13
SAMBUNGAN LAS Proses pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan menggunakan energi panas. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang lainnya. Di samping itu segi operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah. Terkadang dua logam yang disambung dapat menyatu secara langsung, namun terkadang masih diperlukan bahan tambahan lain agar deposit logam lasan terbentuk dengan baik, bahan tersebut disebut bahan tambah (filler metal). Filler metal biasanya berbentuk batangan, sehingga biasa dinamakan welding rod (Elektroda las). Pada proses las, welding rod dibenamkan ke dalam cairan logam yang tertampung dalam suatu cekungan yang disebut welding pool dan secara bersama-sama membentuk deposit logam lasan, cara seperti ini dinamakan Las Listrik atau SMAW (Shielded metal Arch welding) Sambungan las adalah ikatan dua buah logam atau lebih yang terjadi karena adanya proses difusi dari logam tersebut. Proses difusi dalam sambungan las dapat dilakukan dengan kondisi padat maupun cair. Dalam terminologi las, kondisi padat disebut Solid state welding (SSW) atau Presure welding dan kondisi cair disebut Liquid state welding (LSW) atau Fusion welding. Proses SSW biasanya dilakukan dengan tekanan sehingga proses ini disebut juga Presure welding Presure welding. Proses SSW

Sambungan Las

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sambungan Las

SAMBUNGAN LAS

Proses pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan menggunakan

energi panas. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai

kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi

kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang

lainnya. Di samping itu segi operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih

sederhana dan relatif murah.

Terkadang dua logam yang disambung dapat menyatu secara langsung, namun

terkadang masih diperlukan bahan tambahan lain agar deposit logam lasan terbentuk

dengan baik, bahan tersebut disebut bahan tambah (filler metal). Filler metal biasanya

berbentuk batangan, sehingga biasa dinamakan welding rod (Elektroda las). Pada proses las,

welding rod dibenamkan ke dalam cairan logam yang tertampung dalam suatu cekungan

yang disebut welding pool dan secara bersama-sama membentuk deposit logam lasan, cara

seperti ini dinamakan Las Listrik atau SMAW (Shielded metal Arch welding)

Sambungan las adalah ikatan dua buah logam atau lebih yang terjadi karena adanya

proses difusi dari logam tersebut. Proses difusi dalam sambungan las dapat dilakukan

dengan kondisi padat maupun cair. Dalam terminologi las, kondisi padat disebut Solid state

welding (SSW) atau Presure welding dan kondisi cair disebut Liquid state welding (LSW) atau

Fusion welding.

Proses SSW biasanya dilakukan dengan tekanan sehingga proses ini disebut juga

Presure welding Presure welding. Proses SSW memiliki beberapa kelebihan, diantaranya

adalah dapat menyambung dua buah material atau lebih yang tidak sama, proses cepat,

presisi, dan hampir tidak memiliki daerah terpengaruh panas (heat affected zone / HAZ).

Namun demikian SSW juga mempunyai kelemahan yaitu persiapan sambungan dan

prosesnya rumit, sehingga dibutuhkan ketelitihan sangat tinggi.

LSW merupakan proses las yang sangat populer di kalangan masyarakat kita,

sambungan las terjadi karena adanya pencairan ujung kedua material yang disambung.

Energi panas yang digunakan untuk mencairkan material berasal dari busur listrik, tahanan

listrik, pembakaran gas, dan juga beberapa cara lain diantaranya adalah sinar laser, sinar

electron, dan busur plasma. Penyambungan material dengan cara ini mempunyai

Page 2: Sambungan Las

persyaratan material harus sama, karena untuk mendapatkan sambungan yang sempurna

suhu material harus sama, jika tidak proses penyambungan tidak akan terjadi. Kelebihan

metode pengelasan ini adalah proses dan persiapan sambungan tidak rumit, beaya murah,

pelaksanaannya mudah. Kelemahannya adalah memerlukan juru las yang terampil,

terjadinya HAZ yang menyebabkan perubahan sifat bahan, dan ada potensi kecelakaan dan

terganggunya kesehatan juru las.

Ada beberapa macam jenis pengelasan yang dilakukan untuk menyambung logam, yaitu:

1. Las Resistansi Listrik (Tahanan)

Las resistensi listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan pelat yang

disambung ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama arus listrik dialirkan

sehingga permukaan tersebut menjadi panas dan mencair karena adanya resistensi listrik.

Sambungan las resistensi listrik dibagi atas dua kelompok sambungan yaitu sambungan

tumpang dan sambungan tumpul. Las resistansi listrik ini sangat baik digunakan untuk

menyambung pelat-pelat tipis sangat.

Proses pengelasan dengan las resistansi listrik untuk penyambungan pelat-pelat tipis yang

biasa digunakan terdiri dari 2 jenis yakni :

A. Las Titik (Spot Welding)

Pengelasan dengan las titik ini hasil pengelasannya membentuk seperti titik.

Elektroda penekan terbuat dari batang tembaga yang dialiri arus listrik yakni, elektroda

atas dan bawah. Elektroda sebelah bawah sebagai penumpu plat dalam keadaan diam

dan elektroda atas bergerak menekan pelat yang akan disambung. Agar pelat yang akan

disambung tidak sampai bolong sewaktu proses terjadinya pencairan maka kedua ujung

elektroda diberi air pendingin.

Page 3: Sambungan Las

B. Las Resistansi Rol (Rolled Resistance Welding)

Proses pengelasan resistansi tumpang ini dasarnya sama dengan las resistansi

titik, tetapi dalam pengelasan tumpang ini kedua batang elektroda diganti dengan roda

yang dapat berputar sesuai dengan alur/garis pengelasanyang dikehendaki

2. Las Busur Listrik

Energi masukan panas las busur listrik bersumber dari beberapa alternatif

diantaranya energi dari panas pembakaran gas, atau energi listrik.Panas yang ditimbulkan

dari hasil proses pengelasan ini melebihi dari titik lebur bahan dasar dan elektroda yang di

las. Kisaran temperatur yang dapat dicapai pada proses pengelasan ini mencapai 2000-

3000º C. Pada temperatur ini daerah yang mengalami pengelasan melebur secara

bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi logam lasan.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan las busur listrk adalah

pemilihan elektroda yang tepat. Secara umum semua elektroda diklasifikasikan menjadi lima

kelompok utama yaitu mild steel, hight carbon steel, special alloy steel, cast iron dan non

ferrous. Rentangan terbesar dari pengelasan busur nyala dilakukan dengan elektroda dalam

kelompok mild steel (baja lunak).

3. Penyambungan dengan Las Oxy-Asetilen

Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan dengan membakar bahan bakar gas

C2 H2 dengan O2, sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencair logam

induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propan

atauhidrogen. Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah

asetilen, sehingga las pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen.

Page 4: Sambungan Las

4. Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)

Pengelasan dengan gas pelindung Argon (Tungsten Iner Gas) merupakan salah satu

pengembangan dari pengelasan yang telah ada yaitu pengembangan dari pengelasan secara

manual yang khususnya untuk pengelasan non ferro (alumunium, magnesium kuningan dan

lain-lain, baja spesial (Stainless steel) dan logam-logam anti korosi lainnya. Pengelasan

Tungsten Inert Gas (TIG) ini tidak menggunakan proses elektroda sekali habis (non

consumable electrode). Temperatur yang dihasilkan dari proses pengelasan ini adalah 3000 0F atau 1664,8 0C dan fungsi gas pelindung adalah untuk menghidari terjadinya oksidasi

udara luar terhadap cairan logam yang dilas.

5. Las MIG (Metal Inert Gas Arc Welding)/Gas Metal Arc Welding (GMAW)

Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan yang energinya diperoleh dari

busur listrik. Busur las terjadi di antara permukaan benda kerja dengan ujung kawat

elektroda yang keluar dari nozzle bersamasama dengan gas pelindung.

Jenis-jenis Sambungan Las :

Jenis sambungan tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran dan profil batang yang

bertemu di sambungan, jenis pembebanan, besarnya luas sambungan yang tersedia untuk

pengelasan, dan biaya relatif dari berbagai jenis las. Sambungan las terdiri dari lima jenis

dasar dengan berbagai macam variasi dan kombinasi yang banyak jumlahnya. Kelima jenis

dasar ini adalah sambungan sebidang (butt), lewatan (lap), tegak (T), sudut, dan sisi

1) Sambungan Sebidang

Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-ujung plat datar

dengan ketebalan yang sama atau hampir sarna. Keuntungan utama jenis sambungan ini

ialah menghilangkan eksentrisitas yang timbul pada sambungan lewatan tunggal seperti

Page 5: Sambungan Las

dalam Gambar 6.16(b). Bila digunakan bersama dengan las tumpul penetrasi sempurna (full

penetration groove weld), sambungan sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum

dan biasanya lebih estetis dari pada sambungan bersusun. Kerugian utamanya ialah ujung

yang akan disambung biasanya harus disiapkan secara khusus (diratakan atau dimiringkan)

dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas. Hanya sedikit penyesuaian dapat

dilakukan, dan potongan yang akan disambung harus diperinci dan dibuat secara teliti.

Akibatnya, kebanyakan sambungan sebidang dibuat di bengkel yang dapat mengontrol

proses pengelasan dengan akurat.

2) Sambungan Lewatan

Sambungan ini mempunyai beberapa keuntungan utama:

− Mudah disesuaikan. Potongan yang akan disambung tidak memerlukan ketepatan dalam

pembuatannya bila dibanding dengan jenis sambungan lain. Potongan tersebut dapat

digeser untuk mengakomodasi kesalahan kecil dalam pembuatan atau untuk penyesuaian

panjang.

− Mudah disambung. Tepi potongan yang akan disambung tidak memerlukan persiapan

khusus dan biasanya dipotong dengan nyala (api) atau geseran. Sambungan lewatan

menggunakan las sudut sehingga sesuai baik untuk pengelasan di bengkel maupun di

lapangan. Potongan yang akan disambung dalam banyak hal hanya dijepit (diklem) tanpa

menggunakan alat pemegang khusus. Kadang-kadang potongan-potongan diletakkan ke

posisinya dengan beberapa baut pemasangan yang dapat ditinggalkan atau dibuka kembali

setelah dilas.

− Keuntungan lain sambungan lewatan adalah mudah digunakan untuk menyambung plat

yang tebalnya berlainan.

3) Sambungan Tegak

Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan (built-up) seperti

profil T, profil 1, gelagar plat (plat girder), pengaku tumpuan atau penguat samping (bearing

Page 6: Sambungan Las

stiffener), penggantung, konsol (bracket). Umumnya potongan yang disambung membentuk

sudut tegak lurus seperti pada Gambar 6.16(c). Jenis sambungan ini terutama bermanfaat

dalam pembuatan penampang yang dibentuk dari plat datar yang disambung dengan las

sudut maupun las tumpul.

4) Sambungan Sudut

Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang berbentuk boks segi empat

seperti yang digunakan untuk kolom dan balok yang memikul momen puntir yang besar.

5) Sambungan Sisi

Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai untuk menjaga

agar dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk mempertahankan

kesejajaran (alignment) awal.

Seperti yang dapat disimpulkan dari pembahasan di muka, variasi dan kombinasi kelima

jenis sambungan las dasar sebenarriya sangat banyak. Karena biasanya terdapat lebih dari

satu cara untuk menyambung sebuah batang struktural dengan lainnya, perencana harus

dapat memilih sambungan (atau kombinasi sambungan) terbaik dalam setiap persoal.

Keuntungan Sambungan Las Listrik dibanding dengan Paku keling / Baut :

a. Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan menyatu

dengan lebih kokoh (lebih sempurna).

b. Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.

c. Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.

d. Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1 – 1,5% dari berat konstruksi,

sedangkan dengan paku keling / baut berkisar 2,5 – 4% dari berat konstruksi.

e. Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubanglubang pk/baut,

tak perlu memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan sebagainya ).

f. Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga

kekuatannya utuh.

Page 7: Sambungan Las

Kerugian Sambungan Las:

a. Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika

pengelasannya baik maka kekuatan sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya

jelek/tidak sempurna maka kekuatan konstruksi juga tidak baik bahkan

membahayakan dan dapat berakibat fatal. Salah satu sambungan las cacat

lambat laun akan merembet rusaknya sambungan yang lain dan akhirnya

bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang tidak sedikit

bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat seperti

jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak diijinkan menggunakan

sambungan las.

b. Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.

Cacat yang Mungkin Terjadi pada Sambungan Las

Teknik dan prosedur pengelasan tidak baik menimbulkan cacat pada las yang

menyebabkan diskontinuiitas dalam sambungan las. Cacat yang umumnya dijumpai pada las

adalah sebagai berikut :

a. Peleburan tak sempurna

Peleburan tak sempurna terjadi karena logam dasar dan logam las yang berdekatan

tidak melebur bersama secara menyeluruh. Ini dapat terjadi jika permukaan yang akan

disambung tidak dibersihkan dengan baik dan dilapisi kotoran, terak, oksida, atau bahan

lainnya. Penyebab lain dari cacat ini ialah pemakaian peralatan las yang arus listriknya tidak

memadai, sehingga logam dasar tidak mencapai titik lebur. Laju pengelasan yang terlalu

cepat juga dapat menimbulkan pengaruh yang sama.

Page 8: Sambungan Las

b. Penetrasi kampuhyang tidak memadai

Penetrasi kampuh yang tak memadai ialah keadaan di mana kedalaman las kurang dari

tinggi alur yang ditetapkan. Keadaan ini diperlihatkan pada sambungan dalam Gambar 9.37

yang seharusnya merupakan penetrasi sempurna. Penetrasi kampuh parsial hanya dapat

diterima bila memang ditetapkan demikian. Cacat ini, yang terutama berkaitan dengan las

tumpul, terjadi akibat perencanaan alur yang tak sesuai dengan proses pengelasan yang

dipilih, elektroda yang terlalu besar, arus listrik yang tak memadai, atau laju pengelasan

yang terlalu cepat.

c. Porositas

Porositas terjadi bila rongga-rongga atau kantung-kantung gas yang kecil terperangkap

selama proses pendinginan. Cacat ini ditimbulkan oleh arus listrik yang terlalu tinggi atau

busur nyala yang terlalu panjang. Porositas dapat terjadi secara merata tersebar dalam las,

atau dapat merupakan rongga yang besar terpusat di dasar las sudut atau dasar dekat plat

pelindung pada las tumpul. Yang terakhir diakibatkan oleh prosedur pengelasan yang buruk

dan pemakaian plat pelindung yang ceroboh.

d. Peleburan berlebihan

Peleburan berlebihan (uncercutting) ialah terjadinya alur pada bahan dasar di dekat

ujung kaki las yang tidak terisi oleh logam las. Arus listrik dan panjang busur nyala yang

berlebihan dapat membakar atau menimbulkan alur pada logam dasar. Cacat ini mudah

terlihat dan dapat diperbaiki dengan memberi las tambahan.

e. Kemasukan Terak

Terak terbentuk selama proses pengelasan akibat reaksi kimia lapisan elektroda yang

mencair, serta terdiri dari oksida logam dan senyawa lain. Karena kerapatan terak kecil dari

Page 9: Sambungan Las

logam las yang mencair, terak biasanya berada pada permukaan dan dapat dihilangkan

dengan mudah setelah dingin. Namun, pendinginan sambungan yang terlalu cepat dapat

menjerat terak sebelum naik ke permukaan. mengalami kemasukan terak dan harus

diperiksa dengan teliti. Bila beberapa lintasan las dibutuhkan untuk memperoleh ukuran las

yang dikehendaki, pembuat las harus membersihkan terak yang ada sebelum memulai

pengelasan yang baru. Kelalaian terhadap hal ini merupakan penyebab utama masuknya

terak.

f. Retak

Retak adalah pecah-pecah pada logam las, baik searah ataupun transversal terhadap

garis las, yang ditimbulkan oleh tegangan internal. Retak pada logam las dapat mencapai

logam dasar, atau retak terjadi seluruhnya pada logam dasar di sekitar las. Retak mungkin

merupakan cacat las yang paling berbahaya, namun, retak halus yang disebut retak mikro

(mikrofissures) umumnya tidak mempunyai pengaruh yang berbahaya. Retak kadang-

kadang terbentuk ketika las mulai memadat dan umumnya diakibatkan oleh unsur-unsur

yang getas (baik besi ataupun elemen paduan) yang terbentuk sepanjang serat perbatasan.

Pemanasan yang lebih merata dan pendinginan yang lebih lambat akan mencegah

pembentukan retak "panas". Retak pada bahan dasar yang sejajar las juga dapat terbentuk

pada suhu kamar. Retak ini terjadi pada baja paduan rendah akibat pengaruh gabungan dari

hidrogen, mikrostruktur martensit yang getas, serta pengekangan terhadap susut dan

distorsi. Pemakaian elektroda rendah-hidrogen bersama dengan pemanasan awal dan akhir

yang sesuai akan memperkecil retak "dingin" ini.