94
17 BAB II LANDASAN TEORI A. Nilai-nilai Keagamaan 1. Pengertian Nilai Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal dan budi, selalu dituntut untuk berjuang dan berfikir kreatif dalam memilih antara baik dan buruk berdasarkan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya. Menurut Purwahadiwardoyo (1965: 97) sumber nilai yang menjadi landasan kehidupan manusia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: a. Nilai illahiah, merupakan nilai yang diperintahkan oleh Tuhan melalui para Nabi dan Rasulnya. Nilai ini mengandung kemutlakan dan kebenaran bagi kehidupan manusia b. Nilai insaniah, merupakan nilai yang tumbuh dan berkembang sesuai kesepakatan manusia, serta hidup dan berkembang dari peradaban manusia. Nilai-nilai insani akan melembaga menjadi tradisi-tradisi dan norma-norma sosial yang diwariskan secara turun temurun, serta mengikat anggota masyarakat tertentu. Encyclopedi Britanica (1998: 936), menyebutkan bahwa “value is a determination or quality of an object which involves any short or apprication or interest”, dengan perkataan lain nilai adalah kandungan atau kualitas dari suatu objek yang di dalamnya terlibat banyak kepentingan dan diapresiasikan sesuai dengan kebutuhan. Nilai secara umum akan berkaitan erat dengan kebaikan, kendati keduanya memang tidak sama. Nilai lebih merujuk kepada sikap,

S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Nilai-nilai Keagamaan

1. Pengertian Nilai

Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal dan budi, selalu dituntut

untuk berjuang dan berfikir kreatif dalam memilih antara baik dan buruk

berdasarkan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya. Menurut

Purwahadiwardoyo (1965: 97) sumber nilai yang menjadi landasan kehidupan

manusia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Nilai illahiah, merupakan nilai yang diperintahkan oleh Tuhan melalui

para Nabi dan Rasulnya. Nilai ini mengandung kemutlakan dan kebenaran

bagi kehidupan manusia

b. Nilai insaniah, merupakan nilai yang tumbuh dan berkembang sesuai

kesepakatan manusia, serta hidup dan berkembang dari peradaban

manusia. Nilai-nilai insani akan melembaga menjadi tradisi-tradisi dan

norma-norma sosial yang diwariskan secara turun temurun, serta mengikat

anggota masyarakat tertentu.

Encyclopedi Britanica (1998: 936), menyebutkan bahwa “value is a

determination or quality of an object which involves any short or apprication or

interest”, dengan perkataan lain nilai adalah kandungan atau kualitas dari suatu

objek yang di dalamnya terlibat banyak kepentingan dan diapresiasikan sesuai

dengan kebutuhan. Nilai secara umum akan berkaitan erat dengan kebaikan,

kendati keduanya memang tidak sama. Nilai lebih merujuk kepada sikap,

Page 2: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

18

pendapat atau rasa seseorang terhadap sesuatu objek, sedangkan kebaikan itu

melekat pada objeknya.

Hartmann (1997: 45) yang menyebutkan nilai sebagai suatu “rasa kualitas”

yang melekat pada objek yang mengembannya. Rasa kualitas ini seperti

keindahan sebuah lukisan atau kegunaan sebuah peralatan. Dalam bukunya yang

berjudul filsafat nilai, Frondizi (2001: 8) mengatakan bahwa nilai merupakan

kualitas yang tidak nyata, dimana nilai suatu objek merupakan sifat, kualitas atau

sui generis yang dimiliki objek tersebut.

Moslow dalam Gobel (1994: 154) menyebutkan nilai-nilai utama adalah

nilai-nilai luhur yang didambakan oleh orang-orang yang mengaktualisasikan diri

sebagai being values berupa hasil pengalaman puncak mereka tentang kebenaran,

keindahan, keseluruhan dan dikotomi transendensi sebagai transformasi atas hal-

hal yang bertentangan menjadi satu kesatuan.

Selanjutnya Rokeach (1973: 5) dalam bukunya the nature of human

values, mengatakan beberapa hal yang berkaitan dengan nilai yaitu:

“A value is an enduring belief that a particular and spesific mode of conduct (being courogous, honest, loving, obedient, etc), or a state of existence (peace, equality, freedom, pleasure, happiness) is personally or socially desirable and preferable to an opposite or converse”.

Suatu nilai adalah sebuah keyakinan, suatu cara bertindak yang spesifik,

atau suatu keadaan akhir dari eksistensi secara pribadi atau sosial yang lebih

diingini. Sedangkan Djahiri (1966: 23) yang mengatakan bahwa nilai merupakan

seperangkat ide, gagasan, serta sesuatu yang berharga menurut standar logika,

estetika, etika, agama dan hukum yang menjadi orientasi motivasi dalam

Page 3: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

19

berprilaku dan bersikap, maka nilai yang dianut dapat dijadikan standar dalam

mengukur suatu motivasi.

Menurut Bartens dalam Paul Suparno (2002: 76) nilai merupakan sesuatu

yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

disukai dan diinginkan. Selanjutnya Kohlberg (1976) dalam Frondizi (2001: 43)

menyatakan bahwa nilai terbagi dalam dua kelompok yaitu instrumental dan nilai

intrinsik.

Nilai instrumental merupakan nilai yang dianggap baik, karena bernilai untuk sesuatu yang lain. Nilai ini terletak pada konsekuensi-konsekuensi pelaksanaanya, dalam upaya untuk mencapai nilai yang lain. Jadi, nilai instrumental dapat dikategorikan sebagai nilai yang bersifat relatif dan subjektif. Sedangkan nilai intrinsik ialah nilai yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan untuk nilai di dalam dan dari dirinya sendiri. Nilai intrinsik bersifat objektif dan menjadi pusat dalam hirarki nilai yang terkandung di dalam kodrat manusia. Nilai-nilai tersebut di tempa secara utuh dalam suatu kerangka pengalaman dan ditetapkan dalam pilihan tindakan seseorang.

Pengelompokan bentuk nilai akan dipengaruhi juga oleh orientasi

seseorang terhadap konsep suatu nilai. Djahiri (1966: 54) mengatakan bahwa

bentuk nilai dapat muncul dari beberapa landasan orientasi yaitu logik, etik dan

estetik, misalkan nilai rasional (landasan logik), nilai sentimentil (landasan

estetik) dan nilai moral (landasan etik). Sedangkan menurut Hasan (1986: 57)

nilai dapat dikelompokan dalam empat bentuk, yaitu:

1. Nilai etis yaitu nilai yang mendasari orientasinya pada ukuran baik dan

buruk.

2. Nilai pragmatis yaitu nilai yang mendasari orientasinya pada keberhasilan

dan kegagalannya.

Page 4: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

20

3. Nilai effek-sensorik yaitu nilai yang mendasari orientasinya pada situasi

menyenangkan atau menyedihkan.

4. Nilai religius yaitu nilai yang mendasari orientasinya pada pahala dan dosa

atau halal dan haram.

Setiap individu tidak akan menganut bentuk nilai dan standar moral yang

sama terhadap suatu objek atau realita. Walaupun demikian, apapun yang terjadi

individu tersebut akan berusaha menjadi yang terbaik dalam pilihan dan ketetapan

sikapnya. Winecoff (1988) dalam Manan (1995: 3) menggambarkan kaitan nilai

dengan elemen-elemen lain yang terlibat dalam perubahan tingkah laku individu

sebagai berikut:

Dalam bukunya Revolusi Harapan ia mengatakan bahwa konfigurasi nilai

dapat berwujud kebenaran apabila nilai logika, moral dan agama yang

dikandungnya memberi kepuasan rasa intelek dan mengandung manfaat yang

hakiki.

Nilai beararti perwujudan keadaan manusia sebagai makhluk berakal budi

yang menunjukkan harkat martabatnya. Dengan tingkat kesadaran nilai inilah

harkat martabat manusia tetap luhur atau sebaliknya. Adapun tujuan dan fungsi

nilai adalah sebagai berikut:

Keyakinan atau kepercayaan

Informasi baru (stimulus)

sikap

Perilaku baru Nilai dan maksud

nilai Standar moral

Page 5: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

21

a. Manusia sebagai makhluk pribadi, sebagai subyek diri-sendiri dengan

identitasnya yang unik dan mandiri, yang mempunyai kehendak, perasaan

dan pikiran (pilihan nilai) sendiri, yang dapat berbeda dengan pribadi lain.

b. Manusia sebagai makhluk sosial, sebagai bagian dari keluarga dan

masyarakatnya, bangsa dan negaranya. Dalam kebersamaan ini manusia

mewarisi nilai kebersamaan, solidaritas kelompok dan kebangsaan.

c. Manusia sebagai makhluk susila (makhluk sosial) yang secara kodrat

memiliki kesadaran akal-budi, berupa malu dan kehormatan diri,

kesadaran moral (tanggung jawab kepada Tuhan dan kebenaran,

kemanusiaan).

2. Moral

a. Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa latin mors/moralis artinya adat istiadat,

kebiasaan, cara dan tingkah laku yang berkaitan dengan aktivitas manusia.

Istilah moral dalam kamus filsafat (1995: 145) ialah segala sesuatu yang

berkaitan dengan aktivitas manusia yang dipengaruhi oleh kesadaran dan

dipandang sebagai baik atau buruk dan benar atau salah sesuai dengan kaidah.

Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1988: 123) ialah moral

memiliki dua pengertian yaitu:

a. Serangkaian ajaran tentang baik dan buruk yang diterima umum

mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan susila.

Page 6: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

22

b. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat,

bergairah dan berdisiplin sebagaimana terungkap dalam perbuatan.

Lakoff (1996: 32) mengatakan bahwa moral merupakan suatu pandangan

baik dan buruk yang telah diterima umum. Moral juga menyangkut kondisi mental

psikologis seseorang yang melatarbelakangi perilaku, sikap, kewajiban, penilaian,

akhlak, budi pekerti, sopan santun dan susila. Poespoprodjo (1999: 67)

mengatakan bahwa moral tidak lain adalah tanggapan terhadap suatu peraturan

yang dalam aplikasinya akan menjadi ketetapan perbuatan (prescibed action),

tugas dan kewajiban (duty and obligation), dan tanggung jawab dirinya (moral

obligation-responsibility).

Keyakinan tentang moral menurut Poespoprodjo (1999: 65) merupakan suatu

bentuk pandangan normatif, ajaran-ajaran, ceramah, khotbah, patokan, kumpulan

peraturan dan ketetapan lisan maupun tulisan tentang bagaimana harus berprilaku

dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Moral adalah tuntunan keharusan

bagi perorangan, kelompok, bangsa serta moral tidak pernah independen ia

ditentukan oleh nilai dan norma lain.

Selain itu istilah moral mengandung makna integritas pribadi manusia,

yakni harkat dan martabat seorang pribadi. Derajat kepribadian seorang manusia

amat ditentukan oleh moralnya. Moral pribadi seperti predikat dan “atribut”

kemanusiaan seseorang. Moral adalah inti dan nilai kepribadian. Bahkan moral

bermakna integritas dan identitas manusia. Secara praktis sehari-hari, istilah moral

ialah kepribadian seseorang, citra pribadi manusia.

Page 7: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

23

Sedangkan menurut Marzuki Umar Sa’abah (2001:230) mengatakan bahwa

moral diartikan sebagai adat istiadat, kebiasaan, tata cara kehidupan yang dapat

diterima oleh masyarakat dimana ia hidup. Di dalam islam perilaku seseorang

dinilai bermoral apabila terdapat dua aspek, dimana dua aspek itu adalah aspek

normatif yaitu pertimbangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, hak dan

bathil, diridhoi dan dikutuk Allah Swt. Sedangkan dilihat dari aspek operatif yaitu

sesuatu yang menjadi standarisasi perilaku manusia.

Pengertian lain juga dikemukakan oleh Franz Magnis suseno dalam bukunya

etika dasar masalah-masalah pokok filsafat moral, dikatakan bahwa moral adalah

kata moral selalu mengacu pda baik-buruknya manusia sebagai manusia, yang

merupakan tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan

seseorang. Adapun Batasan dan Makna Moral itu sendiri adalah sebagai berikut:

a. Menurut New Webster’s Dictionary, dijelaskan : Kata moral, berasal

dari istilah Latin Mos, moris, mores = tingkah laku. Moral sebagai kata

benda, mengandung makna :

(1) Prinsip-prinsip benar dan salah mengenai tingkah laku dan

karakter.

(2) Pendidikan tentang ukuran tingkah laku yang baik.

Morale, berarti sikap mental, seperti terdapat dalam kesatuan militer,

misalnya : keberanian mengemukakan pendapat, kepatuhan pada

atasan, disiplin tinggi.

Moralis, berarti :

(1) seseorang yang mengajar moral;

Page 8: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

24

(2) seorang penulis atau pengajar etika;

(3) seorang pribadi yang mencerminkan tingkah laku dan kepribadian

yang selalu baik (ideal).

b. Menurut The New Oxford Illustrated Dictonary, di jelaskan :

Moral, sebagai kata sifat berarti :

(1) Berhubungan dengan karakter, tentang benar dan salah;

(2) Tingkah laku yang baik, mulia dan benar.

Moral, sebagai kata benda berarti pengajaran tentang baik dan buruk

yang diambil dari cerita-cerita binatang, cerita rakyat dan kebiasaan

dalam masyarakat.

Morale, sebagai kata benda, berarti sikap mental, seperti disiplin dan

kepatuhan yang lazim berlaku dalam kesatuan militer.

Moralisme, sebagai kata benda, berarti sistem morallitas, yakni

prinsip-prinsip tingkah-laku yang benar dibedakan dengan yang salah.

Moralis, kata benda, berart :

(1) seorang yang melakukan perbuatan yang baik;

(2) seorang pengajar moral.

c. Menurut Ensiklopedi Indonesia No. 4, dijelaskan : pengertian istilah

moral, moralis, moril, sebagai berikut :

(1) semangat atau suasana hati yang menjunjung tinggi tugas;

(2) yakin akan kebenaran mengenai apa yang dilakukan; oleh karena

itu berani menghadapi akibat yang terburuk sekalipun.

Page 9: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

25

Moril, berarti batin, bukan benda : misalnya bantuan moril adalah

bantuan yang berupa sokongan batin, bukanberupa benda atau uang.

Dengan demikian dapat disimpulkan makna moral adalah sebagai

berikut:

(1) makna moral ialah berkenaan dengan sikap dan kepribadian

manusia, tingkah laku yang baik dan benar, sikap, semangat,

mental atau batin yang memancar dalam kepribadian;

(2) ajaran tentang norma tingkah laku (etika) yang berlaku dalam

suatu kehidupan manusia.

d. Tujuan dan Fungsi Moral

Moral adalah ukuran nilai dan norma dalam kehidupan pribadi dan sosial

manusia; moral ialah perwujudan kesetiaan dan keptuhan manusia dalam

mengemban nilai dan norma. Jadi, tujuan dan fungsi moral merupakan

pengalaman nilai dan norma, sekaligus sebagai perwujudan harkat-martabat

kepribadian manusia. Tegasnya, tujuan da fungsi moral terutama meliputi :

1. Menjamin tegaknya harkat dan martabat pribadi seseorang dan

kemanusiaan.

2. Menjamin kebahagiaan rohani dan jasmani manusia karena penunaian

fungsi moral tidak menimbulkan konflik-konflik batin, rasa menyesal,

perasaan berdosa atau kekecewaan.

3. Menjamin keharmonisan antar hubungan sosial pribadi, karena moral

memberikan landasan kepercayaan kepada sesama; percaya atas itikad

baik dan kebaikan setiap orang karena moralitasnya yang luhur.

Page 10: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

26

4. Fungsi moral lebih-lebih memberikan motivasi kebaikan dan kebajikan

dalam tiap sikap dan tindakan manusia; manusia berbuat kebaikan dan

kebajikan didasarkan atas kesadaran kewajiban yang dilandasi moral

(Ketuhanan keagaamaan dan atau moral nasional/filsafat negara).

5. Moral memberikan wawasan masa depan baik konsekuensi dan sanksi

sosial dalam kehidupan di dunia yang selalu dipertimbangkan sebelum

bertindak; juga lebih-lebih konsekuensi tanggung jawab terhadap Tuhan

dalam kehidupan di akhirat.

6. Moral memberikan landasan kesabaran, untuk bertahan terhadap segala

dorongan naluri dan keinginan (nafsu); memberi daya tahan dalam

menunda atau menolak dorongan-dorongan yang rendah yang

mengancam harkat-martabat pribadi manusia.

e. Masalah Dekadensi Moral di Indonesia

Masalah moral, adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang di

mana saja, baik dalam masyarakat yang telah maju, maupun dalam masyarakat

yang masih terbelakang. Karena kerusakan moral seseorang mengganggu

ketentraman yang lain. Jika dalam suatu masyarakat banyak orang yang rusak

moralnya, maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. Apa yang

dimaksud dengan moral itu? Elizabeth Hurlock berkata dalam bukunya Child

Delepment:

“True morality is behaviour which Conforms to Social standars and whics is also carried out poluntarily by the individual. It comes with the transition from external to internal authority and Consiste of Conduct regulated from within. It is accompanied by a feeling of personal responsibility for the act. Added to this it involves giving primary

Page 11: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

27

Considerations to the welfare of the group, while personal desires or gains are relegated to aposition of secondary importance.” Yang terpokok dari kutipan itu ialah, moralitas yang sungguh-sungguh itu

sebagai berikut :

1. Kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran masyarakat, yang timbul

dari hati sendiri (bukan paksaan dari luar).

2. Rasa tanggung jawab atas tindakan itu.

3. Mendahulukan kepentingan umum dari pada keinginan atau

kepentingan pribadi.

Jika kita ambil ajaran agama, misalnya agama Islam, maka yang terpenting

adalah akhlak (moral), sehingga ajarannya yang terpokok adalah untuk

memberikan bimbingan moral di mana Nabi Muhammad saw bersabda :

Sesungguhnya saya diutus oleh Tuhan adalah untuk menyempurnakan akhlak.

Dan beliau sendiri memberikan contoh dari akhlak yang mulia itu di antara

sifat beliau yang terpenting adalah : benar, jujur, adil, dan dipercaya.

Dari manapun kita ambilkan definisi tentang moral, maka definisi itu akan

menunjukkan bahwa moral itu sangat penting bagi tiap-tiap orang, tiap

bangsa, bahkan ada seorang penyair Arab yang mengatakan bahwa ukuran

suatu bangsa, adalah akhlaknya. Jika mereka tidak berakhlak, maka bangsa itu

tidak berarti (berharga). Memang moral adalah sangat penting bagi suatu

masyarakat, bangsa dan ummat, kalau moral rusak, ketentraman dan

kehormatan bangsa itu akan hilang. Maka untuk memelihara kelangsungan

hidup secara bangsa yang terhormat, Indonesia perlu sekali memperhatikan

pendidikan moral bagi generasi yang akan datang.

Page 12: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

28

Jika kita tinjau keadaan masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar

sekarang ini dengan dasar-dasar moral yang disebutkan di atas, maka akan kita

dapatilah bahwa moral sebagian anggota masyarakat telah rusak, atau mulai

merosot. Di mana kita lihat, kepentingan umum tidak lagi yang menjadi

nomor satu, akan tetapi kepentingan dan keuntungan pribadilah yang

menonjol pada banyak orang.

Kejujuran, kebenaran, keadilan dan keberanian telah tertutup oleh

penyelewengan-penyelewengan baik yang terlihat ringan maupun berat;

banyak terjadi adu domba, hasad dan fitnah, menjilat, menipu, berdusta,

mengambil hak orang sesuka hati, di samping perbuatan-perbuatan maksiat

lainnya.

Yang dihinggapi oleh kemerosotan moral itu, tidak saja orang yang telah

dewasa, akan tetapi telah menjalar sampai kepada tunas-tunas muda yang kita

harapkan untuk melanjutkan perjuangan membela nama baik bangsa dan

negara kita. Belakangan ini kita banyak mendengar keluhan-keluhan orang

tua, ahli pendidik dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama,

sosial, anak-anak terutama yangs sedang berumur belasan tahun dan mulai

remaja, banyak yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, berbuat

keonaran, maksiat dan hal-hal yang mengganggu ketentraman umum. Dalam

hal ini marilah kita bagi gejala-gejala yang menunjukkan kemerosotan moral

pada anak-anak muda kepada beberapa segi :

1. Kenakalan ringan :

Page 13: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

29

Misalnya keras kepala, tidak mau patuh kepada orang tua dan guru, lari

(bolos) dari sekolah, tidak mau belajar, sering berkelahi, suka

mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan, cara berpakaian dan lagak-

lagu yang tidak peduli dan sebagainya.

2. Kenakalan yang menggannggu ketentraman dan keamanan orang lain :

Misalnya mencuri, memfitnah, merampok, menodong, menganiaya,

merusak milik orang lain, membunuh, ngebut dan lain sebagainya.

3. Kenakalan seksuil :

a. Terhadap jenis lain (Hetero-seksuil)

b. Terhadap orang sejenis (Homo-seksuil)

Kenakalan-kenakalan atau kerusakan-kerusakan moral yang disebutkan di

atas adalah di antara macam-macam kelakuan anak-anak yang

menggelisahkan orang tuanya sendiri dan juga ada yang menggelisahkan

dirinya sendiri. Tidak sedikit orang tua yang mengeluh kebingungan

menghadapi anak-anak yang tidak bisa lagi dikendalikan baik oleh orang tua

itu sendiri, maupun oleh guru-gurunya.

Bukanlah menjadi rahasia lagi bahwa nilai moral dalam masyarakat telah

goncang. Dalam cara berpakaian misalnya, kita mendengar di sana sini

banyaknya anak-anak muda yang berpesta ria di tempat-tempat khusus dengan

pakaian yang sangat minim, bahkan hampir populer istilah a.c.d (anti celana

dalam). Adanya istilah tersebut, menggambarkan dengan jelas bahwa apa

yang disuruhkan Tuhan untuk memelihara alat vitalnya tidak dipatuhi dengan

sengaja, bahkan ada club dan tempat di mana berkumpulnya laki-laki dan

Page 14: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

30

perempuan sama-sama tidak berpakaian sama sekali, selama acara dan pesta

mereka berlangsung.

Bahkan belum lama ini muncul diberita bahwa sepasang perempuan dan

laki-laki sedang melakukan hubungan intim (hubungan suami istri) di sebuah

kamar hotel, dan yang lebih sangat memprihatinkannya lagi bahwa yang

melakukan hubungan perzinaan tersebut adalah anak yang masih duduk

dibangku sekolah. Dimana liburan sekolah dijadikan ajang untuk bersenang-

senang dalam hal yang negatif.

Lebih jauh lagi, di sana sini telah dibuat tempat manusia durhaka

melampiaskan hawa nafsunya, yang diberi nama yang indah misalnya Taman

Hiburan, Night Club dan sebagainya, yang dilayani dengan resmi oleh wanita

cantik, yang akan merayu melayani segala permintaan laki-laki, yang sekarang

dengan berani diperkenalkan istilah hostess.

Dengan melihat banyak kasus seperti yang dicontohkan diatas, dengan

prihatin kita terpaksa mengakui bahwa moral sebagian orang sekarang ini

mengalami kemerosotan, bahkan dapat dikatakan telah meninggalkan nilai

moral. Dimana nilai-nilai agama disana sudah tidak diperhatikan lagi bahkan

sudah dianggap mati (tidak ada).

f. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Merosotnya Moral

Faktor-faktor penyebab dari kemerosotan moral dewasa ini sesungguhnya

banyak sekali antara lain yang terpenting adalah :

1. Kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam

masyarakat.

Page 15: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

31

Keyakinan beragama yang didasarkan atas pengertian yang sungguh-

sungguh dan sehat tentang ajaran agama yang dianutnya, kemudian

diiringi dengan pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut merupakan benteng

moral yang paling kokoh. Marilah kita ambil sebagai contoh ajaran Islam,

di mana yang menjadi ukuran bagi mulia atau hinanya seseorang adalah

hati dan perbuatannya, hati yang taqwa dan perbuatan yang baik.

Apa yang dimaksud dengan taqwa dalam ajaran Islam, dapat dibaca

dalam surat Al-Baqarah ayat 177, yang artinya sebagai berikut :

“Berbuat baik itu bukanlah menghadapkan mukamu ke arah Timur atau Barat, akan tetapi yang berbuat baik ialah orang yang : a. Percaya kepada Allah, Hari Akhirat, Malaikat, Kitab suci dan

Nabi-nabi (keimanan). b. Memberikan harta yang dicintai kepada kaum kerabat, anak yatim,

orang miskin, musafir yang kekurangan, orang minta-minta dan memerdekakan budak (moral+sosial).

c. Mendirikan salat/sembahyang (Pengabdian). d. Mengeluarkan zakat (sosial). e. Menepati janji yang telah dibuatnya (moral). f. Bersabar dalam kesusahan, penderitaan, dan kegentingan (moral).

Orang –orang itulah yang dikatakan benar dan merekalah yang dinamakan bertqwa.”

Inilah yang dimaksud dengan taqwa di dalam Islam. Selanjutnya

apabila jiwa taqwa telah tertanam dan bertumbuh dengan baik dalam

pribadi seseorang, maka dengan sendirinya ia akan berusaha pula mencari

pengertian tentang ajaran-ajaran Islam yang akan membimbingnya dalam

hidup. Ada larangan yang wajib diindahkannnya dan ada pula tugas yang

wajib dilaksanakan, di samping adanya anjuran-anjuran untuk

melaksanakan atau meningggalkan hal-hal tertentu. Semuanya itu

Page 16: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

32

tersimpul dalam hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang mempunyai

sanksi.

Apabila keyakinan beragama itu, betul-betul telah menjadi bagian

integral dari kepribadian seseorang, maka keyakinannya itulah yang akan

mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan perasaannya. Jika terjadi

tarikan orang kepada sesuatu yang tampaknya menyenangkan dan

menggembirakan, maka keimanannya cepat bertindak meneliti apakah hal

tersebut boleh atau terlarang oleh agamanya andaikata termasuk hal yang

terlarang, betapapun tarikan luar itu tidak akan diindahkannya karena ia

takut melaksanakan yang terlarang dalam agama. Akan tetapi, sudah

menjadi suatu tragedi dari dunia yang maju di mana segala sesuatu hampir

dapat dicapai dengan Ilmu Pengetahuan, maka keyakinan beragama mulai

terdesak. Kepercayaan kepada Tuhan tinggal sebagai simbol, larangan-

larangan dan suruhan-suruhannya tidak diindahkan lagi. Dengan

longgarnya perpegangan kepada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan

pengontrol yang ada di dalam diri. Dengan demikian satu-satunya alat

pengawas dan pengatur moral yang sisa adalah masyarakat dengan hukum

dan peraturannya. Biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat

pengawasan dari dalam diri sendiri. Karena pengawasan masyarakat itu

datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang

disangka akan mengetahuinya maka dengan senang hati orang berani

melannggar aturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila masyarakat

itu banyak orang yang melakukan pelanggaran moral itu, dengan

Page 17: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

33

sendirinya orang yang kurang iman tadi akan mudah pula meniru dan

melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama.

Dan yang lebih berbahaya dalam hal ini adalah orang pandai yang tidak

beragama, akan dengan mudah menyesatkan, mengelabui dan membujuk

orang kepada perbuatan-perbuatan amoral. Maka untuk menjaga

keamanan dan ketentraman masyarakat perlu diadakan pengawasan yang

ketat dan hukum yang mempunyai sanksi-sanksi berat, serta petugas-

petugas keamanan yang millitant.

Tapi, jika setiap orang kuat keyakinannya kepada Tuhan mau

menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, maka tidak perlu polisi,

tidak perlu pengawasan yang ketat, karena setiap orang dapat menjaga

dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan

Tuhannya.

Semakin jauh masyarakat dari agama, semakin susah memelihara moral

orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena

semakin banyaknya pelanggaran-pelanggaran atas hak dan hukum.

2. Keadaan masyarakat yang kurang sehat.

Faktor kedua yang ikut mempengaruhi moral masyarakat ialah kurang

stabilnya keadaan, baik ekonomi, sosial, maupun politik. Kegoncangan

atau ketidakstabilan suasana yang melingkungi seseorang menyebabkan

gelisah dan cemas, akibat tidak dapatnya mencapai rasa aman dan

ketentraman dalam hidup.

Page 18: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

34

Misalnya apabila keadaan ekonomi goncang, harga barang-barang naik

turun dalam batas yang tidak dapat diperkirakan lebih dahulu oleh orang-

orang dalam masyarakat, maka untuk mencari keseimbangan jiwa

kembali, orang terpaksa berusaha keras. Jika ia gagal dalam usahanya

yang sehat, maka ia akan menempuh jalan yang tidak sehat, disinilah

terjadinya penyelewengan-penyelewengan, pada mulanya karena

kebutuhan, tapi bisa bertumbuh menjadi keserakahan atau tamak.

Demikian juga dengan keadaan sosial dan politik, jika tidak stabil, akan

menyebabkan orang merasa takut, cemas dan gelisah, hal mana akan

mendorong pula kepada kelakuan-kelakuan yang mencari rasa aman

kadang-kadang menimbulkan kecurigaan, tuduhan-tuduhan yang tidak

beralasan, kebencian kepada orang lain, adu domba, fitnah dan sebagainya.

Hal ini semua mudah terjadi pada orang yang kurang keyakinannya

kepada agama, dan mudah menjadi gelisah.

3. Tidak terlaksananya pendidikan moral dengan baik.

Faktor ketiga yang juga penting, adalah tidak terlaksananya pendidikan

moral dengan baik, dalam rumah tangga, sekolah dan masyarakat.

Pembinaan moral, seharusnya dilaksanakan sejak si anak kecil, sesuai

dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum

mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-

batas dan ketentuan moral yang berlaku dalam lingkungannya. Tanpa

dibiasakan menanamkan sikap-sikap yang dianggap baik buat

penumbuhan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu.

Page 19: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

35

Juga perlu diingat bahwa pengertian tentang moral, belum dapat

menjamin tindakan moral. Maka moral bukanlah suatu pelajaran atau ilmu

pengetahuan yang dapat dicapai dengan mempelajari, tanpa membiasakan

hidup bermoral dari kecil dan moral itu tumbuh dari tindakan kepada

pengertian, tidak sebaliknya.

Di sinilah peranan ibu/bapak, guru dan lingkungan yang sangat penting.

Jika si anak dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua yang tidak bermoral

atau tidak mengerti cara mendidik, ditambah pula dengan lingkungan

masyarakat yang goncang dan kurang mengindahkan moral, maka sudah

barang tentu, hasil yang akan terjadi, tidak menggembirakan dari segi

moral.

4. Suasana rumah tangga yang kurang baik.

Faktor yang terlihat pula dalam masyarakat sekarang, ialah kerukunan

hidup dalam rumah tangga kurang terjamin. Tidak tampak adanya saling

pengertian, saling menerima, saling mrnghargai, saling mencintai diantara

suami istri.

Tidak rukunnya ibu dan bapak menyebabkan gelisahnya anak-anak,

mereka menjadi takut, cemas dan tidak tahan berada di tengah-tengah

orang tua yang tidak rukun. Maka anak-anak yang gelisah dan cemas itu

mudah terdorong kepada perbuatan-perbuatan yang merupakan ungkapan

dari rasa hatinya, biasanya mengganggu ketentraman orang lain.

Demikian juga halnya dengan anak-anak yang merasa kurang mendapat

perhatian, kasih sayang dan pemeliharaan orang tua akan mencari

Page 20: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

36

kepuasan di luar rumah, seperti anak-anak yang kita sebutkan dalam

contoh-contoh di atas. Umumnya mereka datang dari rumah tangga yang

berantakan.

5. Diperkenalkannya obat-obat dan alat-alat anti hamil.

Suatu hal yang oleh sementara pejabat tidak disadari bahayanya

terhadap moral anak-anak muda adalah diperkenalkannya secara populer

obat-obatan dan alat-alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan.

Seperti kita ketahui bahwa usia muda adalah usia yang baru mengalami

dorongan seksuil akibat pertumbuhan biologis yang dilaluinya, mereka

belum mempunyai pengalaman, dan jika mereka juga belum mendapat

didikan agama yang mendalam dengan mudah mereka dapat dibujuk oleh

orang-orang yang tidak baik (laki-laki atau perempuan jahat) yang hanya

melampiaskan hawa nafsunya.

Maka terjadilah umpamanya obat atau alat-alat itu digunakan oleh

anak-anak muda yang tidak terkecuali anak-anak sekolah atau mahasiswa

yang dapat dibujuk oleh orang yang tidak baik itu oleh kemauan mereka

sendiri yang mengikuti arus darah mudanya, tanpa kendali. Orang tidak

ada yang akan tahu, karena bekasnya tidak terlihat dari luar.

6. Banyaknya tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang tidak

mengindahkan dasar-dasar moral.

Suatu hal yang belakangan ini yang kurang menjadi perhatian kita ialah,

tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, kesenian-

kesenian, dan permainan-permainan yang seolah-olah mendorong anak-

Page 21: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

37

anak muda untuk mengikuti arus mudanya. Segi-segi moral dan mental

kurang mendapat perhatian, hasil-hasil seni itu sekedar ungkapan dari

keinginan dan kebutuhan yang sesungguhnya tidak dapat dipenuhi begitu

saja. Lalu digambarkan dengan sangat realistis, sehingga semua yang

tersimpan di dalam hati anak-anak muda diungkap dan realisasinya terlihat

dalam cerita, lukisan atau permainan tersebut. Ini pun mendorong anak-

anak muda kejurang kemerosotan moral.

7. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu terluang.

Suatu faktor yang juga telah ikut memudahkan rusaknya moral anak-

anak muda, ialah kurangnya bimbingan dalam mengisi waktu terluang

dengan cara yang baik dan sehat. Umur muda adalah umur suka berkhayal,

melamunkan hal yang jauh. Kalau mereka dibiarkan tanpa bimbingan

dalam mengisi waktunya timbul dari mereka.

8. Kurangnya markas bimbingan.

Terakhir perlu dicatat bahwa kurangnya markas bimbingan dan

penyuluhan yang akan menampung dan menyalurkan anak-anak ke arah

mental yang sehat. Dengan kurangnya atau tidak adanya tempat kembali

bagi anak-anak yang gelisah dan butuh bimbingan itu, maka pergilah

mereka berkelompok dan menggabung kepada anak-anak yang juga

gelisah. Dari sini akan keluarlah model kelakuan yang kurang

menyenangkan.

Page 22: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

38

3. Nilai-nilai Agama Islam

Arti kata islam itu sendiri adalah Islam secara etimologis berasal dari tiga

akar kata yaitu Salam artinya damai atau kedamaian, Salamah artinya

keselamatan, Aslama artinya berserah diri atau tunduk patuh. Pengertian lain Al-

Islam memiliki beberapa arti diantaranya yaitu yang pertama, dari kata Aslama-

Yuslimu-Islaman, berarti memelihara dalam keadaan selamat, damai dan

sejahtera (QS. Al-Maidah :16). Yang kedua, dari kata Salima-Yaslamu, berarti

menyerah diri, taat, patuh dan tunduk.

Dari pengertian yang disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa islam

mengandung arti berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya kepada

kehendak Allah itu melahirkan keselamatan, dan islam itu mengajarkan

perdamaian bagi umatnya dan dengan kedamaian tersebut, islam akan menjadi

petunjuk bagi manusia untuk memperoleh keselamatan dan kesejahteraan hidup di

dunia dan di akhirat.

Pengertian islam secara terminologis diungkapkan oleh ti Dosen

Pendidikan Agama Islam (PAI) UPI (2004: 32) bahwa “Islam adalah satu sistem

ajaran ketuhanan (agama) yang berasal dari Allah Swt disampaikan kepada umat

manusia melalui risalah yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw”. Pendapat lain

mengenai pengertian agama islam dikemukakan oleh M. Nur.A Hamid et.al yang

dikutip oleh A Zainuddin (1999: 14) bahwa:

Dinul Islam adalah peraturan atau ajaran yang berasal dari Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. Untuk disebarluaskan kepada umat manusia yang berada di bumi, agar nereka mendapatkan petunjuk yang lurus dan benar guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat

Page 23: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

39

Islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak manusia

digelarkan ke muka bumi, dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan

sempurna dalam Al-Quran yang suci yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi-Nya

yang terakhir, yakni Muhammad ibn Abdullah, satu kaidah hidup yang memuat

tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual

maupun material.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa islam adalah agama yang

diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya, berisi hukum-hukum

yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan

manusia dengan alam semesta guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di

akhirat.

Semua Rasul mengajarkan ke-Esaan Allah (Tauhid) sebagaimana dasar

keyakinan bagi umatnya. Sedangkan aturan-aturan pengamalannya desesuaikan

dengan tingkat perkembangan budaya manusia pada zamannya. Karena itu

diantara para rasul itu terdapat perbedaan dalam syari’at. Setelah Rasul-rasul yang

membawanya wafat, agama islam yang dianut para pengikutnya itu mengalami

perkembangan dan perubahan baik nama maupun isi ajarannya. Akhirnya islam

menjadi nama bagi satu-satunya agama, yaitu agama yang di bawa oleh Nabi

Muhammad Saw.

Agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw adalah islam yang

terakhir diturunkan Allah kepada manusia. Karena itu tidak akan ada lagi Rasul

yang diutus ke muka bumi. Kesempurnaan ajaran islam yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad sesuai dengan tingkat budaya manusia yang telah mencapai

Page 24: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

40

puncaknya, sehingga islam akan sesuai dengan budaya manusia sampai sejarah

manusia berakhir pada hari kiamat nanti.

Agama islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh aspek kehidupan

manusia, baik sebagai hamba Allah, individu, anggota masyarakat, maupun

sebagai makhluk dunia.

Secara garis besar nilai-nilai yang terkandung dalam agama islam

menyangkut tiga hal pokok yaitu:

a. Aspek keyakinan yang disebut Aqidah, yaitu aspek kredial atau keimanan

terhadap Allah Swt. Dan semua yang difirmankannya.

b. Aspek norma atau hukum yang disebut Syari’ah, yaitu aturan-aturan Allah

yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan

alam semesta.

c. Aspek perilaku yang disebut Akhlak, yaitu sikap-sikap atau perilaku yang

nampak dari pelaksanaan aqidah dan syari’ah.

Ketiga aspek tersebut berdiri sendiri, tetapi menyatu membentuk

kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim. Sesuai dengan yang

diungkapkan secara tegas dalam firman Allah yang artinya: “Wahai orang-orang

yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah

kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata”.

(QS. Al-Baqarah: 208)

Antara aqidah, syari’ah dan akhlak masing-masing saling berkaitan.

Aqidah atau iman merupakan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk

melaksanakan syari’ah apabila syari’ah telah dilaksanakan berdasarkan aqidah

Page 25: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

41

akan melahirkan akhlak. Oleh karena itu, iman tidak hanya ada di dalam hati,

tetapi ditampilkan dalam bentuk perbuatan. Dengan demikian aqidah merupakan

landasan bagi tegaknya berdirinya syari’ah dan akhlak perilaku nyata pelaksanaan

syari’ah.

1. Aqidah

a. Pengertian Aqidah

Menurut bahasa, akidah berasal dari bahasa arab; ‘aqada-ya’qidu-

uqdatan-wa’aqidatan, artinya ikatan atau perjanjian, maksudnya sesuatu yang

menjadi tempat bagi hati dan hati nurani terikat kepadanya. Aqidah adalah

konsep-konsep yang diimani manusia sehingga seluruh perbuatan dan

perilakunya bersumber pada konsepsi tersebut, aqidah islam tersebut

dijabarkan melalui rukun-rukun iman dan berbagai cabangnya seperti tauhid

uluhiyah atau penjauhan diri dari perbuatan syirik. Sedang menurut istilah

akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh

orang yang mempercayainya. Makna akidah secara etismologis ini akan lebih

jelas apabila dikaitkan dengan pengertian terminologisnya. Seperti

diungkapkan oleh Hasan Al-Bana dalam Majmu’ar-Rasaail yang dikutip oleh

Azyumardi Azra et al (2002: 117) yakni:

Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.

Pendapat lain mengenai pengertian aqidah dikemukakan oleh A Zainuddin

(1999: 49) yang mengemukakan bahwa: Aqidah Islam adalah pokok-pokok

Page 26: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

42

kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim

berdasarkan dalil naqli dan aqli (nash dan akal).

Dari pengertian tersebut ada beberapa hal yang penting yang harus

diperhatikan dalam memahami aqidah secara lebih tepat dan jelas, yang

meliputi Pertama, setiap manusia memiliki fitrah untuk mengaku kebenaran

dengan potensi yang dimilikinya. Indra dan akal digunakan untuk mencari dan

menguji kebenaran, sedangkan wahyu menjadi pedoman untuk menentukan

mana yang baik dan mana yang buruk. Dalam beraqidah hendaknya manusia

menempatkan fungsi masing-masing alat tersebut pada posisi yang

sebenarnya. Sejalan dengan hal ini Allah berfirman:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl: 78) ...Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjukan orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizinnya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS. Al-Maidah: 15-16)

Kedua, keyakinan itu harus penuh tidak ada kesamaran dan keraguan.

Oleh karena itu, untuk sampai kepada keyakinan, manusia harus memiliki

ilmu sehingga ia dapat menerima kebenaran dengan sepenuh hati setelah

mengetahui dalil-dalilnya.

Ketiga, aqidah harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa kepada

orang yang meyakininya. Untuk itu diperlukan adanya keselarasan antara

keyakinan lahiriah dan batiniah. Pertentangan antara kedua hal tersebut akan

melahirkan kemunafikan, sifat munafik ini akan mendatangkan kegelisahan.

Page 27: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

43

Keempat, apabila seseorang telah meyakini kebenaran, maka

konsekuensinya ia harus sanggup membuang jauh-jauh segala hal yang

bertentangan dengan kebenaran yang diyakininya itu.

b. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah

Menurut Hasan Al-Banna yang dikutip Azyumardi Azra et.al (2002: 122)

ruang lingkup pembahasan aqidah meliputi:

a) Ilahiah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan ilah (Tuhan), seperti wujud Allah, nama-nama, sifat-sifat Allah

dan lain-lain.

b) Nubuwwah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembicaraan mengenai

kitab-kitab Allah, mukjizat dan sebagainya.

c) Ruhaniah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan

alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan dan ruh.

d) Sam’iah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa

diketahui melalui sami, yakni dalil naqli berupa Al-Quran dan As-

Sunnah, seperti alam barzah, akhirat, azab kubur dan sebagainya.

Disamping ruang lingkup di atas, A Zainuddin (1999: 52) menyatakan

bahwa pokok-pokok aqidah itu adalah keimanan, maka aqidah di sini identik

dengan keimanan (kepercayaan), sedangkan unsur-unsur iman itu mencakup

rukun-rukun iman (arkanul iman). Sebagaimana dijelaskan dalam firman

Allah:

Hai orang-orang yang beriman, yakinlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kepada kitab-kitab

Page 28: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

44

yang diturunkan terdahulu. Barang siapa yang ingkar (kafir) kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa: 136)

c. Arkanul Iman

Seperti apa yang telah dijelaskan di atas bahwa pokok aqidah islam itu

adalah keimanan (kepercayaan), dan unsur-unsur iman itu mencakup rukun-

rukun iman. Rukun-rukun iman tersebut adalah sebagai berikut:

a. Iman kepada Allah

Iman kepada Allah artinya meyakini adanya Allah dengan sepenuh

hati tanpa adanya keraguan sedikitpun, karena Dialah yang kita sembah,

Yang Esa lagi Pencipta, yang pertama lagi permulaan, yang akhir tanpa

penghabisan, pemilik keagungan dan kesempurnaan.

Keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa (tauhid) merupakan titik

pusat keimanan, karena itu setiap aktivitas seorang muslim senantiasa

dipertautkan secara vertikal kepada Allah Swt. Pekerjaan seorang muslim

yang dilandasi keimanan dan dimulai dengan niat karena Allah, akan

mempunyai nilai ibadah di sisi Allah. Sebaliknya pekerjaan yang tidak

diniatkan karena Allah tidak mempunyai nilai apa-apa.

Islam mengajarkan bahwa iman kepada Allah harus bersih dan murni,

menutupi setiap celah yang memungkinkan masuknya syirik

(mempersekutukan Allah). Masuknya paham-paham yang merusak tauhid

menyebabkan orang terjatuh syirik, dan syirik merupakan dosa yang besar

yang tidak akan diampuni Allah.

Page 29: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

45

Tauhid adalah mengi’tikadkan bahwa Allah itu Esa, tidak ada sekutu

bagi-Nya. I’tikad ini harus dihayati, baik dalam niat, maupun dalam

maksud dan tujuan. Tauhid mencakup tujuh macam yaitu:

(1) Tauhid Zat

Tauhid Zat artinya mengi’tikadkan Zat Allah itu Esa, tidak

berbilang Zat Allah itu hanya dimiliki oleh Allah saja, yang selain-

Nya tidak ada yang memilikinya. Manusia yang terdiri dari atom

dan molekul tidak diberi pengetahuan tentang Zat Allah sehingga

Rasulullah menasihatkan : “pikirkanlah ciptaan Allah dan jangan

pikirkan Zat Allah karena engkau akan hancur”. (H.R Abu Nuaim

dari Ibnu Umar)

(2) Tauhid Sifat

Tauhid Sifat adalah mengi’tikadkan bahwa tidak ada sesuatu pun

yang menyamai sifat Allah, dan hanya Allah saja yang memiliki

sifat kesempurnaan.

(3) Tauhid Wujud

Tauhid Wujud adalah mengi’tikadkan bahwa hanya Allah yang

wajib ada. Adanya Allah tidak membutuhkan kepada yang

mengadakan, berarti hanya Dia-lah yang abadi.

(4) Tauhid Af’al

Tauhid Af’al adalah mengi’tikadkan bahwa Allah sendiri yang

menciptakan dan memelihara alam semseta. Atas kehendak-Nya

pula sesuatu itu hidup dan mati, kemuliaan dan kehinaan, serta

Page 30: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

46

kelapangan dan kesempitan rezeki (Al-Imran: 26-27); Allah sendiri

yang menetapkan apa yang akan terjadi dan apa yang tidak akan

terjadi (At-Taubah: 51); Dia pula yang memegang rahasia kapan

saat kehancuran alam semesta akan tiba (Lukman: 34); Maka

Allah-lah tempat bergantung (Al-Ikhlas: 2); dan kepada-Nya

tempat menyerahkan segala urusan (Al-Anfal: 44).

(5) Tauhid Ibadah

Tauhid Ibadah adalah mengi’tikadkan bahwa hanya Allah saja

yang berhak dipuja dan dipuji (Al-Fatihah: 2). Memuja dan memuji

selain Allah baik yang terang-terangan maupun yang sembunyi-

sembunyi adalah bentuk perbuatan syirik.

(6) Tauhid Qasdi

Tauhid Qasdi adalah mengi’tikadkan bahwa hanya kepada Allah-

lah segala amal ditujukan. Setiap amal dilakukan secara langsung

tanpa perantara ditujukan untuk memperoleh keridhaan-Nya

semata.

(7) Tauhid Tasyri

Tauhid Tasyri adalah mengi’tikadkan bahwa hanya Allah-lah

pembuat peraturan (hukum) yang paling sempurna bagi makhluk-

Nya. Iman kepada Allah mencakup iman kepada seluruh firman-

Nya. Apabila seseorang telah beriman kepada Allah, maka ia

beriman kepada kitab-Nya, Malaikat-Nya, Rasul-Nya, hari kiamat

serta qada dan qadar. Dengan demikian, iman kepada Allah

Page 31: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

47

menjadi awal dan pintu masuk iman kepada yang lainnya. Seorang

yang beriman senantiasa akan menjaga keakrabannya dengan

Allah. Mulutnya akan senantiasa dihiasi dengan ucapan yang

memelihara ikatannya dengan Allah, misalnya mengatakan “insya

Allah” untuk ucapan janji, “masya Allah” jika mendapatkan

kegagalan dalam berusaha, dan “innalillahi wa inna ilaihi raji’un”

jika terkena musibah atau mendengar ada orang yang meninggal

dunia atau dengan perkataan lain mulutnya akan senantiasa

berdzikir kepada Allah Swt.

Adapun Fungsi iman kepada Allah antara lain:

1. Menyadarkan manusia agar selalu ingat kepada Allah.

2. Menambah ketaqwaan kepada Allah, serta tawakal kepada-Nya,

ikhlas untuk melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi

semua larangan-Nya.

3. Percaya kepada yang gaib dan adanya wahyu dari-Nya, sehingga

terdorong untuk mempelajari dan mengamalkannya.

4. Dengan tulus ikhlas berusaha menafkahkan rezeki yang telah

diberikan-Nya sebagai bukti anugerah dari-Nya.

b. Iman kepada Malaikat

Iman kepada Malaikat Allah artinya mempercayai dengan sepenuh

hati bahwa Allah menciptakan makhluk gaib berasal dari Nur yang selalu

taat menjalankan perintah-perintah-Nya dan tidak pernah durhaka kepada-

Nya. Allah berfirman: “Mereka (para malaikat) takut kepada Tuhan yang

Page 32: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

48

berkuasa atas mereka dan melaksanakan yang diperintahkan”. (QS. An-

Nahl: 50)

Ciri-ciri malaikat Allah adalah:

1. Mereka adalah makhluk yang selalu takut dan patuh kepada Allah.

2. Mereka adalah makhluk yang tidak pernah bernoda atau

bermaksiat.

3. Mereka adalah makhluk yang tidak pernah sombong dan selalu

bertasbih kepada Allah.

Adapun Fungsi iman kepada Malaikat antara lain:

1. Mempertebal iman kepada Allah bahwa Allah itu berkuasa

mencipta makhluk sesuai dengan kehendak-Nya.

2. Menyadarkan manusia agar selalu berhati-hati dalam segala

tingkah laku kehidupannya, sebab semua yang diucapkan dan

diperbuatnya senantiasa diawasi dan dicatat oleh para Malaikat-

Nya. Allah berfirman: “Tiada sutu ucapanpun yang diucapkan

melainkan ada didekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir”.

3. Mendorong manusia untuk selalu meningkatkan amal yang baik

dan meninggalkan kejelekan sekecil apapun, karena amal tersebut

akan dipertanyakan dan dimintai pertanggungjawabannya.

c. Iman kepada Kitab-kitab-Nya

Iman kepada Kitab Allah artinya mempercayai dan meyakini bahwa

Allah telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para Rasul yang berisi

wahyu Allah agar isi dan kandungannya disampaikan kepada umat

Page 33: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

49

manusia. Kumpulan wahyu itu ada yang berupa kitab dan ada yang disebut

shuhuf. Dasarnya adalah firman Allah Swt: “Wahai orang-orang yang

beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab

yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan

sebelumnya”. (QS. An-Nisa: 136)

Kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul itu adalah Taurat

kepada Nabi Musa, Zabur kepada Nabi Daud, Injil kepada Nabi Isa, dan

Al-Quran kepada Nabi Muhammad Saw. Sedangkan shuhuf itu diturunkan

kepada Nabi Adam, Nabi Syits, Nabi Idris, Nabi Ibrahim dan Nabi Musa.

Adapun fungsi iman kepa Kitab-kitab Allah antara lain:

1. Sebagai ilmu pengetahuan, kita harus membaca dan mengetahui isi

kitab-kitab itu dan mengamalkan dalam bentuk perilaku kehidupan

sehari-hari.

2. Kita akan mengetahui hukum-hukum syara’ yang terkandung

didalamnya. Dengan demikian, kita harus melaksanakannya

dengan sebaik-baiknya sebagai perwujudan taat kepada Allah.

3. Menambah rasa aman diri manakala kita mengetahui isi dan

kandungan kitab Allah.

4. Menambah rasa percaya diri, takwa, dan sabar serta sebagai

pembersih jiwa dan rohani bagi pembaca dan pengamal ajaran

kitab Allah.

d. Iman kepada Rasul-rasul Allah

Page 34: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

50

Beriman kepada Rasul-rasul Allah artinya mempercayai dan meyakini

dengan sepenuh hati bahwa Allah telah mengangkat dan memilih serta

mengutus beberapa utusan pilihan sebagai Rasul. Mereka diberikan wahyu

agar disampaikan kepada umatnya.

Adapun jumlah utusan Allah (Nabi dan Rasul) hanya Allah Yang

Maha Mengetahui. Yang wajib diketahui oleh kita sebagaimana dijelaskan

dalam Al-Quran adalah sebanyak 25 orang. Para Rasul ini selain diutus

menyampaikan risalah-Nya, juga diberi mukjizat dan ada yang bergelar

Ulul Azmi. Fungsi iman kepada Rasul-rasul Allah adalah:

1. Dengan diutusnya para Rasul Allah, berarti apa yang disampaikan

olehnya mengandung kebenaran mutlak dari Allah.

2. Menambah ketaatan kepada Allah, mendorong kita untuk selalu

menjalankan perintah dan menjauhi lerangan-Nya.

3. Mendorong kita untuk meneladani segala perilaku baik (teladan)

para Rasul Allah.

e. Iman kepada hari akhir

Iman kepada hari akhir adalah mempercayai dengan sepenuh hati

terhadap perubahan dahsyat yang terjadi pada alam semesta ini. Perubahan

itu merupakan tanda berakhirnya kehidupan dunia yang fana ini

dimulainya kehidupan diakhirat yang kekal.

Kehancuran total yang meliputi seluruh alam ini bukanlah suatu hal

yang mustahil. Kedahsyatan datangnya hari kiamat mampu

menghancurkan dan memporak-porandakan segala yang ada di permukaan

Page 35: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

51

bumi ini. Pada hari itu adalah hari penghabisan dunia dan sebagai awal

kehidupan diakhirat.

Fungsi iman kepada hari akhir adalah:

1. Menyadarkan manusia betapa pentingnya hidup singkat di dunia

ini. Karena hidup di dunia merupakan tanaman amal yang akan

dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

2. Dengan beriman kepada hari akhir, hidup kita semakin optimis.

Jika kita bahagia di dunia, maka hidup kita akan tenang, jika hidup

kita tenang, maka kesempatan beribadah kita semakin bertambah.

3. Menumbuhkan sifat ikhlas beramal, sebab pengadilan Allah di

akhirat kelak adalah pengadilan yang adil, segala sesuatu akan

ditimbang dengan keadilan-Nya. Orang yang ikhlas adalah

mengharap ridha Allah semata.

4. Berlaku seimbang antara urusan dunia dan akhirat, sebab manusia

itu menginginkan kebahagiaan ganda di dunia dan di akhirat.

5. Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat karena perbuatan maksiat

sekecil apapun akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.

f. Iman kepada Qadha dan Qadar Allah

Beriman kepada qadha dan qadar Allah artinya mempercayai dan

meyakini sepenuh hati bahwa semua yang terjadi pada diri manusia dan

segala yang ada di dunia ini sudah ditentukan oleh Allah dan Allah-lah

yang menetapkan dan memutuskan baik-buruknya, menyenangkan dan

tidak menyenangkan atas kehendak-Nya.

Page 36: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

52

Akan tetapi, manusia tidak boleh menyerah begitu saja menunggu

nasib tanpa berusaha, sebab Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha

manusia dan Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk

menentukan nasibnya sendiri.

Fungsi iman kepada qadha dan qadar Allah adalah:

1. Melatih diri untuk bersyukur dan bersabar. Artinya bersyukur

ketika mendapatkan anugerah dan bersabar ketika mengalami

musibah.

2. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa. Artinya segala

keberhasilan dan kegagalan itu pada dasarnya dari Allah, maka

tatkala berhasil janganlah sombong dan ketika mengalami

kegagalan jangan berputus asa.

3. Mendorong sifat optimis dan giat bekerja sebab manusia itu tidak

tau takdir apa yang akan dialaminya.

4. Menciptakan jiwa yang tenang, artinya ia akan selalu merasa puas

dengan ketentuan Allah manakala ia telah berusaha dan

bertawakal.

d. Tujuan Aqidah Islam

Adapun yang menjadi tujuan dari Aqidah Islam antara lain:

1. Memupuk dan mengembangkan dasar keTuhanan yang ada sejak lahir.

Hal ini karena manusia adalah makhluk yang berkeTuhanan sejak ia

dilahirkan.

2. Memelihara manusia dari kemusyrikan

Page 37: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

53

Untuk mencegah manusia dari kemusyrikan perlu adanya tuntutan

yang jelas tentang kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Kemungkinan manusia terperosok ke dalam kemusyrikan selalu

terbuka baik secara terang-terangan (syirik jaly), yakni berupa

perbuatan atau ucapan maupun yang bersifat tersembunyi (syirik

khafy) yang berada di dalam hati. Dengan mempelajari aqidah islam,

manusia akan terpelihara dari perbuatan syirik.

3. Menghindarkan diri dari pengaruh akal yang menyesatkan

Manusia diberi kelebihan Allah berupa akal pikiran. Pendapat-

pendapat atau faham-faham semata-mata didasarkan atas akal manusia,

kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu,

pikiran manusia perlu dibimbing oleh aqidah islam, agar terhindar dari

kehidupan yang sesat.

2. Syari’ah

a. Pengertian Syari’ah

Syari’ah atau syari’at menurut asal katanya berarti jalan menuju mata air.

Dari asal katanya itu syari’at Islam berarti jalan yang lurus ditempuh seorang

muslim. Sedangkan secara terminologis Azyumardi Azra et.al (2002: 167)

mengemukakan bahwa:

Syari’ah berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan sesama manusia dan mengatur hubungan antara manusia dengan alam semesta.

Pendapat senada dikemukakan oleh Toto Suryana et.al (1997: 107) bahwa:

Page 38: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

54

Syari’ah ialah sistem norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Syari’ah merupakan aspek norma atau hukum dalam ajaran islam yang keberadaannya tidak terlepas dari aqidah islam. Oleh karena itu, isi syari’ah meliputi aturan-aturan sebagai implementasi dari kandungan Al-Quran dan As-Sunnah.

Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Muslim Nurdin et.al (1993:

37) bahwa:

Syari’ah merupakan aturan atau undang-undang Allah tentang pelaksanaan dari penyerahan diri secara total melalui proses ibadah secara langsung kepada Allah maupun secara tidak langsung dalam hubungannya dengan sesama makhluk lainnya (muamalah) baik dengan manusia maupun dengan alam sekitarnya.

Sesuai dengan pengertian di atas, syari’ah mencakup seluruh aturan bagi

semua aspek kehidupan manusia sebagai individu, warga masyarakat dan

sebagai subjek alam semesta. Syariah mengatur hidup manusia sebagai

individu, yaitu hamba Allah yang harus taat, tunduk dan patuh kepada Allah.

Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada Allah dibuktikan dalam bentuk

pelaksanaan ibadah yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh syari’ah

islam. Esensi ibadah adalah penghambaan diri secara total kepada Allah

sebagai pengakuan akan kelemahan dan keterbatasan manusia dihadapan

kemahaKuasaan Allah.

Syari’ah islam mengatur pula tata hubungan antara seseorang dengan

dirinya sendiri untuk mewujudkan sosok individu yang shaleh. Keshalehan

individu ini mencerminkan sosok pribadi muslim yang tangguh.

Islam mengakui manusia sebagai makhluk sosial, karena itu syari’ah

mengatur tata hubungan antara manusia dengan manusia dalam bentuk

Page 39: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

55

muamalah sehingga terwujud keshalehan sosial. Dalam hal ini Azyumardi

Azra et.al (2002: 168) mengemukakan bahwa:

Keshalehan sosial merupakan bentuk hubungan yang harmonis antara individu dengan lingkungan sosialnya sehingga dapat dilahirkan bentuk masyarakat yang marhamah atau masyarakat yang saling memberikan perhatian dan kepedulian diantara anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya yang dilandasi oleh rasa kasih sayang.

Pendapat lain dikemukakan oleh Toto Suryana (1997: 205) bahwa:

Keshalehan sosial merupakan suatu hubungan yang baik atas dasar kasih sayang terhadap sesama manusia yang menjadi ciri dari umat islam, karena salah satu misi yang dibawa oleh Nabi dan harus menjadi misi setiap muslim adalah memberi rahmat bagi sesama dan seluruh alam (rahmatan lil alamin).

Dalam hubungannya dengan alam, syari’ah islam meliputi aturan yang

mewujudkan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan

mendorong untuk saling memberi manfaat sehingga terwujud lingkungan alam

yang makmur dan lestari

Syari’ah islam merupakan jalan yang benar dan dijadikan dasar bagi

kehidupan manusia. Demikianlah Allah menurunkan syari’at Islam kepada

manusia dengan lengkap sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk

Allah yang paling sempurna. Syari’at ini diturunkan kepada manusia untuk

dilaksanakan dalam kehidupan di dunia demi mencapai kebahagiaan yang

hakiki di dunia dan akhirat.

b. Ibadah sebagai Dimensi Syari’ah

Salah satu bagian dari syari’ah adalah ibadah. Ibadah artinya

menghambakan diri kepada Allah. Ibadah merupakan tugas hidup manusia di

dunia, karena itu manusia yang beribadah kepada Allah disebut “abdullah”

Page 40: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

56

atau hamba Allah. Hidup seorang hamba tidak memiliki alternatif lain selain

patuh, taat dan berserah diri kepada Allah. Karena itu yang menjadi inti dari

ibadah adalah ketaatan, kepatuhan dan penyerahan diri secara total kepada

Allah Swt.

Ibadah merupakan konsekuensi dari keyakinan kepada Allah yang

tercantum dalam kalimat syahadat, yaitu “laailaaha illa Allah” (tiada Tuhan

yang patut disembah selain Allah. Ini berarti seorang muslim hanya beribadah

kepada Allah tidak kepada yang lain.

Tujuan ibadah membersihkan dan menyucikan jiwa dengan mengenal dan

mendekatkan diri serta beribadah kepada-Nya. Kedudukan ibadah di dalam

islam menempati posisi yang paling utama dan menjadi titik sentral dari

seluruh aktivitas muslim. Seluruh kegiatan muslim pada dasarnya merupakan

bentuk ibadah kepada Allah, sehingga apa saja yang dilakukannya memiliki

nilai ganda, yaitu nilai material dan spiritual. Nilai material adalah imbalan

nyata yang diterima di dunia, sedangkan nilai spiritual ialah ibadah yang

hasilnya akan diterima di akhirat. Aktivitas yang bermakna ganda inilah yang

disebut amal shaleh.

Ibadah terbagi ke dalam dua bagian yaitu terdiri dari ibadah khusus atau

ibadah mahdhah dan ibadah umum atau ibadah ghair mahdhah.

1. Ibadah khusus atau ibadah mahdhah, adalah bentuk ibadah langsung

kepada Allah yang tata cara pelaksanaannya telah diatur dan ditetapkan

oleh Allah atau dicontohkan oleh Rasulullah, karena itu pelaksanaan

ibadah ini sangat ketat, yaitu harus sesuai dengan contoh Rasulullah.

Page 41: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

57

Penambahan dan pengurangan dari contoh yang telah ditetapkan

disebut bid’ah yang menjadikan ibadah itu batal atau tidak sah. Karena

itulah para ahli menetapkan satu kaidah dalam ibadah khusus yaitu

“semua dilarang”, kecuali yang diperintahkan Allah atau dicontohkan

oleh Rasulullah”. Macam-macam ibadah khusus adalah shalat

termasuk di dalamnya thaharah sebagai syaratnya, puasa, zakat dan

haji.

2. Ibadah umum atau ibadah ghair mahdhah, adalah bentuk hubungan

manusia dengan manusia atau manusia dengan alam yang memiliki

makna ibadah. Syari’at islam tidak menentukan bentuk dan macam

ibadah ini, karena itu apa saja bentuk kegiatan seorang muslim dapat

bernilai ibadah asalkan kegiatan tersebut bukan perbuatan yang

dilarang Allah dan Rasul-Nya serta diniatkan hanya karena Allah.

Untuk memudahkan pemahaman, para ulama menetapkan kaidah

ibadah umum yaitu “semua boleh dikerjakan, kecuali yang dilarang

oleh Allah dan Rasul-Nya”.

Ibadah baik umum maupun khusus merupakan konsekuensi dan

implementasi dari keimanan terhadap Allah Swt yang tercantum dalam dua

kalimat syahadat, yaitu “asyhadu alla ilaaha illallah, wa asyhadu anna

Muhammadar rasulullah”.

Syahadat pertama mengandung arti “tiada Tuhan yang patut diibadahi

selain Allah”, artinya segala bentuk ibadah ditujukan kepada Allah saja. Oleh

karena tugas manusia di dunia adalah beribadah, maka segala sesuatu yang

Page 42: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

58

dilakukan manusia adalah ibadah. Syahadat kedua mengandung arti

pengakuan terhadap kerasulan Muhammad yang bertugas memberikan contoh

nyata kepada manusia dalam melaksanakan kehendak Allah. Dalam kaitan

ibadah (khusus) berarti bentuk-bentuk dan tata cara pelaksanaan ibadah yang

dikehendaki adalah telah dicontohkan Rasulullah.

3. Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkah

laku, perangai, tabiat. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah kekuatan jiwa

yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan

direnungkan lagi. Sementara itu Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak

yang dikutip Hamzah Ya’kub (1988:12) merumuskan pengertian akhlak

sebagai berikut:

Akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam pebuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Sedangkan Toto Suryana et. Al (1997:188) menyatakan bahwa “akhlak

ialah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk, mengatur

perbuatan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan

pekerjaannya.”

Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada

diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.

Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan

Page 43: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

59

tersebut disebut akhlak yang baik atau akhlakul karimah. Sebaliknya apabila

buruk disebut akhlak buruk atau akhlakul mazmumah. Baik dan buruk akhlak

didasarkan kepada sumber nilai yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

Disamping akhlak dikenal pula istilah moral dan etika. Moral berasal dari

bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan, moral selalu dikaitkan dengan

ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat

istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya

suatu perbuatan.

Pengertian etika menurut filsafat yang dikemukakan oleh Ya’kub

(1988:13) merumuskan sebagai berikut:

Etika ialah ilmu yang menyelidiki iman yang baik dan mana yang buruk dengan memperahatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal. Jika dibandingkan dengan moral, maka etika lebih bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis. Hal senada juga dikemukakan oleh Webster’s Dict (1988:12) yang

menyatakan bahwa “etika ialah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-

prinsip yang disusun tentang tindakan moral yang betul.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa etika merupakan

tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu.

Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena yang menjadi

standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Jika dibandingkan dengan

moral maka etika lebih bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis.

Moral bersifat lokal atau khusus dan etika bersifat umum.

Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar

penentuan atau standar ukuran baik buruk yang digunakannya. Standar baik

Page 44: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

60

dan buruk akhlak berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral

dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh

masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik

pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika

bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan

abadi.

Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada

dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari

keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata

sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana

disabdakan-Nya “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia”

(H. R. Ahmad).

Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya

adalah akumulasi dari akidah dan syarat yang bersatu secara utuh dalam diri

seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syariat maka akan

lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang

tampak apabila syariat Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.

b. Ciri-ciri Perbuatan Akhlak

Definisi manakah yang lebih tepat masih merupakan debaatble. Namun

dengan menelaah sejumlah karakteristik tentang akhlak sangat sulit untuk

menerima definisi yang luas. Di Indonesia dikenal luas bahwa ajaran Islam

terdiri atas tiga komponen, yaitu aqidah, syari’ah, dan akhlak. Jadi, akhlak

Page 45: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

61

adalah salah satu komponen ajaran Islam. Ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagai

berikut :

Pertama, akhlak merupakan suatu tindakan yang “baik”. Mungkin yang

menjadi pertanyaan adalah : apa dasar dan ukurannya suatu tindakan disebut

“baik”. Kaum Muslimin, khususnya para Ulama, akan sepakat bahwa segala

tinadakan yang didasarkan atas perintah dan larangan syara’ adalah baik.

(Perhatikan kembali definisi di atas). Malah lebih jauhnya, sebagaian besar-

(kalau tidak mau disebut) hampir seluruh-perintah dan larangan syara’ Islam

akan dipandang “baik” juga oleh agama-agama besar dunia. Tindakan-

tindakan seperti barikut ini : bertindak adil, berbakti kepada kedua orang tua,

berbuat baik kepada karib-kerabat, bersahabat dengan tetangga, menolong

orang yang kesusahan, rendah hati, sabar, pemaaf, menghindari “ma-lima”

(madat/minum khamar, main/berjudi, madon/berzina, maling/mencuri, dan

mateni/membunuh), melestarikan alam, tidak merusak lingkungan, dan

banyak lagi yang lainnya, yang merupakan ajaran syar’i, juga dipandang

tindakan-tindakan yang “baik” oleh agama-agama besar dunia. Ajaran-ajaran

syar’ demikian berarti merupakan moral atau etika universal.

Kedua, akhlak merupakan suatu tindakan “ikhtiari” yang patut dipuji.

Tindakan “Ikhtiari”, suatu tindakan yang digerakkan oleh “usaha” (keras)

harus dibedakan dari tindakan “alami” atau tindakan “biasa-biasa”, yakni

suatu tindakan yang digerakkan oleh impuls dan refleks. Tindakan-tindakan

seperti : memperlakkukan anak yatim dengan penuh kasih-sayang,

mengeluarkan infak di kala sempit (kekurangan) – dan terlebi-lebih di kala

Page 46: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

62

lapang (berkecukupan), menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain

yang kesempatan, dan tindakan lainnya yang serupa merupakan tindakan-

tindakan ‘ikhtiari” dan patut dipuji.

Tetapi tindakan berikut ini : seorang ibu menyusukan bayinya, seorang

suami/ayah menafkahi istri dan anak-anaknya, seorang muzakki membayarkan

zakat, seorang dosen memberikan kuliah kepada mahasiswanya, dan tindakan

lainnya yang serupa-walaupun merupakan perbuatan yang baik dan tentunya

layak memperoleh pahala dari Allah SWT-sangat sulit untuk disebut

perbuatan akhlaki, karena lebih merupakan tindakan alami. Tindakan

menyusukan bayi tidak hanya terjadi pada manusia, tapi juga binatang pun

melakukannya. Kita pun tidak pernah mendengar pujian berikut : Ibu A hebat,

dia menyusui bayinya! Bapak B hebat, dia memberi nafkah kepada istri dan

anaknya! Bapak C yang kaya itu hebat, dia membayar zakat. Mengapa tidak

dipuji? Jawabnya, karena tindakan-tindakan alami demikian lebih merupakan

suatu kewajiban. Adalah kewajiban bagi seorang ibu untuk menyusukan

bayinya; adalah kewajiban bagi seorang suami/ayah untuk menafkahi istri dan

anaknya; dan adalah kewajiban bagi seorang muzakki untuk membayarkan

zakatnya!

Berbeda dengan seseorang yang dalam keadaan sempit tapi membantu

meringankan kesempitan orang lain, dia layak mendapat pujian. Kita sering

dengar : “Saya salut pada si D. Dia tidak hanya berinfak di saat lapang. Tapi

di saat sempit pun dia berinfak!” Demikian juga seorang kaya yang

mengeluarkan infak dan shadaqah di luar zakat dan kewajibannya lebih

Page 47: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

63

merupakan tindakan ikhtiari yang patut dipuji, dan karenanya merupakan

tindakan akhlaki.

Ketiga, akhlak merupakan buah dari keimanan. Perumpamaan iman

dengan akhlak dapat diibaratkan pohon dengan buahnya. Jadi, tidak mungkin

ada buah kalau tidak ada pohonnya. Tidak mungkin muncul tindakan akhlaki

kalau tidak ada keimanan. Hadits-hadits yang dimulai dengan ungkapan “La

yu’ minu ahadukum … “ di atas tadi menunjukkan bahwa buah iman adalah

akhlak.

Persoalannya, mengapa ada orang yang berakhlak padahal mereka “tidak”

beriman?! Kata “tidak” sengaja diberi tanda kutip untuk menunjukkan masih

kontroversial. Di kalangan “awam” keimanan seseorang sering diukur dengan

peribadatan ritual, terutama shalat. Orang yang tidak shalat dinilai tidak

beriman atau kurang iman. Ketika berhadapan dengan orang yang berakhlak

tapi tidak shalat, orang “awam” menjadi bingung. Apakah akhlak terpisah dari

keimanan atau orang yang berakhlak itu sebenarnya tidak berakhlak-misalnya

pura-pura berakhlak-karena “ketiadaan” iman (tidak shalat)?! Persoalan

menjadi lebih pelik ketika menyaksikan orang-orang “kafir” (untuk menyebut

mereka yang tidak beragama Islam) tapi berakhlak. Bagaimana mungkin

orang “kafir” berakhlak?! Persoalan akan terjawab dengan membahas tema

fitrah, khususnya Muslim-Fithri.

Keempat, akhlak bersifat fithri. Akhlak-sebagai salah satu komponen

ajaran Islam-sebagaimana keimanan terpatri dalam hati setiap manusia. Ayat

Fa aqim wajhaka li-dini hanifa. Fithrat Allahi al-lati fathara al-nasa ‘alaiha.

Page 48: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

64

(Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus. Fithrah Allah yang

mencintakan manusia atas dasar fithrah itu).16Juga hadits Kullu mauludin

yuladu ‘ala all-yumajjisanihi (Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.

Maka orang tuanyalah yang meyahudikannya, menasranikannya, atau

memajusikannya), menunjukkan bahwa dasar-dasar agama Islam dasar-dasar

keimanan, dasar-dasar peribadatan, dan dasar-dasar akhlak telah terpatri pada

hati manusia.

Untuk apa orang berakhlak kalau tidak ada iman! Sebagai tindakan pura-

pura? Mungkin, kalau tindakan akhlakinya itu hanya sekali-sekali saja,

sementara kebiasaannya justru tidak berakhlak. Persoalan akan semakin jelas

dengan membahas Muslim-Fitri. Dalam Teologi Islam istilah tersebut cukup

dikenal. Siapa yang dapat gelaran Muslim-Fitri, untuk pertama kalinya ialah

untuk menyebut orang-orang yang berakhlak padahal agama Islam (Nabi

Muhammad Saw) belum datang. Kemudian gelaran ini pun diberikan kepada

orang-orang yang berakhlak tapi da’wah Islam belum sampai pada mereka.

Mengapa mereka berakhlak, karena dasar-dasar ajaran Islam (fithrah) telah

terpatri pada hati mereka. Bila diperluas, bisa saja orang yang berakhlak tapi

tidak shalat atau tidak beragama Islam di masa sekarang ini adalah mereka

yang layak mendapat gelaran Muslim-Fitri karena da’wah Islam (yang benar)

belum sampai pada mereka! Wallahu a’lamu.

Kelima, akhlak bersifat “ta’abbudi”. Misi utama kenabian adalah untuk

menyempurnakan akhlak. Sabda Nabi Saw : Innama bu’itsu li utammina

Page 49: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

65

makarima al-akhlaqi. Jadi, apa karena didorong oleh kesadaran akan

keimanannya yang tinggi atau oleh fitrahnya yang kuat, seseorang melakukan

tindakan akhlaki-padahal sangat berat-kalau bukan untuk menyembah Allah

Yang Maha Esa?! Bisa saja karena riya. Tapi tindakan berpura-pura biasanya

temporer dan kasuistik.

Keenam, akhlak merupakan moral dan etika universal. Ajaran Islam-

termasuk tentunya akhlak-merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia

karena memang sesuai dengan fitrah insani (Hudan li al-nas). Seluruh ajaran

akhlak Islam-khususnya yang menyangkut prinsip-prinsipnya, bukannya yang

bersifat teknis-terbukti diterima di mana pun dan kapan pun. Kalau pun ada

yang berbeda biasanya bersifat teknis. Misalnya, berbakti kepada ibu-bapak.

Di kebanyakan peradaban, menampar ayah merupakan tindakan tercela. Tapi

pada Suku Amish, seorang anak laki-laki berumur 10 tahun yang berani

menampar pipi ayahnya mendapat pujian. Kenapa? Karena Suku Amish

adalah suku perang. Kalau seorang anak sudah berani menampar ayahnya,

terlebi-lebih ia akan berani memukul telk musuhnya. Tapi-karena tidak sesuai

dengan fitrah-dewasa ini tidak ada anak Suku Amish yang melakukan

tindakan demikian.

Ketujuh, pelanggaran terhadap akhlak akan dikutuk masyarakat.

Tindakan-tindakan anti-akhlaki, terutama yang berhubungan dengan

kemasyarakatan atau bersentuhan dengan orang lain, akan dikutuk oleh

masyarakat. Misalnya : ucapan kasar terhadap orang tua, perkataan buruk

terhadap tetangga, tidak memberikan pertolongan terhadap orang yang terkena

Page 50: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

66

musibah, membuat kegaduhan di saat orang sedang tidur nyenyak di malam

hari, kikir, sombong, dan banyak lagi tindakan anti-akhlaki lainnya akan

dikutuk oleh masyarakat.

Kedelapan, pelanggaran terhadap akhlak akan dikutuk hati-nurani.

Seorang hakim yang menerima suap atau seorang pejabat yang korupsi di satu

sisi dapat membahagiakan istri dan anak-anaknya. Dengan uang (haram) yang

diraihnya, istri dan anak-anak mereka dapat memenuhi segala kebutuhan dan

keinginannya. Dari luar, keluarga hakim dan pejabat tersebut mungkin tampak

bahagia. Tapi, hati-nurani sang hakim dan sang pejabat (jika istri dan anak-

anaknya tidak mengetahuinya) akan mengutuk habis-habisan tindakan suap

dan korupnya itu. Pertanyaan mungkin muncul : mengapa para hakim

penerima suap dan para pejabat yang korup tidak segera bertaubat, tapi malah

lebih gila lagi menerima suap dan berkorup-ria? Jawabnya, nafsu-serakah

itulah yang mendominasi kepribadiaannya. Seorang Fir’aun dan Qarun saja

pada akhir hayatnya menyesali segala perbuatan anti-akhlakinya. Hanya,

sayang sekali terlambat.

Contoh cukup populer di Barat adalah Thomas Grissom. Ia seorang

Fisikiawan berkebangsaan Amerika Serikat. Selama hampir 15 tahun ia

bekerja dengan penuh semangat dalam usaha pengembangan dan

pembangunan generator neutron. Sedemikian besar semangatnya sehingga ia

nyaris lupa akan tujuan benda-benda yang dibuatnya itu, yaitu menggalakkan

dan menghasilkan senjata-senjata nuklir. Lama kelamaan hati nuraninya

gelisah terutama setelah membaca karya sejarawan tersohor, Arnold Toynbee,

Page 51: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

67

A Study of History, khususnya kalimat berikut : “Bila orang mempersiapkan

perang, sudah ada perang.” Pada saat itulah Grissom sadar bahwa ia sedang

memberikan bantuan kepada suatu perang nuklir yang mampu memusnahkan

sebagian besar permukaan bumi. Ia lalu membicarakan kegelisahan batinnya

dengan istrinya. Ia pun membicarakan konsekuensi-konsekuensi finansial bila

berhenti bekerja di Laboratorium Nasional Amerika. Dia akhirnya

memutuskan berhenti, kemudian bekerja sebagai dosen dengan penghasilan

jauh lebih kecil.

c. Faktor yang Memperkuat dan Memperlemah Akhlak

Akhlak seseorang bisa kuat ataupun lemah tergantung pada faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Faktor yang memperkuat akhlak dapat diidentifikasi

sebagai berikut :

1. mantapnya keimanan. Tidak diragukan lagi bahwa mantapnya

keimanan seseorang akan memperkuat akhlaknya. Para Nabi dan

orang-orang saleh sudah terbukti merupakan teladan-teladan akhlak.

Hanya saja sepanjang sejarah sangat sedikit kaum Mu’minin yang

memiliki kualifikasi demikian. Kebanyakan keimanan manusia adalah

‘yazidu wa yanqushu” (naik-turun); artinya, perlu pembinaan terus

menerus.

2. terbimbing oleh seorang guru yang saleh. Seorang guru yang saleh

terbukti mampu mengalahkan sagala faktor yang melemahkan

tindakan akhlaki atas bimbingan gurunya yang saleh, Umar bin Abdul

Aziz mencapai ketinggian akhlak dan menjadi pemimpin yang sejajar

Page 52: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

68

dengan “Khulaf al-Rasyidin; padahal baik ayahnya, keluarga besarnya,

ataupun lingkungan pergaulannya adalah istana yang jauh dari akhlak

Islam.

3. memiliki pengetahuan agama yang cukup dan benar. Pengetahuan

agama terbukti memperkokoh keimanan, sekaligus peribadatan dan

akhlak. Dalam titik ekstrim kita bisa membandingkan akhlak kaum

Santri (berbekal pengetahuan agama yang cukup dan “benar”) dengan

Preman (berbekal pengetahuan agama yang minim). Tesis S2 Adelina

Hasyim di UPI (1988 masih bernama IKIP Bandung) tentang tindakan

pelanggaran etis menyebutkan, bahwa siswa SMU lebih banyak

melakukan pelanggaran etis ketimbang siswa Madrasah Aliyah.

Mengapa demikian? Jawabannya, karena di Madrasah Aliyah lebih

banyak dibekalkan pengetahuan agama ketimbang di SMU.

1. memiliki falsafah hidup yang baik, yang sesuai dengan substansi,

ajaran Islam. Jasa Descartes-filsuf Perancis abad pertengahan-di bidang

pencerahan pemikiran merupakan realitas sejarah. Tema sentral

filsafatnya “cogito ergo sum” (saya berpikir, karena itu saya ada) bukan

saja menjadi bahan falsafah hidup yang ia jalankan. Ia tidak melakukan

suatu tindakan sebelum memikirkannya secara baik. Malah dalam

beragama pun ia jalani setelah terlebih dahulu mengadakan studi kritis

dan komparatif. Walau tidak sempat mengkaji ajaran Islam-mungkin

karena faktor lingkungan saat itu, tapi ia sempat mencetuskan

pemikiran, bahwa mungkin ada satu agama dan madzhab pemikiran

Page 53: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

69

keagamaan yang lebih baik ketimbang agama Katolik yang ia anut.

Secara kebetulan ia menunjuk agama dan madzhab pemikiran

keagamaan yang dianut oleh suatu bangsa Muslim di Timur Tengah. Di

sekitar kita mungkin pembaca pun menemukan orang semacam

Descartes kecil. Ia mungkin disebut-sebut tidak beragama hanya karena

tidak mengamalkan ritus-ritus formal Islam, terutama shalat. Tapi ia

berakhlak (Islami), paling tidak diukur dari karakter pribadi dan

hubungannya dengan sesama.

2. memiliki lingkungan pergaulan yang baik. Betapa banyak pemuda

pedesaan yang religius menjadi buruk akhlaknya karena berpindah ke

kota dan bergaul dengan para pemuda yang berakhlak buruk. Zakiah

Daradjat dalam bukunya Psikologi Agama mengungkap seorang

Kalimantan yang religius menjadi peminum khamar setelah tinggal di

Jakarta, karena kawan-kawan sepekerjaannya banyak yang minum

khamar.

3. visioner. Seseorang yang memiliki wawasan ke depan akan

mempertimbangkan segala sikap dan tindakannya. Ia tidak akan

terjebak dengan perilaku anti-akhlaki karena akan merusak citra

dirinya, sekaligus merusak masa depannya.

4. memiliki pekerjaan dan aktivitas “kredensial”. Pekerjaan menjadi

guru, misalnya saja, cukup dihormati oleh masyarakat dan

mendatangkan penghasilan yang lumayan. Pekerjaan sejenis ini cukup

memperkuat tindakan-tindakan akhlaki. Berbeda dengan pekerjaan

Page 54: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

70

kotor, menjadi “germo” misalnya. Pekerjaannya sendiri sudah

merupakan anti akhlaki, dan di luar itu tindakan-tindakannya pun

cenderung anti akhlaki.

5. terpenuhinya kebutuhan pokok. Terpenuhinya kebutuhan pokok cukup

membuat tentram diri dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

Dengan tentramnya jiwa, maka tindakan-tindakan akhlaki pun-atau

sekurang-kurangnya tindakan biasa tidak sulit untuk dilakukan.

Sedangkan faktor yang memperlemah akhlak sebagai berikut :

4. Hidup mewah. Kehidupan mewah cenderung membuat lupa diri.

Dalam Al-Qur’an dan Sejarah Islam terungkap bahwa para penantang

kenabian adalah mereka yang hidup mewah.

5. Miskin. Hadits Nabi Saw yang menyatakan “Kadza al-faqru ayyakuna

kufran” (seakan-akan kefakiran itu mendekati kekufuran) memang

terbukti. Betapa banyak orang yang berperilaku anti akhlaki adalah

mereka yang memang hidupnya miskin. Mereka cenderung berkata

kasar, bertindak beringas, emosional, mudah kawin-cerai, gampang

bertengkar dan berkelahi, dan tindakan-tindakan anti akhlaki lainnya.

6. Lingkungan pergaulan yang buruk. (Baca kembali Faktor yang

Memperkuat Akhlak, bagian “Lingkungan Pergaulan yang Baik” di

atas).

7. Menganggur. Sekalipun keluarganya kaya (baca : berkecukupan), para

pengangguran cenderung berperilaku anti akhlaki. Zat-zat adiktif yang

sangat berbahaya dan cenderung menimbulkan perilaku anti-akhlaki-

Page 55: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

71

banyak dikonsumsi oleh para pengangguran yang kaya. Terlebih

pengangguran yang miskin, karena tindakan-tindakan anti akhlakinya

justru digerakkan oleh kemiskinannya.

8. Minim pengetahuan agama. (Baca kemballi Faktor yang Memperkuat

Akhlak, bagian “Memiliki Pengetahuan Agama yang Cukup dan

Benar” di atas).

9. Negatif thinking. Dalam buku Beyond Psycology disebutkan betapa

besarnya peran “berpikir positif” dalam sukses hidup seseorang.

Sementara mereka yang “berpikir negatif” cenderung merusak diri dan

anti akhlaki. Mereka yang berpikir “negatif” bukan hanya akan

berprasangka buruk terhadap orang lain, malah mereka akan

berprasangka buruk pula terhadap dirinya sendiri.

Bagaimanakah fitrah seseorang yang lurus dapat menumbuhkan perilaku

akhlaki, dan bagaimana pula tumbuhnya perlaku anti akhlaki atau tidak

berakhlak, dapat digambarkan sebagai berikut :

(1) (2) (3)

BERAKHLAK BERAKHLAK TIDAK BERAKHLAK

Sadar Teistik Tidak sadar Hidup mewah,

Shalat, dll Teistik Hidup miskin

FITRAH FITRAH FITRAH

Page 56: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

72

(diadaptasi dari buku Islam Doktrin dan Dinamika Umat karangan Tim Dosen PAI

UPI, 2004: 145)

Gambar (1) menunjukkan bahwa fitrah yang secara potensial akan

menumbuhkan perilaku akhlaki menjadi kenyataan, karena faktor-faktor

penguatnya sangat dominan, yang dalam hal ini kesadaran Teistik (kesadaran

beragama). Orang seperti dalam Gambar (1) ini memiliki keimanan yang

mantap, memiliki bekal pengetahuan agama yang cukup dan benar, di bawah

bimbinngan seorang guru (atau beberapa guru) yang saleh, dan hidup di

lingkungan orang-orang berakhlak.

Gambar (2) menunjukkan bahwa fitrah yang lurus memang

menumbuhkan perilaku akhlaki, walau (tampak) tidak memiliki kesadaran

Teistik. Kita menyaksikan betapa banyak orang yang berperilaku akhlaki,

padahal kesan yang tampak pada orang itu tidak menunjukkan adanya

kesadaran beragama. Kita akan menemukan tipe (2) ini pada orang-orang yang

memiliki falsafah hidup yang baik, yang sesuai dengan substansi ajaran Islam,

mereka yang memiliki lingkungan pergaulan yang baik, orang-orang yang

visioner, mereka yang memiliki aktivitas dan pekerjaan kredensial, dan

mereka yang terpenuhi kebutuhan pokoknya.

Gambar (3) menunjukkan bahwa pertumbuhan fitrah terhalang oleh

faktor-faktor yang memperlemah tindakan akhlaki, sehingga mereka

menampilkan perilaku anti-akhlaki. Misalnya orang-orang yang hidup mewah

atau sangat miskin.

d. Jenis-jenis Akhlak

Page 57: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

73

Menurut objek atau sasarannya terdapat akhlak terhadap Allah, akhlak

kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan.

1. Akhlak Kepada Allah

a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk

menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim

beribadah membuktikan ketundukan dan kepatuhan terhadap

perintah Allah. Berakhlak kepada Allah dilakukan melalui media

komunikasi yang telah disediakan antara lain ibadah shalat.

b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai

situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam

hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan

ketentraman hati sebagaimana diungkapkan dalam firman Allah

“ingatlah dengan zikir kepada Allah akan menentramkan hati”

(Q.S Ar-Ra’d: 38).

c. Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a

merupakan inti dari ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan

keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan

akan keMahakuasaan Allah atas segala sesuatu. Kekuatan do’a

dalam ajaran islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus

kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan berdo’a

merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh

dalam aktivitas hidup setiap muslim. Orang yang tidak berdo’a

adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai

Page 58: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

74

manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong suatu

perilaku yang tidak disukai Allah.

d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada

Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu

keadaan. Tawakal bukanlah menyerah kepada keadaan, sebaliknya

tawakal mendorong orang untuk bekerja keras karena Allah tidak

menyia-nyiakan kerja manusia. Setelah bekerja keras apapun

hasilnya akan diterimanya sebagai sesuatu yang terbaik bagi

dirinya, tidak kecewa atau putus asa.

e. Tawdhu kepada Allah dengan rendah hati dihadapan Allah.

Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah yang

Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kau hidup dengan angkuh

dan sombong, tidak mau mamaafkan orang lain, dan pamrih dalam

melaksanakan ibadah kepada Allah swt. Nabi bersabda:

Sedekah tidak mengurangi harta dan Allah tidak menambah salam kehormatan pada seseorang yang memberi maaf dan tidak seorangpun yang tawadhu secara ikhlas kepada Allah, melainkan dia dimuliakan Allah. (H.R Muslim)

2. Akhlak Kepada Manusia

Akhlak kepada manusia dibagi menjadi tiga yaitu akhlak kepada diri-

sendiri, akhlak kepada ibu bapak dan akhlak kepada keluarganya.

a. Akhlak kepada diri-sendiri

1. Sabar

Sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai

hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang

Page 59: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

75

menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,

menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah dari Allah. Sabar

melaksanakan perintah adalah sikap menerima dan melaksanakan

segala perintah tanpa pilih-pilih dengan ikhlas. Sedangkan sabar

dalam menjauhi larangan adalah berjuang mengendalikan diri untuk

meninggalkannya. Sabar terhadap musibah adalah menerima

musibah apa saja yang menimpa dengan tetap berbaik sangka kepada

Allah serta yakin bahwa ada hikmah dalam setiap musibah itu.

2. Syukur

Syukur adalah sikap berterima kasih atas pemberian nikmat

Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan

dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah

memuji Allah dengan bacaan hamdalah, sedangkan syukur dengan

perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan

nikmat Allah sesuai dengan keharusannya, seperti bersyukur diberi

penglihatan dengan menggunakannya membaca ayat-ayat Allah.

3. Tawadhu

Tawadhu yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang

dihadapinya, orang tua muda, kaya atau miskin. Sikap tawadhu

muncul dari kesadaran akan hakikat dirinya sebagai manusia yang

lemah dan serba terbatas yang tidak layak untuk bersikap sombong

dan angkuh di muka bumi

b. Akhlak Kepada Ibu Bapak

Page 60: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

76

Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya

(birrul walidain) dengan ucapan dan perbuatan. Allah mewasiatkan

agar berbuat baik kepada kedua ibu bapak sebagaimana firman-Nya:

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan payah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Nya dan kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu. (Q.S Lukman: 14) Dalam ayat di atas Allah menyuruh manusia untuk berbakti kepada

ibu bapak dengan cara mengajak manusia untuk menghayati

pengorbanan yang dilakukan kedua ibu dan bapak. Berbuat baik

kepada ibu bapak dapat dibuktikan dalam bentuk perbuatan antara lain:

menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih,

bertutur kata sopan, lemah lembut, menaati perintahnya dan lain-lain.

c. Akhlak Kepada Keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkan rasa kasih

sayang diantara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk

komunikasi-komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang

tulus akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga.

3. Akhlak kepada Lingkungan Hidup

Misi agama islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada

manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup. Misi tersebut tidak

terlepas dari tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah di muka bumi,

yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas memakmurkan, mengelola dan

Page 61: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

77

melestarikan alam. Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin

dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya.

4. Misi Agama Islam Sebagai Petunjuk dalam Kehidupan

Selaras dengan arti dan makna etimologisnya agama islam melalui

semua ajaran-ajaran yang disampaikannya mengandung tiga misi, sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Tim Dosen PAI (2004: 32) yaitu:

a. Mengajar manusia untuk tunduk patuh (aslama) pada aturan-aturan Allah (submission to the will of God) dalam menjalani kehidupannya di dunia.

b. Membimbing manusia untuk menemukan kedamaian dan dalam menciptakan kedamaian.

c. Memberikan jaminan kepada manusia untuk mendapatkan keselamatan dan terbebas dari bencana hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Pendapat lain mengenai misi agama islam dikemukakan oleh A.

Zainuddin (1999: 17) yakni sebagai berikut:

a. Agar manusia senantiasa beriman Iman menempati posisi tertinggi karena menuntun manusia untuk merealisasikan segenap ajaran Allah. Iman mencakup tiga hal pokok, yaitu keyakinan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan (amal).

b. Agar manusia tetap Islam Agama islam mengajarkan manusia agar senantiasa dalam kondisi Islam, yakni taat, patuh dan tunduk serta berserah diri kepada-Nya dengan landasan Iman yang kokoh.

c. Agar mampu berbuat ihsan (baik) Iman sebagai landasan utama, Islam sebagai bentuk ketaatan atau sikap untuk berbuat dan beramal dan ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan.

Misi agama Islam tersebut pada dasarnya mengarah kepada satu tujuan

pokok, yakni kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan

di akhirat.

Page 62: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

78

Sekalipun sebutan Islam sebagai nama agama hanya berlaku secara

eksklusif bagi sistem ajaran ketuhanan yang disampaikan oleh Nabi

Muhammad saw, namun misi ajaran agama Islam seperti disebutkan di

atas adalah juga misi ajaran keTuhanan yang disampaikan oleh para Nabi

dan Rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu,

semua ajaran Allah bagi umat manusia yang disampaikan oleh semua Nabi

dan Rasul, pada hakikatnya adalah tauhidullah (sekalipun tidak disebut

dengan nama Islam). Dengan demikian para Nabi dan Rasul dalam Al-

Quran menyebut dirinya muslim dan menyuruh umatnya agar menjadi

muslim sampai mati. Allah berfirman dalam Al-Quran yang terjemahnya:

Ibrahim berwasiat dengannya (yaitu dengan islam), Ya’kub: “Wahai anak-anaku sesungguhnya Allah telah memilihkan untukmu suatu agama (yang benar), maka janganlah kalian meninggal kecuali dalam keadaan muslim (dalam tunduk, patuh pada ajaran Allah)”. (Q.S Al-Baqarah: 132)

Untuk membimbing manusia dalam meniti dan menata kehidupan agar

senantiasa berada dalam ketaatan, Allah menurunkan agama islam sebagai

pedoman yang harus dijadikan referensi dalam menetapkan setiap

keputusan dengan jaminan ia akan terbebas dari segala kebingungan dan

kesesatan. Firman Allah yang terjemahannya:

Nanti akan Aku berikan kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Siapa yang mengikuti petunjuk-Ku tersebut, niscaya mereka tidak akan rasa khawatir dan takut (dalam kehidupan) dan tidak akan bersedih hati (Q.S Al-Baqarah: 38)

Hidayah berarti petunjuk yang diberikan Allah kepada makhluk hidup

agar mereka sanggup menghadapi tantangan kehidupan dan menemukan

solusi (pemecahan) bagi persoalan hidup yang dihadapinya. Hidayah

Page 63: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

79

merupakan alat bantu yang diberikan oleh Allah kepada makhluk hidup

untuk mempermudah menjalani kehidupannya. Sesuai yang dikemukakan

oleh Tim Dosen PAI (2004: 33) ada empat tingkat hidayah yang diberikan

oleh Allah kepada manusia yaitu:

a. Hidayah Ghariziyah (bersifat instinktif), disebut juga hidayah

firiyyah, yaitu petunjuk yang diberikan oleh Allah swt bersamaan

dengan kelahiran berupa kemampuan jadi dalam menghadapi

kehidupan sehingga sanggup untuk survive (bertahan hidup).

b. Hidayah Hissiyah (bersifat indrawi), yaitu petunjuk berupa

kemampuan indra dalam menangkap citra lingkungan hidup

sehingga ia dapat menentukan lingkungan mana yang sesuai

dengannya ( kemampuan adaptif) sehingga menemukan

kenyamanan dalam menghadapi kehidupan (secara fisikal).

c. Hidayah Aqliyah (bersifat intelektual), yaitu petunjuk yang

diberikan Allah berupa kemampuan berpikir sehingga mampu

mengolah segala informasi yang ditangkap melalui indra. Dengan

kemampuan ini manusia memiliki kemampuan mengembangkan

ilmu pengetahuan, memanipulasi dan merekayasa lingkungan

untuk menciptakan kemudahan, kesejahteraan dan kenyamanan

hidupnya.

d. Hidayah Diniyah (berupa ajaran agama), yaitu petunjuk yang

diberikan Allah berupa ajaran-ajaran praktis untuk diterapkan

dalam meniti kehidupan secara komunal sehingga manusia

Page 64: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

80

mendapatkan kebahagiaan dan kenikmatan hakiki dan ketenangan

batin dalam menjalani kehidupannya.

Hidayah yang pertama dan kedua di atas (ghariziyah dan hasiyah)

diberikan juga kepada binatang dengan fungsi yang sama. Dalam tahap

tertentu dan pada jenis tertentu, bahkan binatang mendapatkan hidayah

yang lebih tinggi, dalam arti kemampuan indrawi binatang tersebut lebih

peka daripada kemampuan indrawi manusia. Sementara hidayah yang

ketiga dan keempat (aqliyah dan diniyah) hanya diberikan kepada

manusia. Dengan kedua jenis hidayah inilah manusia berbeda dengan

makhluk hidup lainnya hidayah aqliyah (kemampuan intelektual) manusia

berbeda secara signifikan bila dibandingkan dengan binatang (demikian

pula dengan jin dan malaikat). Hidayah diniyah (petunjuk agama),

manusia dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dari malaikat sekalipun.

Hidayah-hidayah ini merupakan alat bantu bagi manusia untuk

mempermudah menjalani kehidupan sehingga diperoleh kemampuan

melanjutkan kehidupan (survival), keluasan, kepuasan (comfort) dan

kenikmatan lahir batin dalam kehidupan.

Bagi manusia, hidayah ghariziyah (instinktif) merupakan alat bantu

sementara, hidayah hissiyah (indrawi) alat bantu mediatif (antara),

hidayah aqliyah (intelektual) alat bantu pengembangan dan hidayah

diniyah (agama) alat bantu penyempurnaan, yaitu mencapai kebahagiaan

hakiki.

Page 65: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

81

Agama islam dalam kedudukannya sebagai hidayah bagi kehidupan

manusia di dunia, Tim Dosen PAI UPI (2004: 35) merumuskan peran dan

fungsi agama islam adalah sebagai berikut:

a. Pemberi makna bagi perbuatan manusia

b. Alat kontrol bagi rasa dan emosi

c. Pengendali bagi nafsu yang berkembang

d. Pemberi reinforcement (dorongan) terhadap kecenderungan berbuat baik pada manusia

e. Penyeimbang bagi kondisi psikis yang berkembang

4. Moralitas Agama Islam

Berbicara mengenai moralitas Islam, Maududi lebih banyak

mengemukakannya. Karena menurut dia Islam dipandang sebagai sistem, yaitu

sistem sosial, sistem politik, sistem ekonomi dan sistem moral.

Maududi (1965: 26) mengemukaka mengenai moralitas Islam:

“Baik dan buruk (jahat) bukanlah bikinan yang harus dicari-cari. Semua itu adalah realitas-realitas yang cukup dikenal dan bersamaan itu cukup dipahami oleh semua orang. Perasaan tentang baik dan jahat itu adalah intern dalam watak manusia sendiri. Sebab itulah maka dalam terminologi Al-Quran yang baik dinamakan Al Ma’ruf (sesuatu yang sudah diketahui) dan yang buruk atau yang jahat itu diberi nama al Munkar (sesuatu yang diingkari, yang ditolak). Dengan kata lain, al ma’ruf itu dikenal sebagai disukai oleh setiap manusia dan al munkar sebagai tidak digemari oleh setiap manusia.

Maududi lebih memandang Islam secara sistem. Mulai dari sistem sosial,

sistem politik, sistem ekonomi dan sistem moral dalam arti baik dan buruk

merupakan realitas dari kehidupan manusia. Baik dan buruk itu adalah sifat dan

watak manusia.

Page 66: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

82

Kenyataan ini telah disebutkan oleh Al-Quran ketika Ia mengatakan;

“...lalu Tuhan menunjukan kepadanya (kesadaran) kejahatan dan (kesadaran)

kebaikannya”. (Asy syams 91:8)

Masih menurut Maududi (1965: 90) sasaran tindakan moral adalah:

“konsepsi Islam tentang alam dan kedudukan manusia seperti tersebut di atas

menentukan sasaran sebenarnya dan mutlak yang harus menjadi tujuan dari segala

usaha manusia, yaitu mencari keridhaan Allah”.

Dari sasaran itu mempunyai sanksi di balik moralitas Islam. Konsepsi

Islam tentang alam dan kedudukan manusia di dalamnya juga menyediakan sanksi

yang harus terletak di balik setiap hukum moral, yaitu cinta dan takut kepada

Allah, rasa tanggung jawab di hari pengadilan (akhirat) dan janji kebahagiaan dan

balasan dalam kehidupan akhirat nanti.

Lebih lanjut Maududi menyebutkan bahwa Islam menetapkan bagi

manusia suatu sistem hidup yang didasarkan atas segala sesuatu yang baik dan

bebas dari segala yang buruk (jahat). Ia menyeru manusia bukan saja untuk

mengerjakan dan menyuruh marufat (kebaikan), melainkan juga untuk mencegah

dan menghapuskan munkarat (kejahatan), dan supaya memerintahkan berbuat

yang baik-baik dan melarang berbuat jahat-jahat, amar ma’ruf nahi munkar.

Sesungguhnya nilai-nilai moral telah berakar dalam sifat manusia itu

sendiri. Meskipun ada kecenderungan hewaninya, manusia karena sifatnya ingin

memiliki kualitas-kualitas tertentu untuk memelihara martabat kemanusiannya.

Seluruh eksponen prinsip-prinsip moral seperti yang sudah dirancang oleh para

Rasul dan ahli-ahli filsafat, semuanya hanya untuk menyelamatkan seluruh

Page 67: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

83

manusia dan bukan untuk keuntungan kelompok tertentu dan rusaknya kelompok

lainnya.

Sementara menurut Muslim Nurdin et. Al (1993: 212) mengemukakan

“pandangan Islam tentang kriteria moral adalah harus dalam aspek: (1)

memandang martabat manusia, (2) mendekatkan manusia dengan Allah”.

Pertama, martabat manusia kita mengetahui bahwa rasa harga diri adalah

perasaan sejati manusia. Kita merasa senang jika kita memberikan amal, bertindak

toleran, sederhana dan tekun bekerja. Sedangkan, sifat munafik, menjilat,

cemburu dan sombong akan menghina diri sendiri bila kita melakukannya.

Semuanya merupakan perasaan batin kita sendiri, tanpa terikat pada ajaran atau

kebiasaan dan tradisi yang ada pada masyarakat tertentu. Islam mengutuk keras

sifat-sifat itu dan melarang keras mengembangkannya.

Merendahkan hati dalam arti menghormati orang lain, mengakui prestasi

mereka dan bukan dalam pengertian memalukan diri sendiri untuk tunduk pada

kekuatan juga merupakan sifat yang mulia dan sesuai dengan martabat manusia.

Kualitas seperti ini dipunyai oleh mereka yang selalu bisa mengendalikan diri dan

tidak egois (self centered), serta dengan realistis mengakui hal-hal baik dalam diri

orang lain dan menghormatinya.

Kedua, mendekatkan manusia dengan Allah swt. Manusia muslim terlepas

dari keuntungan dan kerugian yang didapatkan dari tindakan dan kebiasaannya,

selalu mampu untuk mengetahui apakah tindakan atau sifatnya akan menjaga

martabat manusia, dan apakah akan membentukannya dalam perjalanan

Page 68: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

84

mendekatkan diri kepada Allah swt. Sebaliknya, tindakan manusia itu selama ini

merendahkan martabat manusia, dan menjauhkan diri dari Allah swt.

B. Pemahaman Nilai Moral Keagamaan Pada Remaja

1. Pengertian Remaja

Sebenarnya sampai sekarang belum ada kata sepakat antara para ahli ilmu

pengetahuan tentang batas umur bagi remaja. Karena hal itu bergantung

kepada keadaan masyarakat dimana remaja itu hidup, dan bergantung pula

kepada dari mana remaja itu ditinjau. Dari segi pandangan masyarakat

misalnya, akan terlihatlah bahwa semakin maju suatu masyarakat, semakin

panjang masa remaja itu, karena untuk diterima menjadi anggota masyarakat

yang bertanggung jawab diperlukan kepandaian tertentu dan kematangan

sosial, yang meyakinkan. Lain halnya dengan masyarakat desa yang masih

sederhana, yang hidup dari hasil tani, menangkap ikan atau berburu, masa

remaja itu sangat pendek, bahkan mungkin tidak ada, atau tidak jelas, karena

anak dapat langsung berpindah menjadi dewasa apabila pertumbuhan

jasmaninya sudah matang, dia pun langsung dapat dihargai dan sanggup

memikul tanggung jawab sosial. Pada masyarakat terbelakang seperti itu,

dapat dikatakan bahwa masalah remaja tidak ada.

Berbicara tentang pandangan berbagai ahli tentang masa remaja pun tidak

ada persatuan hukum, maka usia remaja adalah di atas 12 tahun dan dibawah

18 tahun serta belum pernah menikah. Artinya apabila terjadi suatu

Page 69: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

85

pelanggaran hukum dari seorang dalam usia tersebut maka hukuman baginya

tidak sama dengan orang dewasa.

Jika kita berbicara dari segi Psikologi, maka batas usia remaja lebih

banyak bergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup.

Yang dapat ditentukan dengan pasti adalah permulaannya, yaitu puber

pertama atau mulainya perubahan jasmani dari anak menjadi dewasa kira-kira

umur akhir 12 atau permulaan 13 tahun. Akan tetapi akhir masa remaja itu

tidak sama, pada masyarakat desa, di mana setiap anak telah ikut bekerja

dengan orang tuanya ke sawah, ke ladang, menangkap ikan dan sebagainya, si

anak cepat dapat ikut aktif dalam mencari rezeki, keterampilan dan ilmu

pengetahuan untuk tidak sukar mencapainya, maka segera setelah

pertumbuhan jasmaninya tampak sempurna, maka ia diberi kepercayaan dan

tanggung jawab sebagai seorang dewasa, dia telah dapat menikah, dengan

demikian masa remajanya berakhir, mungkin sekali umurnya baru 15 atau 16

tahun. Pada masyarakat yang lebih maju sedikit, di mana perlu sedikit ilmu

pengetahuan formil yang didapat di sekolah dan keterampilan sosial tertentu,

maka umur tersebut diperpanjang sampai 18 tahun. Dalam masyarakat yang

maju, biasanya banyak persyaratan yang diperlukan agar seseorang dapat

diterima sebagai seorang dewasa yang mampu diberi tanggung jawab. Untuk

itu perlu perpanjangan masa remaja sampai umur kira-kira 21 tahun, pada

umur tersebut diperkirakan telah terjadi kematangan dari segala segi.

Menurut Dr. Kartini Kartono mengatakan bahwa masa remaja disebut pula

sebagai masa-penghubung atau masa-peralihan antara masa kanak-kanak

Page 70: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

86

dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar

dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rokhaniah dan jasmaniah,

terutama fungsi seksual. Yang sangat menonjol pada periode ini adalah

kesadaran yang mendalam mengenai DIRI SENDIRI, dengan mana anak

muda mulai meyakini kemauan, potensi dan cita-cita sendiri. Dengan

kesadaran tersebut ia berusaha menemukan jalan hidupnya dan mulai mencari

nilai-nilai tertentu seperti, kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan, keindahan dan

sebagainya.

Pada saat pertumbuhan ini anak muda atau pubescens (12-17) pada

umumnya mengalami satu bentuk krisis, berupa kehilangan keseimbangan

jasmani dan rohani. Kadang kala harmoni fungsi-fungsi motoriknya juga

terganggu. Sehingga dengan kejadian tadi pubescens sering tampak kaku,

canggung tidak sopan dan kasar tingkah lakunya.

Dalam bidang agama, para Ahli Jiwa Agama menganggap bahwa

kemantapan beragama biasanya tidak terjadi sebelum umur 24 tahun, maka

dari segi itu remaja mungkin diperpanjang sampai umur 24 tahun.

Bagaimanapun caranya kita memandang remaja dan dari segi apapun kita

nilai, namun satu hal dapat kita simpulkan bahwa “remaja” adalah masa

peralihan dari anak menjelang dewasa. Semakin maju suatu masyarakat,

semakin banyak syarat yang diperlukan untuk menjadi dewasa, semakin

panjang masa yang diperlukan untuk mempersiapkan diri dengan berbagai

pengetahuan dan keterampilan dan semakin banyak pula masalah yang

Page 71: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

87

dihadapi oleh remaja itu, karena sukarnya memenuhi syarat-syarat dan

sebagainya.

2. Ciri-ciri masa remaja (anak puer)

Anak puer disebut pula sebagai Anak Besar, yang tidak mau dianggap

“kanak-kanak dan anak kecil”, namun belum bisa meninggalkan pola

kekanak-kanakannya. Ciri paling menonjol pada usia ini adalah: rasa harga-

diri yang makin menguat. Tidak ada periode kehidupan manusia yang secara

psikis begitu positif kuat daripada periode pueral ini. Energi yang keluar

berlimpah-limpah memanifestasikan diri dalam bentuk keberanian, keriangan,

kericuhan, perkelahian, dan olok-olok atau saling mengganggu. Pada anak

laki-laki. Biasanya ditampilkan dengan sikap yang ketus, cerewet dan tertawa

“ngikik-ngikik” tanpa sebab-sebab penting.

Aktivitas anak hampir seluruhnya diarahkan keluar, dan ditampilkan

dalam macam-macam prestasi. Anak puer ini mempunyai keinginan yang

menggebu-gebu untuk menarik perhatian orang lain pada dirinya, juga timbul

dorongan kuat untuk menguasai anak lain. Ada hasrat untuk berprestasi tinggi,

melebihi anak lain. Dia merasa mampu melakukan apapun juga, sehingga

condong melebih-lebihkan kemampuan diri sendiri.

Ciri khas anak-anak puer ialah paling suka bermulut besar,

menyombongkan diri, beraksi/berlaga dan sesumbar, memamerkan kekuatan

sendiri. Anak-anak gadis juga ingin menonjolkan dirinya dengan jalan

menjadi centil, cerewet, ketus, sombong, banyak lagak, suka memakai baju-

Page 72: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

88

baju yang bagus atau eksklusif dan sebagainya. Hal itu ditunjukan untuk

menarik perhatian orang lain pada dirinya.

Pada masa ini kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan

keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer. Adanya

ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan

kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tuanya. Penghayatan kehidupan

keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin didasarkan atas pertimbangan

adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.

Secara singkat dapat kita bagi masalah yang biasa dihadapi oleh para

remaja antara lain :

d. Pertumbuhan jasmani cepat

Biasanya pertumbuhan jasmani cepat terjadi antara umur 13-16 tahun

yang dikenal dengan remaja pertama (early adoles-cence). Dalam usia ini

remaja mengalami berbagai kesukaran, karena perubahan jasmani yang

sangat menyolok dan tidak berjalan seimbang. Remaja waktu itu

mengalami ketidakserasian diri dan berkurang keharmonisan gerak,

sehingga kadang-kadang mereka sedih, kesal dan lesu.

Pertumbuhan jasmani mencakup pula pertumbuhan organ dan kelenjar

seks, sehingga mereka merasakan pula dorongan-dorongan seksuil yang

belum pernah mereka kenal sebelum itu, yang membawa akibat kepada

pergaulan.

e. Pertumbuhan emosi

Page 73: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

89

Sebenarnya yang terjadi adalah kegoncangan emosi. Pada masa

adolesen pertama, kegoncangan itu disebabkan oleh tidak mampu dan

mengertinya akan perubahan cepat yang sedang dilaluinya, di samping

kekurangan pengertian orang tua dan masyarakat sekitar akan kesukaran

yang dialami oleh remaja, waktu itu. Bahkan kadang-kadang perlakuan

yang mereka terima dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat

menambah goncangnya emosi yang sedang tidak stabil itu.

f. Pertumbuhan mental

Menurut Alfred Binet seorang Psycoloog Perancis yang terkenal

dengan mental test-nya, bahwa kemampuan untuk mengerti hal-hal yang

abstrak baru sempurna pada umur ± 12 tahun. Sedangkan kesanggupan

untuk mengambil kesimpulan yang abstrak dari fakta yang ada kira-kira

mulai dari umur 14 tahun. Karena itu, tampak pada usia 14 tahun ke atas,

remaja seringkali menolak hal yang kurang masuk akalnya, dan

kadangkala menyebabkan mereka menolak apa yang dulu diterimanya.

Dari sini timbullah pula persoalan dengan orang tua atau orang dewasa

lainnya yang merasa seolah-olah remaja menjadi suka membantah atau

mengeritik mereka.

g. Pertumbuhan pribadi dan sosial

Masalah pribadi dan sosial itulah yang paling akhir pertumbuhannya

dan dapat dianggap sebagai persoalan terakhir yang dihadapi remaja

menjelang masuk kepada usia dewasa. Setelah pertumbuhan jasmani cepat

Page 74: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

90

berakhir, tampaklah bahwa remaja telah seperti orang dewasa jasmaninya,

baik yang laki-laki maupun perempuan.

Akan tetapi dari segi sosial dan penghargaan serta kepercayaan yang

diberikan kepadanya oleh masyarakat biasanya belum sempurna, terutama

dalam masyarakat yang maju. Dalam banyak bidang, mereka belum

diajak, sehingga mereka masih memerlukan perjuangan untuk itu. Dalam

perjuanngannya itu, kadang-kadang remaja tidak sabar, sehingga bertindak

keras dan kasar dan kadang-kadang melanggar nilai yang dianut oleh

masyarakatnya, di sinilah timbulnya kelainan-kelainan kelakuan yang

biasa disebut nakal.

Sesungguhnya masih ada persoalan lainnya yang dihadapi oleh remaja

dalam pertumbuhannya itu, ada yang bersifat negatif dan ada pula yang

positif. Secara umum dapat kita mengatakan bahwa usia remaja adalah

usia peralihan dan persiapan, yang penuh dengan aneka kesukaran yang

menggoncangkan jiwa.

3. Remaja dan Agama

Suatu keadaan jiwa yang dapat kita perhatikan tentang remaja adalah

penuh kegoncangan. Keadaan seperti itu sangat memerlukan agama dan

membutuhkan suatu pegangan atau kekuatan luar yang dapat membantu

mereka dalam mengatasi dorongan dan keinginan baru yang belum pernah

mereka kenal sebelum itu. Keinginan dan dorongan tersebut seringkali

bertentangan dengan nilai yang dianut oleh orang tua atau lingkungan di mana

ia hidup.

Page 75: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

91

Bagi remaja yang tidak beruntung untuk mempunyai orang tua yang

bijaksana dan mampu memberikan bimbingan beragama kepadanya waktu

kecil, maka usia remaja akan dilaluinya dengan lebih berat lagi, seperti banyak

ternyata dalam kasus kenakalan dan gangguan kejiwaan lainnya, yang pernah

kami temui dalam perawatan jiwa.

Lain halnya dengan remaja yang hidup dan dibesarkan dalam keluarga

yang aman tentram dan tekun beribadah serta lingkungan sosial dimana ia

hidup cukup menampakkan keyakinan kepada Tuhan, maka remaja akan agak

tenang dan dapat pula menerima keyakinan beragama dengan tenang.

Hanya saja hal itu perlu kita ingat bahwa pengertian remaja akan pokok

ajaran agama dipengaruhi oleh perkembangan pikiran yang sedang mereka

lalui. Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat-sifatnya merupakan

bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya, serta dipengaruhi

oleh perasaan dan sifat remaja itu sendiri. Keyakinan beragama pada remaja

merupakan interaksi antara dia dan lingkungannya. Misalnya, kepercayaan

remaja akan kekuasaan Tuhan, akan menyebabkan melimpahnya tanggung

jawab atas segala persoalan kepada Tuhan, termasuk persoalan masyarakat

yang tidak menyenangkan, misalnya kekacauan, ketidakadilan, penderitaan,

kezaliman, persengketaan, penyelewengan dan sebagainya yang terdapat

dalam masyarakat, akan kecewa kepada Tuhan Yang maha Kuasa, yang

membiarkan semuanya itu terjadi. Jika kekecewaan remaja itu bertumpuk-

tumpuk, maka akan sangat kecewalah dia terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa

itu, bahkan kadang-kadang kekecewaan itu dapat menyebabkannya

Page 76: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

92

memungkiri Tuhan sama sekali, agar ia dapat mengambil kesimpulan baru,

yaitu bahwa segala sesuatu terjadi dengan sendirinya dan berjalan tanpa ada

pengendalinya, maka mungkin saja ia kacau balau.

Jika remaja melihat keindahan alam dengan keharmonisan segala sesuatu,

di samping kehidupan keluarga dan lingkungan yang serasi dan aman tentram,

akan bertumbuhlah kekagumannya kepada Tuhan sebagai Pencipta Alam

dengan segala keindahan dan keserasiannya itu, dengan demikian

kepercayaannya kepada Tuhan akan bertambah.

Seorang remaja yang sangat kecewa dalam hidupnya, dapat saja

menentang Tuhan, karena merasa bahwa dia ditinggalkan Tuhan dalam

menghadapi kesukarannya. Kekecewaan remaja tidak hanya terjadi karena

masalah pribadinya, tapi banyak pula berhubungan dengan lingkungan di

mana ia hidup, terutama apabila tampak adanya perbedaan/pertentangan antara

nilai agama yang mereka pelajari dengan kelakuan orang dalam masyarakat,

terutama orang yang diannggapnya harus menjalankan agama itu, misalnya

orang tuanya sendiri, guru, para pemimpin ummat, mubaligh dan sebagainya.

Perbedaan tersebut menyebabkannya gelisah dan kadang-kadang

menyebabkannya benci kepada mereka, bahkan membuat mereka acuh tak

acuh kepada agama. Maka dapat diperkirakan, bahwa semakin merosotnya

moral orang dalam masyarakat, akan semakin gelisah para remaja, dan

semakin benci mereka kepada pemimpin agama, karena disangkanya bahwa

mereka itulah yang harus bertanggung jawab atas pembinaan moral

Page 77: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

93

masyarakat, dan merekalah yang harus memberi contoh dan membimbing

masyarakat untuk hidup sesuai dengan ajaran agama.

Di antara problema remaja yang agak menonjol, adalah dorongan seks

yang mulai terasa pada usia remaja itu. Mereka kadang-kadang ingin

mengikuti dorongan tersebut, ingin mencari sasaran dengan jenis lain, tapi

mereka takut melakukannya karena agama melaranganya. Apabila terlakukan

oleh mereka pelanggaran susila, karena tidak mampu mengendalikan diri,

maka akan timbullah sesudah itu penyesalan, atau rasa dosa, hal ini sangat

menggoncangkan jiwa remaja, yang kadang-kadang membawanya jauh dari

agama, apabila pelanggaran tersebut sering dilakukannya.

Sebenarnya perasaan remaja terhadap Tuhan tidak tetap, kadang-kadang

sangat cinta dan percaya kepada-Nya, tapi kadang-kadang berubah menjadi

acuh tak acuh atau menentang, apabila mereka merasa kecewa, menyesal dan

putus asa, memang perasaan yang ambivalen terhadap agama adalah ciri khas

dari remaja.

Dalam pembinaan moral, terutama bagi remaja, agama sangat penting,

pembinaan itu terjadi melalui kebiasaan dan pengalaman hidup yang

ditanamkan sejak kecil oleh orang tua dengan jalan memberi contoh. Dan

pembinaan moral itu tidak mungkin dilakukan dengan jalan pengertian saja,

karena kebiasaan jauh lebih berpengaruh dari pengertian dan pengetahuan

tentang moral, apalagi pada orang yang sedang mengalami kegoncangan jiwa.

Berapa banyaknya remaja yang tahu dan sadar bahwa kelakuan mereka yang

Page 78: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

94

nakal itu tidak baik, menghisap narkotik itu berbahaya, tapi mereka tetap tidak

sanggup menghindari kenakalan atau narkotik tersebut.

Memang benar, bahwa remaja akan berusaha keras untuk mempertahankan

harga dirinya dalam pandangan masyarakat, dia akan mencoba melawan

segala dorongan yang bertentangan dengan nilai moral yang dianut oleh

masyarakat. Akan tetapi ada kemungkinan kadang-kadang mereka lemah dan

dapat dikalahkan oleh dorongan dan bujukan luar. Karena itu benteng

keimanan yang ditanamkan sejak kecil dengan cara yang serasi akan dapat

membantu dalam menghadapi dorongan dan bujukan luar itu, apabila suatu

ketika dia dapat dikalahkan oleh dorongan dan keinginan yang salah, akan

timbullah sesudah itu rasa dosa dan penyesalan pada dirinya. Sehingga ia akan

berusaha memohon ampun kepada Tuhan dan mencoba lebih tekun beragama,

agar tidak terkalahkan sekali lagi. Disinilah letak peranan orang tua, guru dan

para pemimpin agama, yang dapat membantu remaja untuk mengatasi

kesukarannya tersebut dan dapat menerima mereka dengan segala kesalahan

dan keterlanjurannya itu. Seandainya kesalahan moral itu terjadi berulang-

ulang, karena pengaruh dari luar dan dorongan dari dalam, maka kepuasan

yang didapatnya dari perbuatan yang salah itu menjadi kenyataan, maka akan

berubahlah pandangannya terhadap kesalahan itu, dari takut dan cemas

menjadi puas dan gembira, dari sana akan mulailah keruntuhan moral remaja.

Lambat laun remaja yang seperti itu akan mengalami perkembangan baru

dalam agama, ia akan menjadi acuh tak acuh dan berani terang terangan

melanggar agama, dan selanjutnya akan menjauh dari agama. Maka waktu itu

Page 79: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

95

akan dicarilah pegangan baru, filsafat atau kepercayaan baru yang dapat

membela kelakuannya yang salah itu, dan akan semakin jauh dari agama,

bahkan ia akan menentang para ulama dan pemimpin agama.

Suatu usaha penyelamat bagi remaja, adalah ketekunan menjalankan

agama, dan jauh sama sekali dari perbuatan salah terutama dalam pelanggaran

susila. Ketekunan menjalankan agama itu dapat dicapai dengan jalan latihan

yang terus menerus dan menghindarkannya dari godaan yang merusak.

C. Hubungan Pemahaman Nilai Agama dan Perilaku Moral

Hubungan pemahaman nilai agama dengan perilaku moral remaja sangat

signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa nilai agama sangat menentukan perilaku

seseorang manusia termasuk di dalamnya remaja. Remaja merupakan usia yang

transisi antara usia dewasa. Oleh sebab itu, usia ini sangat rentan dengan pengaruh

dari luar (masyarakat, sekolah). Dalam hal ini, pendidikan keluarga sangat

berpengaruh terhadap perilaku remaja. Pendidikan keluarga disini adalah

pendidikan agama karena pendidikan agama yang ditanamkan di masa kecil akan

membekas dalam hati anak-anak.

Dalam hubungan ini, pendidikan agama Islam dalam keluarga yang

diajarkan oleh syariat Islam adalah mulai dari kandungan sampai dewasa. Salah

satu didikan orang tua terhadap anaknya dalam buaian adalah tidak memakan

makanan yang haram dan tidak mempunyai sifat iri dengki kepada sesama

manusia.

Page 80: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

96

Selain itu, yang tidak kalah berpengaruhnya kepada anak-anak adalah

masyarakat sekitar. Karena itu, setiap orang yang bergaul dengan masyarakat

yang kurang baik akan cenderung mengikuti atau terpengaruh oleh masyarakat

tersebut. Sehingga dapat dikatakan disini pergaulan dengan masyarakat sangat

dominan mempengaruhi perilaku moral remaja. Hal ini terbukti karena pergaulan

di masyarakat sangat lama dibanding dengan pendidikan di sekolah.

Pengaruh lain adalah pendidikan di sekolah-sekolah, sekolah merupakan

tempat berinteraksinya antara murid dengan guru. Akan tetapi, sekarang

kecenderungan orang islam banyak menyekolahkan ke sekolah-sekolah umum di

banding dengan sekolah agama, apalagi ada orang islam yang menyekolahkan

anaknya di sekolah kristen. Dengan demikian, sekolah sangatlah berpengaruh

terhadap perilaku moral seseorang terutama generasi muda disini dimaksudkan

remaja.

1. Hubungan dengan Diri Sendiri

Hubungan manusia dengan dirinya sendiri disebutkan cara-caranya di

dalam ayat-ayat tentang takwa dan dicontohkan dengan keteladanan Nabi

Muhammad saw. Menurut Daud Ali (1998: 106) menyatakan:

Diantaranya dengan senantiasa berlaku: (1) sabar, (2) pemaaf, (3) adil, (4) ikhlas, (5) berani, (6) memegang amanah, (7) mawas diri dan (8) mengembangkan semua sikap yang terkandung dalam akhlak atau budi pekerti yang baik.

Karakter tersebut menunjukan pada pribadi masing-masing. Akan tetapi,

realitasnya akan berhubungan dengan orang lain, artinya ketika sikap adil itu

melekat pada diri sendiri tetapi berpengaruh pada orang lain.

Page 81: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

97

Selain itu, menurut Muslim Nurdin, et. Al (1993: 230) “hubungan dengan

diri sendiri terbagi ke dalam: menjaga kesucian diri, menjaga makanan,

menjaga ksucian faraj (seksual), mengembangkan keberanian (syaja’ah),

mengembangkan kebijaksanaan, menjaga amarah sabar dan syukur.

a. Menjaga kesucian diri Allah menganugerahkan nafsu kepada manusia

tercipta dari ruh kemuliaan dan lumpur, maka tarik menarik di antara

yang saling berlawanan itu begitu kuat, sehingga diperlukan suatu

upaya mengaktualisasikan kesucian diri.

b. Menjaga makanan (minuman). Makanan dan minuman harus dijaga

kesuciannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia membutuhkan

makanan untuk kelangsungan hidupnya dan untuk pertumbuhan

badannya. Kriteria umum makanan dan minuman yang dihalalkan

adalah nilai “kebaikannya, seperti faedahnya, kelejatannya,

kebersihannya, dan kesuciannya.

c. Menjaga kesucian faraj (seksual). Ajaran Islam tidak melarang umat

manusia menikmati kesenangan seksual, malahan Islam sangat

mencela orang-orang yang tetap mempertahankan hidup membujang.

Akan tetapi, islam memberikan jalan mulia untuk menuju ke arah

kesenangan ini, yaitu dengan jalan menikah.

d. Mengembangkan keberanian (syaja’ah). Manusia memiliki potensi

amanah, sifat ini perlu dikembangkan agar menjadi sifat yang mulia

yaitu berani. Berbeda dengan tindakan keberanian yang tanpa

perhitungan atau keberanian untuk berbuat kesalahan. Syaja’ah adalah

Page 82: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

98

keberanian untuk menyampaikan yang hak, membela kebenaran, dan

memberantas kepalsuan. Tindakan gegabah, atau berani tanpa

perhitungan untuk kesalahan, merupakan perbuatan negatif. Demikian

pula sifat pengecut, yaitu takut untuk menyampaikan yang hak, takut

membela kebenaran dan memberantas kebatilan merupakan perbuatan

tercela.

e. Mengembangkan kebijaksanaan. Islam menganjurkan umat manusia

agar mencari ilmu setinggi-tingginya. Berbagai ayat dan hadits Nabi

yang mengungkapkan keutamaan ilmu dan orang yang berilmu sudah

begitu detil. Diantara ayat tersebut adalah “Allah meninggikan derajat

orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat”.

Sebaliknya, Islam sangat mengecam tindakan bodoh dan jumud.

Dengan demikian, orang yang berilmu akan bertindak lebih bijaksana

dibandingkan dengan orang yang bodoh.

f. Marah merupakan gejala emosional yang muncul dari dalam diri

seseorang yang nampak ke permukaan dalam berbagai perwujudannya.

Menurut Imam Al-Ghazali:

“marah itu adalah nyala api yang bersumber dari api Allah, menyala berkobar-kobar menjulang tinggi sampai naik ke hulu hati, dan akhirnya muncul dalam bentuk gejala-gejala fisik perubahan raut muka, mata, telinga, sangat gugup, anggota badan gemetar, giginya gemerentak, jalan mondar mandir, lubang hidung mengecil dan membesar, mulut mengeluarkan kata-kata yang tidak terkendali”.

Gejala seperti itu bila menimpa kita sebagai muslim, haruslah dengan

cepat mengucapkan Astagfirullah, minta ampunan kepada Allah dan

membaca lafaz A’udzubillahi minasyaithanir rajim, saya berlindung

Page 83: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

99

kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Apabila ia sedang

berdiri hendaklah ia duduk, jika sedang duduk hendaklah ia berbaring

dan jika betul-betul sadar, hendaklah ia mengambil air wudhu ini

mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah. Kemarahan itu berasal dari

api, oleh karena itu ia harus segera didinginkan.

g. Sabar adalah sikap jiwa yang ditampilkan dalam penerimaan terhadap

sesuatu, baik berkenaan dengan penerimaan tugas dalam bentuk

suruhan dan larangan maupun bentuk penerimaan terhadap perlakuan

orang lain, serta sikap menghadapi suatu musibah. Sabar dikategorikan

ke dalam empat hal yaitu: sabar terhadap Perintah Allah, sabar

terhadap larangan Allah, sabar terhadap perbuatan orang lain, sabar

menerima musibah. (Muslim Nurdin, et.al (1993: 230).

Manusia ditugaskan untuk beribadah kepada Allah, tunduk, patuh dan

taat kepada-Nya sebagai hamba berarti manusia harus menyerahkan

segenap jiwa raganya kepada kehendak Allah, tiada pilihan lain

baginya selain ketaatan dan kepatuhan.

Sabar terhadap larangan Allah adalah mengendalikan hawa nafsu yang

mendorong untuk melanggar larangan-Nya. Nafsu sesuai dengan

sifatnya adalah kekuatan sabar yang mendorong manusia bergerak

untuk mencari kenikmatan dan kepuasan. Sabar disini berarti

mengendalikan dan menekan perasaan dan keinginan, sehingga dapat

menyikapi setiap larangan Allah sebagai sesuatu yang wajar yang

harus dihindarkannya.

Page 84: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

100

Manusia sebagai makhluk sosial yang berada di tengah-tengah

pergaulan dengan manusia lainnya setiap saat dihadapkan kepada sikap

dan perbuatan orang lain terhadap dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari

adanya musibah yang menimpa seseorang merupakan Sunatullah,

karena ia merupakan konsekuensi dari kehidupan dunia, baik musibah

yang disebabkan oleh alam maupun musibah karena kelalaian manusia

sendiri.

h. Syukur adalah sikap dan perilaku yang menunjukan penerimaan

terhadap sesuatu pemberian atau anugerah dalam bentuk pemanfaatan

dan penggunaan yang sesuai dengan kehendak pemberinya. Syukur

kepada nikmat yang diberikan Allah adalah berterima kasih dalam

bentuk ucapan dan perbuatan yang diinginkan Allah Sang Maha

Pemberi.

2. Hubungan dengan Keluarga

Lembaga yang paling utama dan fundamental dari masyarakat adalah

kesatuan keluarga itu terjadi dari pertemuan (perkawinan) lelaki dengan

perempuan dan dari perhubungan mereka itu lahirlah satu angkatan baru, satu

generasi baru.

Keluarga adalah satu lembaga dimana satu generasi mempersiapkan

generasi berikutnya untuk berbakti kepada peradaban manusia dan untuk

melaksanakan kewajiban sosialnya dengan khidmat, jujur dan penuh

semangat.

Page 85: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

101

Dalam hal ini, keluarga benar-benar dapat dikatakan sebagai sumber dari

kemajuan, perkembangan, kemakmuran dan peradaban manusia. Menurut

Islam bentuk yang benar dari hubungan diantara lelaki dan perempuan adalah

perkawinan (nikah), yaitu hubungan dimana tanggung jawab sosial dipegang

sepenuhnya oleh yang bersangkutan dan yang mengakibatkan lahirnya suatu

keluarga.

Oleh sebab itu, agama yang sarat dengan nilai-nilai moral yang luhur harus

dijadikan sebagai tolok ukur dalam membina dan mengatasi berbagai masalah

yang terjadi dalam keluarga. Pola asuh dan pandangan yang sebagian besar

diserahkan kepada pribadi yang didatangkan ke rumah-rumah untuk membina

mental, rohani dan watak anak-anak sudah selayaknya di ubah dan

dikembalikan sepenuhnya kepada pemimpin utama keluarga itu sendiri, yaitu

ayah dan ibu. Ayah dan ibu tidak boleh kalah perannya dengan guru atau

media lainnya yang ikut mendidik anak. Ibu dan ayah adalah perantara

seorang anak lahir ke dunia. Merawat dan mendidiknya sampai dewasa dan

mandiri. Karena itu islam menekankan kewajiban anak untuk berbakti kepada

ibu bapaknya seperti firman Allah:

“Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu”. (QS. 31: 14)

Dari ayat tersebut, Allah menggambarkan penderitaan seorang ibu pada

saat mengandung, merawat dan mendidik anaknya sebagai isyarat agar anak

Page 86: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

102

tidak melupakan jasa yang telah diberikan orang tuanya dan sebagai dorongan

untuk menghormati dan memuliakannya.

Kepentingan menghormati ibu dan bapak dikaitkan pula dengan nasibnya

dikemudian hari, yaitu kehidupannya diakhirat, sebagaimana Nabi

mengingatkan bahwa keridhaan Allah tergantung pada keridhaan ibu bapak.

Dengan demikian, kebencian Allah tergantung pada kebencian ibu bapak.

Bahkan lebih dekat lagi Nabi mengatakan bahwa ada dua jenis dosa yang

dilakukan seseorang yang siksanya akan di rasakan sejak masih berada di

dunia, yaitu dosa zina dan durhaka kepada kedua orang tua. Hal ini dijelaskan

dalam firman Allah swt:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia. Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya samapi berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan perkataan “ah” dan janganlah sekali-kali kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. (QS. 17: 23)

Mengucapkan “ah” saja sudah tidak boleh, apalagi memperlakukan orang

tua lebih kasar lagi dari itu. Sering kali kita lupa kepada orang tua, lalu

mengurus, membantu orang tua, karena kesibukan atau tersita waktu karena

mengurus kecintaan kepada yang lainnya.

Dalam membangun keluarga yang sakinah, yang tidak kalah penting

adalah mendidik anak. Mendidik anak adalah kewajiban orang tua yang paling

utama yang akan berpengaruh kuat dalam perkembangan anak pada masa-

masa selanjutnya. Orang tua mendidik anak dengan memperhatikan potensi

yang dimiliki anak. Oleh karena itu, peran orang tua dalam mendidik anak

dilakukan dengan cara membimbing, membantu atau mengarahkannya agar ia

Page 87: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

103

mengenal norma dan tujuan hidup yang hendak dicapainya. Dalam hal ini,

orang tua yang paling berpengaruh kepada karakter anak yang ada dalam

keluarga tersebut. Karena pendidikan di sekolah-sekolah hanya beberapa jam

saja, sedangkan anak lebih banyak waktu di dalam keluarganya.

3. Hubungan dengan Masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial dimana kualitas kemanusiaannya

ditentukan oleh perannya dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan

manusia lainnya di tengah masyarakat. Untuk itu, Al-Quran menekankan

hubungan antara manusia dengan memuat lebih banyak ayat-ayat yang

berbicara tentang ibadah sosial, daripada yang bersifat ritual.

Islam menghendaki terciptanya masyarakat yang damai dimana interaksi

didalamnya diwarnai oleh kasih sayang (marhaamah). Oleh karena itu,

penekanan tingkah laku individu selalu dikaitkan dengan peranan sosialnya,

kualitas keimanan seseorang ditentukan oleh aktualisasinya dalam pergaulan

masyarakat (amal saleh).

Oleh sebab itu, keluhuran budi pekerti adalah salah satu konsekuensi nyata

adanya taqwa. Sedangkan taqwa itu mendorong seseorang ke arah tindakan-

tindakan yang diperkenankan atau diridhai Allah.

Syariat islam memberikan motivasi yang kuat kepada umat untuk

senantiasa menegakan keadilan di tengah masyarakat yang direalisasikan

dalam suatu timbangan manusiawi yang mampu menempatkan sesuatu sesuai

dengan keharusannya.

Page 88: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

104

Mengaktualisasikan islam dalam hubungan sosial adalah menaburkan

rahmat dan kebaikan di tengah-tengah pergaulan hidup yang diawasi dengan

mewujudkan sikap mencintai sesama manusia yang merupakan bentuk nyata

kecintaan kepada Allah.

Mencintai dan merealisasikan dalam bentuk pengorbanan yakni

memberikan apa yang terbaik yang dimiliki secara tulus, agar dapat memberi

manfaat bagi lingkungan masyarakat sekelilingnya. Ketulusan ini hanya

mungkin ada dalam penyerahan dan penerimaan secara total terhadap

kebesaran Allah. Nabi bersabda: “hendaklah engkau beribadah kepada Allah

seolah-olah engkau melihatnya, kalaupun engkau tidak melihatnya Allah

melihat engkau”.

Dengan demikian, hubungan manusia dengan masyarakat adalah atas

dasar cinta sebagai manifestasi cinta kita kepada Allah. Al-Quran

memperingatkan orang-orang yang beriman dari mengutamakan kepentingan

dan hubungan sosial atas kepentingan agama, Allah berfirman:

“Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, peniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”. (QS. At-Taubah: 24)

Dari ayat tersebut islam membangun masyarakat atas dasar cinta dan

saling menolong. Dalam sebuah hadits:

“Perumpamaan orang-orang mukmin, dalam cinta, kasih sayang, kedekatan hubungan mereka, seperti satu badan. Jika ada anggota badan yang sakit, maka seluruh badan akan merespon dengan kesiagaan dan demam”. (HR Muslim)

Page 89: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

105

Cinta, perasaan kasih sayang dan menyambung hubungan silaturahmi

membentuk dasar hubungan masyarakat muslim, tua atau muda, kaya atau

miskin dan pemimpin atau rakyat jelata. Ajaran islam mendukung konsep

sosialisme cinta dalam suatu komunitas masyarakat sehingga disebutkan

dalam sebuah hadits:

“Tidaklah kalian benar-benar beriman sehingga ia mencintai bagi saudaranya, seperti ia mencintai dirinya sendiri” (HR Bukhari Muslim. “Allah akan menolong hamba-Nya sepanjang hamba-Nya itu menolong saudaranya”. (HR Muslim)

Dengan demikian, hubungan masyarakat yang didasari atas cinta dan kasih

sayang karena Allah semata sangat penting untuk terus dipupuk dalam setiap

pribadi manusia.

D. Perilaku Moral Menurut Ajaran Islam

Jika kita mengambil ajaran agama islam, maka hal itu adalah akhlak

(moral), sehingga ajarannya yang terpokok adalah untuk memberikan bimbingan

moral. Nabi Muhammad Saw bersabda “sesungguhnya saya diutus oleh Tuhan

adalah untuk menyempurnakan akhlak”. (HR. Ahmad). Beliau sendiri

memberikan contoh dari akhlak yang mulia diantara sifat-sifat beliau yang

terpenting adalah : benar, jujur, adil dan dipercaya. Mengingat bahwa agama

secara konseptual dapat memberikan makna bagi kehidupan siapa saja khususnya

bagi remaja selama diyakini bahwa agama memiliki fungsi sosial dalam

kehidupan yang dinamis.

Page 90: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

106

Dengan demikian perilaku yang harus dicerminkan oleh umat manusia

khususnya remaja yaitu perilaku yang sesuai dengan syariat islam dan prinsip-

prinsip ajaran islam yang telah dianjurkan dalam Al-Quran maupun Hadits.

Perilaku moral tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Bertutur kata yang baik, sopan dan benar, karena kebenaran itu memimpin

kepada kebaktian, sedangkan kebaktian membawa ke surga.

2. Tidak merasa ujub (bangga) terhadap dirinya sendiri dan tidak

bersandarkan kepada kekuatannya sendiri.

3. Selalu rendah hati (tawadhu), lapang dada, berjiwa mulia, sabar, tabah dan

teguh tidak menghabiskan waktu dengan sia-sia dan tidak mendahulukan

emosinya daripada akal.

4. Bergaul dengan teman yang baik dan berkarakter mulia, supaya bisa

berimbas (menyimpati) kebaikan dan karakter yang mulia tersebut.

5. Selalu menutup aurat seperti firman Allah: “Tuhan mengadakan pakaian

untuk manusia gunanya penutup aurat dan menjadi perhiasan”. Dengan

pakaian ini membedakan antara manusia dengan hewan. Disamping

perhiasan yang lahir untuk menutup aurat dan untuk perhiasan pakaian

batin, perhiasan untuk batin atau jiwa yaitu dengan bertaqwa kepada

Allah. Pakaian taqwa itu lebih berharga, kedua pakaian itu hendaklah

sama-sama dipakai. Tidak ada harganya pakaian lahir, kalau pakaian batin

dan jiwa tidak ada

6. Memperbanyak dzikir (mengingat) kepada Allah sebab dzikir kepada

Allah adalah benteng yang kokoh, melapangkan dada, menentramkan hati,

Page 91: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

107

menghubungkan kita dengan Allah dan mengusir syaitan. “ingatlah hanya

dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”. (Ar-Ra’da: 28)

7. Selalu membaca Al-Quran karena itu tali Allah yang kokoh jalan yang

lurus, cahaya yang memberi petunjuk dan kehidupan yang bergelora. Al-

Quran itu meluruskan hati dan memperbaiki jiwa.

8. Memelihara amalan-amalan fardhu dan memperbanyak amalan-amalan

sunnat. Dalam hadits qudtsi tersebut: “tidaklah hambaKu mendekatkan

diri kepadaKu lebih Aku sukai daripada (dengan) apa yang Aku wajibkan

atasnya dan senantiasa hambaku mendekatkan diri kepadaKu dengan

amalan-amalan sunnat sehingga Aku mencintainya”. Ibadah-ibadah

mempunyai pengaruh yang besar dalam membersihkan kotoran-kotoran

hati, memperbaiki jiwa dan meneguhkan pendirian atas kebenaran.

9. Selalu menjauhi hal-hal yang merusak selama ada jalan ke arah itu serta

tidak bersikap lunak dan baik terhadap pelaku-pelaku kebatilan dalam

soal-soal akidah dan syari’ah dan tidak merestui perbuatan sesat dan

merusak.

10. Selalu berbuat baik kepada orang tua, menghormati dan menghargainya

serta menghormati dan menghargai orang lain.

Dari contoh-contoh perbuatan yang sesuai dengan ajaran islam tersebut

diatas dapat diperkuat dengan sebuah keterangan yang terdapat dalam Al-Quran

Surat Al-Lukman yang artinya “wahai anaku! Laksanakanlah shalat dan

suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang

mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang

Page 92: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

108

demikian itu termasuk perkara yang penting (31: 17)” selain itu “dan janganlah

kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah

berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang

yang sombong dan membanggakan diri (31: 18), serta “dan sederhanakanlah

dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara

ialah suara keledai. (31: 19). Itulah ayat-ayat Al-Quran yang menyuruh kita agar

tetap rendah hati dan jangan sombong serta untuk selalu menjalankan amar

makruf nahi munkar.

Islam menggolongkan akhlak kedalam dua golongan yaitu, yang pertama,

akhlak Rabbani, berupa penyatuan hubungan dengan Allah dan kedalaman taqwa

kepada-Nya, seperti ikhlas bagi-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharap rahmat-

Nya, takut adzab-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, sabar dalam menerima cobaan-

Nya, ridho kepada qada-Nya, mencintai-Nya. Yang kedua, akhlak insan berupa

hubungan horizontal atas sesama manusia yaitu diantaranya saling menolong

sesuai dengan hadits “Allah akan menolong hamba-Nya sepanjang hamba-Nya

itu menolong saudaranya”. (HR Muslim)

Selain tolong menolong manusia juga diperintahkan untuk memberikan

makan kepada anak yatim sehingga bias merasakan keadaan anak yatim tersebut,

dengan adanya sikap empati maka manusia akan selalu bersyukur kepada Allah

atas semua nikmat yang telah diberikan kepadanya berupa kenikmatan yang tak

terhingga.

Islam juga mengajarkan kepada kita untuk selalu memupuk silaturahmi

antara sesama. Baik itu dalam hal pertemanan maupun pergaulan, kesemuanya itu

Page 93: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

109

telah diatur tatacaranya dalam islam. Teman adalah tali yang mempunyai dua

ujung tak mungkin kita dapat menghubungkan dua orang yang tidak ada

hubungannya dengan kita. Terhadap kawan, kita harus memberi sebanyak kita

menerima toleransi, kasih saying, humor, kepedulian dan lain-lain. Manusia

berada di jalan seorang teman karib, karenanya setiap orang harus memperhatikan

dengan siapa ia berteman dan bergaul.

Orang-orang islam diharapkan tidak bergaul bebas dengan orang-orang

yang menganggap agama sebagai permainan. Jika muslim melihat kejahatan

dalam suatu kelompok, dan ia mampu melakukan sesuatu untuk memperbaikinya,

maka ia wajib melakukan sedapat mungkin. Kalau ia tidak dapat mengatasinya,

lebih baik menghindar dan menjauh. Ini sering diterapkan di sekolah atau dijalan-

jalan. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi “Dan tinggalkanlah orang-orang

yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau dan mereka

telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah mereka dengan Al-Quran itu

agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena

perbuatannya sendiri…” (QS 6: 70)

Itulah ayat yang menyuruh kita untuk mencari teman dan bergaul dengan

orang-orang yang tidak menjerumuskan kita ke dalam kenistaan atau dosa yang

akan mengantarkan kita ke dalam api nerakanya Allah. Kita harus bisa memilih

teman bergaul yang bias membuat kita selalu ingat kepada Allah (orang yang

baik-baik).

Dengan memperhatikan ajaran Al-Quran, nyatalah bahwa yang menjadi

pokok dalam kehidupan agama adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha

Page 94: S PPK 054299 Chapture2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054299_chapture2.pdf · yang menarik bagi kita, yang kita cari, menyenangkan sebagai sesuatu yang

110

Esa. Dengan keimanan kita yang kuat kepada Allah, dan menjalankan syari’at

islam tentunya akan membentuk budi yang luhur, jujur dan benar dalam perkataan

dan tindakan, bisa mengontrol perilaku individu dan berpikir positif. Dengan

demikian akan terbentuklah manusia yang bermoral. Karena setiap orang yang

bermoral belum tentu berakhlak, akan tetapi setiap orang yang berakhlak pasti

bermoral.