3
Sanrego (Lunasia amara Blanco) Klasifikasi tanaman Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Sapindales Famili : Rutaceae (suku jeruk-jerukan) Genus : Lunasia Spesies : Lunasia amara Blanco San rego (Lunasia amara) merupakan tanaman obat potensial yang berasal dari Kawasan Timur Indonesia (KTI). Saat ini status tanaman tergolong langka. Tanaman ini digunakan dalam pengobatan tradisional oleh masyarakat di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Bagian tanaman yang umum digunakan adalah akar, batang, dan daun. Habitus sanrego berbentuk pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai sekitar 5 m. Batang tegak, bercabang, dan daun agak kasar terutama pada bagian bawah. Tepi daun bergerigi dengan ujung meruncing. Kulit batang berwarna coklat. Bunga keluar dari tunas ketiak, berwarna kuning muda. Kandungan Bahan Aktif Hasil penelitian Prof. Dr. Muchsin Darise di Universitas Hasanudin Makasar pada tahun 1994, menunjukkan bahwa beberapa senyawa kimia dalam tanaman sanrego, yaitu 1) alkaloid yang berfungsi memperlancar urine, 2) senyawa sitosterol yang membentuk hormon steroid, dan 3) senyawa glikosida. Lebih rinci, De Padua et al. (1978 dalam Handbook on Phillipine Medicinal Plants,) menyatakan bahwa di dalam genus Lunasia,

Sanrego

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Artikel ini mendeskripsikan mengenai uraian tumbuhan sandrego dan kandungan kimia dari tumbuhan, serta khsiat dari tumbuhan ini.

Citation preview

Page 1: Sanrego

Sanrego (Lunasia amara Blanco)

Klasifikasi tanaman

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas : RosidaeOrdo : SapindalesFamili : Rutaceae (suku jeruk-jerukan)Genus : LunasiaSpesies : Lunasia amara Blanco

Sanrego (Lunasia amara) merupakan tanaman obat potensial yang berasal dari Kawasan Timur Indonesia (KTI). Saat ini status tanaman tergolong langka. Tanaman ini digunakan dalam pengobatan tradisional oleh masyarakat di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Bagian tanaman yang umum digunakan adalah akar, batang, dan daun. Habitus sanrego berbentuk pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai sekitar 5 m. Batang tegak, bercabang, dan daun agak kasar terutama pada bagian bawah. Tepi daun bergerigi dengan ujung meruncing. Kulit batang berwarna coklat. Bunga keluar dari tunas ketiak, berwarna kuning muda.

Kandungan Bahan Aktif

Hasil penelitian Prof. Dr. Muchsin Darise di Universitas Hasanudin Makasar pada tahun 1994, menunjukkan bahwa beberapa senyawa kimia dalam tanaman sanrego, yaitu 1) alkaloid yang berfungsi memperlancar urine, 2) senyawa sitosterol yang membentuk hormon steroid, dan 3) senyawa glikosida. Lebih rinci, De Padua et al. (1978 dalam Handbook on Phillipine Medicinal Plants,) menyatakan bahwa di  dalam genus Lunasia, terdapat senyawa alkaloid pirano – kuinolina yaitu lunakrina, lunakridina, dan lunasina. Belum diketahui secara pasti, senyawa yang berkhasiat untuk afrodisiak pada sanrego, namun diduga senyawa alkaloid yang terdapat dalam ekstrak daun tanaman berpotensi dikembangkan sebagai afrodisiak. Daun sanrego dilaporkan mengandung alkaloid, lunakridina, lunasina dan lunanina (6), ekstrak eternya mengandung β-sitosterol (5), ekstrak metanolnya dapat menghambat pertumbuhan Escherchia coli dan Shigella bodyii, demikian pula ekstrak n-butanol dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus (7), sedangkan ekstrak metanol pada kadar 0,5%, 1%, 2,5%, 5% b/v, menghasilkan stimulasi SSP, dan kadar 10% - 20% b/v memberikan efek depresi SSP, vasodilatasi perifer dan analgetik perifer (8), serta

Page 2: Sanrego

ekstrak etanol produk rajangannya pada konsentrasi 2 % b/v mem berikan efek efrodisiaka yang sama dengan yohimbin pada mencit jantan (9).

Perbedaan intensitas perilaku seksual tersebut diperkirakan karena adanya perbedaan kadar steroid (testosteron) dalam darah. Artinya pemberian sanrego dengan dosis yang lebih tinggi berpengaruh positif pada peningkatan kadar steroid dalam darah yang berimplikasi pada meningkatnya libido seksual. Dengan demikian dari ketiga macam pemberian dosis sanrego ternyata dosis 10.000 mg memberikan pengaruh terbaik pada peningkatan libido seksual pada rusa timor jantan. Sanrego diketahui mengandung beberapa senyawa bioaktif, salah satu diantaranya adalah steroid. Steroid pada hewan merupakan hormon yang dihasilkan oleh gonad, yang pada hewan jantan berupa testosteron yang berperan penting dalam menstimulasi terjadinya perilaku seksual. Anwar (2001) mengatakan bahwa sanrego termasuk dalam tumbuhan afrodisiaka yang menunjukkan adanya aktivitas hormonal yaitu hormon androgenik. Untuk hewan jantan androgenik mempunyai peranan penting dalam aktifitas atau tingkahlaku kawin. Peningkatan hormon androgenik akan berpengaruh terhadap peningkatan libido seksualnya. Steroid dalam tubuh bekerja atau berfungsi seperti testosteron yang disekresikan oleh jaringan yang terdapat dalam organ gonad jantan yaitu testis. Hasil analisa laboratorium Bio Farmaka IPB pada bubuk daun sanrego menunjukkan adanya kandungan steroid yang cukup tinggi kadarnya (+++). Steroid tersebut melalui proses pencernaan diserap dan masuk kedalam aliran darah kemudian bekerja merangsang organ reproduksi yang terkait dengan perilaku seksual. Widyatmoko (2000) dan Hotimah (2000) juga pernah melaporkan bahwa aktivitas androgenik dari daun sanrego terhadap anak ayam jantan White Leghorn menunjukkan hasil yang positif yaitu dengan pertambahan ukuran dan berat jengger, berat testis dan berat bursa fabrisius. Pendapat tersebut didukung oleh Toelihere (1985) yang mengatakan bahwa hormon steroid memegang peranan dalam aspek-aspek kelakuan reproduksi seperti tingkah laku birahi atau kawin, bunting, melahirkan, pemeliharaan dan perkembangan organ-organ reproduksi serta pengaturan siklus reproduksi.

6. De Paduia L, Logot G, and Pancho J. Hand Book On Philippines. Los Banos. 1978. hal. 43 7. Nurbita. Uji Daya Hambat Ekstrak Metanol Batang Kayu Sanrego (Lunasia amara Blanco) Terhadap Bakteri Gram Postif (+) dan Gram Negatif (-). Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas. MIPA Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. 1994. hal. 29 8. Ibrahim A. Skrining Efek Farmakologi Ekstrak Metanol Kayu Sanrego (Lunasia amara Blanco) Pada Mencit Albino (Mus musculus). Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. 1996. Hal. 28 9. Wahyuni S. Uji Efek Aprodisiaka Ekstrak Produk Sanrego (Lunasia amara Blanco) Pada Mencit (Mus muscullus). Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. 2007. Hal. 26-27