Upload
dangtram
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SALINAN
PERATURAN
SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 10 TAHUN 2018
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI DAN TUNJANGAN
KHUSUS GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12A, Pasal
13 ayat (1), dan Pasal 15 ayat (8) Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016
tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan
Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman
Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di Lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
b. bahwa guru bukan pegawai negeri sipil berhak
mendapatkan tunjangan profesi sebagai bentuk
penghargaan atas profesionalitasnya sebagai guru;
c. bahwa guru bukan pegawai negeri sipil yang bertugas
di daerah khusus berhak untuk mendapatkan
tunjangan khusus dalam rangka mengangkat
martabatnya, meningkatkan kompetensinya,
memajukan profesi, meningkatkan mutu pembelajaran,
dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang
bermutu di Daerah Khusus;
-2-
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Sekretaris Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Profesi dan
Tunjangan Khusus Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4586);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4941) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058);
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
-3-
168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1745);
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
6 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Penyaluran
Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 331) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun
2017 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016
tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan
Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 381);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG PETUNJUK
TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI DAN
TUNJANGAN KHUSUS GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI
SIPIL.
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Tunjangan Profesi adalah tunjangan yang diberikan
kepada guru bukan pegawai negeri sipil yang
memiliki sertifikat pendidik sebagai penghargaan
atas profesionalitasnya.
2. Tunjangan Khusus adalah tunjangan yang diberikan
kepada guru bukan pegawai negeri sipil yang
melaksanakan tugas di daerah khusus.
3. Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau
terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat
adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan
negara lain, daerah yang mengalami bencana alam,
-4-
bencana sosial, atau daerah yang berada dalam
keadaan darurat lainnya.
4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
5. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
yang selanjutnya disebut Direktorat Jenderal adalah
direktorat jenderal yang menangani bidang guru dan
tenaga kependidikan.
Pasal 2
(1) Petunjuk teknis penyaluran Tunjangan Profesi dan
Tunjangan Khusus guru bukan pegawai negeri sipil
merupakan pedoman bagi Direktorat Jenderal dalam
memberikan Tunjangan Profesi dan Tunjangan
Khusus bagi guru bukan pegawai negeri sipil.
(2) Guru bukan pegawai negeri sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. guru;
b. guru yang diberi tugas sebagai kepala satuan
pendidikan; dan
c. guru yang diberi tugas tambahan.
Pasal 3
Penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus
kepada guru bukan pegawai negeri sipil dilaksanakan
dengan prinsip:
a. efisien, yaitu harus diusahakan dengan
menggunakan sumber dana dan sumber daya yang
ada untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
waktu sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertanggungjawabkan;
b. efektif, yaitu harus sesuai dengan kebutuhan yang
telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang
ditetapkan;
-5-
c. transparansi, yaitu menjamin adanya keterbukaan
yang memungkinkan masyarakat dapat mengetahui
dan mendapatkan informasi mengenai pembayaran
Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus;
d. akuntabilitas, yaitu pelaksanaan kegiatan dapat
dipertanggungjawabkan;
e. kepatutan, yaitu penjabaran program/kegiatan
harus dilaksanakan secara realistis dan
proporsional; dan
f. manfaat, yaitu pelaksanaan program/kegiatan yang
sejalan dengan prioritas nasional yang menjadi
urusan daerah dalam kerangka pelaksanaan
desentralisasi dan secara riil dirasakan manfaatnya
dan berdaya guna bagi guru bukan pegawai negeri
sipil.
Pasal 4
(1) Penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan
Khusus dilakukan oleh Direktorat Jenderal melalui
direktorat teknis di lingkungan Direktorat Jenderal.
(2) Penyaluran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan mekanisme pembayaran
Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus bagi guru
bukan pegawai negeri sipil.
Pasal 5
(1) Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus kepada
guru bukan pegawai negeri sipil diberikan dalam
bentuk uang melalui rekening bank penerima
tunjangan.
(2) Besaran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
-6-
Pasal 6
(1) Direktorat Jenderal memberikan Tunjangan Khusus
bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang bertugas
di Daerah Khusus.
(2) Daerah Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan pada data
dari kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang desa, pembangunan daerah
tertinggal, dan transmigrasi dan data dari Direktorat
Jenderal.
(3) Data dari kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang desa, pembangunan
daerah tertinggal, dan transmigrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) yang masuk dalam kriteria
penetapan Daerah Khusus oleh Menteri merupakan
desa dengan status desa sangat tertinggal dan/atau
surat rekomendasi dari Menteri yang menangani
bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan
transmigrasi.
(4) Data dari Direktorat Jenderal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan data daerah
dalam kondisi tertentu yang memenuhi kriteria
sebagai Daerah Khusus namun tidak termasuk
dalam data dari kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
desa, pembangunan daerah tertinggal, dan
transmigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Pasal 7
(1) Alokasi Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus
bagi guru bukan pegawai negeri sipil ditetapkan
setiap tahun anggaran berkenaan.
(2) Alokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
-7-
Pasal 8
Direktorat teknis terkait di lingkungan Direktorat Jenderal
melakukan monitoring dan evaluasi penyaluran
Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus bagi guru
bukan pegawai negeri sipil.
Pasal 9
(1) Direktorat teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
menyusun laporan penyaluran Tunjangan Profesi
dan Tunjangan Khusus bagi guru bukan pegawai
negeri sipil sesuai dengan kewenangannya.
(2) Laporan penyaluran Tunjangan Profesi dan
Tunjangan Khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan paling lama pada bulan Januari
tahun berikutnya kepada Direktorat Jenderal.
Pasal 10
(1) Guru bukan pegawai negeri sipil yang terbukti
menerima Tunjangan Profesi dan Tunjangan
Khusus tidak sesuai dengan Peraturan Sekretaris
Jenderal ini, wajib mengembalikan tunjangan yang
telah diterimanya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Jumlah pengembalian Tunjangan Profesi dan
Tunjangan Khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terhitung sejak bulan guru yang
bersangkutan menerima Tunjangan Profesi
dan/atau Tunjangan Khusus yang tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis
penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus
guru bukan pegawai negeri sipil tercantum dalam
Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Sekretaris Jenderal ini.
-8-
Pasal 12
Pada saat Peraturan Sekretaris Jenderal ini mulai berlaku,
Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Nomor 40618/B/HK/2016 tentang
Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Khusus Guru
Bukan Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Direktur
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor
40621/B/HK/2016 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran
Tunjangan Profesi Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 14
Peraturan Sekretaris Jenderal ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan dan mempunyai daya berlaku surut
sejak tanggal 27 Desember 2017.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Mei 2018
SEKRETARIS JENDERAL,
TTD.
DIDIK SUHARDI
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
TTD.
Dian Wahyuni
NIP 196210221988032001
SALINAN
LAMPIRAN I
PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 10 TAHUN 2018
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN
TUNJANGAN PROFESI DAN TUNJANGAN KHUSUS
GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI
BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
A. Tujuan
1. Memberi penghargaan kepada guru bukan pegawai negeri sipil
sebagai tenaga profesional dalam melaksanakan sistem
pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
2. Mengangkat martabat guru bukan pegawai negeri sipil,
meningkatkan kompetensi guru bukan pegawai negeri sipil,
memajukan profesi guru bukan pegawai negeri sipil,
meningkatkan mutu pembelajaran, dan meningkatkan
pelayanan pendidikan yang bermutu.
3. membiayai pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan yang mendukung pelaksanaan tugas sebagai
guru bukan pegawai negeri sipil profesional.
B. Pemberi Tunjangan Profesi
1. Tunjangan Profesi bagi guru bukan pegawai negeri sipil
diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
melalui masing-masing direktorat terkait di lingkungan
Direktorat Jenderal GTK.
2. Dana untuk pembayaran Tunjangan Profesi bagi guru bukan
pegawai negeri sipil bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) tahun berkenaan melalui Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) masing-masing direktorat terkait
di lingkungan Direktorat Jenderal GTK.
C. Penerima Tunjangan Profesi
1. Penerima Tunjangan Profesi ialah guru bukan pegawai negeri
sipil yang memenuhi kriteria penerima Tunjangan Profesi.
2. Guru bukan pegawai negeri sipil yang baru memperoleh
sertifikat pendidik akan mendapatkan Tunjangan Profesi pada
tahun berikutnya.
3. Guru bukan pegawai negeri sipil yang baru memperoleh Surat
Keputusan (SK) inpassing atau penyetaraan pangkat dan
jabatan pada tahun berkenaan akan mendapatkan Tunjangan
Profesi sesuai dengan penyetaraan pada tahun berikutnya.
D. Kriteria Penerima Tunjangan Profesi
Tunjangan Profesi guru bukan pegawai negeri sipil diberikan dengan
kriteria sebagai berikut:
1. bertugas pada satuan pendidikan di bawah binaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dibuktikan dengan
SK Pengangkatan oleh penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat atau pejabat pembina
kepegawaian, kecuali guru pendidikan agama;
2. aktif mengajar sebagai guru mata pelajaran/ guru kelas atau
aktif membimbing sebagai guru bimbingan konseling/guru
teknologi informatika dan komunikasi, pada satuan
pendidikan yang sesuai dengan peruntukan sertifikat pendidik
yang dimiliki;
3. memiliki satu atau lebih sertifikat pendidik;
4. memiliki Nomor Registrasi guru (NRG) yang diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
5. memenuhi beban kerja sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
6. memiliki nilai hasil penilaian kinerja paling rendah dengan
sebutan “Baik”;
7. mengajar di kelas sesuai rasio guru dan siswa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
8. tidak beralih status dari guru bukan pegawai negeri sipil; dan
9. tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain satuan
pendidikan;
E. Besaran Tunjangan Profesi
1. Besaran Tunjangan Profesi guru bukan pegawai negeri sipil
sebagai berikut:
a. bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang telah memiliki
SK inpassing atau penyetaraan diberikan setara gaji
pokok pegawai negeri sipil sesuai dengan yang tertera
pada SK inpassing atau penyetaraan; atau
b. bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang belum
memiliki SK inpassing atau penyetaraan diberikan
sebesar Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu
rupiah) setiap bulan.
2. Besaran Tunjangan Profesi sebagaimana dimaksud pada angka
1 dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
F. Tata Kelola Pencairan Dana Bantuan Pemerintah
1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada subdirektorat terkait di
masing-masing direktorat terkait di lingkungan Direktorat
Jenderal GTK menerbitkan Surat Perintah Pembayaran
Langsung (SPP LS).
2. PPK pada subdirektorat terkait di masing-masing direktorat
terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK menyampaikan
SPP LS kepada Pejabat Penandatangan Surat Perintah
Membayar (PPSPM) untuk diterbitkan Surat Perintah
Membayar Lansung (SPM LS).
3. SPM LS diajukan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN) Jakarta III yang akan digunakan sebagai dasar
penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang
selanjutnya Tunjangan Profesi disalurkan ke rekening
penerima Tunjangan Profesi.
G. Penyaluran Tunjangan Profesi
1. Sebelum Penerbitan SK Penerima Tunjangan Profesi (SKTP).
a. Operator sekolah menginput dan/atau memperbarui data
guru bukan pegawai negeri sipil dengan benar melalui
aplikasi dapodik, terutama data sekolah induk, beban
kerja, golongan/masa kerja, NUPTK, tanggal lahir, dan
status kepegawaian (pegawai negeri sipil /bukan pegawai
negeri sipil).
b. Guru bukan pegawai negeri sipil wajib memastikan bahwa
data yang akan dikirimkan ke dapodik telah diinput
dan/atau diperbaiki oleh operator sekolah dengan benar.
c. Data guru bukan pegawai negeri sipil yang diinput
dan/atau diperbaiki oleh operator sekolah sepenuhnya
menjadi tanggungjawab masing-masing guru bukan
pegawai negeri sipil.
d. Guru bukan pegawai negeri sipil dan dinas pendidikan
sesuai dengan kewenangannya dapat mengakses data
guru bukan pegawai negeri sipil secara daring (online)
pada Info Guru dan Tenaga Kependidikan (Info GTK) yang
dapat diakses melalui website dan/atau aplikasi
smartphone.
e. Apabila data yang ditampilkan pada info GTK masih
terdapat kesalahan, maka guru bukan pegawai negeri
sipil dapat memperbaiki melalui dapodik sebelum SKTP
guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan terbit.
f. Guru bukan pegawai negeri sipil wajib memberikan bukti
cetak/print out Info GTK yang sudah tertulis “status
validitas data Tunjangan Profesi VALID” pada bagian atas
laman Info GTK dan telah ditandatanganinya kepada
dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya. Guru
bukan pegawai negeri sipil memastikan nominal gaji
pokok terakhir dengan benar.
g. Informasi pada Info GTK telah dinyatakan kebenarannya
dalam Surat Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM) yang
telah disetujui oleh kepala sekolah pada saat sinkronisasi
dapodik.
h. Operator sekolah melakukan proses penginputan
dan/atau perbaikan data dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) mulai dari bulan Januari sampai dengan akhir
bulan Februari tahun berkenaan untuk
pembayaran Tunjangan Profesi semester I; dan
2) mulai dari bulan Juli sampai dengan akhir bulan
Agustus tahun berkenaan untuk pembayaran
Tunjangan Profesi semester II.
i. Dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya
mengusulkan data guru bukan pegawai negeri sipil yang
berhak mendapatkan Tunjangan Profesi melalui Sistem
Informasi Manajemen Tunjangan (SIM-Tun) apabila:
1) Info GTK guru bukan pegawai negeri sipil
bersangkutan telah valid sebagaimana dimaksud
pada huruf f; dan
2) guru bukan pegawai negeri sipil bersangkutan
hadir dan telah melaksanakan tugasnya di sekolah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
j. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK
memastikan nominal gaji pokok guru bukan pegawai
negeri sipil pada SIM-Tun sudah sesuai dengan data
inpassing atau penyetaraan pada Biro Kepegawaian
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
k. Dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya
melakukan verifikasi dan validasi data pada akhir bulan
Maret dan akhir bulan September pada semester tahun
berkenaan sebelum SKTP terbit.
Dengan demikian tidak ada lagi pemberkasan yang dilakukan
oleh dinas pendidikan selain yang diatur dalam Peraturan
Sekretaris Jenderal ini terkait dengan penyaluran Tunjangan
Profesi guru bukan pegawai negeri sipil.
2. Penerbitan dan Penyampaian SKTP
a. Direktorat Jenderal GTK (Ditjen GTK) menerbitkan SKTP
berdasarkan usulan dari dinas pendidikan sesuai dengan
kewenangannya setelah dilakukannya proses verifikasi
dan validasi sebagaimana dimaksud pada angka 1.
b. SKTP diterbitkan sebanyak 2 (dua) tahap dalam satu
tahun dengan ketentuan sebagai berikut.
1) SKTP Tahap 1 (satu) terbit dimulai pada bulan
Maret pada tahun berkenaan, berlaku untuk
pembayaran Tunjangan Profesi semester I pada
bulan Januari sampai dengan bulan Juni (6 bulan)
tahun berkenaan; dan
2) Sedangkan SKTP tahap 2 (dua) terbit dimulai pada
bulan September pada tahun berkenaan, berlaku
untuk pembayaran Tunjangan Profesi semester II
pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember (6
bulan) tahun berkenaan.
c. SKTP yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal GTK
dapat diunduh oleh direktorat terkait di lingkungan
Direktorat Jenderal GTK dan dinas pendidikan sesuai
dengan kewenangannya melalui aplikasi SIM-Tun.
3. Aplikasi Kehadiran Guru dan Tenaga Kependidikan (Hadir GTK)
a. Aplikasi Hadir GTK merupakan aplikasi yang dirancang
untuk mempercepat proses pembayaran Tunjangan
Profesi.
b. Pencatatan kehadiran guru bukan pegawai negeri sipil
dilakukan secara daring (online) melalui aplikasi Hadir
GTK yang terdapat pada website
http://hadir.gtk.kemdikbud.go.id.
c. Tata cara penggunaan aplikasi Hadir GTK diatur dalam
pedoman penggunaan aplikasi Hadir GTK yang dapat
diunduh di laman http://hadir.gtk.kemdikbud.go.id.
d. Aplikasi Hadir GTK efektif berlaku pada tahun ajaran
2018-2019.
Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK dan
dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya dapat
mengunduh hasil rekapitulasi kehadiran GTK melalui aplikasi
Hadir GTK.
4. Cuti Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil dalam rangka Penyaluran
Tunjangan Profesi
a. Guru bukan pegawai negeri sipil yang sakit lebih dari 1
(satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari berhak
atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa guru bukan
pegawai negeri sipil yang bersangkutan harus
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat
yang berwenang memberikan cuti dengan melampirkan
surat keterangan dokter sesuai dengan ketentuan yang
diberlakukan bagi guru pegawai negeri sipil (Peraturan
Kepala BKN Nomor 24 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil).
b. Guru bukan pegawai negeri sipil yang menggunakan cuti
alasan penting paling lama 1 (satu) bulan berhak
mendapatkan cuti alasan penting dengan ketentuan
bahwa guru bukan pegawai negeri sipil yang
bersangkutan harus mengajukan permintaan secara
tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti
sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan bagi guru
pegawai negeri sipil (Peraturan Kepala BKN Nomor 24
Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai
Negeri Sipil).
c. Guru bukan pegawai negeri sipil yang melaksanakan
ibadah haji, berhak untuk mendapatkan Tunjangan
Profesi apabila yang bersangkutan melaksanakan ibadah
haji untuk pertama kalinya.
Apabila guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan
tidak mengajar lebih dari 14 (empat belas) hari karena cuti sakit
atau lebih dari 1 (satu) bulan karena cuti alasan penting
berdasarkan isian catatan kehadiran dalam aplikasi Hadir GTK,
maka kepada guru bukan pegawai negeri sipil bersangkutan
tidak dapat dibayarkan tunjangan profesinya.
5. Perbedaan Data Inpassing Penerima Tunjangan
a. Bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang mempunyai SK
inpassing atau Penyetaraan, namun belum terdaftar
dalam data base SK inpassing atau penyetaraan guru
bukan pegawai negeri sipil yang dimiliki oleh Biro
Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
maka guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan
wajib melakukan pemberkasan ulang paling lambat akhir
Juni 2018 ke Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
b. Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melakukan proses verifikasi dan validasi
data terkait keabsahan SK inpassing atau penyetaraan
sebagaimana dimaksud pada huruf a.
c. Berdasarkan hasil verifikasi dan validasi sebagaimana
dimaksud pada huruf b, Biro Kepegawaian Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan SK inpassing
atau penyetaraan.
d. Direktorat Jenderal GTK melakukan pembaharuan data
inpassing atau penyetaraan berdasarkan SK inpassing
atau penyetaraan dari Biro Kepegawaian Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
e. Selisih pembayaran akibat perubahan tersebut akan
diperhitungkan dan diakumulasi pada semester
berikutnya.
f. Bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang memiliki SK
inpassing atau penyetaraan, namun setelah dilakukan
verifikasi dan validasi oleh Biro Kepegawaian Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan hasilnya dinyatakan SK
inpassing tersebut tidak sah, maka guru bukan pegawai
negeri sipil tersebut wajib mengembalikan Tunjangan
Profesi yang selama ini telah diterimanya.
6. Ketentuan Pindah Satminkal
a. Guru bukan pegawai negeri sipil yang memiliki sertifikat
pendidik dari Kementerian selain Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, jika pindah mutasi ke
sekolah di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, maka data guru bukan pegawai negeri sipil
tersebut harus dimasukkan pada aplikasi Dapodik di
sekolah yang baru maka sekolah di bawah binaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan wajib
memasukkan datanya dapodik.
b. Guru bukan pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
pada huruf a, wajib melaporkan ke pengelola tunjangan
di dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dengan
membawa dokumen yang diperlukan.
c. Guru bukan pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
pada huruf a harus membawa bukti penghentian
pembayaran Tunjangan Profesi dari Kementerian
sebelumnya yang diserahkan ke dinas pendidikan sesuai
dengan kewenangannya untuk dimasukkan ke dalam
SIM-Tun.
7. Tunjangan Profesi Kurang Bayar
Tunjangan Profesi kurang bayar dapat dibayarkan apabila:
a. memiliki SKTP reguler pada tahun sebelumnya namun
dimana terjadi kurang bayar; dan
b. memiliki SKTP Kurang Bayar yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal GTK Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
8. Pembayaran Tunjangan Profesi Lebih Bayar
a. Dalam hal guru bukan pegawai negeri sipil menerima
kelebihan pembayaran Tunjangan Profesi pada semester I
tahun berkenaan, maka nominal Tunjangan Profesi yang
diterima oleh guru bukan pegawai negeri sipil yang
bersangkutan dapat disesuaikan pada semester II dalam
tahun berkenaan.
b. Dalam hal guru bukan pegawai negeri sipil menerima
kelebihan pembayaran Tunjangan Profesi pada semester
II tahun berkenaan, maka nominal Tunjangan Profesi
yang diterima oleh guru bukan pegawai negeri sipil yang
bersangkutan dapat disesuaikan pada semester I pada
tahun berikutnya.
c. Bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang tidak
memenuhi kriteria penerima Tunjangan Profesi sehingga
tidak mendapatkan SKTP pada semester I tahun
berikutnya, maka guru bukan pegawai negeri sipil
tersebut harus mengembalikan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan
menyampaikan informasi kepada direktorat terkait
di lingkungan Direktorat Jenderal GTK besaran
nominal pembatalan pembayaran tunjangan
profesi;
2) direktorat teknis terkait membuat kode billing atau
surat setoran melalui aplikasi Sistem Informasi
Penerimaan Negara Bukan Pajak Online (SIMPONI)
3) berdasarkan kode billing sebagaimana dimaksud
pada angka 2, guru bukan pegawai negeri sipil yang
bersangkutan melakukan pengembalian melalui
pos atau bank dengan batas waktu paling lambat
sesuai dengan jangka waktu yang tercantum
dalam kode billing.
4) Bukti setor pengembalian disampaikan kepada
direktorat terkait di lingkungan Direktorat
Jenderal GTK sehari setelah melakukan
penyetoran.
H. Pembatalan dan Penghentian
1. Pembatalan Pembayaran
Tunjangan Profesi dapat dibatalkan pembayarannya apabila:
a. data dan informasi yang digunakan untuk memenuhi
persyaratan melanggar hukum;
b. memperoleh sertifikat pendidik yang tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang‐undangan; dan
c. menerima lebih dari satu tunjangan profesi.
Dalam hal guru bukan pegawai negeri sipil telah menerima
Tunjangan Profesi namun dibatalkan pembayarannya, wajib
mengembalikan ke kas negara dengan mekanisme sesuai
dengan ketentuan pembayaran Tunjangan Profesi lebih bayar.
2. Penghentian Pembayaran
Pemberian Tunjangan Profesi guru bukan pegawai negeri sipil
dihentikan apabila:
a. meninggal dunia, maka penghentian pembayarannya
dilakukan pada bulan berikutnya;
b. mencapai batas usia 60 tahun, maka penghentian
pembayarannya dilakukan pada bulan berikutnya;
c. diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil maka
penghentian pembayarannya dilakukan pada bulan
berkenaan dan pembayaran Tunjangan Profesi
selanjutnya akan dibayarkan oleh pemerintah daerah;
d. mengundurkan diri atas permintaan sendiri, maka
penghentian pembayarannya dilakukan pada bulan
berkenaan;
e. dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan telah memiliki
kekuatan hukum tetap, maka penghentian
pembayarannya dilakukan pada bulan berkenaan;
f. mendapat tugas belajar, maka penghentian
pembayarannya dilakukan pada bulan berkenaan;
dan/atau
g. tidak melaksanakan tugas/meninggalkan tugas mengajar
tanpa alasan yang bisa dipertanggungjawabkan paling
banyak 3 (tiga) hari berturut-turut atau kumulatif 5 (lima)
hari dalam satu bulan, maka penghentian
pembayarannya dilakukan pada bulan berkenaan;
Kondisi tersebut di atas dibuktikan dengan surat resmi atau
surat keterangan dari pihak yang berwenang. Kepala sekolah
wajib melaporkan kepada dinas pendidikan sesuai dengan
kewenangannya, apabila terjadi hal-hal sebagaimana
dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf g sebelum jatuh
tempo pembayaran tunjangan profesi.
I. Pengendalian dan Pengawasan
1. Pengendalian
Kegiatan pengendalian pembayaran Tunjangan Profesi ini
dilakukan melalui:
a. sosialisasi program penyaluran Tunjangan Profesi oleh
Direktort Jenderal GTK kepada dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/ kota dan guru bukan pegawai negeri
sipil sesuai dengan kewenangannya.
b. pemantauan dan evaluasi (monitoring dan evaluasi)
dilakukan oleh instansi terkait.
c. penyelesaian masalah secara terus‐menerus dilakukan
atas permasalahan yang terjadi dalam proses
pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi.
2. Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh aparat fungsional internal dan
eksternal sesuai dengan peraturan perundang‐undangan.
J. Pertanggungjawaban
Bentuk Pertanggungjawaban bagi pemberi bantuan pemerintah
adalah:
1. Surat Keputusan Tunjangan Profesi;
2. Surat Perintah Membayar (SPM); dan
3. Surat Perintah Pencairan Dana (SPPD).
K. Sanksi
Tunjangan Profesi dapat dibatalkan pembayarannya apabila:
1. terbukti memperoleh kualifikasi akademik dan/atau sertifikat
pendidik dengan cara melawan hukum;
2. menerima lebih dari satu Tunjangan Profesi yang berasal dari
sumber dana yang sama atau berbeda.
3. di kemudian hari terbukti tidak memenuhi kriteria penerima
Tunjangan Profesi guru bukan pegawai negeri sipil;
4. terbukti menerima Tunjangan Profesi yang tidak sesuai dengan
Peraturan Sekretaris Jenderal ini
Jumlah pengembalian Tunjangan Profesi terhitung sejak bulan guru
bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan menerima Tunjangan
khusus yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
SEKRETARIS JENDERAL,
TTD.
DIDIK SUHARDI
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
TTD.
Dian Wahyuni NIP 196210221988032001
SALINAN
LAMPIRAN II
PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 10 TAHUN 2018
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN
TUNJANGAN PROFESI DAN TUNJANGAN KHUSUS
GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS
BAGI GURU BUKAN PNS
A. Tujuan
Tujuan Penyaluran Tunjangan Khusus yaitu:
1. memberi penghargaan kepada guru bukan pegawai negeri sipil di
Daerah Khusus sebagai tenaga profesional dalam melaksanakan
sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional; dan
2. mengangkat martabat, meningkatkan kompetensi, dan memajukan
profesi guru bukan pegawai negeri sipil, serta meningkatkan mutu
pembelajaran dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang
bermutu di Daerah Khusus.
B. Pemberi Tunjangan Khusus
1. Tunjangan Khusus bagi guru bukan pegawai negeri sipil diberikan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui masing-
masing direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK.
2. Dana untuk pembayaran tunjangan khusus bagi guru bukan
pegawai negeri sipil bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) tahun berkenaan melalui Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) masing-masing direktorat terkait di
lingkungan Direktorat Jenderal GTK.
C. Kriteria Penerima Tunjangan Khusus
Tunjangan khusus guru bukan pegawai negeri sipil diberikan dengan
kriteria sebagai berikut:
1. guru bukan pegawai negeri sipil yang bertugas pada satuan
pendidikan di Daerah Khusus yang daerahnya ditetapkan oleh
Menteri dan/atau surat rekomendasi dari Menteri yang menangani
- 24 -
bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi
dengan kriteria:
a. jumlah penerima Tunjangan Khusus pada satuan pendidikan
tidak melebihi kebutuhan guru ideal pada satuan pendidikan
tersebut;
b. Daerah Khusus merupakan desa sangat tertinggal
berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Kementerian yang
menangani bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan
transmigrasi, dan/atau surat rekomendasi dari Menteri yang
menangani bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan
transmigrasi; dan
c. guru bukan pegawai negeri sipil yang menerima Tunjangan
Khusus juga dapat ditentukan berdasarkan:
1) kepentingan nasional;
2) program prioritas Pemerintah Pusat; dan/atau
3) ketersediaan anggaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK);
dan
3. memiliki SK penugasan mengajar di satuan pendidikan pada
Daerah Khusus yang dikeluarkan oleh pejabat pembina
kepegawaian atau penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan kewenangannya.
D. Besaran Tunjangan Khusus
1. Besaran Tunjangan khusus guru bukan pegawai negeri sipil sebagai
berikut:
a. bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang telah memiliki
Surat Keputusan (SK) inpassing atau kesetaraan diberikan
setara gaji pokok pegawai negeri sipil dengan masa kerja dan
golongan yang sama setiap bulan; atau
b. bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang belum memiliki SK
inpassing atau kesetaraan diberikan sebesar Rp1.500.000,00
(satu juta lima ratus ribu rupiah) setiap bulan.
2. Besaran Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada angka 1
dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 25 -
E. Tata Kelola Pencairan Dana Bantuan Pemerintah
1. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK sesuai
dengan kewenangannya membayar Tunjangan Khusus ke rekening
guru.
2. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK wajib
membayarkan Tunjangan Khusus sesuai tempat terbitnya Surat
Keputusan Penerima Tunjangan Khusus (SKTK) setiap triwulan,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK sesuai
dengan kewenangannya mengajukan Surat Perintah Membayar
untuk penyaluran dana tunjangan khusus bagi guru bukan pegawai
negeri sipil ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
4. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebagai
bukti perintah pencairan dana ke rekening penerima Tunjangan
Khusus.
F. Penyaluran Tunjangan Khusus
1. Sumber Data
Data yang digunakan bersumber dari dapodik yang kebenarannya
dijamin oleh kepala satuan pendidikan berdasarkan surat
pertanggungjawaban mutlak.
2. Penarikan Data
Direktorat Jenderal GTK melakukan penarikan data dari dapodik
pada bulan Maret setiap tahun berkenaan. Kemudian melakukan
verifikasi kelayakan calon penerima Tunjangan Khusus.
3. Pengusulan Calon Penerima
Pengusulan calon penerima Tunjangan Khusus dilakukan melalui
mekanisme sebagai berikut:
a. dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya mengusulkan calon penerima Tunjangan
Khusus secara daring berdasarkan data calon penerima
Tunjangan Khusus melalui aplikasi Sistem Informasi
Manajemen Aneka Tunjangan (SIM-Antun) mulai per tanggal 1
Maret tahun berkenaan.
b. dalam hal Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya tidak mengusulkan calon penerima
Tunjangan Khusus sampai tanggal 31 Mei pada tahun
berkenaan, Direktorat Jenderal GTK dapat menetapkan
- 26 -
penerima Tunjangan Khusus yang memenuhi persyaratan
tanpa pengusulan.
c. dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dapat menolak
pemberian tunjangan khusus melalui surat tertulis yang
ditandatangani oleh gubernur/bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya kepada Menteri u.p Direktur Jenderal GTK
paling lambat diterima 30 April pada tahun berkenaan.
4. Aplikasi Kehadiran Guru dan Tenaga Kependidikan (Hadir GTK)
a. Aplikasi Hadir GTK merupakan aplikasi yang dirancang untuk
mempercepat proses pembayaran Tunjangan Khusus.
b. Pencatatan kehadiran guru bukan pegawai negeri sipil
diberlakukan secara daring (online) melalui aplikasi Hadir GTK
yang terdapat pada website http://hadir.gtk.kemdikbud.go.id.
c. Tata cara penggunaan aplikasi Hadir GTK diatur dalam
pedoman penggunaan aplikasi Hadir GTK yang dapat diunduh
di laman http://hadir.gtk.kemdikbud.go.id.
d. Aplikasi Hadir GTK efektif berlaku pada tahun ajaran 2018-
2019.
e. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK dan
dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya dapat
mengunduh hasil rekapitulasi kehadiran GTK melalui aplikasi
Hadir GTK.
5. Pergantian Penerima Tunjangan Khusus
a. Guru yang pernah menerima Tunjangan Khusus dapat diganti
dengan guru lain yang belum atau tidak menerima Tunjangan
Khusus, apabila guru yang pernah menerima Tunjangan
Khusus tersebut tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai
penerima tunjangan.
b. Guru pengganti harus memenuhi kriteria sebagai penerima
Tunjangan Khusus.
c. Penggantian penerima tunjangan khusus, dilakukan dengan
mengusulkan guru pengganti melalui mekanisme
sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan guru pengganti
tersebut menerima pemberian tunjangan khusus terhitung
bulan berikutnya pada tahun berkenaan.
- 27 -
d. Penggantian penerima Tunjangan Khusus dapat dilakukan
dengan memperhatikan ketersediaan anggaran.
6. Penerbitan Surat Keputusan Penerima Tunjangan Khusus (SKTK)
SKTK diterbitkan oleh Direktorat Jenderal GTK sebanyak 1 (satu) kali
dalam satu tahun.
7. Penghentian Pemberian Tunjangan Khusus
a. meninggal dunia (pembayaran dihentikan pada bulan
berikutnya);
b. mencapai batas usia pensiun (pembayaran dihentikan pada
bulan berikutnya);
c. mengundurkan diri atas permintaan sendiri (pembayaran
dihentikan pada bulan berkenaan);
d. dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan telah memiliki
kekuatan hukum tetap (pembayaran dihentikan pada bulan
berkenaan);
e. mendapat tugas belajar (pembayaran dihentikan pada bulan
berkenaan);
f. tidak melaksanakan tugas tanpa surat
keterangan/penugasan dari pejabat yang berwenang
(pembayaran dihentikan pada bulan berkenaan);
g. tidak lagi bertugas di Daerah Khusus atau mutasi ke jabatan
struktural atau fungsional umum (pembayaran dihentikan
pada bulan berkenaan); dan/atau
h. berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja antara
guru dan penyelenggara pendidikan bagi guru bukan pegawai
negeri sipil (pembayaran dihentikan pada bulan berkenaan).
8. Koordinasi dan Sosialisasi
Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan koordinasi
dan sosialisasi pelaksanaan pemberian Tunjangan Khusus dengan
pihak dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
- 28 -
Gambar 1 Mekanisme Penyaluran Tunjangan Khusus bagi Guru Bukan
Peagwai Negeri Sipil
G. Pengendalian Program
1. Pengendalian Program
Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengendalian
pelaksanaan pembayaran Tunjangan Khusus, yang mencakup
semua upaya yang dilakukan dalam rangka menjamin pelaksanaan
pembayaran Tunjangan Khusus agar dapat berjalan sebagaimana
mestinya, tepat sasaran, tepat waktu, tepat jumlah besaran, dan
sesuai dengan peraturan perundang‐undangan.
Kegiatan pengendalian penyaluran Tunjangan Khusus ini dilakukan
melalui:
a. sosialisasi program penyaluran Tunjangan Khusus kepada
dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota;
b. penyelesaian masalah atas permasalahan yang terjadi dalam
proses pembayaran Tunjangan Khusus;
c. rekonsiliasi data penerima Tunjangan Khusus dengan
instansi terkait.
- 29 -
2. Pengawasan
Untuk mewujudkan penyaluran Tunjangan Khusus yang
transparan dan akuntabel, diperlukan pengawasan oleh aparat
fungsional internal dan eksternal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang‐undangan.
H. Pertanggungjawaban
Direktorat teknis di lingkungan Direktorat Jenderal GTK melaporkan secara
daring melalui aplikasi laporan realisasi yang disediakan oleh Direktorat
Jenderal GTK.
I. Sanksi
1. Guru bukan pegawai negeri sipil yang terbukti menerima Tunjangan
Khusus yang tidak sesuai dengan Peraturan Sekretaris Jenderal ini,
wajib mengembalikan tunjangan yang telah diterimanya.
2. Jumlah pengembalian Tunjangan Khusus sebagaimana dimaksud
pada angka 1 terhitung sejak bulan guru bukan pegawai negeri sipil
yang bersangkutan menerima Tunjangan Khusus yang tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
SEKRETARIS JENDERAL
TTD.
DIDIK SUHARDI
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
TTD.
Dian Wahyuni NIP 196210221988032001