36
10 BAB II PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN NILAI PADA SUBKONSEP INVERTEBRATA TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA A. Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Nilai Pembelajaran berdasarkan pendekatan nilai merupakan salah satu bagian pembelajaran biologi dengan pendekatan terpadu (Integrated Approach). Pendekatan terpadu merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Unsur pembelajaran yang dipadukan dapat berupa konsep dengan proses, konsep dari satu mata pelajaran dengan konsep mata pelajaran lain, atau dapat juga berupa penggabungan suatu metode dengan metode lain. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antara satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang (Rustaman, et al.,2003:119). Menurut Rustaman et al. (2003) pendekatan terpadu dapat diimplementasikan dalam berbagai model pembelajaran. Di Indonesia, khususnya di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan terpadu yang sedang berkembang, yaitu model keterhubungan (connected); model jaring laba-laba

S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

  • Upload
    vucong

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

10

BAB II

PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN NILAI

PADA SUBKONSEP INVERTEBRATA

TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA

A. Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Nilai

Pembelajaran berdasarkan pendekatan nilai merupakan salah satu bagian

pembelajaran biologi dengan pendekatan terpadu (Integrated Approach).

Pendekatan terpadu merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur

atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Unsur pembelajaran yang

dipadukan dapat berupa konsep dengan proses, konsep dari satu mata pelajaran

dengan konsep mata pelajaran lain, atau dapat juga berupa penggabungan suatu

metode dengan metode lain. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada

prinsip keterkaitan antara satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan

terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan

karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang (Rustaman, et

al.,2003:119).

Menurut Rustaman et al. (2003) pendekatan terpadu dapat

diimplementasikan dalam berbagai model pembelajaran. Di Indonesia, khususnya

di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan terpadu yang sedang

berkembang, yaitu model keterhubungan (connected); model jaring laba-laba

Page 2: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

11

(webbed); model keterpaduan (integrated). Deskripsi karakter, kelebihan dan

keterbatasan ketiga model tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1. Deskripsi Tiga Model Pembelajaran Terpadu

Tiga Model Pembelajaran Terpadu

Karakteristik Kelebihan Keterbatasan

Model Keterhubungan (connected)

Menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, ide yang satu dengan ide yang lain tetapi masih dalam lingkup satu bidang studi misalnya IPA atau IPS

Peserta didik akan lebih mudah menemukan keterkaitan karena masih dalam lingkup satu bidang studi

Model ini kurang menampakkan keterkaitan interdisiplin

Model jaring laba-laba (Webbed)

Dimulai dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan subtemanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi lain.

• Tema yang familiar membuat motivasi belajar meningkat

• Memberikan pengalaman berpikir serta bekerja interdisipliner

Sulit menemukan tema

Model Keterpaduan (integrated)

Dimulai dengan identifikasi konsep, keterampilan, sikap yang overlap pada beberapa disiplin ilmu atau beberapa bidang studi. Tema berfungsi sebagai konteks pembelajaran

Hubungan antarbidang studi jelas terlihat melalui kegiatan belajar

• Fokus terhadap kegiatan belajar, terkadang mengabaikan target penguasaan konsep

• Menuntut wawasan yang luas dari guru

Page 3: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

12

Agar perbedaan antar model terlihat jelas, perhatikan gambar 2.1 berikut.

Model Keterhubungan Model Jaring laba-laba Model Keterpaduan

Gambar 2.1. Perbandingan Model Pembelajaran Terpadu

(Fogarty:1991)

Pembelajaran berdasarkan pendekatan nilai dalam pelajaran biologi

termasuk model pembelajaran keterpaduan (integrated) atau disebut juga model

pembelajaran IPA terpadu (Integrated Science). Menurut Rutherford dan Gardner

(Suroso, 2010:156) makna keterpaduan sebagai satu kesatuan dari semua

pengetahuan adalah diartikan bahwa alam merupakan kesatuan. Blum (Suroso,

2010:157) berpendapat bahwa sejak dahulu para ilmuwan seperti Aristoteles

sampai Einstein meyakini akan adanya kesatuan di alam semesta dan mencoba

untuk menemukan hukum-hukum alam yang mempersatukannya. Adanya

pembagian cabang-cabang sains menjadi berbagai disiplin yang berbeda

menunjukkan adanya perkembangan sains itu sendiri dan keterbatasan

pengetahuan dan cara kerja kita untuk memahami fenomena alam.

Makna keterpaduan sebagai satu kesatuan konseptual dari sains atau

struktur konsep sains adalah bahwa konsep-konsep sains berhubungan satu sama

lainnya membentuk kerangka konsep. Contoh: banyak konsep Biologi hanya

dapat dipahami dengan bantuan prinsip-prinsp Fisika, Kimia, maupun

Page 4: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

13

Matematika, seperti pemahaman mengenai masalah mekanisme pernapasan,

sistem transportasi zat, di dalam tubuh organisme, sistem pencernaan, sistem

koordinasi, dan lainnya (Suroso, 2010:157). Makna keterpaduan sebagai suatu

proses pemersatu dari kegiatan penelaahan ilmiah adalah bahwa sains ditandai

oleh metode ilmiah yang meniadakan batas antar disiplin. Perkembangan sains

murni menjadi teknologi tergantung berapa besar manusia memanfaatkannya,

karena setiap harinya kita dikelilingi oleh masalah-masalah yang mengandung

implikasi-implikasi ilmiah. Dengan demikian, makna keterpaduan sebagai studi

interdisipliner adalah bahwa sains agar lebih memiliki nilai yang lebih luas

melibatkan berbagai disiplin dalam sains itu sendiri maupun melibatkan ilmu-

ilmu sosial yang menyangkut masalah norma, nilai, dan moral bangsa (Suroso,

2010:160).

Pendidikan sains terpadu dapat ditandai dengan suatu kolaborasi (kerja

sama) interdisipliner, sebagai fusi (peleburan) dari sejumlah materi yang semula

diajarkan terpisah, atau sebagai suatu proses penelaahan ilmiah, atau dipersepsi

sebagai suatu kurikulum berpusat sekitar minat siswa, atau sebagai bidang studi

yang dikerangkai oleh topik dengan pendekatan multidisiplin. Intensitas

keterpaduan dalam pendidikan atau pembelajaran sains dapat berupa program

integrasi menyeluruh (amalgamation), atau program kombinasi antar unit disiplin

keilmuan, atau berupa program koordinasi antara program-program yang

independent. Berbagai model integrasi ditunjukkan pada matriks di bawah ini.

Page 5: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

14

BIDANG

INTENSITAS

Matematika Fisika Kimia Biologi Bidang

Terapan

Isu-Isu

Sosialisasi

Budaya

Nilai

Moral

Religi

A. AMALGAMASI

(Integrasi Penuh

Topik, Isu-isu)

B. KOMBINASI

(Orientasi kepada

unit-unit disiplin

ilmu)

C. KOORDINASI

(Antar Program bebas

dikoordinasikan)

(1)

(3)

(4)

(5)

(7)

(2)

(6)

Gambar 2.2 Matriks Model-model Integrasi Program Pengajaran Sains

(1) School Council Integrated Science Project

(2) Agriculture as Environmental Science

(3) Pengajaran Sains Bernuansa Imtaq di Madrasah, DEPAG RI

(4) Nuffield Combined Science

(5) Physical Science and Biology di SLTP, Israel

(6) dan (7) “The World Science” untuk SLTP di Israel

(Suroso, 2010: 158)

Dalam program amalgamasi, pembelajaran Sains-Biologi tidak mengenal

batas-batas suatu disiplin, tetapi pembelajarannya didasarkan kepada suatu isu-isu

atau topik permasalahan yang ditampilkan untuk mendapatkan suatu

pemecahannya atau pembahasan secara terpadu, bahkan dapat diajarkan berbagai

Page 6: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

15

sistem nilai dan moral untuk kehidupan manusia dari model-model Biologi yang

dipelajarinya. Dari segi prosesnya, untuk pembelajaran Sains-Biologi hanya dapat

dipahami dengan menerapkan prinsip-prinsip Fisika, Kimia, dan Matematika,

sehingga untuk kejelasannya memerlukan kombinasi penerapan cabang-cabang

sains lainnya. Dari segi pengembangan nilainya, model-model Biologi yang

dipelajari dapat digali dan ditanamkan nilai-nilai praktisnya, nilai religinya, nilai

intelektualnya, nilai sosial-politiknya, dan nilai pendidikannya. Setiap cabang-

cabang sains memiliki koordinasi tertentu yang menunjukkan adanya kesamaan-

kesamaan aturan, prinsip, ataupun hukum, di samping adanya perbedaan khas

masing-masing. Terjadinya pemisahan setiap bidang studi adalah akibat adanya

keterbatasan manusia untuk memahami secara keseluruhan dalam pengembangan

suatu disiplin ilmu sehingga muncullah bidang-bidang spesialisasi (Suroso,

2010:153).

Pembelajaran berdasarkan pendekatan nilai selalu berpijak kepada

penguasaan pengetahuan dasar atau penguasaan konsepnya, yang disebut sebagai

nilai praktis. Kemudian nilai praktis ini dikembangkan kepada nilai intelektual

(nilai kecerdasannya) agar pengetahuan yang dipelajarinya bertambah wawasan,

mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada, mengkritisi, dan mencarikan

solusinya. Nilai praktis dan nilai intelektual yang tercapai dapat dikembangkan

kepada nilai sosial-politik dengan jalan teori yang dipelajari dapat menjadi

pelajaran sebagai amtsal (perumpamaan) bagi kehidupannya di masyarakat,

bahkan dapat ditiru untuk membuat sesuatu atau berbuat sesuatu sebagai nilai

pendidikan. Keseluruhan nilai-nilai yang dikandung oleh suatu materi

Page 7: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

16

pembelajaran sains tersebut adalah mengingatkan kepada kita tentang kebesaran

kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa yang dikenal sebagai nilai religi (Suroso,

2010:12). Metodologi untuk pengembangan nilai-nilai yang dikandung oleh

materi pelajaran dari nilai praktis dapat dikemukakan sebagai berikut:

: mengingat kebesaran Tuhan YME (Asmaul Husna) dengan melihat dan merenung tentang keteraturan, keunikan, dan kekaguman terhadap fenomena alam yang dipelajari.

: meniru fenomena alam atau Hukum Alam untuk pendidikan teknik, kepemimpinan, mental atau seni maupun pendidikan kreasi lainnya.

: menganalogikan atau mengumpamakan (amtsal) teori dengan kehidupan manusia untuk dijadikan pelajaran atau kebijakannya.

: mengkritisi nilai praktis guna mencari solusi terhadap kelemahan yang ada dan mengembangkan wawasan atau penalarannya

: memahami konsep, prinsip, teori dan Hukum yang berlaku, dan menggali manfaatnya bagi kehidupan manusia.

Gambar 2.3: Pola Pengembangan (Refleksi) Metodologi Materi Pelajaran Kepada Pendidikan Nilai-Nilai (Suroso, 2010:13)

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan nilai di sekolah

perlu mempertimbangkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, budaya

bangsa, dan norma agama. Dalam gagasan pendidikan nilai, menurut Kniker

(1977, dalam Mulyana, R.,2004:105) bahwa nilai selain ditempatkan sebagai inti

dari proses pembelajaran, setiap huruf yang terkandung dalam kata V A L U E

NILAI INTELEKTUAL

NILAI SOSIAL-POLITIK

NILAI PENDIDIKAN

NILAI RELIGI

NILAI PRAKTIS

Page 8: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

17

dirasionalisasikan sebagai tindakan-tindakan pendidikan atau strategi belajarnya

melalui tahapan-tahapan berikut:

1. Value Identification (Identifikasi nilai); pada tahapan ini nilai yang menjadi

target pembelajaran perlu diketahui oleh setiap siswa, misalnya nilai praktis,

nilai intelektual, nilai sosial-politik, nilai pendidikan, dan nilai religi apa saja

dari bahan ajar sains itu.

2. Activity (Kegiatan); pada tahap ini siswa diarahkan untuk melakukan kegiatan

pada penyadaran nilai yang menjadi target di atas, misalnya berdiskusi tentang

kandungan nilai-nilai dari bahan ajar sains di kelas, dan sudah tentu diberikan

contohnya terlebih dahulu dari setiap nilai itu.

3. Learning Aids (Alat bantu belajar); pada tahap ini alat-alat bantu belajar seperti

transparansi tulisan atau gambar digunakan untuk memperlancar proses belajar

nilai.

4. Unit Interaction (Interaksi satuan kerja); tahap ini untuk memperluas strategi

kegiatan belajar, misalnya dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil untuk

membahas kandungan nilai tertentu dari bahan ajarnya.

5. Evaluation segment (Bagian evaluasi); tahapan akhir ini merupakan bagian

untuk menilai kemajuan belajar nilai dengan menggunakan teknik dan alat

evaluasi nilai, seperti lembar observasi, angket skala sikap, atau wawancara.

Page 9: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

18

B. Penggalian dan Pengembangan Nilai Pada Subkonsep Invertebrata

1. Nilai Praktis Subkonsep Invertebrata

Subkonsep invertebrata merupakan bagian dari konsep dunia hewan yang

termasuk ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan

Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) tahun 2006, kompetensi dasar dari

konsep dunia hewan adalah mendeskripsikan ciri-ciri filum dalam dunia hewan

dan peranannya bagi kehidupan. Dunia hewan (Kingdom Animalia) terdiri dari

organisme multiseluler (terdiri atas banyak sel) dan eukariot (memiliki membran

inti). Sel hewan tidak memiliki dinding sel dan klorofil. Sehingga hewan

memperoleh energi dengan cara menguraikan senyawa organik kompleks menjadi

senyawa organik sederhana, yaitu dengan mengkonsumsi organisme lainnya

(heterotrof).

Berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, dunia hewan dibagi menjadi dua

kelompok besar, yaitu Invertebrata (kelompok hewan-hewan yang tidak bertulang

belakang) dan Vertebrata (kelompok hewan-hewan yang memiliki tulang

belakang). Berdasarkan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, hewan-

hewan Invertebrata dikelompokkan menjadi delapan filum yaitu: Porifera,

Coelenterata, Platyhelminthes, Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthtropoda, dan

Echinodermata (Pratiwi et al, 2006:171). Berikut ini dijelaskan karakteristik dari

setiap filum tersebut.

Page 10: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

19

a. Porifera

Menurut Pratiwi et al. (2006:172) Porifera berasal dari kata porus yang berarti

lubang kecil dan ferre (mempunyai/mengandung), maka Porifera berarti hewan

berpori. Habitat Porifera umumnya di laut. Bentuk tubuh Porifera bervariasi, ada

yang menyerupai vas bunga, piala, terompet, atau bercabang-cabang seperti

tumbuhan. Rangka tubuh berupa spikula yang keras atau serat spongin yang

fleksibel. Permukaan tubuh Porifera dipenuhi oleh pori-pori yang disebut ostium.

Ostium terhubung dengan rongga dalam tubuh yang disebut spongocoel. Pada

ujung spongocoel terdapat lubang keluar air (oskulum).

Gambar 2.4. Struktur Tubuh Porifera

Sumber: http://johnson.emcs.net/life/invert

Tubuh porifera terdiri dari dua lapisan (diploblastik) yaitu epidermis dan

endodermis. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan gelatin yang disebut

mesoglea. Epidermis tersusun atas sel-sel epitel pipih yang disebut pinakosit.

Oskulum

Spikula Sel leher

Spongosol

Pori/ Ostium Pori/ Ostium

Lapisan sel dalam

Lapisan sel luar

Flagel

Page 11: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

20

Endodermis tersusun atas sel-sel berflagel yang disebut koanosit. Mesoglea

mengandung dua macam sel yaitu amoebosit dan skleroblas. Proses pencernaan

makanan pada Porifera terjadi secara intraseluler. Sisa-sisa makanan yang tidak

berguna dikeluarkan melalui oskulum bersama aliran air di dalam tubuh. Pada

Porifera terdapat tiga tipe saluran air yaitu askon, sikon, dan leukon. Porifera

melakukan reproduksi secara seksual (fertilisasi) dan aseksual (pembentukan

tunas dan gemulae). Ada tiga kelas yang tergolong filum Porifera, yaitu Calcarea,

Hexatinellida, dan Demospongia (Pratiwi et al, 2006:174).

b. Coelenterata

Menurut Pratiwi et al. (2006:174) Coelenterata sering juga disebut hewan

berongga. Beberapa ahli ada yang membedakan filum Coelenterata menjadi dua

filum, yaitu filum Ctenophora dan filum Cnidaria. Perbedaan hewan Ctenophora

dengan Cnidaria adalah pada sistem pencernaannya. Ctenophora memiliki mulut

untuk masuknya makanan serta dua lubang anus untuk mengeluarkan air dan

kotoran di ujung yang lain. Secara umum Coelenterata memiliki tubuh simetri

radial, diploblastik, dan memiliki mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Pada

hewan Cnidaria permukaan tentakel terdapat sel-sel beracun (knidoblas) yang

mengandung sel penyengat( nematokis). Coelenterata yang hidup di laut

umumnya berbentuk medusa dan berkoloni. Coelenterata yang hidup di air tawar

umumnya berbentuk polip dan hidup soliter atau berkoloni. Coelenterata belum

memiliki sistem peredaran darah, sistem pernapasan, dan sistem ekskresi.

Pernapasan dan ekskresi dengan cara difusi melalui permukaan tubuhnya.

Page 12: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

21

Gambar 2.5. Bentuk Polip dan Medusa Hewan Coelenterata

Sumber: exonity.wordpress.com

Sistem saraf Coelenterata masih sederhana berupa saraf berbentuk jala.

Filum Cnidaria dibagi ke dalam tiga kelas utama yaitu: Hydrozoa, Scyphozoa, dan

Anthozoa (Champbell et al,: 2004, 216).

c. Platyhelminthes

Menurut Pratiwi et al. (2006:182) Platyhelminthes berasal dari bahasa

Yunani, yaitu platy yang berarti pipih dan helminth yang berarti cacing. Sesuai

dengan namanya, anggota kelompok cacing ini memiliki tubuh pipih dorsoventral.

Batang tubuh

Mesoglea

Gastrodermis

Gastrodermis

Rongga Gastrovaskuler

Rongga Gastrovaskuler

Mesoglea

Tentakel

Tentakel Mulut/anus

Mulut/anus

Epidermis

Epidermis

Page 13: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

22

Gambar 2.6. Anatomi Planaria sp (anggota filum Platyhelminthes)

Sumber: http://johnson.emcs.net/life/invert

Platyhelminthes ada yang bersifat parasit, ada pula yang hidup bebas di

perairan. Bentuk tubuh Platyhelminthes pipih dan tidak bersegmen. Tubuhnya

simetri bilateral, triploblastik, acoelomata. Platyhelminthes tidak memiliki sistem

peredaran darah dan sistem pernapasan. Pernapasan dilakukan melalui seluruh

permukaan tubuh. Sistem ekskresi dengan sel-sel api (flame cell). Sistem saraf

Platyhelminthes membentuk sistem saraf tangga tali. Sistem pencernaan tidak

sempurna karena tidak ada anus, hanya terdiri dari mulut, faring, dan usus.

Platyhelminthes umumnya bersifat hermafrodit. Reproduksi terjadi secara seksual

(perkawinan silang) dan aseksual (regenerasi). Platyhelminthes dibedakan

menjadi tiga kelas yaitu: Turbellaria (cacing berambut getar), Trematoda (cacing

isap), dan Cestoda (cacing pita).

Celah faring

Mulut

Rongga gastrovaskuler

Bintik mata

Faring

Page 14: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

23

d. Nematoda

Menurut Pratiwi et al. (2006:191) Nematoda berasal dari kata nematos

yang artinya benang dan oidos yang artinya bentuk. Nematoda ada yang hidup

bebas, ada pula yang parasit pada hewan dan tumbuhan. Bentuk tubuhnya bulat

panjang (gilig), simetri bilateral, dan tidak bersegmen. Nematoda tidak memiliki

sistem peredaran darah dan sisitem pernapasan. Pernapasana dilakukan secara

difusi melalui permukaan tubuh.

Gambar 2.7. Anatomi Nematoda

Sumber: http://www.proprofs.com

Sistem pencernaan Nematoda telah sempurna karena memiliki mulut dan anus.

Reproduksi hanya dilakukan secara seksual. Beberapa jenis Nematoda yang

dikenal antara lain Ascaris lumbricoides (cacing perut), Oxyuris vermicularis

(cacing kremi), dan Wuchereria brancofti (cacing filaria).

Pseudoselom

Vagina

Sel telur

Uterus

Ovarium

Anus

Stilet

Kutikula

Esofagus

Usus halus

Kelenjar esofagus

Cincin saraf

Ekor

Page 15: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

24

e. Annelida

Menurut Pratiwi et al (2006: 193) Annelida berasal dari kata annulus yang

artinya cincin dan oidos yang artinya bentuk. Annelida hidup di perairan tawar,

laut, dan darat. Umumnya cacing ini hidup bebas, tetapi ada pula yang parasit.

Annelida memiliki tubuh simetri bilateral, coelomata, triploblastik, dan dilapisi

kutikula.

Gambar 2.8. Anatomi Lumbricus terrestis (anggota Annelida)

Sumber: kentsimmons.uwinnipeg.ca

Tubuh Annelida bersegmen/ruas dan bersifat metameri. Sistem peredaran darah

Annelida merupakan sistem peredaran darah tertutup. Annnelida melakukan

pernapasan menggunakan kulit atau insang. Alat ekskresi Annelida berupa

Nefrostom

Usus halus

Pembuluh dorsal

Otot longitudinal

Otot sirkuler

Kutikula

Selom

Ganglion subfaring

Metanefridium Pembuluh ventral

Tali saraf

Metanefridium

Septum (partisi atau pemisah antar segmen)

Esofagus Saraf ventral dengan ganglia segmental

Empedal

Usus halus

Faring

Ganglia serebral

Mulut

Tembolok

Klitelum

Page 16: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

25

sepasang nefridia. Sistem saraf Annelida merupakan sistem saraf tangga tali.

Annelida memiliki saluran pencernaan yang lengkap terdiri atas mulut, faring,

tembolok, lambung, usus halus, dan anus. Reproduksi dilakukan secara seksual

(pembentukan gamet dan fertilisasi) serta aseksual (fragmentasi). Filum Annelida

dibagi ke dalam tiga kelas yaitu Oligochaeta, Polychaeta, dan Hirudinea

(Champbell et al., 2004: 228).

f. Mollusca

Mollusca berasal dari kata mollis yang berati lunak. Mollusca berarti hewan

bertubuh lunak. Bentuknya sangat beragam dan hidup di laut, air tawar dan

daratan. Mollusca memiliki tubuh bulat simetris, selomata, lunak, dan tidak

bersegmen. Ephitel bagian dorsal yang membentuk mantel, menyekresikan

cangkang atau spikula. Otot bagian ventral berkembang menjadi kaki muscular.

Gambar 2.9. Anatomi Gastropoda

Sumber: kentsimmons.uwinnipeg.ca

Tali saraf Esofagus Mulut

Radula Mulut

Radula

Nefridium

Mantel

Rongga mantel

Anus

Kaki

Selom

Jantung Usus

Perut

Cangkang

Insang

Gonad

Massa viseral

Page 17: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

26

Mollusca jantan dan betina terpisah, tetapi ada pula yang hermaprodit. Alat

ekskretori dan reproduksi berada di massa viscera. Sistem ekskresi berupa

sepasang ginjal. Berdasarkan simetri tubuh, bentuk kaki, cangkang, mantel,

insang, dan sistem sarafnya, Mollusca dibagi atas lima kelas, yaitu

Polyplacophora, Scapopoda, Gastropoda, Cephalopoda, dan Pelycypoda atau

Bivalvia (Pratiwi et al., 2006:198).

g. Arthropoda

Menurut Pratiwi et al. (2006:207) Arthtropoda berasal dari kata arthron

yang berarti ruas, dan podos yang berarti kaki. Arthtropoda memiliki tubuh yang

beruas-ruas. Tubuh Arthropoda bersifat simetri bilateral dan triploblastik

selomata.

Gambar 2.10. Anatomi belalang (salah satu anggota Insecta)

Sumber: kentsimmons.uwinnipeg.ca

Ganglion subesofagus

Mata majemuk

Antena

Perut Dada Kepala

Mandibula

Sistem pencernaan

Arteri dorsal

Jantung

Tubulus malphigi

Ganglion serebral (otak)

Vagina

Anus

Tali saraf

Pipa trakea

Ovarium

Page 18: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

27

Pada setiap segmen tubuh biasanya terdapat sepasang kaki yang beruas.

Segmen tubuh bergabung membentuk bagian tubuh, yaitu kaput (kepala), toraks

(dada), dan abdomen (perut). Tubuh Arthropoda sepenuhnya ditutupi oleh

kutikula, suatu eksoskeleton (kerangka eksternal) yang dibangun dari lapisan-

lapisan protein dan kitin. Arthropoda sewaktu-waktu harus melepaskan

eksoskeletonnya yang lama dan mensekresikan eksoskeleton yang lebih besar,

proses ini disebut molting (Champbell et al., 2004: 230).

Sistem saraf Arthropoda berupa sistem saraf tangga tali. Sistem

pencernaan Arthropoda terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.

Arthropoda bernapas dengan insang, trakea, atau paru-paru buku. Sisa

metabolisme berbentuk cairan, dikeluarkan oleh organ sekresi yang disebut

saluran/tubula Malpighi, kelenjar sekresi, atau keduanya. Sistem sirkulasi darah

pada Arthropoda bersifat terbuka. Sistem sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh

darah pendek, ruang di sekitar organ tubuh yang disebut sinus atau hemosol.

Sistem reproduksi Arthropoda umumnya secara seksual dan aseksual

(partenogenesis). Habitat penyebaran filum Arthropoda sangat luas mulai dari

laut, perairan tawar, gurun pasir, dan padang rumput. Arthropoda diklasifikasikan

menjadi 20 kelas berdasarkan struktur tubuh dan kaki. Kelas utama dalam filum

Arthropoda, yaitu: Arachnoidea, Diplopoda, Chilopoda, Insecta, dan Crustacea

(Champbell et al,: 2004, 231).

Page 19: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

28

h. Echinodermata

Menurut Pratiwi et al. (2006:229) Echinodermata berasal dari kata Yunani

echinos yang artinya duri dan derma yang artinya kulit. Jadi, Echinodermata

berarti hewan yang kulitnya berduri. Echinodermata berhabitat di laut dan

umumnya hidup sesil (menetap). Tubuh Echinodermata tidak beruas-ruas, ketika

larva bersifat simetri bilateral, setelah dewasa menjadi simetri radial. Sistem

pernapasan berbeda-beda, ada yang menggunakan kaki tabung, insang kecil, atau

pohon respirasi. Sistem pencernaan Echinodermata lengkap dan sederhana, tetapi

pada beberapa spesies tidak memiliki anus. Rongga tubuh Echinodermata

berfungsi sebagai sistem vaskular air. Sistem ini dipakai untuk berjalan, bernapas,

ekskresi, dan menangkap mangsa.

Gambar 2.11. Anatomi bintang laut (Asteroidea)

Sumber: http://animaldiversity.ummz.umich.edu

Ampula

Perut

Pediselaria

Madreporit

Anus

Saluran radial Mulut

Gonad

Ampula Gonad

Saluran cincin

Saluran batu

Kaki tabung

Kaki tabung

Saraf radial

Papula

Duri Sakus pencernaan

Sakus pilorus

Saluran pilorus

Alat optik

Duri yang dapat bergerak

Page 20: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

29

Sistem saraf berupa cincin di sekitar mulut dan berupa sistem saraf radial.

Reproduksi secara seksual (fertilisasi eksternal) atau secara aseksual (regenerasi

dan pembelahan sel). Berdasarkan bentuk tubuhnya, Echinodermata terbagi

menjadi lima kelas yaitu: Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang ular),

Echinoidea (landak laut), Crinoidea (lili laut), dan Holothuroidea (timun

laut/teripang).

2. Nilai Intelektual Subkonsep Invertebrata

a. Berbagai spesies anggota filum Porifera sampai filum Echinodermata memiliki

nilai jual yang sangat tinggi sehingga kita harus menjaga kelestariannya.

b. Agar tidak terkena infeksi cacing hati (Fasciola hepatica) sebaiknya kita

memasak daging dan sayuran sampai benar-benar matang supaya tidak ada

larva cacing dan bibit penyakit lain yang ikut termakan.

c. Untuk mencegah penularan cacing perut (Ascaris lumbricoides) dan cacing

kremi (Oxyuris vermicularis) sebaiknya kita membiasakan diri untuk hidup

bersih, mencuci tangan sebelum makan supaya tidak ada telur cacing dan bibit

penyakit lain yang menempel di tangan dan ikut termakan.

d. Lintah (Hirudo medicinalis) bersifat parasit karena menghisap darah dari

hewan vertebrata dan manusia. Kebiasaan lintah yang menghisap darah bisa

dikembangkan menjadi suatu pengobatan alternatif untuk menyedot darah

kotor dari dalam tubuh.

Page 21: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

30

e. Lebah madu akan menghasilkan sengatan jika dirinya diganggu. Sengatan

lebah akan menimbulkan bengkak, kemerahan, dan rasa panas pada kulit.

Namun, saat ini sengatan lebah dimanfaatkan untuk pengobatan alternatif

seperti rematik dan radang sendi.

f. Serangga yang menjadi hama tanaman lebih baik ditangkap untuk dijadikan

pakan burung peliharaan daripada dibasmi dengan insektisida karena

penggunaan insektisida akan mengganggu keseimbangan ekosistem.

g. Bekicot (Achatina fulica) dan keong sawah yang hidup parasit sebagai hama

tanaman padi bisa dijadikan pakan ikan lele daripada dibasmi dengan zat-zat

kimia.

h. Hewan Echinodermata berperan sebagai pembersih laut karena memakan

bangkai atau sisa-sisa hewan yang ada di laut/pantai. Oleh karena itu kita perlu

melestarikan hewan Echinodermata guna menjaga kebersihan laut. Laut yang

bersih dan indah akan menjadi daya tarik wisata.

3. Nilai Sosial-politik Subkonsep Invertebrata

a. Dalam suatu organisasi pemerintahan setiap orang memiliki peran dan

tugasnya masing-masing seperti halnya jenis-jenis sel yang ada dalam tubuh

Porifera memiliki fungsi-fungsi tertentu.

b. Dalam kehidupan bermasyarakat, janganlah kita bersifat parasit atau

merugikan orang lain seperti kehidupan cacing pita yang menyerap sari-sari

makanan di dalam usus manusia.

Page 22: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

31

c. Telur Ascaris lumbricoides dikeluarkan ke alam bebas bersama feses,

kemudian telur yang tidak dibuahi tidak akan mengalami perkembangan lebih

lanjut sedangkan telur yang dibuahi akan meneruskan siklus hidupnya, begitu

pula seorang manusia yang terjun ke dalam kehidupan masyarakat, orang yang

bisa bersaing akan sukses sedangkan yang kalah bersaing tidak akan

berkembang.

d. Dalam setiap aktivitas kita hendaknya selalu memberikan dampak positif bagi

lingkungan sekitar kita seperti cacing tanah yang aktivitas hidup dan

pergerakannya di tanah membuat tanah berlubang-lubang/gembur serta

memiliki kandungan aerasi tanah yang baik.

e. Rangka luar (eksoskeleton) Arthropoda tidak dapat membesar mengikuti

pertumbuhan tubuh, oleh karena itu pada tahap pertumbuhan Arthropoda selalu

diikuti dengan pengelupasan eksoskeleton lama dan pembentukan eksoskeleton

baru. Begitu pula tingkat kepemimpinan seorang pemimpin tidak bisa

mengikuti terus perkembangan negara/organisasinya. Pada periode tertentu

kepemimpinan lama diganti oleh kepemimpinan yang baru.

f. Kita harus saling bertegur sapa saat berjumpa dengan teman seperti semut-

semut yang saling menepukkan antena ketika mereka bertemu.

g. Mollusca mempunyai kaki muskular yang dipakai dalam beradaptasi untuk

bertahan di substrat, menggali membor substrat, atau melakukan pergerakan

dan sebagai alat untuk menangkap mangsa. Perbedaan fungsi kaki muskular

tersebut disesuaikan dengan kondisi habitat Mollusca. Begitu pula kita selaku

Page 23: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

32

manusia yang hidup bersosialisasi dalam masyarakat harus bisa menyesuaikan

diri dengan adat dan budaya lingkungan tempat tinggal kita.

h. Sistem saluran air dalam rongga tubuh Echinodermata disebut sistem

ambulakral. Sistem ambulakral terdiri dari madreporit, saluran batu, saluran

cincin, saluran radial, saluran lateral, dan ampula. Begitu pula dalam sistem

pemerintahan di masyarakat, terdiri dari ketua RT, ketua RW, dan kepala desa.

4. Nilai Pendidikan

a. Sistem saluran air tipe sikon dan leukon pada Porifera dapat ditiru menjadi

saluran irigasi dalam pengairan sawah.

b. Struktur tubuh capung mengilhami para teknokrat untuk membuat pesawat

terbang jenis helikopter. Begitu pula struktur sayap mini (halteres) pada lalat

yang diadopsi oleh manusia ke dalam pesawat terbang sebagai sistem navigasi

(Suroso, 2010:108).

c. Ketika kita telah dipisahkan dari kehidupan orang tua kita harus bisa hidup

mandiri seperti larva efira yang bisa hidup dan berkembangbiak sendiri setelah

dipisahkan dari strobila.

d. Jika sedang mendapatkan masalah, maka kita sebaiknya menyelesaikan

masalah tersebut dengan cara yang tepat/sesuai. Seperti halnya Diplopoda yang

menggulungkan dirinya ketika bahaya mengancam, bagian tubuh yang keras

berada diluar,sedangkan bagian tubuh yang lunak dibagian dalam gulungan

tubuhnya.

Page 24: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

33

e. Dalam melakukan pekerjaan apapun jika memang bisa dikerjakan sendiri maka

kerjakanlah sendiri tanpa merepotkan orang lain, seperti halnya cacing kremi

(Oxyuris vermicularis) yang bisa melakukan autoinfeksi sehingga tidak

melibatkan perantara dalam kerjanya (mandiri).

f. Dalam menjalani kehidupan, kita harus senantiasa berusaha menjadi pribadi

yang lebih baik, bermetamorfosis dengan prinsip hari ini harus lebih baik dari

hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, seperti metamorfosis

ulat menjadi kupu-kupu.

g. Jika kita sering mendapatkan masalah dalam kehidupan maka kita harus bisa

menjadi seseorang yang semakin bijaksana dengan cara mengambil hikmah

dari masalah yang dihadapi, seperti tiram mutiara yang menghasilkan mutiara

bila ada benda asing dari luar yang masuk ke dalam cangkangnya.

h. Simetri tubuh Echinodermata saat larva simetri bilateral sedangkan setelah

dewasa bersimetri radial. Hal tersebut memberikan contoh bahwa jika pada

saat masih kecil/anak-anak kita hanya bisa menilai suatu perbuatan dari dua

sisi saja, benar atau salah maka ketika dewasa kita harus bisa melihat perbuatan

tersebut dari berbagai sudut pandang, sehingga bisa menentukan benar atau

salahnya dengan lebih bijaksana sesuai konteks kasusnya.

Page 25: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

34

5. Nilai Religi

a. Filum Mollusca memiliki anggota spesies dengan bentuk cangkang yang

bermacam-macam. Keanekaragaman dan keunikan bentuk pada filum

Mollusca membuat kita semakin mengagumi segala ciptaan Tuhan YME.

b. Proses regenerasi yang dilakukan untuk bereproduksi pada Planaria sp

menunjukkan bahwa dari bagian tubuh yang telah terpisah-pisah pun dengan

adanya kehendak Tuhan YME, potongan tubuh tersebut bisa membentuk

individu yang utuh.

c. Pada Nemathelminthes, tubuh cacing betina berukuran lebih besar dari cacing

jantan karena fertilisasinya terjadi dalam tubuh cacing betina (internal). Hal

tersebut menunjukkan bahwa Tuhan YME menciptakan bentuk makhluk sesuai

dengan tugasnya masing-masing dan setiap makhluk hidup diciptakan secara

berpasangan, sebagaimana diisyaratkan dalam Al-quran yaitu:

“ Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu

mengingat kebesaran Allah” (QS. Az-Zariyat:49).

d. Cestoda memiliki segmen-segmen tubuh yang disebut proglotid. Tiap proglotid

memiliki sistem fisiologis tubuh sendiri, namun antar proglotid masih saling

berhubungan. Adanya proglotid tersebut menunjukkan bahwa Tuhan YME

mampu membagi hal-hal terkecil sesuai dengan kehendak-Nya.

e. Kemampuan lebah untuk membangun sarang dengan struktur heksagonal yang

memberikan volume ruang paling efisien merupakan suatu bukti kekuasaan

Page 26: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

35

Tuhan YME yang telah memberikan ilham/petunjuk kepada makhluk-Nya,

sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran, bahwa:

“ Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “ Buatlah sarang-sarang di bukit-

bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia.

Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan

Tuhanmu yang tealh dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar

minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat

obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian

itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang

yang memikirkan”. (QS.An-Nahl: 68-69).

f. Keanekaragaman hewan Mollusca merupakan bentuk kasih sayang Tuhan

terhadap manusia agar manusia bisa memanfaatkan serta melestarikan hewan-

hewan tersebut dengan sebaik-baiknya.

C. Penguasaan Konsep

Belajar merupakan suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang

saling berkaitan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta

belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, serta situasi belajar yang

memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.

Hasil belajar sangat tergantung kepada proses belajar. Hasil belajar akan

terlihat setelah diberikan perlakuan pada proses belajar dianggap sebagai proses

pemberian pengalaman belajar. Hasil belajar mengharapkan terjadinya perubahan

Page 27: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

36

tingkah laku yang terjadi pada diri siswa. Ciri terjadinya perubahan tingkah pada

diri siswa ditunjukkan oleh sejumlah kemampuan memahami dan menguasai

hubungan-hubungan antara bekal kemampuan siswa dengan materi pelajaran yang

diajarkan dalam proses belajar mengajar.

Penguasaan konsep merupakan salah satu buah dari hasil belajar, yaitu

aspek kognitif. Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga

aspek yaitu ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Secara eksplisit ketiga aspek

tersebut tidak dipisahkan satu sama lain. Adapun ranah kognitif menurut

taksonomi Bloom versi baru terdiri atas (dari level 1 sampai 6): remembering

(mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), analysing

(menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta).

Penjabaran masing-masing level itu dijelaskan oleh Anderson, & Krathwohl

(2001:66-87) sebagai berikut:

1. Mengingat (Remembering)

Mengingat merupakan memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan

tersimpan dalam ingatan jangka-panjang. Hal tersebut dapat berupa: a).

mengenali (Recognizing) dan b). menyebutkan kembali (Recalling).

2. Memahami (Understanding)

Menegaskan pengertian atau makna bahan-bahan yang sudah diajarkan,

mencakup komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar. Hal tersebut dapat

berupa: a). menafsirkan; b). mengartikan; c). menerjemahkan (Interpreting); d).

memberi contoh (Exemplifying); e). menggolong-golongkan; f).

Page 28: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

37

mengelompokkan (Classifying); g). merangkum; h). meringkas (Summarizing);

i). melakukan inferensi (Inferring); j). membandingkan (Comparing); dan k).

memberikan penjelasan (Explaining).

3. Menerapkan (Applying)

Melakukan sesuatu, atau menggunakan sesuatu prosedur dalam situasi tertentu.

Hal tersebut dapat berupa: a). melaksanakan (Executing) dan b). menerapkan

(Implementing).

4. Menganalisis (Analyzing)

Menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang membentuknya, dan

menetapkan bagaimana bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut satu sama lain

saling terkait, dan bagaimana kaitan unsur-unsur tersebut kepada keseluruhan

struktur atau tujuan sesuatu itu. Hal tersebut dapat berupa: a). membeda-

bedakan (Differentiating); b). menata atau menyusun (Organizing); dan c).

menetapkan sifat atau ciri (Attributing).

5. Mengevaluasi atau menilai (Evaluating)

Menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu. Hal

tersebut dapat berupa: a). mengecek (Checking) dan b). mengkritisi

(Critiquing).

6. Mencipta (Creating)

Memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru,

atau membuat sesuatu yang orisinil. Hal tersebut dapat berupa: a).

memunculkan (Generating); b). Merencanakan; c). membuat rencana

(Planning); dan d) menghasilkan karya (Producing).

Page 29: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

38

D. Sikap Siswa

1. Definisi Sikap

Dalam mendefinisikan sikap, banyak perbedaan sudut pandang tentang sikap

itu sendiri. Suroso (2010:30) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan

bertindak pada seseorang, untuk menanamkan, memupuk, dan membina sikap dan

moral siswa, maka sikap siswa perlu ditumbuhkembangkan sejak dini kearah hal-

hal yang bersifat positif dalam kehidupan manusia dengan menjunjung tinggi

sistem dan moral yang berlaku dalam masyarakat dan agama untuk dikaitkan dan

dianalogikan dengan kandungan nilai dan moral dalam bahan ajar yang diambil

dari fenomena alam. Elmubarok (2009:47) mendefinisikan sikap sebagai suatu

bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang

merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan konatif yang

saling bereaksi di dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu

objek.

Menurut Azwar (2010:4) definisi sikap dapat dimasukkan ke dalam salah

satu diantara tiga kerangka pemikiran sikap yaitu; Pertama, kerangka pemikiran

yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan

Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan. Dengan demikian sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau

tidak memihak (unfavourable) pada objek tersebut; kedua, kerangka pemikiran

yang diwakili oleh ahli seperti Chief, Bogardus, La Pierre, Mead dan Gordon

Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan

Page 30: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

39

untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan

bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan yang potensial

untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu

stimulus yang menghendaki adanya respon; ketiga, kelompok pemikiran yang

berorientasi pada skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu

sikap merupakan komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi

dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.

Menurut Thurstone (Edwards 1957:2) sikap atau attitude is a degree of

positive or negative associated psychological object atau tingkat kecenderungan

atau pernyataan gejala senang atau tidak senang dari seseorang terhadap suatu

objek. Jika seseorang berhadapan dengan suatu objek tertentu maka responnya

diekspresikan dalam bentuk sangat senang, agak senang, tidak acuh, kurang

senang, atau tidak senang.

Jadi walaupun sikap didefinisikan oleh banyak perbedaan, namun ada

kesamaan maksud dari pengertian di atas yaitu bahwa respon seseorang terhadap

suatu hal mewakili sikap seseorang tersebut.

2. Pembentukan Sikap

Menurut Krech dan Ballancy (Syamsuni 2005: 15-16) ada empat faktor

yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu:

The attitude develop in the process of want satisfaction, the attitude of the individual are shape by information to which he is exposed, the group affiliation of individual of help determine the formation of his attitude, the attitude of individual of help determine the formation of his attitude, the attitude of individual respect his personality.

Page 31: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

40

Keempat faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap tersebut menurut

Syamsuni (2005: 15-16) dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Keinginan dari dalam diri individu (nawaitu)

Tindakan atau pekerjaan yang diawali dengan keinginan atau niat yang tulus,

ikhlas, dan semata-mata mengharap ridho-Nya sangat mempengaruhi hasil

yang akan diterima.

b. Informasi yang diterima (pengetahuan)

Informasi yang diterima, dapat mempengaruhi penilaian atau pandangannya

terhadap sesuatu yang diterima. Informasi yang diterima secara utuh dan

benar, akan mempengaruhi pola pikir sebelum mengambil sikap untuk

bertindak.

c. Afiliasi yang terjadi di dalam kelompok (pengalaman)

Afiliasi menurut Birch dan Veroff merupakan dorongan instrinsik karena ini

merupakan kebutuhan psikologis untuk diterima oleh orang lain (Prayitno,

1989:75). Kerjasama yang terjalin dalam suatu kelompok dapat memberikan

pengalaman yang sangat berharga dalam mengambil keputusan. Proses

pengambilan keputusan yang bijaksana dalam menghadapi suatu

permasalahan dalam kehidupan, sangat dipengaruhi oleh pengalaman sendiri

yang pernah dialami, dan kejadian yang menimpa orang lain. Kejadian yang

menimpa diri dan orang lain dapat dijadikan hikmah atau bahan renungan

untuk bersikap selalu lebih baik.

Page 32: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

41

d. Kepribadian (kebiasaan)

Manusia yang kepribadian atau kebiasaan seseorang dalam kehidupan sehari-

hari menunjukkan keistiqomahan dalam berakhlak. Pembiasaan akhlak yang

baik dalam berbagai macam situasi dapat membentuk karakter memberikan

manfaat bagi sesamanya.

3. Pengukuran Sikap

Banyak cara dan metode yang dikembangkan oleh para ahli dalam

mengungkap sikap manusia. Berawal dari metode-metode yang sederhana,

seperti pengungkapan langsung, sampai pada metode yang lebih rumit, seperti

skala sikap. Skala sikap (attitude scales) berupa kumpulan pernyataan-pernyataan

mengenai suatu objek sikap.

Penyusunan pernyataan skala sikap harus memperhatikan beberapa kriteria

tertentu. Azwar (2010:113) dalam bukunya menjelaskan beberapa kaidah

pembuatan pernyataan skala sikap. Kriteria tersebut adalah:

a. Hindarkan pernyataan yang menunjuk masa lampau, sebaliknya pada masa

kini.

b. Hindarkan pernyataan yang faktual dan dapat di interpretasikan secara

faktual.

c. Hindarkan pernyataan yang dapat di interpretasikan dengan lebih dari satu

jenis jawaban.

d. Hindarkan pernyataan yang tidak relevan dengan objek psikologi yang akan

diungkap.

Page 33: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

42

e. Hindarkan pernyataan yang mungkin dibenarkan oleh setiap orang atau

sebaliknya oleh tidak seorang pun.

f. Pilihlah pernyataan yang telah anda percaya mampu menjangkau semua skala

afektif dari ketertarikan.

g. Jagalah agar penggunaan bahasa dalam pernyataan itu sederhana, jelas dan

langsung.

h. Pernyataan diusahakan singkat, pendek, dan tidak lebih dari 20 patah kata.

i. Satu pernyataan diusahakan berisi hanya satu masalah yang sifatnya lengkap.

j. Pernyataan berisi sesuatu yang sifatnya umum, misalnya: semua, selalu, tidak

seorangpun dan tidak pernah. Hindarkan hal-hal yang bersifat ganda.

k. Kata seperti hanya, semata-mata dan kata lain yang serupa harus digunakan

dengan hati-hati serta tidak memihak dalam membuat pernyataan.

l. Jika mungkin, pernyataan disusun dalam kalimat yang sederhana, tidak dalam

kalimat yang kompleks.

m. Hindarkan penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh responden.

n. Hindarkan penggunaan istilah yang double negative.

E. Hubungan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Nilai, Penguasaan

Konsep, dan Pembentukan Sikap

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa penguasaan konsep merupakan

salah satu buah dari hasil belajar yaitu aspek kognitif. Siswa yang berprestasi di

kelasnya cenderung memiliki aspek kognitif yang baik, dan tentunya siswa

tersebut akan mempunyai pemahaman yang baik pula terhadap suatu konsep

Page 34: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

43

pelajaran. Dari penguasaan konsep yang baik inilah siswa akan mampu

mengembangkan konsep yang dikuasainya ke dalam nilai-nilai yang terkandung

dalam suatu konsep biologi. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Suroso

(2010:12) bahwa untuk metode pembelajaran bernuansa pendidikan nilai (nilai

intelektual, nilai sosial-politik, nilai pendidikan, dan nilai religi) selalu berpijak

kepada pengetahuan dasarnya atau pengetahuan konsepnya, yang disebut nilai

praktis. Sehingga nilai-nilai pengembangan itu bersifat penguatan terhadap nilai

praktisnya (penguasaan konsep).

Nilai-nilai yang berhasil dikembangkan siswa dari suatu konsep tentunya

disadari atau tidak akan terinternalisasi dalam pribadinya sebagai suatu sikap.

Pengembangan nilai pada suatu individu sampai melahirkan suatu sikap yang baik

tentunya tidak terbentuk secara tiba-tiba, namun memerlukan waktu yang cukup

lama. Hal ini diperkuat oleh pendapat Gulo (2002:152) yang menyatakan bahwa

nilai atau moral berkembang di dalam diri seseorang melalui proses yang cukup

lama.

Adapun tahapan terinternalisasinya suatu nilai, Krathwohl et.al dan Bloom

et.al., (Suroso, 2010:50-51) membaginya menjadi tiga tingkatan, yaitu:

1. Penerimaan suatu Nilai (Acceptance of value)

Pada tingkat penerimaan nilai ini, penekanannya mengarah kepada asal-usul

keberhasilan suatu objek, fenomena, dan perilaku yang diamatinya seperti

kepercayaan menjadi teman baik atau anggota kelompoknya. Dalam hal ini,

sesuatu dipandang bernilai apabila seseorang setelah mengamatinya, dan

Page 35: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

44

mempelajarinya kemudian ia bersikap menerima atau menyetujui terhadap

makna kandungan nilai-nilainya.

2. Pemilihan terhadap Nilai (preferensi for value)

Pada tingkat pemilihan nilai ini, seseorang berusaha menginginkan dan

mengikuti nilai yang dianutnya untuk dapat melaksanakan nilai-nilai tersebut

seperti: ia dapat mengungkapkan pandangan dan argumentasi dari suatu nilai

objek yang dipelajarinya.

3. Keterikatan atau komitmen Kepada Nilai (Commitment)

Tingkatan yang menunjukkan tampilan perilaku dari suatu nilai yang

dipegangnya dan kemungkinan memperluas pengembangan dirinya terhadap

nilai tersebut dan juga terhadap orang lain, seperti: ia dapat mengungkapkan

prinsip-prinsip dalam hidupnya dan kehidupannya di masyarakat, berupa

kepatuhannya terhadap sesuatu yang dianggap baik.

Menurut Frankel (Suroso, 2010:51) ada enam faktor yang mempengaruhi

komitmen terhadap suatu nilai, yaitu:

1. Sesuatu yang mendesak (immediacy)

Orang melakukan sesuatu pada saat tertentu, karena kepentingan mendesak,

dan nilai yang dianutnya sebenarnya tidak sesuai dengan perilaku saat itu.

2. Kepuasan diri (Austerity)

Berprinsip untuk memuaskan keinginannya dengan menghabiskan apa

adanya.

Page 36: S BIO 0700079 BAB IIa-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700079_bab_ii.pdf · TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ... di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan

45

3. Kuasa orang lain (Authentic)

Rasa kesadaranya dikalahkan oleh kuasa orang lain.

4. Keterbukaan (Open ended)

Keterbukaan yang begitu luas sehingga sulit kepastiannya.

5. Otonomi

Emansipasi dan tanggungjawab seringkali mengalahkan kepatuhan dan

kesadaran diri.

6. Reverensi (Reverence)

Hal-hal yang menyangkut kesenangan, cinta dan kepercayaan yang dapat

mengalahkan kesadaran dan kepatuuhan seseorang.

Mar’at (1981:15) menjelaskan bahwa proses belajar akan mengarah pada

pembentukan sikap yang disesuaikan pada lingkungan. Perkembangan daripada

sikap akan melalui proses sosialisasi, imitasi, dan adaptasi. Jika dikaitkan dengan

komponen kognisi serta komponen afeksi berarti bahwa komponen kognisi harus

dapat menghayati obyek yang dihadapinya agar timbul suatu sikap yang

dikehendaki. Di samping itu Mar’at (1981:17) mengungkapkan bahwa bahwa

sikap mengandung unsur penilaian dan reaksi afektif yang tidak sama dengan

motif, akan tetapi menghasilkan “motif tertentu”. Misalnya seseorang dalam

reaksi afektifnya adalah marah namun karena situasi tertentu ia bersikap ramah.

Motif yang dibentuk adalah menentukan tingkah lakunya untuk senantiasa

bersikap ramah yang sebenarnya secara terselubung ia bersikap marah.