32

Click here to load reader

SARBANES OXLEY ACT makalah fix.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Seminar Pemeriksaan Akuntansi

23

Seminar Pemeriksaan Akuntansi

SARBANES OXLEY ACT

OLEH

KELOMPOK 12

AISYAH FACHRUNISA 1102120665MASYITAH

1102121072PUTRI AISYA

1102112937YANI ZULVINA

1102113292

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, berkah dan karunia-Nya kepada kami dalam menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul Sarbanes Oxley Act dalam rangka proses perkuliahan di kelas Seminar Pemeriksaan Akuntansi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Akhir kata, penulis menghaturkan terima kasih dan harapan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Pekanbaru, 26 November 2014

Kelompok 12

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .2

Daftar Isi 3

BAB I PENDAHULUAN .4

Latar Belakang ..4

Tujuan 5

Rumusan Masalah .5

BAB II PEMBAHASAN ..6

Sarbanes Oxley Act ..6

Pengertian 6

Sejarah .6

Tujuan .7

Sarbanes Oxley Act untuk siapa ...8

Isi Sarbanes Oxley Act ..8

Implikasi Sarbanes Oxley Act ..18

Pengaruh Sarbanes Oxley Act terhadap Kualitas Audit ..18

Pengaruh Sarbanes Oxley Act terhadap Internal Control

Perusahaan ..19

Penerapan Sarbanes Oxley Act di Indonesia 20

BAB III KESIMPULAN ..22

Kesimpulan .22

Daftar Pustaka ..23

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Masyarakat dimana-mana bertanya factor apakah gerangan yang mendorong dan menyebabkan terjadinya skandal-skandal laporan keuangan perusahaan go-publik di Amerika Serikat, yang melibatkan secara kasatmata profesi akuntan khususnya mereka yang memeriksa laporan keuangan perusahaan atau yang dikenal pula dengan istiah Independent Auditor. Tidak tanggung-tanggung, dalam kasus kejahatan korporasi itu melibatkan Kantor Akuntan Publik global yang termasuk dalam kelompok lima besar, yaitu Arthur Anderson. Meskipun yang diungkapkan media masa global hanya Enron, Worldcom, dan Xerox, sbetulnya ada sejejer lagi nama perusahaan lain dengan kemungkinan terjadi praktek manipulasi dalam bidang akuntansi, sehingga laporan keuangannya menyesatkan dan tentu akibatnya merugikan public (Antonius, 2002).

Masyarakat pada umumnya mengira bahwa akuntansi sekadar pembukuan yang mencatat pemasukan dan pengeluaran uang. Setelah terjadi kasus-kasus skandal korporasi besar di Amerika Serikat, yang melibatkan perusahaan raksasa, seperti Enron dan Worldcom, masyarakat dunia terperanjat karena skandal-skandal perusahaan besar yang menipu masyarakat justru terjadi di Negara yang selama ini dianggap sebagai barometer berbagai aturan dan standar mengenai bursa saham, profesi akuntan, dan transparansi dalam laporan keuangan (Antonius, 2002).

Kejahatan korporasi di Amerika ini menimbulkan tanda Tanya besar dikalangan masyarakat bisnis dunia, termasuk Indonesia, tentang integritas, kredibilitas, dan profesionalisme para pemimpin perusahaan di Amerika dan Kantor Akuntan Publik global yang termasuk dalam kelompok lima besar. Untungnya, berkat tekanan pers dan public serta kepentingan nasional Amerika sendiri, Kongres Amerika Serikat segera mensponsori suatu Rancangan Undang-Undang tentang Reformasi Perusahaan dan Profesi Akuntan (Antonius, 2002).

B.Rumusan Masalah

Apakah penyebab dibentuknya undang-undang Sarbanes Oxley?

Apa sajakah yang diatur di dalam undang-undang Sarbanes Oxley?

Apa pengaruh yang ditimbulkan dari implikasi undang-undang Sarbanes Oxley?

C.Tujuan

Untuk mengetahui penyebab dibentuknya undang-undang Sarbanes Oxley.

Untuk mengetahui apa saja yang diatur di dalam undang-undang Sarbanes Oxley.

Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari implikasi undang-undang Sarbanes Oxley.

BAB II

PEMBAHASAN

Sarbanes Oxley Act

Pengertian

Sarbanes-Oxley Act (Pub. L. dalam Yesshy, 2010) adalah sebuah landasan hukum yang disahkan pada 23 Januari 2002 oleh kongres Amerika Serikat. Undang-undang ini dikenal sebagai Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002 atau undang-undang perlindungan investor dan pengaturan akuntansi perusahaan publik yang seringkali disebut SOX atau Sarbox. Sarbanes Oxley Act adalah hukum federal Amerika Serikat tahun 2002 yang berisi penetapan suatu standar baru bagi semua dewan dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik, mengatur mulai ikhwal tanggung jawab tambahan dewan perusahaan hingga ketentuan hukum pidana (Fitriana, 2012). Menurut Efendi (2009) Undang-undang tersebut mengatur tentang akuntabilitas (accountability), pratik akuntansi (accounting practice), dan pengungkapan informasi (information disclosure) pada perusahaan publik, termasuk tata cara pengelolaan data.

Sejarah Sarbanes Oxley Act

Suharto di dalam Sri (2009) menjelaskan bahwa Sarbanes-Oxley Act muncul dilatar belakangi oleh runtuhnya korporasi di Amerika Serikat, yaitu adanya skandal akuntansi dan tidak diindahkannya corporate governance pada Enron (perusahaan energi terbesar di dunia). Selama bertahun-tahun, perusahaan memberikan informasi perhitungan akuntansi yang salah, namun menjelang kebangkrutan keuntungan Enron masih sempat dinyatakan overstated sedangkan kewajibannya dinyatakan understated dalam laporan keuangannya Securities Exchange Committee (SEC) melakukan penyidikan dan menemukan bahwa laporan keuangan Enron tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Dampak manipulasi itu, auditor independen Enron Arthur Andersen- dianggap terlibat dalam skandal tersebut.

Selain skandal Enron, sejumlah skandal akuntansi perusahaan besar lain yang termasuk di antaranya Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems dan WorldCom yang turut menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya harga saham perusabaan-perusahaan yang terpengaruh ini menyebabkan mengguncangnya kepercayaan mayarakat terhadap pasar saham nasional. Sehingga akhirnya akta yang diberi nama berdasarkan dua penggagasnya yaitu Senator Paul Sarbanes dan Representatif Michael G. Oxley ini disetujui oleh Dewan dan Senat serta disahkan menjadi hukum federal oleh Presiden AS George W. Bush pada tanggal 30 Juli 2002 (Fitriana, 2012).

Tujuan Sarbanes Oxley Act

Berdasarkan paparan di dalam website www.sox-online.com dikatakan bahwa maksud dari Sarbanes-Oxley Act adalah untuk melindungi investor dengan meningkatkan akurasi dan keandalan pengungkapan perusahaan dibuat berdasarkan undang-undang sekuritas, dan untuk tujuan lain.

Sarbanes Oxley Act mewajibkan perusahaan public untuk mereformasi tanggung jawab manajemen perusahaan berkaitan dengan keterbukaan informasi keuangan serta mencegah terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting) yang biasanya bermula dari kecurangan akuntansi (accounting fraud) Selain itu, SOx juga menjamin adanya kepastian terhadap integritas pelaporan keuangan (integrity of financial reporting). Securities Exchange Commission (SEC) di Amerika Serikat juga telah mengadopsi Sox sebagai syarat untuk memperketat persyaratan pengungkapan laporan keuangan serta menjamin akuntabilitas laporan keuangan perusahaan. Dalam hal ini, Sox mewajibkan perusahaan yang terdaftar di NYSE untuk mematuhi berbagai ketentuan yang berlaku guna menjamin transparansi dalam penyusunan laporan keuangan (Efendi, 2009).

Menurut Efendi (2009) tujuan utama Sox adalah meningkatkan kepercayaan public terhadap implementasi prinsip Good Corporate Governance di perusahaan yang telah go public. Amerika serikat menerapkan regulasi ini secara ketat, yang antara lain mencakup pelaporan keuangan yang akurat dan tidak bias, peninjauan atas pengendalian internal, serta kewajiban untuk menerapkan kode etik (code of ethics) dan kode tata kelola perusahaan (code of corporate governance). Sox juga menuntut standar yang sangat tinggi bagi operasi bisnis dan pelaksanaan audit atas pengendalian internal.

Sarbanes Oxley Act berlaku untuk siapa?

Sox berlaku untuk penerbit dari semua surat berharga atau efek-efek (securities) dalam semua perusahaan yang diperdagangkan secara terbuka, untuk segala ukuran (Abrar, 2009). Secara spesifik, SOX berlaku bagi:

Perusahaan yang surat berharganya diperdagangkan di New York Stock Exchange atau bursa lainnya di AS.

Perusahaan dengan lebih dari 500 pemodal dan mempunyai asset $10 juta atau lebih.

Perusahaan dengan lebih dari 300 pemodal, dan memenuhi syarat lain seperti penerbitan surat-surat utang jangka panjang seperti obligasi.

Para pendaftar sukarela, mereka tidak wajib secara hukum, tetapi menerapkan SOX secara sukarela.

Perusahaan yang registerasinya masih tertunda. Misal perusahaan yang melakukan IPO untuk saham atau surat utang.

Isi Sarbanes Oxley Act

Sarbox terdiri dari 11 judul atau bagian dan dijabarkan lagi dalam 66 sectionyang menetapkan hal-hal mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan hingga hukuman pidana (Yuwandito, 2010), sebagai berikut: .

TITLE I : PUBLIC COMPANY ACCOUNTING OVERSIGHT BOARD (9section)

TITLE II : AUDITOR INDEPENDENCE (9 section)

TITLE III : CORPORATE RESPONSIBILITY (8 section)

TITLE IV : ENHANCED FINANCIAL DISCLOSURES (9 section)

TITLE V : ANALYST CONFLICTS OF INTEREST (1 section)

TITLE VI : COMMISSION RESOURCES AND AUTHORITY (4 section)

TITLE VII : STUDIES AND REPORTS (5 section)

TITLE VIII : CORPORATE AND CRIMINAL FRAUD ACCOUNTABILITY (7 section)

TITLE IX : WHITE-COLLAR CRIME PENALTY ENHANCEMENTS (6 section)

TITLE X : CORPORATE TAX RETURNS (1 section)

TITLE XI : CORPORATE FRAUD AND ACCOUNTABILITY (7 section)

Dalam Sarbanes-Oxley Act diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan governance; yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan pembentukan komite audit yang independen. Selain itu diatur pula mengenai hal-hal sebagai berikut (Yuwandito, 2010):

Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board, sebuah dewan yang independen dan bekerja full-time bagi pelaku pasar modal

Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris, komite audit dan pihak manajemen

Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC secara signifikan

Mendefinisikan jasa non-audit yang tidak boleh diberikan oleh KAP kepada klienMemperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud

Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflicts of interestMenetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru.

Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB)

Dewan ini dibentuk berdasarkan amanat Sarbanes-Oxley Act Title I. PCAOB dibentuk untuk mengawasi proses penyusunan, pemeriksaan dan pelaporan laporan keuangan perusahaan publik di Amerika Serikat. Dewan ini mempunyai 5 orang anggota yang dipilih oleh SEC setelah berkonsultasi dengan Menteri Keuangan (Secretary of Treasury) dan Gubernur Bank Sentral (Chairman of the Federal Reserve Board). Masa tugas dari badan tersebut adalah 5 tahun dan dapat tidak dapat dipilih lagi setelah dua periode. Terdapat pembatasan atas keanggotaan tersebut, yaitu hanya dua orang CPA yang boleh menjadi anggota Badan ini pada waktu yang bersamaan, dan mereka tidak boleh berpraktik sebagai CPA selama 5 tahun terakhir sebelum menjabat sebagai anggota PCAOB (Yuwandito, 2010).Tugas-tugas dari PCAOB adalah:

Melakukan registrasi terhadap KAP yang melakukan pemeriksaan terhadap perusaaan yang mencatatkan bursanya pasar modal (perusahaan public). (Section 102)

Menetapkan atau mengadopsi, atau melakukan keduanya: standar audit, quality control, etika, independensi, dan beberapa standar lain yang berkaitan dengan proses penyusunan laporan audit untuk perusahaan public. (Section 103)

Melaksanakan inspeksi terhadap KAP-KAP. (Section 104)

Melakukan investigasi, penegakan disiplin dan pengenaan sanksi terhadap KAP dan partner dari KAP yang melakukan pelanggaran. (Section 105)

Melakukan tugas-tugas dan fungsi-fungsi lain sebagai dewan yang dianggap perlu untuk meningkatkan standar professional pada KAP dan pihak terkait untuk melindungi kepentingan investor dan publik.

Menegakkan ketaatan terhadap Akta ini, aturan Badan, standar professional dan hukum.

Menetapkan anggaran dan mengelola operasional Badan dan stafstafnya.

Independensi Auditor

Setiap KAP, baik yang beroperasi di USA atau di luar negeri, yang ikut serta dalam penyiapan dan penerbitan laporan audit perusahaan publik wajib terdaftar pada PCAOB. Biaya pendaftaran dan pembayaran iuran tahunan yang dipungut dari masing-masing KAP terdaftar dipergunakan untuk menutupi biaya pemrosesan dan review aplikasi pendaftaran dan laporan tahunan yang disampaikan KAP terdaftar kepada Badan Pengawas. Melalui kewajiban ini, KAP yang terdaftar diwajibkan memelihara kertas kerja audit dan informasi serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan laporan audit minimal tujuh tahun. Jasa Tambahan yang Tidak Diperbolehkan. Untuk menjaga independensi auditor maka sebuah kantor akuntan publik atau perseorangan yang berasosiasi dengan kantor tersebut apabila mendapatkan penugasan audit maka dilarang untuk melayani jasa tambahan berikut ini (Section 201 dalam Yuwandito, 2010):

Jasa pembukuan dan jasa lain yang terkait dengan laporan keuangan dan akuntansi klien audit.

Desain sistem informasi keuangan dan pemasangannya

Apraisal atau jasa penilaian lain

Jasa aktuaria

Outsourcing jasa audit internal

Fungsi manajemen atau personalia

Menjadi pialang, penasehat investasi atau jasa konsultasi investasi perbankan

Jasa hukum dan jasa tenaga ahli lainnya yang tidak terkait dengan audit.

Jasa lain yang ditentukan oleh PCAOB

Kantor akuntan publik bisa melakukan jasa lain, kecuali jasa 1-9 diatas, termasuk jasa perpajakan, dengan mendapatkan persetujuan dari Komite Audit terlebih dahulu. Selain aturan mengenai jasa yang tidak diperbolehkan, terdapat beberapa aturan lain untuk menjaga independensi (Yuwandito, 2010) sebagai berikut:

Setiap jasa audit yang diberikan kepada emiten harus terlebih dulu mendapatkan persetujuan dari Komite Audit.

Setiap persetujuan komite audit atas pemberian jasa non audit oleh KAP yang memberikan jasa audit harus diungkapkan dalam pelaporan kepada SEC.Rotasi partner dilakukan setiap 5 tahun sekali untuk satu klien yang sama dimulai dari tahun fiscal 6 Mei 2003 kecuali sebelumnya telah menjadi partner audit klien tersebut selama 7 tahun berturut-turut.

Auditor harus melaporkan kebijakan dan praktek akuntansi yang penting (critical), alternative pencatatan sesuai GAAP terkait dengan isu penting dalam audit, serta materi lain yang dibahas (komunikasi tertulis) antara auditor dan manajemen.

Laporan keuangan harus mengungkapkan fee untuk auditor baik untuk jasa pemeriksaan, jasa lain yang terkait audit, jasa perpajakan, dan jasa yang lainnya.

Seorang auditor tidak boleh menjabat sebagai anggota dewan direktur, CEO, CFO, COO, CAO, controller, direktur audit intern dan jabatan-jabatan lainnya tanpa ada tenggang waktu karir.

Partner KAP tidak boleh menerima kompensasi dari klien selain jasa audit, perpajakan dan jasa atestasi lainnya.

Corporate Responsibility

Komite Audit

Selain KAP, ada kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap emiten.di mana mereka harus memiliki Komite Audit, sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: perusahaan yang tidak memiliki komite audit tidak boleh terdaftar di bursa efek. Komite Audit mempunyai tanggung jawab (Yuwandito, 2010) sebagai berikut:

Melakukan seleksi/penunjukan dan menentukan kompensasi (fee) serta mengawasi KAP yang mengaudit korporasi.

Menjadi anggota yang independen dari dewan direksi dan dewan komisaris.

Menyelenggarakan prosedur untuk menangani komplain-komplain yang berkaitan dengan akuntansi, pengendalian internal, dan hal-ha llain yang berkaitan dengan audit. Menelaah dan menyetujui jasa audit dan jasa-jasa lain yang diberikan oleh KAP.

Mengembankan program penanganan whistleblower bagi pegawai atau pengadu yang melaporkan terjadinya penyimpangan untuk memperoleh perlindungan dan mencegah tindakan pembalasan.

Untuk anggota komite audit independen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: tidak menerima fee untuk kegiatan konsultasi, advisery atau jasa lainnya yang diberikan kepada perusahaan, bukan merupakan pegawai dari perusahaan atau anak perusahaan, serta boleh dibantu oleh tenaga ahli (Yuwandito, 2010).

Pengungkapan Laporan Keuangan

Ketentuan ini mengatur direksi, karyawan, dan dewan komisaris dalam kaitannya dengan perannya masing-masing. Direksi, karyawan, komisaris tidak boleh melakukan pembohongan terhadap KAP. Mereka yang bertindak atas nama perusahaan tidak boleh mempengaruhi secara curang, memaksa, memanipulasi atau menyesatkan KAP yang mendapat penugasan audit, melalui PCAOB, SEC diminta mengeluarkan ketentuan yang terkait dengan kode etik bagi petugas/pejabat bagian keuangan. selain itu, SEC juga mengeluarkan aturan yang mewajibkan salah seorang anggota komite audit perusahaan emiten harus memiliki keahlian di bidang keuangan (Dito, 2010).

Hal itu dikaitkan dengan tanggung jawab perusahaan berkaitan dengan pelaporan keuangan. CEO, CFO dan pejabat lain yang mempunyai fungsi yang serupa perlu memberikan pernyataan di dalam laporan triwulan dan laporan tahunan perusahaan yang disampaikan kepada SEC bahwa: Pejabat yang menandatangani laporan telah mereview laporan tersebut. Berdasarkan pengetahuan pejabat yang bersangkutan, laporan tidak berisikan pernyataan yang tidak benar mengenai fakta-fakta yang material atau tidak melaporkan fakta-fakta yang material sehingga laporan perusahaan memuat informasi yang me nyesatkan , atau dengan kata lain telah menyajikan secara wajar semua kondisi dan hasil operasi perusahaan yang material (Yuwandito, 2010).

SEC mengeluarkan beberapa peraturan baru terkait dengan pengungkapan laporan keuangan yang lebih transparan dan tepat waktu bagi para investor sebagai berikut:

Semua koreksi keuangan yang material harus terungkap dalam laporan keuangan.

Pengungkapan tambahan terhadap pengungkapan-pengungkapan yang tidak disyaratkan oleh GAAP, antara lain, core earnings, free cash flow, dan EBITDA.Pengungkapan informasi tambahan tersebut bisa dicantumkan di laporan tahunan, laporan tertulis lainnya atau dalam web site perusahaan.

Penambahkan pengungkapan transaksi diluar neraca (off balance sheet) yang harus disertakan dalam penjelasan dan analisis manajemen (managements discussion and analysis - MD&A) yaitu pengungkapan tentang pengaturan transaksi diluar neraca dan tabel yang menjelaskan informasi tentang kewajiban kontraktual yang pasti akan terjadi. Misal:standby LC, performance guarantee dll.

Tanggung Jawab Terhadap Internal Control

SOA mewajibkan perusahaan yang listing di AS untuk membuat dokumentasi pengendalian kunci dan melaporkan kondisi pengendalian internnya secara periodik.

SOA Section 302 tentang Corporate Responsibility for Financial Reports menetapkan bahwa pejabat eksekutif perusahaan (CEO & CFO) harus bertanggung jawab secara pribadi terhadap pernyataan prosedur pengendalian, internal control, dan jaminan atas kecurangan (fraud).

Sedangkan SOA section 404 tentang Management Assessment of Internal Controls mengatur ketentuan yang mewajibkan terselenggaranya audit SOA tahunan yang menunjukkan laporan pengendalian internal (internal control report) sebagai bagian dari laporan keuangan.

Laporan pengendalian internal antara lain berisi tanggung jawab manajemen untuk mengembangkan dan memelihara system (struktur & prosedur) pengendalian intern atas pelaporan keuangan dan hasil evaluasi atas efektivitas sistem pengendalian internal. Regulasi ini menuntut manajemen perusahaan untuk memahami, mendokumentasikan, dan menyempurnakan pengendalian internal terkait pelaporan keuangan, dengan terus meningkatkan keakuratan proses bisnis (business process) dan informasi transaksionalnya, serta membangun perbaikan proses secara berkelanjutan (continuous improvement process) mengenai pengendalian internal pada laporan keuangan perusahaan. Selain itu, pengendalian harus terkait dengan upaya pencegahan (prevention) dan pendeteksian (detection) kecurangan (fraud) atas pelaporan keuangan termasuk kemungkinan risiko timbulnya kecurangan (Yuwandito, 2010).

Mengingat pembenahan prosedur pengendalian internal sangat rumit dan kompleks, maka perusahaan dapat membentuk Tim SOA yang bekerjasama dengan Komite Audit. Tim SOA bertugas mengembangkan dan membangun kebijakan pengendalian internal, prosedur, bisnis proses dan mekanisme pelaporan pengendalian internal serta pengawasan laporan keuangan internal. Apabila diperlukan Tim SOA dapat minta bantuan konsultan independen dalam penyiapan prosedur dan bisnis proses internal control untuk laporan keuangan (Yuwandito, 2010).

Analisa Konflik Kepentingan

Broker dan dealer surat berharga di bursa efek tidak diperbolehkan melaku kan balas dendam atau mengancam untuk melakukan balas dendam kepada analis yang bekerja untuk mereka karena laporan analis tersebut berisikan analisis negatif terhadap perusahaan publik tertentu. Analis, broker atau dealer surat berharga harus mengungkapkan konflik kepentingan yang ada pada mereka (Yuwandito, 2010), seperti:

Apakah analis memiliki investasi atau hutang di dalam perusahaan yang sedang dibuatkan laporan analisisnya;

Apakah kompensasi yang diterima oleh broker, dealer atau analis wajar, tidak berlebihan dan tidak bertentangan dengan kepentingan publik serta konsisten dengan perlindungan terhadap kepentingan investor,

Apakah emiten merupakan klien dari broker dan dealer, dan

Apakah kompensasi yang diterima analis untuk penerbitan suatu laporan didasarkan jumlah pendapatan/keuntungan perusahaan yang dianalisis.

Sementara, persyaratan bagi Pengacara yang mewakili Perusahaan Publik, SEC harus menetapkan standar minimal yang harus dipenuhi oleh pengacara yang mewakili perusahaan publik. Standar tersebut harus mengatur: Untuk Pengacara yang dipekerjakan oleh perusahaan publik harus melaporkan kepada kepala biro hokum atau CEO perusahaan apabila diketahui terdapat bukti dari pelanggaran yang material atas undang-undang dan peraturan pasar modal (securities law), yang dilakukan oleh perusahaan atau agen perusahaan. Apabila kepala biro hukum atau CEO per usahaan tidak memberikan respon yang memadai, maka pelanggaran tersebut harus dilaporkan kepada seluruh jajaran komisaris, komite audit dan direksi perusahaan (Yuwandito, 2010).

Konsep Pengendalian

Dari keseluruhan Sarbanes Oxley Act, terdapat dua bagian yang mengatur mengenai internal control, dan sering dibahas, yaitu Section 302 dan Section 404. Seksi 404 secara khusus memberikan perhatian kepada internal control perusahaan atas laporan keuangannya.

Section 404 Management Assessments of Internal Controls

Setiap laporan tahunan yang diserahkan kepada Securities Exchange Commission harus berisi laporan internal control, yang akan:

Menyatakan tanggung jawab manajemen untuk membuat dan menjaga struktur dan prosedur internal control yang cukup untuk pelaporan keuangan.

Berisi penilaian efektivitas struktur dan prosedur internalmcontrol pada akhir tahun fiscal perusahaan.

2.. Setiap kantor akuntan publik beregister yang menyiapkan atau mengeluarkan laporan audit bagi perusahaan harus menguji dan melaporkan penilaian kecukupan dan efektivitas struktur dan prosedur internal control yang dibuat oleh manajemen perusahaan sebagai bagian dari audit laporan keuangan menurut standar atestasi.

Sedangkan dalam Section 302, CEO dan CFO secara personal harus menerangkan dengan sebenarnya (certify) bahwa mereka bertanggung jawab untuk prosedur dan control yang diungkapkan. Tiap laporan triwulan harus berisi pernyataan bahwa mereka telah melaksanakan evaluasi design dan efektivitas control. Eksekutif yang menyatakan juga harus menyatakan bahwa mereka mengungkapkan kepada Komite Audit dan auditor independen mengenai kekurangan/kelemahan pengendalian yang signifikan, kelemahan material, dan tindakan fraud. SEC juga mengusulkan persyaratan sertifikasi yang diperluas yang memasukkan prosedur dan internal control untuk pelaporan keuangan, selain persyaratan terkait pengungkapan control dan prosedur. Dengan diundangkannya SOA, auditor saat ini juga memiliki tanggungjawab tambahan untuk mengevalusi pengendalian internal yang secara khusus dapat menekan risiko terjadinya penyelewengan keuangan (fraud) yang kemungkinan secara signifikan bisa mempengaruhi sebuah laporan keuangan (Yuwandito, 2010).

Auditor tidak dapat melakukan pemeriksaan laporan keuangan terhadap perusahaan publik di Amerika Serikat tanpa sekaligus melakukan pemeriksaan terhadap pengendalian internal yang ada di perusahaan tersebut. Penugasan pemeriksaan laporan keuangan dan pengendalian internal merupakan penugasan yang integral dan tidak dapat dipisahkan. Namun perlu diingat, pengendalian internal perusahaan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan bukan tanggung jawab auditor. Manajemen harus melakukan penilaian terhadap pengendalian internal mereka sendiri, dan peran tersebut tidak bisa tergantikan dengan pengujian-pengujian yang dilakukan oleh auditor terkait dengan pemeriksaan tahunan. Manajemen perusahaan juga harus membuat dokumentasi terhadap proses signifikan yang ada di perusahaan tersebut. Dokumentasi proses yang signifikan ini kemudian akan menjadi dasar penilaian auditor terhadap pengendalian internal yang dimilliki oleh sebuah perusahaan (Yuwandito, 2010).

Hal-hal yang baru dalam audit integral (Section 404) :

Auditor harus menyatakan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan sekaligus menyatakan pendapat atas atestasi manajemen terhadap pengendalian internal. Proses pernyataan pendapat tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan (audit integral).

Pekerjaan dalam pemeriksaan untuk menyatakan kewajaran atas laporan keuangan maupun pemeriksaan terhadap pengendalian internal harus saling terkait.

Standar yang ditetapkan oleh PCAOB merupakan standar yang integral, mencakup pekerjaan yang diperlukan dalam audit laporan keuangan dan audit pengendalian internal.

Audit integral akan menghasilkan tiga opini :

Pendapat tentang keefektifan pengendalian internal terhadap penyusunan laporan keuangan.

Pendapat tentang keefektifan penilaian manajemen terhadap pengendalian internal.

Pendapat tentang kewajaran laporan keuangan.

Implikasi Sarbanes Oxley ActPengaruh Sarbanes Oxley Act Terhadap Independensi Auditor

Independensi akuntan mulai dipertanyakan sejak pasca skandal Enron. Akuntan yang memberikan jasa lain selain audit dalam waktu yang bersamaan akan selalu mengganggu independensinya dan hasil auditnya. Hal ini juga terjadi apabila perusahaan merupakan klien terbesar bagi kantor akuntan tersebut, maka independensinya menjadi terganggu. Badan Pengatur Pasar Modal Indonesia (Bapepam) membatasi jangka waktu akuntan dan kantor akuntan publik dalam melakukan audit pada suatu perusahaan secara berurutan. Jangka waktu untuk auditor adalah 3 tahun dan kantor akuntan publik adalah 5 tahun. Hal ini diatur dalam KMK No. 423/KMK.06/2002. Independensi merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan audit. Tanpa adanya independensi, maka opini yang diberikan oleh seorang auditor atas hasil pemeriksaan tidak dapat dipercaya oleh pihak-pihakyang berkepentingan terhadap hasil audit tersebut (Sri, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri (2009) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 menggambarkan bahwa independensi auditor setelah pemberlakuan Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2001 akan mempengaruhi kualitas audit. Sarbanes-Oxley Act diacu oleh Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 423/kmk.06 /2002 mengatur tentang independensi auditor dan keputusan ini diwajibkan untuk diberlakukan pada tahun 2002. Sanksi yang diberikan apabila tidak memenuhi keputusan tersebut adalah tegas sehingga baik akuntan publik maupun Kantor Akuntan Publik yang mengaudit perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ) akan patuh terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi. Peningkatan sikap independensi auditor ini akan mampu meningkatkan kualitas audit, dan citra profesi akuntan publik akan dibangun kembali setelah adanya kasus skandal Enron-Anderson tahun 2000.

Pengaruh Sarbanes Oxley Act terhadap Internal Control Perusahaan

Tujuan undang-undang Sarbanes Oxley ini adalah mengembalikan keyakinan dan kepercayaan publik terhadap laporan keuangan perusahaan. Untuk melakukan itu, SOX menekankan pentingnya pengendalian internal yang efektif. SOX mengharuskan perusahaan mempertahankan pengendalian internal yang kuat dan efektif terhadap pencatatan transaksi dan pembuatan laporan keuangan. Pengendalian seperti itu sangat penting karena dapat mencegah kecurangan dan pembuatan laporan keuangan yang menyesatkan (Yesshy, 2010). Yesshy (2010) menjelaskan bahwa pengendalian internal (internal control) secara luas diartikan sebagai prosedur-prosedur serta proses-proses yang digunakan perusahaan untuk melindungi aset perusahaan, mengolah informasi secara akurat, serta memastikan kepatuhan pada hukum dan peraturan yang berlaku.

Menurut Bostelman di dalam Yesshy (2010), Internal control over financial reporting is a process designed to provide reasonable assurance regarding the reliability of financial reporting and the preparation of financial statements for external purposes in accordance with generally accepted accounting principles. Bostelman di dalam Yesshy (2010) menyatakan bahwa proses pengendalian internal atas pelaporan keuangan (internal controls over financial reporting) harus mencakup tiga elemen, yaitu:

Pemeliharaan dokumentasi yang akurat, wajar, dan dalam rincian yang memadai yang mencerminkan transaksi dan disposisi asset.

Keyakinan yang memadai atas pencatatan transaksi sesuai dengan prinsip akuntansi secara umum.Keyakinan yang memadai terhadap tindakan prevention atau detection pada hak akuisisi, penggunaan, atau disposisi asset.Undang-Undang Sarbanes Oxley section 404 (Internal Control Attest)

Bostelman dan TELKOM presentation to HCGA di dalam Yesshy (2010) menyatakan bahwa Sarbanes Oxley Act section 404 berisi:

a. Tanggung jawab manajemen terhadap internal controls over financial reporting (ICOFR).

b. Atestasi manajemen terhadap efektifitas internal control over financial reporting (ICOFR) berdasarkan pengujian yang dilakukan.

c. Auditor harus melakukan atestasi dan melaporkan evaluasi atas laporan manajemen.

Hasil analisis korelasi pada penelitian yang dilakukan Yesshy (2010) menunjukkan hubungan kuat dan signifikan antara undang-undang Sarbanes-Oxley terhadap pengendalian internal pada perusahaan jasa telekomunikasi. Serta adanya pengaruh yang signifikan antara undang-undang Sarbanes-Oxley terhadap pengendalian internal pada perusahaan jasa telekomunikasi.

Penerapan Sarbanes Oxley Act di Indonesia

Dikutip dari artikel Majalah Usahawan LMFEUI edisi Februari 2006 oleh Dr. Ronny Kusuma Muntoro MBA yang memaparkan sebagai berikut:Pada saat ini Indonesia tidak memiliki undangundang yang mengatur industri audit sekomprehensif SarbanesOxley. Walaupun demikian ada beberapa peraturan yang dikeluarkan beberapa pihak yang berwenang yang secara terpisah memiliki beberapa kesamaan dengan komponen dari Sarbanes Oxley, antara lain adalah sebagai berikut:

Pernyataan Standar Audit (PSA) no 62 yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang isinya mensyaratkan agar KAP yang sedang memeriksa klien milik negara ataupun mendapat bantuan dari keuangan negara untuk memeriksa kondisi IC dan memberikan atestasi atas tingkat kepatuhan klien terhadap peraturan dan undangundang. PSA ini sampai sekarang masih diperdebatkan oleh beberapa pihak; ada yang setuju ada yang menentang. IAI sendiri kabarnya akan melakukan perubahan dan menggantikan PSA 62 ini dengan PSA 75 yang sampai saat ini masih bersifat exposure draft dan belum diketahui nasib selanjutnya (rencana penggantian inipun juga dipertanyakan). Seandainyapun diterapkan, ketetuan ini hanya berlaku bagi perusahaan yang menggunakan atau mendapat bantuan dari anggaran negara; tidak diterapkan pada semua perusahaan.

Bagi industri perbankan, Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan yang mengharuskan direksi bank untuk membuat pernyataan mengenai kondisi IC dan juga mengenai tingkat kepatuhan. Bahkan untuk perbankan, salah seorang direktur harus ditetapkan sebagai direktur kepatuhan dan tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan operasional.

Badan Pengelola Pasar Modal telah mengeluarkan peratuan Bapepam no:VIII.G.1, pada tanggal Des. 2003 mengenai tanggung jawab direksi terhadap laporan keuangan dengan cara menandatangani suatu pernyataan bahwa direksi bertanggung jawab terhadap IC perusahaan. Perbedaannya dengan versi SarbanesOxley adalah bahwa dalam SarbanesOxley direksi juga diminta untuk membuat asesmen terhadap kondisi IC diperusahaannya.

Halhal diatas menunjukkan bahwa sebenarnya prinsipprinsip dasar dari peningkatan transparansi sudah mulai dilaksanakan. Sayangnya langkahlangkah tersebut masih terpencar dan melibatkan industri tertentu ataupun kepemilikan tertentu (negara). Bapepam, dalam membuat peraturannyapun terkesan setengahsetengah. Keraguan ini mungkin disebabkan adanya kekhawatiran belum siapnya emiten di pasar modal Indonesia untuk melaksanakan perbaikanperbaikan dan perubahanperubahan besar seperti telah diuraikan di atas, Namun apabila pasar modal Indonesia ingin menghindari peristiwaperistiwa buruk yang terjadi di AS, kita justeru harus segera mempersiapkan diri karena apabila sampai terjadi peristiwa yang menyebabkan kepercayaan kepada pasar modal Indonesia merosot, membangkitkannya kembali akan jauh lebih sulit.BAB III

KESIMPULAN

Sarbanes Oxley Act adalah undang-undang yang diresmikan pada 30 Juni 2002 dimana keberadaan undang-undang ini bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan pemegang saham akibat dari banyaknya terjadi skandal akuntansi di perusahaan go-publik di Amerika Serikat yang turut melibatkan Kantor Akuntan Publik besar. Undang-undang SOA mengatur segala aktivitas baik dari pihak perusahaan, berkaitan dengan internal control perusahaan, maupun dari pihak auditor independen, yang berkaitan dengan jasa audit yang diberikan. Dengan diterbitnya Undang-undang SOA ini diharapkan tindakan kecurangan akuntansi dapat diminimalisir dan tujuan SOA untuk mengembalikan dan mempertahankam kepercayaan pemegang saham dapat dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri. 2009. Independensi Auditor Setelah Pemberlakuan Sarbanes-Oxley Act di Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol. 20, No. 2 Hal 79-87

Efendi, Muh. Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat

Fitriana. 2012. Pengaruh Penerapan Sarbanes Oxley Act dan Manajemen Risiko dalam Profesi Akuntan Publik dan Implikasinya terhadap Kualitas Audit. Sosiohumaniora Volume 14, No. 2: 155-156

Herusetya, Antonius. 2002. Dampak Undang-Undang Sarbanes-Oxley Act 2002 Terhadap Profesi Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi Krida Warana. Vol. 2, No. 2

Kusuma, Ronny Muntoro. 2006. Sarbanes-Oxley Act, Mungkinkah Diterapkan di Indonesia?. Majalah USAHAWAN LMFEUI edisi Februari 2006. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Wiharjanto, Yuwandito. Sarbanes Oxley Act. (Online) http://dito-gudboy.blogspot.com/2010/03/sarbanes-oxley-act.html. Diakses: 21 Oktober 2014.

Solikhin, Abrar. 2009. Pengaruh Sarbanes Oxley Act Section 302 & 404: Kualitas Pelaporan KEuangan Publik, Komisaris, Direksi, Komite Audit, Akuntan Manajemen, & KAP. (Online) Http://