Upload
yogi-rockfaster
View
250
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERILAKU KEKERASAN
Pokok Bahasan : Gangguan Sistem Neurobehaviour
Sub Pokok Bahasan : Perilaku Kekerasan
Sasaran : Pasien dan keluarga yang mengalami perilaku
kekerasan
Hari/Tanggal : Selasa, 7 Mei 2013
Waktu : 30menit
Tempat : RSJP Bangli
I. LATAR BELAKANG
Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosio-
Spritual yang komperhensif. Klien dapat berupa individu, keluarga dan komunitas
baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Bentuk Asuhan keperawatan jiwa
meluputi pencegahan primer adalah pendidikan kesehatan, pengubahan
lingkungan dan dukungan sistem sosial.
Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem
pendukung utama dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien
berada dirumah. Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting didalam upaya
pencegahan kekambuhan penyakit pada klien jiwa. Melihat fenomena diatas,
maka keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai cara perawatan
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga.
II. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga
dapat memahami informasi yang diberikan dalam penyuluhan dan dapat berguna
dalam kehidupan sehari hari.
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
III. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit klien & keluarga mampu:
1. Menyebutkan definisi (pengertian) dari Perilaku Kekerasan
2. Menyebutkan penyebab dari Perilaku Kekerasan
3. Menyebutkan rentang respon marah dari Perilaku Kekerasan
4. Menyebutkan tanda dan gejala dari Perilaku Kekerasan
5. Menyebutkan akibat dari Perilaku Kekerasan
6. Menyebutkan hal-hal yang dapat di lakukan keluarga yang mempunyai
keluarga Perilaku Kekerasan
7. Menyebutkan peran keluarga dalam penanganan Perilaku Kekerasan
IV. METODE
Ceramah, diskusi/tanya jawab
V. MEDIA
Leaflet, Laptop, LCD
VI. PENGORGANISASIAN
1. Fasilitator : - Karma Ardyasa
- Ery Suarbawa
- Desy Pariani
- Mayun Sutrawan
2. Penyaji : Yogi Aristana
3. Moderator : Vinny Wandani
4. Notulen : Trilita Aminita
5. Observer : Santi Desianti
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
VII. ISI MATERI (materi lengkap terlampir)
a. Definisi (pengertian) Perilaku Kekerasan
b. Penyebab Perilaku Kekerasan
c. Rentang respon marah Perilaku Kekerasan
d. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
e. Akibat Perilaku Kekerasan
f. Hal- hal yang dapat dilakukan keluarga yang mempunyai Perilaku Kekerasan
g. Peran keluargadalam penanganan Perilaku Kekerasan
VIII. PROSES PELAKSANAAN
No Kegiatan Respon
Pasien/Keluarga
Waktu
1 Pendahuluan
a. Memberi salam
b. Menyampaikan pokok bahasan
c. Menyampaikan tujuan
d. Melakukan apersepsi
Menjawab salam
Menyimak
Menyimak
Memberikan feedback
5 menit
2 Isi
Penyampaian materi tentang:
a) Definisi Perilaku Kekerasan
b) Penyebab Perilaku Kekerasan
c) Rentang respon marah Perilaku
Kekerasan
d) Tanda dan Gejala Perilaku
Kekerasan
e) Akibat Perilaku Kekerasan
f) Hal- hal yang dapat dilakukan
keluarga yang mempunyai Perilaku
Kekerasan
g) Peran keluargadalam
penanganan Perilaku Kekerasan
Memperhatikan &
meniyimak
Memperhatikan &
meniyimak
Memperhatikan &
meniyimak
Memperhatikan &
meniyimak
Memperhatikan &
meniyimak
Memperhatikan &
meniyimak
15 menit
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
Memperhatikan &
meniyimak
3 Penutup
a. Diskusi:
1) Memberikan kesempatan pada
peserta penyuluhan untuk
bertanya
2) Menjawab pertanyaan peserta
penyuluhan yang
berkaitan dengan materi yang
belum jelas
3) Memberikan pertanyaan kepada
audience, mengenai:
a) Definisi Perilaku Kekerasan
b) Penyebab Perilaku
Kekerasan
c) Rentang respon marah
Perilaku Kekerasan
d) Tanda dan Gejala Perilaku
Kekerasan
e) Akibat Perilaku Kekerasan
f) Hal- hal yang dapat dilakukan
keluarga yang mempunyai
Perilaku Kekerasan
g) Peran keluargadalam
penanganan Perilaku
Kekerasan
b. Kesimpulan hasil diskusi
c. Evaluasi diskusi
Memberikan informed concert pada
1) Menanyakan hal
yang belum jelas
2) Memperhatikan
jawaban penyuluh
3) Menjawab
pertanyaan yang
ditujukan.
Memperhatikan &
10 menit
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
audience.
d. Memberikan salam penutup
Menyimak
Menjawab salam
IX. SETTING TEMPAT
Duduk menghadap penyaji
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
N= Trilita Aminita
P= Yogi Aristana
M= Vinny Wandani
LCD
LAPTOP
PESERTA PESERTA
PESERTAPESERTA
PESERTA
PESERTA
PESERTA
PESERTAF= Desy Pariani
F= Ery Suarbawa
F=Karma Ardyasa
O=Santi Desianti
F=Mayun Sutrawan
X. EVALUASI
1. Struktur
Kegiatan berlangsung dengan baik sesuai jadwal yang telah
ditentukan, tempat pelaksana tersusun rapi dan bersih, proses
penyuluhan berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Pelaksana terdiri
dari moderator, penyaji, fasilitator, observer dan notulen.
2. Proses
Diharapkan kehadiran peserta penyuluhan 100%. Diharapkan
keantusiasan peserta mendengarkan dan memahami KIE Perilaku
Kekerasan mencapai 75% terlihat dari keaktifan bertanya dan dapat
menyimpulkan penyakit hipertensi tersebut. Kegitan dilaksanakan tepat
waktu dan sesuai jadwal
3. Hasil
Kehadiran peserta penyuluhan yakni 70%, terdiri dari keluarga
pasien dan pasien itu sendiri. Pasien dan keluarga pasien telah
memahami tentangPerilaku Kekerasan, terlihat dari mereka aktif dalam
menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang telah dilakukan. Kegitan
dilakukan pada pukul 14.30 dan berlangsung ± 30 menit.
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
XI. REFERENSI:
- Anonim. 2011. Cegah dan hindari kekerasan, diakses tanggal 2 Mei 2013.
Jam 14.30 dari http://www.orangtua.org/cegahdanhidarikekerasan=804
- Dadang Hawari. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa
Schizofrenia. FKUI: Jakarta.
- Keliat Budi Ana.1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I.
Jakarta : EGC
- Keliat Budi Ana.1999. Gangguan Konsep Diri. Edisi I. Jakarta : EGC
- Stuart GW, Sundeen.1995. Principles and Practice of Psykiatric
Nursing (5 th ed.).St.Louis Mosby Year Book
- WF Maramis. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta :EGC
- Keliat, Budi Anna, Akemat, dkk. 2010. Model Praktik Keperawatan
Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
LAMPIRAN MATERI
PERILAKU KEKERASAN
1. DEFINISI PERILAKU KEKERASAN
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi
ini perilaku kekerasaan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasaan dapat terjadi dalam
dua bentuk, yaitu perilaku kekerasaan saat sedang berlangsung atau perilaku
kekerasaan terdahulu (riwayat perilaku kekerasaan). (Keliat, Budi Anna,
Akemat, dkk. 2010, 126)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan Sundeen,
1995).
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan
orang, diri sendiri baik secar fisik, emosional, dan atau seksualitas (Nanda,
2005).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz, 1993 dalam Depkes, 2000).
2. PENYEBAB PERILAKU KEKERASAN
Menurut Stearen, kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang
tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadinya kemarahan terbagi atas faktor predisposisi
dan faktor presipitasi.
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiayaan atau saksi
penganiayaan juga berpengaruh. Sesorang yang mengalami
hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya
menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas.
Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain
tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya maka dia
menghadapinya dengan kekerasan.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. Manusia
pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan
dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya. Sehingga Kebutuhan akan
status dan prestise juga mempengaruhi perilaku seseorang untuk
melakukan kekerasan
3) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive).
4) Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan
dalam terjadinya perilaku kekerasan
.
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan
yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan
orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab
yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu
perilaku kekerasan.
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya manusia itu
mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak
terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri,
tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
3. RENTANG RESPON MARAH
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan
dapat menimbulkan kemarahan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan
melalui 3 cara yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan
menantang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang
dua cara yang lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang
akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus,
maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan dan
akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat,
1997, hal 6).
a. Assertif
Mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,
atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi
Respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan yang
tidak realistis. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan
kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
c. Pasif
Respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain.
Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan
kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang
lain. Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol.
e. Mengamuk
Rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri.
Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap
orang lain. Tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak
terkontrol.
4. TANDA DAN GEJALA PERILAKU KEKERASAN
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
5. AKIBAT PERILAKU KEKERASAN
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti
menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.
6. HAL-HAL YANG DAPAT DILAKUKAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI
PERILAKU KEKERASAN
a. Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi dan
minat bakat anggota keluarga yang mengalami risiko perilaku kekerasan
sehingga diharapkan dapat meminimalisir kejadian perilaku kekerasan.
b. Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-pihak
terkait contohnya badan konseling, RT, atau RW dalam membantu
menyelesaiakan konflik sebelum terjadi tindakan kekerasan.
c. Mengadakan kontrol khusus dengan perawat / dokter yang dapat
membahas dan melaporkan perkembangan anggota keluarga yang
mengalami risiko pelaku kekerasan terutama dari segi kejiwaan antara
pengajar dengan pihak keluarga terutama orangtua.
7. PERAN KELUARGA DALAM PENANGANAN PERILAKU KEKERASAN
a. Mencegah terjadinya perilaku amuk :
1) Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antar anggota keluarga
2) Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota keluarga
yang berada dalam kesulitan
3) Saling menghargai pendapat dan pola pikir
4) Menjalin keterbukaan
5) Saling memaafkan apabila melakukan kesalahan
6) Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha
memperbaiki kekurangan tersebut
7) Apabila terjadi konflik sebaiknya keluarga memberi kesempatan pada
anggota keluarga untuk mengugkapkan perasaannya untuk membantu
kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
8) Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan minum obat
anggota dengan risiko pelaku kekerasan dan mendiskusikan tentang
pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.
9) Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas kegiatan
yang telah dilatih di rumah sakit.
10)Keluarga memberi pujian atas keberhasilan klien untu mengendalikan
marah.
11)Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobatan anggota
keluarga risiko pelaku kekerasan.
12)keluarga menyiapkan lingkungan di rumah agar meminimalisir
kesempatan melakukan perilaku kekerasan
b. Mengontrol Perilaku Kekerasaan dengan mengajarkan
klien :
1) Menarik nafas dalam
2) Memukul-mukul bantal
3) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan klien
mengucapkan apa yang tidak disukai klien
4) Melakukan kegiatan keagamaan seperti berwudhu’
dan shalat
5) Mendampingi klien dalam minum obat secara teratur.
c. Bila Klien dalam PK
Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu
membawa klien ke rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum dibawa usahakan
dan utamakan keselamatan diri klien dan penolong.
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
DIALOG SATUAN ACARA PENYULUHAN : PERILAKU KEKERASAN
Moderator : selamat pagi, bapak ibu.
Peserta : selamat pagi
Moderator : perkenalkan kami dari STIKES WIRA MEDIKA. Saya Vinny
sebagai moderator dan teman saya Yogi Arisana sebagai penyaji
dan Ery, Karma, Ita, Mayun sebagi fasilitator. Sesuai
pemberithuan kami kemarin, kami akan melakukan penyuluhan
degan topic Prilaku kekerasan dimana tujuannya agar bapak-ibuk
mengetahui apa itu prilakukekerasan dan bagaimana
pencegahannya. Penyuluhan ini akan dilakukan selama 30meit
dengan pembagian acara penyampaian materi selama 15 menit
dan sesi tana jawaba selama 10 menit. Nanti kalau dipertengahan
penyajian materi saya bilang ibu-ibu maka ibu-ibu jawab Yes Yes
Yes dan ketika saya bilang bapak-bapak maka para bapak jawab
Jos Jos, Jos. Megerti bapak-ibu semua?? Ok, sebelumnya disisni
ada yang tahu tentang prilaku kekerasan?
Peserta 1 : tidak tahu
Peserta 2 : prilaku kekerasan adalah prilaku kasar yang mengakibatkan
adanya luka seperti tampara, memukul dan tendangan kepada
orang lain
Moderator : ya tanggapan bapak benar tepuk tangan…
Untuk lebih jelasnya kita berika waktu ke penyaji untuk
menjelaskan lebh lanjut mengenai prilaku kekerasan. Waktu dan
tempat saya persilakan kepada penyaji.
Penyaji : terimakasih kepada moderator.
(penyajian materi oleh penyaji 15 menit )
Penyaji : baik materi telah selesai di sampaikan sekarang waktu dan
tempat saya kembalikan
kepada moderator
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan
moderator : baik beri tepuk tangan dulu kepada penyaji atas penyajiannya.
Selanjutnya akan di berikan kesempatan pada bapak atau ibu
yang ingin bertanya. Silakan bertanya, saya cari tiga orang
penanya
moderator : baik , setelah bapak dan ibu bertanya,sekarang giliran kami
bertanya pada bapak dan ibu mengenai materi yang telah kami
sampaikan, ini bertujuan untuk mengetahui apa bapak dan ibu
sudah mengerti tentang materi yang kami sajikan.bapak dan ibu
ada yang bisa memberikan penjelasan dari pengertian perilaku
kekerasan.
Peserta 1 : ……………………..
Peserta 2 :………………………
Moderator : ya jawabannya sangat bagus. Terima kasih. Sekarang siapa
yang bisa menyebutkan apa saja akibat dari perilaku kekerasan.
Peserta 3 : ………………………….
Moderator : ya jawabannya sangat bagus, terima kasih. Saya mau bertanya
lagi, apa saja pencegahan dari perilaku kekerasan?
Peserta 4 :……………………………………..
Moderator : baik terima kasih atas jawabannya, dan jawaban anda sangat
memuaskan. Baik penyuluhan kami sudah selesai. Sekarang
bapak dan ibu sudah lebih mengerti kan tentang perilaku
kekerasan khususnya cara pencegahannya karena itu sangat
penting. Baik saya ucapkan terima kasih dan saya tutup
penyuluhan ini dengan paramashanti “om santih santih santih om”
Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI BaliProgram Studi Ilmu Keperawatan