24
Mohd Zaid Bin Ahmad Zalizan D1 102012499 Program Puskesmas untuk Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

SAFAS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

GSDGS

Citation preview

Slide 1

Mohd Zaid Bin Ahmad ZalizanD1102012499Program Puskesmas untuk Pemberantasan Demam Berdarah DenguePada akhir tahun berdasarkan evaluasi program pemberantasan penyakit DHF masih didapatkan prevalensi DHF berkisar 50/1000 penduduk dengan tingkat CFR 4%, rata-rata penderita datang terlambat sehingga terlambat juga dirujuk ke rumah sakit. Berdasarkan pemantauan jentik, didapatkan dari Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah 60%. Kepala Puskemas akan melakukan revitalisasi program pemberantasan penyakit DHF dan ingin didapatkan insidens yang serendah-rendahnya dan CFR 0%.SkenarioPenyakit menular - Virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegyptiDemam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hatiTanda perdarahan dikulit - petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau syok

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Virus DengueGenus Flavivirus30 nm, terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal4 serotipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4

EtiologiPertama kali ditemukan -1968 di Surabaya dan Jakarta jumlah kasus terus meningkat. DBD dahulu dikenal hanya sebagai penyakit pada anak-anak, namun kini banyak ditemukan pada penderita dewasa. Prevalensi tertinggi ditemukan pada kelompok umur 25 hingga 34 tahun (0,7%) dan terendah pada bayi (0,2%). Tidak terlihat perbedaan prevalensi DBD pada laki-laki dan perempuan.

EpidemiologiAngka CFR :mengukur keganasan atau fatalitas suatu penyakit tertentu.

Incident rate (IR) :perbandingan jumlah kasus DBD terhadap jumlah penduduk per 10.000 penduduk di wilayah kota.

Angka Bebas Jentik (ABJ) dihitung dengan rumus;

House index (HI) dan container index (CI), yaitu tingkat bebas jentik di tiap rumah dan tempat penampungan air (container) tiap bulan per kelurahan. HI dan CI dihitung dengan rumus;

Definisisatuan organisasi fungsional (sarana pelayanan strata pertama) yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dgn menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.

PuskesmasFungsi Puskesmas

Pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya, Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka mengingatkan kemampuan untuk hidup sehatMemberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Peran Puskesmas

Keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistisTatalaksana kegiatan yang tersusun rapiSistem evaluasi dan pemantauan yang akurat

Five Star Doctor:Health Care ProviderDecision MakerCommunicatorCommunity leaderManagerPeranan DokterDibagikan menjadi 2 kelompok:Upaya Kesehatan WajibUpaya Kesehatan Pengembangan

Upaya Kesehatan Wajib:Upaya promosi kesehatanUpaya kesehatan lingkunganUpaya kesehatan ibu dan anakUpaya pembaikan gizi masyarakatUpaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menularUpaya pengobatan

Program Pokok Puskemasmenurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD, mencegah dan menanggulangi KLB serta meningkatkan peran serta masyarakat (PSM)Secara epidemiologis faktor-faktor misalnya host, agent dan lingkunganUpaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (DBD)Pencegahan tingkat pertama - mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakitSurveilans Vektoruntuk menentukan distribusi, kepadatan populasi, habitat utama larva, faktor resiko berdasarkan waktu dan tempat yang berkaitan dengan penyebaran dengue,Pengendalian vektor insektisida utk nyamuk dewasa/larva dari gol organofosfor(spray) / AbatisasiPengendalian lingkungan pasang kawat kasa pd pintu, jendelaGerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3MFoggingPencegahan PrimerPencegahan DBD

3M- Menguras, Menutup dan MenguburPencegahan DBD Melakukan Fogging (Pengasapan)

Pencegahan DBDSecara kimia- menggunakan larvasida1 gram bubuk abate untuk 10 liter air selama 3 bulanJangan tabur ditempat yang memungkinan untuk terminum

Pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.

Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi :a. Istirahat total di tempat tidur.b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air ditambah garam/oralit).c. Berikan makanan lunak.d. Medikamentosa yang bersifat simptomatik. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.

Pencegahan SekunderPenatalaksanaan pada pasien syok :

Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta Hemoglobin (Hb) , Hematokrit (Ht) dan thrombosit tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.Bila pada pemeriksaan darah didapatkan kelainan yang bermakna, misalnya penurunan Hb dan thrombositopenia maka diberi transfusi darah.

Pencegahan SekunderPencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit DBD dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit tersebut atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi.Rehabilitasi ini mencakup rehabilitasi fisik atau medis, rehabilitasi mental dan rehabilitasi sosial.

Pencegahan TersierDigunakan prinsip POAC utk mencapai tujuan dan sasaran

PlanningSMART Specific, measurable, achievable, realistic, timeOrganizingJabatan (job description) membagi tugas sesuai dgn keahlian ActuatingKerja keras, kerja cerdas, kerjasamaSumber Daya Manusia harus dioptimalkan utk mencapai visi dan misi programControllingSupervisi, pengawasa, inspeksi hingga audit utk elak penyimpanganManejmen Program Pemberantasan DBDPengawasan dan PertanggungjawabanPengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan eksternal.Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsungPengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan serta berbagai institusi pemerintah terkait.Mencakup aspek administrative, keuangan dan teknis pelayananSetiap akhir tahun anggaran, kepala Puskesmas membuat laporan pertanggungjawaban. Laporan disampaikan kepada Dinas kesehatan kabupaten/kota dan masyarakat.

tatacara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan puskesmas meliputi keadaan fisik, sarana, dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang telah dicapai.

Tujuan:data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok puskesmas secara akurat tepat waktu dan mutakhir

terlaksananya pelaporan data secara teratur di berbagai jenjang administrasi sesuai dengan peraturan yang berlaku

data tersebut digunakan dalam pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas diperbagai tingkat administrasi

Evaluasi dan Pendekatan Sistem melalui Sistem Pecatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)Pencatatan dan pelaporan mencakup;Data umum dan demografi wilayah kerja puskesmasData tenaga puskesmasData sarana yang dimiliki puskesmasData kegiatan pokok puskesmas baik dalam atau luar gedung

Pertanggungjawaban, berupa laporan pertanggungjawaban bulanan, tahunan maupun jenis laporan pertanggungjawaban khusus seperti laporan tribulanan dan laporan harian yang biasanya digunakan untuk kejadian luar biasa (KLB) atau wabah. Laporan tersebut akan disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.

DBD merupakan suatu penyakit infeksi virus yang dapat ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. CFR untuk penyakit DBD sekarang masih tinggi dan oleh karena itu, puskesmas diwujudkan dan berfungsi untuk menetapkan berbagai upaya kegiatan pencegahan dan pemberantasan DBD.Kesimpulan