20
No. 06 - Agustus.2017 KOPERASI & UKM @KemenkopUKM Saatnya UKM Berbisnis Lewat Medsos Pentingnya Koperasi Bagi Pelaku Bisnis Transportasi Mobile Aplikasi Pengajuan Dana Bergulir Disiapkan SAATNYA UKM BERBISNIS LEWAT MEDSOS H.12 H.6 H.03

SAATNYA UKM BERBISNIS LEWAT MEDSOS H.03 Hkopontrendt.co.id/profil/files/edisi_agustus_2017.pdf2017 3 SAATNYA UKM BERBISNIS LEWAT MEDSOS Liputan Khusus S elamat datang di era ekonomi

  • Upload
    hoangtu

  • View
    226

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

No. 06 - Agustus.2017KOPERASI & UKM

@KemenkopUKMSaatnya UKM Berbisnis Lewat Medsos

Pentingnya Koperasi Bagi Pelaku Bisnis Transportasi

Mobile Aplikasi Pengajuan Dana Bergulir Disiapkan

SAATNYA UKM BERBISNISLEWAT MEDSOS

H.12H.6H.03

20172

13 GALERI INDONESIA WOW MENUJU HUB PENGELOLA BISNIS UKM

14 INSPIRASI UKM: Keterbatasan Fisik Tak Surutkan Minat Berwirausaha

5 Yuk, Berpromosi di #pasarsenenUKM

2 DAFTAR ISI 3 LIPUTAN KHUSUS

7 BANK KOPERASI DALAM RINTISAN

8 TIDAK MASANYA LAGI KOPERASI DAN UKM DIMANJAKAN BANSOS

9 EVALUASI UNTUK SUKSES PUSAT LAYANAN USAHA TERPADU

10 PELAKU KUMKM SAMBUT POSITIF PROGRAM PELATIHAN

Penanggung Jawab: Hardiyanto, Redaktur: Darmono, Redaktur Pelaksana: Bambang Sunaryo, Penyunting/Editor: M.Maulana, S.I.Kom, Edy Haryana, S.Sos, Desain: Muhammad Ali, Adhiguna Suryadi, Mulyadi, Fotografer: Timbul Priyono, Topik, Kurniawan, Sekretariat: Nurlailah, Fira Desiana Nasril, Suhandi, Imam Ahmad Al Hushori, Sutarsono. S.sos, Ali Imron Rasidi, Rr. Dwitya Suci, Pradityo Ariwibowo, Nur Sholeh, M. Kamal, Wira Suanda

Daftar isi

Go Online Go Internasional!

Fakta-fakta tentang dunia siber

yang terus bergerak di bawah

bilangan sepersekian detik

memang mencengangkan. Boleh jadi

satu dekade lalu tak pernah terpikir

sedikit pun bahwa dunia online yang

serba digital akan begitu menguasai

semua lini kehidupan.

Maka inilah keadaannya sekarang.

Jika kita tidak segera online

maka zaman akan berlari cepat

meninggalkan. Ini adalah tantangan

sekaligus peluang bagi para pelaku

koperasi dan UKM di Indonesia. Sektor

ini tidak boleh lagi terjebak pada pola-

pola lama dalam mengembangkan

usahanya.

Oleh karena itulah Kementerian

Koperasi dan UKM mendorong para

pelaku koperasi dan UKM di Tanah Air

untuk go online. Sebab hanya dengan

begitu lebih mudah bagi mereka untuk

go internasional.

Terlebih dalam hal transaksi dan

pemasaran. Penggunaan daring online

menjadi kunci sukses utama dalam

sebuah usaha saat ini. Tak lagi bisa

dipungkiri bahwa pangsa pasar online

justru harus dikedepankan sebagai

segmen pasar utama.

Sayangnya, dari survei yang

dilakukan Kementerian Koperasi dan

UKM beberapa waktu lalu, sekitar

36 persen pemilik UKM belum melek

komputer dan internet, 12 persen

pemilik UKM menggunakan komputer

dan internet untuk bisnis, dan hanya 6

persen saja pemilik UKM yang sukses

berbisnis online. Berbagai kendala

mulai dari harga komputer yang

mahal, tidak mengerti internet, sampai

tidak punya waktu untuk meng-

update website, menjadi penghambat

para pewirausaha dan pemilik UKM

untuk memasarkan produk, sehingga

membatasi gerak dalam mengekspor

produk mereka sendiri.

Selain “modal” yang dibutuhkan

untuk memulai go online ini tergolong

cukup mahal bagi pemilik UKM mikro,

seringkali hambatan terbesar ada di

dalam diri sendiri yang cenderung

membatasi dan menutup mata

terhadap pergeseran tren berbisnis ini.

Mereka merasa tidak membutuhkan

akses internet untuk maju, sementara

rasa ingin tahu dan keinginan untuk

menguasai teknologi cukup rendah,

khususnya di antara pemilik UKM-

UKM di daerah.

Hal itulah yang menjadi pekerjaan

rumah bagi semua termasuk

Kementerian Koperasi dan UKM untuk

mendorong para pelaku koperasi dan

UKM agar melek teknologi.

Sudah saatnya mengedukasi

pentingnya media sosial bagi

marketing sebuah usaha. Meskipun

kecil ketika go online maka peluang

untuk go internasional pun semakin

besar.

Salam

32017

SAATNYA UKM BERBISNISLEWAT MEDSOS

Liputan Khusus

Selamat datang di era ekonomi

digital. Pernyataan itu bukan

sekadar isapan jempol be-

laka. Sebuah kajian menyebutkan,

80% orang melihat handphone-nya

ketika bangun tidur, 110 kali orang

melihat handphone dalam sehari,

dan 84% millenials membeli barang

karena media sosial (medsos).

Tengok juga pengguna Facebook

yang sudah mencapai 2 miliar orang,

Instagram 700 juta orang, Twitter

328 juta orang, dan LINE sebanyak

600 juta orang.

Simak pula pernyataan pakar

marketing dan Guru Besar Universi-

tas Indonesia Rhenald Kasali yang

menyebutkan bahwa industri lokal

lesu, selain Karena efek pelemahan

daya beli masyarakat juga karena

imbas berkembangnya bisnis toko

online. Banyak masyarakat semakin

menggemari belanja daring atau

online. Ada shifting (pengalihan) dari

kalangan menengah ke atas karena

disruptive economy dari konven-

sional ke serba online.

Rhenald juga pernah membuat

survei kecil tentang perkembangan

bisnis daring. Hasilnya, daya beli ma-

syarakat masih terlihat naik, terbukti

dari kenaikan penjualan di bisnis dar-

ing. Salah satunya, batik Trusmi dari

Cirebon yang tidak memiliki lapak di

Tanah Abang, tetapi membuka lapak

online, pertumbuhan Semester I

tahun ini naik sebesar 20%. Berbeda

dengan di Tanah Abang yang justru

turun sekitar 20%.

Kenaikan penjualan diyakini juga

terjadi pada situs-situs penjualan

online, seperti Tokopedia, Lazada,

Blanja, dan sebagainya. Buktinya,

bisnis logistik semakin berkembang,

semakin banyak lowongan pekerjaan

yang ditawarkan perusahaan logistik

karena tingginya permintaan barang

akibat bisnis online yang berkem-

bang.

Lebih dari itu, pesatnya pertum-

buhan ekonomi digital dalam negeri

membuat perusahaan e-Commerce

makin dunia tertarik berbisnis di

Indonesia. Dengan jumlah penduduk

yang besar, sektor e-Commerce Asia

Tenggara memiliki potensi yang ba-

gus. Perusahaan raksasa seperti e-

Buy dan Alibaba, juga tertarik masuk

ke Indonesia. Maka tidak berlebihan

jika 2016 menjadi tahun pembuka

dan 2017 menjadi tahun utama bagi

e-Commerce khususnya di Tanah

Air.

Namun sejatinya perkemban-

gan ekonomi digital di Indonesia

masih memiliki peluang yang luas,

terlihat dari masifnya inovasi pelaku

ekonomi digital dalam melebarkan

bisnisnya. Saat ini berbelanja online

semakin mudah demikian juga pada

bisnis transportasi dan telekomuni-

kasi. Melihat prospek ini, keinginan

dan harapan menjadikan Indone-

sia sebagai the next China dalam

teknologi digital pun tidak menutup

kemungkinan bisa dilakukan, sebab

Indonesia masih memiliki begitu

banyak peluang dan potensi.

Dengan kondisi seperti itu, tak

usah heran bila Sekretaris Kemen-

terian Koperasi dan UKM Agus

Muharram menekankan pentingnya

UKM memanfaatkan medsos untuk

meningkatkan kinerja penjualan

produknya. “Dengan memanfaatkan

medsos, maka hambatan jarak, ru-

ang dan waktu, serta harga barang,

bisa tereliminir,” kata Agus dalam

sambutannya pada acara workshop

bertema Pentingnya Sosial Media

Untuk UMKM Dalam Meningkatkan

Penjualan, di Jakarta, beberapa

waktu lalu.

Menurut Agus, ada beberapa

hal yang harus dimiliki UKM dalam

melakoni dunia medsos. Pertama,

Foto bersama dalam workshop bertema Pentingnya Sosial Media Untuk UMKM Dalam Meningkatkan Penjualan yang

diselenggarakan Humas Kemenkop UKM, Senin (31/7) di Jakarta .

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

20174

menjaga sikap dan perilaku dalam

bermedsos. “Jagan berbohong soal

produknya. Bilangnya tidak luntur,

tapi luntur. Berjanji tapi ingkar.

Bilangnya barang sampai dalam

satu hari, faktanya lima hari. Harus

bermitra dengan mereka yang

amanah. Dan juga harus mengontrol

ketersediaan barang dalam stok,”

kata Agus.

Kedua, dengan medsos maka

UKM akan semakin mampu

menciptakan jaringan usaha atau

network bisnis. Ketiga, UKM harus

bisa memanfaatkan medsos untuk

membaca peluang usaha. Keempat,

UKM dituntut memiliki skill dalam

berbisnis seperti pemasaran, kuali-

tas produk, dan sebagainya, agar

mampu menarik minat konsumen.

“Yang tak kalah penting adalah

ciptakan brand dan merek produk

yang mudah diingat. Setelah itu,

UKM harus mampu menjaga keper-

cayaan konsumennya. Sedikit saja

kesalahan, bisa menghancurkan

semuanya,” kata Agus.

Pada kesempatan yang sama,

Deputi Bidang Produksi dan Pema-

saran Kemenkop dan UKM I Wayan

Dipta menekankan pentingnya UKM

dalam melindungi produknya. “Se-

belum merilis produk ke pasaran,

sebaiknya pelaku UKM mengurus

hak cipta dan mereknya agar tidak

dijiplak pihak lain. Terutama bagi

UKM dengan produk kreatifnya,”

kata Wayan.

Wayan menambahkan, di sisi lain

tak sedikit konsumen yang kom-

plain terkait produk yang dibeli tidak

sesuai ekspektasi pembeli. “Kalau

tidak bisa penuhi permintaan pasar,

ya harus kerja sama dan berkolab-

orasi dengan pihak lain. Misalnya,

ada lembaga khusus di Bali yang

mendapat order barang, dan untuk

memenuhi permintaan pasar maka

dia menawarkan ke UKM lain dengan

harga yang sudah disepakati,” kata

Wayan. Ia menyebutkan bahwa

pihaknya akan terus mengedukasi

dan memfasilitasi UKM agar meman-

faatkan medsos untuk meningkatkan

penjualannya.

Peluang di Medsos

Pakar Medsos Billy Boen, men-

gungkapkan bahwa ada perubahan

perilaku konsumen saat ini, dimana

84% konsumen membeli barang

karena medsos (Facebook, Twit-

ter, Instagram, Youtube, dan LINE).

“Maka, sayang sekali bila UKM tidak

memanfaatkan medsos untuk menin-

gkatkan penjualan produknya,” kata

Founder & CEO Young On Top dan

GDIlab.com itu.

Menurut Billy, manfaat medsos

diantaranya meningkatkan jang-

kauan dan eksposur (brand aware-

ness), berinteraksi dengan follower

(engagement), dan berikan solusi

kepada follower (selling). “Jadi,

dalam medsos itu selling nomor

tiga, setelah brand awareness dan

engagement. Baru kemudian akan

menciptakan apa yang dinamakan

brand loyality,” kata Billy.

Billy pun mengutarakan apa

yang harus UKM lakukan dalam

bermedsos-ria untuk memasarkan

produknya. Pertama, harus tahu apa

yang follower suka dan tidak suka,

termasuk kapan mereka membuka

medsos. Kedua, harus mengeta-

hui apa yang dikatakan follower

terhadap brand produknya (brand

perspective). Ketiga, harus men-

getahui apa yang diposting dalam

medsos, kapan soft sell, dan kapan

hard sell (right contents). “Keempat,

mampu mengatur ekspektasi fol-

lower terhadap brand produk yang

akan dipasarkan,” kata Billy.

Selain itu, lanjut Billy, cara ber-

main FB, Twitter, dan Instagram,

juga berbeda, termasuk dalam

kegunaan dan algoritmanya. “Twitter

itu mirip running text di televisi, harus

berulang-ulang agar follower melihat.

Sedangkan FB dan Instagram tidak

begitu. Cukup ada yang me-like,

maka postingan kita akan muncul

lagi ke depan para follower. Maka,

jangan lagi ada kebiasaan mem-

posting sesuatu atau produk secara

bersamaan dalam ketiga medsos

tersebut,” kata Billy.

Hanya saja, ada beberapa kes-

alahan yang kerap dilakukan pelaku

usaha pada level UMKM di Indonesia

dalam mengembangkan bisnis ber-

basis online atau medsos. Pertama,

pandangan pemilik UMKM soal

medsos. “Yang penting punya akun

Twitter, Facebook, dan Instagram-

nya.” Kedua, memainkan Twitter,

Facebook, dan Instagram-nya sama

persis. Ketiga, membanjiri postingan

dengan mempromosikan produk

atau jasanya. “Yang terjadi kemu-

dian, follower enggak naik, enggak

banyak like, penjualan enggak naik,

maka patah semangat dan tutup

bisnisnya,” kata Billy.

Pelaku UKM dinilainya harus mulai

mempelajari dan memahami kara-

kteristik pasar yang dibidiknya dan

membiasakan diri untuk menggunak-

an medsos sesuai dengan fungsinya

secara optimal. •

Billy Boen, Founder & CEO Young On Top menjadi nara sumber dalam workshop

bertema Pentingnya Sosial Media Untuk UMKM Dalam Meningkatkan Penjualan

yang diselenggarakan Humas Kemenkop UKM, Senin (31/7) di Jakarta.

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

52017

Yuk, Berpromosi di #pasarsenenUKM

Jika Anda berseluncur ke

akun Instagram Kementerian

Koperasi dan UKM (@kemen-

kopUKM) tiap Senin, Anda akan

menemukan keramaian hashtag

#pasarsenenUKM. Hashtag ini begitu

populer tiap Senin khususnya pada

akun-akun media sosial (medsos)

para pelaku UKM.

Tanda pagar ini tidak lain memang

ditujukan sebagai ajang promosi bagi

produk UKM. Program #pasarsene-

nUKM dirilis dengan tujuan untuk

membantu UKM mempromosikan

produknya melalui media sosial

Kementerian Koperasi dan UKM.

Kepala Bagian Humas Kemenkop

UKM Darmono menegaskan ke-

menteriannya berperan membantu

pengembangan UKM tidak hanya

melalui regulasi dan kebijakan tapi

juga tindakan nyata yang langsung

menyentuh UKM. Oleh karena itu,

kata Darmono, pihaknya menye-

diakan akun instagram @kemen-

kopUKM sebagai ajang berpromosi

bagi produk UKM.

Pilihan promosi melalui media

sosial di era digital menurut dia saat

ini sangat efektif sebab media sosial

merupakan sarana promosi dan pen-

jualan yang mudah, murah, dan daya

jangkaunya sangat luas. Dengan

ratusan UKM yang sudah mempost-

ing produknya di #pasarsenenUKM

maka berpotensi dilihat oleh lebih

dari 1 juta pengguna instagram.

“Ini potensi promosi yang luar bi-

asa. Dengan promosi yang dilakukan

melalui media sosial juga mendorong

UKM memanfaatkan medsos seb-

agai ajang promosi,” jelas Darmono.

Sejak ajang promosi #pasarsene-

nUKM diluncurkan pada 20 Mei

2017, ternyata langsung mendapat

sambutan luar biasa dari para pelaku

UKM. Sebanyak ratusan UKM dari

seluruh Indonesia mengirimkan foto-

foto produknya ke akun instagram

Kemenkop UKM tiap hari Senin

dengan harapan mendapat respons

positif.

“Produk UKM yang akan kami

endorse harus lebih dulu kami teliti

untuk meyakinkan bahwa produk

tersebut memang asli buatan UKM

dan produk lokal,” tegas Darmono.

Kemenkop secara tegas mener-

apkan syarat produk yang akan

dipromosikan di #pasarsenenUKM.

Foto produk yang akan dipromosi-

kan hanya bisa dikirim pada Senin

dan benar-benar produk asli UKM

Indonesia. Pelaku UKM juga harus

memberikan detail informasi produk

dan kontak yang dapat dihubungi.

Foto produk harus jelas, asli, dan tidak

mengambil foto orang lain. Jika tidak

memenuhi ketentuan tersebut, jangan

harap akan bisa tampil di akun insta-

gram @kemenkopUKM.

Cara mengikuti program #pasarsene-

nUKM sangat mudah. Pelaku UMKM

hanya perlu mengunggah foto produk

ke instagram, tag akun Instagram @

KemenkopUKM dan tag lima teman

Anda dengan menggunakan hashtag

#KemenkopUKM dan #pasarsene-

nUKM.

Program #pasarsenenUKM juga

diluncurkan secara khusus oleh

Sekretaris Kemenkop UKM Agus Mu-

harram bersamaan dengan worskshop

“Pentingnya media sosial untuk UMKM

dalam Meningkatkan Penjualan” pada

31 Juli 2017 di Ballroom Kemenkop

UKM.

Darmono mengatakan kini #pas-

arsenenUKM telah menjadi komunitas

baru. Dia sendiri memiliki rencana

untuk pengembangan komunitas #pas-

arsenenUKM yakni akan dipertemukan

dalam sebuah temu bisnis dengan tu-

juan untuk saling berbagi pengalaman

dan saling belajar antara para UKM

agar bisa maju bersama-sama. •

20176

Sekretaris Kemenkop UKM Agus Muharram membuka Munaslub Federasi Serikat Pekerja Transport Indonesia,

di Depok Jawa Barat Minggu (27/8).

Pentingnya Koperasi Bagi Pelaku Bisnis Transportasi

Sekretariat

Jika beberapa dekade silam, lalu

lalang transpotasi publik tak

lepas dari peran para pelaku

koperasi yang menguasai pengelolaan

angkutan umum di berbagai kota di

Tanah Air maka kini peran koperasi

di era transportasi online kembali

dipertanyakan.

Sebab cepatnya perubahan di era

digital memang menuntut siapa saja

untuk meresponnya dengan kecepa-

tan tinggi tidak terkecuali koperasi

dan mereka para pelaku bisnis di

bidang transportasi publik.

Oleh karena itu, Sekretaris Ke-

menterian Koperasi dan UKM Agus

Muharram mengingatkan pentingnya

untuk tetap berkoperasi bagi para

pelaku bisnis yang bergerak di bidang

transportasi.

Sesmenkop dan UKM Agus Mu-

harram menyosialisasikan penting-

nya untuk tetap berkoperasi di era

globalisasi kepada jajaran pengurus

dan anggota Federasi Serikat Pekerja

Transport Indonesia (F. SPTI) yang

sedang menggelar Musyawarah Nasi-

onal Luar Biasa di Hotel Bumi Wiyata

Depok, Minggu (27/8).

“Hal ini penting mengingat trans-

portasi merupakan salah satu bisnis

yang mengalami revolusi signifikan di

era digital yakni Triple T Revolution

yang mencakup Telecommunication,

Transportation, Travel & Tourism,”

kata Agus.

Sektor transportasi menurut dia,

merupakan salah satu bagian yang

sedang dan terus mengalami revolusi

dengan ditandai oleh perubahan yang

sangat cepat dalam berbagai sisi.

Oleh karena itu, perubahan yang

cepat itu harus dihadapi melalui

konsolidasi, kerja keras, kerja cerdas

dan tuntas secara bersama atau

bergotong royong yang salah satunya

dapat terwujud melalui koperasi.

Agus sendiri menilai penting

dan vitalnya posisi sektor transpor-

tasi dan para pekerja didalamnya

karena sistem transportasi mencakup

aktivitas, modal, dan jaringan serta

peraturan per undang-undangan yang

melindunginya.

“Kalau sehari saja para pekerja

transportasi tidak bekerja, langsung

aktivitas dan moda transportasi akan

terganggu dan perekonomian menjadi

terpengaruh. Jadi peran serikat

pekerja ini luar biasa dan ini salah

satunya digerakkan antara lain oleh

koperasi,” katanya.

Pada kesempatan itu juga Agus

mengingatkan agar organisasi pekerja

di sektor transportasi mulai memikir-

kan tantangan ke depan dan tidak

terjebak dalam pola-pola lama yang

mengambat jalannya organisasi.

“Sebab perkembangan teknologi

ini sudah sangat cepat sehingga kalau

dilawan atau tidak diantisipasi, akan

ketinggalan,” katanya.

Hal itu terkait dengan maraknya

transportasi berbasis online dalam be-

berapa waktu terakhir. Meski begitu,

dalam tahap peralihan saat ini Agus

Muharram mengatakan bisnis online

maupun bisnis konvensional harus

sinergi dan mendapatkan perlakuan

yang setara (ekuivalen).

“Perlu menjadi catatan adalah bis-

nis online maupun bisnis konvensional

perlu mendapatkan perlakuan yang

setara secara umum baik hak maupun

kewajiban,” kata Agus.

Agus menegaskan bahwa Kemen-

terian Koperasi dan UKM memiliki

komitmen yang tinggi untuk mem-

perkuat dan memperkokoh produktivi-

tas masyarakat melalui koperasi.

Menurut dia, dengan berkop-

erasi memungkinkan lebih mudahnya

bagi para pembuat kebijakan untuk

memberikan perlakuan yang ekuivalen

terhadap ragam bisnis baik online

maupun konvensional. •

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

72017

Kelembagaan

K ehadiran sebuah bank

koperasi boleh jadi adalah

mimpi lama bukan hanya bagi

para penggerak koperasi tapi juga

masyarakat secara umum di Tanah

Air.

Berbagai janji dan potensi distingsi

dari bank koperasi itulah yang menjadi

salah satu hal yang paling dirindukan

di tengah semakin komersil dan kom-

petitifnya perbankan konvensional.

Oleh karena itu Kementerian Kop-

erasi dan UKM, Dewan Koperasi Indo-

nesia (Dekopin), dan Institut Koperasi

Indonesia (Ikopin) tengah menyatukan

persepsi, dan langkah-langkah me-

nindaklanjuti hasil Kongres Koperasi

ke-3 di Makassar, yang salah satunya

merekomendasikan pembentukan

Bank Koperasi.

Deputi Bidang Kelembagaan Ke-

menkoo dan UKM Meliadi Sembiring

mengatakan sampai saat ini pihaknya

masih merapatkan barisan untuk

merintia pendirian bank koperasi.

"Masih akan ada beberapa perte-

muan dan kajian untuk menentukan

bagaimana Bank Koperasi nantinya

sesuai dengan tujuannya memberi-

kan akses pendaaan seluas-luasnya

kepada koperasi.

Dari hasil kajian tersebut nantinya

akan diputuskan apakah rekomendasi

itu layak dilaksanakan atau tidak kare-

na ada syarat yang harus dipenuhi

Bank Koperasi dalam Rintisan

untuk melaksanakan rekomendasi

hasil kongres tersebut.

Oleh karena itulah dirasa perlu

melakukan pertemuan dan konsultasi

dengan pihak luar khususbya Bank

Indonesia (BI) selaku otoritas moneter

maupun OJK (Otoritas Jasa Keuan-

gan).

Beberapa opsi yang mencuat,

mendirikan Bank Koperasi dengan

Badan Hukum Koperasi. Kemudian

bergabung atau diakuisisi oleh BRI,

untuk kemudian menjadi unit khusus

yang melayani koperasi maupun opsi

mendirikan bank khusus seperti Bank

Agro yang mengkhususkan diri men-

jadi penyalur kredit pertanian.

Perbankan dan layanan yang ada

sekarang faktanya memang masih

belum secara khusus memenuhi

kebutuhan koperasi, misalnya dalam

hal KUR.

"Selama ini KUR untuk koperasi

masih terbatas. Nah, ini kalau melihat

bank khusus untuk koperasi, itu akan

lebih fokus untuk melayani para ko-

perasi itu sendiri. Kalau lebih spesifik

tentu pelayanannya akan lebih baik,"

katanya.

Menurut Meliadi, dalam Kongres

Koperasi III di Makassar, Sulsel itu,

salah satu poin Deklarasi Makassar

adalah perlunya mendirikan bank khu-

sus yang melayani koperasi karena

Bank Bukopin bukan lagi "banknya

koperasi".

"Bukopin dulu kan 'banknya

koperasi' walaupun namanya tetap

Bukopin tapi sekarang milik siapa

saja. Ini dilihat seperti itu, bahwa ke

depan sangat diperlukan bank khusus

untuk koperasi ini," kata Meliadi.

Adapun salah satu opsi pemben-

tukan bank khusus untuk melayani

koperasi, yakni gabungan sejumlah

koperasi besar dan mempunyai modal

kuat untuk bersama-sama mendiri-

kan bank sehingga koperasi seluruh

nusantara bisa terakomodasi.

Saat ini banyak koperasi dengan

dana simpan pinjam atau kredit

secara individu kuat, besar, modal

banyak. Dengan adanya bank kop-

erasi, keberadaan koperasi-koperasi

tersebut akan semakin terdukung.

Bank Koperasi juga diyakini bisa

memetakan kategori kesehatan kop-

erasi yang ada di Indonesia.

"Jadi, gerakan koperasi itu melihat

pembentukannya memang sudah

sangat diperlukan. Ini bukan peker-

jaan yang gampang, tapi bukan tidak

mungkin tidak dilakukan," katanya.

Deklarasi Makassar sendiri men-

gamanahkan agar koperasi-koperasi

yang bergerak di bidang finansial un-

tuk berkonsolidasi membentuk bank

baru. Hal ini diharapkan mempermu-

dah manuver operasional koperasi di

Indonesia. •

20178

K operasi dan UKM tidak bisa

lagi dimanjakan dengan

bantuan-bantuan sosial

(Bansos). Saat ini bantuan pemerintah

lebih diarahkan pada peningkatan

kompetensi dan daya saing koperasi

dan UKM.

Hal itu ditegaskan Deputi Produksi

dan Pemasaran Kementerian Kop-

erasi dan UKM, I Wayan Dipta saat

membuka Sinergitas Aparatur dalam

Rangka Penerapan Standarisasi dan

Sertifikasi, Senin (7/8) di Lombok

Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Anggaran Kementerian Koperasi

dan UKM sangat terbatas tapi tidak

membuat kami berhenti untuk mem-

berdayakan koperasi dan UKM, untuk

itu harus melakukan terobosan. Tidak

lagi zamannya pembangunan koperasi

dan UKM lewat bansos. Saat ini yang

lebih penting adalah penguatan dari

sisi manajemen, SDM, kelembagaan,

standarisasi produk,” tegas Wayan.

Dia menjelaskan pihaknya memiliki

sejumlah program penguatan koperasi

dan UKM seperti standarisasi dan

sertifikasi hak cipta, merek dan halal.

Produksi & Pemasaran

Deputi Produksi dan Pemasaran I Wayan Dipta memberikan sertifikat hak cipta

kepada pelaku UKM di Lombok, NTB, Senin (7/8).

Tidak Masanya Lagi Koperasi dan UKM Dimanjakan Bansos

Wayan meminta agar UKM dapat

mendaftarkan usahanya ke Kemenkop

UKM untuk mendapatkan fasilitas

tersebut. Targetnya produk UKM

memenuhi standar pasar dan produk

UKM juga terlindungi hak ciptanya.

Disamping itu, ada fasilitasi terhadap

pengembangan koperasi wisata serta

mendukung UKM melalui pameran di

luar negeri. Bantuan dalam bentuk

sarana dan prasarana dilakukan

sangat selektif.

Semua bantuan tersebut tetap

dipantau dan dievaluasi sehingga

diketahui dampak program bagi

koperasi dan UKM. Program itu harus

berdampak terhadap peningkatan

jumlah dan kualitas produksi, pening-

katan pemasaran, perbaikan SDM dan

manajemen.

Wayan menyebutkan salah satu

bantuan yang dampaknya sangat

besar antara lain pada pengemban-

gan koperasi wisata. “Salah satu,

Koperasi Angkutan Laut Karya Bahari

di Lombok Utara dari satu unit kapal

bantuan dari Kemenkop kini sudah

menjadi lima unit kapal,” kata Wayan.

Sejumlah koperasi di Desa Wisata

mendapat bantuan penguatan dan

pendampingan terdapat di Batur,

Gianyar, Kebumen, Lombok, Sabang,

Magelang dan Kalimantan Tengah.

Contoh lainnya, KSU Puncak

Ngengas, Sumbawa yang mendapat

bantuan PLTMH dengan kapasitas 40

Kw saat ini telah melistriki 379 KK dan

usaha produktif berupa pengolahan

kopi.

Wayan menekankan sinergi antara

pemerintah pusat dan daerah harus

dibangun untuk keberhasilan pem-

bangunan koperasi dan UKM. Tidak

bisa hanya mengandalkan pusat dan

kemudian diklaim oleh daerah namun

daerah juga bertanggung jawab

terhadap pembangunan koperasi dan

UKM.

Sekretaris Dinas Koperasi Provinsi

NTB M. Imron mengakui bantuan

Kemenkop UKM selama ini mampu

menggerakkan koperasi dan UKM di

NTB. Untuk dia mendukung sinergi

program koperasi dan UKM agar

terjadi percepatan pertumbuhan

koperasi dan UKM di daerahnya.

Dia mengatakan koperasi dan UKM

merupakan lembaga perekonomian

yang diharapkan mampu mengatasi

kesenjangan kemiskinan.

Imron mengatakan NTB sangat

berharap sinergi ini berjalan agar pro-

gram pusat dan daerah terarah dan

tepat sasaran. Hal itu dapat dilakukan

dengan mereview program untuk

melihat jika terjadi tumpang tindih

program antar pusat dan daerah,

mengidentifikasi potensi UKM, dan

membangun kerangka bersama se-

hingga lebih mempercepat pengem-

bangan koperasi dan UKM. •

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

92017

Restrukturasi Usaha

Telah bertahun-tahun Pusat

Layanan Usaha Terpadu

Koperasi Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (PLUT-KUMKM)

menjadi salah satu program unggulan

Kementerian Koperasi dan UKM untuk

mendongkrak daya saing KUMKM

di daerah. Namun gaung dan gema

PLUT sebagai pusat inovasi belum

juga terdengar.

Oleh karena itu, Deputi bidang

Restrukturisasi Usaha, Kemenkop

dan UKM Abdul Kadir Damanik me-

nyatakan akan segera mengevaluasi

PLUT sekaligus memetakan pusat-

pusat layanan yang tergolong sukses

sehingga bisa direplikasi di daerah

lain.

Sejumlah PLUT yang tidak

termanfaatkan secara optimal juga

akan dicari biang dan penyebabnya

sehingga dapat dibangkitkan kembali

sesuai peruntukkannya sebagai pusat

layanan terpadu.

Abdul Kadir Damanik mengaku

tidak akan menyerah dengan kegaga-

Evaluasi Untuk Sukses Pusat Layanan Usaha Terpadu

lan atas program tersebut. Menurut

dia, PLUT dapat terus dikembang-

kan dengan melibatkan Pemerintah

Daerah setempat sebagai pihak yang

memahami dan mengenal dengan

baik potensi dan tipikal wilayahnya.

Bahkan, tahun depan, Kemenkop

UKM akan membangun lima unit

PLUT KUMKM Mandiri.

“Dimana biaya operasional akan

dibebankan APBN, sedangkan pena-

taan dan renovasi gedungnya dibe-

bankan kepada pemerintah daerah,”

katanya.

Kelima PLUT KUMKM Mandiri itu

akan dibangun di beberapa daerah,

seperti Provinsi Sumut, Kabupaten

Bintan, Kabupaten Sorong, Kabupat-

en Purbalingga, dan Kabupaten Garut.

Penetapan daerah tersebut berdasar-

kan hasil tim penilai kelayakan oleh

Deputi bidang Restrukturisasi Usaha,

Kemenkop dan UKM. “Dari penga-

matan kami, di daerah cukup banyak

gedung-gedung kosong yang belum

dioptimalkan pemda. Di sisi lain,

pemerintah pusat memiliki keterba-

tasan anggaran untuk membangun

gedung,” kata Damanik.

Ia mengatakan, program PLUT

KUMKM Mandiri yang merupakan

replikasi program secara swadaya

dari pemerintah provinsi, kabupaten

atau kota dengan menggunakan

sarana dan prasarana (aset gedung)

yang tersedia milik pemerintah daerah

tersebut akan difungsikan sebagai

PLUT KUMKM.

Metode pengembangannya adalah

Kemenkop dan UKM akan menggan-

deng pemda untuk mengoptimalkan

sarana gedung yang tidak dimanfaat-

kan oleh pemda dan tidak sedang

bermasalah, yang didukung dengan

pernyataan secara tertulis bahwa

gedung tersebut milik pemda.

Pembangunan gedung PLUT

KUMKM sendiri ini akan berdasarkan

pengajuan permohonan oleh kepala

daerah kepada Kemenkop dan UKM.

Sejauh ini sudah ada 10 permoho-

nan yang diajukan melalui proposal,

namun baru disetujui 5 daerah dan

sisanya masih dikaji.

Kemenkop dan UKM mengem-

bangkan dua model PLUT, yakni

PLUT KUMKM dan PLUT KUMKM

Mandiri. Sejak digulirkan sampai saat

ini sudah dibangun 49 PLUT KUMKM

ditambah 2 unit sedang dalam proses

pembangunan. Sedangkan PLUT

KUMKM Mandiri baru dibangun 1 unit

di Samarinda, Kaltim.

Ke depan Kemenkop dan UKM

akan mengklasifikasi 51 unit PLUT

KUMKM, sehingga ada perbedaan

dalam memperlakukan dan mener-

apkan kebijakan program antar satu

PLUT dengan PLUT lainnya, khusus-

nya pusat layanan yang berada di

lokasi-lokasi pedalaman. •

(istimewa)

Gedung PLUT KUMKM di Belitung.

201710

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga memberikan pembekalan

kewirausahaan kepada para mahasiswa di Bandung.

Sumber Daya Manusia

Pelaku KUMKM Sambut Positif Program Pelatihan

Pelaku koperasi usaha kecil

dan menengah (KUMKM) me-

nyambut antusias program

pelatihan yang dilakukan Kemen-

terian Koperasi dan UKM. Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya

peserta yang ingin mendapatkan

pelatihan yang digelar di sejumlah

daerah di Tanah Air.

Bagi mereka (pelaku KUMKM)

pelatihan gratis tersebut meru-

pakan kesempatan emas. Pasalnya,

dengan pelatihan ini mereka dapat

meningkatkan kualitas, baik secara

manajerial, pengelolaan keuangan,

dan pengembangan produk.

Seperti diketahui bahwa pemerin-

tah melalui pada 2017 menggelon-

torkan Dana Alokasi Khusus (DAK)

non fisik sebesar Rp100 miliar yang

dialokasikan untuk pengembangan

dan peningkatan kapasitas sumber

daya manusia koperasi dan usaha

kecil dan menengah.

Dana tersebut disebar ke 34

provinsi yang alokasinya setiap

provinsi berbeda-beda, tergantung

kebutuhan pelatihan di daerah

masing-masing. Karena kebutuhan

untuk pelatihan di setiap daerah

juga tidak sama, tergantung dari

minat pelaku KUMKM dan tentunya

mempertimbangkan potensi yang

ada di daerah itu.

Selama ini jenis pelatihan yang

diberikan di antaranya, pembua-

tan dan pengembangan produk,

manajemen keuangan, manajemen

SDM, serta kewirausahaan. Pelatih

atau instrukturnya pun diambil dari

berbagai profesi dan tentunya orang

yang kompeten atau ahli di bidang-

nya.

Setelah dilatih, mereka

mendapatkan sertifikat yang dapat

digunakan sebagai syarat untuk

mendapatkan dana dari program

Wirausaha Pemula atau Kredit

Usaha Rakyat (KUR) dari bank

penyalur yang ditunjuk pemerintah

dengan tingkat bunga yang relatif

murah, yakni 9 persen per tahun.

Tidak hanya diberikan pelatihan,

pemerintah juga telah menyiapkan

tenaga pendamping yang fung-

sinya untuk mendampingi para

pelaku KUMKM yang telah dilatih

mendapatkan pendampingan dalam

menjalankan usahanya. Ini sangat

penting saat mereka mulai men-

jalankan usahanya dengan baik

sehingga bisa berhasil atau sukses

Untuk melihat kesuksesan,

memang tidak bisa dilihat secara

instan, tetapi butuh waktu. Karena

berusaha itu memang membutuh-

kan proses, dan baru bisa dilihat

hasilnya minimal dalam satu tahun

ke depan.

Guna meningkatkan kualitas

pelaku KUMKM di Tanah Air, tahun

ini Kementerian Koperasi dan UKM

menargetkan sebanyak 23.615

pelaku KUMKM di seluruh Tanah Air

mendapatkan pelatihan.

Deputi Bidang Pengembangan

SDM Kementerian Koperasi dan

UKM, Prakoso BS berharap dengan

adanya pelatihan para pelaku

KUMKM dapat naik kelas dari usaha

mikro menjadi usaha kecil, dari

usaha kecil menjadi menengah dan

seterusnya. “Bila sudah naik kelas,

maka pengelolaan keuangan usaha

harus di-manage dengan lebih baik

lagi,” katanya.

Prakoso juga menekankan

pentingkan pelaku usaha kecil

untuk mulai menggeluti pemasaran

melalui online atau e-Commerce.

“Memperluas jaringan pemasaran

bagi produk yang dihasilkan melalui

online juga bakal semakin menin-

gkatkan kinerja usahanya. Jangan

pernah menunda-nunda untuk mulai

masuk ke dunia pemasaran melalui

e-Commerce, karena memang seka-

rang sudah memasuki era digital,”

tandasnya.

Untuk itu, lanjut Prakoso,

pihaknya akan terus melakukan

program pendampingan bagi usaha

mikro dan kecil, khususnya bagi

usaha mikro yang akan naik kelas.

Pendampingan yang dilakukan,

selain menyangkut manajemen

mengelola usaha dan pasar online,

juga diberikan semacam pelatihan

mengemas produknya. •

112017

Layanan Pembiayaan

Ikhwan, pengurus Koperasi Mitra

Dhuafa (Komida), dari Balai Desa

Growok, Bojonegoro sumringah

ketika melakukan video conference

dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani

yang berada di Desa Pasir, Mega

Mendung, Jawa Barat saat penyal-

uran pilot project Kredit Ultra Mikro,

Senin (14/8).

Dia menyampaikan Komida telah

mendapat plafon Kredit UMi sebesar

Rp 25 miliar yang akan disalurkan ke

28.000 anggotanya. Alokasi dana

Kredit UMi yang diterima Komida

akan mendampingi dana koperasi

yang akan diakses anggota yang

mayoritas adalah ibu-ibu pelaku

usaha mikro. Saat ini Komida sudah

menyalurkan dana untuk usaha wa-

rung, pertanian, dan kerajinan.

Kredit UMI merupakan program

yang didesain pemerintah untuk

menyasar usaha mikro dengan plafon

kredit maksimum Rp 10 juta dan di-

berikan bunga sangat rendah berkisar

2% – 4%. Skema pembiayaan ini di-

tujukan khusus bagi kelompok usaha

mikro yang belum mampu menjang-

kau pembiayaan Kredit Usaha Rakyat

(KUR).

Koperasi menjadi pilot project

Kredit UMI bagi Masyarakat Ultra Mikro

peluncuran Kredit UMI sebab koperasi

dinilai sebagai institusi ekonomi yang

ada bersama-sama rakyat yang meru-

pakan sasaran ultra mikro. Koperasi

telah terbukti berperan mengangkat

kesejahteraan masyarakat. Peran

itu diharapkan berkembang dengan

pembiayaan murah. Ada dua koperasi

yang mengemban tanggung jawab

penyaluran Kredit UMi, yakni Komida

dan AKR.

Koperasi ditunjuk pemerintah

sebagai penyalur kredit UMI bersama

lembaga keuangan nonbank dan BLU

Pengelola Dana. Kredit UMi bersum-

ber dari dana pemerintah yang dikoor-

dinasikan Pusat Investasi Pemerintah

(PIP) dan pada 2017 dialokasikan

sebesar Rp 1,5 triliun.

Menteri Koperasi dan UKM AAGN

Puspayoga menegaskan program ini

ditujukan pemerintah untuk mencapai

pamerataan ekonomi masyarakat

dengan inklusi keuangan. Program

ini dijalankan melalui sinergi lintas

kementerian. Data menunjukkan

tingkat inklusi keuangan di Indonesia

masih rendah atau sekitar 39% dan

ditargetkan meningkat menjadi 75%

pada 2019. Diperkirakan ada 44 juta

usaha mikro yang belum tersentuh

sisi pembiayaan yang perlu mendapat

prioritas pemerintah.

Puspayoga mengatakan pem-

biayaan ultra mikro (UMi) potensial

untuk mengurangi tingkat kemiskinan.

Sebab, sasaran pembiayaan ini adalah

usaha mikro yang selama ini belum

terjangkau oleh KUR dan banyak

usaha ini ada di desa-desa.

“Pembiayaan UMi adalah program

pemerintah untuk menjangkau rakyat

yang tidak dicover oleh program

KUR. Saya yakin pembiayaan ini bisa

mengurangi tingkat kemiskinan,” kata

Puspayoga.

Tidak cuma di Bojonegoro, Komida

juga menyalurkan Kredit UMi di selu-

ruh wilayah Indonesia. Seperti di Desa

Pasir, Mega Mendung. kredit UMi juga

disalurkan oleh Komida.

Berdasarkan data Deputi Pembiay-

aan, Kemenkop UKM, Komida meru-

pakan lembaga keuangan mikro yang

khusus melayani perempuan miskin

dengan mengadopsi sistem Grameen

Bank. Komida berdiri pada Juni 2004

dan memiliki 179 kantor cabang yang

tersebar di 11 provinsi. Jumlah ang-

gotanya mencapai 426.000 orang.

Sekilas, koperasi terlihat mendapat

kemudahan serta alokasi dana untuk

disalurkan kembali. Tapi, jangan salah,

pemerintah menetapkan sejumlah

syarat bagi penyalur kredit UMI,

yakni menggunakan sistem online,

menyediakan fasilitas pendanaan

untuk ikut serta dalam program UMi,

serta melakukan pendampingan bagi

penerima kredit.

Pendampingan memang sangat

ditekankan pada program ini. Sebab

Pemerintah ingin usaha mikro dapat

naik kelas dan tidak terus-menerus

berada dalam garis kemiskinan. •

(Dok.Humas Kemenkop UKM)

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga memberikan kredit ultra mikro kepada

sejumlah pelaku usaha mikro di Bojonegoro, Jawa Timur, Senin (14/8).

201712

Direktur Utama Lembaga

Pengelola Dana Bergulir Kop-

erasi Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (LPDB-KUMKM) Braman

Setyo menyadari ada begitu banyak

kendala dan tantangan yang tengah

dihadapi lembaganya dalam menyal-

urkan dana bergulir kepada koperasi

dan UKM yang menjadi mitranya.

Kendala tersebut di antaranya daya

serap koperasi belum seperti yang di-

harapkan, keterbatasan sumber daya

manusia, dan beberapa infrastruktur

pendukung lainnya, serta LPDB tidak

diperbolehkan membentuk cabang di

daerah.

Untuk memecahkan permasalah

tersebut, LPDB akan membuat sema-

cam aplikasi Financial Technologi

(Fintech). Dengan mengembangkan

teknologi baru ini maka proses as-

sessment penyaluran LPDB untuk

KUMKM akan dilakukan secara

online tanpa tatap muka, agar lebih

efisien dan efektif. Selain juga untuk

membangun sistem informasi debitur

untuk KUMKM sehingga lancar pem-

bayaran kreditnya. Di samping pula

membuat menu pembayaran cicilan

LPDB-KUMKM pada mitra channel

Finnet (PT Finnet Indonesia) secara

autodebet.

“Kita sekarang ini sudah masuk

era digital sudah banyak lembaga

yang memiliki teknologi yang canggih,

kalau kita tetap menjalankan bisnis

secara konvensional kita akan sema-

kin ditinggal. Kita harus membangun

modernisasi LPDB. Ini yang saya

tekankan, kita harus berubah,” tandas

Braman.

Seiring dengan rencana pembua-

tan Fintech, LPDB akan menyiapkan

sebuah aplikasi berbasis web dan

mobile apps. Braman berharap selu-

ruh mitra LPDB harus menyesuaikan

diri dengan transformasi teknologi

yang diterapkan dalam menyalurkan

dana bergulir.

“Mau tidak mau, mereka yang

harus berbenah ke arah itu. Semua

lembaga keuangan sudah menuju ke

arah ekonomi digital. Bahkan, dengan

melalui digital akan mengurangi cost

bagi koperasi yang bersangkutan,

tanpa harus bolak-balik datang ke

Jakarta,” kata Braman.

Braman baru menjabat sebagai

Dirut LPDB KUMKM menggantikan

Kemas Danial. Berbagai langkah

percepatan pun sudah disiapkan

dalam rangka menjaga agar LPDB-

KUMKM yang dipimpinnya tetap pada

jalurnya. Selain menggagas inovasi

fintech, Braman juga akan melaku-

kan modernisasi terhadap LPDB

KUMKM. Ia juga akan bekerja sama

dan berkoordinasi dengan stakeholder

terkait. Antara lain kerja sama dengan

Dinas Koperasi di tingkat provinsi,

kabupaten, dan kota, Dirjen Kekayaan

Negara (DKJN) Kementrian Keuangan,

dan Kejaksaan Agung.

Kerja sama dengan Dinas Koperasi

daerah diharapkan dapat menjaring

dan mendapatkan rekomendasi kop-

erasi di daerah yang berkinerja baik.

Sementara kerja sama dengan DKJN,

diharapkan karena lembaga ini mem-

punyai perangkat yang dapat menagih

dan menyita kekayaan mitra usaha

bermasalah. Sedangkan dengan

Kejaksaan Agung dan perangkatnya

Kejaksaan Tinggi di tingkat provinsi,

diharapkan dapat membantu LPDB

KUMKM jika nantinya harus menuntut

mitra usaha bermasalah ke ranah pen-

gadilan.

“Ini menjadi tugas khusus agar

LPDB KUMKM lebih baik lagi. Mana-

jemen yang lalu memang sudah baik

tapi semua ingin ini lebih baik lagi,”

harap dia.

LPDB KUMKM telah berhasil

menyalurkan dana bergulir sebesar

Rp 8,49 triliun kepada lebih dari 1

juta UMKM melalui 4.299 mitra dalam

periode waktu antara 2008-2017.

Sedangkan realisasi dana bergu-

lir di tahun ini sebesar Rp 405,27

miliar yang disalurkan kepada 46.602

UMKM melalui 49 mitra. LPDB

KUMKM mencetak pendapatan bersih

sebesar Rp 119,35 miliar sampai

semester pertama tahun ini. Sehingga

jika diakumulasikan, pendapatan ber-

sih LPDB KUMKM sebesar Rp 1,63

triliun. •

LPDB KUKM

Mobile Aplikasi Pengajuan Dana Bergulir Disiapkan

132017

Transformasi Galeri Indonesia

Wow (GIW) ibarat daur yang

tak berujung. Perubahan yang

diharapkan menuju sesuatu yang

semakin baik terus dilakukan untuk

mendapatkan bentuk baku GIW

sebagai hub pengelola bisnis UKM di

Indonesia.

Sejak awal diluncurkannya, GIW

memang diarahkan bukan untuk

sekadar ritel murni melainkan fungsi

pembinaan yang lain. Direktur Utama

LLP-KUKM Emilia Suhaimi yang baru

saja memangku jabatan tersebut awal

Agustus 2017 sudah bertekad untuk

menjadikan Smesco Indonesia seb-

agai pengelola GIW sebagai wadah

bagi UKM agar bisa naik kelas ke

skala usaha yang lebih tinggi.

Emilia mengaku sudah menyiap

berbagai program khusus yang akan

dilanjutkan dalam mengemban tugas

anyar sebagai Dirut LLP KUKM. Salah

satu yang menjadi program prioritas

dari sejumlah program yang bakal

dirancang jelang akhir tahun ini adalah

mendukung pelaku usaha mikro kecil

dan menengah (UMKM) serta koperasi

untuk naik kelas. ’’Ya, mudah-muda-

han program tersebut dapat secara

berkesinambungan terwujud,’’ ujar

Emilia.

Emilia akan melanjutkan cita-cita

lama untuk menjadikan GIW sebagai

rujukan miniatur UKM Indonesia. Di

samping juga wadah untuk membina

para start up. GIW sekaligus bukan

sekadar tempat display produk, tetapi

tempat transaksi bisnis, survei kon-

sumen, hingga belanja tamu negara.

GIW yang selama ini dikembangkan

dengan konsep tematik, yak-

ni tema provinsi, pavilion, dan Rumah

Desain yang menghimpun para

desainer khususnya fashion dan kulit

dalam beberapa tahun terakhir telah

berupaya mendongkrak kapasitas

mitra KUKM binaannya.

Direktur Bisnis LLP KUKM Bagus

Rachman mengatakan Smesco In-

donesia juga sedang terus mengem-

bangkan jaringan marketplace secara

online melalui smescotrade.com seka-

ligus mengembangkan kerja sama

dengan perusahaan marketplace me-

liputi Blibli, Lazada, Tokopedia, dan

sebagainya.

Selama ini GIW sudah men-

jadi salah satu rujukan bagi tamu

negara yang ingin melihat produk

UKM Indonesia. Bahkan banyak di

antaranya yang telah menandatan-

gani kerja sama pemasaran produk

di Smesco Indonesia di antaranya

Menteri Ekonomi Arab Saudi yang

memesan produk UKM Indonesia

agar secara rutin dipasarkan di King

Abdullah Center di Mekah, Jedah, dan

Madinah.

Bench Mark Produk

Pendiri Fokus UMKM Samsul

Hadi menilai keikutsertaan UKM untuk

menjadi mitra binaan Smesco Indone-

sia seharusnya memberikan dampak

terhadap peningkatan usaha UKM

tersebut. Ia juga menegaskan bahwa

produk UKM yang dipajang di GIW

harus merupakan contoh atau produk

unggulan terbaik sehingga dapat men-

jadi indikator atau bench mark bagi

produk UKM Indonesia secara umum.

Sementara itu salah satu pelaku

UKM mitra binaan Smesco Indo-

nesia, Ratih Puspitawati mengakui

setelah bermitra dengan Smesco ada

dampak nyata terhadap usahanya.

Tidak hanya terjadi peningkatan omset

tetapi ia juga mendapat pendampingan

dari Smesco.

Ratih mengakui mendapat banyak

pembelajaran tentang inovasi yang

sangat penting untuk meningkatkan

produktivitas. “Keberadaan UKM di

Smesco menjadi sebuah kekuatan

daya tawar, karena muncul keper-

cayaan konsumen dan masyarakat

terhadap produk UKM seperti kami,”

katanya. •

Galeri Indonesia Wow Menuju Hub Pengelola Bisnis UKM

LLP-KUKM

(istimewa)

201714

Keterbatasan Fisik Tak Surutkan Minat Berwirausaha

Keterbatasan fisik tak me-

nyurutkan semangat para

penyandang disabilitas

untuk berkarya dan berwirausaha.

Saat mengikuti acara “Pelatihan

Kewirausahaan Bagi Penyandang

Disabilitas” di Megamendung, Kabu-

paten Bogor, beberapa waktu lalu,

para penyandang disabilitas tampak

bersemangat.

Tanya jawab antara mentor

dengan peserta pun berlangsung

cukup lama. Banyaknya peserta

yang bertanya menandakan bahwa

mereka betul-betul ingin tahu dan

menerapkan ilmu hasil pelatihan

tersebut dalam usahanya.

Pelatihan diikuti oleh 40 pe-

nyadang disabiltas. Mereka berasal

dari Bandung, Bogor, Karawang,

Indramayu, Purwakarta, dan Banjar

(Jawa Barat). Mereka adalah tuna-

rungu, tunadaksa (polio, fisik), tu-

nagrahita (keterbelakangan mental),

dan tunanetra.

Kali ini, pelatihan yang diberikan

di antaranya tentang perkoperasian,

manajemen usaha, laporan keuan-

gan, kemasan, pengurusan periz-

inan, pemasaran, dan sebagainya.

Mayoritas peserta sendiri sudah

memiliki unit usaha. Hingga dengan

pelatihan ini diharapkan mereka akan

naik kelas dari usaha mikro ke kecil.

Agus Ruyadi, misalnya, penyan-

dang disambilitas (folio) asal Bogor

mengatakan bahwa dirinya telah

menekuni usaha budidaya dan pen-

golahan obat herbal dari buah dan

daun Tin sejak Februari 2017 dengan

merek Teteh Tin.

Khasiat dan kandungan buah

Tin yang kaya dengan mineral dan

vitamin dianggapnya potensial

untuk dipasarkan bagi mereka yang

ingin menjaga tubuh tetap sehat

dan bugar. Buah dan daun tin juga

bermanfaat karena mampu meny-

embuhkan berbagai penyakit seperti

hipertensi, jantung koroner, diabetes,

dan sebagainya.

“Memang, di Indonesia belum

banyak masyarakat yang mengkon-

sumsinya. Tapi, saya yakin ke depan

ini merupakan bisnis yang potensial.

Pasalnya, California Fig-s Advisory

sudah melansir kandungan nutrisi

buah Tin ke seluruh dunia,” kata

Agus yang juga berprofesi sebagai

ustad ini.

Oleh karena itu, Agus berharap,

pemerintah bisa memfasilitasi usa-

hanya dalam pengurusan perizinan,

hak cipta, merek, juga label halal

dari MUI (Majelis Ulama Indonesia)

bagi produknya. “Di pelatihan ini juga

saya ingin mendapatkan pengeta-

huan mengenai manajemen usaha

yang sesungguhnya. Saya juga ingin

memahami dan menguasai ilmu

pemasaran secara online, sehingga,

saya bisa memperluas pangsa pasar

bagi produk yang saya buat,” kata

Agus.

Seusai pelatihan hari pertama,

Panitia mengajak para peserta untuk

berfoto bersama di depan pang-

gung.

Maka kegembiraan pun tampak

dari raut muka mereka. Bahkan

lantaran saking senangnya, salah

seorang peserta yang kehilangan

salah satu kakinya berjalan dengan

melompat-lompat. Entah disangaja

atau lupa, kruk (alat bantu jalan)–

nya ketinggalan di sebelah tempat

duduknya. Rekan-rekan yang telah

berada di depan berteriak “nyantai

aja brooo” diiringi dengan gelak

tawa.

Tak lama kemudian disusul

seorang peserta yang kehilangan

dua kakinya. Peserta yang kebetu-

lan duduk di belakang ini juga ingin

foto bersama. Dengan jalan ‘ngesot’

dan sandal di telapak tangannya,

dia berusaha ikut ke depan untuk

berfoto.

Saat dia berjalan, rekan-rekannya

berteriak, “Hee, kura-kura ninja,

sendalnya dipakai di kaki, bukan

di tangan”. Mendengar candaan

rekannya, dia pun malah ikut ter-

tawa sambil menjulurkan lidahnya.

Menurut Agus, candaan seperti

itu sudah terbiasa di internal para

penyadang disabilitas. “Tidak ada

marah, apalagi sakit hati. Justru

dengan candaan ini, kami semakin

akrab.” •

Inspirasi UKM

(istimewa)

152017

Beberapa ibu terlihat sibuk di

salah satu ruangan ukuran

4 x4 meter di sebuah rumah

sederhana di Desa Gumelem Wetan,

Kecamatan Susukan, Banjarnegara,

Jawa Tengah (Jateng). Mereka

menyortir gula semut atau gula

kristal yang disetorkan oleh para

perajin gula desa setempat yang

bakal dipasarkan oleh Koperasi Nira

Kamukten. Ada juga sejumlah anak

muda yang melakukan pengecekan

gula semut tersebut.

“Pengecekan menjadi bagian

penting, karena sebagian besar gula

semut akan diekspor ke manca nega-

ra. Sehingga kontrol terhadap kuali-

tas harus terus dilakukan,”ungkap

Subanul Arif, 23, salah seorang

pemuda desa yang kini menjadi

pegiat Koperasi Nira Kamukten.

Subanul memilih untuk tidak

merantau, karena dia telah terpanggil

untuk menjadi bagian dari koperasi

demi menyejahterakan para perajin

gula. “Kebetulan saya seorang anak

penderes. Sehingga tahu benar

bagaimana berat dan berisikonya

sebagai seorang penderes. Saya

masih ingat, bagaimana bapak dan

ibu saya, Ahmah Ikhsan dan Suwari,

harus membanting tulang menyeko-

lahkan saya dari hasil membuat gula

cetak. Yang lebih memprihatinkan,

mereka terjebak permainan teng-

kulak. Waktu saya masih sekolah,

harga gula cetak waktu itu hanya

Rp6.500 per kilogram (kg). Para per-

ajin tidak bisa apa-apa, karena su-

dah terjebak sistem ijon,”ungkapnya

Inspirasi Koperasi

Tolak Tengkulak, Mandiri dengan Koperasi

saat ditemui Media Indonesia pada

awal Juni lalu.

Pengalaman masa lalunya itulah

yang membuat dirinya kini terjun di

Koperasi Nira Kamukten, sebuah

wadah bagi para perajin yang sebe-

lumnya terjebak tengkukak. “Saat

ini, kedua orang tua saya masih aktif

sebagai penderes. Namun, mereka

menolak setor ke tengkulak. Mereka

lebih memilih untuk memasok ke

koperasi ini. Sebab, kalau ke kop-

erasi lebih jelas, transparan dan pasti

menguntungkan,”ujarnya.

Perajin lainnya, Rusini, 37,,

bersama suaminya, Marlan, 38,

saban hari juga setor ke koperasi.

Mereka sama sekali tidak tertarik

untuk menjual pdoduksi gulanya ke

tengkulak. “Kami telah menetapkan

pilihan ke Koperasi Nira Kamukten.

Sebab, harganya jauh lebih bagus

jika dibandingkan harga pasaran,

apalagi tengkulak. Rata-rata, setoran

saya minimal 3 kg. Dengan harga

Rp14 ribu per kg, maka minimal saya

membawa pulang Rp30 ribu. Karena

yang Rp4 ribu digunakan untuk

disimpan. Baru bulan lalu, saya

memperoleh tabungan Rp3,3 juta

setelah menabung selama setahun.

Apalagi saat rapat anggota tahunan

(RAT) Koperasi Nira Kamukten, saya

mendapat sisa hasil usaha (SHU)

sebesar Rp600 ribu. Lumayan, bisa

digunakan untuk memenuhi kebutu-

han Ramadan hingga Lebaran,”kata

Rusini.

Rusini mengungkapkan bahwa

sudah banyak perajin yang kini ber-

gabung ke Koperasi Nira Kamukten.

Rata-rata perajin sudah bergabung

sekitar 3 tahun terakhir. “Walau-

pun pada awalnya, para pend-

eres meragukan dengan gerakan

koperasi. Tapi setelah mengalami

sendiri, bahkan sampai tiga tahun,

perajin tetap betah dan memilih ko-

perasi untuk menyetorkan produksi

gulanya,”jelasnya.

Ketua Koperasi Nira Kamukten

Susanto mengakui pada awalnya

mengajak perajin untuk berkoperasi

bukan barang gampang. “Faktornya

macam-macam. Ada yang telah

terjerat tengkulak dengan sistem

ijon. Sehingga mereka tidak bisa

langsung keluar dari cengkeraman

tengkulak sebelum utangnya lunas.

Dalam sistem ijon, biasanya teng-

kulak memberikan modal kepada

perajin terlebih dahulu. Misalnya,

ketika ada yang ingin membuat

dapur hanya punya Rp5 juta. Pada-

hal, kebutuhannya mencapai Rp15

juta. Maka juragan akan menutup

Rp10 juta, asalkan produksi gula

disetor kepada tengkulak tersebut.

Celakanya, harga dipatok oleh teng-

kulak. Dalam posisi itu, perajin sama

sekali tidak punya posisi tawar sama

sekali,”kata Susanto yang akrab

dipanggil Icus tersebut.

Icus mengatakan faktor lain

yang membuat mereka berpikir

ulang untuk ikut koperasi, lantaran

sebelum ada Koperasi Nira Kamuk-

ten, sudah ada koperasi lain yang

masuk. “Celakanya, koperasi- ko-

perasi sebelumnya meninggalkan

Pemenang I Lomba Karya Tulis

Kemenkop UKM, Kategori Jurnalis

201716

kesan buruk. Nah, begitu kami

masuk, jelas mereka akan berpikir

ulang. Tidak dapat begitu saja

menerima,”katanya.

Langkah awal itu dimulai pada

April 2013. Anak-anak muda di

desa setempat, bersama sebuah

organisasi non pemerintah (NGO)

di Purwokerto, Lembaga Penelitan

dan Pengembangan Sumberdaya

Lingkungan Hidup (LPPSLH) melaku-

kan edukasi dan pendampingan

kepada para penderes di Desa Gu-

melem Wetan dan Kulon. Dari hasil

penelitian yang dilakukan LPPSLH

sebelumnya, ada 2.400 warga lebih

di dua desa yakni Gumelem Wetan

dan Gumelem Kulon adalah seorang

penderes. Kalau di Gumelem Wetan

ada 40% dari jumlah penduduk,

sedangkan di Gumelem Kulon 70%

dari total penduduk. Dari fakta itulah,

proses pendampingan dilakukan.

Apalagi umumnya kondisi ekonomi

para perajin atau penderes mempri-

hatinkan.

Pada awal pra koperasi hanya

ada 20 perajin yang mau. Meski ter-

golong sedikit, tetapi jalan terus dan

akhirnya pada akhir 2013 berdirinya

koperasi.

Ketika RAT pada April 2014

dilaksanakan, jumlah anggota yang

masuk bergabung dengan koperasi

sebanyak 116 perajin. Jumlah terse-

but mengalami peningkatkan sig-

nifikan kalau dibandingkan dengan

pra koperasi yang hanya diikuti oleh

20 perajin. Setelah menjadi koperasi

itulah, perajin begitu antusias. Perajin

yang sebelumnya memproduksi

gula cetak, kini sudah berganti gula

semut.

Hasil produksi itu kemudian

mendapat sertifikasi dari Control

Union (CU) Belanda sebagai produk

organik. Dengan adanya sertifikat

tersebut, maka produk gula semut

dapat menembus pangsa pasar

Eropa dan AS. Bahkan, tahun itu

juga Koperasi Nira Kamukten juga

diganjar penghargaan oleh British

Council sebagai Community Entre-

preneurs Challengge Wave 4 dalam

kategori Star Up.

Ia mengungkapkan koperasi

bisa berkembang, karena para

anggota merasakan keuntungan-

nya. “Misalnya saja, mereka yang

rajin menyetor setidaknya 50 kg

gula semut dalam sebulan, diikut-

kan dalam BPJS Ketenagakerjaan.

Hingga sekarang, jumlah perajin

yang diikutkan ada sebanyak 115

perajin. Sehingga kalau terjadi

kecelakaan, mereka akan mendapat

asuransi. Secara internal, koperasi

juga memiliki Asuransi Komunitas

(Askom) akan memberikan bantuan

Rp200 ribu kalau ada anggota yang

sakit ringan. Jika masuk ke RS besar,

maka akan memperoleh bantuan

hingga Rp500 ribu. Ke depan, kami

ingin agar dari 256 anggota koperasi

akan diikutkan dalam asuransi BPJS

Ketenagakerjaan,”ungkapnya.

Apalagi, kata Icus, koperasi juga

menyimpankan sebagian uang hasil

penjualan gula semut. Saat sekarang,

harga gula semut mencapai Rp14

ribu per kg. “Namun, kepada para

perajin atau penderes, mereka hanya

membawa pulang Rp10 ribu. Karena

berdasarkan perhitungan kami,

dengan menyetor 3-5 kg, hasilnya

cukup untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Sedangkan Rp4 ribu

lainnya disimpan di koperasi. Sebe-

lum Ramadan tahun ini, kami bisa

membagikan uang tabungan kepada

perajin senilai Rp300 juta. Paling tinggi

tabungan penderes senilai Rp6,5

juta. Dengan sistem seperti tabungan

seperti ini, para perajin senang karena

selain harga gula tetap lebih tinggi dari

pasaran, mereka dapat menabung.

Apalagi, pembagian sisa hasil usaha

(SHU) tahun ini cukup lumayan, total

mencapai Rp60 juta,”jelas Icus.

Tahun 2016 lalu, kata Icus, Kop-

erasi Nira Kamukten memiliki omset

hingga Rp1 miliar. Gula semut yang di-

produksi diekspor ke sejumlah negara

seperti ke AS atau negara-negara di

Eropa juga Timur Tengah. “Kondisi

koperasi yang terus berkembang juga

berdampak pada para pemuda di

sini. Mereka memutuskan untuk tidak

merantau dan memilih mengembang-

kan koperasi. Selain itu, kami berharap

koperasi ini terus menjadi roda peng-

gerak ekonomi warga,”tambahnya.

Bersama dengan para perajin, para

pegiat koperasi terus berupaya untuk

bersama-sama melangkah meraih

kesejahteraan. •

Dimuat di mediaindonesia.com

Penulis: Liliek Dharmawan

(istimewa)

172017

(istimewa)

Inspirasi Koperasi

Begitulah keyakinan John

Naisbitt, sang futorolog yang

memulai popularitasnya den-

gan sebuah buku fenomenal “Meg-

trend 2000” yang ia publikasikan

pertama kali pada 1982. Teknologi

menjadi hal yang menurutnya akan

menjadi penentu arah masa depan

peradaban.

Apa yang ditulis Naisbitt jauh

waktu dari sekarang itu, kini

mendapat semacam verifikasi fak-

tual. Fakta menunjukkan, teknologi

telah menjadi jantung perubahan.

Khususnya teknologi informasi.

Bisnis berkembang dengan daya

topang teknologi, pun dengan inter-

aksi sosial berubah seiring kehadiran

teknologi yang kian hari kian melam-

paui imajinasi yang pernah ada di

decade-dekade lalu.

Koperasi, sebagai entitas bisnis

yang jika menyitir pemikiran Mo-

hammad Hatta adalah soko guru

perekonomian bangsa. Harus ikut

beradaptasi dengan zaman yang

berubah, spirit koperasi “dari, oleh

dan untuk anggota” tentu tak boleh

lekang oleh perubahan. Tapi strategi

dan metode tentu harus harmonis

dengan perkembangan.

Seperti yang disampaikan Naisbitt

di atas, semakin teknologi diper-

kenalkan pada masyarakat maka

semakin banyak orang yang akan sa-

ling berinteraksi dan ingin berkumpul

REFORMASI TOTAL KOPERASI DAN PENGEMBANGAN BERBASIS TEKNOLOGI

Pemenang I Lomba Karya Tulis

Kemenkop UKM, Kategori Blogger

bersama orang lain. Hal ini tentu

sejalan dengan mimpi koperasi,

membangun kesejahteraan bersama.

Kesejahteraan bersama tak akan

pernah mewujud jika antar anggota

sebagai pemilik koperasi 2 tak saling

berinteraksi secara kuat. Teknologi

informasi tentu akan menjadi

semacam enerji yang luar biasa bagi

penguatan koperasi ke depan.

Reformasi Total Koperasi dan

Teknologi Informasi

Lantas bagaimana koperasi di In-

donesia merespon tantangan global

dan perubahan. Saya akan memulai

dengan sambutan Menteri Koperasi

dan Usaha Kecil Menengah, Bapak

AAGN Puspayoga pada hari koperasi

tahun 2016 lalu. Tegas dan jelas,

beliau menyampaikan penguatan

koperasi akan dimulai dengan refor-

masi total koperasi Indonesia, yang

mencakup tiga dimensi;

Rehabilitasi

Merupakan langkah pembaharuan

Koperasi diawali dengan pengelolaan

dan Pemutakhiran Data Koperasi,

melalui Online Database System

(ODS), dengan membekuan/ mem-

bubarkan Koperasi yang tidak aktif.

Juga dilakukan penertiban Koperasi

melalui pengawasan terpadu dengan

membentuk Deputi Pengawasan.

Berdasarkan data yang terhimpun,

jumlah Koperasi di Indonesia sampai

akhir tahun 2015 menyentuh angka

212.135 unit. Namun berdasarkan

pendataan, koperasi yang aktif

hanya 150.223 unit. Jumlah tersebut

didapatkan melalui pemuktahiran

data koperasi yang dilakukan dengan

Online Database System.

Reorientasi

Yaitu upaya sistematis untuk

merubah paradigma dari pendekatan

Kuantitas menjadi Kualitas. Langkah

yang ditempuh untuk meningkatkan

kualitas koperasi adalah: Memban-

gun Koperasi Berbasis Informasi

Teknologi (IT); Melalui kerjasama

dengan Notaris sudah dapat di-

lakukan penerbitan akte koperasi

secara online. Proses pendirian

koperasi semakin mudah, cepat,

dan efisien. Koperasi juga difasilitasi

untuk melakukan RAT secara Online.

Demikian juga proses Ijin Usaha

Mikro dan Kecil (IUMK). Dalam

reorientasi juga dilakukan penguatan

kelembagaan koperasi, serta mendo-

rong Koperasi meningkatkan jumlah

anggota koperasi.

Pengembangan

Merupakan agenda permanen

yang meliputi upaya: Mengkaji

regulasi yang menghambat berkem-

bang koperasi; Memperkuat akses

pembiayaan, dengan menyiapkan

The more technology we introduce into society, the more people will aggregate, will want to be with other people.

(John Naisbitt, penulis sekaligus pebisnis asal Amerika Serikat)

201718

Koperasi untuk menjadi penyalur

KUR; Sejanjutnya dikembangkan

Koperasi Sektor Riil khususnya yang

berorientasi ekspor, padat karya

dan memanfaatkan Digital Ekono-

mi.

Gerakan dan kesadaran untuk

reformasi total tersebut, tidak harus

berupa kegiatan yang seragam dan

monoton namun hendaknya bersifat

serentak, dengan dukungan komit-

men dan kerjasama semua pihak

yang meliputi pemerintah, dunia

usaha, lingkungan akademisi serta

seluruh komponen masyarakat.

(Dikutip dari naskah sambutan Men-

teri Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah dalam peringatan Hari

Koperasi ke 69 tahun 2016).

Mari kita cermati tiga aspek yang

menjadi pondasi reformasi total ko-

perasi di atas, semuanya bertumpu

pada teknologi informasi. Pada

aspek rehabilitasi koperasi diawali

dengan langkah pengelolaan dan

pemutakhiran data koperasi dengan

online database system, yang artinya

insan koperasi bisa memperba-

harui data tentang mereka secara

online. Tidak harus secara manual

yang cenderung makan waktu yang

panjang. Di sisi lain pemantauan

terhadap kondisi dan perkembangan

koperasi oleh pemangku kepentin-

gan seperti pemerintah daerah, 4

pemerintah pusat, investor atau ma-

syarakat juga lebih mudah dengan

digitalisasi database koperasi ini.

Ketersediaan informasi yang

akurat dan mudah diakses ini akan

mendorong pengambilan keputu-

san secara lebih cermat dan juga

tepat. Karena sejarah mencatat

banyak kebijakan dan program yang

tidak maksimal karena ketiadaan

database yang akurat dan mutakhir.

Selanjutnya pada aspek reorientasi

perubahan paradigma dari orientasi

kuantitas ke kualitas dengan pem-

nafaatan teknologi informasi sebagai

pendukung utama. Rapat anggota

tahunan (RAT) yang bisa dilakukan

secara online, kemudian perizinan

koperasi yang juga bisa bisa secara

online. Di tambah dengan upaya

mendorong koperasi untuk memberi

layanan secara online pada anggota

dan masyarakat.

Pemerintah melalui Departemen

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

beberapa waktu yang lalu juga telah

merilis sebuah aplikasi berbasis an-

droid cash coop yang bisa digunak-

an koperasi dan anggotanya untuk

melayani masyarakat dalam bertran-

saksi secara online. Kemudian pada

aspek pengembangan departemen

koperasi juga mendorong pemo-

dalan pada koperasi yang padat

karya dan berbasis digital ekonomi.

Hal ini tentu senafas dengan upaya

mendorong koperasi menggunakan

teknologi informasi sebagai fondasi

pelayanan terhadap anggota yang

sekaligus pemilik serta masyarakat

secara luas.

Jika dicermati pemerintah telah

melompat dari wacana ke hal-

hal yang praksis. Tidak sekedar

menyampaikan tiga aspek reformasi

total koperasi tetapi sudah sampai

pada implementasi dari reformasi

ini. Lihat saja peluncuran cashcoop

yang bisa kita dapatkan di play store.

Komitmen pemerintah ini tentu harus

disambut dengan inovasi teknologi di

tingkat pelaku koperasi di lapangan.

Inisiatif yang datang dari bawah

(bottom up) harus tumbuh dalam

penggunaan teknologi oleh koperasi.

Untuk itu rasanya dengan rendah

hati ktia harus mau belajar dari

koperasi-koperasi di negara lain,

192017

seperti di Eropa, Amerika Serikat,

Jepang dan Cina dalam pengemban-

gan koperasi berbasis teknologi.

Belajar dari Koperasi di Negara

Lain

Beberapa jaringan koperasi di

Amerika, Inggris dan Itali, beberapa

tahun terakhir telah memulai langkah

berani dengan terjun ke sektor retail

dengan platform toko online. Seb-

agaimana kita ketahui belakangan ini

serbuan bisnis retail yang berbasis

online tumbuh bak cendawan di

musim hujan, tak terkecuali di Indo-

nesia. Belanja online telah menjadi

semacam gaya hidup baru.

Hal ini tentu merupakan ceruk

yang haru dibidik koperasi. Disamp-

ing aspek bisnisnya yang menjan-

jikan tentu ini bagian dari upaya

mengedukasi masyarakat yang kelak

bisa menjadi anggota koperasi untuk

menjadikan aktivitas konsumsi mer-

eka sekaligus investasi.

Mengapa ? Karena dengan

menjadi anggota koperasi, maka

berbelanja di layanan belanja online

milik koperasi anda mencukupi

kebutuhan harian anda, mendapat-

kan produk yang berkualitas dan 5

di sisi lain artinya kemungkinan anda

mendapatkan pembagian keuntun-

gan dari keuntungan bersih koperasi

dimana anda adalah anggota sekal-

igus pemilik menjadi makin tinggi.

Mari kita simak beberapa contoh

sukses layanan belanja online yang

terbilang cukup sukses di negara

lain;

Di Itali, masyarakatnya terutama

yang tinggal di seputaran Roma

cukup familiar dengan situs belanja

online www.easycoop.com, sebuah

layanan belanja online yang melayani

bebagai kebutuhan sehari-hari mulai

dari buah, sayur, hingga kebutuhan

bayi. Produk tersebut sebagian

besar datang dari jaringan koperasi

mereka dan juga dari anggota. Di

samping produk-produk umum yang

di ada di pasaran.

Transaksi pun dapat dilakukan

hanya dengan klik tak harus repot,

pembayaran pun dilayani dengan

kartu kredit, transfer bank dan

postepay (layanan pembayaran milik

kontor pos Itali). Orang berbelanja

adalah anggota koperasi, sehingga

konsumen sekaligus pemilik dari

koperasi.

Keuntungan berlipat akan

didapat, barng berkualitas, harga

sangat kompetitif, dapat pembagian

keuntungan pula. Di samping tentu

kemudahan berbelanja yang dita-

warkan oleh platform belanja online

mereka.

Lain easycoop di Italia, lain

pula dengan fairmundo.uk yang

merupakan pusat jual beli online

antar sesame anggota koperasi.

Fairmundo sendiri sebagai koperasi

yang mengusung semangat “Kon-

sumsi secara bertanggung jawab”

(responsible consumption) berdiri di

Jerman pada 2012 dan berkembang

di Inggris.

Kalau di Indonesia kita banyak

mengenal pusat jual beli barang

dan jasa secara online, macam FJB

kaskus, OLX, dan bukalapak. Maka

konsep yang ditawarkan foirmundo

tak berbeda jauh, antara pembeli dna

penjual dipertemukan dengan plat-

form online. Hanya saja di fairmundo

yang beraktivitas haruslah anggota

koperasi, sehingga berbelanja atau

menjual memberi peluang keuntun-

gan pada koperasi yang akhirnya

juga memberi keuntungan pada ang-

gota.

Di samping itu karena pelaku jual

beli adalah anggota koperasi maka

control atas kualitas produk juga

bisa dimaksimalkan. Maka potensi

kecurangan dalam transaksi bisa

dihindari. Satu hal yang juga sangat

menarik dari fairmundo adalah

filosofi mereka yang mencoba mem-

buat pasar berjalan lebih fair dan

menghindari “the winner takes all”.

Dua kisah koperasi yang menja-

dikan teknologi informasi sebagai

pondasi pelayanan mereka ke-

pada anggota di atas adalah sedikit

contoh inovasi koperasi. Indonesia

dengan koperasi aktif sekitar 150

ribu (Rekapitulasi data koperasi

tahun 2015-Departemen Koperasi

dan UKM) pasti punya potensi untuk

terus berkembang dan meman-

faatkan teknologi secara umum

dan teknologi informasi khususnya

sebagai pondasi pengembangan

koperasi.

Epilog

Koperasi kita yakini sebagai soko

guru perekonomian kita yang sesuai

dengan semangat pancasila. Tapi

akankah koperasi bisa berkompetisi

di zaman yang berganti ? Sangat ter-

gantung dengan upaya inovasi dan

imrovisasi secara internal di tubuh

koperasi kita.

Jika tak mau mati dalam kompetisi

yang luar biasa ketat ini, inovasi jadi

kunci. Mari kita ingat sebuah peru-

sahaan besar yang begitu fenomenal

ketika awal-awal masa internet

berkembang, yahoo. Tak ada orang

yang mennggunakan internet tak

mengenal jasa email tak berbayar

milik yahoo. Tapi kini, berlahan

yahoo terkucil dari persangingan.

Tergilas oleh inovasi dari para pe-

saingnnya masam google, facebook

dan sebagainya.

Sebuah perusahaan yang begitu

mapan dan luar biasa saj abisa tergi-

las, apa lagi yang biasa saja. Kopera-

si harus bergerak dari pola penge-

lolaan, pemasaran dan pelayanan

yang cenderung tradisional menuju

konsep yang lebih ramah teknologi.

Teknologi bukan untukmenjauhkan

anggota, tapi justru untuk mendekat-

kan sesama anggota yang merupak-

an pemmilik dari koperasi itu sendiri.

Pada akhirnya semoga koperasi-

koperasi di Indonesia berhasil men-

jalankan reformasi total koperasi dan

bisa menjadi pemain kunci dalam

berbagai dimensi bisnis di negeri ini.

(Huzer Apriansyah - https://kibas-

ilalang.blogspot.co.id)

201720

Galeri FotoPemenang Lomba Foto

Koperasi & UKM 2017

Kategori Umum