15
ELECTR ONIC WASTE Tiara Sukma P Tunjung Kusuma Rizki Hamdisyar Galih Munkar Kapri Batara Asma' Muthi'ah Trisna Afriadi Destina Susanto Anis Ulfa Widya Rahan Rahardian Nandar Suwanto L2J009094 21080110130052 21080111120006 21080112140127 21080112120008 21080112120016 21080112110026 21080112130037 21080112130047 21080112130055 21080112140050 KELOMPOK 6

Sampah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sampah elektronik

Citation preview

ELECTRONIC WASTE

Tiara Sukma PTunjung KusumaRizki Hamdisyar

Galih MunkarKapri Batara

Asma' Muthi'ahTrisna Afriadi

Destina Susanto Anis Ulfa Widya

Rahan RahardianNandar Suwanto

L2J00909421080110130052210801111200062108011214012721080112120008210801121200162108011211002621080112130037210801121300472108011213005521080112140050

KELOMPOK 6

DEFINISI EU Directive 2002/96/EC, E-waste adalah peralatan listrik atau elektronik berupa limbah termasuk semua komponen, sub-rakitan, dan material yang habis terpakai, yang merupakan bagian dari produk pada saat pembuangan.

E-Waste dapat berupa TV, komputer, handphone, kulkas, mesin cuci, pengering, stereo, dan peralatan lainnya yang mengandung komponen elektrikal dan baterai.

JENIS DAN SUMBER TIMBULAN E-WASTE

No Kategori

1 Peralatan rumah tangga besar

2 Peralatan rumah tangga kecil

3 Perangkat IT dan telekomunikasi

4 Peralatan Konsumen

5 Peralatan pencahayaan

6 Peralatan listrik dan elektronik (kecuali peralatan industri stasioner skala besar)

7 Mainan dan alat olahraga

8 Instrumen kesehatan (kecuali peralatan infeksius

9 Instrumen monitoring

10 Dispenser otomatis

Di bawah ini adalah beberapa kategori sampah elektronik/ E-Waste di Indonesia:

Jenis-jenis E-Waste antara negara satu dengan lainnya dikategorikan secara bervariasi dan berbeda-beda. Dalam WEEE Directive dijelaskan bahwa :1. Uni Eropa memiliki 10 kategori produk yang

berbeda2. Amerika Utara itu biasanya terbatas pada

Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) produk dan televisi,

3. Jepang untuk empat kategori produk termasuk TV, AC, lemari es dan mesin cuci.

Sumber timbulan e-waste suatu negara berasal dari penggunaan alat elektronik, produksi pabrik elektronik, dan kegiatan ekspor impor e-waste secara ilegal. Jumlah timbulan e-waste dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, serta jumlah e-waste yang diekspor dan diimpor oleh suatu negara tersebut.

BAHAYA E-WASTE Bioakumulasi cadmium yang terjadi di lingkungan dapat menjadi sangat berbahaya dan bersifat toksik bagi manusia, khususnya dapat menyerang/ merusak ginjal dan struktur tulang.

Ketika dibakar, PVC yang terkandung biasanya terkandung dalam pembungkus plastik, kabel, dan juga monitor dapat melepaskan dioxins yang dapat membahayakan reproduksi dan sistem kekebalan manusia.

Merkuri (Hg) yang biasanya digunakan untuk peralatan lampu dalam flat screen displays dapat merugikan sistem saraf, ginjal, otak manusia dan bahkan dapat terakumulasi dalam tubuh bayi melalui air susu.

PELUANG DAUR ULANG SAMPAH ELEKTRONIK Pendaur-ulangan sampah elektronik saat ini menjadi sangat krusial karena tidak hanya sebagai solusi penanganan masalah lingkungan tetapi juga untuk mendapatkan kembali material-material yang terkandung di dalamnya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan bisa dimanfaatkan kembali untuk bahan baku pembuatan produk baru. Berikut bahan-bahan yang di manfaatkan kembali :

Komposisi material dari televisi (Dodbiba et al, 2008)

Komposisi material dari kulkas (Chatterjee, 2009)

Melihat komposisi material dari produk elektronik ini, kita bisa simpulkan bahwa nilai ekonomisnya sangat tinggi.

MANAJEMEN E-WASTE Penanganan sampah dengan prinsip 4R (reduce, recycle, reuse dan replace).

Menerapkan program Extended Producer Responsibility (EPR), yakni produser memiliki tanggung jawab untuk :

mengambil kembali (take back) produk-produk yang tidak terpakai. Tujuan dari program ini adalah untuk mendorong produser meminimalisir pencemaran dan mereduksi penggunaan sumber daya alam dan energi dari setiap tahap siklus hidup produk dan teknologi proses.

Produsen hatus membantu untuk menciptakan barang elektronik yang mudah diperbaiki, di up-grade, re-use, dan aman ketika di daur ulang.

Serta produsen alat elektronik juga perlu berperan serta dengan memproduksi produk ramah lingkungan dan menjalankan program daur ulang produk yang mereka hasilkan dan untuk para konsumen juga bisa berperan serta dengan memakai produk multifungsi dan mendaur ulang peralatan elektronik bekas.

Bukan hanya itu kita sebagai salah satu masyarakat pengguna barang elektronik juga seharusnya turut membantu meningkatkan  kesadaran masyarakat lain tentang daur ulang sampah elektronik salah satunya dengan gerakan peduli lingkungan untuk membantu daur ulang sampah elektronik.

KEBIJAKAN PENGELOLAAN E-WASTE DI INDONESIA

Berdasarkan draft regulasi nasional dalam 3th Global E-Waste Management WS di San Fransisco, 17 Juli 2013 lalu, Ministry of Environment Republic of Indonesia menyatakan bahwa manajemen e-waste di Indonesia adalah sebagai berikut :

Visi : Untuk mengelola bahan berbahaya, limbah berbahaya dan limbah domestik dalam pengelolaan berwawasan lingkungan dengan cara untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan 

Misi :1. Mendorong analisi siklus hidup2. Mendorong prinsip 4R (Reduce, reuse, recycle, and recovery)3. Memonitoring sisitem kerja yang profesional, terpercaya, transparan dan

tanggung jawab 4. Melakukan koordinasi dengan semua kepentingan5. Meningkatkan kapasitas untuk mengatur zat berbahaya dan limbah domestik

dengan efisien dan efektif6. Terlibat dalam konvensi internasional

PERATURAN NASIONAL E-WASTE 1. Konvensi pengesahan oleh dikrit presiden No. 61tahun 1993

2. Peraturan Pemerintah Nomor 18/1999 jo No.85 / 1999 tentang Berbahaya Penanganan Sampah: a) Limbah Berbahaya dari Sumber tertentu (Annex I, Tabel 2 "Daftar

Limbah Berbahaya dari Sumber Tertentu" kode Limbah D219: Komponen Elektronik / Electronic Equipments

b) Sumber Polusi: Manufactur andAssembling; Limbah Pengolahan Air c) Sumber / definisi limbah: lumpur dari proceses; dilapisi kaca (CRT

Tabung); pelarut; Lukisan Limbah; Solder residu dan itsflux (PCB, IC, Kabel); dan casing plastic

3. UU No. 18/2008 tentang pengelolaan limbah padat perkotaan

a) Limbah khusus: limbah padat perkotaan yang mengandung zat/subtansi berbahaya

b) Rancangan Keputusan Menteri untuk Indonesia National Manajemen E-Waste (dalam proses)

KONSEP MANAJEMEN E-WASTE DI INDONESIA

Sumber : KEMENLH RI, 2013

BERIKUT INI ADALAH PRODUKSI E-WASTE DI INDONESIA PADA TAHUN 2005;(SUMBER: PRELIMINARY INVENTORY ELECTRONIC AND ELECTRIC WASTE)

No Komoditas Kapasitas Produksi

Unit

1. Air Conditioning 29.181.400 Unit

2. Televisi 63.882.025 Unit

3. Refrigerator dan Komponennya

8.585.400

1.300.000

Unit

Buah

4. Komponen Elektronik 191.330.426

4.128.117.920

10.514.709

2.561.420

29.200

4.000

Set

Buah

Unit

M2

Mh

Ton

5. Komponen dan Peralatan Komputer

639.361.850

6.876.500

18.734.197

Buah

Set

Unit

6. Monitor Komputer 1.252.000 Unit

7. Printer 309.038 Unit

RECYCLING FACILITY DI INDONESIA

Lokasi Jumlah Industri

Jenis Koleksi

Pulau Batam

1 Bagian kecil dari komponen elektronik yang gagal, plastic, e-waste, PCB yang telah digunakan, monitor komputer (hanya pembongkaran saja, untuk kemudian digunakan sebagai bahan baku di industri peleburan)

Jawa Tengah

2 Dry cell batteries (pengumpulan dan peleburan)

Jawa Barat 3 Seluruh material e-waste (hanya pengumpulan saja, peleburan dilakukan di Batam dan Jakarta)

Tangerang 1 Seluruh material e-waste (hanya pengumpulan saja)

Jawa Tengah

1 Monitor yang telah digunakan

Berikut sejumlah industri yang bergerak dalam bidang pengoleksian dan pembongkaran e-waste di beberapa area di Indonesia;

KEBIJAKAN PENGELOLAAN E-WASTE DI NEGARA LAIN Amerika Serikat

Amerika Serikat mengatur penanganan e-waste dalam Environmental Protecting Agency (EPA) nomor EPA-HQ-RCRA-2004-0012, yaitu Hazardous Waste Management System; Modification of the Hazardous Waste Program; Cathode Ray Tubes; Final Rule. Jenis e-waste yang diatur dalam peraturan ini adalah e-waste jenis Cathode Ray-Tubes (CRT). Negara bagian di Amerika Serikat juga membuat peraturan mengenai penanganan limbah elektronik sendiri. Sebagai contoh di negara bagian California, membuat peraturan California Electronic Waste Recycling Act, dimana mengatur pembayaran biaya recovery produk elektronik dan California Cell Phone Recycling Act, dimana membuat sistem take back dalam pengumpulan telepon genggam yang sudah mencapai akhir masa pakai. Negara bagian Maine membuat peraturan tersendiri mengenai e-waste rumah tangga, dimana dalam peraturan tersebut menggunakan sistem Extended Producer Responsibility (EPR) untuk menangani e-waste yang berasal dari rumah tangga.

Saat ini sudah ada kegiatan daur ulang limbah Cathode Ray Tubes (CRT) di Amerika Serikat. Namun jumlah fasilitas daur ulang di Amerika Serikat tidak cukup untuk mendaur ulang seluruh timbulan CRT yang ada di Amerika Serikat. Sebagai contoh, hanya seribu unit televisi dari 1,3 juta televisi usang di Florida yang dapat didaur ulang. Jumlah monitor komputer bekas yang dapat didaur ulang di Amerika Serikat hanya 88.000 unit dari 941.000 unit. Hal ini menyebabkan televisi dan monitor yang tidak dapat didaur ulang akan disimpan, dibuang ke landfill, diinsinerasi, atau diekspor. Sejak pembuangan e-waste ke landfill dilarang, maka e-waste yang tidak dapat didaur ulang tersebut disimpan saja dan diekspor.

KEBIJAKAN PENGELOLAAN E-WASTE DI NEGARA LAIN Jepang

Jepang mengatur kebijakan tentang e-waste dalam dua peraturan. Peraturan yang pertama adalah Law for the Promotion of Effective Utilization of Resources (LPEUR) tahun 1998 yang berfokus pada langkah-langkah peningkatan daur ulang e-waste dan minimisasi e-waste. Peraturan yang kedua adalah Law for the Recycling of Specified Kinds of Home Appliances (LRHA) tahun 2000 yang membebankan kewajiban-kewajiban tertentu yang terkait dalam daur ulang e-waste yang berlaku untuk manufaktur dan konsumen. LPEUR mengatur pengelolaan jenis e-waste berupa Personal Computer (PC) dan baterai sekunder ukuran kecil yang didesain sebagai produk yang dapat didaur ulang, sedangkan LRHA mengatur pengelolaan jenis e-waste berupa televisi, lemari es, mesin cuci, dan air conditioning (AC).

LRHA mengadopsi prinsip Extended Producer Responsibility (EPR), dimana produsen bertanggung jawab mulai dari tahap produksi alat elektronik sampai siklus pakai alat elektronik tersebut, termasuk masa setelah pakai dan saat tahap pembuangan. Ketika suatu rumah membuang peralatan elektronik rumah tangga mereka, maka konsumen bertanggung jawa untuk membayar biaya transport yang sepadan dengan daur ulang e-waste. Biaya daur ulang berkisar mulai dari 2.400 yen untuk mesin cuci hingga 4.600 yen untuk lemari es. Biaya transportasi dibayar terpisah kepada retailer yang membawa alat elektronik rumah tangga bekas ke tempat pengumpulan.

SISTEM PENGANGKUTAN E-WASTE DARI RUMAH TANGGA DI JEPANG

Keterangan : Aliran dana e-waste Aliran e-waste

TANTANGAN E-WASTE Pertumbuhan e-waste yang cepat baik domestik maupun impor

Perkiraan tidak akurat mengenai kuantitas e-waste yanag beredar di masyarakat dan yang sudah di recycle.

Kurangnya kepedulian baik dari konsumen maupun industri penghasil mengenai bahaya e-waste

Teknik manajemen/ pengolahan e-waste yang kurang tepat oleh sektor informal

Kurangnya pengetahuan pekerja mengenai e-waste beserta jenis, komponen, bahaya, peluang maupun teknik mengelola e-waste

Recycle e-waste yang telah dilakukan masih kurang efisien sehingga kehilangan substansi material yang bagus

(Jayarama, 2011)