Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SAKAU
Sanksi Pelanggaran Pasal 113Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014Tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara pa ling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Dewi Musdalifah
kumpulan puisi
SAKAU
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
v
DAFTAR ISI
BAGIAN SATU SAJAK SAJAK CINTA• GasingApi• GairahEmbun• Kepompong• Bersimpuh• Luka• Sebelum• DragonBall• Fredom• Normal• Semai• Dejavu• Musim• Palsu• Surat• Hilang• SerupaCahayaMemantul• Sakau• Kosong• Bersiap• Pulang• ReInstal• Ruwat• Muara
BAGIAN DUASAJAK SAJAK LAUT
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
vi
• Kurir• TunjungBiru• PelukisPasir• DiTelanAsapKelabu• GiliGenting• Melintas• Berwujud• Terkubur• DayaHidup• Tunduk• Berangkat• PulangKampung• SepertiDoamu
BAGIAN TIGA SAJAK SAJAK HIKAYAT• Setia• Siklus• Hikayatmu• MabukTarung• TuxedoBertopeng• MataMata• MulaiLagi• Harmoni• Hallo199• KopiAtauArak• BerjarakLagi• Menanam• Tumbuh• WahanaBermain
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
vii
• MataRantai• Bertahan• Kembali• Kamu• Lara• Tertukar• Bongkar• MenjagaGelora• Ayo• Satelit• SelepasDuha• Pilih• NagaLiar• Menelanmu• Rebutan
BAGIAN EMPATSAJAK SAJAK TUALANG• Laras• NangMuleh• CapungKuning• Terik• Restad• CahayaYangMenari• Buram• MilikKita• TabunganRindu
EPILOGF.AzizManna
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
viii
di sunyi malam suara rebana dan jidor menghentak
tarian persembahan dalam doadi sini altar pemujaan kami
dalam petikan gitar yang menyayat memujamukau menganugrahi kami kata dan nurani
mata gaib, yang tak dirasakan hati matikami mengadu pada-mu dengan irama bergelora
atmosfir diselimuti racunkami berjaga dalam hening
seluruh penjuru alam bersujudpikiran dan jiwa menciumi tanah, tempat kembali
ini puisi dan lagu kami untukmu
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
1
BAGIAN SATU
SAJAK SAJAK CINTA
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
2
GASING API
bermain gasing aku kembali purba menuju pikiran tanpamudalam goa pertapaancahaya api menjilat jilat
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
3
GAIRAH EMBUN
embun di telapak daun membaca gerak anginperjalanan menjadi cerminlepas hampa tubuhdan kuasa ruhgairah rabiah kepada tuhannya
4
KEPOMPONG
rabiah datang membawa kotak terbungkus kain putihdisodorkan padaku“apa yang kau tunggu, masih butuhkah lebih banyak pertanda bagimu?”“rabiah, sekarang aku siap, tak ada lagi yang kuinginkan, tak ada duka yang ku akutkan. Karpet merah terang di depanku.” ruang dan waktu pengampunanrabiah mengulurkan hijabmembungkus rapat seluruh indera dan ruhmanunggal lah ruhmu di dalam ragaku, rabiah
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
5
BERSIMPUH
salam, salamkandebur dada menghadap ka’bahdoa memusat, melesat, menyeruak langitturun gerimis cahayamenyatu dengan kosmoshidup, mati, bangkit alam dalam diam yang bergeraksuara rindu abadi di rumahnya
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
6
LUKA
jika masih kutulis kisahmuaku belum bersayapsingkat saja ingatancukup lantunkan nama tuhanderu meredameronta dari tikaman ditebus dengan raunganmenambal lubangbekas peluru cinta
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
7
SEBELUM
aku tak ingin berputih tulangsebelum bisa sujud panjang
ragam pahit lidah sudah biasapecah empedupun mampu kudulang
lebih dari separuh aku berjalantak nampak baik dipandang
cukup setahun di titik kosong kali ini harus menang
agar kembalimencintai dan dicintairamadhan
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
8
DRAGON BALL
harusnya di masa ini, aku menaiki awan melaju bersama angin berburu bola kristal bening para dewa. tapi arjuna membawaku keliling mencari nirwana melewati semburan api naga naga
bersama bermacam burung, menerjang gempuran panas tubuhku legam. retak ruas bintang penanda pemburu nirwana
arjuna, kau tak serius mendampingi menghadapi permainan naga ini kau tak punya keberanian menyerah di kangkangannya. aku tidak hanya legam tapi lebam berdarah terlunta lunta
mestinya masa ini, aku sudah memeluk bola kristal bening para dewa
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
9
FREDOM
cinta itu kata dan lakukata yang dilakukan bukan semacam asap membumbung dan dihabisi udararomantis hanya membunuh sepimenolak pasung pikiran dari apapun dan siapapun
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
10
NORMAL
cintaku itu lembut, tidak berambisipengertian, tidak memaksaberjalan seiring gerakan anginkasih sayangku, bukan janjitak memilih dan tak memilikibersuara lirih di rongga hatigerakanku bukan arushanya mata airkumpulan butir hujan dan embunsenyumku, rimbun daun teduhbergoyang dalam irama alamasyik, masyuk, mesraaku normal diantara para majenundan aku majenun diantara orang normal
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
11
SEMAI
sungguh nikmat, jika tak punya daya untuk memaki, apalagi keluh menanam menyiram, memupuk benih dan tak membong-karnya lagi hingga buah ranum dijatuhi miliaran butir air, meluruhkan segala sakit bergulingan di atas rumput, tuhan tak berjarak dalam nadimu
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
12
DEJAVU
membaca lembaran daun, kau pernah jelajahi rimba bersama para peri denganku. hanyalah pengulangan bening embun ter-pantul. kupu kupu lepas dari kepompong terjebak jaring laba laba. racun pahit dalam tubuh mampu menyelamatkan. dihimpun dari lembah kesadaran hingga laba laba tak berkehendak
hutan rimbun hujan menderas, kilatan petir menerangitetap tengadahkan kepala ke langit, gemintang bermunculan dari pucuk beringin. bulan berwarna kuning, hangatnya seperti dekapan kekasih
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
13
MUSIM
kekasih setia mengeja pikirankuhadiahkan ratusan kupu kupu
tak bercahaya saat malamtapi aku suka kelembutan sayapnya
dikawal kupu kupu keringat bak sari madu
tak takut tajam dewa menutup pandangan cinta berpuasa pada musim kupu kupu
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
14
PALSU
Apa yang kau pamerkan, adindabahwa kita baik baik saja lubang di rumah kita tetaplah terbaca
tak perlu didemontrasikan cermin itu adanya di jiwa bukan di gambar mati
malulah, pada bestari bermata tajam melihat dada yang transparanterseok seok dalam ketidakseimbangan
kau tak mengerti nikmat airmata cintahatimu tak pernah merendah
adinda, jangan upload lagihidup dalam cakrawala tuhantak berhak memiliki
hanya pemilik sejati mampu menanam kasih pada yang dikehendaki-nya
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
15
SURAT
dear kegelapan, aku rela di sini, asal kau bantu bicara dengan pencipta cahaya. aku bertarung denganmu untuk dia. kau me-nelanku di dasar perut. tak mengapa, aku terus menyalakan gps memberitahu pemilik hidup dan matiku, mengharap pengam-punan tanpa batas. melatunkan satu satunya nama dalam detak jantung. dia maha baik, takkan meninggalkanku. aku serupa kepompong dalam pelukanmu saat punya kekuatan akan keluar dan terbang menjemput cahayaku.
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
16
HILANG
gadis kecil bermata jernih duduk dekat air terjun melepas mata, melahap pemandangan. datang satu kupu kupu, tiga kupu kupu dan puluhan kupu kupu hinggap di sekujur tubuh. ratu kupu kupu menuruni tebing tanpa keluh. gairahmu magnet bagi te-tumbuhan. menari menyambutmu tapi kemudian mereka menelanmu. puluhan peta ribuan kom-pas aku ikuti tak jua menemukanmu. aku buat jalan jalan baru. mantra pun dirapal tanpa jeda. sejak kau pergi aku tak punya jiwa lagi.
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
17
SERUPA CAHAYA MEMANTUL
ini malam kuhabiskan telusur jejakmu di atas kertas di sela sela nafas membaui keringatmu yang menetes
mengeja huruf hijaiyah sampai kitab kuning dari getaran sampai gerakankau serupa cahaya menghangati tubuh yang dingin oleh gigil sunyi
dalam lembaranmu, organ organ tubuh barumenciptakan embun menyerah pada waktu
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
18
SAKAU
tahukah kau, kemalaaku pemabuk juga penjudi bertaruh yang aku perbuat dari hari ke hari adalah kebaikan padahal menumpuk keburukan
pipimu sembab oleh air mengalir bibir pucat dan bergetaraku lebih tersiksa dari yang kau rasakanlusinan cambuk mendera
duh, kemalakita harus menangkan pertarungankeluar dari gelembung hitam dan bergandengan tanganjalan cahaya juga milik kita
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
19
KOSONG
tidurlah kalbumalam ini berhak istirahattidak perlu bertahan lagi
tuhan menjaga jutaan bintangkau harus baik baik sajamerawat keindahan langitkabut datangkeseimbanganIstirahatlah
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
20
BERSIAP
berangkat menuju pertempuranmemasuki rimba pikiranbelantara hati
sudah aku siapkan panah panah api
meski lajumu tak terdeteksinamun aku memilikicermin laga
panah apiakan membuyarkan bayanganmutak ada rindu, tak ada syahdumemacu nafasuntuk menghentikanmu
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
21
PULANG
aku pulang pada semestakembali ke danau hijau
tangan mawarmata mataharirambut melatitubuh pohon jati
jangan cemassudah tiba waktu membesuk muasaltempat menanam benihdan menziarahi yang tumbuh
jika malam dikunjungi bulanada senyumku disitujika matahari sunsetada redup matamu
kita saling memelukdalam siklus hidup yang fanakita bersama pulang di gerbang kasihkita berpisah
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
22
RE INSTAL
ya mursyid,kubenamkan sukma asing lebur persembahan keinginan dilarungkanperhiasan ditanggalkanjalan kata dibisukan
ya mursyid,lakuku menghapus rajah kelammentari berselaput awan tipisberjalan di belakang khidir dalam buta dan tanyajaring jaring cahaya
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
23
40 DERAJAT
malam, suhu tubuh panasaku berjanji tak meniti jalan ini lagi jika kau selamatkandari sorot mata menikamsaat sakau mendera
gelap tak jera merajamhalus menelusup titik terkeji tak punya lagi nyali melarung nafasdalam putaran kekasihmu
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
24
RUWAT
tubuh telungkup digendong rahwanasang tipu daya
nyala api singkap kabut langit memerah
sinta membakar diri suci jadi abu debu dan air bersatu
menyambut malam puncak seribu bulan
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
25
TABULA RASA
kucinta bulanaroma keringat malaikat sibuk berkata dengan para hamba menghapus jelaga wajah molekul berpusatpintu muasal terbuka
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
26
MUARA
duh, kantung matasungai menderas darimu derajat suhu memecah riakdari hanya jatuh sampai tersedu sedu
setiap getaran sepi yang berisikramai yang heningsetipis bayangan
merapal doa pernyataan dan pengagunganlaras laku pemujaanbuah nafas yang lapang
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
27
BAGIAN DUA
SAJAK SAJAK LAUT
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
28
TUNJUNG BIRU
kucium aroma lautbadai membuat tangguh tak lagi takut ditinggalkanmatahari jadi kekuatanmenyatu dalam kepalabelati bunga tunjung biruracun akan punah
mendapatkannya, aku rela mati hati
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
29
PELUKIS PASIR
perempuan melukis jejak hatidi atas pasir pantaimenyentuh riak airberkejaran dengan kabutturun di teritis cemara udangangin menggiring ombak menggulung pasir
lukisan akan berpadupelangi dan badaisaling menjagatarikan gelombangsemai benih ikandan rumput lautpetik bersamasaat panen
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
30
KURIR
kata bapak, aku samudra pengantar kapal ke tujuan punya kedalaman dan keluasan dekat surya menyatu jika senja telah tibamenjaga ombak agar kapal tidak tertelansampah ditanggung riangmendaurnya jadi makanan ikan jika kapal sampai tujuantugas telah purnarela dilupakan
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
31
DI TELAN ASAP KELABU
kalau mudik berarti pulang, aku tak punya kampung halaman. tak lagi kucicip asin laut dan ikan panggang karena bistik daging tersedia di meja makan. samudraku bukan laut, tapi aspal bergelombang. anginku bukan angin pantai, tapi semilir amoniak kretek raksasa.
mari kita nikmati sisa sisa rindu pada pelabuhan berhias langit biru
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
32
GILI GENTING
ah, untuk apa menumpahkan kelambinar menyeruak dari segala penjurujalan tetaplah lengangkesadarankembali menjadi panglima
samudra terakhirlangit menyatu tanpa batasmengusap kecipak air matakehilangan adalah jaring jaring abadidi setiap pagan yang membentang
menggeliat tarik menarikpertarungan gelora dan kematianterkubur ataukah mengapung
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
33
MELINTAS
pintasan kapal dari dermaga ke dermagasaling menyapamemberi tandatujuan dan akhir yang samacinta hanya melintasdi rentang waktu dan ruang tak perlu dipujakarena umurnya sesingkatmanuver burung camaryang berputar putarmenukik menyambar ikandi permukaan riak airsepersekian jammemberi salamkemudian melanjutkan perjalanan
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
34
BERWUJUD
laut tenangcakrawala menulis rajahsesekali menabur gerimistongkang hilir mudikmenggoda perahu kecil mengiringisibuk mengantar perjumpaan hati
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
35
TERKUBUR
pasir di dasar laut naik mata perih menikmati warna terumbu merah ganggang, kuning ikan dan hijau lumut jauh aku datang dari ketinggian gunung dan hutan mengubur batu hati mati
hatiku mati subuh ini tak melantunkan kalimat sucimengambil tester hatitak ada gerakan,bahkan detak pun tidak
aku makamkan bersanding dengan terumbu karang tangisku bercampur air laut asin
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
36
DAYA HIDUP
mentari ufuk timurmerah cakrawala gelombang lautasyik bergumul
sketsa mengalirpemanggul beban berototdan kerling mata penjual jamu
lelaki sepuh menandai waktuyang sebentar lagitak terekam olehnya
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
37
TUNDUK
pada bumi aku menciuminyamerunduk sedalam dalamnyaterurai bersama pasir, lumpur dan airhingga benih punya akar tangan dan kakimata, hidung, telinga menyerap atombergerak bersama bulanmenggenggam hati hendak mati
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
38
BERANGKAT
ambil sampan dan tegakkan layarmatahari telah berganti posisilaut memanggil dalam desahan riangmenabuh jilatan ombaksiklus dan putarannya melekat dalam lakuanak anak pantaiberlarian menujumunama pemilik lautdi kening dan dadamumenyatulah keringat dan air lautmenjadi satu arus di matamu
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
39
PULANG KAMPUNG
jarak laut dan langit semesra tangan kekasih
riuh penarik jangkarmenggoyang posisi tongkang
ambisi dan harapan menderu bersama mesin melaju
ombak terus berayunmempermainkan perahu yang menunggu
aku sedang pulang ke negeri tepianperayaan sekejap merayapi negeri seberang
aku merenggut jarak menandai jejak di penjuru tanpa rindu
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
40
SEPERTI DOAMU
pantai setiaberpasir lembuttempat bintang laut menjemur diri
kura kura kecil berlarianmengejar pembebasannyiur kelapa bertapadalam doa sunyi
akarnya mendaur mata airsumber yang sehatpergantian matahari dan bulandi ujung pantai
setia, sehat dan sunyi
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
41
BAGIAN TIGA
SAJAK SAJAK HIKAYAT
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
42
SETIA
aku lahir di tanah urukan ini berpagar laut dan batu berlumut ombak teman dan burung camar kekasih paling setiamalam purnama, segalanya menjadi pasangmerembesi dinding rumaharoma asin menyeruak pintu yang terbuka nelayan muda berkejaran dengan lumba lumbasesekali melambai tanganbergelut dengan paus, hiu, dan monster laut
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
43
SIKLUS
lahir dari akar pohon cendana tubuh wangi mata menikambibir memabukkan
kekuatan magisperempuan aroma surgalelaki lambang kejantanankeris dan pusaka keramat
setiap yang datang menggoreskan pisaumengeluarkan getah dari jiwakumeninggalkan luka
berkali kali matitaburan embunmembidani kelahiran kembaliterus berlanjut
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
44
HIKAYATMU
cermin kau bagi dengankuantara hujan dan desah kemarau
dada yang transparan warna daun dan gunungbergelorasamudra dan terumbu karanggoa pertapaan dalam kerlip cahayamengabdi pada cinta dan waktu
menanam prasasti sepanjang jalanlelehan keringatpanas dan dingin
meski berkali kali ditikam rindutetap menolak matidalam dekapancerminmu cerminku
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
45
MABUK TARUNG
medan laga tak lagi menarik pertarungan tak seimbang pedang hanya diasah tanpa eksekusiseperti sabung sansak mati
saatnya masuk pertapaanmenemui sunyi dan asingdi ruang ruhnampak tak nyatahanya benggala yang dapat membaca
mabuk laut, darat, udarateruslah bermain mainsampai lagamu luluh lantak
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
46
TUXEDO BERTOPENG
aku menolak mabuk menjadi maha dewabermain catur nasib
di ruang ruang itu rumus rumus langkahpion pion robot
bertarung saat malamjejak tak nampakhanya suara dentingan amarah
energiku puluhanpil pahit dari alam penjaga kesadaran
pedangku tatap mataanak anak nelayanmerindukan samudranya
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
47
MATA MATA
mata yang mencari matakumata kecil mata beningkau bawa mata itumenatap matakumata masa lalutak hendak redup mata masa depanberkilat kilatsetiap matamu mengunjungi matakuada kasih mengalirdiantara mata kita
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
48
MULAI LAGI
11 bulanku telah mulai butuh ribuan doa dan maaf ditempuhmenyiapkan hidup barukekuatannya ditentukan hari inisegala ikhlas dimohonkan berulas senyum dan jabat tangan leburlah
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
49
HARMONI
dada bekerja atmosfir dihiruptidak timpang
kehendak alamdan pena tuhan
jika tidaknafas tersengal sengaljantung tak berirama
rotasi takdirdalam putaran-nya
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
50
HALLO 1 99
mesin kotak saktidalam genggamansiap menemukan apa saja
tapi nomer rumahkukode angka 1 99sulit ditemukan
bagaimana bisa pulangmata sudah buramlangkah cenderung kesasar
padahal kekasih mengirim banyak pesanmenunggu di pintu rumah aku selfi sebentardan menguploadnya siapa tahu jalan pulang
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
51
KOPI ATAU ARAK
aku butuh apa, secangkir kopi, jahe ataukah arakotakku tak segar hari ke hari basa basi
aku butuh rekreasike tempat paling menyeramkanagar adrenalin memuncakmenyembur
melayang layang lapisan langit putih tipis menerobos terang hingga mataku buta
aku bertemu kekasih sejatiku
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
52
BERJARAK LAGI
deru kereta apimelesat datang dan pergimenjemput dan mengantarsenyuman hingga tangisan
stasiuan ini berisi deretanbangku penghuninyacemburu dan rindu
mata saling berembuntangan bergayutseiring bunyi peluit
dan petugas keamananberteriak, “sembranisembrani”pertanda jarak kembali merajai hati
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
53
MENANAM
aku suka berkulit legampertanda matahari bersahabat
angin mempercepat lajujarak ditempuh
menjumpai pemilikmata harapan
jejak perjalanansaat kelak aku purna
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
54
TUMBUH
menumbuh kamboja semburat kuning manismuncul corong penyerap suara
desah para guru kelompangmenjelma jadi api menghanguskan hati cantrik
getah anti biotikmengimun diri jernihbekal perisai diri
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
55
WAHANA BERMAIN
kau dan aku, sepasang musafirdi wahana bermain menuju rumah 1, 2, 3 dan seterusnya
bersampan tanpa mendayungmanekin mungil berjajar berkedip menggoda
kita pengantin yang dinikahkan lewat semburan air suci di pintu rumah boneka
kaca - kaca dipenuhi wajah meraba untuk menemukan jalan terjebak dalam cermin halusinasi
berburu hantu atau diburu monster melompat lompat bersama adrenalin berputar menelisik rumah berongga
di depan gerbang exit angin menyapu memorihidup memang butuh permainan
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
56
MATA RANTAI
aku hidup tidak tergantung musim bercinta pertumbuhanku dari persinggahan kupu kupuyang berpuasa dalam lapis lapis renungmemunguti ramuan rahasiaku membawanya terbang kadang kembali kadang juga menghilangjejak kupu kupu di tubuhku, mengalir getah merah seperti darah dari luka Jam sirkadianku mencatat waktu, kapan gelap dan terang berfotosintesis ataukah pembuahanberdetak dalam ritme alamberputar, tak hendak punah
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
57
BERTAHAN
perjalanan masih jauhsemoga kaki tidak melepuhpucuk surau belum nampakmungkin rabun tua atau memang jarak hujan dan angin teman bertapakala kata tak mampu nyatabintang menyelipkan pesanberdiamlah di kedalamansetia memeluk kesendirian
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
58
KEMBALI
aku menelanmu dalam tubuh yang mengular seperti bumerang, perjalanan balik ke titik awal berangkat ke bantaran kali, sungai bidadari berkhalwat dengan lumut, dan tanah basahpulang menuju cerobong raksasa kentut amoniak harapan para perindu
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
59
KAMU
aku tak berpengetahuan tentangmu masuk dalam serat otak gema dalam dada bersuara tak karuan mereda bila menyentuhmu semacam isi ulang terus begitu, tak pernah tandas tunggu saja malam menangisi raga tak bersatumenertawai hasrat memasukimu kita butuh perjanjian suci saat jalan terhalang batu
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
60
LARA
rindu damai dekat detak jantung ibu minum air murni dan hangat kulit menyatu
satu persatu lepas tubuh tanpa jiwaangin membawa bebanmenusuk punggung
sepanjang perjalananpesakitan hanya mampumenyebut satu namatuhan
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
61
TERTUKAR
tulang rusuk yang mestinya melindungi jantungmu tertukar pada tubuh lain melihat merahnya jantungmu, melonjak lonjakmemberontakdi subuh yang merambat, rapuh raga menginginkanmu kangen mengalirkan gigil, membiru
kenduri pertemuan kita di atas awan, bergumpalan tak pernah berakhirsampai di ujung hari
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
62
BONGKAR
tuantubuh kami telah dikuburmeski nadi masih berdenyutairmata tak menemukan isi ulang
anak anak belum lahirtempat mereka tumbuh telah luluh lantak
tuan lupa, bahwa raga butuh sukmadan lidah butuh kata
doa kami adalah baramengikuti jasadmumembakar nuranimu
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
63
MENJAGA GELORA
ada yang tak bisa mati dalam diriku tumbuh seperti akar menjalarsel sel berganti meremaja berlompatan dalam derap langkah sederhana saja jika kau ingin datang dan tinggal, berumah lah jika ingin pergi, tinggalkan tanpa berat hati semua dipergilirkanperjalanan sebatas pikiran menggambar petanya
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
64
AYO
ah, sepagi ini mestinya dingin masih tertinggal. bukan nyala bara dalam sekam panas akan menjadikan abu tertiup angin. semua laku jadi sia sia. ayo, menjadi embun yang cantik bening dan bersahaja agar atmosfir menjadi obat bagi aliran darah sehat menyehatkan. damai mendamaikan. merdeka memerdekakan.
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
65
SATELIT
sejenak berbagi kabar, aku belum merdeka. diserang kata kata. kawanan kata bercericit mematuki di ruang terbuka di kepalaku. di serbu kata tanpa ampun, satelit pelacak melayang layang di udara. aku dijajah kata kata.
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
66
SELEPAS DUHA
pagi ditemani kura kura dan ikan koi dalam bingkai mendung gemericik air dari turbin berputar mengganti oksigen“selalu ada keseimbangan pada jalan tuhan,” kura kura berbisik sambil menyembulkan kepalanya di atas air, menatap mataku“apa itu?” aku mendekatkan telinga ke arah mulut kura kura“bukankah pagi ini kau kembali riang menjumpai mata jernih anak anak yang menghampirimu tanpa jarak, setelah semalam menangis karena beban yang kau tanggung” kura kura terus nyerocos menyindirku“ah, sok tahu!” aku sundul kepalanya dengan tanganku cepat ce-pat dia menyelam diantara ikan koi menghindariku“belajarlah dariku yang tangguh menghadapi cuaca apapun ja-ngan seperti ikan koi yang hanya bisa hidup di air yang jernih,” kura kura malah ngerasani ikan koi“kau lupa, keindahan akan selalu kembali padamu cinta anak anak itu untukmu,” kembali kura kura dengan wajahnya yang serius menghampiri dan menyentuhkan tempurung kepalanya di jariku ikan koi, kura kura dan aku menyempurnakan pagi dengan menghirup wangi melati yang menjuntai di pinggir kolam
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
67
PILIH
waktu adalah kitaterlipat atau membentangsebatas kuasa panca indrapikiran memilih takdirsumbu pemantik titian rambut di belah tujuhbagi mata kelamlapang padang rumputbagi mata terangselamat di taman terataiatau tercecer sebagai bangkai
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
68
NAGA LIAR
bertukar tatap menunggangi punggungsisik tebalnya
mantra peneduhair mata duyungmembungkam nyala api
tenanglah, nagajangan melonjak lonjak
kalau kau rewelkumantrai kaujadi patung nagadi atas gedung apartemenku
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
69
MENELANMU
berjanji gagah menghadapi bayangmu meledakkan harapan jadi keping sampah
memaki mungkin jalan keluar tapi aku terlalu culun untuk itukata ditelikung oleh kata
sebaiknya, aku mandi air hangatdan tidur beriring mimpi menjadi ikan paus yang menelanmu hidup hidup
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
70
REBUTAN
wajah para pengampu keindahan itu prasangka sebuah peran
arus menyeret siapapun yang tak waspadakubuat pagar sepanjang sungaibertahan dalam kasih sayang
masaku pendekjalan kuretas tak benar mutlakkuwariskan damai dan sunyidalam gejolak gelombang
kutitipkan kabar diantara kicauan sritidan senyum kanak kanak
pada gairah mereka aku berpagut
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
71
HOPE
kandaumurku pendek harapan di hari arofah men-delete pilihan hidup yang salahpantang menyerah mencintai akar yang tumbuhtunas bercahaya
jangan ada airmata orang lain karenaku juga airmatamudoa meminta sehat agar bisa pulang ke rumah menghikmati deru nafas sepi
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
72
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
73
BAGIAN EMPAT
SAJAK SAJAK TUALANG
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
74
LARAS
tuan pendongeng,asyik sekali ceritamukisah petualangan pangeran
telingaku melompatdari kepalaberlari sipat kuping
mencari cerminuntuk dipersembahkanagar yang nampak sama dengan yang didengar
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
75
NANG MULEH
Kalau masmundari punya tante mulukkami punya om mulukkebiasaanya muluk kemana mana
masinis kereta mengular panjangmembawa penumpang besar besardi antar menuju harapan
“Om muluuuk,Nang muleh, gerbongmu morat maritgak takut ta kalau di tanyain malaikat kelakjadi masinis kok mabur ae mending lek penting kalau mau selfi, aku potretin mau pose apa saja boleh,”
penumpang berebut dadu kuasajika kau tak bergegas pulangkereta akan menabrak palang
76
CAPUNG KUNING
“sek betah ta urip koyok ngono? mlaku sak paran paran kesasar nangdi nangdi, awak e beret kabeh leren, ngombe sek, noto am-bekan”capung kuning menyapa, seusai hujan sore ini berputar putar, kemudian hinggap di pundakku“mumpung akeh banyu udan, basuh dodomu iku, ben rodok resik mosok gak nyadar lek belepotan kabeh”lirih capung kuning, meruang dalam gema di telingakuaku tangkap kau, capung cerewet ku bawa pulang sebagai teman dini hari
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
77
TERIK
matahari galak bangetmenghisap cairan pori pori petang menjelang malam giliran bumi mendesah meniupkan bara dalam tubuh hanya angin mampu menaklukkan daging terjepit pemanggang raksasaberlatih mendekati padang mahsyarsaat otak meleleh digodok matahari mendamba air sungai di rumah tuhan merembes ubun ubun tuntas mengepulkan panas
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
78
RESTAD
tuhan maha asyik,jutaan bulir air hujan di teras belakang bertempias meningkahi kepala meleleh gumpalan pikiran turun membuka kulit menguap cemas, bayang bayanghanya dingin yang tertinggal
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
79
CAHAYA YANG MENARI
doakan saja aku, sayangpergantian warna malam jadi pagimulai menari lagiraggee, jazz apalagi rock and rolltak rela punahemas dimanapun emaskalau warnanya kelam ya digosok lagi
lampu itu cahayapetromak jugasenter iyasumbernya samajogetin ajalemesin tangan dan kakinikmati kekayaan irama
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
80
BURAM
semacam demitbersemayam menyemburkan cairan hitammata tak melihatdiajak sujud susahkata lembut tak punyapandangan nanar panggil saja gostbusteragar menyedotnya menggantinya cairan bening
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
81
MILIK KITA
“doakan aku ya”kalimat itu dulu milikmudiantara gerimis tertatihmenghapus jejak kelam
kini terucap darikuprahara dalam dadacahaya melesat berpindahmencari ruang bersih
tepukan tanganharumnya lisanmembuat mimpi tak lagi menuju surga
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
82
TABUNGAN RINDU
celengan ikan lucu warna orange, warna energimata bulat, mata kontemplasisirip mengembang, siap melanglang jangan salah memasukkan koinagar tak sia siaatau bahkan celaka
celengan tanah liatdibeli sepulang kerjaberaroma keringatmengkilat
menyimpan doatuk kita bawa pulangpada pemilik rumaharsy yang agung
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
83
EPILOG
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
84
Kebimbang. Entah kenapa, tiba-tiba saya dihan-tui kata itu di tengah-tengah membaca puisi-puisi yang ditulis Dewi Musdalifah dalam buku bertajuk “Sakau” ini. Kata yang menghantui saya itu bukan berasal dari tradisi bahasa Indonesia yang berarti ragu-ragu, khawatir, cemas, atau merasa tidak tetap hati alias kurang per ca ya (diri?). Namun tumbuh da-lam tradisi bahasa Jawa yang artinya hampir mirip dengan tambahan alasan yang a syik: kuwur (an-darêdhêg manahipun utawi paningal ipun) dening kêsêngsêm. Kata lainnya: kedanan.
Ya, saya menduga Dewi sedang dalam posisi ke-bimbang saat menuliskan puisi-puisi dalam buku ini. Serupa Laila yang diserbu haru-biru perasaan Qais. aku lebih tersiksa dari yang kau rasakan / lusinan cambuk mende ra (Sakau).
Situasi kebimbang ini, dalam benak saya, serupa kondisi trance ataujadzab. Tubuh (hati dan pikiran) ber ada dalam posisi tempuran/melting point. Kon-disi ambang ini menghapus seluruh garis dan batas seperti dalam larik-larik puisi berjudul Normal ini: aku normal di antara para majenun / dan aku ma-
KEBIMBANG
F.AzizManna*)
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
85
jenun di antara orang normal.
Puisi-puisi Dewi ditulis dalam bahasa yang lem-but tapi menyimpan gejolak. Serupa rintih-ratapan. Religiusitas menempati posisi sentral dalam seluruh puisi-puisinya, dengan variasi kritik sosial terkait posisi kemanusiaan di belantara kehidupan dunia.
Yang unik dari puisi-puisi Dewi dalam buku ini ialah penggunaan diksi/kata yang “tidak biasa” atau jarang digunakan sebagai “kata yang puitis” semisal upload, restart, tester, gps dan lainnya.
Masuknya diksi unik ini menjadi daya tawar tersen diri dalam puisi-puisi Dewi, dengan catatan: hal itu dilakukan sebagai “pilihan yang sadar” dan medan pertaruhan puitik. Namun jika dilihat dari kacamata kebimbang, maka hal di atas lebih seba-gai gejala “keprucut” dibanding “penuh perhitung-an”. Di sinilah perlunya menyadari ketidaksadar-an dalam guyuran momen puitik. Chairil Anwar pernah berujar : Kita mesti menimbang, memilih, mengupas, dan kadang-kadang sama sekali mem-buang.
Pada puisi-puisinya, Dewi memecah diri ke da-lam tiga karakter, yakni: tawadhu’, pemberontak, dan pena sihat atawa motivator. Ketiga karakter itu dimainkan dalam peran yang sesuai, misalnya: rendah hati di ha dap an kebesaran Tuhan, mem-
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
86
berontak pada kepin cang an sosial, serta berhikmah pada setiap akhir persoalan. Saya membayangkan, dalam kondisi kebimbang (baca: sakau) ketiga ka-rakter itu bisa saling mengacaukan, sebab sudah tak ada lagi garis batas. Sehingga, bisa saja karakter pemberontak muncul saat berhadapan dengan Tu-han, tawadhu’ di bagian akhir persoalan, atau ber-hikmah dalam kepincangan sosial. Atau bisa jadi oplosan lainnya.
Pengolahan persepsi atas realitas yang ditu-angkan dalam larik-larik sajak masih dihantui oleh kata dan bahasa sehingga potensi simbol dan tan-da terkungkung dan tak leluasa membiaskan kilau cahayanya dalam prismatisitas citraan-citraan puisi. Coba tengok puisi berjudul “Ditelan Asap Kelabu”. Mudik, pulang, kampung halaman, laut, gelom-bang, semua itu tak sekadar kata yang dirangkai dalam bahasa tapi juga simbol dan tanda yang sa-ngat kuat namun persebarannya dalam sajak terse-but belum begitu menunjukkan taringnya. Jika si pe nulis sedikit lebih sabar dalam memoles sajak tersebut, saya yakin puisi yang cemerlang akan di-lahirkan. o
*) Penyair, peraih penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2016. Tinggal di Sidoarjo Jawa Timur.
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
87
Tentang Penulis
Dewi Musdalifah, lahir di Gresik, 23 Juni 1974. Bekerja sebagai humas di SMA Muham-madiyah 1 Gresik, bergerak dalam penerbit-an MUHI Press sebagai fasilitator. Berpro ses di Teater CAGER Gresik. Biro Sastra di Dewan Kesenian Gresik. Berorganisasi di Majelis Lembaga dan Budaya Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Gresik dan Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Ka-bupaten Gresik. Karya-karya tulisnya dimuat dalam majalah Voice of MSA, majalah dan jurnal Inspirasi. Terlibat penjurian lomba membaca dan menulis puisi dari berbagai kalangan di kota Gresik. Bersama 13 Perempuan penyair Jawa Timur dalam 2 Buku antalogi puisi berjudul Wasiat Malam dan Teruntuk Ibu diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jawa Timur. Kontributor pe-nulisan cerpen rutin di majalah LAZIZMU Gresik dan majalah Matahati PDM Gresik. Cerpen Bergulat de ngan Matahari dimuat dalam majalah Perempuan WALIDA. Cerpen kedua masuk dalam kumpulan cerpen Lelaki Kecil di Tero wongan Maling diterbitkan oleh Dewan Sastra Melati Surabaya.Sakau adalah kumpulan puisinya yang kedua, kumpulan puisi yang pertama Kembara terbit tahun 2017.
S A K A U - K U M P U L A N P U I S I D E W I M U S D A L I F A H
88
Catatan :