Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
WALIKOTA BATU
PROVINSI JAWA TIMUR
PERATURAN DAERAH KOTA BATU
NOMOR 5 TAHUN 2018
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BATU
NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BATU,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan
Permusyawaratan Desa, Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2017 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun
2014 tentang Pemilihan Kepala Desa, Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan
dan Pemberhentian Perangkat Desa sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67
Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan
dan Pemberhentian Perangkat Desa, dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Desa;
Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Kota Batu (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 91, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4118);
SALINAN
Halaman 2 dari 33 hlm…
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Republik Indonesia
Nomor 5495);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
8. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5601);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan
Halaman 3 dari 33 hlm…
atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5717);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5864);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);
13. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007
tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2007
tentang Kerjasama Desa;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun
2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun
2014 tentang Pemilihan Kepala Desa sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 65 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun
2014 tentang Pemilihan Kepala Desa;
Halaman 4 dari 33 hlm…
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun
2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017
tentang Penataan Desa;
22. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015
tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa;
23. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015
tentang Pedoman Tata tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa;
24. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigarasi Nomor 3 Tahun 2015
tentang Pendampingan Desa;
25. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015
tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa;
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Desa;
27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat
Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Perangkat Desa;
28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintah Desa;
29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016
tentang Pengelolaan Aset Desa;
30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016
tentang Kewenangan Desa;
31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun
2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa;
32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017
tentang Penataan Desa;
Halaman 5 dari 33 hlm…
33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun
2014 tentang Pemilihan Kepala Desa sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 65 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 112 Tahun 2014
tentang Pemilihan Kepala Desa;
34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat
Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Perangkat Desa;
35. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 96 Tahun 2017
tentang Tata Cara Kerja Sama Desa di bidang
Pemerintahan Desa;
36. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018
tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga
Adat Desa;
37. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018
tentang Pengelolaan Keuangan Desa;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BATU
DAN
WALIKOTA BATU
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 1 TAHUN
2015 TENTANG DESA.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Batu
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Desa (Lembaran Daerah Kota
Batu Tahun 2015 Nomor 1/E) diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 36 diubah, sehingga Pasal 36
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 36
(1) Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah
dan Pemerintah Daerah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Halaman 6 dari 33 hlm…
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai daftar
kewenangan Desa dan Desa Adat diatur dengan
Peraturan Walikota.
2. Ketentuan Pasal 56 diubah, sehingga Pasal 56
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 56
(1) Perangkat Desa diangkat oleh kepala Desa dari
warga Desa yang telah memenuhi persyaratan
umum dan khusus.
(2) Persyaratan umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah sebagai berikut:
a. berpendidikan paling rendah sekolah
menengah umum atau yang sederajat;
b. berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan
42 (empat puluh dua) tahun;
c. dihapus; dan
d. memenuhi kelengkapan persyaratan
administrasi.
(3) Persyaratan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah sebagai berikut:
a. memiliki kemampuan mengoperasionalkan
komputer dengan baik minimal program
Microsoft word (MS) dan Microsoft Excel yang
dibuktikan dengan sertifikat atau surat
pernyataan di atas materai cukup;
b. berkelakuan baik, yang dibuktikan dengan
surat keterangan catatan kepolisian;
c. tidak pernah diberhentikan dengan tidak
hormat dari pegawai negeri, TNI/POLRI,
kepala desa, Perangkat Desa, atau pegawai
BUMN/BUMD/BUM Desa;
d. tidak pernah dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun
setelah selesai menjalani pidana penjara dan
mengumumkan secara jujur dan terbuka
kepada publik bahwa yang bersangkutan
pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku
kejahatan berulang-ulang;
e. tidak sedang dicabut hak pilihnya
berdasarkan putusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap;
Halaman 7 dari 33 hlm…
f. tidak terkait dan/atau bekerja pada instansi
pemerintah/swasta lainnya dengan waktu
kerja yang sama;
g. kepala dusun yang telah mendapatkan
keputusan pengangkatan dari Kepala Desa
harus bertempat tinggal di dusun tersebut;
dan
h. bagi calon Perangkat Desa yang berasal dari
BPD harus cuti dari keanggotaan BPD selama
proses pemilihan/pengangkatan Perangkat
Desa yang dibuktikan dengan surat
pernyataan bermaterai cukup.
3. Ketentuan Pasal 58 ditambahkan 1 (satu) ayat yakni
ayat (3), sehingga Pasal 58 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 58
(1) Pegawai Negeri Sipil Daerah setempat yang akan
diangkat menjadi Perangkat Desa harus
mendapatkan izin tertulis dari pejabat pembina
kepegawaian.
(2) Dalam hal Pegawai Negeri Sipil daerah setempat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpilih dan
diangkat menjadi Perangkat Desa, yang
bersangkutan dibebaskan sementara dari
jabatannya selama menjadi Perangkat Desa tanpa
kehilangan hak sebagai Pegawai Negeri Sipil.
(3) Pegawai Negeri Sipil yang terpilih dan diangkat
menjadi Perangkat Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berhak menerima haknya sebagai
pegawai negeri sipil, mendapatkan tunjangan
Perangkat Desa dan pendapatan lainnya yang sah
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
5. Ketentuan Pasal 60 diubah, sehingga Pasal 60
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 60
(1) Pendaftar Calon Perangkat Desa harus
menyerahkan surat permohonan yang ditulis
dengan tangan sendiri dengan dibubuhi materai
cukup, dialamatkan kepada Kepala Desa dengan
tembusan Camat, dilengkapi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56.
(2) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Perangkat
Desa, tugas Perangkat Desa yang kosong
dilaksanakan oleh pelaksana tugas yang
dirangkap oleh Perangkat Desa lain yang tersedia.
Halaman 8 dari 33 hlm…
(3) Pelaksana tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan oleh kepala Desa dengan surat
perintah tugas yang tembusannya disampaikan
kepada Walikota melalui Camat paling lama 7
(tujuh) hari terhitung sejak tanggal penugasan.
(4) Pengisian jabatan Perangkat Desa yang kosong
paling lama (dua) bulan sejak Perangkat Desa
yang bersangkutan berhenti.
(5) Pengisian jabatan Perangkat Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan dengan
cara:
a. mutasi jabatan antar Perangkat Desa di
lingkungan pemerintah Desa;
b. penjaringan dan penyaringan calon Perangkat
Desa.
(6) Pengisian Perangkat Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dikonsultasikan dengan Camat.
6. Diantara Pasal 62 dan Pasal 63 disisipkan 1 (satu)
Pasal yakni Pasal 62A, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 62A
(1) Perangkat Desa diberhentikan sementara oleh
Kepala Desa setelah berkonsultasi dengan Camat.
(2) Pemberhentian sementara Perangkat Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena:
a. ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak
pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau
tindak pidana terhadap keamanan negara;
b. dinyatakan sebagai terdakwa yang diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun berdasarkan register perkara di
pengadilan;
c. tertangkap tangan dan ditahan; dan
d. melanggar larangan sebagai Perangkat Desa
yang diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Perangkat Desa yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan
huruf b, diputus bebas atau tidak terbukti
bersalah berdasarkan keputusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
dikembalikan kepada jabatan semula.
7. Ketentuan Pasal 74 ayat (5) huruf b, huruf g, dan
huruf h diubah dan ditambahkan 1 (satu) ayat yakni
ayat (6), sehingga Pasal 74 berbunyi sebagai berikut:
Halaman 9 dari 33 hlm…
Pasal 74
(1) Walikota membentuk panitia pemilihan di tingkat
Kota.
(2) Panitia Pemilihan Kepala Desa di tingkat kota
diangkat dan diberhentikan oleh Walikota yang
dituangkan dalam Keputusan Walikota.
(3) Panitia Pemilihan Kepala Desa di tingkat Kota
mulai melaksanakan tugas terhitung sejak tanggal
Keputusan Walikota ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Masa tugas Panitia Pemilihan Kepala Desa di
tingkat Kota berakhir sampai seluruh tahapan
pemilihan Kepala Desa selesai.
(5) Panitia Pemilihan di tingkat Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. merencanakan, mengoordinasikan dan
menyelenggarakan semua tahapan
pelaksanaan pemilihan tingkat kota;
b. melakukan bimbingan teknis pelaksanaan
pemilihan Kepala Desa terhadap panitia
pemilihan Kepala Desa tingkat desa;
c. menetapkan jumlah surat suara dan kotak
suara;
d. memfasilitasi pencetakan surat suara dan
pembuatan kotak suara serta perlengkapan
lainnya;
e. menyampaikan surat suara dan kotak suara
dan perlengkapan pemilihan lainnya kepada
panitia pemilihan;
f. memfasilitasi penyelesaian permasalahan
pemilihan Kepala Desa tingkat kota;
g. melakukan pengawasan penyelenggaraan
pemilihan Kepala Desa dan melaporkan serta
membuat rekomendasi kepada Walikota; dan
h. melakukan evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan pemilihan.
(6) tugas panitia pemilihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf c, huruf d, dan huruf e
pelaksanaannya dapat ditugaskan kepada Desa.
8. Ketentuan Pasal 79 diubah, sehingga Pasal 79
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 79
(1) Biaya pemilihan Kepala Desa dan tugas panitia
pemilihan di tingkat kota yang pelaksanaannya
ditugaskan kepada Desa dibebankan pada APBD.
Halaman 10 dari 33 hlm…
(2) Pemilihan Kepala Desa antar waktu melalui
musyawarah Desa dibebankan pada APBDesa.
9. Ketentuan Pasal 80 diubah, sehingga Pasal 80
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 80
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Bhinneka Tunggal Ika;
d. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah
Menengah Pertama atau sederajat;
e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun
pada saat mendaftar;
f. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
g. dihapus;
h. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;
i. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali 5
(lima) tahun setelah selesai menjalani pidana
penjara dan mengumumkan secara jujur dan
terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan
pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku
kejahatan berulang-ulang dibuktikan dengan
surat keterangan dari Ketua Pengadilan;
j. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan
putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap;
k. berbadan sehat jasmani dan rohani;
l. bebas dari penyalahgunaan narkotika,
obat-obatan terlarang lainnya, dan HIV/AIDS;
m. tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga)
kali masa jabatan;
n. bagi calon Kepala Desa yang pernah menjabat
sebagai Kepala Desa, tidak memiliki tanggungan
tugas yang menjadi kewajibannya;
o. tidak dalam status sebagai Penjabat Kepala Desa;
Halaman 11 dari 33 hlm…
p. tidak sebagai pengurus suatu partai politik;
q. tidak sebagai anggota dan/atau organisasi
terlarang;
r. persyaratan lain adalah sebagai berikut:
1. surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa yang dibuat yang
bersangkutan di atas kertas segel atau
bermaterai cukup;
2. surat pernyataan memegang teguh dan
mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika,
yang dibuat oleh yang bersangkutan dia atas
kertas segel atau bermaterai cukup;
3. foto copy ijazah pendidikan formal dari
tingkat dasar sampai dengan ijazah terakhir
yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;
4. foto copy akta kelahiran yang telah dilegalisir
oleh pejabat yang berwenang atau surat
keterangan lahir;
5. surat pernyataan bersedia dicalonkan
menjadi Kepala Desa yang dibuat oleh yang
bersangkutan di atas kertas segel atau
bermaterai cukup;
6. foto copy Kartu Tanda Penduduk yang
berlaku dan telah dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang;
7. surat keterangan dari ketua pengadilan negeri
yang menerangkan bahwa tidak sedang
menjalani hukuman pidana penjara;
8. surat keterangan berbadan sehat dari dokter
puskesmas setempat;
9. surat keterangan bebas Narkoba yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang;
10. surat keterangan catatan kepolisian dari
kepolisian sektor setempat;
11. surat ijin tertulis dari pejabat yang berwenang
bagi Bakal Calon Kepala Desa yang berasal
dari PNS atau anggota TNI/Polri;
12. Perangkat Desa yang mencalonkan sebagai
Bakal Calon Kepala Desa melampirkan surat
cuti dari Kepala Desa.
13. anggota BPD yang mencalonkan sebagai
Bakal Calon Kepala Desa melampirkan surat
ijin tertulis dari Walikota.
Halaman 12 dari 33 hlm…
14. Bakal calon Kepala Desa wajib memenuhi
persyaratan tambahan sebagai berikut:
a) membuat dan menyerahkan permohonan
untuk menjadi Kepala Desa secara tertulis
di atas kertas segel atau bermaterai cukup
yang ditujukan kepada ketua panitia
pemilihan;
b) daftar riwayat hidup; dan
c) pas foto terbaru, ukuran 4x6 cm sejumlah
yang ditentukan panitia pemilihan.
10. Ketentuan Pasal 106 ayat (2) dan ayat (3) diubah,
sehingga Pasal 106 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 106
(1) Calon Kepala Desa yang memperoleh suara
terbanyak dari jumlah suara sah ditetapkan
sebagai calon Kepala Desa terpilih.
(2) Dalam hal calon Kepala Desa yang memperoleh
suara terbanyak lebih dari 1 (satu) orang, calon
terpilih ditetapkan berdasarkan wilayah perolehan
suara sah yang lebih luas.
(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan perolehan suara
yang lebih luas sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan Peraturan Walikota.
11. Diantara angka 3 dan angka 4 Pasal 128 huruf b
disisipkan 4 (empat) angka baru yakni angka 3a),
angka 3b), angka 3c), dan angka 3d), sehingga Pasal
128 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 128
Musyawarah desa yang diselenggarakan khusus untuk
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa antar waktu
dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan terhitung sejak Kepala Desa
diberhentikan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. sebelum penyelenggaraan musyawarah desa,
dilakukan kegiatan yang meliputi:
1. pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa
antarwaktu oleh BPD dalam jangka waktu
paling lama 15 (lima belas) hari terhitung
sejak Kepala Desa diberhentikan;
2. pengajuan biaya pemilihan dengan beban
APB Desa oleh panitia pemilihan kepada
penjabat Kepala Desa paling lambat dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak panitia terbentuk;
Halaman 13 dari 33 hlm…
3. pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh
penjabat Kepala Desa dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak diajukan oleh panitia pemilihan;
4. pengumuman dan pendaftaran Bakal Calon
Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan Kepala
Desa dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari;
5. penelitian kelengkapan persyaratan
administrasi bakal calon oleh Panitia
Pemilihan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari;
dan
6. penetapan calon Kepala Desa antarwaktu
oleh panitia pemilihan paling sedikit 2 (dua)
orang calon dan paling banyak 3 (tiga) orang
calon yang dimintakan pengesahan
musyawarah desa untuk ditetapkan sebagai
calon yang berhak dipilih dalam musyawarah
desa.
b. BPD menyelenggarakan musyawarah desa yang
meliputi kegiatan:
1. penyelenggaraan musyawarah desa dipimpin
oleh Ketua BPD yang teknis pelaksanaan
pemilihannya dilakukan oleh panitia
pemilihan;
2. pengesahan calon Kepala Desa yang berhak
dipilih oleh musyawarah desa melalui
musyawarah mufakat atau melalui
pemungutan suara;
3. pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa
oleh panitia pemilihan melalui mekanisme
musyawarah mufakat atau melalui
pemungutan suara yang telah disepakati oleh
musyawarah desa;
3a). peserta musyawarah desa sebagaimana
dimaksud pada angka 3 melibatkan unsur
masyarakat;
3b). unsur masyarakat sebagaimana dimaksud
pada angka 3a) berasal dari:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok perajin;
g. perwakilan kelompok perempuan;
h. perwakilan kelompok pemerhati dan
perlindungan anak;
i. perwakilan kelompok masyarakat tidak
mapan;
Halaman 14 dari 33 hlm…
j. perwakilan kelompok masyarakat desa
hutan.
k. unsur masyarakat lain sesuai dengan
kondisi sosial budaya masyarakat
setempat; dan
3c). unsur masyarakat sebagaimana dimaksud
pada angka 3b) huruf k diwakili paling
banyak 5 (lima) orang dari setiap Dusun.
3d). jumlah peserta musyawarah Desa dan unsur
masyarakat sebagaimana dimaksud pada
angka 3a) dan angka 3b) dibahas dan
disepakati bersama BPD dan Pemerintah
Desa dengan mempertimbangkan jumlah
penduduk yang mempunyai hak pilih di desa
yang ditetapkan dengan Keputusan BPD.
4. pelaporan hasil pemilihan calon Kepala Desa
oleh panitia pemilihan kepada musyawarah
desa;
5. pengesahan calon terpilih oleh musyawarah
desa;
6. pelaporan hasil pemilihan Kepala Desa
melalui musyawarah desa kepada BPD dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah
musyawarah desa mengesahkan calon Kepala
Desa terpilih;
7. pelaporan calon Kepala Desa terpilih hasil
musyawarah desa oleh ketua BPD kepada
Walikota paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah menerima laporan dari panitia
pemilihan;
8. penerbitan Keputusan Walikota tentang
pengesahan pengangkatan calon Kepala
Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sejak diterimanya laporan dari BPD; dan
9. pelantikan Kepala Desa oleh Walikota paling
lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan
keputusan pengesahan pengangkatan calon
Kepala Desa terpilih dengan urutan acara
pelantikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
12. Ketentuan Pasal 132 diubah, sehingga Pasal 132
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 132
(1) Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah
gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling
banyak 9 (sembilan) orang, dengan
memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk,
dan kemampuan keuangan desa.
Halaman 15 dari 33 hlm…
(2) Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditentukan berdasarkan jumlah
penduduk desa setempat dengan pengaturan
sebagai berikut:
a. jumlah penduduk sampai dengan 5000 (lima
ribu) jiwa, 5 (lima) orang anggota BPD;
b. jumlah penduduk 5001 (lima ribu satu)
sampai dengan 9000 (sembilan ribu) jiwa, 7
(tujuh) orang anggota BPD; dan
c. jumlah penduduk di atas 9001 (sembilan ribu
satu) jiwa, 9 (sembilan) orang anggota BPD.
(3) Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus mewakili masing-masing
wilayah dusun yang terdapat di desa tersebut.
(4) Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan oleh panitia pengisian
BPD dengan mempertimbangkan jumlah
penduduk secara proposional.
13. Ketentuan Pasal 133 ayat (3) diubah dan ditambahkan
4 (empat) ayat yakni ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan
ayat (7), sehingga Pasal 133 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 133
(1) Pengisian keanggotaan BPD dilaksanakan secara
demokratis melalui proses pemilihan secara
langsung atau musyawarah perwakilan dengan
menjamin keterwakilan perempuan.
(2) Dalam rangka proses pemilihan secara langsung
atau musyawarah perwakilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa membentuk
panitia pengisian keanggotaan BPD dan
ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.
(3) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling banyak berjumlah 11 (sebelas) orang yang
terdiri atas unsur Perangkat Desa paling banyak 3
(tiga) orang dan unsur masyarakat paling banyak
8 (delapan) orang.
(4) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) merupakan wakil dari wilayah pemilihan.
(5) Pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan
perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk memilih 1 (satu) orang
perempuan sebagai anggota BPD.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikecualikan dalam hal proses musyawarah
perwakilan tidak terdapat keterwakilan
perempuan yang bersedia menjadi anggota BPD.
Halaman 16 dari 33 hlm…
(7) Ketidakterwakilan perempuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dibuktikan dengan surat
keterangan dari Kepala Desa yang disahkan oleh
Camat.
14. Diantara Pasal 136 dan Pasal 137 disisipkan 1 (satu)
Pasal yakni Pasal 136A, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 136A
BPD mempunyai tugas:
a. menggali aspirasi masyarakat;
b. menampung aspirasi masyarakat;
c. mengelola aspirasi masyarakat;
d. menyalurkan aspirasi masyarakat;
e. menyelenggarakan musyawarah BPD;
f. menyelenggarakan musyawarah Desa;
g. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
h. menyelenggarakan musyawarah Desa khusus
untuk pemilihan Kepala Desa antarwaktu;
i. membahas dan menyepakati rancangan Peraturan
Desa bersama Kepala Desa;
j. melaksanakan pengawasan terhadap kinerja
Kepala Desa;
k. melakukan evaluasi laporan keterangan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
l. menciptakan hubungan kerja yang harmonis
dengan Pemerintah Desa dan lembaga Desa
lainnya; dan
m. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
15. Ketentuan Pasal 143 diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 143
(1) Kelembagaan BPD terdiri atas:
a. pimpinan; dan
b. ketua bidang.
(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdiri atas:
a. 1 (satu) orang ketua;
b. 1 (satu) orang wakil ketua; dan
c. 1 (satu) orang sekretaris.
(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas:
Halaman 17 dari 33 hlm…
a. bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa
dan pembinaan kemasyarakatan; dan
b. bidang pembangunan Desa dan
pemberdayaan masyarakat Desa.
(4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dipimpin oleh ketua bidang.
(5) Pimpinan BPD dan ketua bidang merangkap
sebagai anggota BPD.
16. Diantara Pasal 143 dan Pasal 144 disisipkan 3 (tiga)
Pasal yakni Pasal 143A, Pasal 143B, dan Pasal 143C,
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 143A
(1) Untuk mendukung pelaksanaan tugas
kelembagaan BPD diangkat 1 (satu) orang tenaga
staf administrasi BPD.
(2) Tata cara pengangkatan tenaga staf administrasi
BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 143B
(1) Pimpinan BPD dan ketua bidang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 143 ayat (1) dipilih dari
dan oleh anggota BPD secara langsung dalam
rapat BPD yang diadakan secara khusus.
(2) Rapat pemilihan pimpinan BPD dan ketua bidang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan
dibantu oleh anggota termuda.
(3) Rapat pemilihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan paling lama 3 (tiga) hari
terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.
(4) Rapat pemilihan pimpinan dan/atau ketua bidang
berikutnya karena pimpinan dan/atau ketua
bidang berhenti, dipimpin oleh ketua atau
pimpinan BPD lainnya berdasarkan kesepakatan
pimpinan BPD.
Pasal 143C
(1) Pimpinan dan ketua bidang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 143B ayat (1) yang terpilih,
ditetapkan dengan Keputusan BPD.
Halaman 18 dari 33 hlm…
(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mulai berlaku setelah mendapatkan
pengesahan Camat atas nama Walikota.
17. Diantara Pasal 148 dan Pasal 149 disisipkan 4 (empat)
Pasal yakni Pasal 148A, Pasal 148B, Pasal 148C, dan
Pasal 148D, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 148A
(1) Anggota BPD yang berhenti antarwaktu
digantikan oleh calon anggota BPD nomor urut
berikutnya berdasarkan hasil pemilihan anggota
BPD.
(2) Dalam hal calon anggota BPD nomor urut
berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meninggal dunia, mengundurkan diri atau tidak
lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota BPD,
digantikan oleh calon anggota BPD nomor urut
berikutnya.
Pasal 148B
(1) Paling lama 7 (tujuh) hari sejak anggota BPD yang
diberhentikan antarwaktu ditetapkan, Kepala
Desa menyampaikan usulan nama calon
pengganti anggota BPD yang diberhentikan
kepada Walikota melalui Camat.
(2) Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya
usulan anggota BPD yang diberhentikan
antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Camat menyampaikan usulan nama calon
pengganti anggota BPD yang diberhentikan
kepada Walikota.
(3) Walikota meresmikan calon pengganti anggota
BPD menjadi anggota BPD dengan keputusan
Walikota paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
disampaikannya usul penggantian anggota BPD
dari Kepala Desa.
(4) Peresmian anggota BPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) mulai berlaku sejak pengambilan
sumpah/janji dan dipandu oleh Walikota atau
pejabat yang ditunjuk.
(5) Setelah pengucapan sumpah/janji sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilanjutkan
penandatanganan berita acara pengucapan
sumpah/janji.
Halaman 19 dari 33 hlm…
Pasal 148C
(1) Masa jabatan anggota BPD antarwaktu
melanjutkan sisa masa jabatan anggota BPD yang
digantikannya.
(2) Masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dihitung 1 (satu) periode.
Pasal 148D
(1) Penggantian antar waktu anggota BPD tidak
dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota
BPD yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan.
(2) Keanggotaan BPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kosong sampai berakhirnya masa jabatan
anggota BPD.
18. Ketentuan Pasal 149 ayat (2) ditambahkan 7 (tujuh)
huruf baru yakni huruf e, huruf f, huruf g, huruf h,
huruf i, huruf j, huruf k, ayat (3) diubah, dan
ditambahkan 4 (empat) ayat baru yakni ayat (4), ayat
(5), ayat (6), dan ayat (7) sehingga Pasal 149 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 149
(1) Anggota BPD berhenti karena:
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau
c. diberhentikan.
(2) Anggota BPD diberhentikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c karena:
a. berakhir masa keanggotaan;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara
berkelanjutan atau berhalangan tetap secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota
BPD;
d. melanggar larangan sebagai anggota BPD;
e. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode
etik BPD;
f. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak
pidana dengan ancaman pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih;
Halaman 20 dari 33 hlm…
g. tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau
rapat BPD lainnya yang menjadi tugas dan
kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali
berturut-turut tanpa alasan yang sah;
h. adanya perubahan status Desa menjadi
kelurahan, penggabungan 2 (dua) Desa atau
lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, pemekaran
atau penghapusan Desa; atau
i. bertempat tinggal di luar wilayah asal
pemilihan;
j. ditetapkan sebagai calon Kepala Desa;
dan/atau
k. tidak melaksanakan kewajiban.
(3) Pemberhentian anggota BPD diusulkan oleh
pimpinan BPD berdasarkan hasil musyawarah
BPD kepada Walikota melalui Kepala Desa.
(4) Kepala Desa menindaklanjuti usulan
pemberhentian anggota BPD kepada Walikota
melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak
diterimanya usul pemberhentian.
(5) Camat menindaklanjuti usulan pemberhentian
anggota BPD kepada Wali kota paling lama 7
(tujuh) hari sejak diterimanya usul
pemberhentian.
(6) Walikota meresmikan pemberhentian anggota BPD
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
usul pemberhentian anggota BPD.
(7) Peresmian pemberhentian anggota BPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dengan Keputusan Walikota.
19. Diantara Pasal 149 dan Pasal 150 disisipkan 2 (dua)
Pasal yakni Pasal 149A dan Pasal 149B, sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 149A
(1) Anggota BPD diberhentikan sementara oleh
Walikota setelah ditetapkan sebagai tersangka
dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar,
dan/atau tindak pidana terhadap keamanan
negara.
Halaman 21 dari 33 hlm…
(2) Dalam hal anggota BPD yang diberhentikan
sementara berkedudukan sebagai pimpinan BPD,
diikuti dengan pemberhentian sebagai pimpinan
BPD.
(3) Dalam hal pimpinan BPD diberhentikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pimpinan
BPD lainnya memimpin rapat pemilihan pimpinan
BPD pengganti antar waktu.
Pasal 149B
(1) Dalam rangka menciptakan hubungan kerja yang
harmonis dengan Pemerintah Desa dan lembaga
Desa lainnya, BPD dapat mengusulkan kepada
Kepala Desa untuk membentuk Forum
Komunikasi Antar Kelembagaan Desa atau
FKAKD.
(2) Forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari unsur Ketua/Kepala kelembagaan
Desa yang telah terbentuk.
(3) Forum sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.
(4) Tugas forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyepakati dan menyelesaikan berbagai
permasalahan aktual di desa.
20. Diantara Pasal 218 dan Pasal 219 disisipkan 1 (satu)
Pasal yakni Pasal 218A, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 218A
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kerja Sama Desa
diatur dengan Peraturan Walikota.
21. Diantara Pasal 244 dan Pasal 245 disisipkan 1 (satu)
Pasal yakni Pasal 244A, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 244A
Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Usaha Milik
Desa diatur dengan Peraturan Walikota.
22. Ketentuan Pasal 254 ayat (11) diubah, sehingga Pasal
254 berbunyi sebagai berikut:
Halaman 22 dari 33 hlm…
Pasal 254
(1) Pengurus RT terdiri dari:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Bendahara;
d. Bidang-bidang; dan
e. Anggota adalah penduduk setempat yang
terdaftar pada kartu keluarga yang diwakili
oleh kepala keluarga.
(2) Pengurus RW terdiri dari:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Bendahara;
d. Bidang-bidang; dan
e. Anggota adalah RT yang diwakili oleh
Pengurus RT.
(3) Bidang-bidang pada pengurus RT dan pengurus
RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) terdiri dari:
a. Bidang Agama;
b. Bidang Pendidikan;
c. Bidang Kesehatan;
d. Bidang Pembangunan, Ekonomi, dan
Koperasi;
e. Bidang Kependudukan dan Keluarga
Berencana;
f. Bidang Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat;
g. Bidang Sosial, Budaya, Pemuda dan
Olahraga;
h. Bidang Lingkungan Hidup; dan
i. Bidang Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga.
(4) Pemilihan ketua RT sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, dilakukan secara musyawarah
untuk mufakat oleh warga RT yang bersangkutan
dan difasilitasi oleh kepala desa atau penjabat
kepala desa dan atau ketua RW yang
bersangkutan;
(5) Pemilihan ketua RW sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dilakukan secara musyawarah
untuk mufakat oleh warga RW yang bersangkutan
yang diwakili oleh unsur pengurus RT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
huruf b, huruf c, dan huruf d yang difasilitasi oleh
kepala desa atau penjabat Kepala Desa.
Halaman 23 dari 33 hlm…
(6) Dalam hal pemilihan ketua RT dan ketua RW
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
melalui musyawarah tidak diperoleh kesepakatan
maka dilakukan dengan cara pemilihan dengan
suara terbanyak.
(7) Pemilihan ketua RT dan ketua RW sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dianggap sah
apabila sekurang-kurangnya dihadiri oleh 50%
(lima puluh perseratus) ditambah 1 (satu) dari
jumlah hak pilih.
(8) Pengisian personil sekretaris, bendahara, dan
bidang-bidang RT dan RW sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) huruf b, huruf c dan
huruf d, dilakukan oleh ketua dengan
memperhatikan masukan dan saran warga RT dan
RW yang bersangkutan.
(9) Hasil pemilihan dan pengisian pengurus RT dan
pengurus RW sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dituangkan dalam berita acara dan
dilaporkan kepada kepala desa untuk ditetapkan
dan disahkan dengan Keputusan Kepala Desa.
(10) Penetapan dan pengesahan pengurus RT dan
pengurus RW oleh kepala desa dilaporkan kepada
walikota melalui Camat.
(11) Masa bakti pengurus RT dan pengurus RW selama
5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali paling
banyak 2 (dua) kali secara berturut-turut atau
tidak secara berturut-turut.
23. Ketentuan Pasal 259 ditambahkan 1 (satu) ayat yakni
ayat (4), sehingga Pasal 259 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 259
(1) Karang Taruna dapat dibentuk di desa sesuai
kebutuhan yang ditetapkan dengan Peraturan
Kepala Desa atau penjabat Kepala Desa.
(2) Pembentukan, susunan pengurus, syarat menjadi
pengurus, dan masa bhakti pengurus Karang
Taruna diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) beranggotakan para pemuda warga masyarakat
setempat.
Halaman 24 dari 33 hlm…
(4) Masa bakti pengurus Karang Taruna selama 5
(lima) tahun dan dapat dipilih kembali paling
banyak 2 (dua) kali secara berturut-turut atau
tidak secara berturut-turut.
24. Ketentuan Pasal 263 ayat (4) diubah, sehingga Pasal
263 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 263
(1) Pengurus LPMD terdiri dari:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Bendahara; dan
d. Bidang-bidang
(2) Bidang-bidang LPMD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, terdiri dari:
a. Bidang Agama;
b. Bidang Pendidikan;
c. Bidang Kesehatan;
d. Bidang Pembangunan, Ekonomi, dan
Koperasi;
e. Bidang Kependudukan dan Keluarga
Berencana;
f. Bidang Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat;
g. Bidang Sosial, Budaya, Pemuda dan
Olahraga; dan
h. Bidang Lingkungan Hidup.
(3) Pengurus LPMD ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa.
(4) Masa bakti pengurus LPMD selama 5 (lima) tahun
dan dapat dipilih kembali paling banyak 2 (dua)
kali secara berturut-turut atau tidak secara
berturut-turut.
25. Ketentuan Pasal 298 diubah, sehingga Pasal 298
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 298
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Aset
Desa dan pengadaan barang dan/atau jasa di desa
diatur dengan Peraturan Walikota.
Halaman 25 dari 33 hlm…
26. Ketentuan Pasal 301 diubah, sehingga Pasal 301
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 301
(1) Perangkat Desa yang diangkat sebelum
ditetapkannya Peraturan Daerah ini tetap
melaksanakan tugas sampai habis masa tugasnya
berdasarkan surat keputusan pengangkatannya.
(2) Perangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang diangkat secara periodisasi yang telah habis
masa tugasnya dan berusia kurang dari 60 (enam
puluh) tahun dapat diangkat sampai dengan usia
60 (enam puluh) tahun.
(3) Perangkat Desa yang berstatus sebagai Pegawai
Negeri Sipil menyesuaikan dengan Peraturan
Daerah ini paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Batu.
Ditetapkan di Batu
pada tanggal 23 Oktober 2018
Diundangkan di Batu pada tanggal 24 Oktober 2018
SEKRETARIS DAERAH KOTA BATU,
TTD
ZADIM EFFISIENSI
LEMBARAN DAERAH KOTA BATU TAHUN 2018 NOMOR 5/E
NO REG PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 309-5/2018
WALIKOTA BATU,
TTD
DEWANTI RUMPOKO
Halaman 26 dari 33 hlm…
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 5 TAHUN 2018
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BATU
NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG DESA
I. UMUM
bahwa untuk melaksanakan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa,
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Kepala Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Kepala Desa, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83
Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 67 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian
Perangkat Desa, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun
2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa,
perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan atas Peraturan
Daerah Kota Batu Nomor 1 Tahun 2015 tentang Desa.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Halaman 27 dari 33 hlm…
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 62A
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 74
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 79
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 80
Halaman 28 dari 33 hlm…
Cukup jelas.
Pasal 106
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 128
Huruf a
angka 1
Cukup jelas.
angka 2
Cukup jelas.
angka 3
Cukup jelas.
angka 4
Cukup jelas.
angka 5
Cukup jelas.
angka 6
Cukup jelas.
Huruf b
angka 1
Cukup jelas.
angka 2
Cukup jelas.
angka 3
Cukup jelas.
angka 3a
Cukup jelas.
angka 3b
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Halaman 29 dari 33 hlm…
Cukup jelas.
Huruf i
Yang dimaksud dengan masyarakat tidak mapan
yaitu masyarakat yang memiliki kemampuan
tingkat ekonomi rendah.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
angka 3c
Cukup jelas.
angka 3d
Cukup jelas.
angka 4
Cukup jelas.
angka 5
Cukup jelas.
angka 6
Cukup jelas.
angka 7
Cukup jelas.
angka 8
Cukup jelas.
angka 9
Cukup jelas.
Pasal 132
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 133
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Halaman 30 dari 33 hlm…
Pasal 136
Cukup jelas.
Pasal 143
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 143A
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 143B
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 143C
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 148A
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 148B
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Halaman 31 dari 33 hlm…
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 148C
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 148D
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 149
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 149A
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 149B
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Halaman 32 dari 33 hlm…
Cukup jelas.
Pasal 218A
Cukup jelas.
Pasal 244A
Cukup jelas.
Pasal 254
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Ayat (11)
Cukup jelas.
Pasal 259
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 263
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Halaman 33 dari 33 hlm…
Cukup jelas.
Pasal 298
Cukup jelas.
Pasal 301
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.