SAK PSIKOSOSIAL.rtf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SAK psikososial

Citation preview

UNIVERSITAS INDONESIARSUP PERSAHABATANSTANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSA PSIKOSOSIALKERJASAMA RS MARZOEKI MAHDI BOGOR DENGAN PROGRAM PENDIDIKAN PERAWAT SPESIALIS KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2012KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan rahmatNya buku Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Diagnosa Fisik dan Diagnosa Psikososial ini dapat terwujud. Buku ini disusun sebagai pedoman bagi mahasiswa keperawatan dan perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara profesional sehingga tujuan terapi dapat tercapai. Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat : 1. Ibu Dewi Irawati, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2. Prof. DR. Budi Anna Keliat, SKp, M.App.Sc. Koordinator sekaligus Supervisor Utama Mata Ajar Praktik Klinik Keperawatan Jiwa III Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 3. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian SAK ini. Kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk dapat mengembangkan SAK ini sehingga dapat digunakan dalam semua seting pelayanan keperawatan.Depok, Februari 2012 PenyusunSTANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSA PSIKOSOSIALI. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS 1. Pengertian Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman2. Tanda dan gejala Respons fisik: a. Sering napas pendek b. Nadi dan tekanan darah naik c. Mulut kering d. Anoreksia e. Diare/konstipasi f. Gelisah g. Berkeringat h. Tremor i. Sakit kepala3j. Sulit tidur Respons kognitif: a. Lapang persepsi menyempit b. Tidak mampu menerima informasi dari luar c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya Respons perilaku dan emosi: a. Gerakan meremas tangan b. Bicara berlebihan dan cepat c. Perasaan tidak aman dan menangis 3. Intervensi Generalis Pada Pasien a. Tujuan: 1) Pasien mampu mengenal ansietas 2) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui tehnik relaksasi 3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan tehnik relaksasi untuk mengatasi ansietas b. Tindakan keperawatan: 1) Mendiskusikan ansietas: penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat 2) Melatih teknik relaksasi fisik, pengendalian pikiran & emosi SP1 Pasien: Asesmen ansietas dan latihan relaksasi: 1) Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ansietas agar proses penyembuhan lebih cepat 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian ansietas 3) Bantu pasien mengenal ansietas:a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya. b) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas c) Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas 4) Latih teknik relaksasi: a) Tarik napas dalam b) Distraksi SP2 Pasien: Evaluasi ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari) dan kegiatan spiritual 1) Pertahankan rasa percaya pasien a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi b) Asesmen ulang ansietas dan kemampuan melakukan teknik relaksasi 2) Membuat kontrak ulang: latihan pengendalian ansietas 3) Latihan hipnotis diri sendiri (lima jari) dan kegiatan spiritual 4. Intervensi Generalis pada Keluarga a. Tujuan: 1) Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya 2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas 3) Keluarga mampu memfollow up keluarga yang mengalami ansietas. anggotab. Tindakan keperawatan pada keluarga 1) Mendiskusikan kondisi pasien: ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat 2) Melatih keluarga merawat ansietas pasien53) Melatih keluarga melakukan follow up SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat: 1) Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ansietas pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat ansietas pasien 3) Bantu keluarga mengenal ansietas: c) Menjelaskan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya d) Menjelaskan cara merawat ansietas pasien: tidak menambah masalah (stres) dengan sikap positif, memotivasi cara relaksasi yg telah dilatih perawat pada pasien e) Sertakan keluarga saat melatih teknik relaksasi pada pasien dan minta untuk memotivasi pasien melakukannya SP 2 keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up 1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien 2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up 3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien hipnotis diri sendiri (lima jari) dan kegiatanspiritual 4) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima informasi, gelisah, tidak dapat tidur) dan cara merujuk pasienEVALUASI KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETASPenilaian No Kemampuan 1 A Pasien SP 1 Pasien Assesmen ansietas dan latihan relaksasi SP 2 Pasien Evaluasi ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari) dan kegiatan spiritual B Keluarga SP 1 Keluarga Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat SP 2 Keluarga Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up 2 3 4 5 6 7 8 97II STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN 1. Pengertian Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna ; suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA, 2005). 2. Tanda dan Gejala a. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi. b. Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu c. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya. d. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran. e. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri f. Menunjukkan perilaku ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan g. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan h. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya i. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah. j. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika mendapat perlawanan k. Apatis dan pasif l. Ekspresi muka murung m.Bicara dan gerakan lambat n. Tidur berlebihan o. Nafsu makan tidak ada atau berlebihanp. Menghindari orang lain 3. Intervensi Generalis Pada Pasien a. Tujuan Umum 1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya 2) Pasien mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya. 3) Pasien mampu memodifikasi pola kognitif yang negatif 4) Pasien mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatannya sendiri. 5) Pasien mampu termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis. b. Tindakan Keperawatan SP1 Pasien: Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif 1) Bina hubungan saling percaya a. Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalka n diri, panggil pasien sesuai nama panggilan9yang disukai b. Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ketidakberdayaa n agar proses penyembuhan lebih cepat 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian ketidakberdayaan 3) Bantu pasien mengenal ketidakberdayaan: a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya. b) Bantu pasien mengenal penyebab ketidakberdayaan c) Bantu klien menyadari perilaku akibat ketidakberdayaan d) Bantu Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol e) Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap ketidak berdayaannya f) Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkan g) Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau subtitusi h) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positifi) Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasien j) Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional 4) Latih mengembangkan harapan positif (afirmasi positif)SP2 Pasien: Evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan 1) Pertahankan rasa percaya pasien a. Mengucapkan salam dan memberi motivasi b. Asesmen ulang ketidakberdaya an dan kemampuan mengembangka n pikiran postif 2) Membuat kontrak ulang: latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan 3) Latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan pasien (Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. Dukung kekuatan kekuatan diri yang dapat di identifikasi oleh klien) misalnya klien masih mampu menjalankan peran sebagai ibu meskipun sedang sakit. 4. Intervensi Generalis pada Keluarga11a.Tujuan: 1) Keluarga mampu mengenal masalah ketidakberdayaan pada anggota keluarganya 2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaan 3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaanb. Tindakan keperawatan pada keluarga 1) Mendiskusikan kondisi pasien: ketidakberdayaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat 2) Melatih keluarga merawat ketidakberdayaan pasien 3) Melatih keluarga melakukan follow up SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat: 1) Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ketidakberdayaan pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat ketidakberdayaan pasien 3) Bantu keluarga mengenal ketidakberdayaan: a) Menjelaskan ketidakberdayaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya b) Menjelaskan cara merawat ketidakberdayaan pasien: membantu mengembangkan motivasi bahwa pasien dapat mengendalikan situasi dan memotivasi cara afirmasi positif yang telah dilatih perawat pada pasien 2) Sertakan keluarga saat melatih afirmasipositif SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan dan follow up 1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien 2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up 3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien latihan mengontrol perasaan tidak berdaya 4) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (klien tidak mau terlibat dalam perawatan diri) dan cara merujuk pasien.13EVALUASI KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAANPenilaian No Kemampuan 1 A Pasien SP 1 Pasien Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif SP 2 Pasien Evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan B Keluarga SP 1 Keluarga Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat SP 2 Keluarga Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan dan follow up 2 3 4 5 6 7 8 9III STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KEPUTUSASAAN 1. Pengertian Keputusaasan merupakan perasaan seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternatif atau pilihan dalam menyelesaikan masalahnya. 2. Tanda dan Gejala a. Ungkapan kliententang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (Saya tidak dapat melakukan sesuatu) b. Sering mengeluh dan nampak murung c. Kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali d. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul. e. Menarik diri dari lingkungan f. Kontak mata kurang g. Mengangkat bahu tanda masa bodoh h. Nampak selalu murung atau blue mood i. Menurun atau tidak adanya selera makan j. Peningkatan waktu tidur k. Penurunan keterlibatan dalam perawatan l. Bersikap pasif dalam menerima perawatan m. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna n. Dapat merupakan lanjutan ansietas 3. Intervensi Generalis Pada Pasien: a. Tujuan: 1) Mampu mengenal masalah keputusasaannya 2) Mampu memberdayakan diri dalam aktivitas 3) Mampu menggunakan keluarga sebagai sumber daya b. Tindakan Keperawatan 1) Diskusi tentang kejadian yang membuat putus asa, perasaan/pikiran/perilaku yang berubah 2) Latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup153) Latihan melakukan aktivitas harapan dan makna hidup.untukmenumbuhkanSP 1 Pasien : Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup 1) Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian perasaan putis asa agar proses penyembuhan lebih cepat 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian perasaan putus asa 3) Bantu pasien mengenal keputusasaan: a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaan sedih/ kesendirian/ keputusasaannya. b) Bantu pasien mengenal penyebab putus asa c) Diskusikan perbedaan antara perasaan dan pikiran klien terhadap kondisinya dengan kondisi real kondisi klien d) Bantu pasien menyadari akibat putus asa e) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran, perasaan dan perilaku positif 4) Latih restrukturisasi pikiran melalui latihan berpikir positif dengan mengidentifikasi harapan dan penemuan makna hidupSP 2 Pasien : Evaluasi keputusaan, manfaat berfikir positif, dan latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup1) Pertahankan rasa percaya pasien a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi b) Asesmen ulang keputusasaan dan kemampuan melakukan restrukturisas i pikiran 2) Membuat kontrak ulang: cara mengatasi keputusaaan 3) Diskusikan aspek positif diri sendiri, keluarga, dan lingkungan 4) Diskusikan kemampuan positif diri sendiri 5) Latih satu kemampuan positif 6) Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup4. Intervensi Generalis Pada Keluarga a. Tujuan 1) Keluarga mampu mengenal masalah keputusasaan pada anggota keluarganya 2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami keputusasaan 3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami keputusasaan b. Tindakan Keperawatan171) Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat 2) Melatih keluarga merawat pasien dengan ansietas 3) Melatih keluarga melakukan follow up SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat: 1) Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan keputusasaan pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat pasien dengan keputusasaan 3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien: a)Menjelaskan keputusasaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya b)Menjelaskan cara merawat pasien dengan putus asa: menumbuhkan harapan positif melalui restrukturisasi pikiran melalui penemuan harapan dan makna hidup serta melatih kemampuan positif c)Sertakan keluarga saat melatih restrukturisasi pikiran dan latihan kemampuan positifSP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up a. Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien b. Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up c. Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif d. Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (muncul ide bunuh diri atau perilaku pengabaian diri) dan cara merujuk pasien19EVALUASI KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KEPUTUSASAANPenilaian No Kemampuan 1 A Pasien SP 1 Pasien Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup SP 2 Pasien Evaluasi keputusasaan, manfaat berfikir positif, dan latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup B Keluarga 2 3 4 5 6 7 8 9SP 1 Keluarga Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat SP 2 Keluarga Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow upIV. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH 1. Pengertian Citra tubuh merupakan komponen dari konsep diri yang dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya, termaksud persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. 2. Tanda dan gejala Tanda dan gejala yang dapat diobservasi pada gangguan citra21tubuh adalah a. Hilangnya bagian tubuh b. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi c. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu d. Menolak melihat bagian tubuh e. Menolak menyentuh bagian tubuh f. Aktifitas sosial menurun. Beberapa penyebab gangguan citra tubuh: tindakan invasif (pasang infus, cateter, mag slang, oksigen), operasi, perubahan fungsi (lumpuh, sesak nafas, buta, tuli) Sedangkan data yang bisa didapatkan saat wawancara adalah pasien : a. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi b. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi. c. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan. d. Menolak berinteraksi dengan orang lain. e. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu. f. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi. g. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.3. Intervensi Generalis Pada Pasien a. Tujuan1) Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya 2) Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya 3) Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh 4) Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh 5) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu b. Tindakan keperawatan 1) Asesmen citra tubuh (gangguan menerima keadaan tubuh saat ini 2) Latih cara meningkatkan citra tubuh SP 1 Pasien : Assesmen dan menerima citra tubuh dan latihan meningkatkan citra tubuh 1) Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ketidakberdayaan agar proses penyembuhan lebih cepat 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian gangguan citra tubuh 3) Bantu pasien mengenal gangguan citra tubuhnya: a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya. b) Bantu pasien mengenal penyebab gangguan citra tubuh c) Bantu klien menyadari perilaku akibat gangguan citra tubuhnya 4) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini, perasaan tentang citra tubuhnya dan23danpotensi)danharapan terhadap citra tubuhnya saat ini. 5) Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain yang masih sehat 6) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu. 7) Bantu menggunakan bagian tubuh yang masih sehatBantu pasienmelihat, menyentuh bagian tubuh yang tergangguSP2 Pasien: Evaluasi citra tubuh & latihan peningkatan citra tubuh dan sosialisasi 1) Pertahankan rasa percaya pasien a. Mengucapkan salam dan memberi motivasi b. Asesmen ulang citra tubuh dan hasil latihan peningkatan citra tubuh 2) Membuat kontrak ulang: latihan peningkatan citra tubuh 3) Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal 4)Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara : a)Gunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin, gunakan pakaian yang baru (jika diperlukan) b)Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap. 5) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara : a. Susun jadual kegiatan sehari-hari b. Dorong melakukan aktifitas seharihari dan terlibat dalam aktifitas dalam keluarga dan sosial c. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran penting baginya.d. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi 4. Intervensi Generalis pada Keluarga a. Tujuan: 1) Keluarga mampu mengenal gangguan citra tubuh pada keluarganya masalah anggota2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan citra tubuh 3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaan b. Tindakan keperawatan pada keluarga 1) Mendiskusikan kondisi pasien gangguan citra tubuh, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat 2) Melatih keluarga merawat gangguan citra tubuh pasien 3) Melatih keluarga melakukan follow upSP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat: 1) Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan gangguan citra tubuh pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat gangguan citra tubuh pasien 3) Bantu keluarga mengenal gangguan citra tubuh: a) Menjelaskan gangguan citra tubuh, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya b) Menjelaskan cara merawat25gangguan citra tubuh pasien: membantu mengembangkan motivasi bahwa pasien untuk menerima kondisi tubuhnya yang telah dilatih perawat pada pasien 3) Sertakan keluarga saat melatih pasien meningkatkan citra tubuhSP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, mengatasi gangguan citra tubuh melalui aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal dan follow up 1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien 2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up 3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien mengatasi gangguan citra tubuh melalui aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal 4) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (penolakan terhadap perubahan diri bersifat menetap dan tidak mau terlibat dalam perawatan diri) dan cara merujuk pasienEVALUASI KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUHPenilaian No Kemampuan 1 A Pasien SP 1 Pasien Assesmen dan penerimaan citra tubuh SP 2 Pasien Evaluasi latihan peningkatan citra tubuh B Keluarga SP 1 Keluarga Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat SP 2 Keluarga Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up 2 3 4 5 6 7 8 927V STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL 1. Pengertian Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005). 2. Tanda dan Gejala a. Mengungkapkan rasa malu/bersalah b. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri c. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya, ketidakberdayaan dan ketidakbergunaan) d. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif e. Kesulitan dalam membuat keputusan 3. Intervensi Generalis Pada Pasien a. Tujuan 1) Klien mampu meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan masalah yang efektif 2) Klien mampu melakukan keterampilan positif untuk meningkatkan harga diri 3) Klien mampu melakukan pemecahan masalah dan melakukan umpan balik yang efektif 4) Klien mampu menyadari hubungan yang positif antara harga diri dan kesehatan fisik b. Tindakan Keperawatan 1) Mendiskusikanhargadirirendah:penyebab, proses terjadinya masalah, tanda dan gejala dan akibat 2) Membantu pasien mengembangkan pola pikir positif 3) Membantu mengembangkan kembali harga diri positif melalui melalui kegiatan positifSP1 Pasien: Asesmen harga diri rendah dan latihan melakukan kegiatan positif: 1) Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ansietas agar proses penyembuhan lebih cepat 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian ansietas 3) Bantu pasien mengenal harga diri rendah: a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya. b) Bantu pasien mengenal penyebab harga diri rendah c) Bantu klien menyadari perilaku akibat harga diri rendah d) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi diri yang positif yang terdahulu 4) Bantu pasien mengidentifikasi strategi pemecahan yang lalu, kekuatan, keterbatasan serta potensi yang dimiliki 5) Jelaskan pada pasien hubungan antara harga diri dan kemampuan pemecahan masalah yang efektif 6) Diskusikan aspek positif dan kemampuan diri sendiri,29keluarga, dan lingkungan 7) Latih satu kemampuan positif yang dimiliki 8) Latih kemampuan positif yang lain 9)Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk menumbuhkan harga diri positif SP 2 Pasien : Evaluasi harga diri rendah, manfaat latihan melakukan kemampuan positif 1, melatih kemampuan positif 2 1) Pertahankan rasa percaya pasien a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi b) Asesmen ulang harga diri rendah dan kemampuan melakukan kegiatan positif 2) Membuat kontrak ulang: cara mengatasi harga diri rendah 3) Latih kemampuan positif ke 2 4) Evaluasi efektifitas melakukan kegiatan positif untuk meningkatkan harga diri 5) Tekankan kembali bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk menumbuhkan harga diri 4. Intervensi Generalis Pada Keluarga a. Tujuan 1) Keluarga mampu mengenal masalah harga diri rendah pada anggotakeluarganya 2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami harga diri rendah 3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami harga diri rendah b. Tindakan Keperawatan 1) Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat 2) Melatih keluarga merawat pasien dengan harga diri rendah 3) Melatih keluarga melakukan follow up SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat: 4. Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan keputusasaan pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat pasien dengan harga diri rendah 3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien: a) Menjelaskan harga diri rendah, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harag diri rendah: menumbuhkan harga diri positif melalui melakukan kegiatan positif c) Sertakan keluarga saat melatih latihan kemampuan positif31SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up a) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien b) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up c) Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif ke 2 d) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (kondisi pengabaian diri dan perawatan dirinya) dan cara merujuk pasienEVALUASI KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONALPenilaian No Kemampuan 1 A Pasien SP 1 Pasien Asesmen harga diri rendah dan latihan melakukan kegiatan positif SP 2 Pasien Evaluasi harga diri rendah, manfaat latihan melakukan kemampuan positif 1, melatih kemampuan positif 2 B Keluarga SP 1 keluarga Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat 2 3 4 5 6 7 8 933SP 2 Keluarga Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up