tetap. Ayat (4) ada penambahan kata “PTN” sesudah kata operasional. Kata frasa “paling banyak 1/3 (satu pertiga)” diganti dengan frasa “sesuai kemampuannya” sesuai dengan keputusan sebelumnya. Ayat (5) di pending ke timus. Usulan Rumusan: “Penetapan biaya pendidikan tinggi yang ditanggung oleh mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dengan persetujuan Menteri.” menjadi “Penetapan biaya pendidikan tinggi yang ditanggung oleh mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan.” Catatan: Kemenkeu belum menyetujui rumusan jika dengan persetujuan Menteri, sebaiknya diatur dengan

Comment [SAKURA18]: Penentuan pembiayaan bgmn??

Page 76: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

76

peraturan perundang-undangan. (sudah diatur dalam UU Keuangan Negara di rezim kemenkeu). Contoh: UU No. 44 tentang Rumah Sakit (tarif dari pasien bukan PNBP, saat ini akan menjadi temuan BPK karena tidak sesuai dengan UU Keuangan Negara) sehingga dikhawatirkan implementasi dari RUU DIKTI akan mengalami nasib sama. Catatan: RUU DIKTI (lekspesialis) terhadap UU PNBP dan UU Keuangan Negara!. Catatan: Dalam RUU DIKTI Dana Mahasiswa hanya dicatat dan dapat digunakan langsung oleh Perguruan Tinggi. Ayat (6) Tetap.

Pasal 108 (1) Dana pendidikan tinggi yang bersumber dari APBN dan/atau APBD sebagaimana ketentuan yang

diatur dalam Pasal 104 ayat (1) dan ayat (2) dialokasikan kepada: a. PTN untuk membiayai investasi, operasional, dan pengembangan; b. PTS untuk membantu biaya investasi, biaya operasional, dan biaya pengembangan; c. Mahasiswa sebagai dukungan biaya untuk mengikuti pendidikan tinggi.

(2) Pemerintah mengalokasikan dana penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi sekurang-kurangnya 2,5 % dari anggaran fungsi pendidikan dalam APBN.

(3) Dana penelitian dan pengabdian masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola oleh Kementerian.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 23.05

Catatan: Ayat 1 tetap Ayat 2 dipending karena harus didiskusikan kembali. Ayat 3 pending. Catatan: Pasal ini penting sebab: 1. Minimnya dana penelitian. 2. Penelitian dalam pasal ini tidak hanya masalah penelitian pendidikan namun juga penelitian

Page 77: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

77

tentang permasalahan strategis bangsa. 3. Penelitian mendukung untuk pengambilan kebijakan strategis bangsa. 4. Dana 2.5 % dari dana fungsi pendidikan masih sangat kecil untuk anggaran penelitian. 5. Dana 2.5% dari dana fungsi pendidikan menjadi dirasa tidak adil karena akan di ambil dari dana

pendidikan lainnya yaitu dari PAUD – Pendidikan Menengah.

Pasal 109 (1) Anggaran PTN untuk membiayai investasi, operasional, dan pengembangan sebagaimana ketentuan

yang diatur dalam Pasal 108 ayat (1) huruf a, dialokasikan oleh Pemerintah dalam APBN dan Pemerintah Daerah dalam APBD berdasarkan status pengelolaan perguruan tinggi.

(2) Untuk PTN otonom terbatas dan semi otonom, anggaran pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam anggaran Kementerian menurut jenis belanja berikut: a. belanja pegawai; b. belanja barang; c. belanja modal; dan d. jenis belanja lain sesuai peraturan perundang-undangan.

(3) Untuk PTN otonom, anggaran pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam anggaran Kementerian untuk melaksanakan fungsi dan tugas dalam lingkup tanggung-jawabnya menurut jenis belanja berikut: a. hibah perguruan tinggi; b. subsidi pendidikan tinggi; c. bantuan sosial pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi; dan d. bentuk-bentuk belanja lain yang sah berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(4) Anggaran pendidikan tinggi dari APBN untuk PTN dengan status pengelolaan otonom sebagaimana dimaksud dengan ayat (3) dialokasikan Pemerintah untuk menjamin pemenuhan hak mahasiswa sebagaimana ketentuan dalam Pasal 89 pada ayat (3) dan dalam Pasal 90.

DISETUJUI PENDING PANJA 16/03/12 Pk 23.06

Catatan: Pasal ini pending sebab masih terkait dengan tata kelola Perguruan Tinggi.

Pasal 110 (1) Alokasi anggaran PTS untuk membantu biaya investasi, biaya operasional, dan biaya pengembangan

sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 108 pada ayat (1) huruf b, dialokasikan oleh Pemerintah dalam APBN dalam bentuk hibah dan/atau bantuan program kegiatan pendidikan,

Page 78: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

78

penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat. (2) Selain bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PTS dapat memperoleh bantuan tenaga dosen

yang diangkat oleh Pemerintah. DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12

Pk 23.07

Pasal 111 (1) Alokasi anggaran untuk mahasiswa sebagaimana ketentuan yang di atur dalam Pasal 108 ayat (1)

huruf c dapat diberikan dalam bentuk: a. beasiswa; b. bantuan biaya pendidikan; dan/atau c. pinjaman dana pendidikan.

(2) Ketentuan mengenai pemberian beasiswa, bantuan biaya pendidikan, dan/atau pinjaman dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12 Pk 23.12

Pasal 112 (1) Dana pendidikan tinggi yang bersumber dari pemerintah daerah dalam APBD sebagaimana ketentuan

yang diatur dalam Pasal 104 ayat (2) merupakan bantuan dana yang disediakan untuk penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh perguruan tinggi di daerah masing-masing.

(2) Bantuan dana untuk pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan kepada perguruan tinggi menurut jenis belanja: a. hibah; b. bantuan sosial;dan c. bentuk-bentuk bantuan dana lain yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

DISETUJUI TETAP PANJA 16/03/12 Pk 23.14

Pasal 113 (1) PTN berkewajiban mengalokasikan bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa baru yang memiliki

potensi akademik tinggi, tetapi kurang mampu secara ekonomi, paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah mahasiswa.

(2) Perguruan Tinggi dapat menetapkan cara pembayaran mahasiswa berdasarkan satuan kredit semester yang diprogramkan dalam setiap semester, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 107.

Page 79: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

79

DISETUJUI DIHAPUS PANJA 16/03/12 Pk 23.15

BAB VI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN NEGARA LAIN

Pasal 114

(1) Perguruan Tinggi di negara lain dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terakreditasi dan/atau diakui dinegaranya.

(3) Penyelenggara pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan: a. melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi Indonesia; atas izin Pemerintah atau badan

penyelenggara; dan b. mengangkat dosen dan tenaga kependidikan warga negara Indonesia.

(4) Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengembangkan ilmu-ilmu dasar di Indonesia.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh negara lain diatur dalam Peraturan Menteri.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 23.48

Catatan: Judul BAB ditambahkan kata “pendidikan” sehingga menjadi: “PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN NEGARA LAIN” Ayat (1) tetap. Ayat (2) frasa “telah terakreditasi dinegaranya” diganti dengan frasa “telah terakreditasi dan/atau diakui dinegaranya”. Catatan: perlu ada tambahan Perguruan Tingginya harus yang telah memiliki reputasi internasional atau pengakuan internasional, telah terakreditasi. Ayat (3) huruf a frasa “ dan badan penyelenggara” dihapus. Ayat (4) perumusannya diperbaiki kembali oleh timus. Ayat (5) tetap.

Page 80: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

80

Catatan: Pasal 114 tempatnya perlu disesuaikan dan sebaiknya digabung dengan Pasal 59 (lihat ayat (4)) tentang Kerjasama Internasional dan diserahkan ke timus. Catatan: Sebaiknya Pasal ini tidak disatukan dengan kerjasama karena ini kaitananya dengan penyelenggaraan Perguruan Tinggi bukan Pendidikan tinggi. Hal ini terpisah karena di awal umum mengenai pendidikan tinggi sedangkan yang ini khusus perguruan tinggi. Maka dari itu keputusannya adalah BAB ini tetap berdiri sendiri, judulnya di tambah lembaga “pendidikan” negara lain. Catatan Maret 2012: (6) Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengembangkan ilmu-ilmu dasar dan

mendukung kepentingan nasional. Ayat (5): rumusan diubah menjadi negara lain menjadi “lembaga negara lain” (sesuai Bab18 UU Sisdiknas)

BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 115

(1) Masyarakat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan tinggi. (2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan antara lain dengan cara:

a. ikut menentukan kompetensi lulusan melalui organisasi profesi atau organisasi pelaku usaha; b. memberikan beasiswa dan/atau bantuan pendidikan kepada mahasiswa; c. ikut memberi sumbangan melalui lembaga yang menghimpun dan mengelola dana abadi pendidikan

tinggi yang dibentuk Menteri. d. turut serta dalam mengawasi dan menjaga mutu pendidikan tinggi melalui organisasi profesi atau

lembaga swadaya masyarakat; e. menyelenggarakan PTS bermutu; f. berpartisipasi dalam lembaga semi-Pemerintah yang dibentuk oleh Menteri; g. berpartisipasi sebagai sponsor dalam kegiatan akademik dan kegiatan sosial sivitas akademika; h. berpartisipasi dalam pengembangan karakter, minat, dan bakat mahasiswa; i. menyediakan tempat magang dan praktik bagi mahasiswa;

Page 81: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

81

j. memberikan berbagai bantuan melalui tanggung jawab sosial perusahaan; k. mendukung kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; dan l. berbagi sumberdaya untuk pelaksanaan tridharma.

DISETUJUI PANJA 16/03/12 Pk 23.51

Catatan: Ayat (1) tetap Ayat (2) Huruf c frasa “ikut memberi sumbangan melalui lembaga yang menghimpun dan mengelola dana abadi pendidikan tinggi yang dibentuk Menteri.”perlu dihapus sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.

BAB VIII KETENTUAN PIDANA

Pasal 115B

Perseorangan, organisasi atau penyelenggara pendidikan tinggi yang melanggar Pasal 31 ayat (1), Pasal 70 ayat (1), Pasal 114 ayat (3) dipidana dengan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

DISETUJUI DIPENDING HINGGA DRAF RUU DIKTI SELESAI PANJA 17/03/12 Pk 24.01

Pasal 116 (1) Setiap orang yang menyelenggarakan Pendidikan Tinggi tanpa memperoleh izin pendirian dari

Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Pendiri Perguruan Tinggi yang tidak menutup perguruan tingginya setelah izin pendiriannya dicabut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

DISETUJUI DIPENDING HINGGA DRAF RUU DIKTI SELESAI PANJA 17/03/12 Pk 24.01

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 117

Page 82: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

82

(1) Pada saat Undang-Undang ini berlaku, izin pendirian Perguruan Tinggi yang sudah diterbitkan dinyatakan tetap berlaku.

(2) Perguruan Tinggi harus menyesuaikan tata kelolanya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

DISETUJUI DIPENDING HINGGA DRAF RUU DIKTI SELESAI PANJA 17/03/12 Pk 24.01

BAB X KETENTUAN PENUTUP

Pasal 118

(1) Semua peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk melaksanakan Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

(2) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

DISETUJUI DIPENDING HINGGA DRAF RUU DIKTI SELESAI PANJA 17/03/12 Pk 24.01

Pasal 119 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta Pada tanggal ….

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd Dr.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Page 83: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

83

Diundangkan di Jakarta Pada tanggal …. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SJAMSUDDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN .... NOMOR …

Page 84: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

84

Page 85: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

85

PENJELASAN ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN 2012

TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

I. UMUM

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki tujuan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu “…melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial...” berdasarkan Pancasila. Untuk mewujudkan tujuan tersebut Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Selain itu pada Pasal 31 ayat (3) mengamanahkan agar Pemerintah memanjukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, negara telah memberikan kerangka yang jelas kepada Pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan nasional yang sesuai dengan amanat Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Meskipun demikian masih memerlukan pengaturan agar pendidikan tinggi dapat lebih berfungsi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk pemberdayaan dan pembudayaan bangsa. Penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penyelenggaraan pendidikan nasional, tidak dapat dilepaskan dari amanat Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di samping itu, dalam rangka menghadapi perkembangan dunia yang makin mengutamakan basis ilmu pengetahuan, pendidikan tinggi diharapkan mampu menjalankan peran strategis dalam memajukan peradaban dan kesejahteraan umat manusia. Pada tataran praksis bangsa Indonesia juga tidak terlepas dari persaingan antarbangsa di satu pihak dan kemitraan dengan bangsa lain di pihak lain. Oleh karena itu, untuk meningkatkan daya saing bangsa dan daya mitra bangsa Indonesia dalam era globalisasi, diperlukan pendidikan tinggi yang mampu mewujudkan dharma pendidikan, yaitu menghasilkan intelektual, ilmuwan dan/atau profesionalis yang berbudaya, kreatif, toleran, demokratis, dan berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran demi kepentingan bangsa dan umat manusia. Dalam rangka mewujudkan dharma penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, diperlukan

Page 86: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

86

pendidikan tinggi yang mampu menghasilkan karya penelitian dalam cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diabdikan bagi kemaslahatan bangsa, negara, dan umat manusia. Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tinggi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, harus memiliki otonomi dalam mengelola sendiri lembaganya. Hal itu diperlukan agar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Perguruan Tinggi berlaku kebebasan akademik dan mimbar akademik, serta otonomi keilmuan. Dengan demikian perguruan tinggi dapat mengembangkan budaya akademik bagi sivitas akademika yang berfungsi sebagai komunitas ilmiah yang berwibawa dan mampu melakukan interaksi yang mengangkat martabat Indonesia dalam pergaulan internasional. Perguruan tinggi sebagai garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteran umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3

Huruf a Yang dimaksud dengan "asas kebenaran ilmiah" adalah bahwa dalam mencari, menemukan, mendiseminasikan serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan kegiatan inti dari Pendidikan Tinggi, dipertemukan antara kebenaran koheren yang menghasilkan hipotesis untuk diverifikasi dengan empirik yang diperoleh melalui kebenaran koresponden.

Huruf b Yang dimaksud dengan “asas penalaran” adalah bahwa dalam mencari, menemukan, mendiseminasikan kebenaran ilmiah pendidikan tinggi

mengutamakan kegiatan berfikir dan pengetahuan intelektual sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk yang berakal. Huruf c Yang dimaksud dengan “asas kejujuran” adalah bahwa pendidikan tinggi yang mengutamakan moral akademik dosen dan mahasiswa untuk senantiasa

mengemukakan data dan informasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana adanya tanpa direkayasa, disembunyikan, atau ditutupi demi melindungi kepentingan individu atau kelompok.

Page 87: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

87

Huruf d Yang dimaksud “asas keadilan” adalah bahwa pendidikan tinggi menyediakan akses terbuka bagi semua warga negara Indonesia dan menyediakan

akses kepada calon mahasiswa warga negara Indonesia dan memberikan layanan pendidikan tinggi kepada mahasiswa, tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras, dan antar golongan, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi serta aliran politik.

Huruf e Yang dimaksud dengan “asas manfaat” dalah bahwa pendidikan tinggi selalu berorientasi untuk kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia. Huruf f Yang dimaksud dengan "asas kebajikan" adalah bahwa pendidikan tinggi harus mendatangkan kebaikan, keselamatan dan kesejahteraan dalam

kehidupan sivitas akademika, masyarakat, bangsa dan negara. Huruf g Yang dimaksud dengan "asas tanggung jawab" adalah dalah bahwa sivitas akademika melaksanakan tridharma serta mewujudkan kebebasan akademik,

kebebasan mimbar akademik dan/atau otonomi keilmuan, dengan menjunjung tinggi nilia-nilai agama dan persatuan bangsa serta peraturan perundang-undangan.

Huruf h

Yang dimaksud dengan "asas kebhinnekaan" adalah bahwa pendidikan tinggi diselenggarakan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi, jenis dan program pendidikan serta metode pembelajaran dan penelitian yang beragam dengan memperhatikan dan menghormati kemajemukan masyarakat Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

Huruf i

Yang dimaksud dengan “asas keterjangkauan” adalah bahwa pendidikan tinggi diselenggarakan dengan menetapkan biaya pendidikan yang ditanggung oleh mahasiswa sesuai dengan kemampuan ekonominya, orang tua atau pihak yang menanggungnya, sehingga warga negara yang memiliki potensi dan kemampuan akademik dapat memperoleh pendidikan tinggi tanpa hambatan ekonomi.

Pasal 4 Cukup jelas.

Pasal 5

Huruf a

Page 88: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

88

Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Karya penelitian antara lain berupa invensi dan inovasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu meningkatkan taraf hidup untuk menjadi bangsa yang maju.

Pasal 6 Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h

Page 89: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

89

Yang dimaksud dengan “sistem terbuka” adalah bahwa penyelenggaraan Pendidikan Tinggi memiliki sifat fleksibilitas dalam hal cara penyampaian, pilihan dan waktu penyelesaian program, lintas satuan, jalur dan jenis pendidikan (multi entry multi exit system). Contoh cara penyampaian adalah tatap muka, jarak jauh, penggunaan teknologi informasi. Yang dimaksud “multimakna” adalah proses pendidikan yang diselenggarakan dengan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup.

Huruf i Cukup jelas. Huruf j Cukup jelas.

Huruf k Cukup jelas.

Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8

Ayat (1) Yang dimaksud “”akademik” dalam “kebebasan akademik” dan “kebebasan mimbar akademik” adalah sesuatu yang bersifat ilmiah atau bersifat teori tanpa arti praktis yang dikembangkan dalam pendidikan akademik.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 9 Ayat (1)

Cukup jelas.

Page 90: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

90

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “dosen yang memiliki otoritas dan wibawa ilmiah untuk menyatakan secara terbuka dan bertanggung jawab mengenai sesuatu yang berkenaan dengan cabang ilmunya” adalah dosen yang telah memiliki kualifikasi lulusasan program doktor.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 10

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “buku” adalah karya tulis yang diterbikan oleh perguruan tinggi atau penerbit komersial dan memiliki ISBN (International Standard Book Number), antara lain berupa karya ilmiah, buku ajar, sejarah, jurnalistik, biografi, novel, atau karya lain yang berguna bagi sivitas akademika dan masyarakat. Buku yang berhasil diterbitkan paling sedikit satu judul dalam waktu dua tahun.

Yang dimaksud “karya ilmiah” adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh peserorangan atau secara berkelompok sesuai kompetensinya paling sedikit satu judul atau satu topik dalam tiga tahun. Yang dimaksud “menyebarluaskan gagasannya” adalah pemikiran yang bersumber dari hasil penalaran dan/atau penelitian yang disampaikan dalam forum yang diselenggarakan oleh sivitas akademika, Pemerintah dan/atau masyarakat paling sedikit satu kali dalam satu tahun.

Pasal 11 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Page 91: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

91

rumpun ilmu agama meliputi ilmu: Huruf b

rumpun ilmu - ilmu humaniora meliputi ilmu: sejarah, bahasa, sastra, seni panggung, filsafat, dan seni rupa. Huruf c

rumpun ilmu-ilmu sosial meliputi ilmu: antropologi, arkeologi, kajian wilayah, budaya dan etnik, ekonomika, gender dan kajian gender, geografi, politik, psikologi, dan sosiologi.

Huruf d

rumpun ilmu-ilmu alam meliputi ilmu: angkasa, kebumian, biologi, kimia, dan fisika. Huruf e

rumpun ilmu-ilmu formal meliputi ilmu: komputer, logika, matematika, statistika, dan sistema. Huruf f

rumpun ilmu-ilmu terapan meliputi ilmu: pertanian, arsitektur dan perencanaan, bisnis, pendidikan, teknik, kehutanan dan lingkungan, keluarga dan konsumen, kesehatan, olahraga, jurnalisme media dan komunikasi, hukum, perpustakaan dan permuseuman, militer, administrasi publik, kerja sosial, dan transportasi.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 12

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “komunitas yang memiliki tradisi ilmiah” adalah sekelompok ilmuwan yang secara sungguh-sungguh mengkaji dan mengembangkan suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu.

Ayat (2) Cukup jelas.

Page 92: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

92

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “ilmu pengetahuan sebagai proses” adalah pencarian kebenaran ilmiah yang disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan oleh anggota sivitas akademika (dosen dan/atau mahasiswa) melalui proses memahami secara objektif fenomena alam atau fenomena masyarakat dengan menggali, menemukan, dan merumuskan teori baru atau melakukan verifikasi teori yang telah ada dengan menggunakan metode ilmiah melalui penelitian yang konprehensif dan akurasi tinggi. Hal itu dimaksudkan agar sivitas akademika tidak menjadi konsumen ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan “ilmu pengetahuan sebagai produk” adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran dan penelitian ilmiah yang telah diakui sivitas akademika atau komunitas ilmiah sebagai kebenaran ilmiah dan dapat disebarluaskan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan pembelajaran. Hal itu dimaksudkan agar sivitas akademika dapat menjadi produsen ilmu pengetahuan.

Yang dimaksud dengan “ilmu pengetahuan sebagai amal” adalah ilmu pengetahuan yang sudah diakui sebagai kebenaran ilmiah diabdikan untuk memajukan peradaban dan kesejahteraan umat manusia melalui aktivitas pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh sivitas akademika. Hal itu berarti bahwa ilmu pengetahuan itu tidak boleh digunakan untuk menghancurkan peradaban atau menyengsarakan masyarakat. Yang dimaksud dengan “ilmu pengetahuan sebagai paradigma moral” adalah ilmu pengetahuan yang diwujudkan dalam bentuk kejujuran dalam penelitian, penulisan, dan publikasi ilmiah serta perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pasal 13

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Page 93: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

93

Yang dimaksud “buku ajar atau buku teks” adalah buku yang wajib dibaca dan/atau dimiliki oleh mahasiswa bersama buku teks yang lain setiap mata kuliah yang diampu oleh setiap dosen.

Pasal 14 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4)

pelayanan pendidikan tinggi yang diberikan kepada mahasiswa disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada di Perguruan Tinggi. Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas. Ayat (7)

Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Organisasi kemahasiswaan merupakan wadah yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan, kepemimpinan, penalaran, minat, bakat, kegemaran, dan kesejahteraan mahasiswa dalam kehidupan kemahasiswaan, antara lain Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Pramuka, Pers Mahasiswa.

Page 94: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

94

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 16 Cukup jelas.

Pasal 17 Cukup jelas.

Pasal 18 Cukup jelas.

Pasal 19 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Yang dimaksud “berbudaya” adalah sikap dan perilaku yang senantiasa didasarkan atas sistem nilai, norma, dan kaidah ilmu pengetahuan, yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa.

Ayat (4)

Yang dimaksud “skripsi” adalah karya ilmiah yang dibuat berdasarkan hasil penelitian teoritik dan/atau empiris. Ayat (5)

Yang dimaksud “sederajat” adalah lulusan perguruan tinggi yang memiliki gelar BA, BSc, (bachelor) dan sejenisnya. Ayat (6)

Yang dimaksud “gelar sarjana” adalah orang pandai atau ahli ilmu pengetahuan yang telah dinyatakan lulus pendidikan akademik pada program sarjana.

Page 95: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

95

Ayat (7) Cukup jelas.

Pasal 20

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Yang dimaksud “tesis” adalah karya ilmiah yang dibuat berdasarkan hasil penelitian teoritis dan empiris. Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Yang dimaksud “gelar magister” adalah gelar akademik bagi lulusan pendidikan akademik pada program magister. Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 21 Ayat (1)

Yang dimaksud “keterampilan ilmiah” adalah suatu kemampuan dan kepekaan yang tinggi terhadap naluri untuk meneliti, menulis, dan menyebarkan iilmunya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Page 96: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

96

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud “disertasi” adalah karya ilmiah tertinggi yang dibuat berdasarkan hasil penelitian yang komprehensif dan akurasi tinggi serta dipertahankan dalam ujian disertasi doktor yang terbuka dengan satu atau dua orang penguji ekternal.

Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Yang dimaksud “gelar doktor” adalah gelar akademik tertinggi. Ayat (7)

Cukup jelas. Pasal 22 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Program profesi dapat menggunakan nama lain yang sederajat seperti: program profesi dokter, insinyur, apoteker, notaris, psikolog, guru/pendidik, wartawan sesuai ketentuan Kementerian, Kementerian Lain, LPNK, dan organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu pelayanan profesi.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Page 97: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

97

Ayat (6) Cukup jelas.

Pasal 23

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2)

Program spesialis dapat menggunakan nama lain yang sederajat seperti program dokter spesialis, program insinyur profesional sesuai ketentuan Kementerian, Kementerian Lain, LPNK, dan organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu pelayanan profesi.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Cukup jelas.

Pasal 24 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas.

Page 98: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

98

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Yang dimaksud sederajat dengan lulusan magister antara lain adalah lulusan perguruan tinggi yang memakai gelar doctorandus, doctoranda, insinyur, mister en de rechten yang belum menggunakan Sistem Kredit Semester.

Ayat (6) Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas. Pasal 28 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3)

Gelar profesi antara lain digunakan oleh profesi dokter yang disingkat dr. Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Page 99: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

99

Pasal 29 Cukup jelas.

Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Ayat (1)

Yang dimaksud “Perguruan Tinggi yang memiliki program doktor” adalah yang memberikan gelar doktor kehormatan sesuai dengan program studi dan/atau cabang ilmu pengetahuan yang dikembangkannya.

Pasal 33

Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2)

Program studi diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan nasional saat ini dan masa yang akan datang. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Page 100: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

100

Satuan unit pengelola merupakan unit kerja yang memiliki sumberdaya untuk mengelola program studi yang bentuk dan jumlahnya ditetapkan dalam perguruan tinggi seperti jurusan, departemen, sekolah, fakultas.

Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas. Ayat (7)

Cukup jelas. Ayat (8)

Cukup jelas. Pasal 36

Ayat (1) Pelaksanan program studi melalui pendidikan khusus dan/atau pembelajaran khusus diperuntukkan kepada mahasiswa yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, sosial, dan/atau memiliki potensi dan bakat istimewa.

Ayat (2)

Pendidikan layanan khusus dan/atau pembelajaran layanan khusus diperuntukkan kepada mahasiswa di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan/atau tidak mampu dari segi ekonomi.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Page 101: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

101

Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Huruf a Yang dimaksud “pendidikan agama” adalah pendidikan untuk membentuk mahasiswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, serta akhlak mulia.

Huruf b Yang dimaksud “pendidikan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika”; adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan kepada mahasiswa mengenai ideologi dan konstitusi Indonesia. Hal itu selain diajarkan dalam mata kuliah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, juga diajarkan dalam berbagai bentuk mata kuliah komponen keindonesiaan, seperti: Sistem Hukum Indonesia, Sistem Kenegaraan Indonesia, Sistem Komunikasi Indonesia, Sistem Kesehatan Indonesia, Sistem Ekonomi Indonesia, Sistem Sosial Indonesia, Sistem Politik Indonesia, Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, Sistem Pertanian Indonesia dan/atau Arsitektur Indonesia.

Huruf c Yang dimaksud “pendidikan kewarganegaraan” adalah pendidikan untuk membentuk mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Huruf d

Yang dimaksud “bahasa” adalah bahan kajian bahasa yang mencakup bahasa Indonesia dan bahasa asing dengan pertimbangan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa asing terutama bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional yang sangat penting kegunaannya dalam pergaulan global.

Ayat (4) Cukup jelas.

Page 102: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

102

Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Ayat (7) Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Pasal 40 Cukup jelas. Pasal 41

Ayat (1) Yang dimaksud “satuan kredit semeseter” adalah setiap satu satuan kredit kredit semester terdiri atas 50 (lima puluh) menit tatap muka, 60 (enam puluh) menit tugas terstruktur dan 60 (enam puluh) menit tugas mandiri dalam pembelajaran.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5)

Pembimbingan skripsi, tesis, dan/atau disertasi dibatasi sesuai dengan beban tridharma dosen. Ayat (6)

Page 103: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

103

Cukup jelas. Ayat (7)

Cukup jelas. Ayat (8)

Yang dimaksud “penasehat akademik” adalah dosen yang diberikan tugas dan wewenang untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan akademik dan nonakademik dalam rangka kelancaran studi mahasiswa.

Yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling adalah dosen dan/atau psikolog yang diberikan tugas membantu memberikan solusi kepada mahasiswa yang memiliki masalah nonakademik.

Ayat (9)

Yang dimaksud “proses pembelajaran khusus” adalah pendidikan khusus dan/atau pembelajaran khusus, terutama pada pendidikan layanan

khusus.

Ayat (10) Cukup jelas. Pasal 42 Cukup jelas. Pasal 43

Cukup jelas. Pasal 44 Cukup jelas. Pasal 45 Cukup jelas. Pasal 46 Cukup jelas.

Page 104: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

104

Pasal 47

Cukup jelas. Pasal 48 Cukup jelas. Pasal 49

Ayat (1) Yang dimaksud “disediakan” adalah sumber belajar yang dimiliki oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Ayat (2)

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Huruf e Cukup jelas.

Huruf f Cukup jelas.

Huruf g Cukup jelas.

Huruf h Cukup jelas.

Huruf i Cukup jelas.

Huruf j Cukup jelas.

Huruf k

Page 105: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

105

Yang dimaksud dengan “sumber belajar lainnya” misalnya, kebun percobaan, tambak, dan pertambangan. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5)

Cukup jelas. Pasal 50 Cukup jelas.

Pasal 51 Ayat (1)

Yang dimaksud sertifikat profesi antara lain sertifikat pendidik yang diterbitkan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk meneyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 52 Ayat (1)

Yang dimaksud “keahlian cabang ilmunya” adalah kemampuan sesorang yang diakui oleh masyarakat karena keahlian praktis, seperti potong rambut, desain garafis, montir, dan bentuk keahlian praktis lainnya.

Page 106: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

106

Yang dimaksud “prestasi diluar program studinya” adalah keahlian lain yang tidak berkaitan langsung dengan program studinya, seperti mahasiswa kedokteran yang meraih juara renang, mahasiswa teknik mesin yang trampil dalam jurnalistik atau fotografi dan sebagainya.

Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 53

Ayat (1) Yang dimaksud “proses pencarian dan penemuan kebenaran ilmiah” adalah kegiatan sivitas akademika dalam memperlakukan ilmu pengetahuan sebagai suatu proses yang harus dicari, digali, dan dirumuskan sendiri (bukan diimpor) agar menjadi pencipta atau produsen (bukan konsumen) ilmu pengetahuan dan/atau teknologi.

Yang dimaksud “metode ilmiah” adalah usaha memperoleh kebenaran ilmiah dengan jujur, benar, dan taat asas.

Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Yang dimaksud “penelitian berdasarkan jalur kompetensi” adalah penelitian yang diberikan kepada dosen yang memiliki kualifikasi akademik lulusan program doktor tanpa melalui kompetesi. Yang dimaksud “penelitian berdasarkan jalur kompetisi” adalah penelitian yang diberikan kepada dosen dengan cara berkompetisi.

Ayat (4)

Huruf a Yang dimaksud “penelitian dasar” adalah suatu proses mencari dan menemukan kebenaran yang mendasari penelitian lain.

Huruf b Yang dimaksud “penelitian terapan” adalah suatu proses mencari dan menemukan kebenaran untuk menyelesaikan suatu masalah dan/ untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Page 107: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

107

Ayat (5) Yang dimaksud “penelitian empirik” adalah proses pencarian kebenaran dalam alam atau masyarakat melalui pengalaman berdasarkan tangkapan pancaindra dengan menggunakan metode ilmiah. Yang dimaksud “penelitian teoritik” adalah pencarian kebenaran ilmiah dalam publikasi ilmiah yang diakui oleh masyarakat ilmiah sebagai kebenaran ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah.

Ayat (6)

Cukup jelas. Pasal 54

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2)

Dipublikasikan artinya bahwa hasil penelitian telah dimuat dalam jurnal ilmiah yang terakreditas dan/atau buku yang telah diterbitkan oleh Perguruan Tinggi atau penerbit lainnya dan memiliki ISBN (Internasional Standard Book Number).

Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Yang dimasud “anugerah yang bermakna” antara lain insentif berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, wisata dalam dan luar negeri. Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 55 Cukup jelas.

Pasal 56 Ayat (1)

Cukup jelas.

Page 108: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

108

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Yang dimaksud sumber belajar adalah buku ajar atau buku teks, majalah, lingkungan pendidikan, alam, dan sosial.

Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 57 Cukup jelas.

Pasal 58 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Yang dimaksud “prinsip bebas dan aktif” adalah bebas dalam arti tidak memihak ke blok tertentu, aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan atau program internasional.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Page 109: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

109

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas. Pasal 59 Cukup jelas. Pasal 60 Cukup jelas. Pasal 61 Cukup jelas. Pasal 62 Cukup jelas. Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64 Cukup jelas. Pasal 65 Cukup jelas. Pasal 66

Ayat (1) Yang dimaksud “ilmu pengetahuan dan teknologi yang beragam” adalah cabang ilmu-ilmu humaniora dan/atau ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam dan/atau ilmu-ilmu formal.

Page 110: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

110

Yang dimaksud “fakultas” adalah unit organisasi yang mengelola satu cabang ilmu atau sebagian cabang ilmu. Fakultas dipimpin seorang oleh dekan dan dapat dibantu oleh beberapa wakil dekan

Yang dimaksud “Jurusan” adalah unit organisasi yang mengelola pelaksanaan tridarma untuk satu atau beberapa program studi. Jurusan atau departemen dipimpin oleh seorang ketua dan dapat dibantu oleh sekertaris.

Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5)

Yang dimaksud “rektor” adalah jabatan tertinggi dalam dalam struktur universitas atau institut yang menjalankan fungsi pengelolaan. Ayat (6)

Yang dimaksud “ketua” adalah jabatan tertinggi dalam dalam struktur sekolah tinggi yang menjalankan fungsi pengelolaan.

Pasal 67 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Page 111: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

111

Cukup jelas. Ayat (5)

Yang dimaksud “direktur” adalah jabatan tertinggi dalam struktur “politeknik”, “akademi” atau “akademi komunitas” yang menjalankan fungsi pengelolaan.

Pasal 68

Cukup jelas Pasal 69 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “fakultas” atau “sekolah” adalah unit organisasi yang mengelola pelaksanaan tridharma untuk satu cabang ilmu atau sebagian dari cabang ilmu. Yang dimaksud dengan “Jurusan” atau “departemen” adalah unit organisasi yang mengelola pelaksanaan tridharma untuk satu atau beberapa program studi.

Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas.

Page 112: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

112

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 70 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan badan hukum bersifat nirlaba antara lain yayasan, perkumpulan atau bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 71 Cukup jelas. Pasal 72 Cukup jelas. Pasal 73 Cukup jelas. Pasal 74

Cukup jelas.

Page 113: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

113

Pasal 75 Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Yang dimaksud “prinsip nirlaba” adalah prinsip kegiatan yang tujuan utamanya tidak mencari laba, sehingga seluruh sisa hasil usaha dari kegiatan (perguruan tinggi) harus ditanamkan kembali ke dalam perguruan tinggi untuk meningkatkan kapasitas dan/atau mutu layanan pendidikan.

Huruf e

Cukup jelas. Huruf f

Cukup jelas. Huruf g

Cukup jelas.

Pasal 76 Cukup jelas.

Pasal 77 Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas.

Page 114: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

114

Ayat (5)

Yang dimaksud “pengelolaan keuangan secara mandiri” bagi PTN adalah mengelola dana dengan pola tertentu yang merupakan pengecualian ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya. Yang dimaksud “pengelolaan keuangan secara mandiri” bagi PTS adalah mengelola dana dengan pola tertentu yang ditetapkan oleh Badan Penyelenggara.

Ayat (6) Cukup Jelas.

Pasal 78 Cukup jelas. Pasal 79 Cukup jelas. Pasal 80 Ayat (1)

Yang dimaksud “bersifat nirlaba” adalah untuk meningkatkan layanan pendidikan dan memajukan PTN. Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 81 Cukup jelas.

Pasal 82

Ayat (1) Huruf a

Yang dimaksud “seorang rektor” adalah pemimpin tertinggi di universitas atau institut yang dibantu oleh wakil rektor. Yang dimaksud “seorang ketua” adalah pemimpin tertinggi di sekolah tinggi atau yang dibantu oleh wakil ketua.

Page 115: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

115

Yang dimaksud “seorang direktur” adalah pemimpin tertinggi di politeknik, akademi, atau akademi komunitas yang dapat dibantu oleh wakil direktur.

Huruf b Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 83 Cukup jelas. Pasal 84 Cukup jelas.

Pasal 85 Ayat (1)

Huruf a Dosen terdiri atas dosen tetap dan dosen tidak tetap.

Huruf b Tenaga kependidikan terdiri atas tata-usaha, laboran, pustakawan, dan/atau teknisi sumber belajar.

Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan seseorang yang memiliki keahlian khusus dan/atau keahlian luar biasa adalah dimaksudkan untuk memenuhi dosen pada semua program pendidikan tinggi terutama pada program diploma satu dan program diploma dua.

Page 116: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

116

Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adalah UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Ayat (6)

Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja memuat tentang gaji pokok, penghasilan yang melekat pada gaji, penghasilan lain dan jaminan kesejahteraan sosial serta masalahat tambahan sebagaimana diatur dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Ayat (7)

Cukup jelas. Ayat (8)

Cukup jelas. Ayat (9)

Yang dimaksud “dosen tetap” adalah dosen yang tidak diangkat oleh Pemerintah (bukan pegawai negeri sipil/bukan aparatur sipil negara). Ayat (10)

Cukup jelas. Ayat (11)

Cukup jelas. Ayat (12)

Cukup jelas.

Pasal 86 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Page 117: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

117

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Profesor yang telah melebihi usia 65 tahun yang mampu dan aktif menulis buku dan karya ilmiah hanya mengajar, membimbing, meneliti, dan mempublikasikan hasil karya ilmiah.

Pasal 87

Ayat (1) Pola penerimaan mahasiswa secara nasional atau bentuk lain hanya berlaku pada bagi mahasiswa program sarjana dan program diploma. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 88

Cukup jelas.

Pasal 89 Ayat (1)

Page 118: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

118

Yang dimaksud dengan mahasiswa baru adalah mahasiswa warga negara Indonesia. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 90 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5)

Kemampuan mahasiswa, orang tua, atau pihak yang bertanggung jawab membiayainya pada perguruan tinggi ditetapkan dengan cara menghitung penghasilan tetap (gaji dan tunjangan lainnya), taksasi, dan/atau musyawarah dengan tujuan menerapkan subsidi dari yang mampu kepada pihak yang tidak mampu, sehingga meringankan beban mahasiswa yang tidak mampu membiayai pendidikannya.

Ayat (6)

Cukup jelas. Pasal 91

Ayat (1) Cukup jelas.

Page 119: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

119

Ayat (2) Huruf a

Yang dimaksud bakat, minat, dan potensi mahasiswa, antara lain mencakup kepemimpinan, jurnalistik, keagamaan, keilmuan, olah raga, kesenian, kewirausahaan, kewiraan dan/atau bela negara.

Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Ayat (3)

Yang dimaksud organisasi intra perguruan tinggi adalah organisasi yang didirikan oleh mahasiswa dalam lingkungan Perguruan Tinggi sesuai dengan norma-norma Perguruan Tinggi.

Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas. Pasal 92 Cukup jelas. Pasal 93 Cukup jelas. Pasal 94 Cukup jelas. Pasal 95

Page 120: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

120

Cukup jelas. Pasal 96

Cukup jelas. Pasal 97 Cukup jelas. Pasal 98 Ayat (1)

kerjasama antar Perguruan Tinggi mencakup kerjasama dalam bidang akademik, tata kelola, pertukaran dosen, pertukaran tenaga kependidikan, pertukaran mahasiswa, penggunaan sumber daya bersama, dan kerjasama lainnya.

Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 99 Cukup jelas.

Pasal 100 Cukup jelas.

Pasal 101

Cukup jelas.

Pasal 102 Cukup jelas.

Page 121: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

121

Pasal 103

Cukup jelas.

Pasal 104 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Yang dimaksud pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten atau pemerintah kota. Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5)

Kemampuan mahasiswa, orang tua, atau pihak yang bertanggung jawab membiayai pada perguruan tinggi ditetapkan dengan cara menghitung penghasilan tetap (gaji dan tunjangan lainnya), taksasi dan musyawarah dengan tujuan menerapkan subsidi dari yang mampu kepada pihak yang tidak mampu, sehingga meringankan beban mahasiswa yang tidak mampu membiayai pendidikannya.

Ayat (6) Cukup jelas. Ayat (7)

Cukup jelas. Ayat (8)

Cukup jelas. Ayat (9)

Cukup jelas.

Page 122: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

122

Ayat (10)

Cukup jelas.

Pasal 105 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Insentif kepada dunia usaha, industri, atau masyarakat dapat diberikan dalam bentuk pengurangan pajak, penghapusan pajak, penghargaan, dan bentuk insentif lainnya.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 106 Cukup jelas.

Pasal 107

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Page 123: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

123

Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Yang dimaksud “biaya yang ditanggung oleh seluruh mahasiswa” adalah biaya penyelenggaraan pendidikan atau sumbangan pembinaan pendidikan (SPP).

Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas. Pasal 108

Ayat (1) huruf a

Cukup jelas. huruf b

Cukup jelas. huruf c

Yang dimaksud mahasiswa adalah mahasiswa warga negara Indonesia. Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 109

Cukup jelas. Pasal 110

Cukup jelas.

Page 124: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

124

Pasal 111

Ayat (1) Huruf a

Yang dimaksud “beasiswa” adalah dukungan biaya pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa untuk mengikuti dan/atau menyelesaikan pendidikan tinggi berdasarkan pertimbangan utama prestasi dan/atau potensi akademik.

Huruf b

Yang dimaksud “bantuan biaya pendidikan” adalah dukungan biaya pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa untuk mengikuti dan/atau menyelesaikan pendidikan tinggi berdasarkan pertimbangan utama keterbatasan kemampuan ekonomi.

Huruf c

Pinjaman dana pendidikan dengan bunga rendah tanpa agunan yang diterima oleh mahasiswa untuk mengikuti dan/atau menyelesaikan pendidikan tinggi dengan kewajiban membayar kembali setelah lulus dan mendapatkan pendapatan yang cukup.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 112 Cukup jelas.

Pasal 113

Ayat (1) Yang dimaksud mahasiswa baru adalah mahasiswa warga negara Indonesia.

Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 114

Cukup jelas.

Pasal 115 Cukup jelas.

Page 125: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

125

Pasal 115A

Cukup jelas. Pasal 115B Cukup jelas. Pasal 116 Cukup jelas.

Pasal 117 Cukup jelas.

Pasal 118 Cukup jelas.

Pasal 119

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR …

Page 126: RUU Pendidikan Tinggi Hasil Pembahasan TIMUS … ·  · 2012-03-27vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan dan ... Pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi yang tidak termasuk

Matrik RUU Pendidikan Tinggi Hasil Panja RUU DIKTI 22 Februari 2012 dan Masukan dari Uji Publik

126