Upload
rafki-tiska
View
171
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Sajak Muhammad Yamin
Citation preview
SEJARAH PERJUANGAN Mohammad Yamin (SPMY)
Sajak dan Syair“Tanah Air”
Oleh Shinta Yondriani
Manajemen
Universitas Mahaputra Muhammad Yamin (UMMY)
Kota Solok2013
“Tanah Air”
Pada batasan, bukit barisan
Memandang aku, ke bawah memandang;Tampaklah hutan rimba dan ngarai;Lagi pun sawah sungai yang permai;Serta gerangan, lihatlah pula,Langit yang hijau bertukar warnaOleh pucuk, daun kelapa;Itulah tanah, tanah airkuSumatera namanya, tumpah darahku
Sesayup mata, hutan semata Begunung bukit, lemah sedikit Jauh di sana, di sebelah situ, Dipagari gunung satu persatu Adalah gerangan sebuah surga, Bukannya janat bumi kedua -Firdaus melaju di atas dunia! Itulah tanah yang kusayangi, Sumatera namanya, yang kujunjungi
Pada batasan, bukit barisanMemandang ke pantai, teluk permai;Tampaklah air, air segalaItulah laut, samudera hindiaTampaklah ombak, gelombang berbagaiMemecah ke pasir, lalu berderaiIa memekik, berandai-andai“Wahai Andalas, Pulau Sumatera, harumkan nama Selatan Sumatera”
GITA GEMBALA
Betapakah senang hati si Buyung
Jika beribu, mamak,
Tiada menanggung berbagai rupa
Memudikan biduk tiada berdayung
Betapakah senang kalau berbapa
Berjalan di panas dikembangkan payung
Sebagai enau berteraskan ruyung
Tiada menanggung baya nestapa
Aduhai bunda, ibuku kandung
Belahan jiwa sepantun tulang
Di waktu panas di mana berlindung
Apakah jadi gerangan untung
Akar sehelai tempat bergantung
Putus di tengah di pangkal kudung
Miftahurrohmah
Indonesia Tanah Tumpah Darah
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai,
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung- gunung indah rupanya
Tumpah Darahku Indonesia namanya
Lihatlah nyiur melambai- lambai
Berdesir bunyinya sesayup sampai
Tumbuh di pantai bercerai- berai,
Memagar daratan aman kelihatan
Dengarlah ombak dating berlagu
Mengejar bumi ayah dan ibu
Indonesia namanya, Tanah Airku.
Lilis Suganda
Republik Indonesia (Sajak M. Yamin)
Abadilah Republik IndonesiaUntuk selama-lamanya
Yang dilindungi tumpah darahBenua kepulauan yang indah
Antara cakrawala langit yang murniDengan bumi tanah yang sakti.
Di samping teman, di hadapan lawanNegara berdiri ditakdirkan Tuhan,Untuk kelamatan seluruh bangsa
Supaya berbahagia segenap ketika,Berbudi setia, tenaga merdeka;
Dengan menjunjung kedaulatan Negara.
Di atas abu negara keduaKami membentuk negara ketiga,Diirngkan lagu Indonesia Raya
Di bawah kobaran bendera bangsaDi sanalah rakyat berlindung
Berjiwa merdeka, tempat bernaung.
Kami bersiap segenap ketikaDengan darah, jiwa dan raga
Membela Negara junjungan tinggiPenuh hiasan lukisan hati.
Melur cempaka dari daratanAwan angkasa putih kelihatanBuih gelombang dari lautan.
Hati yang mungkin selalu memintaKepada Tuhan Yang Maha Esa
Supaya negara Republik IndonesiaKuat dan kokoh selama-lamanya
Melindungi rakyat, makmur selamatHidup bersatu di laut dan di darat.
Jerry Eka Putra
GUBAHAN
O, Kesombongan !Aku benci kepadamu, kesombongan,
Seperti aku benci.Kepada anak yang durhaka kepada ibunya;
Aku benci kepadamu, kesombongan,Seperti aku benci
Kepada isteri yang durhaka kepada suaminya;Aku benci kepadamu, kesombongan,
Seperti aku benciKepada orang yang durhaka kepada Tuhannya!
Khamisah El Anasyah
PERMINTAAN
Mendengarkan ombak pada hampirkuDebar-mendebar kiri dan kanan
Melagukan nyanyian penuh santunanTerbitlah rindu ke tempat lahirku.
Sebelah timur pada pinggirkuDiliputi langit berawan-awan
Kelipatan pulau penuh keherananItulah gerangan tanah airku.
Di mana laut debur-mendebur
Serta mendesir tiba di pasirDi sanalah jiwaku, mula tertabur
Di mana ombak sembur-menyemburMembasahi, Barisan sebelah pesisirDi sanalah hendaknya, aku berkubur
Muhammad Yamin, 1920
Nika Helfia
Di Lautan Hindia
Mendengarkan ombak pada hampirku
Debar-mendebar kiri dan kanan
Melagukan nyanyi penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat lahirku
Sebelah Timur pada pinggirku
Diliputi langit berawan-awan
Kelihatan pulau penuh keheranan
Itulah gerangan tanah airku
Di mana laut debur-mendebur
Serta mendesir tiba di pasir
Di sanalah jiwaku, mula bertabur
Di mana ombak sembur-menyembur
Membasahi barissan sebuah pesisir
Di sanalah hendaknya, aku berkubur
Lara Fauziah