32
LAPORAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Sehat Jiwa Sejak Dini Tanpa Kekerasan Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Profesi Ners Departemen Jiwa di Kecamatan Bantur Oleh : Yunitasari 150070300011034 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

SAP, BAP, Dokumentasi

  • Upload
    yuunita

  • View
    45

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sap

Citation preview

Page 1: SAP, BAP, Dokumentasi

LAPORANSATUAN ACARA PENYULUHAN

Sehat Jiwa Sejak Dini Tanpa Kekerasan

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Profesi NersDepartemen Jiwa di Kecamatan Bantur

Oleh :Yunitasari

150070300011034

JURUSAN KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2016

Page 2: SAP, BAP, Dokumentasi

HALAMAN PENGESAHAN

KEGIATAN PENYULUHAN“Sehat Jiwa Sejak Dini Tanpa Kekerasan”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Jiwa

di Kec Bantur, Kab. Malang

Oleh :

Yunitasari

150070300011034

Telah diperiksa kelengkapannya pada :

Hari :

Tanggal :

Perseptor Klinik

(Ns. Soebagijono, S.Kep, M.MKes )

NIP. 1968109 1999003 1003

Page 3: SAP, BAP, Dokumentasi

1. Latar BelakangKomunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena

komunikasi mencakup penyampaian informasi dan pertukaran pikiran dan perasaan.

Dalam keperawatan, komunikasi sangat penting untuk mencapai tujuan dan

keberhasilan intervensi keperawatan serta untuk meningkatkan perilaku adaptif (Stuart

&Sundeen, 1998). Sedangkan Nurjannah (2005) mengemukakan bahwa komunikasi

terapeutik merupakan komunikasi yang mempunyai efek penyembuhan.

Percakapan yang hangat antara anak dan orang tua mempunyai arti dan

kebahagiaan yang penting bagi seorang anak. Senyum orang tua jika anak berbuat

baik dapat membuat anak termotivasi untuk selalu berbuat baik. Penghargaan melalui

ucapan pujian akan menimbulkan perasaan percaya diri bagi anak dalam melakukan

hal apapun.

Pada komunikasi yang kurang baik pada anak, dapat memunculkan perasaan

benci, marah, kecewa, serta menurunkan kepercayaan diri anak. Anak mudah

merekam setiap pernyataan dan akan mengolah informasi tersebut kemudian

merubah anak menjadi seperti apa yang diucapkan oleh orang tuanya.

Dalam proses inilah peran komunikasi antara orang tua dengan anak

harus berperan secara aktif, sebagai orang tua tidak hanya memenuhi

kebutuhan berupa materiil saja tetapi juga para orang tua tersebut harus

memberikan pendidikan formal, pendidikan agama, dan memberikan perhatian kasih

sayang serta pengarahan yang baik yang seharusnya dilakukan oleh orang tua

tersebut. Apabila tidak adanya komunikasi yang bagus antara orang tua dengan

anaknya maka para orang tua sendiri tidak tahu akan keinginan dari anaknya

serta para anak-anak sendiri menginginkan orang tuanya saling terbuka.

2. TujuanTujuan umum

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran mampu mengetahui tentang

komunikasi yang baik untuk kejiwaan anak.

Tujuan khususSetelah kegiatan penyuluhan, sasaran mampu:

1. Mengetahui perkembangan kejiwaan anak

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa anak

3. Mengetahui cara komunikasi sesuai tumbuh kembang anak

4. Mengetahui tindakan yang harus dilakukan ketika berbicara kepada anak

Page 4: SAP, BAP, Dokumentasi

3. SasaranIbu - ibu pengajian diba’iyah dusun Sumberwates desa SumberBening

4. Tempat dan waktu Tempat : Masjid Darussalam Dusun Sumberwates Waktu : Jum’at, 1 april 2016

5. MetodeCeramah dan Tanya Jawab

6. MediaLeaflet (terlampir)

7. Materi (terlampir)

8. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta Metode Media

Pem

buka

an

5 menit •Membuka dengan salam

•Memperkenalkan diri

•Menjelaskan maksud dan

tujuan penyuluhan

•Kontrak waktu

•Menggali pengetahuan

peserta sebelum

dilakukan penyuluhan

•Mendengarkan

•Memperhatikan

•Menjawab

pertanyaan

Ceramah -

Page 5: SAP, BAP, Dokumentasi

Pen

yajia

n

15 menit • Menjelaskan tentang:

1. kesehatan jiwa anak

2. komunikasi sesuai

tumbuh kembang anak

3. tindakan yang harus

dilakukan ketika

berbicara kepada anak

Memberi kesempatan

untuk bertanya/diskusi

tentang materi penyuluhan

•Mendengarkan

•Memberikan

tanggapan dan

pertanyaan

mengenai hal yang

kurang dimengerti

Ceramah,

Tanya

jawab

Leaflet

Pen

utup

10 menit •Menggali pengetahuan

peserta setelah

dilakukan penyuluhan

•Menyimpulkan hasil

kegiatan penyuluhan

•Menutup dengan salam

•Menjawab

pertanyaan

•Memberikan

tanggapan balik

Ceramah,

Tanya

jawab

Leaflet

Page 6: SAP, BAP, Dokumentasi

Lampiran 1

Materi Penyuluhan

Komunikasi yang terjalin antara ibu dan ayah dengan anak sering kali tidak berjalan

selaras. Padahal, ketidakselarasan komunikasi ini selanjutnya dapat berdampak

pada perilaku anak di masyarakat. Anak bisa mencari pelarian yang salah di luar rumah

(lingkungan) karena anak merasa ibu dan ayahnya tidak dapat mengerti permasalahan

yang dihadapinya. Ketidakselarasan komunikasi antara ibu-ayah dan anak biasanya

disebabkan adanya perbedaan dunia anak dengan dunia orang dewasa. Tentunya bukan

anak yang harus menyesuaikan, melainkan ibu-ayahlah yang seharusnya memahami.

Ibu dan ayah tercinta, sebelumnya mari kita lihat sebuah data survei yang

menggemparkan dari KOMNAS Perlindungan Anak Indonesia terhadap anak-anak SMP

dan SMU di 12 kota besar di indonesia, tahun 2007 tentang perilaku menyimpang pada

remaja. Dari 4.500 anak SMP dan SMU, 3.000 di antaranya mengaku sudah tidak

perawan! Bahkan, ada pula (21,2%) yang pernah menggugurkan kandungan!

Para pakar pendidikan menyimpulkan, sebagian besar hal ini terjadi awalnya

disebabkan oleh kurangnya komunikasi ibu-ayah dengan anak sejak usia dini, yang

kemudian terkumpul dan membesar. Pengakuan dari salah seorang anak mengungkap

bahwa mereka melakukan hal itu tanpa sepengetahuan orangtuanya, selain itu

beberapa melakukannya karena merasa kurang diperhatikan oleh orangtuanya.

Kurangnya komunikasi antara ibu- ayah dengan anaknya membuat anak merasa kurang

diperhatikan sehingga mereka mencari sumber perhatian dan kasih sayang yang lain.

Sebagai orangtua, kita merasa sudah memberikan perhatian dan kasih sayang

cukup. Sering kali kita tidak mau menyadari kesalahan kita dan cenderung lebih

menyalahkan anak atas perbuatannya tersebut. Hingga akhirnya bisa berakibat fatal dan

hal ini tentu akan sangat merugikan kita maupun anak.

Apakah komunikasi itu?

Secara umum komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau pertukaran

kata- kata/gagasan dan perasaan, di antara dua orang atau lebih. Pada anak usia dini,

berbicara adalah salah satu contoh dari bentuk komunikasi. Contoh lainnya, seorang bayi

berusia 3 bulan menangis keras, ibunya datang menghampiri dan memeriksa popok

bayi yang ternyata basah. Tangisan si bayi merupakan bahasa komunikasi yang

digunakannya untuk menyampaikan pesan. Mengapa diperlukan komunikasi dengan anak

sejak usia dini.

Page 7: SAP, BAP, Dokumentasi

Anak usia dini memiliki karakteristik yang unik. Mereka berpikir konkret

(nyata) dan lebih percaya dengan apa yang mereka lihat daripada yang

mereka dengar. Ibu dan ayah yang memiliki keterampilan berkomunikasi akan

mamputi :

1. Mengenali anak-anak dengan lebih baik lagi

2. Mengetahui keinginan dan minat anak;

3. Dapat menjelaskan suatu pengetahuan, nilai agama, nilai moral, nilai

sosial pada anak dengan cara yang lebih mudah;

4. Menjadi lebih percaya diri dalam berkomunikasi sehingga menjadi

berhasil guna.

5. Pentingnya komunikasi bagi anak usia dini:

6. Mampu mengembangkan kecerdasan bahasa.

7. Mampu belajar tentang pengetahuan sekitarnya.

8. Mampu membangun kecerdasan sosial emosional.

9. Mampu menjalin hubungan kekeluargaan, mengembangkan

kepercayaan diri dan harga diri anak.

10. Mampu meningkatkan kecerdasan berpikir anak untuk membedakan

benar salah.

11. Mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan dan alam sekitar.

12. Mengenalkan pada Tuhan Maha Pencipta.

13. Sebagai alat untuk menyelesaikan masalah.

Karakteristik anak usia dini dalam berkomunikasi :1. Anak berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan isyarat

tubuhnya.

2. Kemampuan bahasa anak terus didorong untuk membantu anak dalam

mengungkapkan keinginan dan menjalin hubungan dengan orang lain.

Awal Kata dan Kalimat Pada Komunikasi Anak Usia Dini

Kata-kata pertama adalah ucapan seorang anak setelah mampu bicara

dengan orang lain. Kata-kata pertama merupakan cara seorang anak untuk

menyampaikan pesan kepada orang lain, biasanya dianggap sebagai proses

perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh kematangan kecerdasan.

Page 8: SAP, BAP, Dokumentasi

Kematangan kecerdasan tersebut biasanya ditandai dengan kemampuan anak

usia dini untuk menyusun kata dalam berbicara. Kemampuan ini akan terus

berkembang jika anak usia dini sering berkomunikasi atau berinteraksi2

dengan orang lain.

Perkembangan kalimat pada anak usia lima tahun pertama :

1. Tahap Awal Bahasa di Usia 0—1 Tahun

Ditandai dengan kemampuan bayi untuk mengoceh sebagai cara

berkomunikasi dengan ibu dan ayahnya. Bayi mampu memberikan respons

atau tanggapan yang berbeda- beda terhadap perangsangan yang diberikan

oleh orang di sekelilingnya. Contoh, bayi akan tersenyum

kepada orang yang dianggapnya ramah; sebaliknya, dia akan menangis dan

menjerit kepada orang yang dianggap tidak ramah atau ditakutinya.

2. Tahap Bahasa Dini di Usia 1—2½ Tahun

Ditandai dengan kemampuan anak membuat kalimat menggunakan

satu kata maupun dua kata dalam suatu percakapan dengan orang lain.

Periode ini terbagi atas 3 tahap:

a. Bicara satu kata, yaitu kemampuan anak membuat kalimat yang terdiri dari

satu kata tetapi mengandung pengertian secara menyeluruh dalam suatu

percakapan. Misal, ananda mengatakan, ”Ibu.” Hal ini dapat berarti, “Ibu tolong

saya.”; ”Itu Ibu.”; ”Ibu ke sini.”

b. Bicara dua kata, yaitu kemampuan anak membuat kalimat menggunakan

dua kata sebagai

ungkapan komunikasi dengan orang lain. Contoh, “Kakak jatuh.”;

“Lihat gambar.”

c. Bicara lebih dari dua kata, yaitu kemampuan anak membuat kalimat

secara lengkap lagi.

Umpama,

Page 9: SAP, BAP, Dokumentasi

”Saya minum

susu.”

3. Tahap Bahasa usia 2½—5 Tahun

Ditandai dengan kemampuan anak menguasai bahasa yang lebih

lengkap. Ragam kata dan jumlahnyapun sudah berkembang. Contoh, “Saya

mau makan buah melon.”; ”Saya kemarin pergi ke rumah nenek di

Bandung.”

Bentuk-Bentuk Komunikasi Berdasarkan Cara Pengasuhan Orangtua

A.Bentuk Komunikasi Otoriter (Memaksakan Kehendak)

Saat anak usia dini berkomunikasi, berbincang, maupun berdebat

dengan kita, sering kali seorang anak merasa kesal, marah, dan berakhir

dengan keterpaksaan anak menerima pendapat kita. Ini disebabkan sering

kali anak dianggap sebagai orang yang tak tahu apa- apa dan harus menurut

apa kata dan kehendak kita. Hal tersebutlah yang membuat anak enggan

berkomunikasi dengan kita, karena sudah dapat diketahui hasil akhirnya: anak

harus menuruti kehendak ibu dan ayahnya.

Inilah bentuk komunikasi otoriter yang tidak disukai anak usia dini. Ciri-

cirinya saat sedang menjalin komunikasi bisa dilihat sebagai berikut :

a. Lebih banyak bicara daripada mendengar, ini merupakan sifat

kebanyakan ibu dan ayah. Kita merasa lebih mengerti dan lebih

berpengalaman daripada anak kita. Padahal ini dapat membuat anak

putus asa dan enggan menjalin komunikasi yang lebih baik dengan kita.

b. Cenderung memberi nasihat dan arahan, tanpa memedulikan perbedaan

masa lalu kita dengan masa anak. Kita cenderung mengatakan ini boleh

atau itu tidak boleh dan mengharuskan anak mematuhi tanpa

menjelaskan alasan dan sebab akibat jika mereka melakukannya. Tak

jarang kita memberikan alasan yang tidak dipahami anak kita.

Page 10: SAP, BAP, Dokumentasi

c. Tidak mau mendengar dan memahami dahulu masalah yang dialami anak.

Hal ini biasanya lebih dikarenakan keterbatasan waktu yang kita miliki,

sehingga kita enggan berlama-lama mendengarkan masalah anak kita.

d. Tidak memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pendapat.

Kita cenderung merasa paling tahu dan paling benar daripada anak.

e. Selalu menyalahkan anak. Jika anak melakukan kesalahan, kita tidak

meminta penjelasan mengapa ia melakukan hal itu dan mengapa ia tidak

boleh melakukan hal itu.

f. Ibu dan ayah yang budiman, itulah gaya komunikasi otoriter atau komunikasi

yang memaksakan kehendak pada anak usia dini dan hal ini tidak

disukai oleh anak- anak kita.

B. Bentuk Komunikasi Demokratis (Saling Menghargai)

Kita harusnya mampu menjadikan saat berkumpul dan berbincang

dengan keluarga sebagai saat yang berkesan bagi anak, meski itu hanya

beberapa menit dalam sehari. Yang perlu kita pahami adalah setiap anak

memiliki keinginan untuk dihargai dan pendapat yang mungkin berbeda.

Hal-hal yang bisa ibu dan ayah lakukan dalam menciptakan komunikasi yang

berkesan dengan anak, antara lain :

1. Anggap anak sebagai teman. Berikan perhatian dan kasih sayang

pada saat ia menceritakan kisahnya, berikan tanggapan selayaknya

seorang teman dan bukan sebagai orangtua yang mengatur hidup

anaknya.

2. Puji keberhasilan-keberhasilan kecil yang telah dilakukan anak. Hal ini

akan membuat anak merasa dihargai dan bisa membuat bangga

keluarga, juga dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.

Page 11: SAP, BAP, Dokumentasi

3. Hargai apa yang telah dilakukannya pada kita. Mungkin hanya

sekadar perbuatan kecil, seperti mengembalikan mainan pada

tempatnya, menata sepatu di raknya, dan sebagainya.

4. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak, bila perlu kita cari

ungkapan yang paling sederhana agar ia dapat menangkap maksud

tanpa salah mengartikan perkataan kita. Selain itu, gunakan kata-

kata yang menarik saat berbicara dengannya dan sertai dengan

canda-canda kecil agar ia tidak merasa tertekan.

5. Yakinkan pada anak, kita bisa diandalkan. Tentu tidak hanya sebatas

kata-kata, melainkan harus diwujudkan dengan perbuatan. Jadilah

kita sebagai ibu dan ayah yang dapat diandalkan dan selalu ada

di saat-saat ia sedang membutuhkan bimbingan, dorongan atau

hanya sekadar pujian.

6. Ungkapkan dengan perbuatan. Adakalanya komunikasi tidak terjalin

melalui kata- kata namun tidak berarti komunikasi tidak terjalin. Untuk

menunjukkan kasih sayang bisa diungkapkan melalui sentuhan,

memeluk, membelai, menatap dengan lembut ataupun mencium. Hal

ini bisa membuat anak merasa disayang dan diperhatikan.

7. Ibu dan ayah terkasih, bila komunikasi demokratis yang saling

menghargai ini dilakukan, anak akan menyukainya dan akan menjadi

komunikasi yang berkesan.

C. Bentuk Komunikasi Permisif (Membiarkan)

Kita cenderung membiarkan anak, tidak peduli, dan kurang sekali

terlibat saat berkomunikasi dengan anak. Biasanya kita kurang menggunakan

hak kita untuk membuat aturan dan cenderung menerapkan hukuman pada

anak, namun tidak membimbing dan memberikan peran anak dalam keluarga.

Page 12: SAP, BAP, Dokumentasi

Tip Berkomunikasi dengan Anak

Ibu dan ayah yang berbahagia, berkomunikasi dengan anak usia dini

berbeda dari berkomunikasi dengan remaja maupun orang dewasa. Pemikiran

anak cenderung lebih sederhana, konkret (nyata), penuh khayal, kreatif,

ekspresif2, aktif, dan selalu berkembang. Untuk itu, ibu dan ayah harus

dapat menyesuaikan cara berkomunikasinya dengan anak-anak (bukan

anak-anak yang harus menyesuaikan dengan ibu dan ayahnya). Dalam

bahasa lain, kita menerapkan komunikasi demokratis atau yang saling

menghargai.

Untuk membuat anak usia dini merasa nyaman saat berkomunikasi

dengan ibu dan ayah, upayakanlah menerapkan hal-hal berikut:

1. Dengarkan apa yang diceritakan ananda dan pancing untuk

lebih banyak bercerita. Ia senang sekali menceritakan

pengalaman-pengalaman yang baru dilaluinya dan ia akan

bersemangat bercerita, jika ibu-ayah mendengarkan dan tertarik

dengan apa yang diceritakannya.

2. Saat ananda sedang menceritakan sesuatu, fokuskan perhatian

pada ceritanya.

Hentikan sejenak kegiatan yang ibu-ayah lakukan, ajak ia

mendekat dan dengarkan dengan saksama. Jika perlu, beri sedikit

tanggapan.

3. Ulangi cerita ananda untuk menyamakan pengertian, karena

mungkin bahasa anak berbeda dengan bahasa kita, sehingga tidak

terjadi kesalahpahaman dalam memahami cerita anak.

4. Bantu ananda mengungkapkan perasaannya dengan bertanya. Jika

ananda masih bingung tentang apa yang dirasakannya, apa

yang membuatnya sedih atau gembira, maka dengan meminta ia

bercerita akan membuatnya merasa diperhatikan.

Page 13: SAP, BAP, Dokumentasi

5. Bimbing ananda untuk memutuskan sesuatu yang tepat. Jelaskan

akibat apa yang akan terjadi jika ia mengambil suatu keputusan,

jelaskan sebab dan akibat dari keputusan itu secara sederhana

agar mudah dimengerti olehnya.

6. Emosi ananda yang masih belum stabil membuat ia mudah marah.

Tunggu sampai ia tenang, baru dekati dan tanyakan apa yang

mengesalkan hatinya. Jangan sampai membuat ananda merasa

sedang diabaikan atau tak diacuhkan.

7. Saat berkomunikasi dengan anak usia dini, ibu dan ayah tak perlu

malu, misalnya harus berperan sebagai badut di depan anak, jika

dengan cara itu anak akan lebih bisa memahami dan mengerti apa

yang ibu-ayah maksudkan.

Komunikasi dengan anak yang dijalin sejak dini dapat memudahkan

dalam mendidik dan mengarahkan anak usia dini. Yang Boleh dan Tidak Boleh

Dilakukan Ibu-Ayah Ketika Berkomunikasi dengan Anak

Hindari dan tidak dilakukan:

A. 12 gaya berkomunikasi negatif sebagai berikut :

1. Memerintah 7. Menyalahkan

2. Meremehkan 8. Menasehati

3. Membandingkan 9. Membohongi

4. Memberi julukan negatif 10. Menghibur

5. Mengancam 11. Mengkritik

6. Menyindir 12. Menyelidik

Page 14: SAP, BAP, Dokumentasi

Bila salah satu gaya itu dilakukan, maka:

- Anak usia dini tidak percaya pada perasaannya sendiri.

- Anak usia dini tidak

percaya diri.

Berbicara tergesa-gesa.Karena:

- Kemampuan anak usia dini menangkap pesan masih terbatas.

- Tidak memberi kesempatan pada anak usia dini untuk

memahami pesan. Bila hal tersebut dilakukan, maka:

- Anak usia dini tidak memahami pesan.

- Terjadi banyak kesalahan dalam proses pengasuhan, akhirnya ibu-ayah jadi

sering marah.

II. Yang boleh dilakukan:A. Membaca bahasa isyarat tubuh

(perilaku anak). Karena:

- Bahasa tubuh atau perilaku anak lebih mudah dilihat dan tidak pernah

berbohong.

- Bahasa tubuh lebih nyata dibandingkan

dengan bahasa lisan. Bila hal tersebut tidak

dilakukan, maka:

- Kita tidak akan memahami anak.

- Anak usia dini lebih mudah emosi/marah.

B. Mendengarkan ungkapan perasaan anak.Dengan kita mendengarkan ungkapan perasaan anak berarti:

- Mengurangi emosi anak.

- Merangsang

Page 15: SAP, BAP, Dokumentasi

kemampuan berbicara.

Caranya:

- Kita ikut merasakan kesedihan, kegelisahan, dan kesenangan anak.

C. Mendengarkan aktif.

Untuk membangun anak dalam hubungan sosialnya dan kepercayaan

dirinya..Caranya:

- Dengarkan dengan sungguh-sungguh

sepenuh perasaan.

- Wajah ibu-ayah menghadap langsung ke wajah anak, dengan

pandangan mata sejajar.

D. Menggunakan pesan sayang.

Untuk melatih anak memahami

perasaan orang lain. Caranya:

- Ungkapkan perasaan sayang (positif) ibu-ayah kepada anak. Contoh, ”Ibu

khawatir kalau

kamu berlari-larian seperti itu, nanti kamu bisa terjatuh, Nak.” Atau, “Ayah

sayang kamu, Nak. Karena itu Ayah sedih kalau kamu suka memukul

temanmu.”

E. Menggunakan kata motivasi

Gunakan kata ”ayo”, ”coba”, ”mari”, ”silakan” untuk menggantikan kata

”jangan” dan ”tidak”.

Catatlah berapa kali dalam sehari ibu dan ayah menggunakan kata

”tidak”, ”sudah”,

”berhenti”, ”jangan”, ”tunggu”, ”ayah/ibu bilang apa”. Gantilah kata-kata

tersebut dengan kata-kata positif dalam komunikasi:

Page 16: SAP, BAP, Dokumentasi

- Untuk memberikan motivasi dan dukungan, kata ”ayo”, ”coba”, ”mari”,

”silakan” dapat membantu anak usia dini mencoba melakukan. Sedangkan

kata ”jangan” dan ”tidak boleh” kadang malah dapat mendorong anak

melakukan perlawanan, penolakan atau ingin mencoba. Contoh kalimat

larangan, ”Jangan naik pohon, nanti jatuh!”

Dapat diganti dengan kalimat ajakan, “Ayo, kita bermain di bawah pohon

saja, pasti lebih menyenangkan.”

- Untuk menggantikan kalimat larangan harus diberikan pilihan yang dapat

dipilih anak. Misalnya, seorang anak bernama Ade, meloncat-loncat di atas

kursi, maka kalimat yang kita gunakan, misalnya, “Ade boleh duduk di atas

kursi atau boleh meloncat di atas karpet ini.”

F. Menggunakan kalimat dan kata-kata positif.

Mengajak dengan menggunakan kalimat positif dan melarang dengan

alasan yang bisa dipahami anak.

Contoh :

- Anak mau naik pohon yang

basah karena hujan.

Kalimat yang biasa digunakan adalah, ”Kamu jangan naik pohon,

nanti jatuh.” Sebaiknya ganti dengan kalimat, ”Nak, coba lihat, pohon ini

licin karena hujan semalam, kamu bisa terpeleset dan jatuh kalau naik pohon

ini.” Atau, ”Pohon ini licin karena hujan semalam, kamu bisa terpeleset dan

jatuh kalau memanjatnya, jadi sebaiknya kamu tidak naik pohon ini.”

- Anak berjalan dengan menyeret selimutnya.

Kalimat yang biasa digunakan, ”Selimutnya jangan diseret-seret begitu, nanti

jadi kotor.” Gantilah dengan kalimat positif berikut, ”Maaf, Nak, selimutnya

sebaiknya tidak diseret- seret begitu, nanti jadi kotor.” Atau, ”Maaf, Nak, angkat

selimutnya supaya tetap bersih.”

Page 17: SAP, BAP, Dokumentasi

G. Membiasakan mengucapkan kata “terima kasih”, “permisi”, ”maaf” dan ”minta tolong” pada anak sesuai dengan kejadiannya.

Contoh:

- “Terima kasih ya, Nak, Bunda dibantu merapikan mainan.”

- “Permisi ya, Nak, Ibu ke dapur sebentar.”

- “Maaf, Nak, kita bermainnya sudah cukup dulu, sekarang waktunya mandi.”

- “Nah, Ayah minta tolong, sampahnya dibuang di tempat sampah, ya.”

H. Mengembangkan pertanyaan terbuka.

Untuk melatih berpikir kritis dan kecerdasan anak usia dini. Caranya:

- Ajari anak membedakan perbuatan baik dan buruk.

Contoh, ketika anak menonton film kartun Tom and Jerry, tanyakan

kepadanya, ”Nak, menurutmu, perbuatan Tom dan Jerry yang selalu berkelahi

itu, baik apa tidak ya? Sebaiknya bagaimana, ya?”

- Ajari anak membedakan benar dan salah.

Contoh, ”Nak, sebaiknya kita membuang sampah di mana, ya?”

I. Menggunakan kata-kata yang benar.

Untuk melatih anak memiliki pengetahuan tentang tata bahasa yang

benar, kita tidak dibenarkan mengikuti atau menirukan kata-kata anak yang

masih belum jelas, atau pemenggalan kata yang tidak utuh. Contoh: kata

”mam-mam” untuk ”makan”, ”embin” atau

”obin” untuk ”mobil”, dan sebagainya.

Jadi, kita harus mengucapkan kata dengan istilah yang sebenarnya dan jelas.

Contoh, kita mau meminta anak usia dini menirukan kata ”makan”. Jangan

katakan, ”Nak, agar kamu jadi kuat dan sehat, kamu harus ma....” (mengharap

Page 18: SAP, BAP, Dokumentasi

anak melanjutnya dengan suku kata ”kan”). Seharusnya kita mengatakan,

”Nak, agar kamu jadi kuat dan sehat, kamu harus makan. Harus apa,

Nak?”, dengan harapan anak akan mengatakan ”makan”. Jadi, gunakan kata

yang utuh.

J. Memberikan contoh perbuatan dari orangtua.

Apa yang dilihat anak akan dilakukan, karena anak lebih percaya pada apa

yang dilihat daripada didengar. Jadi, sebaiknya ibu dan ayah memberikan

contoh perbuatan secara langsung pada anak.

Antara lain :

- Pembiasaan menggosok gigi saat anak telah tumbuh giginya. Ibu dan ayah

menggosok gigi di dekat anak, anak diberikan sikat gigi yang sesuai dan

dapat memotivasinya untuk mencoba, semisal sikat gigi dengan bentuk dan

gambar-gambar lucu.

- Pembiasaan membuang sampah di tempat sampah. Ibu dan ayah

menunjukkan sambil

berkata, ”Kalau membuang sampah harus di tempat sampah.”

- Pembiasaan merapikan mainan. Ibu dan ayah memberikan contoh merapikan

mainan, lalu anak diminta melanjutkan sampai tuntas. Atau, ibu-ayah

mengajak dan anak merapikan mainan bersama-sama, ”Nak, ayo kita simpan

kembali mobil-mobilan ini di kotak mainannya.”

- Pembiasaan membaca. Ibu dan ayah seringlah membaca buku, majalah,

atau koran di dekat anak. Sediakan buku cerita bergambar yang sesuai

dengan usia anak untuk merangsang anak tertarik dengan buku dan akhirnya

jadi gemar membaca.

PESAN UNTUK IBU - AYAH

Ibu dan ayah yang budiman, apa pun yang didengar dan dilihat oleh

anak usia dini, merupakan rangsangan yang akan diolah dan disimpan dalam

Page 19: SAP, BAP, Dokumentasi

ingatannya. Marilah kita memberikan contoh yang nyata dan hindari

penggunaan kata-kata yang tidak layak didengar maupun sikap yang tidak

layak dilihat olehnya. Untuk itu, dalam berkomunikasi dengan anak, ibu dan

ayah harus memerhatikan karakter anak usia dini, agar komunikasi menjadi

berhasil guna. Komunikasi harus dibina sedini mungkin dan dilandasi oleh

pengertian dari ibu-ayah. Tentunya, komunikasi yang dapat dilakukan tidak

hanya sebatas pada percakapan semata, tetapi juga bisa diwujudkan melalui

perbuatan, seperti sentuhan, belaian, ciuman, perhatian, dan kata-kata positif.

Aturan yang konsisten3 merupakan bentuk komunikasi tidak langsung, yang

berperan dalam proses pembiasaan anak selanjutnya. Jadi, ibu dan ayah

harus menjaga konsistensi tentang

semua aturan yang disepakati dan pembiasaan yang dilakukan bersama anak.

Jika kesepakatan aturannya tidak boleh, maka kita pun tidak boleh

melakukannya. Ingatlah, pada dasarnya anak hanya ingin merasa diperhatikan

dan disayang oleh ibu-ayahnya.

Ibu dan ayah tercinta, komunikasi kita yang berkualitas pada anak usia dini

akan membuat mereka mampu mengenal dan membedakan benar salah,

memudahkan dalam mengetahui akar persoalan, serta memberikan

kepentingan yang terbaik untuk anak. Harapannya, di masa yang akan

datang, anak tidak salah dalam memilih pergaulan di luar rumah dan tidak

mencoba-coba sesuatu yang membahayakan, baik bagi dirinya maupun

lingkungannya.

Selamat menjalin komunikasi dengan

ananda

Page 20: SAP, BAP, Dokumentasi

DAFTAR PUSTAKA

Perilaku menyimpang remaja, Data survey KOMNAS • Perlindungan Anak

Indonesia, tahun 2007. Episentrum, Psikologi (Psychological Assessment, •

Counseling).htm

Modul Komunikasi Dalam Pengasuhan Anak Usia Dini, • Departemen

Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Non-Formal Dan

Informal, Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia, th.2008

Psikologi Perkembangan, Hurlock, E. B.. Alih bahasa: • Dra.

Istiwidayanti dan Drs Soedjarwo, M.Sc.: Erlangga Jakarta th.1993

Hubungan antara Gaya Pengasuhan Orang Tua dengan • Tingkah Laku

Prososial Anak, Mahmud, H. R. Jurnal Psikologi. Vol II. No. 1, h. 1-9: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, tahun

2003.

I love You Ayah Bunda, Kumpulan Kisah Inspirasi • Pendidikan dan Parenting

Terbaik Ayah Edy di Radio SMART FM. Tahun 2009. Dedy Andrianto,S.Kom

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal

Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan

Nasional Tahun 2011

Page 21: SAP, BAP, Dokumentasi

Lampiran 2

PERTANYAAN PRE TEST DAN POST TEST

1. Apakah komunikasi itu ?

2. Keuntungan apa yang didapat jika kita berkomunikasi dengan anak?

3. Sebutkan 3 saja gaya komunikasi yang negatif !

4. Apakah benar selalu menggunakan kata jangan pada anak?

5. Apa dampak jika berkomunikasi menggunakan kekerasan pada anak?

Page 22: SAP, BAP, Dokumentasi

PROGRAM PROFESI NERSFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BERITA ACARA KEGIATAN PENYULUHAN

Nama Kegiatan : Penyuluhan tentang sehat jiwa sejak dini dengan

komunikasi tanpa kekerasan

Hari Tanggal : Jum’at, 1 april 2016

Pukul : 16.30 – 17.00

Tempat : Masjid Darussalam Dsn. Sumberwates Ds.

Sumberbening

Pengisi Acara : Yunitasari

Jumlah Peserta : 25 Orang

Kronologis Acara : 1. Acara dimulai pukul 16.30

2. Materi disampaikan 30 menit dengan metode

ceramah

3. Peserta diberikan kesempatan mengajukan

pertanyaan

4.Penyaji memberikan pertanyaan dan menyimpulkan

kegiatan

Evaluasi : Peserta Antusias dengan banyaknya pertanyaan (6

pertanyaan)

Saran : Ibu ibu harus mempraktekkan dirumah materi yang

telah disampaikan

Mengetahui,

Preseptor klinik Bantur, 1 april 2016

(Ns. Soebagijono, S.Kep, M.MKes ) Yunitasari

NIP. 1968109 1999003 1003 150070300011034

Page 23: SAP, BAP, Dokumentasi

Dokumentasi Kegiatan