23
SATUAN ACARA PENYULUHAN DIABETES MELITUS DI RUANGAN C2 RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA Disusun oleh: 1. Sugito 132.030B 2. Moh. Arif Ikhwan 132.025B PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SAP DM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sap dm

Citation preview

Page 1: SAP DM

SATUAN ACARA PENYULUHAN DIABETES MELITUS

DI RUANGAN C2 RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA

Disusun oleh:

1. Sugito 132.030B

2. Moh. Arif Ikhwan 132.025B

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2016

Page 2: SAP DM

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi penyuluhan : Diabetes Mellitus

Sasaran : Pasien dan keluarga di Ruang C2 RUMKITAL

DR. RAMELAN SURABAYA

Hari/Tanggal : Rabu, 16 Desember 2015

Waktu : 15.00 - selesai

Tempat : Di Ruang C2 RUMKITAL DR. RAMELAN

SURABAYA

I. TUJUAN

a. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan, pasien dan keluarga pasien dapat

memahami tentang penyakit diabetes melitus.

b. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 X 30 menit diharapkan 

pasien dan keluarga pasien :

1. Mengerti dan memahami pengertian diabetes melitus

2. Mengetahui klasifikasi diabetes melitus

3. Mengerti dan memahami penyebab diabetes melitus

4. Memahami tanda dan gejala diabetes melitus

5. Mengetahui tentang dampak dan komplikasi diabetes melitus

6. Mengetahui pencegahan diabetes melitus

II. METODE

  Penyuluhan, diskusi dan tanya jawab.

III. MEDIA

1. Leaflet

Page 3: SAP DM

IV. MATERI

Terlampir

V. KEGIATAN PENYULUHAN

NOKEGIATAN

PENYULUHAN

KEGIATAN

PESERTAWAKTU METODE

1 Pembukaan :

Membuka kegiatan

dengan mengucapakan

salam

Memperkenalkan diri

Menjelaskan tujuan dari

penyuluhan

Menyebutkan materi

yang akan diberikan

Menjawab salam

Mendengarkan

Memperhatikan

Memperhatikan

5 menit ceramah

2 Pelaksanaan :

Penjelasan / Penyuluhan

tentang :

pengertian diabetes

melitus

klasifikasi diabetes

melitus

penyebab diabetes

melitus

tanda dan gejala diabetes

melitus

dampak dan komplikasi

diabetes melitus

pencegahan diabetes

melitus

Memperhatikan

Mendengarkan

15 menit ceramah

Page 4: SAP DM

3 Evaluasi :

Menanyakan kepada

peserta tentang materi

penyuluhan yang telah

diberikan,

mengevaluasi tentang

materi yang telah

disampaikan dan

reiforcement kepada

peserta yang dapat

menjawab pertanyaan.

Menjawab

pertanyaan

5 menit Tanya

jawab

4 Terminasi :

Mengucapkan terima

kasih atas peran peserta

Mengucapkan salam

penutup

Mendengarkan

Menjawab salam

5 menit

VI. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi struktur

a. Semua peserta hadir dalam kegiatan

b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan oleh mahasiswa

c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya

d. SAP sudah disiapkan 2 hari sebelum dimulai acara

e. Materi dan media yang akan digunakan sudah disiapkan 2 hari

sebelum dimulai acara

f. Kontrak waktu dengan sasaran sudah dilakukan

2. Evaluasi proses

a. Acara dimulai tepat waktu dan sasaran sesuai target.

b. Peserta antusias terhadap materi yang diberikan

c. Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan

d. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

Page 5: SAP DM

3. Evaluasi hasil

a. Jumlah peserta yang datang 100% hadir dari target yang diharapkan

b. Setelah diberikan penyuluhan diharapkan 75% dari peserta mampu:

- Menyebutkan penyebab diabetes melitus

- Menyebutkan tanda dan gejala diabetes melitus

- Menyebutkan cara mencegah diabetes melitus

Page 6: SAP DM

Materi Penyuluhan :

DIABETES MELLITUS

1. Definisi

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan

berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai

lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron

(Mansjoer dkk, 2007)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetes

merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya.

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang

disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner

& Suddart, 2002).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s

Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,

menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)

a. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus

tergantung insulin (DMTI)

Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel

beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses

autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.

Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.

Page 7: SAP DM

b. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes

Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.Kondisi

ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau

akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah

dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen

dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral

tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang

berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.

c. DM tipe lain

Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,

antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan

endokrin.

d. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)

Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap

diabetes.

3. Etiologi / Penyebab Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus dapat disebabkan oleh banyak faktor Noer (1996)

menyebutkan bahwa ada 4 penyebab terjadinya Diabetes Mellitus, yaitu faktor

keturunan, fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang, kegemukan

atau obesitas, perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin.

Faktor keturunan dapat menjadi penyebab yang mengambil peranan paling

penting dalam terjadinya Diabetes Mellitus karena pola familial yang kuat

(keturunan) mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel beta pankreas yang

memproduksi insulin. Sehingga terjadi kelainan dalam sekresi insulin maupun

kerja insulin (Long, 1996). Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang

berkurang dapat terjadi karena insulin diperlukan untuk transport glukosa, asam

amino, kalium dan fosfat yang melintasi membran sel untuk metabolisme

intraseluler. Jika terjadi kekurangan insulin akibat kerusakan fungsi sel pankreas

Page 8: SAP DM

akan menyebabkan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, asam amino,

kalium dan fosfat (Long, 1996).

Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena

insiden DM menurun pada populasi dengan suplai yang rendah dan meningkat

pada mereka yang mengalami perubahan makanaan secara berlebihan. Obesitas

merupakan faktor resiko tinggi DM karena jumlah reseptor insulin menurun pada

obesitas mengakibatkan intoleransi glukosa dan hiperglikemia (Price dan Wilson,

1995).

Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat

mendukung terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsurangsur akan

menurun bersamaan dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan kadar

glukosa darah yang lebih tinggi dan lebih lamanya keadaan hiperglikemi pada usia

lanjut. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya pelepasan insulin dari sel–sel beta,

lambatnya pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin

(Long, 1996).

Etiologi pada DM telah dijabarkan oleh para ahli, yaitu berkaitan dengan

fungsi organ dan berbagai faktor resiko yang mendahului. Mansjoer (1996 : 588)

menyatakan bahwa Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM), atau DM yang

tergantung pada insulin (tipe I) disebabkan oleh destruksi sel beta pulau

langerhans akibat proses autoimmune. Sedangkan Non Insulin Dependent

Diabetes Melitus (NIDDM) atau tipe II disebabkan kegagalan relatif sel beta dan

resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin

ini sepenuhnya (terjadi defisiensi relatif insulin).

Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya DM, diantaranya :

a. Faktor genetik (herediter) Resiko terkena DM meningkat apabila ada anggota

yang terkena atau menderita DM, yaitu kesesuaian pada kembar monozigote

dan autosomonal dominan. Insulin Dependen Diabetes Melitus : <50 % dan

Non Insulin Dependent Diabetes Melitus : 90–100% (Long, 1996).

Page 9: SAP DM

b. Faktor ras dan etnik tertentu NIDDM biasanya dialami oleh non kulit putih,

pada masyarakat Amerika angka kejadian NIDDM adalah 1:3, sedangkan

pada populasi umum adalah 1:200 (Long, 1996)

c. Faktor autoimmune Sel – sel beta pankreas dihancurkan oleh proses

autoimmune.

d. Proses radang atau infeksi Pada kasus pankreatitis akan terjadi hambatan

sekresi insulin

e. Faktor obesitas, Jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang kegemukan

(Long, 1996).

f. Pada keadaan tertentu Misalnya pada wanita dalam masa kehamilan atau

karena efek dari obat– obatan tertentu (Long, 1996).

4. Patofisiologi

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu

memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin

adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila

insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan

tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah

meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan

predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun

dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap

insulin itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin

normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang

kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam

darah menjadi meningkat

5. Tanda Dan Gejala

Mengenali gejala diabetes tipe satu pada anak tak selalu mudah karena

gejala-gejalanya sering disalah artikan sebagai penyakit flu.Selain itu gejala yang

Page 10: SAP DM

timbul terkadang baru muncul setelah penyakit berjalan cukup panjang. Anak

dengan diabetes tipe 1 biasanya memiliki gejala awal sebagai berikut:

a. Sering Buang Air Kecil

Hal ini terjadi karena ginjal ingin membersihkan kelebihan glukosa dalam

sirkulasi darah.Anak jadi lebih sering buang air kecil dan dalam jumlah yang

besar.Mengompol juga bisa menjadi gejala adanya diabetes, terutama jika

sebelumnya anak tak pernah mengompol.

b. Sering Haus dan Banyak Minum

Karena banyak cairan yang dikeluarkan, anak menjadi gampang haus.

c. Berat Badan Menurun

Tubuh tidak lagi bisa memproses glukosa untuk energi dan mulai memecah

otot dan cadangan lemak untuk menghasilkan energi bagi sel-sel yang

lapar.Karenanya meski nafsu makan anak normal tetapi berat badannya sulit naik.

d. Mudah lelah

Anak tampak kelelahan karena tubuhnya tidak mampu memproses glukosa

untuk energi. Gejala-Gejala Diabetes Tahap Lanjut Diabetes tipe 1 umumnya

terjadi pada anak-anak dan remaja meskipun pada dasarnya dapat terjadi pada usia

berapapun.

Diabetes tipe 2 yang merupakan tipe yang paling umum dapat terjadi pada

usia berapapun dan sering dapat dicegah.

a. Berat badan turun dengan cepat

Buat penderita diabetes, jangan senang dulu jika berat badan Anda turun

dengan cepat.Ini bukan diakibatkan karena diet yang sukses, namun lebih

disebabkan karena pankreas mulai rusak.Pankreas memiliki tugas memproduksi

insulin yang digunakan mengolah glukosa menjadi sumber energi.Karena

pankreas pada penderita diabetes gagal mengolah gula menjadi energi, maka

terjadilah resistensi insulin. Tubuh kemudian akan mencari sumber energi

alternatif dengan membakar cadangan lemak dalam tubuh. Jika cadangan lemak

habis, maka sasaran selanjutnya adalah otot. Akibatnya bobot tubuh akan terus

menyusut.

Page 11: SAP DM

b. Sering Kesemutan

Gejala ini terjadi karena pembuluh darah yang rusak, sehingga darah yang

mengalir di ujung–ujung saraf pun berkurang.

c. Luka yang sulit sembuh

Ini adalah efek lain dari kerusakan pembuluh darah dan saraf selain

kesemutan. Kerusakan ini mengakibatkan penderita diabetes tidak merasakan

sakit jika mengalami luka.Mereka bahkan kadang tidak sadar telah terluka.

Gabungan kadar gula darah yang tinggi dan tidak adanya rasa nyeri, maka luka

yang awalnya kecil dapat membesar menjadi borok dan bahkan membusuk. Jika

sudah sampai tahap ini, amputasi merupakan satu-satunya jalan keluar atau solusi

untuk menyembuhkannya.

6. Dampak dan Komplikasi Diabetes

Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan

komplikasi kronik. (Carpenito, 2001)

1.      Komplikasi Akut

Ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan

berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek,

ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)

a.       Diabetik Ketoasedosis (DKA)

Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu

perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak

adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer, 2002 :

1258)

b.      Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)

Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh

hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.

Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis

dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)

Page 12: SAP DM

c.       Hypoglikemia Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang

rendah)

Terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.

Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral

yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : 1256)

2.      Komplikasi kronik

Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah

diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2

yaitu: (Long 1996)

a.       Mikrovaskuler

1)      Penyakit Ginjal

Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan mikrovaskuler adalah

perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat,

maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan

kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)

2)      Penyakit Mata (Katarak)

Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan kabur sampai

kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalu disebabkan retinopati (Sjaifoellah,

1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang

menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : 16)

3)      Neuropati

Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom, Medulla

spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan–perubahan

metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan

hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)

b.      Makrovaskuler

1)      Penyakit Jantung Koroner

Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi

penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga

tekanan darah akan naik atau Diabetes Melitus. Lemak yang menumpuk dalam

pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan

resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke

Page 13: SAP DM

2)      Pembuluh darah kaki

Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini berperan

dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan

gangren. Infeksi dimulai dari celah–celah kulit yang mengalami hipertropi, pada

sel–sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan

kalus demikian juga pada daerah–daerah yang terkena trauma (Long, 1996 : 17)

3)      Pembuluh darah otak

Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah

keotak menurun (Long, 1996 : 17)

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi:

a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200

mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.

b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.

c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat.

d. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I.

e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau

peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.

f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3.

g. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi

merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

h. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal.

i. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi

(Tipe II).

j. Urine: gula dan aseton positif.

k. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan

infeksi luka.

Page 14: SAP DM

8. Pencegahan

Pencegahan penyakit diabetes melitus terutama ditujukan kepada orang-

orang yang memiliki risiko untuk menderita DM. Tujuannya adalah untuk

memperlambat timbulnya DM, menjaga fungsi sel penghasil insulin di pankreas,

dan mencegah atau memperlambat munculnya gangguan pada jantung dan

pembuluh darah.Faktor risiko DM dibedakan menjadi faktor yang dapat

dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.Usaha pencegahan

dilakukan dengan mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi.

a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi 

Contohnya ras dan etnik, riwayat anggota keluarga menderita DM, usia >45

tahun, riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi>4000 gram atau riwayat

pernah menderita DM gestasional (DMG), dan riwayat lahir dengan berat badan

rendah, kurang dari 2,5 kg.

b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi 

Contohnya berat badan berlebih, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi (>

140/90 mmHg), gangguan profil lipid dalam darah (HDL < 35 mg/dL dan atau

trigliserida > 250 mg/dL, dan diet tak sehat tinggi gula dan rendah

serat.Pencegahan DM juga harus dilakukan oleh pasien-pasien prediabetes yakni

mereka yang mengalami intoleransi glukosa (GDPP dan TGT) dan berisiko tinggi

mederita DM.

Pencegahan DM pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya adalah

dengan mengubah gaya hidup yang meliputi olah raga, penurunan berat badan,

dan pengaturan pola makan. Berdasarkan analisis terhadap sekelompok orang

dengan perubahan gaya hidup intensif, pencegahan diabetes paling berhubungan

dengan penurunan berat badan. Menurut penelitian, penurunan berat badan 5-10%

dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM. Dianjurkan pula melakukan

pola makan yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat kompleks, mengandung

sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut. Asupan kalori ditujukan untuk

mencapai berat badan ideal.

Akitivitas fisik harus ditingkatkan dengan berolah raga rutin, minimal 150

menit perminggu, dibagi 3-4 kali seminggu. Olah raga dapat memperbaiki

resistensi insulin yang terjadi pada pasien prediabetes, meningkatkan kadar HDL

Page 15: SAP DM

(kolesterol baik), dan membantu mencapai berat badan ideal. Selain olah raga,

dianjurkan juga lebih aktif saat beraktivitas sehari-hari, misalnya dengan memilih

menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke pasar daripada

menggunakan mobil, dll.

Merokok, walaupun tidak secara langsung menimbulkan intoleransi

glukosa, dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa

dan DM. Oleh karena itu, pasien juga dianjurkan berhenti merokok.

Page 16: SAP DM

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.

Jakarta : Sagung Seto

Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and

Practice Nursing. Philadelpia : Lippincott

Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000.Community Health and Nursing,

Concept and Practice. Lippincott : California

Carpenitti, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta :EGC

Effendy,N.1998.Dasar-dasar keperawatan Kesehatan

Masyarakat.Jakarta :EGC

Friedman,M.M.1998.Family Nursing Research Theory and

Practice,4thEdition.Connecticut : Aplenton

Iqbal,Wahit dkk.2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi

dalam Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik,

Keluarga.Jakarta : EGC

Suprajitno.2004.Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam

Praktek.Jakarta :EGC Wright dan Leakey.1984.Penderita Obesitas.Jakarta : PT

Pustaka Raya