Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2012
TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
Mengingat : Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang
selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian mengenai dampak
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan. 2. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas
yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan hidup.
3. Dampak Penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu Usaha
dan/atau Kegiatan. 4. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut
UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
SALINAN
2
5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Pasal 2
(1) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal.
(2) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Untuk menentukan rencana Usaha dan/atau Kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemrakarsa melakukan penapisan sesuai dengan tata cara penapisan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (4) Terhadap hasil penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi, atau kabupaten/kota menelaah dan menentukan wajib tidaknya rencana Usaha dan/atau Kegiatan memiliki Amdal.
Pasal 3
(1) Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dilakukan: a. di dalam kawasan lindung; dan/atau b. berbatasan langsung dengan kawasan lindung,
wajib memiliki Amdal. (2) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (3) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berbatasan
langsung dengan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang:
a. batas tapak proyek bersinggungan dengan batas kawasan lindung; dan/atau
b. dampak potensial dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan
diperkirakan mempengaruhi kawasan lindung terdekat. (4) Kewajiban memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dikecualikan bagi rencana Usaha dan/atau Kegiatan: a. eksplorasi pertambangan, minyak dan gas bumi, dan
panas bumi;
b. penelitian dan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan;
c. yang menunjang pelestarian kawasan lindung; d. yang terkait kepentingan pertahanan dan keamanan
negara yang tidak berdampak penting terhadap
lingkungan hidup; e. budidaya yang secara nyata tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup; dan
3
f. budidaya yang diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap dan tidak mengurangi fungsi lindung
kawasan dan di bawah pengawasan ketat.
Pasal 4
(1) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang: a. memiliki skala/besaran lebih kecil daripada yang
tercantum dalam Lampiran I; dan/atau b. tidak tercantum dalam Lampiran I tetapi mempunyai
dampak penting terhadap lingkungan hidup, dapat ditetapkan menjadi jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal di luar Lampiran I.
(2) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan:
a. pertimbangan ilmiah mengenai daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
b. tipologi ekosistem setempat diperkirakan berdampak penting terhadap lingkungan hidup.
(3) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diusulkan secara tertulis kepada Menteri, oleh:
a. kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian;
b. gubernur;
c. bupati/walikota; dan/atau d. masyarakat.
(4) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diusulkan setelah dilakukan telaahan sesuai kriteria sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
(1) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal dapat ditetapkan menjadi rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang tidak wajib memiliki Amdal, apabila: a. dampak dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan tersebut
dapat ditanggulangi berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau
b. berdasarkan pertimbangan ilmiah, ,tidak menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan hidup. (2) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. (3) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diusulkan secara tertulis kepada
Menteri, oleh: a. kementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian;
b. gubernur; c. bupati/walikota; dan/atau
4
d. masyarakat. (4) Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL atau surat pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
Pasal 6
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 7
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 April 2012
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 April 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 408
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Humas,
Inar Ichsana Ishak
1
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2012
TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
DAFTAR JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB
MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
I. Pendahuluan
Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal) ditetapkan berdasarkan: a. Potensi dampak penting
Potensi dampak penting bagi setiap jenis usaha dan/atau kegiatan
tersebut ditetapkan berdasarkan: 1) besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan; 2) luas wilayah penyebaran dampak; 3) intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4) banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
5) sifat kumulatif dampak; 6) berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan 7) kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi; dan/atau 8) referensi internasional yang diterapkan oleh beberapa negara sebagai
landasan kebijakan tentang Amdal.
b. Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi
dampak penting negatif yang akan timbul.
II. Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
A. Bidang Multisektor Bidang Multisektor berisi jenis kegiatan yang bersifat lintas sektor. Jenis
kegiatan yang tercantum dalam bidang multisektor merupakan kewenangan Kementerian/Lembaga Pemerintah Nonkementerian terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1. Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, dengan a. Luas area
reklamasi,
b. Volume material urug, atau
> 25 ha
> 500.000 m3
Berpotensi menimbulkan dampak terhadap, antara
lain: a. hidrooseanografi,
meliputi pasang surut,
arus, gelombang, dan sedimen dasar laut.
2
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
c. Panjang reklamasi
> 50 m (tegak lurus ke arah laut dari garis pantai)
b. Hidrologi, meliputi curah hujan, air tanah, debit air sungai
atau saluran, dan air limpasan.
c. Batimetri, meliputi
kontur kedalaman dasar perairan.
d. Topografi, meliputi kontur permukaan daratan.
e. Geomorfologi, meliputi bentuk dan tipologi
pantai. f. Geoteknik, meliputi
sifat-sifat fisis dan
mekanis lapisan tanah.
g. dampak sosial.
2. Pemotongan bukit
dan pengurugan lahan dengan
Volume
> 500.000 m3
a. Mengubah bentang
alam b. Longsor dan
peningkatan run-off dan banjir
3. Pengambilan air bersih dari danau,
sungai, mata air, atau sumber air permukaan lainnya
- debit pengambilan
> 250 l/detik, ini setara dengan
kebutuhan air bersih 250.000 orang
a. Kalau berdasarkan kapasitas 250 l/detik,
itu setara dengan (sambungan ke pelanggan) 250.000
orang dengan asumsi 1 lt/det/orang atau
86,41 lt/org/hari b. dengan asumsi per SL
untuk 6 orang, akan
memenuhi kebutuhan 250.000 penduduk.
c. Potensi konflik penggunaan air dengan pengguna air
lainnya d. gangguan neraca air
4. Pengambilan air bawah tanah (sumur
tanah dangkal, sumur tanah dalam)
≥ 50 liter/detik (dari satu atau
beberapa sumur pada kawasan < 10
ha)
Potensi gangguan terhadap kondisi
lingkungan, antara lain amblesan tanah (land subsidence), intrusi air laut/asin (salt water intrusion) dan kekeringan terhadap sumur bor dangkal/gali yang
dipergunakan masyarakat sekitar.
3
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
5. Pembangunan bangunan gedung
- Luas lahan, atau
- Bangunan
> 5 ha
>10.000 m2
Besaran diperhitungkan berdasarkan: a. Pembebasan lahan.
b. Daya dukung lahan. c. Tingkat kebutuhan air
sehari-hari.
d. Limbah yang dihasilkan.
e. Efek pembangunan terhadap lingkungan sekitar (getaran,
kebisingan, polusi udara,
dan lain-lain). f. KDB (koefisien dasar
bangunan) dan KLB.
(koefisien luas bangunan)
g. Jumlah dan jenis
pohon yang mungkin hilang.
h. Konflik sosial akibat pembebasan lahan (umumnya berlokasi
dekat pusat kota yang memiliki kepadatan
tinggi). i. Struktur bangunan
bertingkat tinggi dan
basement menyebabkan masalah dewatering dan
gangguan tiang-tiang pancang terhadap
akuifer sumber air sekitar.
j. Bangkitan pergerakan
(traffic) dan kebutuhan permukiman dari tenaga kerja yang
besar. k. Bangkitan pergerakan
dan kebutuhan parkir pengunjung.
l. Produksi sampah,
limbah domestik m. Genangan/banjir
lokal.
4
B. Bidang Pertahanan
Secara umum, kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas militer dengan skala/besaran sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini berpotensi menimbulkan dampak penting antara lain potensi terjadinya ledakan serta
keresahan sosial akibat kegiatan operasional dan penggunaan lahan yang cukup luas.
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1 Pembangunan Pangkalan TNI AL
Kelas A dan B a. Kegiatan pengerukan dan reklamasi berpotensi
mengubah ekosistem laut dan
pantai. b. Kegiatan pangkalan
berpotensi
menyebabkan dampak akibat limbah cair dan
sampah padat.
2 Pembangunan
Pangkalan TNI AU
Kelas A dan B Kegiatan pangkalan
berpotensi menyebabkan dampak
akibat limbah cair, sampah padat dan kebisingan pesawat.
3
Pembangunan
Pusat Latihan Tempur - Luas
> 10.000 ha
a. Bangunan
pangkalan dan fasilitas pendukung, termasuk daerah
penyangga, tertutup bagi masyarakat.
b. Kegiatan latihan
tempur berpotensi menyebabkan
dampak akibat limbah cair, sampah padat dan
kebisingan akibat ledakan.
C. Bidang Pertanian
Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan berupa erosi tanah, perubahan ketersediaan dan kualitas air akibat kegiatan pembukaan lahan, persebaran hama, penyakit dan gulma pada saat beroperasi, serta perubahan kesuburan
tanah akibat penggunaan pestisida/herbisida. Disamping itu sering pula muncul potensi konflik sosial dan penyebaran penyakit endemik.
Skala/besaran yang tercantum dalam tabel di bawah ini telah memperhitungkan potensi dampak penting kegiatan terhadap ekosistem,
hidrologi, dan bentang alam. Skala/besaran tersebut merupakan luasan rata-
5
rata dari berbagai ujicoba untuk masing-masing kegiatan dengan mengambil lokasi di daerah dataran rendah, sedang, dan tinggi.
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1. Budidaya tanaman pangan dengan atau tanpa unit
pengolahannya, dengan luas
> 2.000 ha
Kegiatan akan berdampak terhadap
ekosistem, hidrologi dan bentang alam.
2. Budidaya tanaman
hortikultura dengan atau tanpa unit pengolahannya,
dengan luas
> 5.000 ha
3. Budidaya tanaman perkebunan
a. Semusim dengan atau tanpa unit pengolahannya:
1) Dalam kawasan budidaya non kehutanan, luas
2) Dalam kawasan
hutan produksi yang dapat dikonversi
(HPK), luas
> 2.000 ha
> 2.000 ha
b. Tahunan dengan atau tanpa unit pengolahannya:
1) Dalam kawasan budidaya non
kehutanan, luas
2) Dalam kawasan
hutan produksi yang dapat
dikonversi (HPK), luas
> 3.000 ha
> 3.000 ha
D. Bidang Perikanan dan Kelautan Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tambak
udang dan ikan adalah perubahan ekosistem perairan dan pantai, hidrologi, dan bentang alam. Pembukaan hutan mangrove akan berdampak terhadap habitat,
jenis dan kelimpahan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berada di kawasan tersebut. Pembukaan hutan mangrove dimaksud wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan, seperti memperhatikan kelestarian
6
sempadan pantai mangrove, tata cara konversi mangrove yang baik dan benar untuk meminimalisasi dampak, dan lain sebagainya.
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1. Usaha budidaya perikanan
a. Budidaya tambak udang/ikan tingkat teknologi maju dan
madya dengan atau tanpa unit
pengolahannya - Luas
> 50 ha
a. Rusaknya ekosistem mangrove yang menjadi tempat
pemijahan dan pertumbuhan ikan
(nursery areas) akan mempengaruhi
tingkat produktivitas daerah setempat.
b. Beberapa komponen
lingkungan yang akan terkena dampak adalah: kandungan
bahan organik, perubahan BOD,
COD, DO, kecerahan air, jumlah phytoplankton
maupun peningkatan virus dan bakteri.
c. Semakin tinggi
penerapan teknologi maka produksi
limbah yang diindikasikan akan menyebabkan
dampak negatif terhadap
perairan/ekosistem di sekitarnya.
b. Usaha budidaya
perikanan terapung (jaring
apung dan pen system):
- Di air tawar (danau) Luas, atau
Jumlah
- Di air laut
Luas, atau Jumlah
> 2,5 ha
> 500 unit
> 5 ha > 1.000 unit
a. Perubahan kualitas
perairan. b. Pengaruh perubahan
arus dan penggunaan ruang perairan.
c. Pengaruh terhadap
estetika perairan. d. Mengganggu alur
pelayaran.
E. Bidang Kehutanan
Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan adalah gangguan terhadap ekosistem hutan, hidrologi, keanekaragaman hayati, hama penyakit, bentang
alam dan potensi konflik sosial.
7
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
a. Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(UPHHK) dari Hutan Alam (HA)
Semua besaran a. Pemanenan pohon
dengan diameter tertentu berpotensi
merubah struktur dan komposisi tegakan.
b. Mempengaruhi kehidupan satwa
liar dan habitatnya.
b. Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu (UPHHK) dari
Hutan Tanaman
> 5.000 ha Usaha hutan tanaman dilaksanakan melalui
berpotensi menimbulkan dampak
erosi serta perubahan komposisi tegakan (menjadi homogen),
satwa liar dan habitatnya
F. Bidang Perhubungan
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1. Pembangunan Jalur Kereta Api, dengan
atau tanpa stasiunnya a. Pada permukaan
tanah (at-grade), panjang
b. Di bawah
permukaan tanah
(underground), panjang
c. Di atas
permukaan tanah
(elevated), panjang
> 25 km
semua besaran
> 5 km
berpotensi menimbulkan dampak
berupa emisi, gangguan lalu lintas, kebisingan, getaran,
gangguan pandangan, ekologis, dampak
sosial, gangguan jaringan prasaranan sosial (gas, listrik, air
minum, telekomunikasi) serta
dampak perubahan kestabilan lahan, land subsidence dan air
tanah
2. Pembangunan terminal penumpang
dan terminal barang transportasi jalan
> 5 ha
berpotensi menimbulkan dampak
berupa emisi, gangguan lalu lintas,
kebisingan, pencemaran udara, getaran, tata ruang,
dan dampak sosial.
8
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
3. a. Pengerukan perairan dengan capital dredging
- Volume
> 500.000 m3
Berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
sistem hidrologi dan ekologis yang lebih luas dari batas tapak
kegiatan itu sendiri, perubahan batimetri,
ekosistem, dan mengganggu proses-proses alamiah di
daerah perairan (sungai dan laut)
termasuk menurunnya produktivitas kawasan
yang dapat menimbulkan dampak sosial. Kegiatan ini
juga akan menimbulkan
gangguan terhadap lalu lintas pelayaran perairan.
b. Pengerukan
perairan sungai dan/atau laut dengan capital dredging yang memotong batu,
yang bukan termasuk material karang.
> 250.000 m3 atau
semua besaran yang menggunakan bahan peledak
c. penempatan hasil keruk di laut
- Volume, atau - Luas area
penempatan hasil keruk
> 500.000 m3
> 5 ha
Menyebabkan terjadinya perubahan
bentang lahan yang akan mempengaruhi
ekologis, hidrologi setempat.
4. Pembangunan pelabuhan dengan
salah satu fasilitas berikut:
a. Dermaga dengan bentuk konstruksi
sheet pile atau open pile
- Panjang, atau
- Luas
b. Dermaga dengan
konstruksi masif
> 200 m
> 6.000 m2
Semua besaran
a. Berpotensi menimbulkan
dampak penting terhadap perubahan arus
pantai/pendangkalan dan sistem hidrologi,
ekosistem, kebisingan dan dapat
b. mengganggu proses-
proses alamiah di daerah pantai (coastal processes).
Berpotensi
menimbulkan dampak terhadap ekosistem, hidrologi, garis pantai
9
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
dan batimetri serta mengganggu proses-proses alamiah yang
terjadi di daerah pantai
c. Penahan
gelombang (talud) dan/ atau pemecah gelombang (break water)
- Panjang
> 200 m
Berpotensi
menimbulkan dampak berupa emisi, gangguan lalulintas,
aksesibilitas transportasi,
kebisingan, getaran, gangguan pandangan, ekologis, dampak sosial
dan keamanan disekitar kegiatan serta membutuhkan area
yang luas. Kunjungan kapal yang
cukup tinggi dengan bobot sekitar 5.000-10.000 DWT serta draft kapal minimum 4-7 m sehingga kondisi
kedalaman yang dibutuhkan menjadi –5 s/d –9 m LWS
d. Fasilitas Terapung (Floating Facility)
> 10.000 DWT
Berpotensi menimbulkan dampak
berupa gangguan alur pelayaran, perubahan batimetri, ekosistem,
dan mengganggu proses-proses alamiah
di daerah pantai terutama apabila yang dibongkar muat
minyak mentah yang berpotensi
menimbulkan pencemaran laut dari tumpahan minyak.
5. Pembangunan Bandar udara untuk
fixed wing beserta fasilitasnya
- Landasan pacu, Panjang
- Terminal penumpang atau
terminal kargo, Luas
Semua pembangunan Bandar udara beserta
hasil studi rencana induk yang telah disetujui
> 1.200 m
> 10.000 m2
a. Termasuk kegiatan yang berteknologi
tinggi, harus memperhatikan ketentuan
keselamatan penerbangan dan
terikat dengan konvensi internasional
b. Berpotensi menimbulkna dampak berupa
kebisingan, getaran,
10
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
dampak sosial, keamanan negara, emisi dan
kemungkinan bangkitan transportasi baik
darat maupun udara.
c. Adanya ketentuan KKOP (Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan) yang
membatasi pemanfaatan ruang udara serta
berpotensi menimbulkan dampak sosial.
d. Dampak potensial berupa limbah
padat, limbah cair, udara dan bau yang dapat mengganggu
kesehatan. e. Pengoperasian jenis
pesawat yang dapat dilanyani oleh bandara.
f. Bandar udara akan mengubah bentuk lahan dan bentang
alam
Pembangunan Bandar udara untuk rotary wing membutuhkan
lahan tidak terlalu luas, tidak mengubah bentuk lahan dan
bentang alam
G. Bidang Teknologi Satelit
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1.
Pembangunan Dan
Pengoperasian Bandar Antariksa
- Semua besaran
- Untuk tujuan peluncuran satelit dapat ditujukan
untuk komersial maupun tidak
(kepentingan nasional).
1. Termasuk kegiatan
yang berteknologi tinggi, harus memperhatikan
ketentuan : a. Keamanan dan
keselamatan peluncuran dan terikat dengan
konvensi
11
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
internasional b. Keselamatan
penerbangan dan
terikat dengan konvensi internasional.
c. Ketentuan telekomunikasi
dan terikat dengan konvensi internasional.
2. Kegiatan ini memerlukan
persyaratan lokasi yang khusus (sepi penduduk, di daerah
katulistiwa/ekuator, dekat laut), teknologi canggih, dan tingkat
pengamanan yang tinggi.
3. Berpotensi menimbulkan dampak berupa
kebisingan, getaran, dampak sosial,
keamanan negara, emisi dan kemungkinan
kerusakan dan kerugian yang tidak terprediksi di darat,
laut dan udara. 4. Bangunan
peluncuran satelit dan fasilitas pendukung,
termasuk daerah penyangga, tertutup bagi masyarakat.
5. Adanya ketentuan Zona bahaya 1, 2
dan zona aman. 6. Zona bahaya 1 dan 2
ditetapkan sebagai
kawasan terbatas (restricted area).
7. Berdampak sosial, ekonomi dan politik baik nasional
maupun internasional.
8. Merupakan kawasan
stategis nasional.
12
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
2. Pembangunan Fasilitas Peluncuran Roket di darat dan
tujuan lainnya.
- Jarak jangkau > 300 Km
- Daya angkut
> 500 km - Kecepatan > 1000 Km/Jam
1. Termasuk kegiatan yang berteknologi tinggi, harus
memperhatikan ketentuan : a. Keamanan dan
keselamatan peluncuran dan
terikat dengan konvensi internasional
b. Keselamatan penerbangan dan
terikat dengan konvensi internasional.
2. Adanya ketentuan Zona bahaya 1, 2 dan zona aman.
3. Tidak termasuk untuk tujuan uji
coba dan penelitian yang berskala/besaran
dibawahnya karena hanya
mensyaratkan keamanan dan keselamatan teknis
peluncuran dan perlindungan korban apabila
terjadi musibah. 4. Bangunan
peluncuran roket dan fasilitas pendukung,
termasuk daerah penyangga, tertutup bagi masyarakat.
5. Merupakan kawasan stategis
nasional.
13
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
3. Pembangunan fasilitas pembuatan propelan Roket
- Skala besar - Bertujuan untuk
memenuhi
kebutuhan Bandar antariksa dan peluncuran roket
yang termasuk wajib Amdal.
1. Kegiatan ini termasuk kegiatan berbahaya;
2. Bahan-bahan digunakan mudah meledak dan/atau
terbakar 3. Tidak termasuk
propelan yang ditujukan untuk uji coba dan penelitian
yang dapat digolongkan
berskala kecil dan sedang.
4. Bangunan
pembuatan propelan dan fasilitas pendukung,
termasuk daerah penyangga, tertutup
bagi masyarakat. 5. Merupakan
kawasan stategis
nasional.
4. Pabrik Roket Semua besaran
Kegiatan Pabrikasi
roket mengandung kerahasiaan, teknologi canggih dan
memerlukan tingkat keamanan yang tinggi,
sehingga dipelukan lokasi yang jauh dari penduduk
5. Pembangunan
fasilitas uji static dan fasilitas peluncuran
roket
Semua besaran Kegiatan uji statik dan
peluncuran roket termasuk kegiatan yang mempunyai resiko
tingkat kebisingan yang tinggi, bahaya jatuhnya
roket dan timbulnya ledakan, sehingga memerlukan
persyaratan lokasi yang khusus (jauh dari penduduk, dekat laut
dan tingkat pengamanan yang
tinggi)
14
H. Bidang Perindustrian
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1. Industri semen (yang dibuat melalui produksi klinker)
Semua besaran
Industri semen dengan Proses Klinker adalah industri semen yang
kegiatannya bersatu dengan kegiatan penambangan,
dimana terdapat proses penyiapan bahan baku, penggilingan bahan
baku (raw mill process), penggilingan batubara (coal mill) serta proses pembakaran dan
pendinginan klinker (rotary kiln and clinker cooler). Umumnya dampak yang
ditimbulkan disebabkan oleh:
a. Debu yang keluar dari cerobong.
b. Penggunaan lahan yang luas.
c. Kebutuhan air cukup
besar (3,5 ton semen membutuhkan 1 ton air).
d. Kebutuhan energi cukup
besar baik tenaga listrik (110 – 140 kWh/ton) dan
tenaga panas (800 – 900 Kcal/ton).
e. Tenaga kerja besar (+ 1-2
TK/3000 ton produk). f. Potensi berbagai jenis
limbah: padat (tailing), debu (CaO, SiO2, Al2O3, FeO2) dengan radius 2-3
km, limbah cair (sisa cooling mengandung
minyak lubrikasi/pelumas), limbah gas (CO2, SOx,
NOx) dari pembakaran energi batubara, minyak
dan gas.
15
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
2.
Industri pulp atau industri pulp dan kertas yang
terintegrasi dengan Hutan Tanaman Industri,
Kapasitas
> 300.000 ton pulp
per tahun
1. Industri pulp atau industri pulp dan kertas yang terintegrasi dengan
HTI menggunakan bahan baku kayu yang berasal dari HTI dengan areal
yang luas serta banyak menyerap tenaga kerja.
2. Proses pembuatan pulp meliputi kegiatan penyiapan bahan baku,
pemasakan serpihan kayu, pencucian pulp,
pemutihan pulp (bleacing) dan pembentukan lembaran pulp yang
dalam prosesnya banyak menggunakan bahan-bahan kimia, sehingga
berpotensi menghasilkan limbah cair (BOD, COD,
TSS), limbah gas (H2S, SO2, NOX, Cl2) dan limbah padat (ampas kayu, serat
pulp, lumpur kering).
16
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
3. Industri petrokimia hulu
Semua besaran Industri petrokimia hulu adalah industri yang mengolah hasil tambang
mineral (kondensat) terdiri dari Pusat Olefin yang menghasilkan Benzena,
Propilena dan Butadiena serta Pusat Aromatik yang
menghasilkan Benzena, Toluena, Xylena, dan Etil Benzena.
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan
oleh: a. Kebutuhan lahan yang
luas.
b. Kebutuhan air cukup besar (untuk pendingin 1 l/dt/1000 ton produk).
c. Tenaga kerja besar. d. Kebutuhan energi relatif
besar (6-7 kW/ton produk) disamping bersumber dari listrik
juga energi gas. e. Potensi berbagai limbah:
gas (SO2 dan NOx), debu (SiO2), limbah cair (TSS, BOD, COD, NH4Cl) dan
limbah sisa katalis bekas yang bersifat B3.
Pengolahan batuan fosfat
untuk produksi asam fosfat berpotensi menghasilkan
limbah yang mengandung unsur radioaktif alam (TENORM), sehingga kajian
dampak dan pengelolaan dampak dalam Amdal untuk kegiatan ini harus memberi
perhatian khusus pada konsentrasi aktivitas deret U
atau Th > 1 bq/g
17
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
4. Kawasan Industri (termasuk komplek industri yang
terintegrasi)
Semua besaran
Kawasan industri (industrial estate) merupakan lokasi
yang dipersiapkan untuk berbagai jenis industri manufaktur yang masih
prediktif, sehingga dalam pengembangannya diperkirakan akan
menimbulkan berbagai dampak penting antara lain
disebabkan: a. Kegiatan grading
(pembentukan muka
tanah) dan run off (air larian).
b. Pengadaan dan pengoperasian alat-alat berat.
c. Mobilisasi tenaga kerja (90 – 110 TK/ha).
d. Kebutuhan pemukiman dan fasilitas sosial.
e. Kebutuhan air bersih
dengan tingkat kebutuhan rata-rata 0,55 – 0,75
l/dt/ha. f. Kebutuhan energi listrik
cukup besar baik dalam
kaitan dengan jenis pembangkit ataupun trace jaringan (0,1 MW/ha).
g. Potensi berbagai jenis limbah dan cemaran yang
masih prediktif terutama dalam hal cara pengelolaannya.
h. Bangkitan lalu lintas.
5. Industri galangan kapal dengan sistem
graving dock
≥ 50.000 DWT Sistem graving dock adalah galangan kapal yang
dilengkapi dengan kolam perbaikan dengan ukuran panjang 150 m, lebar 30 m,
dan kedalaman 10 m dengan sistem sirkulasi.
Pembuatan kolam graving ini dilakukan dengan mengeruk laut yang
dikhawatirkan akan menyebabkan longsoran
ataupun abrasi pantai. Perbaikan kapal berpotensi
menghasilkan limbah cair (air ballast, pengecatan
18
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
lambung kapal dan bahan kimia B3) maupun limbah gas dan debu
dari kegiatan sand blasting dan pengecatan.
Berpotensi menghasilkan limbah debu atau cairan
yang mengandung TENORM dari kegiatan sandblasting menggunakan slag mineral,
khususnya garnet dan tin slag, sehingga kajian
dampak dan pengelolaan dampak dalam Amdal untuk kegiatan ini harus
memberi perhatian khusus pada konsentrasi aktivitas
deret U atau Th > 1 Bq/g
6. Industri propelan,
amunisi dan bahan peledak
Semua besaran Industri amunisi dan bahan
peledak merupakan industri yang dalam proses
produksinya menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat B3, disamping
kegiatannya membutuhkan tingkat keamanan yang
tinggi.
7. Industri peleburan timah hitam
Semua besaran Berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia
8.
Kegiatan industri yang tidak termasuk
angka 1 sampai dengan angka 7 yang
menggunakan areal:
a. Urban:
- Metropolitan, luas
- Kota besar, luas - Kota sedang, luas - Kota kecil, luas
b. Rural/pedesaan,
luas
> 5 ha > 10 ha
> 15 ha > 20 ha
> 30 ha
Besaran untuk masing-masing tipologi kota
diperhitungkan berdasarkan:
a. Tingkat pembebasan lahan.
b. Daya dukung lahan;
seperti daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah,
tingkat kepadatan bangunan per hektar,
dan lain-lain. Umumnya dampak yang ditimbulkan berupa:
a. Bangkitan lalu lintas. b. Konflik sosial.
c. Penurunan kualitas lingkungan.
19
I. Bidang Pekerjaan Umum
Beberapa kegiatan pada bidang Pekerjaan Umum mempertimbangkan skala/besaran kawasan perkotaan (metropolitan, besar, sedang, kecil) yang
menggunakan kriteria yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku yang mengatur tentang penyelenggaraan penataan ruang (Peraturan Pemerintah
Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang) atau penggantinya.
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1. Pembangunan
Bendungan/Waduk atau Jenis
Tampungan Air lainnya
1) tinggi; atau
> 15 m
a. termasuk dalam kategori
“large dam” (bendungan besar)
b. Pada skala ini dibutuhkan spesifikasi khusus baik bagi material dan desain
konstruksinya c. pada skala ini diperlukan
quarry/borrow area yang
besar, sehingga berpotensi menimbulkan dampak
d. jika terjadi failure maka akan menimbulkan
bencana banjir
2) daya tampung
waduk, atau
≥ 500.000 m3 kegagalan bendungan pada
daya tampung ≥ 500.000 m3
3) luas genangan,
atau
> 200 ha a. pengadaan tanah untuk
tapak bendungan dan daerah genangan waduk
memerlukan pembebasan kawasan yang relatif luas dan menyangkut
keberlanjutan kehidupan penduduk dan ekosistem
b. akan mempengaruhi pola
iklim mikro pada kawasan disekitarnya dan ekosistem
pada daerah hulu dan hilir bendungan/waduk
2. Daerah irigasi a. pembangunan baru
dengan luas
≥ 3.000 ha
a. mengakibatkan perubahan pola iklim mikro dan ekosistem kawasan
b. selalu memerlukan bangunan utama (headworks) dan bangunan
penunjang (oppurtenants structures) yang besar
sehingga berpotensi untuk mengubah ekosistem yang
ada c. mengakibatkan mobilisasi
tenaga kerja yang
signifikan pada daerah sekitarnya, baik pada saat
20
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
pelaksanaan maupun setelah pelaksanaan
d. membutuhan pembebasan
lahan yang besar sehingga berpotensi menimbulkan dampak sosial
e. menyesuaikan dengan PP Nomor 20 Tahun 2006
tentang irigasi, terkait kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Pusat
untuk pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
dengan luas ≥ 3.000 ha
b. Peningkatan
dengan luas tambahan
> 1.000 ha a. Berpotensi menimbulkan
dampak negatif akibat perubahan ekosistem pada
kawasan tersebut. b. Memerlukan bangunan
tambahan yang berpotensi
untuk mengubah ekosistem yang ada.
c. Mengakibatkan mobilisasi manusia yang dapat menimbulkan dampak
sosial. d. Perubahan neraca air
c. Pencetakan sawah, luas (perkelompok)
> 500 ha a. Memerlukan alat berat dalam jumlah yang cukup banyak.
b. Perubahan Tata Air.
3. Pengembangan Rawa:
Reklamasi rawa untuk kepentingan irigasi
> 1.000 ha a. Berpotensi mengubah
ekosistem dan iklim mikro pada kawasan tersebut dan berpengaruh pada
kawasan di sekitarnya. b. Berpotensi mengubah
sistem tata air yang ada pada kawasan yang luas secara drastis.
4. Pembangunan Pengaman Pantai dan
perbaikan muara sungai: - Jarak dihitung tegak
lurus pantai
> 500 m
a. Pembangunan pada rentang kawasan pantai
selebar > 500 m berpotensi mengubah ekologi kawasan pantai dan muara sungai
sehingga berdampak terhadap keseimbangan
ekosistem yang ada. b. Gelombang pasang laut
(tsunami) di Indonesia
berpotensi menjangkau kawasan sepanjang 500 m
dari tepi pantai, sehingga diperlukan kajian khusus
21
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
untuk pengembangan kawasan pantai yang mencakup rentang lebih
dari 500 m dari garis pantai.
5. Normalisasi Sungai (termasuk sodetan) dan Pembuatan Kanal
Banjir
a. Kota besar/metropolitan
- Panjang, atau - Volume
pengerukan
> 5 km > 500.000 m3
a. Terjadi timbunan tanah galian di kanan kiri sungai yang menimbulkan
dampak lingkungan, dampak sosial, dan
gangguan. b. Mobilisasi alat besar dapat
menimbulkan gangguan
dan dampak c. Perubahan hidrologi dan
pengaliran air hujan (run-
off)
b. Kota sedang - Panjang, atau
- Volume pengerukan
> 10 km
> 500.000 m3
a. Terjadi timbunan tanah galian di kanan kiri sungai
yang menimbulkan dampak lingkungan, dampak sosial, dan
gangguan. b. Mobilisasi alat besar dapat
menimbulkan gangguan
dan dampak c. Perubahan hidrologi dan
pengaliran air hujan (run – off)
c. Pedesaan - Panjang, atau
- Volume pengerukan
> 15 km
> 500.000 m3
a. Terjadi timbunan tanah galian di kanan kiri sungai
yang menimbulkan dampak lingkungan, dampak sosial, dan
gangguan. b. Mobilisasi alat besar dapat
menimbulkan gangguan dan dampak
c. Perubahan hidrologi dan
pengaliran air hujan (run – off)
6. Pembangunan dan/atau
peningkatan jalan tol yang membutuhkan
pengadaan lahan diluar rumija (ruang milik jalan) dengan
skala/besaran panjang (km) dan
skala/besaran luas pengadaan lahan (ha):
a. Luas wilayah kegiatan operasi produksi
berkorelasi dengan luas penyebaran dampak
b. Memicu alih fungsi lahan beririgrasi teknis menjadi lahan permukiman dan
industri c. Bangkitan lalu lintas,
dampak kebisingan getaran, emisi yang tinggi,
22
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
a. di kota
metropolitan/besar
- panjang jalan dengan luas lahan
pengadaan lahan; atau
- Luas
pengadaan lahan
≥ 5 km dengan pengadaan lahan
>10 ha
≥ 30 ha
gangguan visual dan dampak sosial
b. di kota sedang
- panjang jalan dengan luas
pengadaan lahan; atau
- Luas pengadaan
lahan
≥ 5 km dengan pengadaan lahan > 20 ha
≥ 30 ha
a. Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan getaran, emisi yang tinggi,
gangguan visual dan dampak sosial
b. Ahli fungsi lahan
c. di pedesaan
- panjang jalan dengan luas pengadaan
lahan; atau
- luas pengadaan lahan
≥ 5 km dengan pengadaan lahan >30 ha
≥ 40 ha
a. Bangkitan lalu lintas,
dampak kebisingan getaran, emisi yang tinggi,
gangguan visual dan dampak sosial
b. Ahli fungsi lahan
7. Pembangunan dan/atau
peningkatan jalan dengan pelebaran yang membutuhkan
pengadaan lahan (di luar rumija):
a. di kota
metropolitan/besar
- panjang jalan dengan luas pengadaan
lahan; atau
- luas pengadaan lahan
≥ 5 km dengan pengadaan lahan >20 Ha
≥ 30 ha
Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi
yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial
b. di kota sedang
- panjang jalan dengan luas pengadaan
lahan; atau
≥ 5 km dengan pengadaan lahan >30 Ha
23
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
- luas pengadaan lahan
≥ 40 ha
c. Pedesaan
- panjang jalan dengan luas
pengadaan lahan; atau
- luas pengadaan
lahan
≥ 5 km dengan pengadaan lahan
>40 Ha ≥ 50 ha
8. a. Pembangunan
subway / underpass,
terowongan/ tunnel, jalan layang/flyover, dengan panjang
> 2 km
Berpotensi menimbulkan
dampak berupa perubahan kestabilan lahan (land subsidence), air tanah serta gangguan beupa dampak terhadap emisi, lalu lintas,
kebisingan, getaran, gangguan pandangan,
gangguan jaringan prasarana sosial (gas, listrik, air minum, telekomunikasi) dan dampak
sosial disekitar kegiatan tersebut
b. Pembangunan jembatan, dengan
panjang
> 500 m
9. Persampahan a. Pembangunan TPA
sampah domestik
pembuangan dengan sistem
controlled landfill/sanitary landfill termasuk
instalasi penunjangnya
- luas kawasan TPA, atau - kapasitas total
> 10 ha
≥ 100.000 ton
a. penyesuaian terhadap luas kawasan TPA dengan daya tampung TPA
b. Perubahan paradigma dari tempat
pembuangan/penampungan akhir menjadi tempat pengolahan akhir.
c. UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dimana konsep 3R menjadi
bagian dari deskripsi kegiatan Amdal TPA.
Bukan lagi “open dumping” tapi sebagai tempat pengolah akhir, sehingga
ada composting dan landfill gas (waste to energy). untuk insinerator biasanya
untuk kapasitas yang kecil (<100 ton per hari)
prosesnya kurang sempurna sehingga dampaknya dapat lebih
penting
b. TPA di daerah
pasang surut,
- luas landfill, atau
- kapasitas total
Semua
kapasitas/besaran
Pengaturan TPA ini lebih ketat
dari pada di wilayah lain. secara teknis, daerah pasang surut tidak direkomendasikan
untuk menjadi lahan TPA.
24
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
Tetapi untuk beberapa wilayah yang tidak punya pilihan wilayah lain maka
tetap dapat diperbolehkan membangun TPA di daerah pasang surut
c. Pembangunan transfer station
- kapasitas
≥ 500 ton/hari
lokasi transfer station pada umumnya terletak di dalam
atau di pinggiran kota dan dibangun pada luas lahan
yang terbatas
d. Pembangunan instalasi Pengolahan
Sampah Terpadu
- Kapasitas
≥ 500 ton/hari
guna mendorong minat swasta/masyarakat
e. Pengolahan dengan
insinerator
- kapasitas
Semua kapasitas
pengolahan sampah domestik
berapapun kapasitasnya harus dilengkapi dengan
amdal karena saat ini sampah domestik masih tercampur dengan limbah B3.
f. Composting Plant
- kapasitas
≥ 500 ton/hari
kapasitas composting plant diperbesar untuk mendorong minat swasta/masyarakat
dalam komposting
10. Air Limbah Domestik
a. Pembangunan Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), termasuk
fasilitas penunjangnya
- Luas, atau - Kapasitasnya
≥ 2 ha ≥ 11 m3/hari
a. Setara dengan layanan
untuk 100.000 orang. b. Dampak potensial berupa
bau, gangguan kesehatan, lumpur sisa yang tidak diolah dengan baik dan
gangguan visual.
b. Pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) limbah domestik
termasuk fasilitas penunjangnya
- Luas, atau - Beban organik
≥ 3 ha ≥ 2,4 ton/hari
Setara dengan layanan untuk 100.000 orang.
c. Pembangunan sistem perpipaan
air limbah, luas
a. Setara dengan layanan 100.000 orang.
b. Setara dengan 20.000 unit
25
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
layanan - Luas layanan,
atau
- Debit air limbah
≥ 500 ha
≥ 16.000 m3/hari
sambungan air limbah. c. Dampak potensial berupa
gangguan lalu lintas,
kerusakan prasarana umum, ketidaksesuaian atau nilai kompensasi
11. Pembangunan
saluran drainase (primer dan/atau
sekunder) di permukiman a. kota besar/
metropolitan, panjang
b. kota sedang,
panjang
≥ 5 km
≥ 10 km
Berpotensi menimbulkan
gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan
sarana umum, pencemaran di daerah hilir, perubahan tata air di sekitar jaringan,
bertambahnya aliran puncak dan perubahan perilaku masyarakat
di sekitar jaringan. Pembangunan drainase
sekunder di kota sedang yang melewati permukiman padat
12. Jaringan air bersih di kota besar /
metropolitan a. pembangunan
jaringan distribusi
- luas layanan
> 500 ha
Berpotensi menimbulkan dampak hidrologi dan persoalan keterbatasan air
Konflik sosial pemakaian air
di sepanjang jaringan pipa
b. pembangunan jaringan transmisi
- panjang
> 10 km
J. Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1. Pembangunan Perumahan dan
kawasan Permukiman dengan
pengelola tertentu : a. Kota Metropolitan,
luas
b. Kota besar, luas c. Kota sedang dan
kecil, luas
d. Untuk keperluan settlement transmigrasi
> 25 ha
> 50 ha >100 ha
> 2000 ha
Pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman berdasarkan: a. Hubungan antar
kawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup
diluar kawasan lindung;
b. Keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan lingkungan
hunian perdesaan; c. Keterkaitan antara
26
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
pengembangan lingkungan hunian perkotaan dengan
pengembangan lingkungan hunian perdesaan;
d. Keserasian tata kehidupan manusia
dengan lingkungan hidup;
e. Keseimbangan antara
kepentingan publik dan kepentingan
privat. f. Analisis teknis,
meliputi:
g. Tingkat pembebasan lahan.
h. Daya dukung lahan,
seperti daya dukung tanah, kapasitas
resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per-hektar
i. Tingkat kebutuhan air sehari-hari.
j. Limbah yang dihasilkan sebagai akibat hasil kegiatan
perumahan dan permukiman.
k. Efek pembangunan
terhadap lingkungan sekitar (mobilisasi
material, manusia, dan lalu lintas)
l. KDB (Koefisien dasar
bangunan) dan KLB (Koefisien luas bangunan).
m. Peningkatan air larian (run-off) yang
mengakibatkan banjir dihilirnya.
K. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
K.1 MINERAL BATUBARA
1. Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral dan Batubara
a. Luas Perizinan b. Luas daerah
≥ 200 ha
Luas wilayah kegiatan
operasi produksi berkorelasi dengan luas
penyebaran dampak
27
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
terbuka untuk pertambangan
≥ 50 ha (kumulatif pertahun)
2. Eksploitasi (Operasi
Produksi) Batubara a. Kapasitas,
dan/atau
b. Jumlah material penutup yang
dipindahkan
≥ 1.000.000 ton/tahun
≥ 4.000.000 bank cubic meter (bcm)/tahun
Jumlah pemindahan material berpengaruh
terhadap intensitas dampak yang akan
terjadi
3. Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral
logam a. Kapasitas biji,
dan/atau
b. Jumlah material penutup yang
dipindahkan
≥ 300.000 ton/tahun
≥ 1.000.000 ton/tahun
Jumlah pemindahan
material berpengaruh terhadap intensitas dampak yang akan
terjadi
4. Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral bukan logam atau
mineral batuan a. Kapasitas,
dan/atau
b. Jumlah material penutup yang
dipindahkan
≥ 500.000 m3/tahun
≥ 1.000.000 m3/tahun
Jumlah pemindahan material berpengaruh terhadap intensitas
dampak yang akan terjadi
5. Pengolahan dan pemurnian: a. mineral logam
b. mineral bukan
logam
c. batuan
d. batubara
e. mineral radioaktif
Semua besaran
≥ 500.000 m3/tahun
≥ 500.000 m3/tahun
≥ 1.000.000 m3/tahun
Semua besaran
a. Pengolahan dan pemurnian bijih berpotensi
menimbulkan dampak penting
b. Besarnya dampak
yang timbul dipengaruhi oleh
volume yang diolah
6. Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral radioaktif
Semua besaran (ton/tahun), kecuali untuk tujuan
penelitian dan pengembangan
a. Memberikan perubahan terhadap struktur dan stabilitas
tanah b. Memberikan
perubahan terhadap struktur dan stabilitas geologi
c. Meningkatkan paparan radiasi alam
28
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
akibat akibat perluasan sumber paparan
d. Menghasilkan limbah galian yang bersifat radioaktif
e. Berpotensi mengakibatkan
pencemaran tanah dan air tanah dalam jangka waktu yang
sangat lama f. Bersifat strategis dan
dapat mempengaruhi pertahanan dan keamanan Negara
7. Penambangan di laut Semua besaran
Berpotensi menimbulkan dampak
berupa perubahan batimetri, ekosistem pesisir dan laut,
mengganggu alur pelayaran dan proses-
proses alamiah di daerah pantai termasuk menurunnya
produktivitas kawasan yang dapat menimbulkan dampak
sosial, ekonomi, dan kesehatan terhadap
nelayan dan masyarakat sekitar.
8. Melakukan penempatan tailing di
bawah laut
Semua besaran Memerlukan lokasi khusus dan berpotensi
menimbulkan dampak berupa perubahan batimetri, ekosistem
pesisir dan laut, mengganggu alur
pelayaran dan proses-proses alamiah di daerah pantai termasuk
menurunnya produktivitas kawasan yang dapat
menimbulkan dampak sosial, ekonomi, dan
kesehatan terhadap nelayan dan masyarakat sekitar.
29
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
K.2 MINYAK DAN GAS BUMI
1. Eksploitasi Minyak
dan Gas Bumi serta pengembangan
produksi
a. di darat
1) lapangan minyak bumi
≥ 5.000 BOPD
a. Berpotensi menimbulkan dampak
terhadap kualitas air, udara dan tanah
b. Berpotensi menyebabkan prubahan ekosistem
c. berpotensi menimbulkan dampak
sosial dan ekonomi d. pertimbangan
ekonomis
2) lapangan gas bumi
≥ 30 MMSCFD
a. Berpotensi menimbulkan dampak
terhadap kualitas air, udara dan tanah
b. Berpotensi
menyebabkan prubahan ekosistem
c. berpotensi menimbulkan dampak sosial dan ekonomi
d. pertimbangan ekonomis
b. di laut 1) lapangan
minyak bumi 2) lapangan gas
bumi
≥ 15.000 BOPD
≥ 90 MMSCFD
Jumlah total lapangan semua sumur
a. Berpotensi menimbulkan dampak
terhadap kualitas air, udara dan tanah
b. Berpotensi menyebabkan prubahan ekosistem
c. berpotensi menimbulkan dampak sosial dan ekonomi
d. pertimbangan ekonomis
2. Pipanisasi minyak bumi, gas bumi dan bahan bakar minyak
di laut a. panjang, atau
b. tekanan
≥ 100 km
≥ 16 bar
a. Penyiapan area konstruksi berpotensi menimbulkan
gangguan terhadap daerah sensitif
b. Pemanfaatan area
yang cukup panjang lintas kabupaten/kota
30
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
dan provinsi serta berpotensi menimbulkan
gangguan aktivitas nelayan
c. tekanan operasi pipa
cukup tinggi sehingga dapat berpotensi
menimbulkan bahaya terhadap aktivitas nelayan, tambang
pasir dan alur pelayaran
3. Pembangunan Kilang a. Liquefied Petroleum
Gas (LPG)
b. Liquefied Natural Gas (LNG)
c. Minyak Bumi
50 MMSCFD
550 MMSCFD
10.000 BOPD
a. Berpotensi menimbulkan dampak
terhadap kualitas air, udara dan tanah
b. berpotensi menimbulkan dampak sosial dan ekonomi
c. Membutuhkan area yang cukup luas
d. Menggunakan B3 dalam proses
4. Terminal regasifikasi LNG (darat/laut)
≥ 550 MMSCFD a. Berpotensi menimbulkan dampak
terhadap kualitas air, udara
b. berpotensi
menimbulkan dampak sosial dan ekonomi
c. Berpotensi merubah bentang alam (di darat)
5. Kilang minyak
pelumas (termasuk fasilitas penunjang)
10.000 ton/tahun
a. Kilang minyak
pelumas yang menghasilkan produk pelumas jadi
b. Produk sampingan kilang minyak bumi
umumnya berupa lube base oil (bahan dasar pelumas), bukan
produk pelumas jadi
6. Pengembangan
lapangan Coal Bed Methane (CBM)/Gas
Metana Batubara pada tahap eksploitasi dan
pengembangan produksi yang mencakup:
Semua Besaran
a. Penyusunan amdal
dilakukan bersamaan dengan pengajuan
POD (Plan Of Development)
ketika sudah ada indikasi kelayakan pengembangan
31
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
a. Pemboran sumur produksi;
b. Pembangunan
fasilitas produksi dan fasilitas pendukung;
c. Kegiatan operasi produksi; dan
d. Pasca operasi
lapangan secara ekonomis dan teknis
b. Berpotensi
menimbulkan dampak penting terhadap kualitas tanah, air
dan udara c. Berpotensi
menimbulkan dampak sosial dan ekonomi
d. Berpotensi
menyebabkan perubahan ekosistem
K.3 KETENAGALISTRIKAN
1. Pembangunan
jaringan transmisi a. Saluran Udara
Tegangan Tinggi
b. Saluran Kabel Tegangan Tinggi
c. Kabel laut Tegangan Tinggi
> 150 kV
> 150 kV
> 150 kV
a. Keresahan
masyarakat karena harga tanah turun
b. adanya medan magnet
dan medan listrik c. aspek sosial, ekonomi
dan budaya terutama pada pembebasan lahan dan keresahan
masyarakat
2. Pembangunan
a. PLTD/PLTG/ PLTU/PLTGU
≥ 100 MW (dalam satu lokasi)
Berpotensi menimbulkan
dampak pada: a. Aspek fisik kimia,
terutama pada
kualitas udara (emisi ambient dan
kebisingan) dan kualitas air (ceceran minyak pelumas,
limbah bahang) serta air tanah
b. aspek sosial, ekonomi
dan budaya terutama pada pembebasan
lahan dan keresahan masyarakat
b. Pembangunan PLTP
≥ 55 MW
Berpotensi menimbulkan dampak pada: a. Aspek fisik kimia,
terutama pada kualitas udara (emisi, ambient dan
kebisingan) dan kualitas air (ceceran
minyak pelumas, limbah bahang) serta air tanah
b. aspek sosial, ekonomi dan budaya, terutama
pada saat pembebasan lahan
32
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
dan pemindahan penduduk
c. Pembangunan
PLTA dengan: - Tinggi bendung,
atau - Luas genangan,
atau
- Kapasitas daya (aliran langsung)
≥ 15 m
≥ 200 ha
≥ 50 MW
Berpotensi menimbulkan
dampak pada : a. aspek fisik-kimia,
terutama pada kualitas udara (bau dan kebisingan) dan
kualitas air b. aspek flora dan dan
fauna c. aspek sosial, ekonomi
dan budaya, terutama
pada pembebasan lahan
d. PLT Sampah (PLTSa) dengan
proses methane harvesting
≥ 30 MW
a. PLTSa merupakan kegiatan yang berada
di kawasan Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah, yang telah diwajibkan menyusun amdal
b. Secara teknologi, dampak yang timbul dapat ditanggulangi
c. Pengelolaan limbah, masuk dalam
kawasan pengelolaan limbah TPA sampah
e. Pembangunan pembangkit listrik dari jenis lain
(antara lain: PLT Surya, Angin, PLT Biomassa/
Gambut, PLT Bayu)
≥ 10 MW (Dalam satu lokasi)
a. Perubahan fungsi lahan
b. Berpotensi
menimbulkan dampak pada: 1) Aspek fisik-kimia,
terutama pada kualitas udara
(bau dan kebisingan) dan kualitas air
2) Aspek floran dan fauna
3) aspek sosial, ekonomi dan budaya, terutama
pada pembebasan lahan
c. Termasuk dalam
kategori “large dam” (bendungan besar)
d. kegagalan bendungan (dam break), akan mengakibatkan
gelombang banjir
33
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
(flood surge) yang sangat potensial untuk erusak
lingkungan di bagian hilirnya
e. pada skala ini dibutuhkan spesifikasi khusus
baik bagi material dan desain konstruksinya
f. pada skala ini
diperlukan quarry/burrow area
yang besar, sehingga berotensi menimbulkan dampak
g. dampak pada hidrologi
h. membutuhkan areal yang sangat luas
i. dampak visual
(pandang) j. dampak kebisingan
k. khusus penggunaan gambut berpotensi menimbulkan
gangguan terhadap ekosistem gambut
K.4 ENERGI BARU DAN TERBARUKAN
1. Panas Bumi Tahap Eksploitasi:
a. Luas perizinan (WKP Panas Bumi),
b. Luas daerah
terbuka untuk usaha panas bumi,
atau c. pengembangan
uap panas bumi
dan/atau pembangunan
PLTP (pengembangan panas bumi)
≥ 200 ha
≥ 50 ha
≥ 55 MW
Berpotensi menimbulkan dampak pada:
a. bentang alam, ekologi (flora, fauna dan biota air), geologi, dan
hidrologi b. kegiatan juga akan
berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
kualitas udara, kebisingan, lalu lintas
dan prasarana jalan, limbah padat dan B3, kualitas air, thermal effluent, serta dampak sosial ekonomi pada
masyarakat sekitar.
2. Pembangunan Kilang biofuel
≥ 30.000 ton/tahun
34
L. Bidang Pariwisata
Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan adalah gangguan terhadap ekosistem, hidrologi, bentang alam dan potensi konflik sosial.
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1. a. Kawasan
Pariwisata
b. Taman Rekreasi,
luas
Semua besaran
> 100 ha
Berpotensi menimbulkan
dampak berupa perubahan fungsi lahan/kawasan, gangguan lalu lintas,
pembebasan lahan, dan sampah.
2. Lapangan golf
(tidak termasuk driving range)
Semua besaran Berpotensi menimbulkan
dampak dari penggunaan pestisida/herbisida, limpasan
air permukaan (run off), serta kebutuhan air yang relatif besar.
M. Bidang Ketenaganukliran
Secara umum, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan dan penggunaan teknologi nuklir selalu memiliki potensi dampak dan risiko radiasi.
Persoalan kekhawatiran masyarakat yang selalu muncul terhadap kegiatan-kegiatan ini juga menyebabkan kecenderungan terjadinya dampak sosial.
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1. Pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir, yang meliputi:
a. Reaktor Daya Semua Kapasitas a. Pada tahap pra konstruksi yang
meliputi kegiatan survei dan pembebasan lahan
akan berpotensi menimbulkan
masalah sosial yaitu isu keberterimaan masyarakat terhadap
proyek b. Pada tahap
kontruksi yang
meliputi kegiatan pembangunan
reaktor nuklir akan mengakibatkan perubahan mendasar
terhadap: bentang alam, fungsi
35
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
ekologis, struktur tanah, peruntukan sumber daya air dan
lahan, tingkat kebisingan, jumlah dan keanekaragaman
flora dan fauna, struktur penduduk
dan proses penduduk, perubahan mata
pencaharian, dan perubahan tatanan
serta norma masyarakat.
c. Pada tahap operasi
akan beroperasi mengemisikan produk fisi,
meningkatkan temperatur air laut
hasil disipasi thermal dari air pendingin sekunder,
menghasilkan limbah radioaktif serta spent
fuel dalam jumlah berarti.
d. Pada tahap pasca
operasi yang meliputi kegiatan pembongkaran
fasilitas, dekontaminasi dan
remediasi akan meningkatkan volume limbah
radioaktif dan berpotensi menimbulkan ke
lingkungan. e. Bersifat strategis dan
dapat mempengaruhi pertahanan negara
b. Reaktor Non Daya > 100 kW thermal a. Pada tahap pra konstruksi yang meliputi kegiatan
survei dan pembebasan lahan akan berpotensi
menimbulkan masalah sosial yaitu
isu keberterimaan masyarakat terhadap proyek
36
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
b. Pada tahap kontruksi yang meliputi kegiatan
pembangunan reaktor nuklir akan mengakibatkan
perubahan mendasar terhadap: bentang
alam, fungsi ekologis, struktur tanah, peruntukan
sumber daya air dan lahan, tingkat
kebisingan, julah dan keanekaragaman flora dan fauna,
struktur penduduk dan proses penduduk,
perubahan mata pencaharian, dan
perubahan tatanan serta norma masyarakat.
c. Pada tahap operasi akan beroperasi
mengemisikan produk fisi, meningkatkan
temperatur air laut hasil disipasi thermal dari air pendingin
sekunder, menghasilkan limbah
radioaktif serta spent fuel dalam jumlah berarti.
d. Pada tahap pasca operasi yang meliputi kegiatan
pembongkaran fasilitas,
dekontaminasi dan remediasi akan meningkatkan
volume limbah radioaktif dan
berpotensi menimbulkan kontaminasi ke
lingkungan.
2. Pembangunan dan pengoperasian instalasi nuklir non reaktor, yang
37
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
meliputi kegiatan:
a. pengayaan bahan nuklir, konversi bahan
nuklir, dan/atau permurnian bahan
nuklir
Semua kapasitas
(kecuali untuk tujuan penelitian
dan pengembangan)
a. Persepsi dan keberterimaan
masyarakat terhadap proyek merupakan
dampak penting utama yang terjadi sebelum dan selama
proyek berjalan b. Bersifat strategis dan
dapat mempengaruhi pertahanan negara
c. Menghasilkan limbah
radioaktif dalam jumlah berarti
d. Berpotensi
menimbulkan emisi airbone dan lepasan
cairan yang bersifat radioaktif dan non radioaktif.
e. Berpotensi meningkatan
paparan radiasi di lingkungan
b. pengolahan ulang bahan bakar nuklir bekas
Semua kapasitas a. Persepsi dan keberterimaan
masyarakat terhadap proyek merupakan dampak penting
utama yang terjadi sebelum dan selama
proyek berjalan b. Bersifat strategis dan
dapat mempengaruhi
pertahanan negara c. Menghasilkan limbah
radioaktif dalam
jumlah berarti d. Berpotensi
menimbulkan emisi airbone dan lepasan cairan yang bersifat
radioaktif dan non radioaktif.
e. Berpotensi
meningkatan paparan radiasi di
lingkungan
c. penyimpanan sementara bahan bakar nuklir bekas
> 3.000 MW thermal
a. Persepsi dan keberterimaan masyarakat terhadap
proyek merupakan
38
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
dampak penting utama yang terjadi sebelum dan selama
proyek berjalan b. Bersifat strategis dan
dapat mempengaruhi
pertahanan negara c. Menghasilkan limbah
radioaktif dalam jumlah berarti
b. penyimpanan lestari Semua kapasitas
a. Persepsi dan keberterimaan
masyarakat terhadap proyek merupakan dampak penting
utama yang terjadi sebelum dan selama
proyek berjalan b. Berpotensi
menyebabkan
pencemaran tanah dan air tanah akibat
migrasi radionuklida c. Memberikan potensi
terjadinya perubahan
peruntukkan d. Bersifat strategis,
mempengaruhi
pertahanan negara
3. Pembangunan dan Pengoperasian Instalasi
Pengelolaan Limbah Radioaktif, yang meliputi kegiatan konstruksi dan
operasi tahap:
pengolahan limbah
radioaktif tingkat rendah dan sedang dan penyimpanan (disposal)
limbah radioaktif tingkat rendah dan sedang
Semua kapasitas
(kecuali untuk tujuan penelitian dan pengembangan)
a. Persepsi dan
keberterimaan masyarakat terhadap proyek merupakan
dampak penting utama yang terjadi
sebelum dan selama proyek berjalan
b. Berpotensi
menimbulkan emisi airbone dan air buangan yang
mengandung zat radioaktif
c. Berpotensi meningkatan paparan radiasi di
lingkungan
39
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
4 Produksi Radioisotop Semua kapasitas yang berasal dari reaksi fisi
a. Menghasilkan emisi airbone dan air buangan yang
mengandung zat radioaktif
b. Menghasilkan limbah
radioaktif dalam jumlah berarti
c. Berpotensi meningkatkan paparan radiasi di
lingkungan.
N. Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
Kegiatan yang menghasilkan limbah B3 berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, terutama kegiatan yang
dipastikan akan mengkonsentrasikan limbah B3 dalam jumlah besar sebagaimana tercantum dalam tabel. Kegiatan-kegiatan ini juga secara ketat diikat dengan perjanjian internasional (konvensi basel) yang mengharuskan
pengendalian dan penanganan yang sangat seksama dan terkontrol.
No. Jenis Kegiatan Skala/besaran Alasan ilmiah khusus
1. Industri jasa pengelolaan
limbah B3 yang melakukan kombinasi 2 (dua) atau lebih kegiatan meliputi:
pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan limbah
B3
Semua besaran a. Berpotensi
menimbulkan pencemar di udara berupa dioksin
dan furans b. Berpotensi
menimbulkan penurunan kualitas udara
ambient (debu, SOx, NOx, HF, HCl, As, Cd, Cr, Pb, Hg,
dan Tl) c. Berisiko terjadinya
lindi dari produk yang dihasilkan dan/atau landfill
yang menyebabkan
terlepasnya unsur dan/atau senyawa berbahaya dan
beracun ke lingkungan
2. Pemanfaatan limbah B3
a. Pemanfaatan limbah B3 sebagai bahan bakar sintetis pada kiln di industri
semen, kecuali pemanfaatan limbah B3 yang dihasilkan
Semua besaran a. Berpotensi menimbulkan pencemar di udara
berupa dioksin dan furans.
40
No. Jenis Kegiatan Skala/besaran Alasan ilmiah khusus
sendiri dan berasal dari 1 (satu) lokasi kegiatan
b. Berpotensi menimbulkan penurunan
kualitas udara ambien (debu, SOX, NOX, HF,
HCl, As, Cd, Cr, Pb, Hg, dan Tl).
b. Pemanfaatan limbah B3 dalam bentuk pembuatan
bahan bakar sintetis (fuel blending) dari limbah B3
Semua besaran Berpotensi menimbulkan
pencemar di udara berupa dioksin dan furans, dan/atau
gas-gas (fugitive emissions) berbahaya
lainnya
c. Pemanfaatan limbah B3
sebagai material alternatif pada industri semen, kecuali pemanfaatan yang
hanya menggunakan fly ash
Semua besaran a. Berpotensi
menimbulkan persebaran limbah B3 seperti limbah
B3 yang memiliki radioaktivitas.
b. Berisiko terjadinya
lindi dari produk yang dihasilkan
yang menyebabkan terlepasnya unsur
dan/atau senyawa berbahaya dan
beracun ke lingkungan.
d. Pemanfaatan limbah B3 oli
bekas sebagai bahan baku industri daur ulang
pelumas (lubricant), termasuk sebagai bahan
baku pembuatan base oil
Semua besaran Berpotensi
menimbulkan pencemaran
lingkungan berupa terlepasnya senyawa organik dan/atau
anorganik beracun ke udara ambien
dan/atau pencemaran lingkungan.
e. Pemanfaatan limbah B3 pelarut bekas (used solvents) untuk industri daur ulang pelarut
(solvents)
Semua besaran Berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan berupa terlepasnya senyawa
organik dan/atau anorganik beracun ke
udara ambien dan/atau pencemaran
lingkungan.
41
No. Jenis Kegiatan Skala/besaran Alasan ilmiah khusus
f. Pemanfaatan limbah B3 aki bekas melalui proses peleburan timbal (Pb)
Semua besaran Berpotensi menimbulkan pencemaran
lingkungan berupa terlepasnya senyawa organik dan/atau
anorganik beracun ke udara ambien
dan/atau pencemaran lingkungan.
g. Pemanfaatan limbah B3 batere dan/atau aki kering
bekas dengan pembentukan ingot
Semua besaran Berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan berupa terlepasnya senyawa
organik dan/atau anorganik beracun ke
udara ambien dan/atau pencemaran
lingkungan.
h. Pemanfaatan limbah B3
katalis bekas dalam bentuk daur ulang (recycle)
dan/atau perolehan kembali (recovery)
Semua besaran a. Berpotensi
menimbulkan pencemar di udara berupa dioksin
dan furans b. Berpotensi
menimbulkan penurunan kualitas udara
ambien (debu, SOX, NOX, HF,
HCl, As, Cd, Cr, Pb, Hg, dan Tl).
3 Pengolahan limbah B3
a. Pengolahan limbah B3 secara termal menggunakan
insinerator, kecuali mengolah limbah B3 yang
dihasilkan sendiri dan berasal dari 1 (satu) lokasi kegiatan
Semua besaran a. Berpotensi menimbulkan
pencemar di udara berupa dioxin dan
furans. b. Berpotensi
menimbulkan
penurunan kualitas udara ambien (debu,
SOX, NOX, HF, HCl, As, Cd, Cr,
Pb, Hg, dan Tl)
b. Pengolahan limbah B3
secara biologis (composting, biopile, landfarming, bioventing, biosparging, bioslurping, alternate electron acceptors, dan/atau
Semua besaran Pengolahan secara
biologis berpotensi menimbulkan pencemaran
lingkungan, terlepasnya senyawa
42
No. Jenis Kegiatan Skala/besaran Alasan ilmiah khusus
fitoremediasi), sebagai kegiatan utama (jasa pengolahan limbah B3)
organik dan/atau anorganik beracun ke udara ambien,
pencemaran tanah dan air.
c. Injeksi dan/atau Reinjeksi limbah B3 ke dalam formasi
Semua besaran a. Berpotensi terjadinya kegagalan
reinjeksi yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan
b. Berpotensi menyebabkan gangguan
terhadap pola geohidrologi
4 Penimbunan limbah B3 dengan landfill kelas 1, kelas 2,
dan/atau kelas 3
Semua besaran a. Keterbatasan pemanfaatan
ruang yang telah ditetapkan sebagai area landfill.
b. Pengelolaan dan pemantauan yang
wajib dilakukan dalam jangka panjang (minimal
30 tahun). c. Berisiko terjadinya
pelindian dari
landfill yang mencemari
lingkungan.
Daftar Singkatan: m = meter m2 = meter persegi
m3 = meter kubik bcm = bank cubic meter
km = kilometer km2 = kilometer persegi ha = hektar
l = liter dt = detik kW = kilowatt
kWh = kilowatt hour kV = kilovolt
MW = megawatt TBq = Terra Becquerel BOPD = barrel oil per day = minyak barrel per hari
MMSCFD = million metric square cubic feet per day = juta metrik persegi kaki kubik per hari
DWT = dead weight tonnage = bobot mati KK = kepala keluarga
43
LPG = Liquiefied Petroleum Gas = gas minyak bumi yang dicairkan LNG = Liquiefied Natural Gas = gas alam yang dicairkan
ROW = right of way = daerah milik jalan (damija) BOD = biological oxygen demand = kebutuhan oksigen biologis
COD = chemical oxygen demand = kebutuhan oksigen kimiawi DO = dissolved oxygen = oksigen terlarut
TSS = total suspended solid = total padatan tersuspensi TDS = total dissolved solid = total padatan terlarut
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA,
ttd BALTHASAR KAMBUAYA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,
Inar Ichsana Ishak
1
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2012
TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
BAGAN ALIR TATA CARA PENAPISAN UNTUK MENENTUKAN WAJIB
TIDAKNYA SUATU RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MEMILIKI
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
8 12
uji ringkasan informasi awal dengan daftar jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal
(Lampiran I)
Pemrakarsa mengisi ringkasan informasi
awal atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan
(Lampiran V)
Wajib
memiliki
amdal
Jika: a. rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan;
atau b. terdapat usaha dan/atau
kegiatan pendukung atas
usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan yang;
TERMASUK dalam daftar pada lampiran I
Jika: a. rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat usaha dan/atau kegiatan
pendukung atas usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan yang; TIDAK TERMASUK dalam daftar pada lampiran I
Apakah lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan berada di
dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan
lindung? Catatan:
1. Gunakan daftar kawasan lindung pada Lampiran III (kawasan lindung
dimaksud waijb ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundangan); dan
2. Gunakan kriteria berbatasan langsung dengan kawasan lindung
(Pasal 3 ayat (3)).
Wajib memiliki UKL-UPL
atau SPPL
Jika: a. rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas
usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan yang;
TIDAK BERADA di dalam dan/atau berbatasan langsung
dengan kawasan lindung
uji ringkasan informasi awal dengan kriteria pengecualian atas jenis daftar jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal yang
berada dalam dan/atau berbatasan langsung dengan
kawasan lindung (Pasal 3 ayat (4))
Jika: a. rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan; atau b. terdapat usaha dan/atau kegiatan
pendukung atas usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan yang;
TIDAK termasuk dalam kriteria pengecualian dalam Pasal 3 ayat (4)
Jika: a. rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas usaha
dan/atau kegiatan yang diusulkan yang;
BERADA di dalam dan/atau
berbatasan langsung dengan
kawasan lindung
Jika: a. rencana usaha
dan/atau kegiatan
yang diusulkan; atau b. terdapat usaha
dan/atau kegiatan pendukung atas usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan yang;
TERMASUK dalam kriteria pengecualian
dalam Pasal 3 ayat (4)
2
3
5 6 7
9
10
13
11
4 14
1
2
Keterangan:
1. Pemrakarsa mengisi ringkasan informasi awal atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan.
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan wajib sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku dan Peta Indikatif Penundaan Izin Baru yang
ditetapkan melalui Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011.
2. Uji ringkasan informasi dengan daftar jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki amdal (Lampiran I) 3. Jika:
a. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan yang;
TERMASUK dalam daftar pada lampiran I, maka: 4. Terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, disimpulkan
wajib memiliki amdal.
5. Jika: a. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; atau b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan yang; TIDAK TERMASUK dalam daftar pada lampiran I, maka:
6. Uji lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan apakah lokasi tersebut berada di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung? Catatan:
a. Gunakan daftar kawasan lindung pada Lampiran III (kawasan lindung dimaksud wajib ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundangan);
dan b. Gunakan kriteria berbatasan langsung dengan kawasan lindung (Pasal
3 ayat (3)).
7. Jika: a. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; atau b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan yang TIDAK BERADA di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan
lindung, maka: 8. Terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, disimpulkan
wajib memiliki UKL-UPL atau SPPL (Lihat Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup tentang UKL-UPL dan SPPL). 9. Jika:
a. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; atau b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan yang;
BERADA di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung, maka:
10. Uji ringkasan informasi dengan kriteria pengecualian atas jenis daftar
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan amdal yang berada dalam dan/atau berbatasan langsung dengan
kawasan lindung (Pasal 3 ayat (4)). 11. Jika:
a. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan yang;
TERMASUK dalam kriteria pengecualian dalam Pasal 3 ayat (4), maka:
3
12. Terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, disimpulkan wajib memiliki UKL-UPL atau SPPL (Lihat Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup tentang UKL-UPL dan SPPL). 13. Jika:
a. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan yang;
TIDAK termasuk dalam kriteria pengecualian dalam Pasal 3 ayat (4), maka:
14. Terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, disimpulkan
wajib memiliki Amdal.
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,
Inar Ichsana Ishak
1
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2012
TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
DAFTAR KAWASAN LINDUNG
Kawasan Lindung yang dimaksud dalam Peraturan Menteri ini sebagai berikut:
1. kawasan hutan lindung;
2. kawasan bergambut; dan
3. kawasan resapan air.
4. sempadan pantai;
5. sempadan sungai;
6. kawasan sekitar danau atau waduk;
7. suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut;
8. cagar alam dan cagar alam laut;
9. kawasan pantai berhutan bakau;
10. taman nasional dan taman nasional laut;
11. taman hutan raya;
12. taman wisata alam dan taman wisata alam laut;
13. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
14. kawasan cagar alam geologi ;
15. kawasan imbuhan air tanah;
16. sempadan mata air;
17. kawasan perlindungan plasma nutfah;
18. kawasan pengungsian satwa;
19. terumbu karang; dan
20. kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan 20
adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Penetapan kawasan lindung tersebut dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,
Inar Ichsana Ishak
1
LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2012
TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
KRITERIA PENAPISAN JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG
TIDAK TERMASUK DALAM DAFTAR JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
UNTUK DIUSULKAN KEPADA MENTERI UNTUK DAPAT DITETAPKAN SEBAGAI JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
Penapisan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak terdapat dalam daftar jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1
Lakukan pengisian terhadap daftar pertanyaan berikut, terkait lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan:
Apakah lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan:
Ya/Tidak/Ragu-ragu.
Jelaskan secara ringkas
Apakah hal tersebut akan berdampak
penting? Ya/Tidak/Ragu-ragu.
Kenapa?
1. Akan mengubah tata
guna lahan yang ada?
2. Akan mengubah kelimpahan, kualitas dan
daya regenerasi sumber daya alam yang berada
di lokasi?
3. Akan mengubah
kapasitas absorbsi lingkungan alami, khususnya daerah
berikut? a. Lahan basah b. Daerah pesisir
c. Area pegunungan dan hutan
d. Kawasan lindung alam dan taman nasional
e. Kawasan yang dilindungi oleh
peraturan
2
Apakah lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan:
Ya/Tidak/Ragu-ragu.
Jelaskan secara ringkas
Apakah hal tersebut akan berdampak
penting? Ya/Tidak/Ragu-ragu.
Kenapa?
perundangan f. Daerah yang memiliki
kualitas lingkungan yang telah melebihi
batas ambang yang ditetapkan
g. Daerah berpopulasi
padat h. Lansekap yang
memiliki nilai penting sejarah, budaya atau arkeologi
Langkah 2
Lakukan pengisian terhadap daftar pertanyaan berikut untuk menilai karakteristik rencana usaha dan/atau kegiatan.
Apakah rencana usaha
dan/atau kegiatan:
Ya/Tidak/Ragu-ragu. Jelaskan secara
ringkas
Apakah hal tersebut
akan berdampak penting?
Ya/Tidak/Ragu-ragu.
Kenapa?
1. Akan mengubah bentuk
lahan dan bentang alam?
2. Akan mengeksploitasi
sumber daya alam, baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharui?
3. Dalam proses dan kegiatannya akan
menimbulkan pemborosan,
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya?
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi
lingkungan alam, lingkungan buatan, serta
lingkungan sosial dan budaya?
5. Proses dan kegiatan yang
hasilnya akan mempengaruhi
pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau
3
Apakah rencana usaha dan/atau kegiatan:
Ya/Tidak/Ragu-ragu.
Jelaskan secara ringkas
Apakah hal tersebut akan berdampak
penting? Ya/Tidak/Ragu-ragu.
Kenapa?
perlindungan cagar budaya?
6. Akan mengintroduksi jenis tumbuh-tumbuhan,
jenis hewan, dan jasad renik?
7. Akan membuat dan menggunakan bahan hayati dan non-hayati?
8. Akan menerapkan teknologi yang
diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup?
9. Akan mempunyai risiko
tinggi, dan/atau mempengaruhi
pertahanan negara?
Jawaban “YA” merupakan indikasi bahwa jenis rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut wajib memiliki dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Langkah 3
Lakukan penentuan dampak penting untuk setiap jawaban ”YA” dari daftar pertanyaan pada Langkah 1 dan Langkah 2 menggunakan kriteria penentuan
dampak penting berikut: 1. jumlah manusia yang akan terkena dampak;
2. luas wilayah persebaran dampak; 3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak; 5. sifat kumulatif dampak; dan 6. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.
Langkah 4
Pelajari apakah dalam 10 tahun terakhir hasil implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dari jenis usaha dan/atau kegiatan dimaksud
menunjukkan bahwa: a. usaha dan/atau kegiatan dimaksud senantiasa menimbulkan dampak
penting negatif yang hampir serupa di seluruh wilayah Indonesia.
b. tidak tersedia ilmu pengetahuan dan teknologi, tata cara atau tata kerja untuk mengelola dampak penting negatif usaha dan/atau kegiatan
dimaksud, baik yang bersifat terintegrasi dengan proses produksi maupun terpisah dari proses produksi.
4
Langkah 5
Bila hasil analisis langkah 4 menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir dampak lingkungan usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak dikenali karakter dampaknya dan tidak tersedia ilmu pengetahuan, teknologi dan tata cara
untuk mengatasi dampak penting negatifnya, maka usaha dan/atau kegiatan dimaksud yang semula tergolong tidak wajib memiliki AMDAL dapat
digolongkan sebagai usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL.
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,
Inar Ichsana Ishak
1
LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2012
TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
RINGKASAN INFORMASI AWAL ATAS RENCANA USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN YANG AKAN DILAKUKAN PENAPISAN
Sebelum dilakukan penapisan terhadap jenis rencana usaha dan/atau kegiatan untuk menentukan wajib tidaknya rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut memiliki amdal, maka pemrakarsa wajib mengisi ringkasan informasi
awal sebagai berikut:
Identitas pemrakarsa
isi dengan identitas jelas pemrakarsa, termasuk di dalamnya: a. Nama badan usaha b. Nama penanggung jawab rencana usaha dan/atau kegiatan c. Alamat kantor/pabrik/lokasi d. Nomor telepon/fax e. Nama rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan untuk ditapis
(contoh: Rencana Pembangunan Industri Semen di Kecamatan X, Kabupaten Y, Provinsi Z, oleh PT ABCDE)
f. Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan (lengkapi dengan peta yang dapat ditampalkan/dioverlaykan dengan peta tata ruang yang berlaku sesuai ketentuan peraturan perundangan dan Peta Indikatif Penundaan Izin Baru yang ditetapkan melalui Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011)
NO.
HAL INFORMASI SKALA/BESARAN
KETERANGAN
/INFORMASI
TAMBAHAN 1. Rencana usaha
dan/atau kegiatan utama yang ditapis
[isi dengan informasi rinci mengenai deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan utama yang akan dilakukan penapisan] Contoh: PT ABCDE berencana melakukan kegiatan pembangunan dan pengoperasian industri semen dengan proses klinker
[tulis skala/besaran dari rencana usaha dan/atau kegiatan dimaksud] Contoh: Kapasitas produksi semen 300.000 ton/tahun
[isi dengan keterangan yang dianggap perlu]
2. Rencana usaha dan/atau kegiatan pendukung yang ditapis
isi dengan informasi rinci mengenai deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan pendukung yang akan dilakukan penapisan] Contoh: - Direncanakan pula
membangun jetty - Direncanakan pula untuk
melakukan penambangan kapur (quarry) di lokasi XXXX
- Direncanakan pula untuk melakukan pengambilan air tanah
Contoh: - Panjang jetty 100 m; - Luas quarry 100 ha; - kapasitas pengambilan
air tanah dengan debit 50 Liter/detik (dari 5 sumur dalam satu area seluas 1 ha)
3. Lokasi rencana usaha dan atau kegiatan
[isi dengan hasil analisis awal mengenai kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau
2
kegiatan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan, lampirkan pula peta yang dapat dioverlaykan dengan peta tata ruang wilayah yang berlaku] Catatan: lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan juga wajib sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku dan Peta Indikatif Penundaan Izin Baru
yang ditetapkan melalui Inpres Nomor 10 Tahun 2011 Contoh: Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan berada
pada koordinat: A (1003’45”LS dan 90034’12’’BT B (......) C (......) D (......) dan seterusnya
4. Tipe rencana usaha dan/atau kegiatan ditinjau dari tahapan pelaksanaannya
[isi dengan status rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, kaitannya dengan tahapan pelaksanaan, apakah pada tahap studi kelayakan, tahap eksplorasi, penyelidikan, survei, observasi dan/atau penelitian]
5. Tipe rencana usaha dan/atau kegiatan ditinjau dari telaahan budidaya atau non budidaya
[isi dengan tipe rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, apakah merupakan tipe kegiatan yang bersifat budidaya atau non budidaya] Contoh: - Kegiatan pengambilan
rotan di kawasan lindung adalah tipe kegiatan budidaya
- Kegiatan pembangunan pos jaga di kawasan lindung adalah kegiatan non budidaya
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Humas,
Inar Ichsana Ishak