Sambutan Rektor-wahab Afif

Embed Size (px)

Citation preview

`

SAMBUTAN REKTOR SIDANG SENAT TERBUKA PENGANUGERAHAN GELAR DOKTOR HONORIS CAUSA PROF. DRS. ABDUL WAHAB AFIF, MA Yang terhormat, para anggota Senat UIN SGD, Yang terhormat para tamu undangan, Yang terhormat saudara Promovendus Prof. Abdul Wahab Afif, MA yang kami banggakan. Setelah memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, marilah senantiasa kita selalu mengharap dan memohon ridha Allah SWT, agar segala langkah dan upaya yang sedang kita susun dan jalankan mendapat bimbingan dari Allah, amin. Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW. Pertama-tama, mengawali sambutan ini, perkenankan saya menyampaikan selamat kepada promovendus yang telah mendapat kehormatan berupa penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang fiqh

1

terutama muqaranah al-madzhahib. Harapan kami semua, penganugerahan gelar DR (HC) ini dapat membawa berkah dan manfaat bagi kemajuan ilmu fiqh khususnya yang selama ini dikembangkan oleh fakultas syariah dan hukum. Hadirin para undangan yang berbahagia, Saudara promovendus yang saya hormati, Perkenalan saya dengan promovendus Prof. KH. A. Wahab Afif, MA. memberi kesan mendalam sebagai seorang yang cepat akrab, selalu menyapa langsung dan menyebut nama merupakan ciri kedekatan dan keakraban dengan beliau. Sejak lama kami mengenal beliau, baik ketika aktif di kampus Cipadung hingga beliau hijrah ke Serang, dalam tugas Kopertais maupun IAIN/ kini menjadi UIN, kami sering berdiskusi soal-soal akademik dan tak terbatas masalah lainnya, beliau mengapresiasinya dengan nada lugas, tegas, jelas, namun tampak terasakan dibalik ekspresinya, beliau amat santun dan rendah hati. Kepiawaian beliau dalam dunia Fiqh dan Hukum Islam amat menguasainya, dan tak dapat diragukan lagi kepakarannya. Beliau merupakan sosok tokoh yang mewakili identitas masyarakat dan budaya Sunda Banten yang terkenal dengan julukan Islaminya. Sebagai tokoh ulama, beliau merupakan salah satu pakar yang menjadi penjaga gawang tradisi. Keilmuan beliau menjadi fondasi masyarakat dan budaya Banten dalam kerangka format yang berciri keislaman, kesundaan di tengah-tengah dua arus tradisi keulamaan dan kejawaraan yang khas Banten.

Hadirin para undangan yang berbahagia, Saudara promovendus yang saya hormati Pidato pengukuhan yang telah disampaikan oleh promovendus mengenai Maslahat al-Ummah: Suatu Pendekatan Menuju Masyarakat Muslim Moderat, merupakan pengembangan dari gagasan besar yang telah dicetuskan oleh al-Syatibi mengenai maqahsid alsyariah. Jika Al-Syatibi adalah bapak maqashid alsyariah pertama yang telah meletakan pondasi maqashid syariah pada abad 13 (1328-1388M), maka perkenankan saya untuk menyebut bahwa Prof A. Wahab Afif MA adalah al-Syatibi pada abad modern. Mengkaji maslahat sebagai bagian dari maqahid Syariah dalam Islam tentu tidak bisa dilepaskan dari kajian terhadap kitab Al-Muwafaqot Fi Ushul Al-Syariat yang ditulis Al-Syatibi. Ketika perjalanan maslahat memasuki era modern, banyak orang yang kemudian dianggap memanfaatkan maslahat untuk berpaling dari syariat. Oleh karenanya, di tengah-tengah kecenderungan yang demikian itu, ada pula beberapa penulis yang berusaha membatasi kembali cara penggunaan metode maslahat. Tahun 1965, Said Ramadan al-Buthi, mengeluarkan karya disertasinya di Al-Azhar yang berjudul Dlawabith al-Mashlahah (kriterium maslahah). Namun demikian, kemaslahatan tetap ada batasan dan kualifikasinya. Penggunaan metode maslahat tidak boleh bebas tak terbatas, sebab penggunaan metode ini dipagari oleh berbagai aturan main yang kemudian ia

3

katakan sebagai dlawabith al-mashlahah. Hadirin para undangan yang berbahagia, Saudara promovendus yang saya hormati Persoalan penting yang secara praktis dapat diterapkan mengenai maslahah ini adalah menerapkan fiqh maslahah ala Indonesia. Pada hemat saya, dalam konteks Indonesia sebagai negara hukum, maka penentuan batasan maslahah tersebut berada di tangan lembaga pembentuk hukum (Undang-Undang). Istilah lembaga pembentuk hukum merupakan representasi rakyat, yang dalam Islam dikenal dengan istilah ahl al-hilli wa al-aqdi [setara dengan DPR] Bila kemudian dalam tahap ini juga masih belum didapatkan sebuah kesepakatan atau masih terjadi pertentangan dalam menilai sebuah kemaslahatan, maka para Fuqaha juga telah menyinggung adanya lembaga yang menangani persengketaan tentang keabsahan undangundang dalam kacamata syariah, yaitu disebut Mahkamah Mazhalim atau Mahkamah Tertinggi Negara (mahkamah al-daulah al-ulya). Lembaga semacam ini di Indonesia bisa diwakili oleh Mahkamah Konstitusi. Pluralitas pemaknaan maslahat yang terjadi dewasa ini dalam konteks Indonesia menurut hemat saya harus diletakkan pada porsi seperti ini. Pemaknaan maslahat sebagai nilai universal tidak bisa diserahkan hanya semata-mata pada lembaga keagamaan yang tidak memiliki kekuatan hukum atau pada organisasi yang menggunakannya secara bebas dan tidak terkontrol. Harus ada ukuran yang bisa dipertanggungjawabkan dan diterima semua pihak. Yang lebih penting tentu saja

semua pihak memiliki kesempatan yang sama untuk menafsirkan makna maslahat. Dan itu bisa tercapai melalui jenis peraturan yang disepakati semua pihak. Secara umum dapat disimpulkan bahwa segala yang telah ditetapkan Undang-Undang, dalam pandangan saya harus dianggap sebagai sebuah kemaslahatan. Dalam bahasa lain dapat disebutkan bahwa sesuatu baru disebut sebagai aplikasi dari nilai-nilai kemaslahatan bila ia memiliki kekuatan hukum. Dengan kerangka berfikir seperti ini, saya meyakini maslahah ummah akan dapat diwujudkan. Para anggota senat dan hadirin yang berbahagia, Saudara promovendus yang saya hormati, Perkenankan saya mengakhiri sambutan ini dengan mengutip komentar Rasyid Ridha ketika ia memuji karya al-Syatibi mengenai kitab al-Muwafaqat. Pujian ini juga saya sampaikan kepada promovendus, Qalilun minka yakfiini wa lakin qaliluka la yuqalu lahu qalil. (Sedikit dari yang engkau berikan telah membuatku cukup, walaupun sedikit dari yang engkau berikan, tidak akan dikatakan sedikit) Kami mengucapkan terimakasih kepada tim promotor yang terdiri dari Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Bapak Prof.

Dr. H. I. Nurol Aen, M.A. dan Bapak Prof. Dr. H. M. A. Tihami, M.A., M.M. yang telah melaksanajan tugassebagai tim promotor sehingga dapat terlaksana penganugerahan DR (HC) kepada yang terhormat Prof. KH.A. Wahab Afif, MA sebagai penerima anugerah Dr (HC) dari UIN SGD Bandung.

5

Akhirnya kepada Allah jualah kita menggantungkan harapan dan memohon pertolongan, dan kita berharap semoga gagasan Prof. Dr (HC) KH.A. Wahab Afif, MA tentang Maslahah al-ummah dapat memberi dorongan bagi kita untuk terus menggali pemikiran-pemikiran baru dalam khazanah ilmu-ilmu keislaman. Akhirul kalam Wassalaamualaikum Wr. Wb. Bandung, 7 Agustus 2010 Rektor UIN SGD Bandung

Prof.Dr.H. Nanat Fatah Natsir, MS Nip. 19541211197903 1001