1

SAHAM - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/2910/1f25dba9_Des17... · Artinya, saham berbasis komoditas akan diperhitung-kan pada tahun ini. Sejak awal tahun hingga kemarin,

  • Upload
    hatuong

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SAHAM - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/2910/1f25dba9_Des17... · Artinya, saham berbasis komoditas akan diperhitung-kan pada tahun ini. Sejak awal tahun hingga kemarin,

PORTOFOLIO 5Kontan Rabu, 21 Februari 2018

Kami ingin menambah kapasitas produksi

panel surya.

Jackson Tandiono, Direktur Utama Sky Energy Indonesia

■SAHAM

Energi & Konsumsi FavoritMasih meminati pasar Indonesia, investor asing mengincar saham energi dan konsumsi

JAKARTA. Pemodal asing kembali masuk bursa saham lokal. Pada Senin (19/2) lalu, seiring rekor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 6.689,29, asing mencatat-kan net buy Rp 419,67 miliar.

Meski demikian, asing ke-marin kembali mencatatkan net sell Rp 198,71 miliar. Bah-kan, sejak awal tahun asing masih net sell Rp 6,67 triliun.

Analis Mirae Asset Sekuri-tas Taye Shim juga melihat aksi beli asing di awal pekan ini tak serta merta mengindi-kasikan mereka kembali membidik pasar saham Indo-nesia. "Pasar sepertinya masih wait and see untuk sementara waktu," ujar dia kepada KON-TAN, Selasa (20/2).

Para pelaku pasar, terma-suk investor asing, masih mencermati arah kebijakan The Federal Reserve (The Fed) terkait kenaikan suku bunga dan dampaknya pada nilai tukar mata uang. Namun dalam jangka panjang, Taye optimistis pasar saham Indo-nesia masih menarik bagi asing. Adanya potensi pening-katan harga komoditas berkat pelemahan dollar AS membu-at pasar saham Indonesia akan dilirik investor asing.

Tak hanya itu, sentimen pe-milu pun masih tetap mempe-ngaruhi ketertarikan investor terhadap Indonesia. Sebab, pilkada serentak tahun ini dan pemilu presiden tahun depan akan mendorong konsumsi. "Hal ini bisa mendorong infl a-si jadi lebih tinggi pada tahun ini," terang Taye. Selain infl a-si, kenaikan pengeluaran ma-syarakat tahun ini bisa men-dorong penerimaan negara, seperti pajak.

VP Research & Analysis Valbury Asia Futures Nico Omer Jonckheere menambah-kan, meningkatnya jumlah masyarakat usia produktif di Indonesia mampu mendorong

perekonomian yang dipredik-si tumbuh hingga 5,4% di ta-hun ini. Di saat yang sama, jumlah kelas menengah yang semakin bertambah.

Hal ini juga menjadi daya tarik bagi investor asing. "Jumlah utang Indonesia juga tergolong rendah dibanding negara G20 lain, sehingga pa-sar saham Indonesia masih menarik," terang Nico.

Meski masih net sell di awal tahun ini, investor asing bakal kembali masuk dan bisa ber-balik net buy hingga akhir ta-hun nanti. "Kalau melihat seja-rah, setelah aksi jual besar-besaran investor asing akan selalu mencatatkan net buy di

tahun berikutnya," kata Taye.Pada 2013, net sell asing

mencapai Rp 20,46 triliun. Namun keadaan berubah di 2014, ketika asing net buy Rp 42,60 triliun. Hal serupa terja-di pada 2015 ketika asing net sell Rp 22,58 triliun dan berba-lik net buy pada 2016 senilai Rp 16,17 triliun.

Sektor andalan

Menurut Taye, potensi pe-ningkatan konsumsi masyara-kat mendorong investor asing mempertimbangkan saham sektor konsumsi. Kenaikan harga sejumlah komoditas di pasar global, seperti batubara

dan minyak bumi, juga bakal menjadi acuan bagi pemodal asing. Artinya, saham berbasis komoditas akan diperhitung-kan pada tahun ini.

Sejak awal tahun hingga kemarin, saham berbasis ko-moditas di Bursa Efek Indo-nesia (BEI) memang sudah menanjak 24,61%. Ini jauh melampaui kenaikan IHSG yang sebesar 4,83% (ytd).

Nico juga melihat saham-saham yang bermain di seg-men pendukung sektor komo-ditas, seperti saham emiten pelayaran dan saham jasa per-tambangan migas, seperti Lo-g indo Samudramakmur (LEAD) dan Elnusa (ELSA), layak dicermati.

Cuma, sektor perbankan mulai jenuh beli. Meski indeks sektor ini naik lebih tinggi dari IHSG, yakni 7,27% , untuk sementara Taye tidak menya-rankan investor masuk ke sektor perbankan. "Sebab, saat ini valuasinya sudah ter-lalu tinggi sehingga sektor ini kurang menarik," papar dia.

Pandangan berbeda disam-paikan Nico Omer. Dia meli-hat sektor perbankan masih layak dicermati, meski sudah mencetak pertumbuhan ting-gi. "Selama pertumbuhan eko-nomi masih positif, sektor perbankan akan menarik bagi investor," ungkap dia. ■

Riska Rahman

Usai IPO, Sky Energy Siap Bangun Pabrik Panel SuryaJAKARTA. PT Sky Energy In-donesia Tbk berniat masuk bursa saham Indonesia. Sky Energy akan melepas maksi-mal 203,26 juta saham, atau 20% dari modal disetor dan ditempatkan penuh.

Dengan harga penawaran Rp 375–Rp 450 per saham, Sky Energi akan meraup dana Rp 76,22 miliar–Rp 91,47 mili-ar. Masa penawaran awal IPO Sky Energy pada 8-28 Februa-ri 2018. Adapun masa pena-waran umum dijadwalkan di-gelar 15-21 Maret 2018. Saham Sky Energy akan tercatat di BEI pada 28 Maret nanti.

Sky Energy akan memakai seluruh dana IPO untuk be-lanja modal, antara lain mem-beli mesin dan peralatan, membeli tanah dan menam-bah area produksi. "Kami ingin menambah kapasitas produksi, " kata Direktur Uta-ma Sky Energy Jackson Tan-diono pada due diligence meeting dan public expose IPO Sky Energy, kemarin.

Sky Energy adalah produ-sen modul surya. Kapasitas produksinya saat ini sebesar 100 MW panel surya (solar panel) dan 50 MW sel surya (solar cell).

Pasca IPO, Sky Energy akan membangun pabrik untuk menambah kapasitas produk-

si panel surya dan sel surya.General Manager Finance

and Accounting Sky Energy, Christoper Liawan, menjelas-kan pabrik ini akan dibangun pada pertengahan 2018. Ber-lokasi di Sentul, pabrik diba-ngun di atas lahan seluas 5 hektare. Kelak, pabrik baru tersebut berkapasitas 100 MW panel surya per tahun dan 100 MW sel surya per tahun.

Untuk ekspansi ini, Sky Energy mengalokasikan be-lanja modal (capex) Rp 228 miliar. Perinciannya, Rp 110 miliar untuk membeli lahan, Rp 37 miliar untuk bangunan pabrik, dan Rp 81 miliar untuk mesin. Dana capex dialokasi-kan dari IPO dan fasilitas per-bankan. “Porsi bank sekitar 60%,” ujar Christoper.

Mukti Wibowo Kamihadi, Head of Investment Banking Mirae Asset Sekuritas, selaku penjamin emisi (lead un-derwriter) IPO Sky Energy menyebut, rentang harga pe-nawaran Rp 375–Rp 450 per saham sudah mencerminkan harga wajar.

Harga itu mencerminkan price to earning ratio (PER) 12,3 kali–14,75 kali. Ini dengan mempertimbangkan estimasi laba bersih 2018.

Nisa Dwiresya Putri

INITIAL PUBLIC OFFERING■

KONTAN/Cheppy A. Muchlis

Sentimen pemilu pun masih tetap mempengaruhi ketertarikan investor terhadap Indonesia.

Pergerakan Indeks Sektoral di BEI Periode 12 - 20 Februari 2018

1.628,6112 Feb '18

1.648,0020 Feb '18

Perubahan : 1,19%

Agrikultur

Sumber: Bloomberg

718,9212 Feb '18

758,1020 Feb '18

Perubahan : 5,45%

Industri Dasar

2.843,9512 Feb '18

2.850,9020 Feb '18

Perubahan : 0,24%

Barang Konsumer

1.187,5812 Feb '18

1.223,7220 Feb '18

Perubahan : 3,04%

Keuangan

1.142,1112 Feb '18

1.170,8520 Feb '18

Perubahan : 2,52%

Infrastruktur

1.924,2912 Feb '18

1.986,2320 Feb '18

Perubahan : 3,22%

Tambang

1.367,8912 Feb '18

1.386,0420 Feb '18

Perubahan : 1,33%

Industri Lain-lain

531,1312 Feb '18

544,9220 Feb '18

Perubahan : 2,60%

Konstruksi & Properti

945,8512 Feb '18

950,2620 Feb '18

Perubahan : 0,47%

Perdagangan

langgeng
Typewriter
21 Februari 2018, Kontan|Hal.5